• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERAGAAN USAHATERNAK LEBAH MADU (Apis cerana)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KERAGAAN USAHATERNAK LEBAH MADU (Apis cerana)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KERAGAAN USAHATERNAK LEBAH MADU (Apis cerana)

Irpan Adri Nugraha

1)

Program Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi, Tasikmalaya 46151

Email : [email protected]

Hj. Betty Rofatin, Ir., M.P

2)

Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi

Email : [email protected]

H. M. Iskandar Mamoen, Ir., M.S

3)

Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi

Email : [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang lengkap mengenai teknis budidaya

lebah madu (Apis cerana) serta kelayakan usahaternak lebah madu (Apis cerana) dilihat dari

R/C.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus pada

peternak lebah madu (Apis cerana) di Kelompok Tani Ternak Sabilulungan 7 di Desa Cibeber,

Kecamatan Cikalong, Kabupaten Tasikmalaya yang merupakan kelompok yang paling

konsisten dalam memproduksi madu di Kecamatan Cikalong. Informasi mengenai teknis

budidaya lebah madu (Apis cerana) diperoleh berdasarkan hasil wawancara langsung dengan

responden, sementara analisis yang digunakan adalah R/C ratio.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dilihat dari aspek teknis budidaya usahaternak lebah

madu (Apis cerana) yang dilakukan oleh peternak responden belum sesuai dengan anjuran

karena masih bersifat tradisional. Sementara berdasarkan hasil analisis R/C = 1,31,

menunjukkan bahwa usahaternak lebah madu (Apis cerana) layak untuk diusahakan.

Kata kunci : R/C Ratio, Lebah madu

ABSTRAK

This study aims to provide a complete picture of the technical beekeeping (Apis cerana) and the feasibility of farming honey bee (Apis cerana) seen from the R/C.

The research method used in this research is a case study on honey beekeepers (Apis cerana) in Group 7 Sabilulungan Livestock Farmers in the village Cibeber, District Cikalong, Tasikmalaya District which is the most consistent group in producing honey in District Cikalong.

Technical information about beekeeping (Apis cerana) obtained by direct interviews with respondents, while the analysis is the R / C ratio.

The results of this study indicate that the views of the technical aspects of livestock farming businesses honeybee (Apis cerana) conducted by the breeder of the respondents have not been in accordance with the recommendation because there is Still Traditional. While based on the analysis of R / C = 1,31, indicating that the honey bee (Apis cerana) worth the effort.

Keyword : Revenue cost ratio, honey bee I. PENDAHULUAN

Keberadaan hutan merupakan sumber mata pencaharian bagi masyarakat yang tingkat perekonomiannya masih rendah karena

memanfaatkan sumberdaya hutan secara tradisional. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk maka meningkat pula permintaan kebutuhan masyarakat akan hasil

(2)

hutan baik kayu maupun non kayu sesuai dengan kebutuhan. Mengingat hal tersebut sebagian besar penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya pada pemanfaatan hasil hutan dan jasa hutan.

Paradigma membangun kehutanan memandang hutan sebagai ekosistem yang lengkap dengan keanekaragaman sumberdaya yang dikandungnya, yang mampu berperan dalam pemenuhan kepentingan sosial dan ekonomi. Lebah madu merupakan salah satu sumber keanekaragaman hayati Indonesia, selain itu kondisi Indonesia sangat berpotensi bagi perkembangan usaha perlebahan. Beberapa potensi yang mendukung usaha perlebahan di Indonesia adalah tersedianya flora berbunga sebagai sumber pakan lebah, serta kondisi agroklimat tropis yang mendukung budidaya lebah. Dibeberapa daerah, usaha perlebahan telah menunjukkan prospek yang cukup baik, disamping nilai ekonomi yang dapat meningkatkan pendapatan peternak lebah (Wilson Chandra, 2008).

Secara ekologis, usaha perlebahan dapat meningkatkan produktivitas tanaman melalui peranan lebah dalam membentuk proses penyerbukan bunga tanaman buah-buahan dan biji-bijian. Potensi hutan alam dan hutan tanaman (monokultur) memberikan kontribusi yang penting bagi perkembangan sektor perlebahan di Indonesia. Masing-masing jenis lebah hidup dan berproduksi, menyesuaikan diri dengan tipe hutan tersebut. Apis dorsata penghasil madu hutan, hidup dan berproduksi baik di hutan alam, sedangkan jenis-jenis penghasil madu ternak seperti Apis mellifera dan Apis cerana hidup dan berproduksi baik pada hutan tanaman (monokultur) dan daerah pertanian (Abdul Fattah DS, 1993)

Lebah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang hidup soliter dan yang hidup berkoloni. Jenis lebah soliter lebih banyak dibanding yang berkoloni. Lebah berkoloni adalah lebah yang hidup bersama dalam suatu kelompok besar dan membentuk suatu masyarakat dan setiap anggotanya tidak dapat dipisahkan dari anggota lainnya. Sedangkan pada lebah soliter induk lebah hanya memberi cadangan pakan berupa serbuk sari dan madu bagi anak – anaknya yang belum dapat mencari makan. Spesies lebah yang paling baik untuk diternak dan dipanen hasil madunya diantaranya adalah lebah hutan (Apis dorsata,

