PENGARUH PEMAHAMAN PAJAK,SISTEM PAJAK, DAN
SIFAT MACHIAVELLIAN TERHADAP PERSEPSI WAJIB
PAJAK TENTANG TAX AVOIDANCE
Indra Cahya Setyawan¹, Siska Wulandari.,SE.,MM²
Prodi Manajemen, Universitas Pelita Bangsa
E-mail : [email protected]¹, [email protected]²
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persepsi wajib pajak tentang tax
avoidance (penghindaran pajak). Penelitian ini terdiri atas tiga variabel independen
dan satu variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah
pemahaman pajak, sistem administrasi perpajakan, dan sifat machiavellian.
Sedangkan variabel dependennya adalah persepsi wajib pajak tentang tax
avoidance. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan data yang
digunakan adalah data primer yang diperoleh dari penyebaran kuesioner. Populasi
penelitian ini adalah mahasiswa/i manajemen keuangan fakultas ekonomi dan
bisnis angkatan 2017 Universitas Pelita Bangsa di Cikarang, Kabupaten Bekasi.
Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa aktif manaejen keuangan angkatan
2017. Diperoleh jumlah sampel 51 responden dan sampel yang dapat dianalisis
berjumlah 50 responden. Analisis data penelitian menggunakan analisis deskriptif
dan regresi berganda dengan program SPSS versi 23. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa secara parsial, sistem administrasi perpajakan dan sifat machiavellian tidak
berpengaruh terhadap persepsi wajib pajak tentang tax avoidance dikarenakan hasil
uji lebih besar dari nilai signifikan yang telah ditentukan, sedangkan pengetahuan
dan pemahaman wajib pajak berpengaruh positif terhadap persepsi wajib pajak
tentang tax avoidance. Keterbatasan penelitian ini adalah tidak menggunakan
variabel jenis sanksi dan kepatuhan wajib pajak, sehingga tidak dapat diketahui
pengaruh variabel tersebut dalam memberikan pendapat atau persepsi tentang
penghindaran pajak. Keterbatasan yang lain dalam penelitian ini adalah hanya
meneliti pada satu konsentrasi mata kuliah, sehingga tidak dapat diketahui tingkat
persepsi wajib pajak tentang penghindaan pajak yang terdapat di konsentrasi
ataupun fakultas yang lain.
Kata kunci : Pemahaman Pajak, Sistem Pajak, Sifat Machiavellian, Persepsi Tax
Avoidance
PENDAHULUAN
Negara Indonesia memiliki suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap warga Negara dan setiap masyarakatnya. Salah satu kewajiban tersebut adalah melakukan pembayaran pajak. Pembayaran pajak sendiri juga merupakan suatu hak bagi masyarakat Indonesia untuk ikut berpartisipasi dan memiliki peran yang besar dalam hal pembangunan nasional dan pembiayaan negara. Tata Cara Perpajakan dijelaskan bahwa "wajib pajak ialah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan termasuk memungut pajak atau memotong pajak tertentu". Dengan kesadaran masyarakat yang semakin tinggi untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak, diharapkan penerimaan negara dari sektor pajak dapat bertambah, sektor pajak tersebut terutama pada pajak penghasilan (Fitriani, 2013). Wajib pajak (pribadi maupun badan) memiliki peran yang sangat menentukan demi tercapainya rencana penerimaan pajak dalam sistem pemungutan pajak yang sudah diatur oleh pemerintah.
Dari tahun ke tahun jumlah wajib pajak mengalami kenaikan, akan tetapi terdapat kendala yang dapat menghambat upaya peningkatan pajak penghasilan, kendala tersebut adalah kepatuhan wajib pajak. Patuh atau tidaknya wajib pajak orang pribadi dalam melaporkan SPT dapat digunakan untuk mengetahui kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam menyampaikan pajak terutang. Kepatuhan perpajakan merupakan tindakan yang dilakukan wajib pajak untuk memenuhi kewajiban berpajaknya sesuai dengan ketentuan undang-undang dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku dalam suatu Negara (Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.554/KMK.04/,2000).
Menurut Grafik diatas menunjukkan bahwa Negara Indonesia tidak pernah mencapai
target dalam realisasi penerimaan pajak di tiap tahunnya. Selain dari faktor kepatuhan dari setiap wajib pajak, terbaru ini terdapat virus yang menyerang seluruh dunia yang dinamakan Covid-19. Pandemi ini mengakibatkan dampak yang signifikan dengan diturunkannya target pencapapaian penerimaan pada tahun 2020 menjadi RP.1.198,8 triliun, meski begitu realisasinya masih belum maksimal. Realisasi penerimaan negara dari sektor pajak ini harus terus ditingkatkan secara optimal agar laju pertumbuhan negara dan pelaksanaan pembangunan dapat berjalan dengan baik, dengan demikian sangat diharapkan kepatuhan wajib pajak dalam menjalankan kewajiban perpajakannya secara sukarela sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. (Dewi, 2014).
