• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "III. METODE PENELITIAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

 

III. METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Invensi perguruan tinggi hendaknya dapat menjawab kebutuhan masyarakat. Semakin banyak digunakan masyarakat umum tentunya semakin baik. Hal ini sebagai salah satu bentuk tanggungjawab perguruan tinggi dalam transfer teknologi. Invensi di perguruan tinggi khususnya di IPB banyak yang belum dimanfaatkan oleh masyarakat. Invensi ini umumnya technology driven bukan market driven. Menurut Crawford dan Benedetto (2008) invensi yang dikendalikan oleh teknologi (technology drivers) memiliki kekuatan laboratorium sedangkan produk invensi yang dikendalikan oleh pasar (market drivers) memiliki kekuatan berdasarkan pada permasalahan konsumen. Pendekatan lainnya adalah kombinasi dari keduanya.

Menurut Giannisis et al (1991), spin-off didefinisikan sebagai perusahaan yang memproduksi produk atau jasa yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh universitas. Ada 3 (tiga) model yang berkembang yaitu model entrepreneurial, model tradisional dan model institusional.

Pendiri usaha dan pengembangnya dalam model entrepreneurial adalah anggota fakultas (dosen, staff) atau mahasiswa. Pendekatan entrepreneurial dilakukan dengan mendorong terciptanya wirausaha baik secara alami maupun didesain (dilatih). IPB memiliki lembaga yang berfungsi mendesain, melatih dan membina wirausaha. Lembaga ini dikenal sebagai lembaga inkubator. Salah satu lembaga yang bertugas mendorong terciptanya wirausaha baru adalah P3K (Pusat Penelitian dan Pengembangan Kewirausahaan), sedangkan lembaga yang berfungsi sebagai inkubator teknologi/bisnis adalah F-Technopark.

Pengembang dalam model tradisonal adalah entitas bisnis dari luar, universitas diakui sebagai sumber inovasi ide dan teknologi. Melalui beberapa pertemuan, entitas bisnis mendekati inventor atau universitas untuk mengembangkan invensi yang dimiliki universitas dan biasanya

(2)

 

dibutuhkan proposal dalam pengembangannya. Sukses model ini tergantung referensi jaringan industri dan universitas. Hasil-hasil invensi IPB saat ini dikelola dan dipasarkan oleh Dit.RKS.

Komersialisasi model institusional dikelola oleh organisasi atau unit khusus dalam universitas yang bertujuan non profit biasanya berbentuk yayasan. Pengembangan dilakukan melalui proses formal identifikasi, evaluasi dan pengembangan. Universitas membantu dalam strategi baik dalam paten, lisensi atau komersialisasi teknologi. Pendekatan institusional merupakan pendekatan yang lebih progressif dalam mengkomersialisasi invensi. Diharapkan dengan adanya pendekatan ini dapat mempercepat penciptaan usaha baru, menciptakan lapangan kerja dan mempercepat transfer teknologi sehingga dapat meningkatkan citra perguruan tinggi.

Dibutuhkan kebijakan, program dan adaptasi terutama terkait sosial budaya sehingga invensi dapat sukses dipasarkan. Agar tidak tumpang-tindih diperlukan koordinasi dan sinergisitas kelembagaan di level universitas. Diharapkan kelembagaan yang tepat dan strategi komersialisasi yang tepat dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi sehingga dapat meningkatkan penjualan, pemasukan, dan menaikkan citra IPB (Gambar 4)

(3)

  Gambar 4 Alur pikir strategi komersialisasi produk invensi IPB

(4)

   