Apis laboriosa), lebah Eropa dan Australia

(Apis melifera), lebah kecil (Apis florea), lebah

Afrika (Apis adonsonii) dan lebah Asia (Apis

cerana, Apis indica). (Anna Rosdiana, 2008)

Sama halnya dengan ternak yang lain, lebah juga membutuhkan pakan yang cukup untuk kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan koloni, produksi madu dan aktivitas reproduksi lebah. Pakan lebah yang penting adalah nektar dan polen yang dihasilkan tanaman. Nektar adalah cairan manis yang terdapat di dalam bunga tanaman. Hampir semua tanaman berbunga adalah penghasil nektar. Selain nektar, lebah juga memerlukan polen (tepung sari) dan air untuk kelangsungan hidup anggota koloni. (Anna Rosdiana, 2008)

Budidaya lebah madu dapat dilaksanakan di setiap tempat dengan lahan yang ada pertanamannya, dapat menjadi peluang lapangan kerja yang pemanfaatannya mampu membebaskan masyarakat dari tekanan kesulitan mencari pekerjaan dengan segala akses pengaruh sosialnya. Dari kawasan dengan pertamanan di kota, lahan pertanian dengan semua jenis tanaman didesa-desa dan perkebunan dengan semua macam komoditi, sampai lahan kehutanan yang cukup luas tersebar di seluruh wilayah Indonesia, seluruhnya merupakan lapangan penggembalaan ternak lebah yang potensial untuk dimanfaatkan. Karena peternakan lebah madu ini memerlukan keterampilan khusus, maka untuk pemanfaatannya dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat sangat diperlukan adanya fasilitas, program pembinaan dan kerja sama yang dapat membantu calon peternak dan peternak lebah madu mengembangkan usahanya. (Soegeng Soekarto, 1992)

Budidaya lebah madu menghasilkan berbagai produk, yang mana produk utama dari budidaya lebah madu adalah madu, sejauh ini masyarakat luas masih mengetahui bahwa budidaya lebah madu hanya menghasilkan madu yang dapat dimanfaatkan baik dari segi ekonomi maupun dari segi kesehatan. Namun untuk produk-produk lain dari lebah madu seperti propolis, royal jelly, pollen, lilin atau malam lebah dan apitoxin (racun lebah) masih belum banyak diketahui oleh masyarakat luas. (Anna Rosdiana, 2008)

Dalam pengusahaan lebah madu Apis

Cerana diperlukan pertimbangan ekonomi

dalam pengambilan keputusan, karena biaya yang harus dikeluarkan tidak sedikit. Persoalannya, usaha ini sebagian besar melibatkan perternak lebah madu dengan modal

(3)

terbatas dan tidak memiliki akses terhadap sumber-sumber pembiayaan. Di samping itu, pihak lain yang terkait di antaranya perbankan dan lembaga keuangan lainnya belum meyakini bahwa perlebahan merupakan usaha yang dapat dikembangkan secara komersial. Oleh karena itu diperlukan informasi analisis finansial usaha lebah madu Apis Cerana bagi semua pihak yang berkecimpung di dalam kegiatan perlebahan, baik bagi pihak perbankan, lembaga keuangan, peternak atau pengusaha maupun pemerintah. (Anna Rosdiana, 2008)

Usaha perlebahan ini perlu terus dikembangkan di berbagai lokasi atau wilayah, khususnya daerah yang memiliki potensi untuk pengembangan usahanya. Salah satu daerah yang memiliki potensi untuk pengembangan usaha budidaya lebah madu adalah Kabupaten Tasikmalaya yang memiliki luas hutan 93566,82 ha, yang terdiri dari hutan negara 43.863,82 Ha, lahan kritis seluas 8.772 ha dan hutan rakyat seluas 40.931 ha yang tersebar di 39 Kecamatan. Potensi tersebut didukung dengan kondisi iklim tropis yang memadai dengan kisaran suhu antara 21derajat celcius sampai 28derajat celcius serta ketersediaan beraneka ragam jenis tumbuhan yang tumbuh dan hidup subur serta berbunga sepanjang tahun. Keadaan ini menyebabkan, ketersediaan sumber bahan pakan sepanjang waktu yang dapat mendukung keberhasilan usaha budidaya lebah madu yang dilakukan. Lokasi yang disukai lebah adalah tempat terbuka, jauh dari keramaian dan banyak terdapat bunga sebagai pakannya. (Abdul Rauf dkk , 2011)

Sebagai komoditas peternakan yang potensial, madu mampu menjadi salah satu komoditas unggulan bagi Kabupaten Tasikmalaya khususnya Kecamatan Cikalong. Namun dilihat dari jumlah produksi maupun kualitas dari madu yang dihasilkan ternyata saat ini masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan karena masih terbatasnya pengetahuan dan informasi yang diperoleh petani mengenai teknik budidaya yang baik dan benar berdasarkan kondisi nyata yang terjadi di lapangan, sehingga perlu diketahui gambaran mengenai keragaan usaha ternak lebah madu. Untuk itu peneliti tertarik untuk meneliti dan mengkaji Keragaan Usaha Ternak Lebah Madu dilihat dari aspek budidaya dan ekonomi di Kelompok Ternak Lebah Madu Sabilulungan 7, Desa Cibeber Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya.