Sebagai lembaga resmi yang memegang wewenang dalam menangani masalah yang terkait dengan kepatuhan wajib pajak, Dierktorat jendral pajak harus melakukan langkah atau strategi untuk meningkatkan pelayanan pajak, sehingga wajib pajak tergerak untuk melakukan pembayaran pajak. Perbaikan pelayanan lewat program perubahan (Change Program), penegakan hukum dan pelaksanaan kode etik yang lebih baik harus diprioritaskan agar administrasi perpajakan dapat berjalan secara efektif dan efisien (Fasmi, 2012). Salah satu upaya yang dilakukan oleh pihak Direktorat Jendral Pajak (DJP) untuk meningkatkan penerimaan pajak adalah melakukan reformasi perpajakan secara menyeluruh dengan penggantian dari official assessment system menjadi self assessment system. Sistem self assessment sendiri merupakan sistem yang memberikan kepercayaan penuh terhadap wajib pajak (WP) untuk menghitung, membayar dan melaporkan sendiri kewajiban perpajakan kepada fiskus. Sistem ini membutuhkan sifat kejujuran yang tinggi dari pelaku pajak itu sendiri. Wajib pajak relatif akan meminimalkan pembayaran pajak yang dilakukannya dengan tujuan demi mengurangi beban ekonomi yang di alami oleh wajib pajak. Menurut (Syahril,2013) salah satu faktor potensial bagi pemerintah untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya adalah merupakan tingkat pemahaman perpajakan. Pemahaman wajib pajak terhadap peraturan perpajakan
dan undang-undang, dan sikap wajib pajak berpengaruh terhadap perilaku perpajakan wajib pajak, dan akhirnya keberhasilan wajib pajak dipengaruhi oleh perilaku perpajakan. Kemauan wajib pajak membayar pajak didukung oleh pengetahuan tentang perpajakan, persepsi terhadap sanksi pajak, kesadaran masyarakat dalam membayar pajak, persepsi terhadap para petugas pajak, dan persepsi terhadap kemudahan membayar pajak. Faktor yang mempengaruhi salah satuya adalah pengambilan keputusan yang etis. Apriliani dkk. (2015) menyatakan bahwa pembuatan keputusan yang etis merupakan tahap-tahap panjang dari awal proses identifikasi, pertimbangan, keinginan, menjadi perilaku yang etis atau tidak etis tentang suatu masalah etika tertentu. Mahasiswa yang memiliki sifat licik dan rela bertindak secara sengaja untuk tidak membayar pajak akan beranggapan bahwa penghindaran pajak adalah hal yang rasional dan wajar. Ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya praktek penghindaran pajak, tergantung bagaimana sikap seseorang dalam berperilaku terhadap uang.
Karakter individu yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam melakukan praktik penghindaran pajak. Perilaku ini dikenal dengan nama Machiavellianism yang memiliki arti sebagai rencana perilaku sosial untuk memanipulasi orang demi keuntungan pribadi, serta bertolak belakang dengan kepentingan yang lain. Dengan demikian pada dasarnya sifat machiavellian merupakan sikap negatif yang dimilki oleh seseorang. Sikap negatif ini muncul pada seseorang berupa keinginan melakukan manipulasi, tipu daya, dengan mengabaikan rasa kepercayaan, kehormatan,dan kesopanan. Individu yang mempunyai sifat machiavellian cenderung akan mementingkan diri pribadi serta memilki sikap yang agresif demi melaksanakan kepentingan pribadinya (Budiarto et al., 2017).
Penghindaran pajak (tax avoidance) adalah upaya pengurangan secara legal yang dilakukan dengan cara memanfaatkan ketentuan-ketentuan di bidang perpajakan secara optimal seperti, pengecualian dan pemotonganpemotonganyang diperkenankan maupun manfaat hal-hal yang belum diatur dan kelemahan-kelemahan yang ada dalam
peraturan perpajakan yang berlaku. Apabila penghindaran pajak melebihi batas atau melanggar hukum dan ketentuan yang telah ditetapkan, maka aktivitas tersebut dapat tergolong ke dalam perilaku penggelapan pajak (tax evasion). Penggelapan pajak adalah usaha untuk mengurangi hutang pajak yang bersifat ilegal. (Prakosa, 2014). Keinginan membayar pajak dipengaruhi oleh pengetahuan tentang pajak, persepsi terhadap sanksi pajak, kesadaran masyarakat dalam membayar pajak, persepsi terhadap para petugas pajak, dan persepsi terhadap kemudahan membayar pajak. Wajib pajak menganggap bahwa pajak merupakan momok yang dapat mengurangi pendapatan sehingga beban pajak harus ditekan seminimal mungkin bahkan dengan menghindari pajak tersebut. Hal ini menyebabkan Wajib Pajak cenderung berupaya untuk membayar pajak serendah-rendahnya, dan berusaha untuk menghindarinya, jika itu memungkinkan.
