• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGETAHUAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN POSITIONING DI RUANG RAWAT INAP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGETAHUAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN POSITIONING DI RUANG RAWAT INAP"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGETAHUAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN

POSITIONING DI RUANG RAWAT INAP

Widayati Pardewi1, Rr. Tutik Sri Hariyati2

1. Program Sarjana Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Kampus FIK UI, Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan, Depok, Jawa Barat – 16424. Indonesia

2. Departemen Dasar Keperawatan dan Keperawatan Dasar Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Kampus FIK UI, Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan, Depok, Jawa Barat – 16424. Indonesia

E-mail: w_pardewi@yahoo.com

Abstrak

Positioning pasien secara teratur merupakan protokol dalam menangani berbagai dampak akibat imobilasi. Beberapa penelitian menunjukkan beberapa akibat imobilisasi, terutama ulkus dekubitus. Pengetahuan perawat sangat penting untuk pelaksanaan tindakan ini. Penelitian ini membahas mengenai hubungan pengetahuan dengan pelaksanaan tindakan positioning pasien. Penelitian menggunakan desain deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel berjumlah 34 perawat di ruang perawatan stroke dan ICU. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling. Melalui hasil analisis uji Fisher’s Exact menunjukkan tidak terdapat hubungan antara pengetahuan perawat dengan pelaksanaan tindakan positioning dengan p value 0,163; α 0,05. Saran bagi penelitian selanjutnya adalah memperluas topik penelitian seperti meneliti variabel lain yang mempengaruhi pelaksanaan tindakan serta menggunakan teknik pengambilan data total sampling pada ruangan lain yang terkait sehingga terlihat gambaran kejadian secara keseluruhan dalam suatu populasi.

Kata kunci: pelaksanaan, pengetahuan, positioning

Abstract

Positioning patient regularly is protocol in handling various impact imobilasi a result. Some research shows some gord immobilization, especially a dekubity ulcer.Nurse's knowledge is very important for the implementation of this action. This research deals with the relationship of knowledge with the implementation of the act on the positioning of the patient. Research use descriptive correlative design with the approach of cross sectional. A sample of 34 nurses in ICU and stroke care. A sampling technique used is the total sampling. Through the results of an analysis Fisher’s Exact analysis shows there was no correlation between knowledge a nurse with the implementation of the act of positioning with p value 0,163; α 0.05. Suggestions for further research is expanding the topic of research as examines other variables affecting the implementation of action as well as uses the technique adoption of data total of sampling in the other room associated this is an image of the overall in a given population.

Key word: implementation, knowledge, positioning

Pendahuluan

Gangguan mobilisasi fisik (imobilisasi) didefinisikan sebagai suatu keadaan yang merupakan faktor sekunder akibat berbagai faktor patofisiologis dan psikopatologis

sehingga pasien mengalami keterbatasan aktivitas (Wilkinson & Ahern, 2012). Adanya perubahan mobilisasi, maka setiap sistem tubuh berisiko terjadi gangguan. Dampak dari imobilisasi adalah mengganggu fungsi metabolik normal, gangguan fungsi

FINAL

(2)

gastrointestinal seperti konstipasi, gangguan sistem respirasi seperti pneumonia, gangguan sistem kardiovaskuler yang meliputi hipotensi ortostatik, peningkatan kerja jantung, dan pembentukan trombus. Imobilisasi dapat

menyebabkan juga gangguan sistem

muskuloskeletal seperti atrofi dan kontraktur, perubahan sistem integumen yang sering disebut dekubitus, serta mempengaruhi perubahan eliminasi urine (Potter & Perry, 2009). Selain itu, imobilisasi juga menyebabkan pasien mengalami gangguan neuromuskular dan pressure ulcers (Lyder & Ayello, 2007).

Pressure ulcer atau dekubitus merupakan

dampak yang cukup sering terjadi pada pasien yang mengalami gangguan imobilitas (Allman, 1997; Berlowitz, 1997). Dekubitus merupakan kerusakan kulit dan jaringan yang bersifat lokal karena adanya tekanan atau gesekan (EPUAP-NPUAP, 2009).

