• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan nasional Indonesia adalah paradigma pembangunan yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan nasional Indonesia adalah paradigma pembangunan yang"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional Indonesia adalah paradigma pembangunan yang terbangun atas pengalaman Pancasila yaitu pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya, dengan Pancasila sebagai dasar, tujuan, dan pedomannya. Dari amanat tersebut disadari bahwa pembangunan nasional bukan semata-mata proses ekonomi, tetapi suatu penjelmaan pula dari proses perubahan politik, sosial, dan budaya yang meliputi bangsa, di dalam kebulatannya. Pembangunan Nasional merupakan cerminan kehendak terus-menerus meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia secara adil dan merata, serta mengembangkan kehidupan masyarakat dan penyelenggaraan negara yang maju dan demokratis berdasarkan Pancasila.

Sistem pembangunan Indonesia diselenggarakan secara simultan antara sistem pembangunan nasional dan sistem pembangunan daerah. Sistem pembangunan Indonesia tersebut ditandai salah satunya dengan sistem pembangunan Indonesia yang meliputi pembangunan nasional, yaitu proses pembangunan yang manajemennya dilakukan oleh pemerintah pusat, dan pembangunan daerah yang proses pembangunannya dilakukan pemerintah daerah.

Pembangunan tentang peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peranan serta masyarakat dalam berbagai sektor untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat secara efektif dan efisien dalam sistem NKRI maka Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tenatang Pemerintahan Daerah disahkan menjadi dasar

(2)

2014 menjadi acuan Pemerintah Daerah bergerak memenuhi kewajiban Pemerintah Daerah dalam melakukan segala kegiatan/program kerja yang telah diatur dengan kata lain sudah diamanahkan sesuai hukum dari Pemerintah Pusat ke daerah.

Desa adalah daerah politik yang otonom. Fungsi kecamatan dalam konteks ini adalah sekedar menjalankan fungsi administratif dan koordinatif di wilayah kecamatan, sesuai dengan status kecamatan yang tidak lagi menjadi sebuah wilayah kekuasaan melainkan sekedar sebagai perpanjangan dari kabupaten. Di desa, pembangunan ditujukan untuk kemajuan desa dan berdampak pada kesejahteraan masyarakatnya. Pembangunan desa harus dapat melihat apa saja yang menjadi potensi dari desa yang bisa diangkat dan dijadikan suatu peluang untuk desa agar desa tersebut dapat memiliki keunggulan yang berbeda dengan desa lainnya meskipun desa-desa tersebut berada didalam suatu kecamatan yang sama. Pembangunan di desa dapat meliputi pembangunan dalam bidang petanian, perternakan, perkebunan atau lain sebagainya sesuai dengan potensi-potensi yang ada di setiap daerah desa tersebut.

Wilayah pedesaan sangat luas, jumlah penduduk sangat banyak namun jumlah penduduk disetiap desa relatif sedikit, tingkat pendapatan, pendidikan dan derajat kesehatan rendah, ditambah lagi aksesbilitas terhadap faktor-faktor produktif, modal usaha dan investasi, dan memperoleh informasi sangat rendah, sehingga kemajuan dan kesejahteraan masyarakat pedesaan jauh tertinggal dibandingkan masyarakat perkotaan. Daerah pedesaan mempunyai fungsi dan peranan yang sangat penting, yaitu seperti menghasilkan berbagai jenis komoditas pertanian (padi, hasil perkebunan, dan yang lainnya) untuk memenuhi kebutuhan

(3)

penduduk perkotaan, sebagai bahan baku untuk industri dan sebagian lagi untuk ekspor. Oleh karena itu upaya pembangunan pedesaan haruslah menjadi salah satu prioritas dan harus mendapatkan perhatian yang lebih pada saat ini maupun dimasa mendatang.

Pada saat melaksanakan pembangunan didesa, desa sering mengalami hambatan dan kendala yang tidak ringan dari segi geografis, topografi, demografis, ketersediaan sarana dan prasarana, kelemahan akses terhadap informasi dan modal pasar, partisipasi masyarakat yang belum proaktif, dan masih banyak kelemahan fungsi organisasional dan fungsional-oprasional lainnya.

Pembangunan desa dikaji menggunakan pendekatan partisipatif yang diartikan pembangunan dilakukan dari bawah (bottom-up development), dimana masyarakat terlibat langsung dan mengambil peran serta dalam pembangunan. Dalam menciptakan ketatapemerintahan yang optimal, maka dikenallah istilah dengan good governance. Lingkungan ketatapemerintahan yang optimal , diyakiniharus memiliki elemen-elemen yang saling berkolaborasi secara sinergis dan menciptakan keserasian sepanjang masa. Elemen pemerintahan desa, masyarakat desa dan pihak swasta harus memiliki keinginan kuat untuk berasama-sama membangun desa.

Mengembangkan desa, desa tidak boleh mengharapkan bantuan dari elemen luar desa saja, namun harus mampu mandiri dalam melaksanakan proses pembangunan itu sendiri. Mendorong, meningkatkan kesadaran dan aktualisai kekuatan dan kelemahan adalah hal yang paling penting untuk menciptakan kemandirian desa. Upaya pengentasan kelemahan dan rintangan desa hanya bisa dilakukan secara mandiri oleh masyarakat desa sendiri karena masyarakat itu

(4)

sendiri yang tau program-program pembangunan apa yang paling dibutuhkan masyarakat local atau dikenal dengan partisipasi masyarakat dalam pembengunan.