Penelitian ini dilandasi pemikiran bahwa jumlah invensi yang cukup banyak dan beragam di IPB membutuhkan kebijakan pengelolaan invensi. Pengelola dapat membuat alternatif-alternatif strategi komersialisasi yang efektif sesuai dengan karakteristik produk. Selain itu, pengelola juga dapat membantu mencari mitra yang sesuai baik pengusaha/industri, calon pembeli teknologi, calon wirausaha, investor, dan pemerintah. Dengan adanya mitra membutuhkan strategi kerjasama yang menarik dan sesuai sehingga dapat menaikkan tingkat komersialisasi dan pendapatan. Aktivitas kerjasama juga dapat menaikkan aktivitas penelitian yang akhirnya juga dapat menaikkan kualitas dan kuantitas invensi. Aktivitas penelitian akan meningkatkan jumlah dan kualitas invensi. Strategi komersialisasi yang efektif diharapkan dapat menaikkan tingkat komersialisasi. Komersialisasi yang berhasil dapat menambah pendapatan dan meningkatkan kesejahteraan. Pendapatan yang lebih baik akan menarik minat peneliti untuk meningkatkan aktivitas penelitian yang menghasilkan invensi. Suksesnya komersialisasi dan menghasilkan profit, membutuhkan manajemen pengelolaan bagi hasil. Bagi hasil yang atau pengelolaan yang kreatif dapat menarik mitra sehingga dapat menaikkan tingkat komersialisasi. Alur pemikiran ini dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Hubungan sebab akibat strategi komersialisasi yang efektif Tingkat  Pendapatan  Tingkat Komersialisasi  Aktivitas penelitian  (inventor)  Strategi Komersialisasi  yang efektif  Kualitas & kuantitas  Mitra  kualitas & kuantitas  invensi  Manajemen / kebijakan  pengelolaan invensi 

(5)

  3.2 Tahapan Penelitian

Penelitian dilakukan mulai bulan Juni 2010 – April 2011. Penelitian dilakukan di IPB (Bogor). Tahapan awal dimulai dengan analisis lingkungan (environmental scanning) terdiri dari analisis internal dan eksternal (Wheelen-Hunger, 2004; Rangkuti 2005). Analisis internal terdiri dari identifikasi kekuatan dan kelemahan dalam hal ini yang diidentifikasi adalah produk invensi IPB. Analisis eksternal terdiri dari peluang dan ancaman terhadap produk invensi IPB. Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan matriks SWOT dan formulasi (penciptaan) strategi dari analisis internal- eksternal yang berkembang. Identifikasi analisis internal dan eksternal didapatkan melalui studi literatur dan survei pakar atau pengambil kebijakan.

Tahap berikutnya adalah klasifikasi produk sesuai dengan karakteristik yang dimiliki. Penentuan karakteristik yang dapat digunakan untuk strategi komersialisasi didapatkan melalui studi literatur dan wawancara dengan pakar. Kriteria variabel komersialisasi hasil evaluasi studi literatur dan wawancara pendahuluan dapat dikategorikan kedalam tiga aspek yaitu aspek pemasaran, aspek teknis-teknologis dan aspek finansial. Tiga aspek tersebut diuraikan lebih lanjut dalam kuesioner (Lampiran 2). Produk invensi ini umumnya relatif baru sehingga penilaian dapat dilakukan oleh inventor, pakar, praktisi atau pengambil kebijakan.

Tahap berikutnya adalah membuat analisis klaster produk. Analisis pada prinsipnya digunakan untuk mengelompokkan objek (responden, produk dan lain-lain) atau merupakan proses meringkaskan jumlah objek menjadi lebih sedikit dan menamakannya sebagai klaster. Analisis klaster yang digunakan adalah analisis klaster hierarki (Simamora, 2005; Suliyanto, 2005).

Klaster-klaster komersial memerlukan prioritas strategi. Pemilihan prioritas strategi komersialisasi menggunakan pendekatan AHP (Analytic Hierarchy Process). Alternatif pilihan strategi berdasarkan studi literatur dan wawancara adalah penciptaan usaha baru (new venture), licensing, penjualan dan joint. Tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 6.

(6)

   

Gambar 6 Tahapan penelitian strategi komersialisasi invensi produk IPB

3.3 Penentuan, Sumber dan Pengolahan Data

Jenis data yang diambil adalah data primer dan data sekunder. Data primer diambil menggunakan indepth interview dan bantuan kuesioner pakar. Data sekunder didapat melalui studi literatur dari buku, jurnal, dan internet.

Pakar yang diambil dalam strategi komersialisasi dari Direktorat Bisnis dan Kemitraan, Direktorat Riset dan Kajian Strategis, dan F-Technopark (Tabel 9).

