• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyiapan Sistem Komunikasi Multimedia Pemerintah Pusat dan Daerah Bidang Pengendalian Pemanfaaatan Ruang dan Penguasan Tanah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penyiapan Sistem Komunikasi Multimedia Pemerintah Pusat dan Daerah Bidang Pengendalian Pemanfaaatan Ruang dan Penguasan Tanah"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

Penguasan Tanah

!

!

!

!

!

GDE INDRA BHASKARA, SST. PAR., M.SC., PH.D. 197812192008011007

PROGRAM STUDI S1 DESTINASI PARIWISATA FAKULTAS PARIWISATA

UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

(2)

DAFTAR ISI

Hal.

DAFTAR ISI i

DAFTAR GAMBAR iii

BAB I PENDAHULUAN I-1

I.1 LATAR BELAKANG I-1

I.2 MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN I-2

I.3 RUANG LINGKUP I-2

I.3.1 Lingkup Wilayah I-2

I.3.2 Lingkup Pekerjaan I-3

I.3.3 Durasi Pekerjaan I-3

I.4 PELAPORAN DAN HASIL PEKERJAAN I-3

I.5 SISTEMATIKA PENULISAN I-4

BAB II KAJIAN LITERATUR II-1

II.1 PEMANFAATAN RUANG II-1

II.1.1 Penataan Ruang II-1

II.1.2 Penataan Ruang Kawasan (Rawan Bencana) II-4

II.1.3 Pemanfaatan Ruang II-7

II.1.4 Pengendalian Pemanfaatan Ruang II-9

II.2 PENGUASAAN TANAH II-15

II.2.1 Penguasaan dan Menguasai II-16

II.2.2 Penguasaan Hak Atas Tanah II-17

II.2.3 Peran Pertanahan Dalam Penataan Ruang II-20

II.3 KOMUNIKASI MULTIMEDIA II-23

II.3.1 Pengertian Multimedia II-23

II.3.2 Sistem Multimedia II-25

II.3.3 Telekonferensi II-28

(3)

BAB III PENDEKATAN DAN METODOLOGI III-1

III.1 PENDEKATAN III-1

III.1.1 Kerangka Pikir III-1

III.1.2 Grand Design III-2

III.2 METODOLOGI III-4

III.2.1 Metode Pengembangan Sistem III-4

III.2.2 Arsitektur Sistem III-7

III.2.3 Spesifikasi Sistem III-9

III.2.4 Rancangan Antarmuka III-10

III.2.5 Kebutuhan Sistem III-12

III.2.6 Klasifikasi Pengguna III-20

BAB IV TAHAPAN DAN RENCANA KERJA IV-1

IV.1 TAHAPAN KERJA IV-1

IV.2 RENCANA KERJA IV-2

BAB V TIM PELAKSANA V-1

V.1 TENAGA AHLI V-1

(4)

DAFTAR GAMBAR

Hal. Gambar II-1 Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana II-6 Gambar II-2 Skema Pengendalian Pemanfaatan Ruang II-15

Gambar II-3 Jenis Telekonferensi II-31

Gambar III-1 Kerangka Pikir III-1

Gambar III-2 Grand Design Sistem Komunikasi Multimedia III-2

Gambar III-3 Pilot Project Design III-3

Gambar III-4 Proses Web Engineering III-4

Gambar III-5 Arsitektur Sistem III-8

Gambar III-6 Desain Interface Halaman Utama (Beranda) III-10 Gambar III-7 Desain Interface Loading User Connection III-11

Gambar III-8 Desain Interface Video Meeting III-11

Gambar III-9 Desain Interface Panel Whiteboard III-12

Gambar III-10 Desain Interface WebCam Setting III-12

Gambar IV-1 Rencana Kerja IV-2

Gambar V-1 Tenaga Ahli V-1

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG

Seiring dengan perkembangan era keterbukaan informasi publik, dimana Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah wajib mensosialisasikan kebijakan lembaganya, memberikan pelayanan, menyebarluaskan pesan/informasi serta mengedukasi kebijakan hingga program-program kerja lembaganya kepada masyarakat. Disinilah pentingnya suatu wadah yang dapat menjadi mediator dalam menjembatani kepentingan instansi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta menampung aspirasi dan memperhatikan kebutuhan publik. Sarana Multimedia merupakan salah satu jendela utama untuk terciptanya keterbukaan informasi publik, baik melalui media berita maupun yang bersifat visualisasi yang dilakukan secara on-line.

Direktorat Jenderal (Ditjen) Penataan Ruang telah mengembangkan website untuk memberikan kemudahan kepada publik dalam mengakses informasi Tata Ruang. Namun pada perkembangannya, Ditjen Penataan Ruang yang saat ini berubah menjadi Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR), maka perlu melakukan penyesuaian, baik penyesuaian Jaringan maupun Konten atau substansi yang dimuat dalam website tersebut, bahkan perlu ditingkatkan lagi kemampuannya untuk meningkatkan unjuk kerja kelembagaan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (BPN).

Oleh karena itu, dalam rangka peningkatan kerja dan fungsi Pengawasan Pemanfaatan Ruang, Direktorat Jenderal Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan

(6)

Penguasaan Tanah, berrencana mengembangkan sebuah Sistem Komunikasi Multimedia melalui pemanfaatan jaringan (website) yang telah dimiliki (eksisting) dengan tujuan untuk mempermudah akses informasi dan visualisasi antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah, khususnya dalam hal penanganan dan pengendalian daerah Rawan Bencana dan daerah-daerah yang banyak mengalami penyalahgunaan ruang (terjadi pelanggaran Tata Ruang).

I.2. MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN

Maksud dari pekerjaan ini adalah untuk membangun dan mengembangkan Sistem Komunikasi Multimedia di Bidang Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah supaya dapat menjadi media penyebarluasan dan pelayanan informasi penataan ruang yang lebih baik.

Sedangkan tujuan pekerjaan yaitu meningkatkan kinerja Bidang Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah dengan melalui penyediaan media komunikasi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, terutama daerah Rawan Bencana dan daerah yang banyak terjadi penyalahgunaan ruang (terjadi pelanggaran Tata Ruang).

Adapun sasaran yang ingin dicapai dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah terwujudnya komunikasi multimedia antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah melalui Penyiapan Sistem Komunikasi Multimedia (Teleconference) dalam rangka Pengendalian Pemanfaatan Ruang.

I.3. RUANG LINGKUP

I.3.1. LINGKUP WILAYAH

Pekerjaan pembangunan dan pengembangan sistem komunikasi multimedia di Bidang Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah dilaksanakan antara Pemerintah Pusat dengan 6 (enam) Pemerintah Daerah Rawan Bencana,

(7)

yaitu: Provinsi D.I Yogyakarta, Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Maluku, Provinsi Bali, Provinsi Sumatera Utara, dan Provinsi Sulawesi Utara.

I.3.2. LINGKUP PEKERJAAN

Berdasarkan dokumen Kerangka Acuan Kerja, lingkup pekerjaan Penyiapan Sistem Komunikasi melalui Multimedia (teleconference) Bidang Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah, mencakup:

1. Penyiapan data dan informasi dalam rangka menyiapkan kebutuhan sarana yang diperlukan;

2. Menyempurnakan dan mengembangkan sistem jaringan eksisting yang telah dimiliki oleh Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN;

3. Pelaksanaan workshop teleconference di Jakarta dengan 2 (dua) Pemerintah Daerah; dilakukan sebanyak 2 kali. Pelaksanaan di Jakarta selama 1 hari. 4. Pelaksanaan Konsinyasi di Jakarta; selama 2 hari, sebanyak 2 kali;

5. Pembuatan Laporan dan Prosiding Kegiatan.

I.3.3. DURASI PEKERJAAN

Pekerjaan Penyiapan Sistem Komunikasi melalui Multimedia (teleconference) di Bidang Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah dikerjakan selama 5 (lima) bulan kalender.

I.4. PELAPORAN DAN HASIL PEKERJAAN

Selama proses pelaksanaan pekerjaan dilakukan pelaporan yang bersesuaian dengan tahapan pekerjaan sebagai informasi kemajuan kerja, termasuk Buku atau Dokumen Hasil Pekerjaan yang mencakup; seperti berikut.

1. Laporan Pendahuluan

Laporan pendahuluan ini berisikan latar belakang, metode pelaksanaan, rencana dan program kerja, jadual pelaksanaan pekerjaan dan personil;

(8)

dan kompilasi data dan informasi yang telah diperoleh. Laporan harus selesai paling lambat 1 bulan sejak SPMK ditandatangani sebanyak 10 (sepuluh) Buku Laporan.

2. Laporan Akhir

Laporan ini berisi seluruh rangkaian pelaksanaan pekerjaan. Laporan ini harus diserahkan paling lambat 5 bulan; terhitung dari sejak SPMK ditandatangani sebanyak 10 Buku Laporan.

3. Buku Eksklusif Sistem Data dan Informasi

Buku ini merupakan Buku Penyiapan Sistem Komunikasi Multimedia di Bidang Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah. Buku ini dicetak sebanyak 20 eksemplar; dengan soft copy-nya dikemas dalam bentuk keping CD.