Soekartawi (2008) menyatakan bahwa untuk mengetahui besarnya keuntungan dari suatu cabang usaha tani dapat dilihat dengan analisis imbangan penerimaan dan biaya yakni R/C ratio, berdasarkan analisis ini dapat diketahui apakah suatu usaha tani layak dan menguntungkan. Hal ini sejalan dengan pendapat Ken Suratiyah (2006), yang mengatakan bahwa untuk menilai keberhasilan dari suatu usahatani diperlukan adanya suatu evaluasi terutama dari sudut pandang ekonomis. Ada beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kelayakan sebuah usaha, salah satunya adalah R/C ratio. R/C ratio merupakan nilai yang menunjukan layak atau tidaknya suatu usahatani untuk dijalankan.

1.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka masalah yang diajukan dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Bagaimana keragaan teknik usahaternak lebah madu di Kelompok Tani Ternak Madu Sabilulungan 7 ?

2. Bagaimana keragaan ekonomis dilihat dari kelayakan usahaternak lebah madu di Kelompok Tani Ternak Madu Sabilulungan 7?

1.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Keragaan teknik usahaternak lebah madu di Kelompok Sabilulungan 7.

2. Keragaan ekonomis dilihat dari kelayakan usaha ternak lebah madu di Kelompok Sabilulungan 7.

II. METODOLOGI PENELITIAN 2.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus pada peternak lebah madu di Kelompok Tani Ternak Lebah Madu Sabilulungan 7 di Desa Cibeber, Kecamatan Cikalong, Kabupaten Tasikmalaya yang beranggotakan 10 orang peternak lebah madu. Dari 10 peternak lebah madu tersebut diambil 8 peternak responden, pemilihan responden atas dasar pertimbangan tertentu dan berdasarkan keaktifan anggota kelompok. Pemilihan kelompok dilakukan secara

purvosive berdasarkan pertimbangan bahwa

(4)

Ekonomis

Umur

Sisa

Nilai

NilaiBeli

paling konsisten dalam proses memproduksi

madu.

2.2 Jenis dan Teknik Pengamabilan Data

Data yang terdapat dalam penelitian ini adalah terdiri dari data primer dan data sekunder.

1) Data Primer, yaitu data yang diperoleh berdasarkan hasil wawancara langsung dengan peternak dengan menggunakan daftar pertanyaan atau kuesioner sebagai panduan kepada responden di daerah penelitian.

2) Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari literatur-literatur dan studi pustaka seperti buku, artikel, internet, jurnal penelitian dan dari instansi terkait.

2.3 Definisi dan Operasionalisasi Variabel

2.3.1 Definisi

Definisi berfungsi untuk menghindari perbedaan pemahaman, berikut ini disampaikan beberapa istilah yang berkaitan dengan penelitian ini :

1) Petani responden adalah petani yang merupakan anggota Kelompok Tani Ternak Lebah Madu Sabilulungan 7 yang mengusahakan lebah madu.

2) Lebah madu adalah lebah yang dipelihara oleh peternak dan diperuntukan untuk dikonsumsi madunya.

3) Teknik budidaya adalah teknologi budidaya lebah madu yang dilaksanakan oleh peternak dilokasi penelitian.

4) Madu adalah cairan kental yang dihasilkan oleh lebah yang berasal dari nektar.

5) Polen adalah sumber pakan lebah berupa tepungsari.

6) Nektar adalah sumber pakan lebah berupa cairan manis yang terdapat di bunga. 2.3.2 Operasionalisasi Variabel

Operasionalisasi variabel berfungsi mengarahkan variabel - variabel yang digunakan di dalam penelitian ini ke indikator-indikatornya secara kongkret, yang berguna dalam pembahasan hasil dari penelitian. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari kesalahan persepsi dan pemahaman terhadap variabel - variabel yang digunakan dalam suatu penelitian. Variabel-variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi :

1) Biaya usaha ternak adalah semua biaya atau korbanan yang digunakan selama proses produksi berlangsung yang terdiri dari :

a. Biaya tetap adalah biaya yang digunakan untuk membeli atau menyediakan sarana produksi yang tidak habis dalam sekali pakai yang terdiri dari:

- Pajak lahan yang dinilai dalam satuan rupiah (Rp).

- Penyusutan lebah dinilai dalam satuan rupiah (Rp).

- Penyusutan kotak lebah yang dinilai dalam satuan rupiah (Rp).

- Penyusutan alat, yang terdiri dari: topi, masker, pengungkit, sikat lebah, sarung tangan, sepatu bot, pakaian kerja, saringan lebah dan pisau pengupas. Menurut Ken Suratiyah (2006), untuk mengetahui besarnya penyusutan tersebut dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Penyusutan

- Bunga modal adalah besarnya biaya yang dikeluarkan untuk membayar bunga dari seluruh biaya untuk usahatani lebah madu, yang dinyatakan dalam satuan rupiah persatu kali proses produksi (Rp/satu kali proses produksi). Nilai bunga modal dihitung berdasarkan bunga bank yang berlaku pada saat penelitian.

b. Biaya variabel adalah biaya yang digunakan untuk membeli atau menyediakan bahan baku yang habis dalam sekali pakai yang terdiri dari :

- Botol dihitung dalam satuan buah dan dinilai dalam satuan rupiah (Rp/Buah).