Menurut Darussalam (2009) dalam Octaviana (2014), apabila dilihat dari sisi wajib pajak, selama wajib pajak pribadi ataupun badan memiliki cara dalam meminimalkan pajak dan belum ada peraturan yang pasti tentang pelanggaran pajak, maka hal yang dilakukan sah-sah saja atau legal, sedangkan dari pihak pemerintah yaitu peraturan yang ada dalam hal pembayaran perpajakan diharapkan tidak disalahgunakan dengan cara penghindaran perpajakan atau dengan meminimalkan pajak perusahaan demi memperoleh keuntungan. Penghindaran pajak dilakukan dengan tujuan menghindari atau meminimalisasi kewajiban perpajakan. Dalam undang-undang di Indonesia penghindaran pajak belum diatur secara terperinci.
TINJAUAN
PUSTAKA
DAN
HIPOTESIS
Manajemen adalah sebuah proses yang berfungsi untuk mengatur sesuatu yang dilakukan sekelompok orang atau organisasi demi mencapai tujuan organisasi tersebut dengan cara bekerja sama memanfaatkan sumber daya yang dimiliki dengan optimal. Agus Sartono (2015:6),berpendapat Manajemen Keuangan dapat diartikan sebagai manajemen dana yang baik yang berkaitan dengan pengalokasian dana dalam
berbagai bentuk investasi secara efektif maupun usaha pengumpulan untuk pembiayaan investasi atau pembelajaran secara efisien.
Penghindaran pajak (tax avoidance) merupakan cara mengurangi pajak yang masih dalam batas ketentuan perundang-undangan perpajakan dan dapat dibenarkan melalui perencanaan perpajakan (Rahayu & Fallan,2010). Penghindaran pajak pada umumnya dilakukan oleh wajib pajak karena memiliki tujuan yaitu untuk meminimalkan laba operasional perusahaan yang berpengaruh terhadap jumlah pajak penghasilan terutang perusahaan dengan cara mengurangi penghasilan kena pajak (Rahayu, 2017). Tetapi penghindaran pajak yang dilakukan oleh wajib pajak ini bukanlah hal yang illegal, selama tidak menyalahi aturan perundang – undangan perpajakan, sehingga berakibat pada penerimaan kas negara menjadi berkurang karena wajib pajak terus mencari celah untuk mengatur pajaknya tanpa harus melanggar peraturan perpajakan (Hantoyo dkk, 2016). Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Huda (2014) berpendapat bahwa penghindaran pajak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam membayar pajaknya,
Arfan Ikhsan Lubis (2011: 93) berpendapat bahwa persepsi merupakan cara bagaimana individu menginterpretasikan atau memandang peristiwa, objek, serta manusia dalam suatu gambaran yang berarti. Artinya, persepsi berkorelasi positif terhadap daya tangkap masing-masing individu. Persepsi menggambarkan cara pandang seseorang terhadap suatu rangsangan yang diperolehnya. Dengan persepsi Wajib Pajak yang baik terhadap kewajiban perpajakannya maka dengan sendirinya Wajib Pajak akan patuh. Sebaliknya jika persepsi Wajib Pajak buruk terhadap kewajiban perpajakannya maka kemungkinan besar Wajib Pajak tidak akan patuh. “Perilaku sesorang akan sangat dipengaruhi oleh persepsi orang tersebut”, (Gibson dalam Mangumban, (2015:13).
Pengetahuan pajak adalah proses dimana seorang wajib pajak atau kelompok wajib pajak yang berupaya untuk mengubah tata laku manusia melalui pengajaran dan pelatihan. Pemahaman tentang peraturan perpajakan merupakan cara wajib pajak dalam memahami peraturan perpajakan yang
telah ditetapkan. Wajib pajak yang paham akan peraturan perpajakan cenderung akan menjadi wajib pajak yang taat dan patuh, karena wajib paham yang benar–benar paham, mereka akan lebih mengetahui akan adanya sanksi administrasi dan sanksi pidana jika melalaikan kewajiban mereka dengan tidak melaporkan SPT dan NPWP. Begitupun sebaliknya, wajib pajak yang tidak dapat memahami peraturan perpajakan maka secara jelas akan cenderung menjadi wajib pajak yang tidak taat atau patuh pada peraturan yang telah ada (Julianti, 2014).