4. Buku Pedoman Operasional

Buku ini merupakan materi petunjuk operasional Sistem Komunikasi Multimedia (teleconference) di Bidang Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah; sebanyak 100 Buku.

I.5. SISTEMATIKA PENULISAN

Secara garis besar, Laporan Pendahuluan disusun dengan sistematika, sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB III PENDEKATAN DAN METODOLOGI BAB IV TAHAPAN DAN RENCANA KERJA BAB V TIM PELAKSANA

(9)

BAB II

KAJIAN LITERATUR

II.1. PEMANFAATAN RUANG

Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan Struktur Ruang dan Pola Ruang yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya.

II.1.1. PENATAAN RUANG

Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan mahluk hidup lain melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya. Tata Ruang adalah wujud dari Struktur dan Pola Ruang. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat Permukiman dan sistem Jaringan Sarana dan Prasarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan Sosial Ekonomi Masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan Fungsional. Pola Ruang adalah distribusi Peruntukan Ruang dalam suatu wilayah yang meliputi Peruntukan Ruang untuk fungsi Lindung dan fungsi Budidaya.

Penataan Ruang merupakan suatu sistem proses dalam rangka Perencanaan Tata Ruang dan Pemanfaatan Ruang, serta Pengendalian Pemanfaatan Ruang. Penyelenggaraan Penataan Ruang adalah kegiatan yang meliputi: Pengaturan, Pembinaan, Pelaksanaan, dan Pengawasan Penataan Ruang atau biasa dikenal dengan istilah TURBINLAKWAS.

(10)

Penyelenggaraan Tata Ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah Nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan pada Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional, dengan:

 terwujudnya keharmonisan antara Lingkungan Alam dan Buatan,  terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan Sumber Daya Alam dan

Sumber Daya Buatan dengan memperhatikan Sumber Daya Manusia,  terwujudnya perlindungan Fungsi Ruang dan pencegahan dampak

negatif terhadap lingkungan akibat Pemanfaatan Ruang.

Dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Penataan Ruang diselenggarakan berdasarkan asas:

 Keterpaduan

 Keserasian, Keselarasan, dan Keseimbangan  Keberlanjutan

 Keberdayagunaan dan Keberhasilgunaan  Keterbukaan

 Kebersamaan dan Kemitraan  Perlindungan Kepentingan Umum  Kepastian Hukum dan Keadilan  Akuntabilitas

Hal tersebut, di atas, telah digariskan dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

Pemerintah melakukan pembinaan Penataan Ruang kepada Pemerintah Daerah dan Masyarakat. Pembinaan Penataan Ruang sebagaimana yang dimaksud di atas dilaksanakan melalui:

(11)

 Koordinasi penyelenggaraan Penataan Ruang

 Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan dan Sosialisasi Pedoman bidang Penataan Ruang

 Pemberian Bimbingan, Supervisi, dan Konsultasi Pelaksanaan Penataan Ruang

 Pendidikan dan Pelatihan  Penelitian dan Pengembangan

 Pengembangan Sistem Informasi dan Komunikasi Penataan Ruang  Penyebarluasan Informasi Penataan Ruang kepada Masyarakat  Pengembangan Kesadaran dan Tanggung Jawab Masyarakat

Untuk menjamin tercapainya tujuan penyelenggaraan Penataan Ruang, seperti uraian tersebut di atas, dilakukan Pengawasan terhadap kinerja Pengaturan, Pembinaan, dan Pelaksanaan Penataan Ruang. Pengawasan yang dimaksud terdiri atas tindakan: Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan; dimana pelakunya adalah Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, sesuai kewenangannya. Sedangkan peran Masyarakat dapat dilakukan dengan menyampaikan Laporan dan atau Pengaduan kepada Pemerintah Pusat dan atau Pemerintah Daerah. Pemantauan dan Evaluasi, sebagaimana dimaksud di atas, dilakukan dengan mengamati dan memeriksa kesesuaian antara penyelenggaraan Penataan Ruang dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Apabila dari hasil Pemantauan dan Evaluasi terbukti terjadi penyimpangan administratif dalam penyelenggaraan Penataan Ruang; Menteri, Gubernur, dan Bupati/Walikota mengambil langkah penyelesaian sesuai dengan kewenangannya.

Jika Bupati/Walikota tidak melaksanakan langkah penyelesaian sebagaimana dimaksud di atas, Gubernur mengambil langkah penyelesaian yang tidak dilaksanakan Bupati/Walikota. Jika Gubernur tidak melaksanakan langkah

(12)

penyelesaian sebagaimana dimaksud di atas, Menteri mengambil langkah penyelesaian yang tidak dilaksanakan Gubernur. Dalam hal penyimpangan dalam penyelenggaraan Penataan Ruang sebagaimana dimaksud di atas, pihak yang melakukan penyimpangan dapat dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Untuk menjamin tercapainya tujuan penyelenggaraan Penataan Ruang, seperti uraian tersebut di atas, dilakukan pula Pengawasan terhadap kinerja fungsi dan manfaat penyelenggaraan Penataan Ruang dan kinerja pemenuhan Standard Pelayanan Minimal bidang Penataan Ruang. Dalam rangka peningkatan kinerja fungsi dan manfaat penyelenggaraan Penataan Ruang wilayah Nasional disusun standard pelayanan penyelenggaraan Penataan Ruang untuk tingkat Nasional.

Standard Pelayanan Minimal bidang Penataan Ruang, meliputi aspek yaitu: pelayanan berkaitan dengan Perencanaan Tata Ruang, Pemanfaatan Ruang, dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang. Standard Pelayanan Minimal yang dimaksud, mencakup Standard Pelayanan Minimal bidang Penataan Ruang di tingkat Provinsi dan Standard Pelayanan Minimal bidang Penataan Ruang di tingkat Kabupaten/Kota.

II.1.2. PENATAAN RUANG KAWASAN (RAWAN BENCANA)

Penataan Ruang Kawasan mencakup Kawasan Budidaya, Kawasan Reklamasi Pantai, Kawasan Rawan Bencana Longsor, Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi dan Rawan Gempa Bumi, dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kawasan Perkotaan.

Secara geografis sebagian besar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia berada pada kawasan Rawan Bencana Alam, dan salah satu bencana alam yang sering terjadi adalah Bencana Longsor. Selain Bencana Longsor, wilayah NKRI

(13)

juga memiliki gunung berapi yang masih aktif yang berpotensi menimbulkan bencana alam; Letusan Gunung Berapi dan Gempa Bumi.

Sejalan dengan proses pembangunan yang berkelanjutan perlu diupayakan pengaturan dan pengarahan terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan dengan prioritas utama pada penciptaan keseimbangan lingkungan. Salah satu upaya yang diambil adalah melalui pelaksanaan Penataan Ruang yang berbasis Mitigasi Bencana Alam agar dapat ditingkatkan keselamatan dan kenyamanan kehidupan dan penghidupan Masyarakat, terutama yang berada di Kawasan Rawan Bencana.

Longsor terjadi karena proses alami dalam perubahan struktur muka bumi, yakni adanya gangguan kestabilan pada tanah atau batuan penyusun lereng. Gangguan kestabilan lereng ini dipengaruhi oleh kondisi geomorfologi terutama faktor kemiringan lereng, kondisi batuan ataupun tanah penyusun lereng, dan kondisi hidrologi atau tata air pada lereng. Meskipun longsor merupakan gejala fisik alami, namun beberapa hasil aktifitas manusia yang tidak terkendali dalam mengeksploitasi alam juga bisa menjadi faktor penyebab ketidakstabilan lereng yang dapat mengakibatkan terjadinya longsor, yaitu ketika aktifitas manusia ini berresonansi dengan kerentanan dari kondisi alam yang telah disebutkan di atas.

Faktor-faktor aktifitas manusia ini, antara lain: pola tanam, pemotongan lereng, pencetakan kolam, drainase, konstruksi bangunan, kepadatan penduduk dan usaha mitigasi. Dengan demikian dalam upaya pembangunan berkelanjutan melalui penciptaan keseimbangan lingkungan diperlukan pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, yang dimaksud dengan:

(14)

 Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.  Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain, berupa: gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

 Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

Kedudukan pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana terhadap hirarki Tata Ruang dijelaskan seperti pada Gambar di bawah ini.

(15)

II.1.3. PEMANFAATAN RUANG

Pemanfaatan Ruang Wilayah Nasional berpedoman pada Rencana Struktur Ruang dan Pola Ruang. Pemanfaatan Ruang Wilayah Nasional dilaksanakan melalui penyusunan dan pelaksanaan program Pemanfaatan Ruang beserta perkiraan pendanaannya. Perkiraan pendanaan program Pemanfaatan Ruang disusun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Program Pemanfaatan Ruang disusun berdasarkan pada indikasi program utama lima tahunan. Pendanaan program Pemanfaatan Ruang bersumber dari:

 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,  Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,  investasi swasta, dan/atau

 kerja sama pendanaan.

Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi merupakan upaya perwujudan Rencana Tata Ruang yang dijabarkan kedalam bentuk indikasi program utama penataan/pengembangan Provinsi dalam jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahunan sampai akhir tahun perencanaan (20 tahun).

Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi berfungsi:

 sebagai acuan bagi Pemerintah dan Masyarakat dalam pemrograman penataan dan atau pengembangan Provinsi;

 sebagai arahan untuk Sektor dalam program;

 sebagai dasar estimasi kebutuhan pembiayaan dalam jangka waktu 5 (lima) tahunan;

 sebagai dasar estimasi penyusunan Program tahunan untuk setiap jangka 5 (lima) tahun; dan

(16)

Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi, disusun berdasarkan:

 rencana Struktur Ruang, rencana Pola Ruang, dan penetapan Kawasan Strategis Provinsi;

 ketersediaan sumber daya dan sumber dana pembangunan;  kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang

ditetapkan;

 prioritas pengembangan wilayah Provinsi dan pentahapan rencana pelaksanaan program sesuai dengan RPJPD; dan

 ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.

Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi, disusun dengan kriteria:  mendukung perwujudan rencana Struktur Ruang, Pola Ruang, dan

Pengembangan Kawasan Strategis Provinsi;

 mendukung program utama Penataan Ruang Nasional;

 realistis, objektif, terukur, dan dapat dilaksanakan dalam jangka waktu Perencanaan;

 konsisten dan berkesinambungan terhadap Program yang disusun, baik dalam jangka waktu tahunan maupun antar lima tahunan; dan

 sinkronisasi antar Program harus terjaga dalam satu Kerangka Program terpadu pengembangan wilayah Provinsi.

Indikasi program utama arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten:  Usulan Program Utama

 Lokasi  Besaran

 Sumber Pendanaan  Instansi Pelaksana

(17)

Usulan program utama; dalam indikasi program utama, sekurang-kurangnya harus mencakup:

1. Perwujudan rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi, meliputi: a) perwujudan Pusat Kegiatan (PKN, PKSN, PKW, PKL) di wilayah

Provinsi; dan

b) perwujudan Sistem Prasarana Nasional dan Wilayah dalam wilayah Provinsi, mencakup:

 perwujudan sistem jaringan prasarana Transportasi di wilayah Provinsi, yang meliputi sistem prasarana Transportasi Darat, Udara, dan Air;

 perwujudan sistem jaringan prasarana Sumber Daya Air;  perwujudan sistem jaringan prasarana Energi;

 perwujudan sistem jaringan prasarana Telekomunikasi; dan  perwujudan sistem jaringan prasarana lainnya.

2. Perwujudan rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi, mencakup: a) perwujudan Kawasan Lindung Nasional dan Provinsi; dan b) perwujudan Kawasan Budidaya Provinsi.

3. Perwujudan Kawasan-Kawasan Strategis Provinsi.

Pada susunan arahan Pemanfaatan Ruang tersebut dapat dijabarkan atau dirinci sesuai kebutuhan dalam penyusunan indikasi program utama didalam RTRW Provinsi masing-masing di wilayah Provinsi.

II.1.4. PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

Apa yang akan terjadi jika Pemanfaatan Ruang dilaksanakan tanpa adanya Pengendalian yang mengacu pada Perencanaan. Misalnya; kawasan industri berdekatan dengan permukiman penduduk, pusat perbelanjaan berdiri megah di tengah permukiman, perkantoran pemerintah berseberangan dengan mall.

(18)

Banyak hal negatif yang muncul. Kekacauan, kekumuhan, tidak tertatanya bangunan, tidak adanya estetika dan kesemerawutan wajah kota serta dampak negatif lainnya bagi lingkungan. Semua ini berakibat sulitnya dalam penataan jaringan utilitas, penyediaan fasilitas publik, dampak negatif bagi kondisi sosial, mencoloknya kesenjangan ekonomi antar lapisan masyarakat, biaya yang tinggi untuk penyelesaian masalah lingkungan dan berbagai hal negatif lainnya.

Tentunya untuk mencegah berbagai hal negatif tersebut di atas, perlu adanya Pengendalian Pemanfaatan Ruang supaya pelaksanaannya sesuai dengan Perencanaan Ruang yang telah dibuat. Begitu banyaknya dana, tenaga, dan pikiran yang telah dikeluarkan dalam pembuatan Rencana Tata Ruang, seperti pembuatan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota/Kabupaten (RTRWK), RDTRK, RTBL, Blok Plan, dan dokumen rencana detail lainnya. Sayang bila dokumen-dokumen rencana tersebut tidak diimplementasikan sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, supaya dokumen Perencanaan Ruang dapat dilaksanakan dan Pemanfaatan Ruang yang ada mengacu pada dokumen ini, perlu Pengendalian Pemanfaatan Ruang. Pemerintah, sebagai pelaku utama dalam Pengendalian Pemanfaatan Ruang, mempunyai berbagai instrumen atau alat pengendalian. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, instrumen tersebut, adalah:

 peraturan zonasi,  perizinan,

 pemberian insentif dan disinsentif, serta  pengenaan sanksi.

(19)

Peraturan Zonasi

Instrumen ini telah lama digunakan di negara lain, seperti Amerika Serikat, Jerman, Singapura, dan Jepang. Di Indonesia sendiri, secara legal peraturan zonasi merupakan instrumen yang baru dipakai, yaitu sejak diundangkannya UU Penataan Ruang No.26/2007. Sesuai dengan UU ini maka peraturan zonasi disusun berdasarkan rencana rinci tata ruang untuk setiap zona Pemanfaatan Ruang. Selanjutnya peraturan zonasi ditetapkan dengan:

a) Peraturan Pemerintah untuk arahan peraturan zonasi sistem nasional; b) Peraturan Daerah Provinsi untuk arahan peraturan zonasi sistem

Provinsi; dan

c) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota untuk peraturan zonasi.

Perizinan

Instrumen Perizinan diatur oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah menurut kewenangan masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Undang-Undang Nomor 26/2007 juga mengatur, sebagai berikut:

a) Izin Pemanfaatan Ruang yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dibatalkan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah; menurut kewenangannya masing-masing berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;

b) Izin Pemanfaatan Ruang yang dikeluarkan dan atau diperoleh dengan tidak melalui prosedur yang benar, batal demi hukum;

c) Izin Pemanfaatan Ruang yang diperoleh melalui prosedur yang benar tetapi kemudian terbukti tidak sesuai dengan RTRW, dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya;

(20)

d) Terhadap kerugian yang ditimbulkan oleh karena akibat pembatalan izin sebagaimana dimaksud; dapat dimintakan penggantian yang layak kepada instansi pemberi izin;

e) Izin Pemanfaatan Ruang yang tidak sesuai lagi akibat adanya perubahan Rencana Tata Ruang Wilayah dapat dibatalkan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dengan memberikan ganti kerugian yang layak; f) Setiap Pejabat Pemerintah yang memiliki kewenangan menerbitkan izin

Pemanfaatan Ruang dilarang menerbitkan izin yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang; dan

g) Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur perolehan izin dan tata cara penggantian yang layak sebagaimana yang dimaksud; diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Insentif dan Disinsentif

Insentif merupakan perangkat atau suatu upaya untuk memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan/bersesuaian dengan Rencana Tata Ruang, berupa:

a) keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa ruang, dan urun saham;

b) pembangunan serta pengadaan infrastruktur; c) kemudahan prosedur perizinan; dan atau

d) pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta dan atau pemerintah daerah.

Disinsentif merupakan perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan atau tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang, berupa:

(21)

a) pengenaan pajak yang tinggi yang disesuaikan dengan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat Pemanfaatan Ruang; dan atau

b) pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi, dan penalti.

Selanjutnya, Insentif dan Disinsentif diberikan dengan tetap menghormati hak Masyarakat. Insentif dan Disinsentif dapat diberikan oleh:

 Pemerintah kepada Pemerintah Daerah;

 Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Daerah lainnya; dan  Pemerintah kepada Masyarakat.

Pengenaan Sanksi

Pengenaan Sanksi merupakan tindakan Penertiban yang dilakukan terhadap Pemanfaatan Ruang yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang dan juga Peraturan Zonasi.

Dalam Pemanfaatan Ruang, setiap orang wajib:

a) menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;

b) memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang;

c) mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang; dan

d) memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum.

Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana kewajiban di atas, dikenai sanksi administratif dapat berupa:

(22)

a) peringatan tertulis;

b) penghentian sementara kegiatan;

c) penghentian sementara pelayanan umum; d) penutupan lokasi;

e) pencabutan izin; f) pembatalan izin;

g) pembongkaran bangunan;

h) pemulihan fungsi ruang; dan/atau i) denda administratif.

Pengendalian Pemanfaatan Ruang oleh Pemerintah tidak akan berhasil bila tanpa didukung oleh Masyarakat dan semua pihak yang berperan dalam pembangunan. Instrumen pengendalian hanyalah alat, alat akan berfungsi sebagaimana mestinya bila semua pihak berkeinginan menggunakannya dengan benar. Pemerintah dengan kesadaran penuh mengawal setiap kegiatan supaya sesuai dengan rencana yang ada.

