• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEGIATAN PERLINDUNGAN DAN PENGAMANAN KAWASAN HUTAN TAHURA BANTEN. Tahura merupakan kawasan hutan yang ekosistemnya dilindungi, termasuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEGIATAN PERLINDUNGAN DAN PENGAMANAN KAWASAN HUTAN TAHURA BANTEN. Tahura merupakan kawasan hutan yang ekosistemnya dilindungi, termasuk"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Page 1 of 12

KEGIATAN PERLINDUNGAN DAN PENGAMANAN KAWASAN HUTAN TAHURA BANTEN

Tahura merupakan kawasan hutan yang ekosistemnya dilindungi, termasuk tumbuhan dan satwa yang ada di dalamnya. Eksosistem tahura ada yang alami ada juga yang buatan. Begitu juga dengan tumbuhan dan satwanya, bisa asli atau didatangkan dari luar kawasan. Dilihat dari status hukumnya, Taman Hutan Raya merupakan kawasan lindung yang dikategorikan sebagai hutan konservasi bersama-sama dengan cagar alam, suaka margasatwa, taman nasional, taman wisata alam dan taman buru. Sebagai kawasan yang dilindungi, keberadaan Taman Hutan Raya dikuatkan oleh undang-undang tentang konservasi sumber daya hayati dan ekosistemnya. Dalam undang-undang tersebut taman hutan raya didefinisikan, Taman hutan raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi.

PengelolaanTaman Hutan Raya Banten bertujuan untuk menjamin Kelestarian Kawasan Hutan Beserta Ekosistemnya, Tujuan utama pengelolaan Taman Hutan Raya yakni terjaminnya kelestarian hutan beserta ekosistem hutan yang ada didalamnya. Taman hutan raya sebagai salah satu bagian hutan konservasi diperuntukkan untuk menjaga kelestarian hutan dan ekosistem yang ada didalamnya, seperti tanaman dan juga satwa-satwa agar tidak menjadi objek perburuan liar.

Ekosistem Hutan

Taman Hutan Raya merupakan kawasan hutan yang ekosistemnya dilindungi, termasuk tumbuhan dan satwa yang ada di dalamnya. Taman Hutan Raya Banten berada pada wilayah Desa Sukarame, Desa Sukanagara, Desa Cinoyong dan Desa Kawoyang Kecamatan Carita Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Secara geografis berada pada koordinat 105o49’49” - 105o52’53” BT dan 6o14’32” - 6o17’38” LS. Kawasan Tahura seluas 1.595.9 ha merupakan tipe ekosistem hutan hujan dataran rendah atau hutan dipterokarpa dataran rendah atau hutan pernah yang masih tersisa di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten (Ismayadi S. dkk, 2009). Secara umum, keberadaan tipe ekosistem tersebut mulai mengalami ancaman akibat tingginya tingkat perambahan dan konversi lahan hutan menjadi kebun oleh masyarakat di sekitarnya.

(2)

Page 2 of 12

Pada hutan primer terganggu ditemukan 116 jenis tumbuhan yang tercakup dalam 61 suku, dan di hutan sekunder tua ditemukan 66 jenis tumbuhan yang tercakup dalam 44 suku. Jenis yang mendominasi regenerasi lengkap pada setiap strata terdapat di hutan primer. Untuk tingkat pohon didominasi oleh jenis Puspa (Schima wallichii DC) dan tingkat semai didominasi oleh jenis Kapinango (Dysoxylum

densiflorum Blume) Miq. Jenis tumbuhan dominan pada hutan primer terganggu

adalah Castanopsis accuminatissima (Blume) A. DC. dan Glochidioll rubrum BI untuk tingkat semai. Pada hutan sekunder tua, jenis yang mendominasi pada tingkat pohon adalah Vernonia arborea Buch-Ham, tingkat belta adalah jenis Lithocarpus elegans (Blume), dan untuk tingkat semai adalah jenis Archidendron jiringa (Jack) Nielsen

Potensi sumber daya hutan pada kawasan Tahura memiliki kekhasan ekosistem dan tingkat keanekaragaman hayati (biodiversitas) yang masih cukup tinggi, antara lain berbagai jenis flora baik endemic maupun exotic dan berbagai jenis fauna yang sudah langka dan atau dilindungi. Jenis flora didominasi oleh jenis Dipterocarpaceae, antara lain Dipterocarpus hasseltii, Hopea odorata, Shorea

leprosula, Shorea ovalis, Vatica sumatrana, Shorea compressa, Shorea strenoptera,

dan jenis non Dipterocarpaceae diantaranya Accia auriculiformis, Instia bijuga,

Khaya grandifolia, Lagerstroemia dupereana, Podocarpus blumei, Araucaria cunninghamii, Durio zibethinus, Hymenaea courbaril, Melia excelsa, Pinus caribaea, Pinus merkusii, Schima wallichii, Swietenia mahagoni. Sedangkan jenis fauna yang

masih sering dijumpai, antara lain monyet (Macaca fascicularis), biawak (Varanus sp.), trenggiling (Manis javalicus), dan berbagai jenis burung, seperti elang (Haliacetus leucogastrea), pelatuk dan kutilang.