- Tenaga kerja dihitung dalam satuan hari orang kerja (HOK) atau sama dengan satuan hari kerja pria (HKP) yaitu jumlah kerja yang dicurahkan untuk seluruh produksi yang diukur dengan ukuran kerja pria dan dinilai dalam satuan rupiah (Rp/HOK).

- Biaya Pemasaran dinilai dalam satuan rupiah (Rp).

2) Hasil produksi dinyatakan dalam satuan botol (600 ml)/periode produksi.

3) Harga jual produk adalah tingkat harga penjualan madu ditingkat konsumen yang dinilai dalam satuan rupiah per botol (Rp/Botol).

4) Penerimaan usahatani adalah penerimaan yang didapat dari hasil penjualan madu yang diperoleh dari hasil perkalian antara hasil produksi dengan harga jual produk yang diukur dengan satuan rupiah (Rp).

(5)

5) R/C ratio adalah perbandingan antara penerimaan dengan biaya total.

6) Penelitian ini dianalisis dalam satu periode produksi selama tiga bulan.

2.4 Kerangka analisis

Menurut Abdul Rauf dkk (2011), budidaya lebah madu itu mudah untuk dilakukan, asalkan lokasi pembudidayaannya terletak di tempat terbuka, jauh dari keramaian dan banyak terdapat bunga sebagai pakannya. Budidaya lebah madu dapat dikatakan dilakukan secara tradisional ataupun moderen itu dapat dilihat dari proses dan peraalatan yang digunakan dalam pelaksanaannya.

Menurut Ken Suratiyah (2006), data yang dikumpulkan dianalisi dengan menggunakan analisis usahatani yang meliputi analisis biaya, penerimaan, pendapatan, dan

R/Cratio yang kemudian dijabarkan sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui besarnya biaya dihitung dengan rumus sebagai berikut :

TC = TFC + TVC

2) Untuk mengetahui besarnya penerimaan dihitung dengan rumus sebagai berikut:

TR = Y. Py

Keterangan: TR = Total Revenue

(penerimaan total) Y = Jumlah Produk (Botol) Py = Harga Produk (Rp/Botol)

3) Untuk mengetahui besarnya R/C dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Biaya

Penerimaan

C

R

/

Dengan ketentuan :

- Apabila R/C >1, maka usahatani tersebut menguntungkan dan layak diusahakan.

- Apabila R/C=1, maka usahatani tersebut tidak untung tidak rugi atau impas.

- Apabila R/C <1, maka usahatani tersebut merugi dan tidak layak diusahakan.

2.5 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cibeber, Kecamatan Cikalong, Kabupaten Tasikmalaya, pada Kelompok Tani Ternak Lebah Madu Sabilulungan 7. Penelitian ini dilaksanakan selama 14 bulan (Mei sampai Juni 2015).

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Identitas Responden

Peternak Responden pada penelitian ini adalah peternak yang memiliki ternak lebah madu yang tergabung ke dalam Kelompok Ternak Sabilulungan 7. Indikator yang digunakan dalam mengidentifikasi peternak sebagai responden adalah umur, pendidikan, pengalaman usaha ternak lebah madu, jumlah tanggungan keluarga, kepemilikan ternak lebah madu dan alasan berkelompok.

Tabel 3. Identitas Responden

Sumber : Data primer diolah, 2014 3.1.1 Umur Responden

Umur berpengaruh langsung terhadap kemampuan fisik dan respon peternak terhadap inovasi baru. Peternak usia muda relatif lebih produktif dibandingkan dengan peternak yang berusia lanjut, begitu juga dalam menerima inovasi baru biasanya peternak berusia muda lebih optimis dan responsif.

Jumlah peternak yang diambil sebagai responden dalam penelitian ini sebanyak delapan orang yang sudah ditentukan berdasarkan keaktifan dari anggota kelompok tersebut. Tingkat produktivitas dalam usaha ternak lebah madu dapat dipengaruhi oleh tingkat umur peternak tersebut. Menurut Said Rusli (1995), penduduk usia produktif adalah

Keterangan : TC = Total Cost (biaya

total)

TFC = Total Fixed Cost

(biaya tetap total)

TVC = Total Variable Cost

(6)

penduduk yang berumur antara 15 sampai 64 tahun. Komposisi umur peternak responden dapat dilihat pada Tabel 3.

3.1.2 Pendidikan Responden

Pendidikan merupakan suatu proses yang dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan seseorang dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapinya, oleh karena itu tingkat pendidikan formal peternak responden tentunya mempengaruhi keadaan perilaku yang terdiri dari pengetahuan, sikap serta keterampilan peternak dalam mengelola usahanya termasuk pada usaha ternak lebah madu ataupun usaha di luar peternakan. Perilaku berusaha peternak responden banyak yang berasal dari pengalaman peternak itu sendiri atau peternak disekitarnya atau peternak di tempat lain, namun tingkat pendidikan untuk melakukan perubahan perilaku responden diantaranya dilakukan juga melalui pendidikan non formal. Lebih jelasnya dapat dilihat di Tabel 3.

3.1.3. Pengalaman Usaha Ternak Responden Pengalaman usaha ternak dalam penelitian ini diukur berdasarkan lamanya responden berusaha ternak lebah madu. Pengalaman peternak responden dalam berusaha lebah madu sudah cukup berpengalaman yaitu berkisar antara tiga sampai tujuh tahun.Untuk lebih jelasnya mengenai pengalaman peternak responden dalam menjalankan usaha ternaknya dapat dilihat pada Tabel 3.