Pengetahuan pajak Wajib Pajak dan calon Wajib Pajak akan dapat meminimalisir adanya tax evasion (Palil, 2005 & Kasipillai et al, 2003). (Palil & Mohd, 2013 mengatakan bahwa tingkat pendidikan pajak dan pengetahuan pajak sangat penting untuk memastikan bahwa administrasi perpajakan akan berjalan dengan baik Pengaruh pemahaman perpajakan oleh mahasiswa akuntansi terhadap persepsi penggelapan pajak dapat dikembangkan dengan melihat seberapa besar pemahaman ketentuan perpajakan dapat dipahami oleh mahasiswa akuntansi, dimengerti dan dipatuhi untuk kemudian dilaksanakan. Tujuannya agar harapannya ke depan praktik penggelapan pajak dapat diminimalisir serendah mungkin dan mahasiswa akuntansi memahami perilaku tersebut melanggar hukum dan tidak etis untuk dilakukan. Hal ini juga didukung dalam penelitian Dharma (2016) yang menyatakan bahwa pengetahuan perpajakan memiliki pengaruh terhadap persepsi penggelapan pajak pada mahasiswa akunansi.
Sistem Pemungutan Pajak di Indonesia, terdapat 3 jenis sistem perpajakan yaitu : 1) Self Assesment System adalah suatu sistem perpajakan yang memberi kepercayaan kepada wajib pajak untuk memenuhi dan melaksanakan sendiri kewajiban dan hak perpajaknnya”.
2) Witholding Tax System, Menurut Siti Kurnia Rahayu (2017: 115) menyatakan bahwa: “Witholding Tax System merupakan sistem pemungutan pajak dimana pihak ketiga baik wajib pajak Orang Pribadi maupun wajib pajak Badan dalam Negeri diberi kepercayaan oleh peraturan perundangundangan untuk melaksanakan kewajiban memotong atau memungut pajak.penghasilan yang dibayarkan kepada
penerima penghasilan. 3) Official Tax System, Menurut Siti Kurnia Rahayu (2017:117) menyatakan bahwa: “Official Tax System merupakan sistem perpajakan dalam mana inisiatif untuk memenuhi kewajiban perpajakan berada di pihak fiskus.
Modernisasi sistem administrasi perpajakan menurut Edi Slamet (2013 :147) adalah : “Modernisasi sistem administrasi perpajakan merupakan penerapan sistem administrasi perpajakan yang transparan dan akuntabel, dengan memanfaatkan sistem informasi teknologi yang handal dan terupdate. Perubahan yang dilakukan meliputi struktur organisasi, bussnies process dan teknologi informasi dan komunikasi serta manajemen sumber daya manusia”. Perbaikan bussiness process yaitu melalui : 1)Penyusunan Standard Operating Procedures (SOP), 2)Perbaikan business process dilakukan antara lain dengan penerapan e-system dengan fasilitas: a. E-filling (pengiriman SPT secara online melalui internet), b. E-SPT (penyerahan SPT dalam media digital), c. E-payment (fasililtas pembayaran online untuk PBB), c. E-Registration (pendaftaran NPWP secara online melalui internet). 3) Pengembangan dan penyempurnaan Sistem Informasi DJP (SIDJP).
Machiavellianisme dapat diartikan sebagai “suatu proses yang mana manipulator menerima lebih banyak reward dibandingkan yang dia peroleh ketika tidak melakukan manipulasi, ketika orang lain mendapatkan lebih kecil, minimal dalam jangka pendek” (Christie dan Geis, 1970 dalam Richmond, 2001). Kepribadian machiavellian kemudian dideskripsikan oleh Christie dan Gies (1980) dalam Richmond (2001) sebagai kepribadian yang kurang mempunyai afeksi dalam hubungan personal, mengabaikan moralitas konvensional, dan memperlihatkan komitmen ideology yang rendah. Kepribadian machiavellian cenderung untuk memanipulasi orang lain, mempunyai pandangan yang sangat rendah terhadap orang lain. Beberapa penelitian memberik bukti bahwa Machiavellianism mengarah pada perilaku tidak etis seseorang. Shaffers dan Simmons (2007) di Hong Kong menemukan bahwa penasehat pajak dengan sifat Machiavellianism yang tinggi lebih menyukai perilaku tidak etis dan tidak
mengganggap penipuan sebagai perilaku yang tidak baik atau negative.