Masyarakat juga dapat membantu Pemerintah dalam mengontrol Pemanfaatan Ruang, yaitu dengan mengadukan kepada Pemerintah setiap kegiatan Pemanfaatan Ruang yang tidak sesuai dengan Rencana Ruang. Pemerintah juga harus mengambil tindakan tegas terhadap setiap kegiatan yang melanggar. Bila semua pihak telah berperan positif dalam Pemanfaatan Ruang di Indonesia, tentunya akan terwujud wajah kota dan wilayah yang mempunyai estetika dan menjadi tempat tinggal yang nyaman bagi warganya.

Secara skematis, uraian arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang, seperti di atas, diillustrasikan seperti pada Gambar berikut ini.

(23)

INSTRUMEN PENGENDALIAN

PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

Upaya untuk mewujudkan Tertib Tata Ruang

ZONASI PERIZINAN

INSENTIF-DISINSENTIF SANKSI

Rencana Rinci Tata Ruang

 Zonasi Sistem Nasional  Zonasi Sistem Provinsi  Peraturan Zonasi

disusun berdasarkan

Izin Pemanfaatan Ruang

Diatur oleh Pemerintah & Pemda (menurut kewenangan masing-masing)

sebagai dasar

ditetapkan dengan

dikeluarkan dan/diperoleh dgn tidak melalui prosedur yg benar Diperoleh melalui prosedur yg benar tetapi kemudian terbukti tidak sesuai dengan RTRW akibat adanya perubahan RTRWN

Apabila tdk sesuai RTRW

Batal demi Hukum

Dapat Dibatalkan

Penggantian/ganti kerugian yang layak

Tindakan penertiban yg dilakukan thd Pemanfaatan Ruang yg tdk sesuai dg

RTR & Peraturan Zonasi

Sebagai Pedoman

Gambar II-2 Skema Pengendalian Pemanfaatan Ruang

II.2. PENGUASAAN TANAH

Penguasaan Tanah meliputi hubungan antara individu (perseorangan), Badan Hukum ataupun Masyarakat; sebagai suatu kolektivitas ataupun Masyarakat Hukum, dengan Tanah yang mengakibatkan hak-hak dan kewajiban terhadap Tanah. Hubungan tersebut diwarnai oleh nilai-nilai (norma-norma) yang sudah melembaga dalam Masyarakat (pranata-pranata sosial). Bentuk Penguasaan Tanah dapat berlangsung secara terus menerus dan dapat pula hanya bersifat sementara.

Penguasaan Tanah dapat dibagi menjadi 2 (dua) aspek, yaitu: Yuridis dan Fisik. Penguasaan Tanah secara yuridis dilandasi oleh suatu hak yang dilindungi oleh hukum dan umumnya memberikan kewenangan kepada pemegang hak untuk

(24)

menguasai Tanah tersebut secara fisik. Meskipun demikian, penguasaan fisik tidak selalu melekat pada pihak yang menguasai secara yuridis, contohnya adalah Tanah yang disewakan; penguasaan yuridis ada pada Pemilik Tanah, sedangkan penguasaan fisik ada pada Penyewa Tanah.

II.2.1. PENGUASAAN DAN MENGUASAI

Pengertian “penguasaan” dan “menguasai” dapat dipakai dalam arti fisik, juga dalam arti yuridis; dapat beraspek perdata dan beraspek publik. Penguasaan dalam arti yuridis adalah penguasaan yang dilandasi hak, yang dilindungi oleh hukum dan umumnya memberi kewenangan kepada pemegang hak untuk menguasai secara fisik Tanah yang diakui sebagi haknya, misalnya pemilik Tanah mempergunakan atau mengambil manfaat dari Tanah yang dihaki, tidak diserahkan kepada pihak lain.

Adapun penguasaan yuridis, meski memberi kewenangan untuk menguasai Tanah yang dihaki secara fisik, pada kenyataannya penguasaan fisik dilakukan oleh pihak lain. Misalnya, seseorang memiliki Tanah tidak mempergunakan tanahnya sendiri melainkan disewakan kepada pihak lain, dalam hal ini secara yuridis Tanah tersebut dimiliki oleh pemilik Tanah, akan tetapi secara fisik dilakukan oleh penyewa Tanah. Ada juga penguasaan secara yuridis yang tidak memberi kewenangan untuk menguasai Tanah yang bersangkutan secara fisik. Misalnya, kreditor (bank) memegang jaminan atas Tanah mempunyai hak penguasaan yuridis atas Tanah yang dijadikan agunan (jaminan), akan tetapi secara fisik penguasaan tanahnya tetap ada pada pemegang hak atas Tanah. Penguasaan yuridis dan fisik atas Tanah tersebut dipakai dalam aspek privat, sedangkan penguasaan yuridis yang beraspek publik, yaitu penguasaan atas Tanah, seperti yang disebutkan pada Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 dan Pasal 2 Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA).

(25)

Hak penguasaan atas Tanah berisi serangkaian wewenang, kewajiban, dan atau larangan bagi pemegang haknya untuk berbuat sesuatu mengenai Tanah yang dimilki haknya. Sesuatu yang boleh, wajib atau dilarang untuk diperbuat, yang merupakan isi hak penguasaan itulah yang menjadi kriteria atau tolak ukur pembeda di antara hak-hak Penguasaan Atas Tanah yang diatur dalam Hukum Tanah.

II.2.2. PENGUASAAN HAK ATAS TANAH

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) memuat beberapa tingkatan atau jenjang Hak Penguasaan Atas Tanah, yaitu:

1. Hak Bangsa Indonesia

Mengenai Hak Bangsa Indonesia diatur dalam Pasal 1 Ayat 1-3 UUPA. Hak Bangsa Indonesia merupakan Hak Penguasaan Atas Tanah yang tertinggi dalam Hukum Tanah Nasional. Hak ini juga menjadi sumber bagi hak-hak Penguasaan Atas Tanah yang lain.

Hak Bangsa Indonesia mempunyai 2 (dua) unsur, yaitu: Kepunyaan dan Tugas Kewenangan. Unsur Kepunyaan berarti Subjek atas Hak Bangsa Indonesia ada pada seluruh rakyat Indonesia dan meliputi seluruh wilayah Indonesia. Unsur Tugas Kewenangan berarti untuk mengatur penguasaan dan memimpin pengurusan Tanah dilaksanakan oleh negara.

Hak Bangsa Indonesia merupakan sebuah hubungan hukum yang bersifat abadi. Ini berarti selama rakyat Indonesia yang bersatu sebagai Bangsa Indonesia masih ada dan selama bumi, air, dan ruang angkasa Indonesia masih ada pula, dalam keadaan yang bagaimanapun, tidak

(26)

ada sesuatu kekuasaan yang akan dapat memutuskan atau meniadakan hubungan tersebut (Penjelasan Umum II UUPA).

2. Hak Menguasai dari Negara

Hak menguasai dari Negara telah diatur dalam Pasal 2 Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA). Hak ini bersumber dari Hak Bangsa Indonesia, seperti uraian di atas. Kewenangan yang terdapat di hak menguasai dari Negara merupakan kewenangan yang bersifat publik, sehingga hak ini tidak sama dengan konsep domein yang diberlakukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda.

Menurut ketentuan Pasal 2 Ayat 2 UUPA, hak menguasai dari Negara memberi wewenang untuk:

1) Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan, dan pemeliharaan bumi, air, dan ruang angkasa. 2) Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara

orang-orang dengan bumi, air, dan ruang angkasa.

3) Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air, dan ruang angkasa.

Subjek Hak Menguasai dari Negara adalah Negara Republik Indonesia sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat Indonesia dan meliputi semua tanah yang berada di wilayah Republik Indonesia, baik tanah yang belum maupun yang sudah dihaki dengan Hak Perorangan. Tanah yang belum dihaki dengan hak Perorangan disebut Tanah yang dikuasai langsung oleh Negara (secara Administrasi disebut Tanah Negara), dan Tanah yang sudah dihaki dengan Hak Perorangan disebut Tanah Hak dengan nama sebutan Hak-nya, misal Tanah Milik.

(27)

Selanjutnya, Tanah Negara dapat dibagi menjadi, yaitu: 1) Tanah Wakaf; Tanah Hak Milik yang sudah diwakafkan. 2) Tanah Hak Pengelolaan; Tanah yang dikuasai dengan Hak

Pengelolaan yang merupakan pelimpahan pelaksanaan sebagian kewenangan hak menguasai dari Negara kepada Pemegang Haknya. 3) Tanah Hak Ulayat; Tanah yang dikuasai oleh Masyarakat Hukum

Adat teritorial dengan Hak Ulayat.

4) Tanah Kaum; merupakan tanah bersama Masyarakat –masyarakat Hukum Adat genealogis.

5) Tanah Kawasan Hutan; Tanah yang dikuasai oleh Departemen Kehutanan berdasarkan Undang-Undang Pokok Kehutanan. Hak penguasaan tersebut merupakan pelimpahan sebagian kewenangan hak menguasai dari Negara.

6) Tanah-tanah Sisanya; Tanah yang dikuasai oleh Negara yang tidak termasuk kedalam kelompok Tanah yang sudah disebutkan di atas. Tanah ini benar-benar langsung dikuasai oleh Negara sehingga bisa disebut sebagai Tanah Negara; dalam arti sempit.

3. Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat, dan

Hak Ulayat telah diatur dalam Pasal 3 UUPA. Hak Ulayat merupakan serangkaian wewenang dan kewajiban suatu Masyarakat Hukum Adat yang berhubungan dengan Tanah yang terletak didalam lingkungan wilayahnya. Subjek dari Hak Ulayat adalah Masyarakat Hukum Adat, baik yang bersifat teritorial (warganya tinggal di wilayah yang sama) maupun yang bersifat genealogik (warganya terikat dengan hubungan darah).

(28)

4. Hak-hak Perorangan/Individual Hak-hak Perorangan terbagi, menjadi: 1) Hak-hak Atas Tanah, meliputi:

 Hak Atas Tanah Primer;

hak atas Tanah yang diberikan oleh Negara. Beberapa bentuk dari Hak Atas Tanah Primer, yaitu:

 Hak Milik (HM)

 Hak Guna Usaha (HGU)

 Hak Guna Bangunan (HGB; yang diberikan oleh Negara)  Hak Pakai (HP; yang diberikan oleh Negara)

 Hak Atas Tanah Sekunder;

Hak atas Tanah yang bersumber dari pihak lain. Beberapa bentuknya, antara lain:

 Hak Guna Bangunan (HGB; diberikan oleh Pemilik Tanah)  Hak Pakai (HP; yang diberikan oleh Pemilik Tanah)

 Hak Gadai

 Hak Usaha Bagi Hasil  Hak Menumpang  Hak Sewa

2) Wakaf

3) Hak Jaminan atas Tanah; Hak Tanggungan

II.2.3. PERAN PERTANAHAN DALAM PENATAAN RUANG

Direktorat Jenderal Tata Ruang mempunyai tugas (Pasal 9): menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang Perencanaan Tata Ruang dan Pemanfaatan Ruang, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, Direktorat Jenderal Tata Ruang menyelenggarakan fungsi:

(29)

1. perumusan kebijakan di bidang Perencanaan Tata Ruang dan Pemanfaatan Ruang;

2. pelaksanaan kebijakan di bidang Perencanaan Tata Ruang, Koordinasi Pemanfaatan Ruang, Pembinaan Perencanaan Tata Ruang dan

Pemanfaatan Ruang Daerah;

3. penyusunan Norma, Standard, Prosedur, dan Kriteria di bidang Perencanaan Tata Ruang dan Pemanfaatan Ruang;

4. pemberian Bimbingan Teknis dan Supervisi di bidang Perencanaan Tata Ruang dan Pemanfaatan Ruang;

5. pelaksanaan Evaluasi dan Pelaporan di bidang Perencanaan Tata Ruang dan Pemanfaatan Ruang;

6. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Tata Ruang; 7. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

Dalam Surat Edaran Kepala Badan Pertanahan Nasional RI Nomor 5 Tahun 2014 ditegaskan bahwa setiap kegiatan yang bertujuan untuk memanfaatkan Ruang dan atau Sumber Daya Alam di atas permukaan maupun di bawah Tanah terlebih dahulu harus mendapat pertimbangan teknis Pertanahan.

Pertimbangan Teknis Pertanahan harus diselenggarakan dengan ketentuan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pedoman Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam Penerbitan Izin Lokasi, Penetapan lokasi, dan Izin Perubahan Penggunaan Tanah, yaitu :

1. Tidak boleh mengorbankan kepentingan umum.

2. Tidak boleh saling mengganggu Penggunaan Tanah sekitarnya. 3. Memenuhi azas berkelanjutan.

(30)

5. Sesuai dengan arahan peruntukan Rencana Tata Ruang Wilayah serta memenuhi ketentuan peraturan perundangan.

Dalam rangka menghadapi Masyarakat ekonomi ASEAN, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN, sebagaimana dituangkan dalam peraturan tersebut di atas, ditugaskan untuk mendukung dalam pelayanan terpadu satu pintu Badan Koordinasi Penanaman Modal.

Dalam rangka kelancaran pelaksanaan pelayanan, seluruh Jajaran Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, pada semua tingkatan, wajib mendukung untuk terlaksananya Pelayanan Terpadu Satu Pintu Badan Koordinasi Penanaman Modal.

Ruang lingkup pengaturan peraturan ini, meliputi: a) Jenis Pelayanan;

b) Persyaratan; c) Biaya;

d) Waktu; e) Prosedur.

Jenis Pelayanan, terdiri dari:

a) Informasi Ketersediaan Pelayanan Tanah; b) Pertimbangan Teknis Pertanahan;

c) Pengukuran Bidang Tanah; d) Penetapan Hak Atas Tanah;

e) Pendaftaran Keputusan Hak Atas Tanah f) Pengelolaan Pengaduan.

(31)

II.3. KOMUNIKASI MULTIMEDIA

Multimedia adalah suatu sarana untuk meningkatkan keunggulan bersaing didalam era globalisasi, dimana komunikasinya memanfaatkan multimedia. Komunikasi multimedia disini adalah convergensi antara contents dengan IT, sehingga membentuk suatu media baru yaitu berupa cyber space. Contents itu sendiri yang menjadi faktor utama dalam keberhasilan komunikasi multimedia. Multimedia memiliki definisi gabungan berbagai unsur media seperti: gambar, teks, suara, dan video yang digunakan untuk menyampaikan informasi secara interaktif dan menarik.

Komunikasi multimedia dibagi menjadi 2 (dua) kategori, yaitu: 1. Komunikasi Multimedia secara online.

Menggunakan cyber space berupa dunia maya (internet) dan satelite (TV). Disini para pengguna multimedia terhubung dengan suatu jaringan yang luas (world ) yang tergabung dalam suatu wadah tertentu.

contoh : website, satelite TV.

2. Komunikasi Multimedia secara offline.

Menggunakan cyber space yang lebih kecil, seperti: Personal Computer dan CD. Disini para pengguna multimedia terhubung dengan suatu jaringan lokal yang terbatas dan medianya dapat dibawa atau dipindahkan. contoh : Company Profile dalam bentuk CD Multimedia Interaktif.

II.3.1. PENGERTIAN MULTIMEDIA

Multimedia bukanlah suatu istilah baru karena konsepnya sudah ada sejak lama dan Apple Macintosh adalah pelopor yang membawa peranan multimedia menjadi sangat penting di bidang komputer, terutama dalam memanfaatkan media computer.

(32)

Hingga saat ini computer IBM PC atau compatible-nya juga mengikuti jejak tersebut dan membuat perkembangan multimedia menjadi sangat cepat. Tidak hanya sebatas pada komputer yang dipakai, tetapi juga sampai pada perangkat lunak (software). Sekarang ini multimedia banyak digunakan untuk bidang Advertising (Periklanan) ataupun untuk presentasi bisnis.

Multimedia terdiri dari berbagai elemen, seperti: suara, gambar, animasi, dan teks. Dalam perancangannya, secara tidak langsung, user dituntut untuk dapat menguasai program-program pengolah elemen tersebut.

Teks

Teks merupakan elemen dasar dari aplikasi Multimedia. Teks merupakan kumpulan huruf, angka, symbol tertentu; yang dapat merepresentasikan data seperti nama dan nilai. Format : txt

Gambar

Gambar merupakan suatu data bersifat non karakter yang terbentuk dari suatu jaringan (grid) titik-titik yang sangat kecil. Gambar sendiri dibagi menjadi 2 (dua), yaitu:

1) Gambar atau Image berpola Bitmap.

Gambar Bitmap (Raster image) adalah gambar yang menggunakan grid / matrik warna yang disebut dengan pixel untuk merepresentasikan kembali gambar di layar monitor. Gambar berpola bitmap sangat bergantung kepada tingkat kerapatan pixel (resolusi), oleh karena itu gambar bitmap berisikan jumlah pixel tertentu dan apabila gambar bitmap diperbesar melebihi batas jumlah maksimal tingkat resolusinya akan timbul jagged; berundak yang mengakibatkan gambar tersebut terlihat pecah. Format : Jpeg, Tiff, Bmp, PNG dll.

(33)

2) Gambar atau Image berpola Vektor

Gambar Vektor adalah gambar yang dibentuk dari sekumpulan garis lurus dan garis lengkung (kurva). Menggunakan perhitungan geometri (posisi x dan y).

Gambar vector tidak bergantung pada tingkat resolusi, oleh karena itu gambar vector dapat diperbesar atau diperkecil tanpa mempengaruhi kualitas dari gambar tersebut. Format : Ai, Fh, Cdr, dll.

Suara

Suara merupakan suatu gelombang (sinyal) analog yang berbentuk sinusoidal. Untuk pemakaian dalam komputer, gelombang tersebut diubah menjadi sinyal digital dan disimpan dalam bentuk data didalam komputer. Format : Wave, Mp3, Midi, WMA, dll.

Animasi dan Video

Animasi merupakan sekumpulan gambar yang dibuat bergerak dalam satu satuan waktu (second). Format : Gif, Swf, Dat, Mpeg, Avi, Mov, dll.

II.3.2. SISTEM MULTIMEDIA

Pemenuhan kebutuhan informasi bagi manusia, baik yang bergerak di bidang pendidikan, perusahaan, hiburan dan sebagainya mengalami perubahan pola atau cara. Dengan berbagai alasan seperti efisiensi waktu, biaya, dan ruang, manusia cenderung menginginkan perolehan dan penyimpanan informasi dengan cara-cara sederhana, cepat, menyenangkan, efisien dalam pemakaian ruang dan dengan biaya yang relatif murah.