3.1.4. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden Semakin banyaknya tanggungan keluarga berarti semakin banyak atau semakin besar yang harus ditanggung keluarga. Besarnya anggota keluarga akan mempengaruhi dinamika dan kinerja peternak responden dalam melakukan aktivitas kehidupannya sehingga harus lebih giat lagi dalam melakukan kegiatan usahanya sampai memperoleh keuntungan yang dapat mencukupi kebutuhan tanggungan keluarga peternak responden.

Peternak responden umumnya sudah berkeluarga dengan jumlah tanggungan keluarga rata-rata dua orang yang terdiri dari istri dan anak. Jumlah tanggungan kelurga peternak responden yang paling banyak adalah tiga orang dan paling sedikit adalah satu orang. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah tanggungan keluarga peternak responden dapat dilihat pada Tabel 3.

3.1.5. Jumlah dan Jenis Kepemilikan Ternak Lebah Madu

Jumlah kepemilikan ternak akan mempengaruhi besaran pendapatan yang diperoleh peternak responden. Jumlah ternak yang dimiliki kedelapan peternak responden beragam, dari 20 kotak sampai dengan 50 kotak. Jenis ternak yang dimiliki peternak responden yakni lebah madu jenis Apis Cerana.

4.1 Aspek Budidaya 4.1.1 Sistem Perkandangan

Agar ternak yang tinggal didalam kandang merasa nyaman, konstruksi kandang harus diciptakan sesuai dengan kondisi alam sekitarnya. Kontruksi kandang harus diciptakan cukup kokoh meskipun dengan bahan bangunan sederhana. Para peternak membuat kotak lebah yang terbuat dari kayu yang terdiri dari alas dan dinding kotak, kotak sarang peneluran, penyekat, kotak sarang madu, penutup kotak dan bingkai.

a) Alas dan Dinding Kotak

Alas dan dinding kotak berfungsi sebagai pintu keluar masuk lebah. Alas dan dinding kotak ini terbuat dari kayu. Alas dan dinding kotak lebah yang terdapat di daerah penelitian terbuat dari papan setebal 2 cm dan pada bagian bawah dinding dibuat lubang yang berguna sebagai tempat keluar masuk lebah. Sedangkan alas kotak dibuat dengan ukuran yang lebih luas dibanding kotaknya.

b) Kotak Sarang Peneluran

Kotak sarang peneluran berfungsi untuk memperbanyak jumlah anggota koloni lebah.

c) Penyekat Ratu

Penyekat ratu berfungsi untuk mencegah lebah ratu berkeliaran keluar sarang d) Kotak Sarang Madu

Kotak sarang madu berfungsi untuk memproduksi madu. Bentuk kotak sarang madu sama dengan kotak peneluran, lengkap dengan lubang keluar masuk.

e) Penutup Kotak

Bahan penutup kotak sedapat mungkin terbuat dari bahan yang mampu menahan panas, bahan yang paling baik adalah yang mampu memancarkan kembali sinar matahari dan melindungi dari hujan. Jenis atap yang digunakan para peternak untuk melindungi kotak kayu adalah dengan dilapisi bahan seng. Di bawah penutup kotak diberi ruang angin secukupnya dan ditutup kawat kasa agar tidak dilewati lebah. Lubang angin ini sangat penting

(7)

agar uap air bekas pernafasan lebah dapat cepat menguap, jika tidak uap air akan kembali mengembun pada saat udara dingin dan merusak sisir lebah.

f) Bingkai

Bingkai ini berfungsi sebagai tempat lebah melekatkan sarang. Bahan bingkai terbuat dari kayu dan berbentuk segi empat. Ukuran bingkai disesuaikan dengan kotak peneluran dan sarang madu. Di atas bingkai kotak sarang madu diberi penyekat kawat kassa agar semua lebah tidak dapat naik ke atas. Bingkai ini terdiri dari bingkai untuk peneluran, bingkai untuk madu, bingkai untuk royal jelly, bingkai untuk perbanyakan ratu dan bingkai untuk menyimpan sirup gula saat paceklik bunga.

4.1.2 Pengisian Bibit Lebah a) Pengisian Bibit Lebah

Bibit lebah Apis cerana dapat diperoleh dengan cara membeli dari para peternak lebah di pedesaan yang biasanya masih menggunakn gelodog ataupun dengan cara memindahkan keluarga lebah yang bergelantungan di bubungan rumah atau di pohon pohon sekitar rumah.

Urutan cara pengisian bibit lebah adalah dengan cara diasapi. Setelah itu mencari ratu dengan teliti dan masukkan ke dalam kurungan ratu dan disimpan di dalam kotak yang telah disediakan kemudian masukan seluruh keluarga lebah ke dalam kotak dan tutup kotak tersebut. Setelah kondisi tenang bukalah kurungan lebah ratu.

b) Pembuatan Sarang Lebah

Setelah lebah ratu kawin, lebah pekerja mulai menjalankan tugas membuat sarang. Lebah yang bertugas membangun sarang hanya lebah berumur dua sampai dua puluh hari, yakni lebah pekerja yang masih kuat dan kelenjar lilinnya masih sangat produktif. Sedangkan lebah pekerja lain bertugas memperkuat dinding. Sarang lebah terdiri dari lembaran – lembaran lilin yang terbagi ke dalam beberapa bagian yang disebut sisiran sarang. Sisiran itu terdiri dari banyak bilik yang disebut sel. Sel – sel itu berbentuk ruangan bersisi enam (heksagonal) kecil – kecil dan sangat rapi. Di dalam sel – sel sarang berbentuk tabung itulah lebah pekerja mengumpulkan bahan pakan dan lebah ratu meletakkan telurnya

Sel sarang yang sudah berisi telur segera diisi madu dan tepung sari oleh lebah pekerja. Setelah penuh ditutup lilin tipis yang tembus cahaya.