Malinowski (2009) menunjukan Sarjana Amerika Serikat yang rendah dalam machiavellianisme percaya dengan tindakan yang dipertanyakan secara etis adalah salah. Mengantisipasi rasa bersalah, jika mereka mempertimbangkan melakukan suatu hal yang tidak etis dan menyatakan mereka tidak akan melakukannya. Hubungan antara karakteristik machiavellianisme dan perilaku tidak etis adalah manipulasi dan penipuan, Pan dan Sparks (2012). Penelitian yang dilakukan oleh Gosh dan Crain (1996) dalam Purnamasari (2006) mengungkapkan bahwa individu dengan sifat Machiavellian tinggi cenderung memanfaatkan situasi untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan lebih memiliki keinginan untuk tidak taat pada aturan. Christie dan Geis (1970) menyatakan bahwa kepribadian Machiavellian sebagai suatu kepribadian antisosial, yang tidak memperhatikan moralitas konvensional dan mempunyai komitmen ideologis yang rendah. Sifat Machiavellian merupakan suatu persepsi yang diyakini tentang hubungan antar personal. Persepsi ini akan membentuk suatu kepribadian yang mendasari sikap dalam berhubungan dengan orang lain.
Hipotesis Penelitian
H1 : Pemahaman pajak berpengaruh terhadap persepsi wajib pajak tentang tax avoidance
H2 : Sistem pajak berpengaruh terhadap persepsi wajib pajak tentang tax avoidance H3 : Sifat Machiavellian berpengaruh terhadap persepsi wajib pajak tentang tax avoidance
METODE PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adala untuk menganalisis seberapa besar pemahaman pajak, system pajak, sifat machiavellian mampu mempengaruhi persepsi wajib pajak terhadap penghindaran pajak pada Mahasiswa/i Manajemen Angkatan 2017 Universitas Pelita Bangsa. Populasi dalam penelitian ini adalah Seluruh Mahasiswa S1 Program Studi Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Pelita Bangsa Angkatan 2017 baik laki-laki maupun perempuan sejumlah 225 mahasiswa.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 51 item. Dari 51 item ini, 10 digunakan untuk mengukur Pemahaman pajak, 9 untuk mengukur sistem pajak, 20 untuk mengukur Machiavellianism,dan 12 untuk mengukur persepsi tentang penghindaran pajak. Item-item dalam kuesioner diuji validitas dan reliabilitasnya. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan uji korelasi product moment Pearson antara skor item dengan skor total item, dan uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan perhitungan Cronbach Alpha.
Penelitian ini menggunakan metode skla linkert dalam kuesioner untuk mendapatkan preferensi atau tingkat perjanjian dengan serangkaian pertanyaan. Responden memilih tanggapan dari 1 sampai 5, dengan 1 menunjukkan bahwa responden sangat tidak setuju dengan pernyataan tertentu dan 5 menunjukkan bahwa responden sangat setuju dengan pernyataan tertentu.
Analisis data dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Sebelum itu dilakukan,uji kelayakan data meliputi uji validitas dan reliabilitas, uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, dengan menggunakan uji 1-Sample Kolgomorov Smirnov; Uji Multikolinieritas yang dilakukan dengan pengujian VIF (faktor inflasi varianan); uji heteroskedastisitas dengan menggunakan uji plot residual dan uji glejser.Alisis regresi linier berganda, dan pengujian hipotesis (uji f & uji t). Setelah data terkumpul, kemudian data diedit (editing), diberi kode (coding), dan ditabulasikan (tabulating).
Pada penelitian ini, kuesioner online dibuat dengan menggunakan Google Formulir dan di sebarkan melalui media social seperti WhatsApp. Penyebaran kuesioner dilakukan dalam waktu 30 hari, mulai tanggal 01 Maret 2021. Kuesioner ini disebar sebanyak 250 mahasiswa/i namun kuesioner yang kembali sebanyak 50 kuesioner.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Analisa deskriptif
Tabel 1. Analisa Descrptif
Sumber : Pengolahan data SPSS v23,2021 Berdasarkan table 1; beberapa uraian dapat diberikan. Dalam pemahaman pajak mahasiswa mendapatkan nilai rata-rata 39,82 (79,64%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa telah memahami tentang pajak. Untuk system pajak mendapatkan nilai rata-rata 38,20 (84,89%), hal ini bisa diartikan responden menyetujui system pajak yang berlaku saat ini. Untuk Sifat Machiavellian mendapatkan nilai rata-rata 79,26 (79,26%) yang dapat diartikan bahwa sebagian responden memiliki sifat machiavellian yang tinggi, sehingga memiliki kecenderungan memakai manipulasi sebagai alat mencapai tujuan. Sedangkan untuk persepsi tentang tax avoidance mendapatkan nilai rata-rata 45,62 (76,03%), hal ini menunjukkan sebagian besar mahasiswa menganggap tax avoidance (penghindaran pajak) adalah tindakan tidak etis.