Disisi lain, berdasarkan pengamatan terhadap kemampuan manusia dalam menerima dan mengingat informasi yang diterimanya, menurut hasil riset dari Computer Technology Research (CTR) ;

(34)

 Manusia mampu mengingat 20 % dari apa yang dia lihat  Manusia mampu mengingat 30% dari yang dia dengar

 Manusia mampu mengingat 50% dari yang didengar dan dilihat  Manusia mampu mengingat 70% dari yang dilihat, didengar, dan

dilakukan

Mengacu pada hasil riset tersebut di atas, maka para ahli teknologi berupaya mengadakan teknologi yang memungkinkan manusia memperoleh informasi yang diinginkannya dengan cara melihat, mendengar, dan mengalami (menjadi pelaku) di dalamnya. Kemampuan multimedia dalam memudahkan aktivitas manusia diantaranya.

Kategori multimedia berdasarkan mediumnya, adalah:

1) Multimedia Content Production (produksi konten multimedia)

Multimedia content production bisa diartikan sebagai penggunaan media untuk penyajian produk-produk informasi berbasis kreatif. Misalkan animasi, musik digital, video, dan sebagainya. Media tersebut tentunya juga beragam dan akan sangat mempertimbangkan untuk apa dan untuk siapa informasi tersebut disajikan. Contoh : banner, film kartun, web, CD interaktif, iklan, special effect, dsb.

2) Multimedia Communication (komunikasi multimedia)

Multimedia komunikasi bisa diartikan sebagai penggunaan media untuk kegiatan komunikasi, baik dalam bentuk audio, teks, dan atau audio visual. Contoh : kegiatan chatting, sms, teleconference, video conference. Sistem multimedia adalah suatu sistem yang dapat mengatur terdukungnya penggunaan lebih dari satu media. Bagaimana sebuah sistem dapat dikatakan sebagai sistem multimedia.

(35)

Kombinasi Media

Sistem disebut sistem multimedia apabila kedua jenis (discreet/continous) media dipakai. Contoh media diskrit : teks, grafik, dan media kontinyu adalah audio dan video.

Independence

Aspek utama dari jenis media yang berbeda adalah keterkaitan antara media tersebut. Sistem disebut sistem multimedia apabila tingkat ketergantungan atau keterkaitan antara media rendah.

Computer-Supported Integration

Sistem harus bisa melakukan pemrosesan yang dikontrol oleh computer. Sistem dapat diprogram oleh system programmer/user.

Perangkat lunak multimedia merupakan komponen-komponen dalam data processing system, yaitu berupa program-program untuk mengontrol bekerjanya sistem multimedia. Perangkat lunak ini digologkan menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu: bahasa pemrograman multimedia, perangkat lunak Sistem Multimedia, dan perangkat lunak aplikasi multimedia.

1) Bahasa Pemrograman Multimedia

Bahasa pemrograman multimedia merupakan bahasa computer yang digunakan oleh para Programmer untuk membuat aplikasi multimedia. Contohnya: Assembly, C, C++, Power Builder, Delphi, SQL, Visual Basic, Flash Programmer, dan Java.

2) Perangkat Lunak Sistem (System Software)

Perangkat ini terdiri dari sistem operasi (operating system) misalnya: DOS (Disc Operating System), Windows 95/98/ME, Windows XP, Windows Vista, UNIX, Linux, dan Mac-OS. Perangkat lunak lainnya adalah aplikasi utilitas (utility application) seperti aplikasi anti virus.

(36)

3) Perangkat Lunak Aplikasi Multimedia

Perangkat lunak aplikasi multimedia merupakan aplikasi-aplikasi yang dirancang oleh personal atau organisasi untuk user yang bergerak dalam bidang multimedia spesifik, seperti: grafik 2D, modeling, animasi, sound editing, video editing, dan sebagainya.

II.3.3. TELEKONFERENSI

Telekonferensi merupakan pertemuan berbasis elektronik secara langsung (live) diantara dua atau lebih partisipan (manusia/mesin) yang dihubungkan dengan suatu sistem telekomunikasi; biasanya berupa saluran telepon. Penggunaan telekonferensi memiliki kelebihan efektivitas: biaya dan waktu. Telekonferensi dapat berbentuk konferensi audio atau konferensi video.

Konferensi audio merupakan salah satu jenis telekonferensi dimana seseorang dapat melakukan percakapan interaktif didalamnya. Dengan audio-konferensi ini, seseorang dapat berbicara dengan lebih dari satu orang melalui speaker. Dalam konferensi video, partisipannya dapat saling melihat gambar (video) dan saling mendengar; melalui peralatan: kamera, monitor, atau pengeras suara masing masing.

Saat ini dikenal 3 (tiga) jenis telekonferensi yang sering digunakan, baik untuk keperluan bisnis ataupun kegiatan-kegiatan sosial, yaitu :

1. Audio Conference (Conference Call)

Audio Conference atau disebut juga conference call adalah percakapan dua atau lebih partisipan dengan menggunakan fasilitas telepon dimana komunikasi yang terjadi antara partisipan hanya dalam bentuk suara (audio).

Dari semua jenis telekonferensi, Conference Call paling popular karena memiliki kelebihan sebagai berikut :

(37)

Partisipan hanya perlu menggunakan telepon biasa untuk melakukan telekonferensi tanpa alat atau software tambahan. Dapat digunakan kapan dan dimana saja tanpa perlu melakukan konfigurasi perangkat yang akan digunakan. Tanpa perlu koneksi internet yang cepat. Karena layanan panggilan konferensi ini menggunakan jalur telepon, maka anda tidak perlu mempunyai jalur koneksi internet yang cepat.

Untuk melakukan conference call, para partisipan diharuskan menelepon nomor tertentu yang akan menyambungkan mereka ke conference bridge (peralatan khusus yang menghubungkan jalur-jalur telepon yang masuk menjadi satu) yang disediakan oleh provider conference call. Biasanya ada biaya tambahan yang dikenakan oleh provider conference call bagi penggunanya.

2. Video Conference

Video conference adalah teknologi komunikasi yang mengijinkan terjadinya komunikasi dari beberapa lokasi yang berbeda yang secara simultan dapat mengirimkan gambar video dan suara.

Untuk melakukan video conference dapat memanfaatkan teknologi jaringan IP (melalui internet) dan teknologi ISDN (Integrated Services Digital Network).

Meskipun video conference memiliki kelebihan dengan adanya tampilan visual (video), penggunaan fasilitas telekonferensi ini masih kurang populer di Indonesia karena beberapa hal berikut :

 Dibutuhkan perangkat khusus seperti video input (video camera atau webcam) dan video output (monitor), audio input (microphone) dan

(38)

audio output (speaker) serta fasilitas data transfer (jaringan telepon ISDN, LAN atau Internet)

 Biaya yang relatif mahal

Saat ini video conference lebih banyak digunakan oleh media televisi dan perusahaan-perusahaan berskala besar.

3. Web Conference

Web conference atau biasa juga disebut webinars adalah fasilitas telekonferensi interaktif yang menawarkan fitur data stream (aliran data) lebih lengkap dimana partisipan dapat berkomunikasi secara simultan menggunakan teks, suara, video hingga berbagi file (file sharing) atau melakukan slide presentation.

Untuk menjalankan web conference biasanya menggunakan aplikasi (software) khusus yang disediakan oleh provider web conference dengan cara berlangganan, dan memanfaatkan teknologi internet khususnya TCP/IP connection.

Berbeda dengan video conference, untuk melakukan web conference cukup menggunakan perangkat komputer yang dilengkapi dengan perangkat multimedia yang memadai seperti webcam, microphone dan speaker, serta koneksi internet.

(39)

Gambar II-3 Jenis Telekonferensi

Dengan fitur yang lebih banyak, perangkat web conference lebih sederhana dibanding video conference biasa. Web conference banyak digunakan untuk kegiatan-kegiatan seperti seminar atau workshop online.

II.4. TELEKONFERENSI MEDIA KOORDINASI

Kemajuan teknologi telekomunikasi dewasa ini berkembang sangat pesat, berdasarkan data Kementerian Komunikasi dan Informasi pengguna internet di Indonesia mencapai 82 juta orang. Dengan capaian tersebut, Indonesia berada pada peringkat ke-8 di dunia sebagai pengguna internet terbanyak. Program pemerintah terkait dengan pemerataan internet hingga ke pelosok menjadi cikal bakal era modern dimana keterbukaan berita dan informasi menjadi hal yang utama.

Geografis Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Merauke seringkali menjadi kendala dalam mengadakan koordinasi antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Dengan adanya teknologi teleconference ini diharapkan dapat mengatasi hambatan tersebut; teleconference sebagai sistem komunikasi multimedia sebagai media koordinasi antara Pusat dan Daerah.