Keberhasilan suatu koloni khususnya tergantung populasi pekerja yang lebih besar untuk melakukan tugas pemeliharaan anakan, pemeliharaan sarang, pencarian makan dan juga tugas menyeimbangkan panas saat musim dingin dan musim panas.

4.1.3 Kebersihan Kotak

Selama pekan pertama tinggal di kandang yang baru, lebah jangan diusik – usik. Biarkan mereka hidup tenang menyiapkan sisir sarang tempat peneluran. Pekan berikutnya mulai diperhatikan dan diperiksa kebersihan kandangnnya. Sepekan sekali dasar kandang dibersihkan dari kotoran – kotoran.

Jika bingkai – bingkai penuh sisir, berarti lebah ratu subur. Di atas kotak peneluran perlu ditambah lagi kotak peneluran baru sehingga menjadi bersusun. Usahakan dalam sarang lebah selalu terdapat telur agar koloni lebah dalam kandang tidak kabur meninggalkan sarang.

4.1.4 Kegiatan Masa Pembangunan

Masa pembangunan adalah masa menunggu panen madu, yaitu sekitar tiga bulan. Kegiatan pada masa pembangunan bertujuan untuk memperoleh perkembangan koloni secara optimal, dengan demikian populasi lebah pekerja dalam suatu koloni dapat memproduksi madu secara optimal. Untuk itu diperlukan kegiatan seperti memeriksa koloni lebah, penggembalaan koloni, mencegah lebah kesasar dan mencegah lebah hijrah.

a) Memeriksa Koloni Lebah

Sepekan sekali koloni lebah perlu diperiksa, untuk membersihkan kotak dari kotoran dan menghindari penularan hama dan penyakit. Papan lantai kotak sarang harus rajin dibersihkan karena cepat kotor sehingga akan diserbu semut atau dijadikan sarang ngengat. b) Penggembalaan Koloni

Peternakan lebah dalam lingkup skala kecil tidak perlu digembalakan, hal ini tidak berlaku karena pekerjaan beternak lebah hanya dijadikan usaha sampingan. Hal yang paling terpenting adalah lokasi lebah berada di sekitar pakan lebah sehingga lebah mampu mencari nektar sendiri.

c) Mencegah Lebah Kesasar

Lebah – lebah pekerja yang kesasar ke kotak lebah lainnya disebabkan oleh beberapa hal, antara lain angin kencang dan jarak antara satu kotak dengan kotak lainnya saling berdekatan. Para peternak mencegah hal ini

(8)

dengan cara menyusun kotak – kotak lebah dengan jarak yang cukup jauh yakni sekitar dua sampai lima meter serta dalam peletakan kotaknya pun diletakan ditempat yang mudah dikenali oleh lebah pekerja.

d) Mencegah Lebah Hijrah

Hijrah di sini maksudnya adalah suatu koloni lebah yang pindah dari suatu tempat ke tempat yang baru. Perpindahan ini merupakan naluri lebah untuk membentuk masyarakat baru. Para peternak mencegah hal ini dengan cara mengganti ratu yang sudah tidak subur produksi telurnya, menyediakan sisiran – sisiran sarang yang cukup banyak untuk ratu bertelur dan kedaan kotak harus selalu dalam keadaan bersih dan tetap sejuk dengan ventilasi dan peneduh yang baik.

4.1.5 Kegiatan Panen

Kegiatan panen lebah madu tidak hanya menghasilkan madu, melainkan juga lilin dan propolis. Kegiatan panen ini dilakukan setelah tiga bulan dari awal pemeliharaan. Pengambilan madu diusahakan semasak mungkin. Tanda – tanda madu masak adalah sel – sel tabung madu telah tertutup. Jika sel – sel tabung madu belum tertutup berarti madu masih muda. Madu muda kadar airnya masih tinggi sehingga mudah sekali rusak.

Cara pengambilan madu adalah dengan cara pengasapan terlebih dahulu ke dalam kotak setelah tutup kotak dibuka. Kemudian angkat sarang perlahan – lahan, jika ada lebah yang masih menempel pada sarang disikat supaya lebah jatuh ke dalam kotak. Kupaslah sarang dengan pisau dan sisakan kira – kira setebal satu centimeter dari tempat menempelnya sarang. Setelah tempat sarang dikembalikan lebah – lebah akan segera membuat sarang lagi. Pisahkan madu dengan lilin kemudian sisiran – sisiran sarang yang berisi madu dipisahkan sehingga madu akan keluar dari sisiran – sisiran sarang tadi, sisiran – sisiran sarang inilah yang disebut sebagai lilin.