Klaster I

Produk Invensi IPB

Analisis strategi komersialisasi invensi Klaster … Klaster … Prioritas Strategi Komersialisasi (AHP) ‐ New Venture ‐ Licensing ‐ Penjualan ‐ Joint Venture Analisis SWOT Pemetaan Produk analisis klaster Identifikasi faktor internal Identifikasi faktor eksternal

(7)

  Tabel 9 Analisis keterkaitan tujuan, metode dan sumber data

No Tujuan Metode Sumber Data (Responden) 1 Identifkasi Strategi Analisis SWOT studi literatur, Dit. RKS,

F-Technopark 2 Penentuan Parameter

Klasifikasi

Indepth Interview studi literatur, Dit.RKS, P3K, Technopark,

3 Penilaian invensi Kuesioner Inventor 4 Klasterisasi produk Analisis Klaster Hasil Kuesioner 5 Prioritas strategi komersialisasi AHP (FGD atau indepth interview) Technopark, inventor, Dit. BK IPB

Berikut adalah gambaran pengolahan data : 1. Analisis SWOT

Analisis SWOT dilakukan melalui diskusi dengan pakar dari Dit. RKS IPB dan F-Technopark.

2. Penentuan Klaster

Dari 27 responden dengan 67 produk makanan-minuman yang terdaftar dalam buku Teknologi IPB untuk Industri makanan-minuman, yang bersedia mengisi ada 17 Responden dengan 32 produk. Dipilih beberapa variabel pasar, aspek produksi (teknis-teknologis) dan aspek finansial. Kemudian klaster di beri nama sesuai dengan ciri dan saran pakar.

3. Pemilihan prioritas strategi komersialisasi

Penyusunan hierarki mengacu pada Marimin dan Maghfiroh (2010) dengan menyusun klaster hierarki terdiri dari Level 1 : Fokus /Sasaran utama, Level 2:, Faktor (F1 F2 F3), Level 3: Aktor (A1 A2 A3), Level 4: Tujuan (O1 O2 O3), dan Level 5 : Alternatif (S1 S2 S3).

Pembobotan kriteria menggunakan perbandingan berpasangan (pairwise comparison). Pengolahan prioritas menggunakan pendekatan metode approximasi (Saaty, 2008). Kemudian dicek konsistensinya. Inkonsistensi (Consistency Ratio) yang ditoleransi tidak boleh melebihi 10% (Saaty, 2008, Marimin dan Maghfiroh 2010). Revisi dilakukan bila perlu dan seminimal mungkin tanpa mengubah urutan hasil akhir pendapat aslinya. Penentuan prioritas yang direvisi dibantu dengan program Expert Choice 2000. Pendapat para pakar dapat di gabung dengan pendekatan rataan geometrik (Marimin dan Maghfiroh 2010).

Gambar

Gambar 5 Hubungan sebab akibat strategi komersialisasi yang efektif Tingkat Pendapatan Tingkat Komersialisasi  Aktivitas penelitian (inventor) Strategi Komersialisasi yang efektif Kualitas & kuantitas Mitra kualitas & kuantitas invensi Manajemen / 
Gambar 6  Tahapan  penelitian strategi komersialisasi invensi produk IPB

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Diar Puji Oktavian (2010), Cascading Style Sheet (CSS) berfungsi untuk mengatur tampilan dengan kemampuan jauh lebih baik dari tag maupun atribut standar

29 16532200546 UM-PTKIN Tahun 2016 Syariah dan Ekonomi Islam Ekonomi Syariah SYARIF HIDAYATULLAH MASUK ASRAMA THP II 30 16532200562 UM-PTKIN Tahun 2016 Syariah dan Ekonomi Islam

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

Dalam hasil penelitian ini terdapat beberapa responden yang mengalami peningkatan kekuatan otot sedikit lebih cepat, hal ini dikarenakan responden tersebut juga

1) Persepsi Masyarakat terhadap aktivitas penambangan di Sungai Jeneberang yaitu suatu proses pengamatan masyarakat terhadap lingkungan dengan menggunakan indra-indra yang

Dalam hal ini tumbuhan hiperakumulator memiliki kemampuan untuk melarutkan unsur logam pada rizosfer dan menyerap logam bahkan dari fraksi tanah yang tidak bergerak sekali

Mekanisme DPPH (Sumber : Fitriana dkk., 2015) Kelebihan dari metode ini adalah lebih mudah diterapkan karena senyawa radikal yang digunakan bersifat lebih stabil

Kinerja jaringan umumnya ditentukan dari berapa rata-rata dan persentase terjadinya tundaan (delay) terhadap aplikasi, jenis pembawa (carriers), laju bit