Hal ini direspon oleh Direktorat Jenderal Penataan Ruang dengan melakukan inovasi telekomunikasi tatap muka jarak jauh melalui audio visual atau yang

(40)

lazim disebut teleconference. Uji coba tersebut dilakukan bertepatan dengan peringatan Hari Tata Ruang; diprakarsai oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan. Pada acara di Palembang, Direktur Pembinaan Penataan Ruang Daerah Wilayah I Ir. Dedy Permadi, CES mengungkapkan bahwa teleconference ini dapat lebih dioptimalkan penggunaannya untuk meningkatkan produktifitas, efisiensi waktu, dan praktis dalam operasionalnya.

Senada dengan Ir. Dedy Permadi, DR. Lina Marlia, CES selaku Sekretaris Direktorat Jenderal Penataan Ruang melakukan dialog teleconference dengan perwakilan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten. Lina mengungkapkan, selain dapat menjadi media untuk lebih meningkatkan kerja sama dan koordinasi antara Pemerintah Pusat dan Daerah, juga sebagai media sosialisasi NSPK sehingga informasi dapat sampai ke daerah lebih cepat dan penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah tidak terhambat.

Lina menyampaikan pesan kepada perwakilan Kabupaten Musi Banyuasin “bahwa RTRW Kabupaten harus segera ditetapkan menjadi Peraturan Daerah, supaya tidak menghambat pembangunan serta investasi. Perlindungan pada Kawasan Lindung juga harus menjadi perhatian utama dalam menentukan arah kebijakan pembangunan di Sumatera Selatan”, ungkap Lina.

Uraian tersebut merupakan cuplikan dari artikel pada situs Direktorat Jenderal Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum, tertanggal 14 November 2014. Dengan demikian pemanfaatan teknologi teleconference sebagai media untuk Koordinasi antara Pemerintahan Pusat dan Daerah berperan penting dalam optimalisasi penyampaian informasi dan publikasi antar Pusat dengan Daerah.

(41)

BAB III

PENDEKATAN DAN METODOLOGI

III.1. PENDEKATAN

III.1.1 KERANGKA PIKIR

Penyelesaian kegiatan pekerjaan Penyiapan Sistem Komunikasi Multimedia Bidang Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah, dirumuskan dengan pendekatan kerangka pola pikir, seperti pada Gambar di bawah ini.

INTERNET INTERNET PEMERINTAH PUSAT PEMERINTAH PUSAT PEMERINTAH DAERAH PEMERINTAH DAERAH

Gambar III-1 Kerangka Pikir

Berdasarkan kerangka berpikir, seperti pada Gambar di atas, maka terdapat 4 (empat) kegiatan utama, yaitu:

1. Pengembangan sistem jaringan Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR/BPN) sebagai Pemerintah Pusat maupun di Pemerintah Daerah;

(42)

2. Kajian di atas meja (desk study), pembahasan intensif dalam bentuk konsinyasi maupun workshop;

3. Penyusunan Pedoman Operasional sarana Komunikasi Multi Media; 4. Training Operator.

Dengan demikian, pendekatan dan metodologi untuk 4 (empat) kegiatan utama di atas, harus diterapkan yang benar-benar tepat supaya kemungkinan muncul masalah dapat diminimalisir dan mudah untuk ditelusuri.

III.1.2 GRAND DESIGN

Berdasarkan kerangka pikir, secara umum, di atas; untuk pekerjaan ini maka disusunlah rancangan induk sebagai pedoman dalam implementasi pekerjaan pengembangan Sistem Komunikasi Multimedia berbasis teleconference. Grand Design Sistem Komunikasi Multimedia diillustrasikan dengan Gambar, seperti di bawah ini.

(43)

Idealnya, sasaran jangka panjang penerapan Sistem Komunikasi Multimedia dapat diimplementasikan di seluruh wilayah Indonesia. Direktorat Jenderal Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah sebagai pelaksana Pusat di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah pada Dinas atau Instansi terkait dengan Penataan Ruang dan Pertanahan, baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Pada pekerjaan ini, penyiapan Sistem Komunikasi Multimedia Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dilaksanakan di 6 (enam) lokasi Daerah sebagai proyek percontohan (pilot project). Grand Design untuk lokasi pilot project dapat dilihat, seperti Gambar di bawah ini.

(44)

III.2. METODOLOGI

III.2.1 METODE PENGEMBANGAN SISTEM

Metodologi pengembangan sistem adalah metode-metode, prosedur-prosedur, konsep-konsep pekerjaan, aturan-aturan yang akan dipakai sebagai pedoman bagaimana dan apa yang harus dikerjakan selama pengembangan ini. Dalam pembangunan aplikasi ini menggunakan metode pengembangan sistem Web Engineering (rekayasa web). Web Engineering adalah proses yang digunakan untuk menciptakan kualitas web menjadi lebih tinggi. Tujuannya adalah untuk meminimalisasi resiko dan meningkatkan kualitas sistem berbasis web.

(45)

Menurut gambar di atas tahap-tahap yang dilakukan adalah:

1. Customer Communication

Di dalam proses web engineering, komunikasi customer dikategorikan oleh 2 (dua) tugas utama, yaitu:

a. Analisis Bisnis, yaitu menjelaskan konteks bisnis secara organisasi untuk aplikasi web. Perubahan yang potensial di dalam lingkungan bisnis atau keburukan yang dapat diprediksi, dan integrasi antara aplikasi web dan aplikasi bisnis lainnya, database, dan fungsi yang ditemukan.

b. Perumusan (Formulation), yaitu kegiatan pengumpulan kebutuhan yang melibatkan semua pemilik. Tujuannya untuk menggambarkan masalah yang dapat siatasi oleh aplikasi web dan menentukan batasan sistem.

Langkah penggumpulan kebutuhan ini dilakukan dengan wawancara dan quisioner, diarahkan untuk mencapai:

1) Menetapkan kategori user dan mengembangkan deskripsi untuk setiap kategori dengan membuat hirarki user.

2) Berkomunikasi dengan pemilik untuk menetapkan kebutuhan dasar aplikasi web.

3) Menganalisa informasi yang dikumpulkan dan menggunakan informasi tersebut untuk diikuti oleh pemilik.

4) Menetapkan user-case yang menggambarkan alur interaksi untuk setiap kelas user.

2. Planning

Perencanaan yang terdiri dari definisi tugas, batas akhir tugas, batas akhir jadwal untuk periode waktu yang ditentukan untuk aplikasi web.

(46)

3. Modeling

Kegiatan untuk menentukan semua persyaratan-persyaratan teknik dan untuk mengidentifikasi informasi yang akan ditampilkan pada aplikasi berbasis web (web based). Bertujuan untuk membangun analisis yang cepat dan model desain yang menggambarkan kebutuhan. Pemodelan dibagi menjadi dua tahapan yaitu:

a) Model Analisis, yaitu analisis yang digunakan pada rekayasa web dilakukan dari empat sisi yaitu:

1. Analisis Isi, mengidentifikasi keseluruhan ruang, dari isi yang akan disediakan oleh sebuah aplikasi web. Terdapat beberapa aspek dalam analisis ini, antara lain:

 Pendefinisian isi objek: dapat berupa sebuah deskripsi tertulis dari sebuah produk atau artikel yang menggambarkan sebuah kegiatan.

 Hubungan isi, mengandung hubungan entitas diagram yang menggambarkan hubungan antar isi objek.

 Analisis kelas untuk aplikasi, penganalisaan kelas diperoleh dengan memeriksa setiap use-case.

2. Analisis Interaksi, yaitu analisis yang menunjukkan hubungan antara web dengan pengguna, dapat digambarkan dengan Use-Case Diagram, Sequensial Diagram, Activity Diagram, State Diagram, dan Prototype User Interface.

3. Analisis Konfigurasi, menggambarkan lingkungan infrastruktur dimana di dalamnya terdapat apliksi web.

4. Analisis Fungsional, analisis tentang proses bagaimana apliksi web ini akan menampilkan informasi kepada pengguna.

(47)

5. Analisis Navigasi-Hubungan, menggambarkan hubungan yang berbeda di antara elemen aplikasi web.

b) Model Desain, antara lain meliputi:

1. Desain Interface, menggambarkan struktur dan organisasi dari interface pengguna.

2. Desain Estetika, menggambarkan “tampilan dan rasa” dari aplikasi web.

3. Desain Isi, menggambarkan (garis besar) dari seluruh isi.

4. Desain Navigasi, menggambarkan aliran/arah antar objek isi dan fungsi aplikasi.

5. Desain Arsitektur, mengidentifikasi keseluruhan struktur untuk aplikasi web.

4. Construction

Tools dan teknologi web engineering diaplikasikan untuk membentuk aplikasi web yang telah dimodelkan. Dalam pembangunan web site akan digunakan tools, yaitu: PHP, Apache, MySQL, Macromedia Dreamweaver dan Adobe Photoshop 7.0.

Serangkaian test dilakukan untuk memastikan adanya kesalahan dalam desain (isi, arsitektur, interface, dan navigasi).

5. Delivery & Feedback

Aplikasi web dikonfigurasi untuk lingkungan operasional, dikirimkan kepada user.