2. Analisis Regresi Berganda
Frequencies Statistics Pemahaman Pajak (X1) Sistem Pajak (X2) Sifat Machiavellian (X3) Persepsi Tax Avoidance (Y) N Valid 50 50 50 50 Missing 0 0 0 0 Mean 39.82 38.20 79.26 45.62 Median 40.00 39.00 77.50 45.00 Std. Deviation 6.346 5.303 12.618 9.540 Minimum 26 27 60 27 Maximum 50 45 100 60 Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 10.189 9.186 1.109 0.273 Pemahaman Pajak (X1) 0.654 0.239 0.435 2.737 0.009 Sistem Pajak (X2) -0.062 0.308 -0.035 -0.203 0.840 Sifat Machiavellian (X3) 0.148 0.134 0.196 1.106 0.275 a. Dependent Variable: Persepsi Tax Avoidance (Y)
Tabel 2. Analisis regresi Berganda Sumber : Pengolahan data SPSS v23,2021 Berdasarkan Tabel diatas didapatkan persamaan regresi linier berganda:
Persepsi Tax Avoidance = 10.189 + 0.654X1 - 0.062 X2 +0.148 X3 + e
Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1)Nilai konstan sebesar 10.189, menunjukkan variable bebas pemahaman pajak,system pajak, dan sifat Machiavellian dianggap konstan atau nilainya X = 0, maka dapat diperkirakan nilai Persepsi tentang Tax Avoidance sebesar 10.189.
2)Variabel pemahaman pajak (X1) memiliki nilai koefisien 0.654 maka menunjukkan bahwa jika nilai variable X1 meningkat sebesar 1 responden dan variable lain hasilnya konstan, maka dapat diperkirakan nilai variable X1 naik sebesatr 0.654. 3)Variabel sistem pajak (X2) memiliki nilai koefisien -0.062 maka menunjukkan bahwa jika nilai variabel X2 meningkat sebesar 1 responden dan variable lain hasilnya konstan, maka dapat diperkirakan nilai variable X2 naik sebesar -0.062.
4)Variabel sifat machiavellian (X3) memiliki nilai koefisien 0.148 maka menunjukkan bahwa jika nilai variabel X3 meningkat sebesar 1 responden dan variable lain hasilnya konstan, maka dapat diperkirakan nilai variable X3 naik sebesar 0.148.
5)Standar error (e) menunjukkan tingkat kesalahan pengganggu.
3. Uji t (Parsial)
Tabel 3. Uji t (Parsial)
Sumber : Pengolahan data SPSS v23,2021
1. Pengaruh pemahaman pajak
terhadap Persepsi tentang Tax
Avoidance Mahasiswa/i manajemen Keuangan angkatan 2017 Universitas Pelita Bangsa
Berdasarkan hasil perhitungan secara parsial pengaruh pemahaman
pajak terhadap Persepsi tentang Tax Avoidance diperoleh nilai regresi sebesar 0,654. Pada taraf signifikasi 5% 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 sebesar 2,737 lebih besar dari nilai 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (2,0129), sedangkan nilai signifikasi yang dihasilkan sebesar 0,009 yang berarti kurang dari 0,050, maka 𝐻1 diterima. Menunjukan bahwa variabel pemahaman pajak berpengaruh secara parsial dan signifikan terhadap persepsi tentang tax avoidance, oleh karna itu model regresi bernilai positif. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel pemahaman pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap persepsi tentang tax avoidance mahasiswa/i manajemen keuangan angkatan 2017 universitas pelita bangsa, sehingga hipotesis pertama diterima.
2. Pengaruh sistem pajak terhadap Persepsi tentang Tax Avoidance Mahasiswa/I manajemen Keuangan angkatan 2017 Universitas Pelita Bangsa
Berdasarkan hasil perhitungan secara parsial pengaruh sistem pajak terhadap Persepsi tentang Tax Avoidance diperoleh nilai regresi sebesar -0,062. Pada taraf signifikasi 5% 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 sebesar -0,203 lebih kecil dari nilai 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (2,0129), sedangkan nilai signifikasi yang dihasilkan sebesar 0,84 yang berarti lebih besar dari 0,050, maka 𝐻2 ditolak. Menunjukan bahwa variabel sistem pajak tidak berpengaruh secara parsial dan signifikan terhadap persepsi tentang tax avoidance, oleh karna itu model regresi bernilai negatif. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel sistem pajak tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap persepsi tentang tax avoidance mahasiswa/i manajemen keuangan angkatan 2017 universitas pelita bangsa, sehingga hipotesis kedua
ditolak.