Partisipasi masyarakat desa merupakan gebrakan pembangunan bagi pedesaan dimana masyarakat desa memiliki kesadaran dan kemauan penuh dengan memberikan kontribusi aktif secara swadaya membangunan desa. Pembangunan desa harus dipelopori oleh elemen masyarakat desa untuk menciptakan keselarasan diantara setiap elemen pembangunan. Pembangunan desa bukan hanya dapat dilakukan oleh aparatur desa dan masyarakat secara individual tetapi juga kelompok masyarakat yang dapat menjadi rekan kerja dan sebagai utusan masyarakt untuk memberikan kontribusi yang lebih besar kepada pembangunan desa. Adanya kelompok-kelompok masyarakat bisa dijadikan sebuah alternatih sumber daya manusia yang baik bagi pembangunan desa.

Desa Kepala Sungai adalah salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat yang sedang menggalakan pembangunan desa dengan mengikutsertakan partisipasi masyarakat dan kelompok-kelompok masyarakat yang ada di Desa Kepala Sungai. Desa Kepala Sungai memiliki luas wilayah 946 Hektar dan terdiri dari 11 Dusun dengan luas wilayah pertanian seluas + 785 Hektar, dengan tanah sawah tadah hujan seluas 425 Hektar dan tanah pertanian bukan sawah seluas 360 Hektar. Desa Kepala Sungai memiliki jumlah penduduk sebanyak 5375 penduduk desa yang 88,5% penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, dengan pembagian, Petani/Berternak + 25,5%, Petani/Pengerajin Batu Bata + 27,5%, Petani/Pekebun + 12%, dan Petani/Buruh Musiman + 35%. . Disetiap dusunnya terdapat kelompok-kelompok masyarakat terutama pada bidang pertanian yang juga merupakan salah satu

(5)

pekerjaan mayoritas masyarakatnya. Dengan luas wilayah tersebut dan luas wilayah pertanian serta jumlah penduduk desa yang bermata pencaharian sebagai petani sebesar 88,5% dan ada nya kelompok-kelompok tani yang tersebar disetiap dusun tersebut dapat dimanfaatkan oleh pemerintah desa sebagai mitra dalam pembangunan desa. Namun pemanfaatan kelompok masyarakat dalam pembangunan desa belum berjalan optimal. Hal tersebut terjadi karena kelompok-kelompok masayarakat terutama kelompok-kelompok tani tersebut masih hanya menjalankan kegiatan pertanian saja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka sendiri tanpa ikut bersinergi dengan pemerintahan desa untuk bergabung dalam pembangunan desa melalui kegiatan dan program pemerintah desa. Hal tersebut terjadi karena pemerintah desa kurang menyadari bahwa pembangunan adalah berawal dari masyarakat dan diperuntukkan untuk masyarakat itu juga sehingga kurang optimal dalam melibatkan kelompok masyarakat yang ada. Dan juga kelompok masyarakat itu sendiri kurang proaktif dalam melihat kondisi dan kemampuan mereka untuk bersinergi dengan pemerintah desa dalam pembangunan desa yang seharusnya mampu dijalakan bersama oelah kedua pihak.

Oleh karena itu berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Peranan Gabungan Kelompok Tani

(GAPOKTAN) Dalam Pembangunan Desa” (Studi Kasus di Desa Kepala Sungai Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat)

1.2. Rumusan Masalah

Perumusan masalah sangat penting agar di ketahui arah jalannya suatu penelitian. Batasan masalah bukan batasan pengertian. Tidak jarang mahasiswa

(6)

yang mencampur adukkan kedua jenis batasan tersebut. Ada yang menganggap sebagai dua hal tetapi sama. Ada yang mengunakan secara tebalik. Batasan masalah merupakan sejumlah masalah yang merupakan pertayaan penelitian yang akan dicari jawabannya melalui penelitian. Dengan makna tersebut maka batasan masalah sebenarnya adalah batasan permasalahan. (Arikunto, 2005:14).

Dari latar belakang masalah, dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

Bagaimana Peranan Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) dalam Pembangunan Desa di Desa Kepala Sungai.

1. Bagaimana peranan Pemerintah Desa dalam mengikutsertakan Gabungan Kelompok tani (GAPOKTAN) pada pembangunan desa di Desa Kepala Sungai?

2. Bagaimana bentuk-bentuk peranan Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) dalam pembangunan desa di Desa Kepala Sungai?

1.3. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai sasaran yang hendak dicapai atau apa yang menjadi tujuan penelitian tentunya jelas diketahui sebelumnya. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Untuk menganalisa peranan Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) dalam pembangunan di Desa Kepala Sungai.

1. Untuk mengetahui bagaimana Pemerintah Desa dalam mengikutsertakan Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) pada pembangunan desa di Desa Kepala Sungai.

(7)

2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk peranan Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) dalam pembangunan desa di Desa Kepala Sungai.

1.4. Manfaat Penelitian

Setelah selesai penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik bagi penulis sendiri maupun pihak lain yang berkepentingan dalam penelitian ini. Adapun manfaat penelitian yang diharapkan adalah:

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi Fakultas Ilmu Sosil dan Ilmu Politik dalam menambah bahan kajian perbandingan bagi yang mengunakannya.

2. Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran mengenai permasalahan dan juga masukan bagi pemerintah desa dan masyarakat di Desa Kepala Sungai dalam melaksanakan pembangunan.

3. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang berkepentingan terutama pemerintah desa dan masyarakat dalam pembangunan desa.

4. Bagi penulis, berguna untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berfikir dan melatih penulis dalam menerapkan teori-teori yang diperoleh selama masa perkuliahan.

1.5. Tinjauan Teoritik

Landasan Teori sangat penting dalam sebuah penelitian terutama dalam penulisan skripsi, peneliti tidak dapat mengembangkan masalah yang mungkin ditemui di tempat penelitian jika tidak memiliki acuan landasan teori yang mendukungnya. Seperti yang diungkapkan Sugiyono (2012:52), bahwa landasan

(8)

teori perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial and error).

Landasan teroti adalah seperangkat definisi, konsep serta proposisi yang telah disusun rapi serta sistematis tentang variabel-variabel dalam sebuah penelitian. Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang berfungsi melihat fenomena secara sistematis melalui spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.

Berdasarkan rumusan diatas, maka dalam bagian ini penulis akan mengemukakan teori, pendapat, serta gagasan yang akan menjadi titik tolak landasan berfikir dalam penelitian ini, yaitu:

1.5.1. Good Governance

Menurut United National UNOP (Sedarmayanti, 2003:7) good governance dipahami sebagai hubungan yang kontuktif dan sinergis diantara Negara, sektor swasta dan masyarakat. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Lembaga Administrasi Negara yang menyatakan bahwa good governance sebagai penyelenggaraan pemerintahan Negara yang solid dan bertanggung jawab, serta efisien dan efektif dengan menjaga “kesinergisan” interaksi yang konstruktif di antara domain-domain Negara, sektor swasta dan masyarakat.

Sementara menurut Leftwich (Wibowo, 2010:49) good governance diartikan sebagai administrasi yang sehat dan sekaligus politik yang demokratis dengan serangkaian yang non-ekonomis, seperti kesamaan, keseimbangan gender, menghormati hokum, toleransi sosial, structural, dan individual.

(9)

Kepemerintahan yang baik (good governance) merupakan isu sentral yang paling menegemuka dalam pengelolaan administrasi publik pada saat ini. Tuntutan dari segi fungsional, aspek governance ditinjau melalui pemerintah yang bertindak secara efektif dan efisien dalam uapaya mencapai tujuan yang telah digariskan. Good governance dideskripsikan melalui 3 kaki yaitu:

1. Economic governance yang meliputi proses pembuatan kepitusan yang memfasilitasi terhadap persamaan, kemiskinan, dan taraf kehidupan.

2. Political governance adalah proses keputusan untuk formulasi kebijakan. 3. Administrative governance adalah sistem implementasi kebijakan.

Oleh karena itu institusi adalah governance yang meliputi tiga domain, yaitu pemerintah, swasta, dan masyarakat yang saling berinteraksi dan menjalankan fungsi masing-masing dengan tujuan yang sama. Pemerintah bertindak sebagai menciptakan lingkungan politik dan hokum yang kondusif, swasta menciptakan pekerjaan dan pendapatan, sedangkan masyarakat berperan positif dalam interaksi sosial, ekonomi dan politik, termasuk mengajak kelompok dalam masyarakat untuk berpartisipasi dalam aktifitas ekonomi, sosial dan politik.

Berdasarkan pemahaman tentang good governance yang dipaparkan oleh beberapa tokoh diatasdapat dipahami bahwa good governance merupakan salah satu wujud penyelenggaraan pemerintahan yang bertanggung jawab secara efektif dan efisien dalam mewujudkan keberlangsungan pembangunan dalam suatu Negara dengan melibatkan

(10)

pemerintah, masyarakat dan swasta sebagai oknum yang berperan paling penting dalam pelaksanaan pemerintahan tersebut.

1.5.1.1. Orientasi Good Governance

Good governance berorientasi dalam dua hal, yaitu:

1. Orientasi ideal, Negara yang diarahkan pada pencapaian tujuan nasional. Orientasi ini bertitik tolak pada demokratisasi dalam kehidupan bernegara dengan elemen konstituennya seperti, legitimasi (apakah pemerintah dipilih dan mendapat kepercayaan dari rakyat), akuntabilitas, securing of human rights, autonomy and devolution of power dan assurance of civilian control.

2. Pemerintah yang berfungsi secara ideal, yaitusecara efektif dan efisien dalam melakukan upaya mencapai tujuan nasional. Orientasi kedua ini tergantungpada sejauh mana pemerintah mempunyai kompetensi, dan sejauh mana struktur serta mekanisme politik serta administrasi berfungsi secara efektif dan efisien.

1.5.2. Peranan

Nasution (1994:74) menyatakan bahwa peranan adalah mencakup kewajiban hak yang bertalian kedudukan”. Peranan adalah suatu aspek dinamika berupa pola tindakan baik yang abstrak maupun yang kongkrit dan setiap status yang ada dalam organisasi.

Peranan juga dapat diartikan terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku.

(11)

Adapun beberapa pengertian peranan sesorang yaitu:

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan disini di artikan sebagai rangkaian peraturan yang memimbing seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.