4.2 Aspek Pemasaran

Transaksi yang dilakukan dalam penjualan madu ini adalah secara tunai dan non tunai. Kendala yang dihadapi Kelompok Tani Ternak Sabilulungan 7 dalam penjualan madu adalah kurangnya informasi pasar, seperti pengetahuan struktur pasar, harga produk yang berlaku dipasar, penampilan produk dan pelaksanaan pemasaran sehingga harga sering ditentukan sepihak oleh pihak bandar. Struktur

pasar di sini berkaitan dengan golongan pasar yang berdasarkan strukturnya serta berkaitan dengan persaingan antara penjual dan pembeli dalam produknya. Kekuatan pasar ini akan sangat berpengaruh terhadap harga dan jumlah produk yang beredar di pasar. Secara umum, struktur pasar ini disebabkan oleh jumlah penjual dan pembeli yang bermain di pasar tersebut, tingkat perkembangan biaya dan harga produk serta tingkat permintaan dan penawaran.

4.3 Analisis Kelayakan

Analisis usaha ternak lebah madu ini pada prinsipnya ditujukan untuk mencapai keuntungan yang maksimal dengan cara pengelolaan yang sebaik-baiknya. Sebagaimana dengan usaha yang bergerak dibidang produksi, keuntungan usaha ternak lebah madu ini ditentukan oleh penerimaan dan biaya produksi dengan asumsi suku bunga modal yang berlaku pada saat itu adalah 12,75 persen per Tahun. 4.3.1 Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan sejumlah biaya yang dikeluarkan dalam suatu usaha ternak. Biaya ini terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan untuk sarana produksi, diantaranya adalah bibit, kotak lebah, peralatan yang digunakan dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Sementara biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan secara berulang-ulang, diantaranya adalah kemasan, tenaga kerja dan biaya pemasaran.

Biaya tetap yang dikeluarkan terdiri dari penyusutan bibit, penyusutan kotak lebah, penyusutan alat dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Biaya tetap yang dikeluarkan kedelapan responden tersaji pada Tabel 4. Pada Tabel 4 menunjukan bahwa biaya tetap yang dikeluarkan selama masa pemeliharaan lebah madu berada pada kisaran Rp 708.468,00 sampai Rp 1.692.480,00. Perbedaan biaya tetap ini dikarenakan adanya perbedaan dalam banyaknya kotak lebah yang dimiliki dan banyaknya peralatan yang dibeli oleh peternak. Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 2.

(9)

Tabel 4. Biaya Tetap Usaha Ternak Lebah Madu di Kelompok Ternak

Sabilulungan 7.

Sumber :Data Primer Diolah, 2014

Biaya variabel yang dikeluarkan terdiri dari kemasan, tenaga kerja dan biaya pemasaran. Biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 5.

Pada Tabel 5 menunjukkan bahwa biaya variabel yang dikeluarkan selama masa pemeliharaan lebah madu berada pada kisaran Rp 1.001.040,00 sampai Rp 1.388.040,00. Perbedaan biaya variabel ini disebabkan adanya perbedaan banyaknya kemasan yang dibeli peternak untuk pengemasan madu dan banyaknya produksi madu yang dihasilkan sehingga berakibat pada besarnya biaya pemasaran madu. Biaya pemasaran itu didapat dari :

Jumlah botol . 600 ml = Y ml

Biaya Pemasaran = X Liter . Rp. 20.000 Keterangan :

Tabel 5. Biaya Variabel Usaha Ternak Lebah Madu di Kelompok Ternak Sabilulungan 7.

Sumber :Data Primer Diolah, 2014

4.3.2 Penerimaan, Pendapatan dan R/C dari Usaha Ternak Lebah Madu

Penerimaan dari usaha ternak lebah madu berupa penjualan madu asli. Potensi lain dari usaha ternak lebah madu ini adalah lilin. Akan tetapi lilin tersebut belum mempunyai nilai ekonomi karena lilin yang dihasilkan tidak

dijual, melainkan digunakan untuk keperluan sehari – hari. Penerimaan setiap usaha ternak lebah madu tersaji pada Tabel 6.

Jika besarnya penerimaan dan biaya produksi telah diketahui, maka dapatlah dihitung besarnya pendapatan yang diperoleh dalam usaha ternak lebah madu tersebut. Besarnya pendapatan yang diperoleh dalam usaha ternak lebah madu selalu berubah dari tahun ke tahun sejalan dengan terjadinya perubahan harga sarana produksi maupun harga penjualan madu. Pendapatan usaha ternak lebah madu tersaji pada Tabel 6.

Tabel 6. Penerimaan, Pendapatan dan R/C Usaha Ternak Lebah Madu di Kelompok Tani Ternak Sabilulungan 7.

Sumber : Data Primer Diolah, 2014

Analisis usaha digunakan untuk melihat kelayakan sebuah usaha yang akan dijalankan atau dikembangkan. Ada beberapa indikator yang bisa digunakan untuk mengukur kelayakan sebuah usaha, diantaranya yaitu

revenue cost ratio (R/C ratio). Pendapatan

untuk setiap jenis sapi dapat dilihat pada Tabel 6

Pada Tabel 6 dapat terlihat bahwa rata – rata jumlah biaya yang dikeluarkan adalah Rp. 2.480.057,25 dan rata – rata penerimaan adalah Rp. 3.318.750,00. Untuk pendapatan rata – rata Rp. 838.692,75 Tabel 6 juga menunjukan bahwa rata – rata R/C adalah sebesar 1,31 ini berarti setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan mendapatkan penerimaan sebesar 1,31 rupiah.