3. Pengaruh sifat machiavellian
terhadap Persepsi tentang Tax
Avoidance Mahasiswa/i manajemen Keuangan angkatan 2017 Universitas Pelita Bangsa
Berdasarkan hasil perhitungan secara parsial pengaruh sifat machiavellian terhadap Persepsi tentang Tax Avoidance diperoleh nilai regresi sebesar 0,148. Pada taraf signifikasi 5%
Model Standardized Coefficients Beta t Sig Kriteria Ket. t-table df=n-k-1 df = 46 Sig 1 (Constan) 1.109 0.273 2.0129 < 0.05 Pemahaman Pajak 0.435 2.737 0.009 2.0129 < 0.05 Berpengaruh Sistem Pajak -0.035 -0.203 0.84 2.0129 < 0.05 Tidak
Berpengaruh Sifat
Machiavellian 0.196 1.106 0.275 2.0129 < 0.05 Tidak Berpengaruh
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 sebesar 1,106 lebih kecil dari nilai 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (2,0129), sedangkan nilai signifikasi yang dihasilkan sebesar 0,275 yang berarti lebih besar dari 0,050, maka 𝐻3 ditolak. Menunjukan bahwa variabel sifat machiavellian tidak berpengaruh secara parsial dan signifikan terhadap persepsi tentang tax avoidance, oleh karna itu model regresi bernilai positif. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel sistem pajak tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap persepsi tentang tax avoidance mahasiswa/i manajemen keuangan angkatan 2017 universitas pelita bangsa, sehingga hipotesis ketiga
ditolak. 4. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengujian instrumen dan pengolahan data pada mahasiswa/i manajemen keuangan angkatan 2017 Universitas Pelita Bangsa (UPB) dapat dijelaskan bahwa Pengaruh Pemahaman Pajak, Sistem Pajak, sifat machiavellian terhadap persepsi tentang tax avoidance adalah sebagai berikut :
1. Uji Validitas
Uji validitas dapat diketahui dengan membandingan nilai 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dengan 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, sedangkan untuk mengetahui 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan membaca 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 product moment, pada signifikasi 0,05 dengan df (degrees of freedom) = n-2 (n adalah jumlah responden). Jumlah sampel dalam penelitian sebanyak 50 orang, sehingga dapat diperoleh nilai 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 pada df = 50-2 = 48 yaitu 0,2787. Berdasarkan hasil uji validitas terlihat bahwa seluruh instrumen pernyataan yaitu variabel bebas pemahaman pajak, system pajak, sifat Machiavellian dan variabel terikat persepsi tentang tax avoidance dinyatakan layak atau valid dan dapat digunakan.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan batas nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,600. Variabel bebas pemahaman pajak, system pajak, sifat Machiavellian dan variabel terikat persepsi tentang tax avoidance memiliki nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,600, hal ini menujukan bahwa seluruh variabel dinyatakan reliabel. 3. Uji Normalitas
Hasil uji normalitas menunjukan nilai Asymp. Signifikasi sebesar 0,082 lebih
besar dari 0,05. Maka model regresi dalam penelitian berdistribusi secara normal. 4. Uji Multikolinearitas
Nilai tolerance ketiga variabel yaitu pemahaman pajak, system pajak, sifat machiavellian, lebih besar dari 0,10 maka tidak terjadi multikolinearitas. Serta melihat nilai statistic VIF pada ketiga variabel yaitu pemahaman pajak, system pajak, sifat machiavellian, ketiga variabel nilai VIF-nya lebih kecil dari 10,0 maka tidak terjadi multikolinearitas.
5. Uji Heteroskedastisitas
Hasil uji heteroskedastisitas dengan melihat grafik Scatterplot menunjukan bahwa model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas. Dilihat dari titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak membentuk pola tertentu. 6. Koefesien Determinasi (Adjusted
R-Square)
Hasil pengujian koefesien determinasi (𝑅2) dengan melihat nilai Adjusted R-Square sebesar 0,260. Hal ini berarti bahwa variabel bebas yaitu pemahaman pajak, system pajak, sifat machiavellian dapat menjelaskan variabel terikatnya persepsi tentang tax avoidance sebesar 26%.
7. Regresi Linier berganda
Semua variabel bebas yaitu pemahaman pajak, system pajak, sifat machiavellian bernilai positif yaitu 10.189 maka dianggap konstan, dengan nilai koefesien variabel pemahaman pajak (𝑋1) sebesar 0,654, variabel system pajak (𝑋2) sebesar -0.062, variabel sifat machiavellian (𝑋3) sebesar 0,148.
8. Uji t (Parsial)
Berdasarkan pengujian uji t, bahwa variabel bebas yaitu pemahaman pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap persepsi tentang tax avoidance karna nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 lebih besar dari 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dan nilai signifikasi kurang dari 0,05. Nilai 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dalam penelitian ini diperoleh sebesar 2,0129. Nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 variabel pemahaman pajak (𝑋1) sebesar 2,737.