2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting sebagai struktur sosial masyarakat.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa peranan adalah suatu pola tindakan yang dilakukan oleh seseorang baik secara individual maupun secara bersama-sama yang dapat menimbulkan suatu peristiwa.

1.5.3. Kelompok Masyarakat

Kelompok masyarakat atau yang disebut juga dengan kelompok sosial menurut Soerjono Soekanto (2002:68) adalah himpunan atau kesatuan kesatuan manusia yang hidup bersama karena saling berhubungan di antara mereka secara timbal balik dan saling mempengaruhi. Menurut Robert Bierstedt (1948:700), kelompok memiliki banyak jenis dan dibedakan berdasarkan ada tidaknya organisasi, hubungan sosial antara kelompok, dan kesadaran jenis.

(12)

1.5.3.1. Ciri-Ciri Kelompok

Menurut Soerjono Soekamto (2002:68), suatu himpunan manusia atau yang dikatan sebagai kelompok sosial memiliki ciri kurang lebih sebagai berikut :

1. Setiap anggota kelompok harus memiliki kesadaran bahwa ia adalah sebagian dari kelompok yang bersangkutan.

2. Adanya hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnya.

3. Ada suatu faktor yang dimiliki bersama, sehingga hubungan antara mereka bertambah erat, misalnya: nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang sama, dan lain-lain.

4. Berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku. 5. Bersistem dan berproses.

6. Memiliki struktur sosial sehingga kelangsungan hidup kelompok tergantung pada kesungguhan anggotannya dalam melaksanakan perannya

7. Memiliki norma-norma yang mengatur hubungan diantara para anggotanya

8. Memiliki kepentingan bersama.

1.5.3.2. Pembagian Kelompok

Bierstedt (1948:700) kemudian membagi kelompok menjadi empat macam:

(13)

1. Kelompok statistik, yaitu kelompok yang bukan organisasi, tidak memiliki hubungan sosial dan kesadaran jenis di antaranya. Contoh: Kelompok penduduk usia 10-15 tahun di sebuah kecamatan.

2. Kelompok kemasyarakatan, yaitu kelompk yang memiliki persamaan tetapi tidak mempunyai organisasi dan hubungan sosial di antara anggotanya.

3. Kelompok sosial, yaitu kelompok yang anggotanya memiliki kesadaran jenis dan berhubungan satu dengan yang lainnya, tetapi tidak terikat dalam ikatan organisasi. Contoh: Kelompok pertemuan, kerabat.

4. Kelompok asosiasi, yaitu kelompok yang anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan ada persamaan kepentingan pribadi maupun kepentingan bersama. Dalam asosiasi, para anggotanya melakukan hubungan sosial, kontak dan komunikasi, serta memiliki ikatan organisasi formal. Contoh: Negara, sekolah.

1.5.3.3. Jenis Kelompok

Kelompok sosial adalah kesatuan sosial yang terdiri dari dua atau lebih individu yang mengadakan interaksi sosial serta ada pembagian tugas, struktur dan norma yang ada.

1. Kelompok primer(primary group)

adalah kelompok yang saling mengenal anggotanya serta terdapat kerja sama yang bersifat pribadi,contoh dari kelompok primer

(14)

adalah keluarga, kelompok sepermainan,dan rukun tetangga. Jadi kelompok primer merupakan suatu kelompok di mana orang dapat mengenal orang lain secara pribadi dan akrab hal tersebut di lakukan melalui hubungan yang bersifat informal, akrab, personal, spontan, dan ekslusif.

Syarat-syarat kelompok primer adalah sebagai berikut:

1. anggota kelompok secara fisik saling berdekatan dan terdapat interaksi yang intensif

2. kelompok tersebut merupakan kelompok kecil sehingga tiap individu relatif mudah untuk berinteraksi secara langsuog 3. terdapat hubungan yang langgeng antar anggota yang

bersangkutan biasany ada hubungan darah, kekerabatan, ataupun pertemanan.

2. Kelompok sekunder (secondary group)

adalah kelompok-kelompok besar yang terdiri dari banyak orang hubungan tidak harus saling mengenal secara pribadi,kurang akrab,dan sifatnya tidak begitu langgeng karena mereka berkumpul berdasarkan kepentingan yang sama Contoh dari kelompok sekunder: kumpulan orang-orang yang melakukan hubungan kontrak(jual beli) yang melibatkan munculnya hak dan kewajiban dari masing" pihak, hubungan ini sangat rentan terhadap konflik terutama jika salah satu pihak melanggar Hak-haknya

(15)

1.5.4. Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN)

Menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor 82/Permentan/OT.140/8/2013 Tentang Pedoman Pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani, Gabungan kelompoktani berfungsi untuk memfasilitasi kegiatan-kegiatan usaha bersama mulai dari sektor hulu sampai hilir secara komersial dan berorientasi pasar. Pada tahap pengembangannya gapoktan tersebut dapat memberikan pelayanan informasi, teknologi dan permodalan kepada anggota kelompoknya serta menjalin kerjasama dengan pihak lain. Diharapkan penggabungan Kelompok Tani (POKTAN) dalam Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) akan menjadikan kelembagaan petani yang kuat dan mandiri serta berdaya saing. Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) sebagai gabungan kelompok tani yang bergabung dan bekerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha.