III.2.2 ARSITEKTUR SISTEM

Sistem ini terdiri dari 2 (dua) aplikasi utama, yaitu aplikasi server dan aplikasi klien. Aplikasi server memiliki fungsi untuk menentukan kualitas dari video, mengatur jumlah klien yang akan tergabung, dan menghubungkan antar klien

(48)

dalam satu ruang video conference secara realtime. Sedangkan aplikasi klien memiliki fungsi sebagai penerima dan pembuat video. Video conference ini dibangun dari 3 (tiga) komponen server utama, yaitu bagian conference server, streaming server, dan web server. Hubungan antara klien dan server, dapat dilihat seperti yang ditunjukkan pada Gambar di bawah ini.

Gambar III-5 Arsitektur Sistem  Conference Server

Conference server berfungsi sebagai penerima capture (bentuk gambar atau video) dan melakukan proses encoding dari kamera yang harus tersedia di setiap klien. Kemudian video tersebut dikirimkan ke streaming server. Dalam perancangan ini akan dikembangkan dari perangkat lunak open source Openmeetings.

 Streaming Server

Bagian streaming server berfungsi sebagai penerima video dari conference server yang kemudian didistribusikan secara streaming ke klien atau user. Dari streaming server ini dapat dilihat siapa saja yang melakukan akses, berapa banyak paket yang hilang dalam pengiriman video, berapa

(49)

bandwidth yang digunakan, dan berapa lama waktu yang digunakan user dalam mengakses video. Aplikasi steaming server yang digunakan sistem ini adalah perangkat lunak open source Red5.

 Web Server

Bagian web server berfungsi sebagai pengatur utama dalam interaksi langsung dengan user yang merupakan bentuk user interface dari sistem yang dibangun. Web server dalam sistem ini menggunakan Apache HTTP Server dan MySQL Server.

III.2.3 SPESIFIKASI SISTEM

Aplikasi video conference yang akan dirancang memiliki modul-modul yang sudah dikemas dalam satu sistem ruang video conference. Tidak semua fungsi dalam moodle dapat digunakan, namun hanya modul-modul yang sesuai dengan kebutuhan. Ruang Virtual Video Conference Aplikasi ini menyediakan komunikasi tatap muka jarak jauh secara virtual. Selain itu, dalam sistem ini terdapat beberapa modul diantaranya: modul whiteboard, modul chat, dan modul upload dan download file.

1. Modul Upload dan Download File

Modul ini memungkinkan semua client dapat mengunggah (upload) dan mengunduh (download) file-file penunjang komunikasi koordinasi dalam suatu ruang video conference.

2. Modul Whiteboard

Tujuan dari modul ini adalah untuk menyediakan lingkungan kolaboratif semua client. Mereka bisa menulis pesan dalam format teks dan menggambar garis pada lingkungan whiteboard secara bersama dan real time. Ketika mereka ingin pesan atau garis, mereka harus memilih alat-alat dengan menyeret dan menjatuhkan mereka di whiteboard.

(50)

Selain itu, modul ini dapat menampilkan file presentasi dalam format SWF yang sebelumnya telah diunggah. Semua client dapat melakukan presentasi dengan mudah menggunakan tools yang sudah tersedia. File yang dapat diunggah untuk dipresentasikan diantaranya berupa: .tga, .xcf, .wpg, .txt, .ico, .ttf, .pcd, .pcds, .ps, .psd, .tiff, .bmp, .svg, .dpx, .exr, .jpg, .jpeg, .gif, .png, .ppt, .odp, .odt, .sxw, .wpd, .doc, .rtf, .txt, .ods, .sxc, .xls, .sxi, .pdf.

3. Modul Chat

Modul ini mendukung semua client untuk chatting dalam format teks biasa. Client juga dapat mengirim pesan kepada client yang lainnya dalam ruang video conference yang sama.

III.2.4 RANCANGAN ANTARMUKA

Berdasarkan uraian di atas, tahap awal perancangan sistem dapat disajikan beberapa contoh rancangan antarmuka (mock up design) untuk panel-panel dialog interaksi pengguna dengan sistem aplikasi yang akan dibangun, seperti dapat dilihat pada beberapa Gambar berikut ini.

(51)

Gambar III-7 Desain Interface Loading User Connection

(52)

Gambar III-9 Desain Interface Panel Whiteboard

Gambar III-10 Desain Interface WebCam Setting

III.2.5 KEBUTUHAN SISTEM

Kebutuhan sistem terdiri atas: perangkat lunak (Software) dan perangkat keras (Hardware). Spesifikasi masing-masing perangkat yang dibutuhkan diuraikan seperti berikut ini.

(53)

1. Kebutuhan Software

Software (perangkat lunak) adalah program komputer yang berfungsi sebagai sarana interaksi atau yang menjembatani pengguna komputer (user) dengan perangkat keras. Software yang dibutuhkan dalam penggunaan aplikasi ini adalah:

 Sistem Operasi Linux Ubuntu 10.04.2 LTS

Operating system untuk server menggunakan Linux Ubuntu 14.04 LTS. Ubuntu adalah suatu sistem operasi bebas dan open source yang menggunakan Debian sebagai fondasinya dan dirilis secara berkala (setiap enam bulan), fokus utama sistem operasi Ubuntu adalah para pengguna dan kemudahan penggunaan dan pada setiap rilis Ubuntu akan memberikan perbaikan keamanan selama 18 bulan.

Ubuntu menyertakan lingkungan desktop Gnome/KDE/XFCE terbaru di setiap rilis dan juga menyertakan beragam pilihan perangkat lunak untuk server dan desktop yang semuanya dikemas ke dalam satu CD.  Mozilla Firefox dan Google Chrome

Web Browser yang digunakan untuk membuka aplikasi video conference ini adalah Mozilla Firefox dan Google Chrome.

 Apache2 Server

Apache2 Server adalah perangkat lunak open source untuk HTTP web server yang dijalankan di platform sistem Unix-like seperti BSD, Linux, dan UNIX, Microsoft Windows dan lainnya. Apache dikembangkan dan dipelihara oleh komunitas terbuka yang bergabung dengan Apache Software Foundation.

Apache dengan fitur highly configurable error messages, DBMS-based authentication databases dan content negotiation. Didukung beberapa

(54)

GUI memudahkan konfigurasi dan lebih intuitif. Apache medukung fitur yang diimplementasikan sebagai modul terkompilasi mulai dari server-side programming language support sampai dengan authentication schemes.

Sejumlah bahasa pemrograman yang lazim digunakan seperti Perl, Python, dan PHP didukung Apache sepenuhnya. Apache umumnya digunakan dalam satu paket popular LAMP (Linux Apache MySQL dan PHP/Perl/Python). Selain itu, Apache juga dikemas bersama paket proprietari seperti Oracle database atau IBM WebSphere application server. Sementara secara tak langsung juga didukung Borland bersama Kylix dan Delphi development tools mereka.

 MySQL Server

MySQL adalah platform database yang digunakan di kebanyakan web, e-commerce, dan aplikasi proses transaksi online. MySQL memberikan kemudahan penggunaan, skalabilitas, dan unjuk kerja yang telah membuat open source MySQL database terpopuler di dunia.

 Moodle 1.9.14.1

Moodle adalah salah satu LMS bersifat open source, kata Moodle merupakan kepanjangan dari Modular Object-Oriented Dynamic Learning Environment, yang artinya menganut filosofi modular yang sangat berguna bagi hampir seluruh programmer dan pelaku edukasi. Alasan memilih Moodle diantaranya:

 Moodle adalah perangkat lunak open source, yang berarti pengguna bebas untuk mengunduh, menggunakannya, memodifikasinya dan bahkan mendistribusikannya di bawah syarat-syarat lisensi GNU.  Moodle berjalan tanpa modifikasi pada setiap sistem yang

Gambar

Gambar II-1 Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana
Gambar II-2 Skema Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Gambar II-3 Jenis Telekonferensi
Gambar III-1 Kerangka Pikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe terhadap larva Artemia salina Leach dengan.. metode Brine Shrimp Lethality Test

Berdasarkan uraian di atas maka tujuan dari penelitian adalah: mengetahui diversitas ikan yang terdapat di Segara Anakan Cilacap, mengetahui distribusi spasial

Pada Hotel The City sesuai dengan data internal bahwa dalam pelaksanaan audit operasional yang dilanjutkan dengan adanya pengendalian internal dalam perusahaan,

Cuplikan hasil pengolahan dapat dilihat pada Gambar 4.2, Gambar 4.3, dan Gambar 4.4, sedangkan untuk tampilan lengkap dari hasil pengolahan GAMIT dapat dilihat pada

Pengalaman profesional beliau ketika bersama Bapindo diawali sebagai Anggota Tim Pengembangan Produk & Promosi, Anggota Tim Penyelesaian Kredit Bermasalah Urusan Debitur

Pada periode 1966-77, mereka menemukan bahwa ekspor Indonesia berpengaruh positif terbadap pertumbuhan PDB, tetapi tidak sebaliknya Sepintas lalu, temuan tersebut nampaknya

1) Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas. Prinsip pembagiannya adalah harus di pisahkan fungsi-fungsi operasi, penyimpanan dan fungsi

pelaksanaannya terdapat beberapa perubahan, diantaranya perubahan kelas dalam mengajar dikarenakan status guru yang bersangkutan. Keterbatasan ini menyebabkan praktikan