Sedangkan variabel bebas sistem pajak dan sifat Machiavellian tidak berpengaruh dan signifikan terhadap tentang tax avoidance karena nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 lebih kecil dari 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dan nilai signifikasi lebih dari 0,05. Nilai 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dalam penelitian ini diperoleh sebesar 2,0129. Nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 variabel system pajak
(𝑋2) sebesar -0,203, variabel sifat machiavellian (𝑋3) sebesar 1,106.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa dan pengolahan data pada penelitian ini, maka penulis dapat membuat beberapa kesimpulan mengenai “faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi Wajib Pajak mengenai penggelapan pajak (Tax Evasion) sebagai berikut: 1) Penelitian ini menunjukkan bahwa variable pemahaman pajak berpengaruh terhadap persepsi tentang tax avoidance. Hal ini menunjukkan semakin paham mahasiswa paham tentang pajak, maka semakin mempengaruhi keinginan untuk melakukan tax avoidance.
2) Penelitian ini menunjukkan bahwa variable sistem pajak tidak berpengaruh terhadap perepsi tentang tax avoidance. Hal ini menunjukan bahwa system yang sudah diterapkan oleh perpajakan dengan metode online atupun digital sudah tepat, tetapi tidak mempengaruhi keinginan mahasiswa untuk melakukan tax avoidance
3) Penelitian ini menunjukkan bahwa variable sifat Machiavellian tidak berpengaruh terhadap perepsi tentang tax avoidance. Hal ini menunjukkan mahasiswa manajemen keuangan pelita bangsa tidak memiliki sifat Machiavellian yang tinggi, sehingga tidak mempengaruhi persepsi mereka tentang penghindaran pajak.
Saran
Berdasarkan Penelitian dan kesimpulan yang telah dilakukan diatas memberikan saran sebagai berikut :
1) Hasil Uji t pada variabel bebas yaitu system pajak dan sifat machiavellian terhadap variabel terikatnya persepsi tentang tax avoidance tidak berpengaruh dan tidak signifikan secara parsial, oleh karna ini bagi peneliti yang akan melakukan penelitian selanjutnya dengan tema yang sama, sebaiknya dapat mengidentifikasi pengaruh variabel lain, supaya penelitian medapatkan hasil yang lebih maksimal dan optimal. 2) Jika ingin menggunakan variable yang sama, diharapkan Pemilihan populasi dan sampel pada penelitian diharapkan lebih luas ruang lingkupnya, supaya dapat menggambarkan tema penelitian secara tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Indriyani, Mila, et al. “Pengaruh Keadilan, Sistem Perpajakan, Diskriminasi Dan Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan Terhadap Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi Mengenai Perilaku Tax Evasion.” Prosiding
Seminar Nasional IENACO, 2016, pp.
818–25.
Lestari, Wahyu, et al. “Pengaruh Keadilan, Administrasi Perpajakan, Pengetahuan Dan Pemahaman Wajib Pajak Terhadap Tax Avoidance.” Accounting
Analysis Journal, vol. 4, no. 4, 2015,
pp. 1–9, doi:10.15294/aaj.v4i4.9106. Pratama, Arie. “Machiavellianism,
Perception on Tax Administration, Religiosity and Love of Money towards Tax Compliance: Exploratory Survey on Individual Taxpayers in Bandung City, Indonesia.”
International Journal of Economics and Business Research, vol. 14, no. 3–
4, 2017, pp. 356–70, doi:10.1504/IJEBR.2017.087521. Pratama, Arie. “Machiavellianism, Tax
Knowledge, and Ethical Perceptions of Tax Avoidance: Survey of Undergraduate Students in West Java, Indonesia.” International Journal of
Trade and Global Markets, vol. 10, no.
1, 2017, pp. 83–90, doi:10.1504/IJTGM.2017.082370. Putri, Harmi. “Pengaruh Sistem Perpajakan,
Diskriminasi, Kepatuhan Dan Pengetahuan Perpajakan Terhadap Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika Penggelapan Pajak.” JOMFekom, vol. 4, no. 1, 2017, pp. 1960–70.
Tene, Johanes Herbert, et al. “Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Pajak, Sanksi Perpajakan Dan Pelayanan Fiskus Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris Pada Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Terdaftar Di KPP Pratama Manado).” Jurnal
EMBA, vol. 5, no. 2, 2017, pp. 443–53.
Zainuddin, Zainuddin, et al. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Etis Penggelapan Pajak.” Jurnal Informasi,
Perpajakan, Akuntansi, Dan Keuangan Publik, vol. 16, no. 1, 2021, p. 41,