Gapoktan dibentuk untuk memperkuat kelembagaan petani yang ada, sehingga pembinaan pemerintah kepada petani akan terfokus dengan sasaran yang jelas. Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) yang ada di masing-masing desa yang beranggotakan seluruh petani, peternak, dan nelayan di desa tersebut. Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) tersebut akan senantiasa dibina dan dikawal hingga menjadi lembaga usaha yang mandiri, profesional dan memiliki jaringan kerja luas.

Lembaga pendamping yang utama adalah Dinas Pertanian setempat, di mana para penyuluh merupakan ujung tombak di lapangan. Penguatan dari sisi lain adalah melalui implementasi berbagai kegiatan pemerintah yang

(16)

didistribusikan ke desa, dimana Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) selalu dilibatkan dalam setiap kegiatan yang memungkinkan.

1.5.4.1. Dasar Pembentukan Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN)

Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) dibentuk atas dasar: 1. Kepentingan bersama antara anggota

2. Berada pada kawasan usaha tani yang menjadi tanggung jawab bersama diantara anggota

3. Mempunyai kader pengelolaan yang berdedikasi untuk menggerakkan petani

4. Memiliki kader atau pimpinan yang diterima oleh petani lainnya 5. Mempunyai kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh

sebagian besar anggotanya

6. Adanya dorongan atau manfaat dari tokoh masyarakat setempat

1.5.4.2. Ciri-Ciri Kelompok Tani

1. Beranggotakan petani/ peternak/ pekebun dan nelayan.

2. Hubungan antara anggota erat, saling mengenal, akrab dan saling percaya diantara sesama anggota.

3. Mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dalam mengelola usaha tani dalam kelompok tani

4. Mempunyai kesamaan jenis komoditas usaha dan memiliki kesamaan dalam tradisi atau pemukiman, hamparan usaha, status ekonomi, sosial, bahasa, pendidikan dan ekologi.

(17)

6. Mempunyai tujuan yang sama dan pembagian tugas serta tanggung jawab sesama anggota berdasarkan kesepakatan bersama.

1.5.4.3. Tujuan Kelompok Tani

Kelompok tani yang berdasarkan dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat. dan mempunyai tujuan :

1. Membantu petani dalam mengelola lahan di bidang perkebunan dan pertanian serta menyukseskan program pemerintah dalam bidang pertanian dan perkebunan dalam rangka meningkatkan kehidupan bangsa Indonesia dan masyarakat pada umumnya.

2. Sebagai wadah berhimpun bagi masyarakat yang tergabung dalam kelompok tani untuk melaksanakan koordinasi dan konsultasi serta komunikasi antar petani

3. Mewujudkan cita-cita petani dalam memperoleh akses bantuan dan layanan di bidang pertanian dan perkebunan.

4. Memberikan pelatihan kepada petani mengenai cara budidaya tanaman yang tepat dan cara pengembangannya.

1.5.4.4. Peranan Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN)

Terdapat tiga peran pokok yang diharapkan dapat dijalankan oleh Gapoktan:

1. Gapoktan berperan sebagai lembaga sentral dalam sistem yang terbangun, misalnya terlibat dalam penyaluran benih bersubsidi yaitu bertugas merekap daftar permintaan benih dan nama anggota. Demikian pula dalam pencairan anggaran subsidi benih

(18)

dengan menerima voucher dari Dinas Pertanian setempat. Gapoktan merupakan lembaga strategis yang akan merangkum seluruh aktifitas kelembagaan petani di wilayah tersebut. Gapoktan dijadikan sebagai basis usaha petani di setiap pedesaan.

2. Gapoktan berperan untuk peningkatan ketahanan pangan di tingkat lokal. Mulai tahun 2006 melalui Badan Ketahanan Pangan telah dilaksanakan “Program Desa Mandiri Pangan” dalam rangka mengatasi kerawanan dan kemiskinan di pedesaan. Pengentasan kemiskinan dan kerawanan pangan dilakukan melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat secara partisipatif. Masyarakat yang tergabung dalam suatu kelompok tani dibimbing agar mampu menemukan dan mengenali permasalahan yang dihadapi dan potensi yang mereka miliki, serta mampu secara mandiri membuat rencana kerja untuk meningkatkan pendapatannya melalui usahatani dan usaha agribisnis berbasis pedesaan. Beberapa kelompok tani dalam satu desa yang telah dibina kemudian difasilitasi untuk membentuk Gapoktan. Dengan cara ini, petani miskin dan rawan pangan akan meningkat kemampuannya dalam mengatasi masalah pangan dan kemiskinan di dalam suatu ikatan kelompok dan gabungan kelompok tani untuk memperjuangkan nasib para anggotanya dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan bersama dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal.

(19)

3. Gapoktan dianggap sebagai Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (LUEP) sehingga dapat menerima Dana Penguatan Modal (DPM), yaitu dana pinjaman yang dapat digunakan untuk membeli gabah petani pada saat panen raya, sehingga harga tidak terlalu jatuh. Kegiatan DPM-LUEP telah dimulai semenjak tahun 2003, namun baru mulai tahun 2007 Gapoktan dapat sebagai penerima. Gapoktan dapat bertindak sebagai pedagang gabah, dimana ia akan membeli gabah dari petani lalu menjualkannya berikut berbagai fungsi pemasaran lainnya.

1.5.5. Desa

Desa Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 6 Tahun 2014 Pasal 1 yaitu:

1. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. 4. Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah

lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.

5. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal yang bersifat strategis.