Perlindungan hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan, yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit, serta mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan (Dephut, 2004). Prinsip yang penting dalam kegiatan perlindungan hutan adalah pencegahan awal perkembangan penyebab kerusakan jauh lebih efektif daripada memusnahkan perusak setelah menyerang. Dalam tahun-tahun terakhir ini anggapan bahwa pencegahan merupakan sistem yang lebih penting dalam perlindungan hutan telah diterima secara meluas. Tetapi hal ini masih tetap diragukan apakah perluasan ide ini melalui sistem silvikultur dan forest management dalam jangka

(3)

Page 3 of 12

waktu panjang dianggap sudah cukup menguntungkan. Pencegahan melalui aplikasi manajemen dan silvikultur memerlukan waktu panjang, tetapi hasilnya akan lebih abadi dan lebih murah dibandingkan metode pemberantasan secara langsung (Mappatoba dan Nuraeni, 2009).

Perlindungan hutan tidak hanya menghadapi bagaimana mengatasi kerusakan pada saat terjadi melainkan lebih diarahkan untuk mengenali dan mengevaluasi semua sumber kerusakan yang potensil, agar kerusakan yang besar dapat dihindari, sehingga kerusakan hutan dapat ditekan seminimal mungkin dari penyebab-penyebab potensial. Saat ini, masalah perlindungan dan pengamanan hutan adalah masalah yang cukup kompleks serta dinamis. Dengan adanya perkembangan diberbagai bidang dan perubahan dinamika di lapangan, maka terjadi pula perkembangan permasalahan perlindungan dan pengamanan hutan khususnya pada kawasan konservasi, mulai dari perladangan berpindah dan perladangan liar/perambahan yang dilakukan oleh warga masyarakat yang sederhana, sampai pencurian kayu dan penyelundupan satwa yang didalangi oleh bandit berdasi.

Fenomena perlindungan hutan ini sebenarnya potensial menjadi sumber kerugian bagi kehutanan, hanya saja selama ini sangat langkah atau tidak ada data yang mampu menunjukkan besarnya angka kerugian tersebut. Pencurian hasil hutan yang selama ini mampu dikemukakan data-data kerugiannya secara kuantitatif akhirnya menjadi kunci pengambilan keputusan di dalam melaksanakan kebijaksanaan di bidang perlindungan hutan, padahal pencurian ini sebenarnya adalah permasalahan sosial ekonomi dan bukan permasalahan teknis perlindungan hutan.

Dalam hubungannya dengan tindakan pengelolaan, pencegahan dalam konsep perlindungan hutan di kawasan TAHURA Banten didekati melalui :

1. Pengambilan keputusan terhadap langkah atau tindakan untuk mencegah agar penyebab kerusakan tidak berkembang dan tidak menimbulkan kerusakan yang serius.

2. Pengembangan suatu bentuk pengelolaan hutan yang ”hati-hati” dan berwawasan masa depan.

3. Pelaksanaan kegiatan yang mengsinergikan pengelola kawasan pelestarian alam tahura dengan pihak berwajib dalam satuan pengamanan kawasan hutan dalam rangka pencegahan pengrusakan kawasan hutan.

Jadi, asas perlindungan hutan mengutamakan pencegahan awal terjadinya atau perkembangan suatu kerusakan hutan melalui perencanaan silvikultur dan

(4)

Page 4 of 12

pengelolaan yang baik Hal ini akan lebih efektif daripada pengendalian langsung setelah kerusakan yang besar terjadi. Dalam prinsip perlindungan hutan, tindakan proaktif dikedepankankan dan tindakan reaktif sedapat mungkin dihindari. Pengamanan hutan adalah segala kegiatan, upaya dan usaha yang dilaksanakan oleh aparat kehutanan dan dukungan instansi terkait dalam rangka mengamankan hutan dan hasil hutan secara terencana, terus menerus dengan prinsip berdaya guna dan berhasil guna (Dephut, 1995).

Secara Fungsional Pengamanan Hutan dilaksanakan oleh Satuan Tugas (Satgas) Pengamanan Hutan yang berkedudukan di Dinas-dinas Propinsi, Kabupaten/Kota yang menangani bidang Kehutanan, dan UPT Departemen, Prosedur pelaksanaan kegiatan pengamanan hutan secara fungsional adalah :

1. Perencanaan; 2. Pelaksanaan;

3. Pengawasan dan pengendalian; 4. Mekanisme Koordinasi;

5. Penyelesaian Administrasi.

Maksud dari pelaksanaan kegiatan Patroli Perlindungan dan Pengamanan Hutan adalah untuk melakukan pencegahan kegiatan pelanggaran/ kejahatan hutan dan atau melakukan tindakan represif apabila menemukan pelanggaran/ kejahatan hutan yang tertangkap tangan.