Penelitian epidemiologi di beberapa negara mendapatkan bahwa kejadian dekubitus di pelayanan kesehatan cukup besar. Angka kejadian dekubitus pada pasien rumah sakit di Eropa berkisar antara 8,3%-23% (Vanderwee, 2007). Di Inggris, dekubitus dialami oleh 10,2% pasien di seluruh tempat perawatan kesehatan, 59% diantaranya adalah pasien di rumah sakit (Philips, 2009). Di USA dekubitus terjadi pada 12,3% pasien dari seluruh pasien yang berada di pelayanan keperawatan (Woodburry, 2004). Angka kejadian dari dampak negatif imobilisasi yaitu kontraktur di salah satu pusat pelayanan kesehatan di Netherland pada tahun 2006 mencapai 54% (LD de Jong et al, 2006).

Angka kesakitan berhubungan erat dengan

dekubitus karena akan menyebabkan

penurunan status kesehatan pasien (Lyder & Ayello, 2007). Dampak negatif yang dialami pasien antara lain menurunnya kualitas hidup, gangguan fungsi, munculnya komplikasi antara lain berupa infeksi, prognosis yang buruk dan peningkatan biaya perawatan

(Chou et al., 2013). Intervensi untuk mencegah terjadinya dekubitus merupakan hal yang sangat penting, karena pencegahan terbukti lebih efektif dibandingkan dengan perawatan setelah dekubitus terjadi. Pencegahan tersebut dapat mengurangi kejadian dekubitus atau mengurangi tingkat keparahan dekubitus (Chou et al., 2013). Pencegahan dekubitus merupakan tanggung jawab multidisiplin, akan tetapi, perawat memiliki peran yang utama (Lyder dan Ayello, 2007).

Association for the Advancement of Wound Care (AAWC) (2010) telah memasukkan

mengubah posisi pasien secara teratur sebagai salah satu intervensi dalam protokol penanganan dekubitus khususnya tentang protokol perawatan untuk mengatur tekanan yang dialami pasien. Mengubah posisi harus dilakukan setiap 2-3 jam agar sebaran tekanan yang dialami oleh tubuh pasien merata, tidak hanya mengenai satu daerah saja. Penelitian Gray&Krapfl (2008) membuktikan bahwa dengan mengubah posisi pasien setiap 2 jam sangat signifikan untuk mencegah terjadinya dekubitus.

Pelaksanaan tindakan mengubah posisi pada pasien imobil sejauh ini masih kurang diperhatikan oleh sejumlah perawat. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian Andika (2011) di RSUP H. Adam malik Medan yang mendapatkan bahwa mayoritas pasien menyatakan intervensi perawat dalam pencegahan dekubitus khususnya tentang mobilisasi dalam kategori buruk.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perawat dalam melakukan tindakan keperawatan antara lain adalah pengetahuan, sikap dan

motivasi perawat (Wiyono, 2000).

Pengetahuan perawat disini sangat penting karena pengetahuan dapat mempengaruhi perilaku atau pelaksanaan mengubah posisi pasien. Perilaku positif tidak selalu dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap

FINAL

(3)

positif, namun secara minimal jika didasari pengetahuan yang cukup, perilaku yang terbentuk relatif lebih lama (Maulana Heri D.J., 2009). Apabila pengetahuan perawat baik tentang pentingnya dan prosedur

mengubah posisi yang benar maka

pelaksanaan merubah posisi pada pasien imobilitas pasti akan baik.

Berdasarkan studi pendekatan wawancara dengan beberapa orang perawat pelaksana ruangan di RS K, diketahui bahwa 40% dari perawat menyatakan mengubah posisi merupakan tindakan penting tetapi bukan merupakan tindakan yang harus dilaksanakan secara rutin dan 60 % menyatakan bahwa setiap hari mereka melaksanakan tindaka merubah posisi tetapi tidak melakukan evaluasi setiap berkala atau setiap 2 jam, dan tidak memasukkan tindakan ini dalam catatan perawat. Akibat dari pelaksanaan tindakan mengubah posisi yang kurang optimal ini, beresiko menimbulkan komplikasi di rumah sakit sebagai dampak imobilisasi seperti dekubitus.