6. Badan Usaha Milik Desa, yang selanjutnya disebut BUM Desa, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa

(20)

yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.

7. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa.

8. Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.

9. Kawasan Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

10. Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa.

11. Aset Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asli Desa, dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau perolehan hak lainnya yang sah.

12. Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat Desa.

13. Pemerintah Pusat selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

14. Pemerintahan Daerah adalah Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang menyelenggarakan urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

15. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

16. Menteri adalah menteri yang menangani Desa.

1.5.5.1. Syarat – Syarat Desa

1. Mempunyai wilayah 2. Adanya penduduk

3. Mempunyai pemerintahan 4. Berada langsung di bawah camat

(21)

1.5.5.2. Unsur-Unsur Desa

1. Daerah (lingkungan geografis)

2. Penduduk, yang meliputi berbagai hal tentang kependudukan seperti : jumlah, persebaran, mata pencaharian dll

3. Tata kehidupan, meliputi segala hal yang yang menyangkut seluk beluk kehidupan masyarakat desa.

1.5.5.3. Klasifikasi Desa

Desa dapat diklasifikasikan menurut: 1. Menurut aktivitasnya:

1. Desa agraris, adalah desa yang mata pencaharian utama penduduknya adalah di bidang pertanian dan perkebunan.

2. Desa industri, adalah desa yang mata pencaharian utama penduduknya adalah di bidang industri kecil rumah tangga. 3. Desa nelayan, adalah desa yang mata pencaharian utama

penduduknya adalah di bidang perikanan dan pertambakan. 2. Menurut tingkat perkembangannya:

1. Desa Swadaya

Desa swadaya adalah desa yang memiliki potensi tertentu tetapi dikelola dengan sebaik-baiknya, dengan ciri:

1. Daerahnya terisolir dengan daerah lainnya. 2. Penduduknya jarang.

3. Mata pencaharian homogen yang bersifat agraris. 4. Bersifat tertutup.

(22)

6. Teknologi masih rendah.

7. Sarana dan prasarana sangat kurang. 8. Hubungan antarmanusia sangat erat.

9. Pengawasan sosial dilakukan oleh keluarga. 2. Desa Swakarya

Desa swakarya adalah peralihan atau transisi dari desa swadaya menuju desa swasembada. Ciri-ciri desa swakarya adalah: 1. Kebiasaan atau adat istiadat sudah tidak mengikat penuh. 2. Sudah mulai menpergunakan alat-alat dan teknologi

3. Desa swakarya sudah tidak terisolasi lagi walau letaknya jauh dari pusat perekonomian.

4. Telah memiliki tingkat perekonomian, pendidikan, jalur lalu lintas dan prasarana lain.

5. Jalur lalu lintas antara desa dan kota sudah agak lancar. 3. Desa Swasembada

Desa swasembada adalah desa yang masyarakatnya telah mampu memanfaatkan dan mengembangkan sumber daya alam dan potensinya sesuai dengan kegiatan pembangunan regional. Ciri-ciri desa swasembada

1. Kebanyakan berlokasi di ibukota kecamatan. 2. Penduduknya padat-padat.

3. Tidak terikat dengan adat istiadat

4. Telah memiliki fasilitas-fasilitas yang memadai dan labih maju dari desa lain.

(23)

5. Partisipasi masyarakatnya sudah lebih efektif.

1.5.5.4. Fungsi Desa

1. Desa sebagai hinterland (pemasok kebutuhan bagi kota) 2. Desa merupakan sumber tenaga kerja kasar bagi perkotaan 3. Desa merupakan mitra bagi pembangunan kota

4. Desa sebagai bentuk pemerintahan terkecil di wilayah Kesatuan Negara Republik Indonesia

1.5.6. Pemerintah Desa

Pemerintah Desa merupakan simbol formal dari pada kesatuan masyarakat desa. Pemerintah Desa diselenggarakan di bawah pimpinan seorang Kepala Desa beserta perangkatnya, mewakili masyarakat desa guna hubungan ke luar maupun ke dalam masyarakat yang bersangkutan (Saparin, 2009:19). Perangkat desa terdiri dari Sekretaris Desa (SEKDES) dan perangkat desa lainnya. Sekretaris desa diisi dari pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan. Pembentukan, penghapusan, dan penggabungan desa dengan memperhatikan asal usul dan prakarsa masyarakat. Desa di kabupaten secara bertahap dapat diubah atau disesuaikan statusnya menjadi kelurahan sesuai usul dan prakarsa pemerintah desa bersama BPD yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah (PERDA).

Kepala desa dipilih langsung oleh penduduk desa warga Negara Republik Indonesia yang syarat selanjutnya dan tata cara pemilihan diatur oleh Peraturan Daerah yang berpedoman kepada Peraturan Pemerintah. Calon kepala desa yang memperoleh suara terbanyak dalam pemilihan kepala desa ditetapkan sebagai kepala desa. Pemilihan kepala desa dalam kesatuan

(24)

masyarakat hukum dapat beserta hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan diakui keberadaannya berlaku ketentuan, hukum adat istiadat setempat yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah.