Sedangkan tujuan dari pelaksanaan kegiatan patroli rutin perlindungan dan pengamanan hutan di Bulan Juni adalah :

1. Mengurangi dan menekan aktivitas pelanggaran/ kejahatan hutan terhadap Kawasan TAHURA Banten dengan target kegiatan kawasan mencakup 1.595,90 ha;

2. Sebagai salah satu upaya untuk penyelamatan kawasan hutan TAHURA Banten dan Potensi Keanekaragaman Hayati serta non hayati yang ada didalamnya;

3. Sebagai tindak lanjut dari kegiatan monitoring dan evaluasi reboisasi (penanaman dan pengkayaan) yang sudah dilaksanakan di bulan Maret;

4. Sebagai salah satu upaya berkomunikasi dan sosialisasi antara petugas UPT TAHURA Banten dengan masyarakat di dalam/ sekitar kawasan.

Dalam masa Pandemi Covid 19 ini, Kegiatan patroli rutin gabungan dan bersama dalam rangka Perlindungan dan Pengamanan Kawasan TAHURA tetap dilaksanakan dengan memperhatikan prosedur Protokol Kesehatan, dengan mementingkan

(5)

Page 5 of 12

kesehatan dan keselamatan para aparatur tahura di setiap desa penyangga. Kegiatan patroli dalam rangka Perlindungan dan Pengamanan Hutan TAHURA dilaksanakan oleh 10 (sepuluh) orang personil yang terdiri dari 2 (dua) ASN Seksi Perlindungan, dan 8 (delapan) orang Petugas Lapangan ditambah dengan 11 (sebelas) orang dari Masyarakat Mitra Polisi Kehutanan (MMP) serta bersinergi dengan pihak kepolisian 1 (satu) personel kepolisian dari Polsek Carita dan 1 (satu) personel dari unsur TNI. Setiap personil telah memiliki kemampuan dan wewenang untuk melaksanakan kegiatan pengaman kawasan hutan. Tim melaksanakan tugasnya dengan dilengkapi peralatan yang memadai guna mendukung kelengkapan dokumentasi dan keamanan diri selama menjalankan tugas. Tidak sedikit hambatan yang dihadapi selama melaksanakan tugas, namun itu semua tidak menyurutkan langkah untuk terus menjaga keutuhan hutan demi keseimbangan ekosistem hutan.

Selain daripada itu upaya yang telah dilakukan oleh UPTD Pengelolaan TAHURA Banten, dalam rangka Perlindungan dan Pengamanan kawasan:

Memberikan penyuluhan dan sosialisasi kepada warga masyarakat tentang larangan dan dampak negatif pengrusakan hutan;

 Memberikan penyuluhan perundang-undangan kehutanan kepada masyarakat, masyarakat penggarap dan lain-lain;

 Melakukan patroli internal hutan secara rutin secara terencana dan berkesinambungan dalam kawasan, bersama masyarakat mitra polisi hutan (MMP);

 Memasang rambu-rambu (papan intepretasi yang berisikan himbauan/ larangan hingga ancaman pidana).

Perundang-undangan mengenai perlindungan hutan

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan;

Pasal 82

1. Orang perseorangan yang dengan sengaja

a. melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a;

b. melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan tanpa memiliki izin yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf b; dan/atau

(6)

Page 6 of 12

c. melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan secara tidak sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf c

dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun serta pidana denda paling sedikit Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah).

Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh orang perseorangan yang bertempat tinggal di dalam dan/atau di sekitar kawasan hutan, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) bulan dan paling lama 2 (dua) tahun dan/atau pidana denda paling sedikit Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) dan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Pasal 83

1, Orang perseorangan yang dengan sengaja:

a. memuat, membongkar, mengeluarkan, mengangkut, menguasai, dan/atau memiliki hasil penebangan di kawasan hutan tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf d;

b. mengangkut, menguasai, atau memiliki hasil hutan kayu yang tidak dilengkapi secara bersama surat keterangan sahnya hasil hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf e; dan/atau

c. memanfaatkan hasil hutan kayu yang diduga berasal dari hasil pembalakan liar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf h

dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun serta pidana denda paling sedikit Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah).