IV. SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka simpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Secara umum keragaan usahaternak lebah madu yang dilaksanakan oleh responden masih bersifat tradisional

2. Nilai R/C = 1,31 dari Usahaternak Lebah Madu di Kelompok Ternak Sabilulungan 7 Y X Rp. 20.000 = = =

Jumlah Produksi madu (Mili Liter)

Jumlah Produsi dalam satuan Liter

(10)

tersebut dikatakan layak. Ini menunjukkan bahwa usahaternak Lebah Madu tersebut merupakan usaha yang mempunyai potensi yang bagus untuk dikembangkan.

4.2 Saran

Berdasarkan hasil simpulan, maka saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi para peternak disarankan untuk memperbesar skala usahanya dan lebih aktif dalam mencari informasi pasar terutama yang berkaitan dengan harga jual madu.

2. Bagi kelompok disarankan adanya pengoptimalan biaya pemasaran, pembuatan kemasan yang lebih menarik serta lebih sehat dan carilah pasar yang lebih besar.

3. Bagi para penyuluh disarankan untuk lebih intensif lagi dalam melakukan penyuluhan dan pembimbingan kepada Kelompok Tani Ternak Lebah Madu Sabilulunga 7 dalam hal pemanfaatan teknologi baru, baik pada teknik pemeliharaan maupun pada pengolahan pascapanen lebah madu. 4. Bagi Pemerintah daerah diharapkan adanya

pemberian pembinaan dan perhatian lebih berupa pemberian bantuan modal serta pengembangan usaha dari Dinas – Dinas terkait buat para peternak/pengusaha lebah madu supaya ternak lebah madu bisa lebih maju dan berkembang.

DAFTAR PUSTAKA

Abas Tjakrawiralaksana. 1983. Ilmu Usahatani. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Abdul Fattah DS. 1993. Petunjuk Praktis

Peralatan Budidaya Lebah Madu Apis Cerana dan Apis Mellifera. Perum

Perhutani. Jakarta.

Abdul Rauf, Dadun Abdul Mugis, Fauzan Nurhidayat, Peri Susanto, Wirawan Hadi Kusumah. 2011. Pelatihan tentang Diversifikasi Budidaya Lebah Madu di Dusun Kiarakoneng Desa Neglasari Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya tentang Upaya Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Desa dengan Melestarikan Hutan.

PKM. Tasikmalaya.

Anna Rosdiana. 2008. Sukses Bisnis Lebah dan

Madu. Alfarisi Putra. Bandung.

Bank Indonesia. 2013. Pola Pembiayaan Usaha

Kecil (PPUK) Budidaya lebah Madu.

Bank Indonesia Direktorat Kredit BPR dan UMKM.

Bubun Bunyamin. 2012. Keragaan Usaha Ternak Penggemukan Sapi Potong. Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi. Skripsi. Dipublikasikan. Ken Suratiyah. 2006. Ilmu Usahatani. Penebar

Swadaya. Jakarta.

Mudzaky Farid. 2013. Peluang Usaha Ternak

Lebah Madu. Online. Tersedia:

http://wartawirausaha.com/2013/07/pe luang-usaha-ternak-lebah-madu/ http://tasikmalayakab.co.id/new/index.php/info /investasi/mega-menu/category/3- profil-investasi?download=42:sektor-kehutanan-dan-perkebunan/

Said Rusli. 1995. Pengantar Ilmu Kependudukan. LP3S. Jakarta.

Soegeng Soekarto. 1992. Petunjuk Praktis

Budidaya Lebah Madu (Apis Cerana).

Perum Perhutani. Jakarta.

Soekartawi. 2008. Analisis Usahatani.

Universitas Indonesia. Jakarta.

Wilson Chandra. 2008. Analisis Finansial

Usaha Pembibitan Lebah Madu.

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Skripsi. Dipublikasikan.

Gambar

Tabel 3. Identitas Responden
Tabel  4.  Biaya  Tetap  Usaha  Ternak  Lebah  Madu di Kelompok Ternak

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Nilai target perbaikan yang diberikan oleh kedua cara, baik dengan menggunakan nilai slack maupun analisis benchmarking , memiliki kontribusi terhadap perubahan

PT. Santosa Agrindo adalah anak perusahaan dari PT. Japfacomfeed Indonesia yang bergerak di agribisnis peternakan sapi potong, penggemukan sapi potong dan pengolahan

Upaya pemanfaatan limbah jamur tiram sebagai bahan perekat kayu laminasi merupakan suatu proses yang sangat efisien dengan prinsip nir limbah semua

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan profil fitokimia dan aktivitas inhibisi terhadap enzim α- glukosidase dari ekstrak metanol daun Cryptocarya

Hasil uji aktivitas antiinflamasi menunjukkan bahwa ekstrak bawang dayak yang memiliki aktivitas antiinflamasi paling tinggi adalah pada ekstrak konsentrasi 0,08% yaitu

Menurut Peraturan Bank Indonesia 5/8/2003, mengenai ruang lingkup manajemen risiko, terdapat 8 macam risiko, salah satunya yang berperngaruh dengan