1.5.6.1. Peranan Pemerintah Desa

Pemerintah Desa merupakan simbol formal dari pada kesatuan masyarakat desa. Pemerintah Desa diselenggarakan di bawah pimpinan seorang Kepala Desa beserta perangkatnya, mewakili masyarakat desa guna hubungan ke luar maupun ke dalam masyarakat yang bersangkutan. Pemerintah desa adalah unsur penyelenggaraan pemerintah desa, menurut Nurcholis (2005:138) pemerintah desa mempunyai peran:

1. Melaksanakan urusan rumah tangga desa, urusan pemerintahan umum, membangun dan membina masyarakat

2. Menjalankan tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten .

1.5.6.2. Fungsi Pemerintah Desa

Pemerintahan desa juga memiliki fungsi. Fungsi pemerintah desa merupakan gejala sosial, karena harus diwujudkan dalam interaksi antar individu didalam situasi sosial suatu kelompok masyarakat.

Adapun fungsi pemerintah desa secara operasional dapat dibedakan dalam fungsi pokok, yaitu sebagai berikut:

(25)

1. Fungsi Instruktif

Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemerintah sebagai komunikator merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana, bilamana, dan dimana pemerintah itu dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif.

2. Fungsi Konsultatif

Fungsi ini digunakan sebagai komunikasi dua arah. Hal tersebut digunakan sebagai usaha untuk menetapkan keputusan yang memerlukan bahan pertimbangan dan mungkin perlu konsultasi dengan masayarakat-masyarakat yang di pimpinnya.

3. Fungsi Partisipasi

Dalam menjalankan fungsi ini pemerintah desa berusaha mengaktifkan masyarakatnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya. Partisipasi tidak berarti bebas berbuat semaunya, tetapi dilakukan secara terkendali dan terarah berupa kerjasama dengan tidak mencampuri atau mengambil tugas pokok orang lain.

4. Fungsi Delegasi

Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang membuat atau menetapkan baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan pemerintah. Fungsi delegasi ini pada dasarnya berarti kepercayaan.

(26)

5. Fungsi Pengendalian

Fungsi pengendalian berasumsi bahwa kepemimpinan yang efektif harus mampu mengantar aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam. Koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal.

Dalam melaksankan fungsi pengendalian pemimpin dapat mewujudkannya melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi dan pengawasan.

Seluruh fungsi pemerintah desa tersebut dilaksanakan atau diselenggarakan dalam aktivitas pemerintah desa secara integral.Pelaksanaan berlangsung sebagai berikut:

1. Pemerintah desa berkewajiban manjabarkan program kerja

2. Pemerintah desa harus berusaha mengembangkan kebebasan berfikir dan mengeluarkan pendapat

3. Pemerintah desa harus berusaha memberikan petunjuk yang jelas 4. Pemerintah desa harus mampu memecahkan masalah dan

mengambil keputusan masalah sesuai dengan tanggung jawabnya masing-masing

5. Pemerintah desa harus mampu mengembangkan kerjasama yang harmonis

6. Pemerintah desa harus mampu menumbuh dan mengembangkan kemampuan memiliki tanggung jawab

7. Pemerintah desa harus mampu mendayagunakan pengawasan sebagai alat pengendali

(27)

1.5.6.3. Tugas Pemerintah Desa

Berdasarkan pasal 14 dan 15 Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 bahwa pemerintah desa mempunyai tugas penyelenggaraan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Pertama,urusan pemerintahan yang dimaksud adalah pengaturan kehidupan masyarakat sesuai dengan kewenangan desa seperti pembuatan peraturan desa, pembentukan lembaga kemasyarakatan,pembentukan Badan Usaha Milik Desa, kerjasama antar desa. Kedua,urusan pembangunan yang dimaksud adalah pemberdayaan masyarakat dalam penyediaan sarana prasarana fasilitas umum desa seperti jalan desa, jembatan desa, irigasi desa, pasar desa. Ketiga,urusan kemasyarakatan ialah pemberdayaan masyarakat melalui pembinaan kehidupan sosial budaya masyarakat seperti bidang kesehatan, pendidikan,adat istiadat.

1.5.6.3.1. Wewenang Kepala Desa

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana diatas kepala desa mempunyai wewenang:

1. Memimpin penyelenggaraan pemerintah desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama BPD

2. Mengajukan rancangan pengaturan desa

3. Menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD

(28)

4. Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mangenai APB Desa untukdibahas dan ditetapkan bersama BPD

5. Membina kehidupan masyarakat desa 6. Membina preekonomian desa

7. Mengkoordinasi pembangunan desa secara partisipatif 8. Mewakili desanya didalam dan diluar pengendalian dan

dapat menunjukan kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan

9. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

1.5.7. Pembangunan Desa

Pembangunan seharusnya merupakan suatu proses yang saling terkait antara proses pertumbuhan ekonomi, perubahan sosial, dan demokrasi politik yang terjadi dalam lingkaran sebab akibat kumulatif (circular cumulative caution). Pembangunan sudah menjadi kata kunci bagi segala hal. Secara umum, kata pembangunan diartikan sebagai usaha untuk memajukan kehidupan masyarakat dan warga negaranya (Budiman, 1995:1).