Sejak bulan Januari sampai dengan Oktober 2013, di hampir seluruh ruang rawat inap, peneliti mendapatkan fakta bahwa belum terciptanya budaya yang kondusif terhadap perilaku positioning karena tidak adanya motivasi yang kuat untuk melakukan perubahan perilaku perawat terhadap

positioning. Salah satu faktornya adalah

tingginya tingkat kesibukan perawat, ataupun

tidak seimbangnya beban kerja. Sehubungan dengan banyaknya dampak negatif dari tidak dilaksanakannya mengubah posisi secara optimal, peneliti merasa penting untuk melakukan penelitian untuk mengetahui tingkat pengetahuan perawat terkait mengubah posisi, gambaran pelaksanaan

positioning di ruang rawat inap, serta

melakukan analisis apakah ada hubungan tingkat pengetahuan perawat dengan pelaksanaan mengubah posisi yang dilakukan pada pasien imobilitas.

Metode

Penelitian ini bersifat deskriptif korelatif

dengan pendekatan potong lintang

(crosssectional). Pengambilan sampel (sampling) menggunakan total sampling, yaitu 34 perawat yang meliputi perawat ruang ICU dan ruang perawatan stroke. Alat pengumpul data atau instrumen yang digunakan untuk penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini dirancang oleh peneliti berdasarkan studi pustaka yang telah dicantumkan pada bab 2. Instrumen yang digunakan untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan peneliti menggunakan kuesioner pengetahuan perawat tentang positioning. Sedangkan alat untuk mengidentifikasi

pelaksanaan tindakan positioning

menggunakan kuesioner pelaksanaan tindakan

positioning yang dilakukan perawat.

Penelitian ini menggunakan 30 responden untuk uji validitas. Untuk itu, r tabel yang digunakan adalah 0,361. Setelah dilakukan input data dan dilakukan uji validitas pada kuesioner pengetahuan perawat, rentang nilai validitasnya 0,711 – 0,880, sedangkan pada kuesioner pelaksanaan rentang nilai validitasnya 0,628 – 0,920, sehingga semua pernyataan dalam kuesioner dinyatakan telah valid. Setelah dilakukan uji reliabilitas, ditemukan r Alpha (0,9) lebih besar dibandingkan dengan nilai r tabel, maka

semua pertanyaan tersebut dinyatakan reliabel. Analisis univariat dalam penelitian ini bertujuan untuk menilai gambaran distribusi frekuensi dari variabel pengetahuan dan pelaksanaan mengubah posisi. Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase variabel bebas (pengetahuan) dan variabel terikat (pelaksanaan).

Penelitian ini menggunakan data kategorik, sehingga data disajikan dalam bentuk jumlah distribusi frekuensi dan persentase atau

FINAL

(4)

proporsi. Uji statistik dalam penelitian ini adalah uji Chi Square untuk melihat

hubungan antara variabel bebas

(pengetahuan) dengan variabel terikat (pelaksanaan) menggunakan p value 0,05 dan dilanjutkan dengan uji Fisher karena penelitian tidak layak hanya dengan uji Chi

Square. Sebelum pengambilan data, peneliti

menjelaskan terlebih dahulu perihal penelitian secara rinci dan mengajukan informed consent sebagai tanda bahwa responden bersedia terlibat dalam penelitian ini berikut dengan hak dan kewajibannya. Pengolahan data dilakukan peneliti begitu semua data yang dibutuhkan sudah terkumpul. Editing

dilakukan terlebih dahulu guna memeriksa kelengkapan pengisian, kejelasan tulisan, dan

kesinambungan antara jawaban dan

pertanyaan serta kekonsistenan jawaban suatu pertanyaan dengan jawaban lain. Lebih lanjut dilakukan proses pengkodean (coding), memasukkan data (entry data), dan terakhir

cleaning yaitu pengecekkan kembali oleh

peneliti setelah semua data dimasukkan. Analisa data dilakukan dengan dua cara yaitu analisa univariat dan analisa bivariat. Analisa univariat dilakukan pada karakteristik perawat (jenis kelamin, usia, unit kerja, masa kerja, dan pendidikan), tingkat pengetahuan perawat, dan pelaksanaan tindakan.

Hubungan antara pengetahuan dan

pelaksanaan tindakan dianalisa secara bivariat.