2, Orang perseorangan yang karena kelalaiannya:

a. memuat, membongkar, mengeluarkan, mengangkut, menguasai, dan/atau memiliki hasil penebangan di kawasan hutan tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf d;

b. mengangkut, menguasai atau memiliki hasil hutan kayu yang tidak dilengkapi secara bersama surat keterangan sahnya hasil hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf e; dan/atau

(7)

Page 7 of 12

c. memanfaatkan hasil hutan kayu yang diduga berasal dari hasil pembalakan liar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf h

dipidana dengan pidana penjara paling singkat 8 (delapan) bulan dan paling lama 3 (tiga) tahun serta pidana denda paling sedikit Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

3, Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dan ayat (2) huruf c dilakukan oleh orang perseorangan yang bertempat tinggal di dalam dan/atau di sekitar kawasan hutan, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) bulan dan paling lama 2 (dua) tahun dan/atau pidana denda paling sedikit Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) dan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Pasal 84

1. Orang perseorangan yang dengan sengaja membawa alat-alat yang lazim digunakan untuk menebang, memotong, atau membelah pohon di dalam kawasan hutan tanpa izin pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf f dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (tahun) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun serta pidana denda paling sedikit Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

2. Orang perseorangan yang karena kelalaiannya membawa alat-alat yang lazim digunakan untuk menebang, memotong, atau membelah pohon di dalam kawasan hutan tanpa izin pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf f dipidana dengan pidana penjara paling singkat 8 (delapan) bulan dan paling lama 2 (dua) tahun serta pidana denda paling sedikit Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

3. Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan oleh orang perseorangan yang bertempat tinggal di dalam dan/atau di sekitar kawasan hutan dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) bulan serta paling lama 2 (dua) tahun dan/atau pidana denda paling sedikit Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) dan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(8)

Page 8 of 12

Dari hasil Patroli Perlindungan dan Pengamanan Kawasan Tahura yang dilakukan serta tindak lanjutnya, tim di lapangan melihat bahwa upaya untuk menyelesaikan kasus perambahan dan pengrusakan kawasan hutan di kawasan Hutan Tahura harus dilakukan secara menyeluruh dan tegas diikuti dengan proses hukum terhadap para aktor yang melakukan perambahan serta pendukungnya. Pendekatan persuasif, seperti memberikan pengarahan terhadap pelaku perambahan dan pembalakan liar serta membuat perjanjian agar membuat efek jera terhadap pelaku. Kerja yang dilakukan patroli pengamanan bersama memang baru tahap awal, belum dapat menjaga seluruh kawasan. Tetapi untuk tahap selanjutnya, embrio ini dapat berkembang baik dan didukung oleh berbagai pihak, sehingga akhirnya memiliki pasukan penjaga yang bekerja bersama-sama demi keberlanjutannya. Di samping hal tersebut, pihak pengelola akan terus melaksanakan upaya pendekatan kepada semua pihak baik masyarakat desa penyangga, aparatur desa dan lain sebagainya. Pendekatan persuasif yang terus dilaksanakan, bertujuan agar masyarakat menyadari bahwa pentingnya menjaga hutan, memelihara dan melestarikan hutan.

DOKUMENTASI PERLINDUNGN DAN PENGAMANAN KAWASAN

N o Dokumentasi Keterangan 1 Apel dalam rangka patroli perlindungan dan pengamanan hutan

(9)

Page 9 of 12 2 Pemberitahua n jobdeskriptio n Masyarakat Mitra Polhut Tahura Banten 3

(10)

Page 10 of 12 4

(11)

Page 11 of 12 6

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Peran terapi tawa dalam menyum- bang pengontrolan tekanan darah dan penurunan kondisi stres, dirasakan oleh peserta pada kelompok eksperimen, penu- runan dan adaptasi

Selanjutnya, faktor yang mempengaruhi implementasi dari program dana bantuan keuangan atau dan hibah kepada partai politik, meliputi pola komunikasi yang

Dalam percobaan penggolongan kation dan anion ini merupakan suatu analisa kualitatif. Pada percobaan ini dilakukan percobaan analisa kualitatif basah. Analisa kualitatif adalah

istilah ekstrakurikuler secara etimologi terdiri dari “ekstra” dan “kurikuler”. Sedangkan kurikuler berkaitan dengan kurikulum, yaitu perangkat mata pelajaran

Bdg, dan telah pula membaca serta memperhatikan memori banding yang diajukan oleh Pembanding semula Penggugat dan surat kontra memori banding yang diajukan oleh

Tujuan penelitian ini adalah menilai efek kemoterapi terhadap aktivitas enzim transaminase pada penderita kanker payudara.. Telah dilakukan penelitian cross-sectional dengan

Sebelum ditetapkannya renminbi sebagai mata uang internasional, beberapa ahli ekonomi memprediksikan bahwa jika hal tersebut terjadi bisa juga berdampak pada

Seperti yang telah kami kemukakan diatas, adanya karakterisasi pengelompokan Pura khususnya di Bali bermakna pula untuk menyatakan umat sesuai dengan pengelompokan