Guna penetapan tujuan dan sasaran pembangunan pada tiap tahap, untuk alokasi sumber-sumber serta untuk mengatasi rintangan keterbatasan dan pertentangan ini dan untuk melakukan koordinasi kegiatan, di perlukan kebijaksanaan yang memuat program dan cara-cara yang relevan dan efektif yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan pembangunan. Dengan kata lain, kebijaksanaan berisi tujuan keseluruhan dan tujuan tiap program yang

(29)

hendak dicapai pada tiap tahap pembangunan, cara yang perlukan dilakukan untuk mengatasi semua atau berbagai keterbatasan, rintangan-rintangan dan pertentangan yang ada atau di perkirakan akan terjadi, cara mengalokasikan sumber-sumber pembangunan yang optimal, serta cara melakukan koordinasi semua kegiatan yang efektif.

Pembangunan pedesaan adalah pembangunan berbasis pedesaan dengan mengedepankan kearifan lokal kawasan pedesaan yang mencakup struktur demografi masyarakat, karakteristik sosial budaya, karakterisktik fisik/geografis, pola kegiatan usaha pertanian, pola keterkaitan ekonomi desa-kota, sektor kelembagaan desa, dan karakteristik kawasan pemukiman. Dapat dikatakan juga, Pembangunan Desa merupakan proses perubahan yang terus menerus dan berkesinambungan yang diselenggarakan oleh masyarakat beserta pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan lahir dan batin, materi dan spiritual berdasarkan pancasila yang berlangsung di Desa. Dengan demikian, maka pembangunan desa perlu terus diupayakan karena secara keseluruhan desa merupakan landasan bagi ketahanan nasional seluruh rakyat Indonesia. Selain untuk mencapai tujuan dari pembangunan desa itu , pelaksanaan pembangunan diberbagai aspek kehidupan baik aspek ideology, politik, ekonomi, sosial, budaya dan agama maupun dalam aspek pertahanan dan keamanan dan harus langsung secara terus menerus demi tercapainya kebutuhan pada masa sekarang dan masa yang akan datang. Melalui pembangunan desa diupayakan agar masyarakat memiliki keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengatasi berbagai masalah dalam kehidupan.

(30)

1.6. Definisi Konsep

Peranan Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) Dalam Pembangunan 1. Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) berperan sebagai organisasi

ekonomi. Pertanian modern tidak hanya identik dengan mesin pertanian yang modern tetapi perlu ada organisasi yang dicirikan dengan adanya organisasi ekonomi yang mampu menyentuh dan menggerakkan perekonomian di perdesaan melalui pertanian, di antaranya adalah dengan membentuk Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN).

2. Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) berperan sebagai Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (LUEP) yang bekerjasama langsung dengan Pemerintah Desa. Unit-unit usaha dalam Gapoktan dapat menjadi penggerak perekonomian di perdesaan.

3. Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) berperan untuk meningkatkan ketahanan pangan ditingkat lokal. Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) merupakan suatu program dari pemerintah sebagai wadah pembinaan dan mengembangkan potensi masyarakat petani dalam meningkatkan hasil panen serta dapat hidup lebih mandiri dan mampu untuk meningkatkan kesejahteraan. Pengentasan kemiskinan dan rawan pangan dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat secara partisipatif yang dilakukan oleh Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN).

1.7. Sistematika Penulisan

Sistematika yang disusun dalam rangka memaparkan secara keseluruhan hasil penelitian ini dapat diketahui secara singkat yakni sebagai berikut:

(31)

BAB 1 : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan dan menjelaskan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, definisi konsep, dan sistematika penulisan.

BAB 2 : METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan dan menjelaskan tentang metode penelitian yang dipakai dalam melakukan penelitian, pengumpulan data, dan analisis data.

BAB 3 : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini memaparkan tentang profil dan gambaran umum mengenai Desa Kepala Sungai yang merupakan tempat dilaksanakannya penelitian ini.

BAB 4 : PENYAJIAN DATA

Bab ini memaparkan data yang diperoleh berkaitan dengan penelitian yang dilakukan mengenai peran Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) terhadap pembangunan desa.

BAB 5 : ANALISIS DATA

Bab ini akan memaparkan hasil analisis berdasarkan data yang diperoleh berkaitan dengan penelitian yang dilakukan mengenai peran Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) terhadap pembangunan desa.

(32)

BAB 6 : PENUTUP

Bab ini mengenai kesimpulan yang diperoleh dari seluruh hasil penelitian dan didalamnya juga terdapat saran-saran yang berguna dan bermanfaat serta sifatnya membangun terkait dengan hasil penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, desa ini memiliki potensi yang masih dikemabangkan berupa Wisata kuliner, “ikan cere” Dengan adanya dukungan dari Pemerintah Kota Tangerang Selatan menjadikan Desa

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah peneliti lakukan, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan baik observasi maupun analisis yang telah dilakukan oleh

Hubungan kompetensi dosen dengan hasil belajar mata kuliah askeb II (persalinan) mahasiswa semester III Akademi Kebidanan Sehat Medan Tahun

ditolak, artinya ada perbedaan yang signifikan terhadap pemberian terapi dzikir Ism adz-Dzat untuk kelompok eksperimen dibandingkan dengan kelompok kontrol yang

Tujuan penelitian ini yaitu: (1) untuk mendeskripsikan langkah- langkah pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dapat meningkatkan pembelajaran

[r]

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan beberapa hal yaitu, (1) Kurikulum sains harus tetap berupaya mengintegrasikan antara Al-Quran, sains kealaman dan sains

Diperlukan upaya-upaya strategis untuk meningkatkan pertumbuhan usaha dan keunggulan bersaing UMKM, diantaranya dengan meningkatkan pengetahuan (literasi) keuangan dan