Hasil

Tabel 1 menyampaikan hasil analisis tentang karakteristik perawat berdasarkan demografi, terlihat data yang distribusinya hampir merata adalah masa kerja, dimana jumlah perawat yang masa kerjanya <5 tahun (32,4%), 5-10 tahun (35,3%), dan yang >10 tahun (32,4%). Sedangkan usia perawat lebih banyak yang kurang dari 40 tahun, yaitu 28 orang (82,4%). Sedangkan untuk jenis kelamin mayoritas perempuan, yaitu 27 perawat (79,4%). Pendidikan perawat mayoritas lulusan DIII yaitu sebanyak 24 (70,6%). Jumlah perawat

yang menjadi responden hampir sama, dimana perawat dari ruang ICU sebanyak 19 (55,9%) dan dari ruang perawatan stroke atau Wijaya Kusuma ada 15 (44,1%). Berdasarkan uji lanjut yaitu menghubungkan karakteristik perawat dengan pengetahuan, terdapat hubungan yang tidak bermakna. Hal ini dibuktikan dengan nilai p value masing-masing karakteristik yaitu 0.211; 1.00; 1.0.58; 0.152; dan 0.511 (α=0.05). Hubungan karakteristik perawat dengan pelaksanaan tindakan juga terdapat hubungan tidak bermakna, yaitu 0.410; 1.00; 0.510; 0.635; 0.4 (α=0.05).

Tabel 1 Karakteristik Perawat Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan, Unit Kerja, dan Masa Kerja di RS K pada Bulan Mei Tahun 2014

No Karakteristik Frekuensi Persentase (%) 1 Jenis Kelamin Laki-laki 7 20,6 Perempuan 27 79,4 Total 34 100 2 Usia <40 tahun 28 82,4 40-50 tahun 6 17,6 Total 34 100 3 Masa Kerja < 5tahun 11 32,4 5-10 tahun >10 tahun 12 22 35,3 32,4 Total 34 100 4 Unit Kerja Perawatan stroke 15 44,1 ICU 19 55,9 Total 34 100 5 Pendidikan SPK 6 17,6 DIII S1 24 4 70,6 11,8 Total 34 100

FINAL

(5)

Tabel 2 Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Tindakan

Positioning Pada Pasien Imobilitas di RS K pada Bulan

Mei Tahun 2014 No Karakteristik Frekuen si Persenta se (%) 1 Kurang baik 22 64,7 2 Baik 12 35,3 Total 34 100

Tabel 2 menyampaikan hasil analisis tentang tingkat pengetahuan perawat dimana mayoritas perawat memiliki tingkat pengetahuan kurang baik tentang tindakan

positioning pada pasien imobilitas yaitu

sebanyak 22 responden (64,7%).

Tabel 3 Pelaksanaan Tindakan Positioning di RS K pada Bulan Mei Tahun 2014

No Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

1 Kurang baik 20 58,8

2 Baik 14 41,2

Total 34 100

Tabel 3 menyampaikan hasil analisis tentang pelaksanaan tindakan positioning, yang ditemukan adalah mayoritas perawat yaitu sebanyak 20 orang (58,8%) masih kurang baik dalam pelaksanaan tindakan positioning.

Hasil analisis hubungan antara pengetahuan dengan pelaksanaan tindakan positioning menggunakan uji Fisher’s Exact, dimana nilai

Significancy adalah 0,163 sehingga nilai p >

0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan perawat dengan pelaksanaan tindakan

positioning pada pasien imobilitas.

Pembahasan

Penelitian ini menjelaskan tidak adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pelaksanaan tindakan positioning yang dilakukan perawat di RS K. Data yang dihasilkan dari penelitian ini berbanding

terbalik dengan penelitian sebelumnya, seperti Hastuti dan Murtutik (2008) di RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang menyatakan adanya hubungan antara pengetahuan dengan sikap perawat dalam melakukan mobilisasi pada pasien stroke.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan tindakan ini kurang baik, diantaranya ketrampilan dan pengetahuan tenaga kesehatan. Dilihat dari sisi pengetahuan perawat dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden perawat berumur dewasa dini. Orang akan menggunakan kemampuan motorik yang masih baik dalam belajar menguasai ketrampilan-ketrampilan motorik baru, dan menggunakan kemampuan mental seperti mengingat hal-hal yang dulu pernah dipelajari, penalaran analogis, dan berpikir kreatif serta didukung dengan kemampuan fisik/tenaga yang masih efisien agar mampu bersaing dengan lingkungannya. Menurut Perry & Potter (2009), kemampuan seorang perawat untuk berfikir kritis dalam melakukan asuhan keperawatan akan terus meningkat secara teratur selama usia dewasa dengan banyaknya kasus dan pengalaman yang diperoleh selama perawat bekerja. Pengalaman perawat yang didapat dari pendidikan formal dan informal, pengalaman hidup, dan kesempatan untuk bekerja di rumah Sakit, komunitas, maupun di tempat kerja yang lain dapat meningkatkan konsep diri, kemampuan menyelesaikan masalah dan ketrampilan motorik perawat tersebut. Mayoritas pendidikan perawat di Rumah Sakit K adalah lulusan DIII, dan dengan tenaga sarjana di tiap ruangan minimal 2 orang yang dapat menjadi kontrol untuk menjaga mutu pelayanan keperawatan dimana beberapa diantara lulusan sarjana tersebut menduduki jabatan sebagai kepala dan wakil kepala ruang.

Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara jenis kelamin, usia, pendidikan, lama kerja, unit kerja dengan pengetahuan dan pelaksanaan

FINAL

(6)

tindakan positioning. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ageng, Maskoen, dan Agustina (2012) tentang pengetahuan dan ketrampilan perawat dalam mobilisasi pasien untuk mencegah ulkus tekan. Penelitian tersebut hanya menemukan satu-satunya variabel yang mempengaruhi mobilisasi adalah ketrampilan. Sehingga ketrampilan perawat perlu selalu diasah dan dibiasakan melaksanakan tindakan sesuai dengan prosedur yang benar.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan gambaran: (1) Perawat ruang ICU dan perawatan stroke RS K mempunyai tingkat pengetahuan kurang baik tentang

positioning pada pasien imobilitas (64,7%)

(2) Mayoritas perawat ICU dan perawatan stroke RS K kurang baik dalam melaksanakan

tindakan positioning pada pasien

imobilitas.(3) Tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan perawat dengan pelaksanaan tindakan positioning pada pasien imobilitas.

Ucapan Terima Kasih

Penelitian ini tidak akan berjalan lancar dan dapat selesai tepat pada waktunya tanpa orang-orang hebat dibaliknya, oleh karena itu ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya tak lupa ditujukan kepada keluarga dan orang tua yang telah memberikan dukungan dan doanya tiada henti; Dr. Rr. Tutik Sri Hariyati, S.Kp., MARS, selaku pembimbing; Dra. Junaiti Sahar, S.Kp., M. App. Sc., Ph.D selaku

Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Indonesia; Ibu Kuntarti, Skp., M. Biomed selaku koordinator Mata Ajar Riset Keperawatan; Pihak Direktur dan Manajemen RS K; Rekan-rekan seangkatan pendidikan Program Studi Sarjana Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan 2012; Semua pihak yang

tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah ikut membantu hingga penyusunan skripsi dapat selesai.

Referensi

Allman, R.M., Goode, P.S., Patrick, M.M., Burs, N., Bartolucci, A.A. (1995). Pressure

ulcer risk factors among hospitalized patients with activity limitation.

Andika, S. (2011). Penelitian tetang upaya untuk

mencegah terjadinya luka dekubitus dalam persepsi pasien yang mengalami trauma orthopedi di ruangan Rindu B3 Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Sumatera Utara.

Association for the Advancement of Wound Care (AAWC). (2010). Guidlines of pressure

ulcer guidlines. Malvern, Pennsylvania.

Ayello,E. (2007). Predicting pressure ulcer risk. Try this: Best practice in nursing care to older adult. Issued No: 5. Retrieved from http:/consultgerirn.org/uploads/File on November 14, 2013.

Berlowitz, D.R., Brandeit, G.H., Anderson, J., Brand, H. Effect of pressure ulcer on the survival of log term care residents.

Journal gerontology a bio. science med. sci. 52: 106-110.

Berman, A., Snyder, S., Kozier, B., Erb, G. (2009). Buku ajar praktik keperawatan

klinis. Eny Meiliya, Esti Whyuningsih &

Devi Yulianti, Penerjemah). Jakarta: EGC.

Bryant, R. (2000). Acute and chronic wound: Nursing management. Mosby: St. Louis. Chou, et all. (2013, July 2). Pressure ulcer risk

assesment and prevention: a systematic comparativeness review. Annals of internal medicine.

Defloor, T. (2000). The effect of position and mattress on interface pressure. Applied

nursing reseach. Volume: 13 Number: 1.

Retrieved from

(7)

http:/www.ebscohost.com/uph.edu on November 14, 2013

Gray Mikel & Krapfl Lee Ann. (2008). Does regular repositioning prevent pressure ulcer. Journal of wound, ostomy and

continence nursing. P 571-577.

Hastono, S.P., (2007). Analisa data kesehatan. Depok: FKM-UI.

Hastuti, L.F. Murtutik, L. (2008). Hubungan

Pengetahuan dan Sikap Perawat terhadap Tindakan Mobilisasi Pasien Stroke di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

Retreived from

http://www.usahidsolo.ac.id/files/journals /3/articles/110/submission/review/110-218-1-RV.pdf

Jong LD de, et al. (2006). Contractive preventive

positioning of the hemiplegic arm in subacute stroke patient: a pilot randomized.

Lyder, N.D., Ayello, E.A. (2007). Pressure

ulcers: a patient safety issue. Virginia.

Maskoen, T. Ageng, L. Agustin, H. (2012).

Pengetahuan dan Ketrampilan Mobilisasi Pasien dalam Mencegah Terjadinya Ulkus Tekan.

Retrieved from https://www.google.co.id perdici.org/wp-content/uploads/mkti/.../mkti2012-0204-177182.pdf

Maulana Heri D.J. (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, S. (2007). Metodologi penelitian

kesehatan: edisi 2. Jakarta: PT. Rineka

cipta.

NPUAP (National Pressure Ulcer Advisory

Panel. (1996). Quick reference gide.

Retrieved from www.npuap.org/guidlines on November 15, 2013.

NPUAP-EPUAP (National Pressure Ulcer

Advisory Panel-European Pressure Ulcer Advisory Panel). (2009). Quick reference

Guide Washington DC.

Philips. (2009). Support surface for pressure ulcer prevention. Cochrane database of systematic review. Australia.

Potter & Perry. (2009). Fundamental keperawatan. (Renata Komalasari dkk,

penerjemah). Jakarta: EGC

Vanderwee, K. (2007). Pressure ulcer prevalence in Europe: A pilot study. Journal of

evaluation in clinical practice.

Vanderwee, K., Grypdonck, Bacquer, De., Defloor, T. (2006). Effecticeness of turning with unequal time on the incidence of pressure ulcer lesions.

Journal af advanced nursing Volume: 57

Page 59-68. Retrieved from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/186 41521 on November 14, 2010.

Wilkinson, J.M., Ahern, N.R. (2012). Diagnosis

keperawatan. Jakarta: EGC.

Wiyono, D.M.S.(2000). Manajemen mutu pelayanan kesehatan. Surabaya: Airlangga University Press.

Woodburry, M.G., Houghton, P. E. (2004).

Prevalence of pressure ulcer in Canadian health care settings. Canada.

Young. (2004). The 300 tilt position vs the 900 lateral supine positions in reducing the incidence of non blanching erythema in a hospital inpatient population. Journal of

tissue viability. Volume: 14 number: 3

Retrieved from

http://www.ebscohost.com/uph.edu on November 14. 2013

(8)
(9)

Referensi

Dokumen terkait

Komunikasi merek memiliki pengaruh tidak langsung terhadap loyalitas merek dengan variabel kepercayaan merek sebagai variabel perantara, menunjukkan hasil T-value

(1) Peneliti memberikan bimbingan yang lebih intensif ke masing- masing kelompok belajar dan memotivasi mahasiswa kurang aktif untuk ikut terlibat dalam

Konsep kriteria efisiensi merupakan bagian dari kriteria didalam penyelenggaraan urusan pemerintahan. Dalam hal ini diartikan sebagai penyelenggaraan urusan pemerintahan

N-heksan merupakan pelarut yang inert, sehingga hanya bisa mengekstrak minyak, sedangkan pelarut etanol merupakan pelarut polar yang dapat mengekstrak senyawa resin,

Variasi konsentrasi amilum beras ketan sebagai bahan penghancur berpengaruh terhadap sifat fisis tablet vitamin B6 yaitu semakin besar konsentrasi amilum beras

Asahimas Chemical tidak berpotensi menggunakan dan menghasilkan bahan kimia (produk samping) hexachlorobutadiene (HCBD) ataupun senyawa sinonimnya berdasarkan hasil

Dalam penelitian ini dilakukan pembuatan bioetanol gel dengan pengental karbopol dan karbosimetil selulosa dan diperoleh banyaknya pengental yang dibutuhkan sehingga

Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan area optimum menggunakan metode CCD (Central Composite Design) serta untuk mendapatkan formula optimum