BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Olahraga1. Definisi Olahraga
Olahraga ialah kegiatan fisik yang menaikkan kebugaran pada jasmani. Dalam olahraga tidak hanya melibatkan sistem muskuloskeletal saja, tetapi adapula sistem lain seperti sistem kardiovaskular (jantung), sistem respirasi (pernafasan), sistem ekskresi (pengeluaran), sistem saraf dan masih ada banyak lagi. Adapun arti penting olahraga dalam menjaga kesehatan dan membugarkan tubuh yang tidak sehat (Mutohir & Maksum, 2007).
Olahraga adalah salah satu kegiatan jasmani yang dilakukan bertujuan untuk menjaga kesehatan dan meningkatkan kekuatan otot - otot tubuh. Olahraga ini dalam perkembangannya bisa dilakukan sebagai kegiatan yang menghibur, memberikan kesenangan atau juga dilakukan bertujuan untuk meningkatkan prestasi (Ramadhani, 2008).
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2005 Tentang Ketentuan Umum Keolahragaan pada Bab I Pasal 1 yang menyatakan bahwa ”Olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial”. Sesuai dengan Undang-Undang tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa olahraga dapat meningkatkan kualitas kehidupan manusia, baik dalampengembangan jasmani, rohani, maupun dalam kehidupan sosial. Hal ini dilakukan pemerintah sebagai bentuk partisispasi
dan kepedulian pemerintah dalam mengawasi perkembangan olahraga yang berada di Indonesia.
2. Biomekanika Olahraga
Ilmu yang melaksanakan prinsip mekanisme struktur tubuh pada manusia di saat melakukan olahraga. Ilmu ini mempunyai peran penting dalam pemilihan jenis olahraga, memodifikasi jenis olahraga, meninjau kesalahan dan mengidentifikasi kesalahan saat berolahraga.
B. Futsal
Futsal adalah permaianan bola yang memiliki 2 tim, masing-masing tim anggotanya lima orang yang bertujuan untuk memasukkan bola kedalam gawang lawan, dengan teknik manipulasi menggunakan bola dan kaki (Kurniawan, 2011:104). Futsal merupakan salah satu permainan olahraga yang sangat menarik dan durasi yang cepat. Dari ukuran lapangan relatif kecil, hampir tidak akan terjadi kesalahan. Maka dari itu diperlukan kerjasama antara pemain melalui passing yang terpercaya, tidak hanya untuk melewati lawan. Hal ini dikatakan dalam permainan futsal pemain selalu berangkat dengan falsafah 100% ball possession.
1. Teknik Dasar Permainan Futsal
Lhaksana (2011) mengemukakan bahwa dalam olahraga futsal, atlet diwajibkan mengetahui dan mempelajari teknik dasar permainan futsal agar permainnya akurat, teknik permainan dasar tersebut adalah passing, control, chipping, dribbling, dan shooting.
a. Passing (Mengumpan Bola)
Mengumpan (passing) menurut Lhaksana(2011), untuk menguasainya diperlukan penguasaan gerakan agar sasaran yang mau diumpan tercapai.
Menurut (Mielke dalam Hawindri, 2016), passing merupakan merubah atau mengoper bola dengan penguasaan bola yang baik agar tepat sasaran yang akan dituju.
b. Control (Menahan Bola)
Menahan bola (control), menurut (Asmar dalam Hawindri, 2016) maksud dari menahan bola adalah untuk mengendalikan bola dan juga alur permainan tersebut serta tempo permainan, mengalihkan laju permainan untuk mempermudah teknik passing.
(Mielke dalam Hawindri, 2016) berpendapat bahwa saat melakukan trapping pemain menggunakan bagian tubuh yang benar (kepala, badan dan kaki) agar bola tetap didekat tubuh pemain. Trapping merupakan metode mengontrol bola yang paling banyak dipraktikkan oleh atlet bola saat menerima umpan dari teman timnya.
c. Chipping
Teknik dasar chipping menurut Lhaksana(2011), hampir sama dengan teknik dasar passing, yang membedakan adalah pada saat chipping bagian ujung sepatu dan tepat terkena dibawah bola.
Menurut (Zola, 2013) berpendapat bahwa teknik chipping sering dilakukan dalam permainan futsal untuk mengoper bola dari arah
belakang lawan atau dalam kondisi lawan sedang bertahan satu lawan satu.
d. Dribbling (Menggiring Bola)
Teknik menggiring bola (dribbling) Lhaksana(2011) merupakan kemampuan yang seorang pemain dalam menguasai bola sebelum mengumpan ke teman timnya untuk menciptakan peluang bahkan juga menciptakan gol.
Menurut (Asmar dalam Hawindri, 2016), teknik dribbling ada tiga yakni dribbling menggunakan kaki bagian dalam, dribbling menggunakan kaki bagian luar, dan dribbling menggunakan punggung kaki.
e. Shooting
Teknik shooting menendang bola dengan keras menurut (Asmar dalam Hawindri, 2016), shooting merupakan menedang bola se keras mungkin ke gawang lawan guna mencetak gol.
Menurut Lhaksana(2011), teknik shooting dibagi dua yakni shooting menggunakan punggung kaki dan shooting menggunakan ujung kaki.
2. Kemampuan Fisik Pemain Futsal
Menurut Rusli dalam Ahmadi(2014) komponen kempuan fisik dasar cabang olahraga futsal adalah daya tahan, kekuatan, power, kecepatan, dan fleksibilitas. Selain itu kelincahan juga berpengaruh dalam permainan futsal, khususnya pada keterampilan dribbling bola ke semua penjuru lapangan.
Sedangkan menurut Lhaksana(2011) komponen kondisi fisik yang dimiliki seorang atlet futsal ada 10 komponen yakni, daya tahan, kekuatan, kecepatan, kelincahan, daya ledak, kelenturan, kecepatan, koordinasi, keseimbangan, dan reaksi. Dari kesepuluh komponen tersebut tidak semua harus dimiliki secara komplit, artinya ada komponen yang menjadi pelengkap dari komponen yang lain.
C. Keseimbangan
1. Definisi Keseimbangan
Keseimbangan yaitu kemampuan tubuh untuk bereaksi atas setiap perubahan posisi pada tubuh, agar tubuh tetap stabil dan terkendali. Keseimbangan terdiri atas keseimbangan statis (dalam posisi diam) dan keseimbangan dinamis (dalam posisi bergerak). Keseimbangan statis diperlukan disaat posisi duduk atau berdiri diam. Keseimbangan dinamis diperlukan saat berjalan, berlari, atau gerakan berpindah dari satu titik ke titik lain dalam ruangan (Nala, 2015).
Secara umum keseimbangan di artikan sebagai kemampuan untuk memberikan pertahanan pusat gravitasi tubuh (center of gravity) didalam basis dukungannya (best of support), keseimbangan terbagi atas dinamis dan statis. Keseimbangan dinamis diartikan sebagai kemampuan untuk beralih dari dinamis ke keadaan statis atau kemampuan untuk mempertahankan ke stabilan pada saat melakukan gerakan dinamis. Keseimbangan statis diartikan sebagai kemampuan untuk mempertahankan tubuh statis dalam basis dukungannya (DiStefano dkk, 2009).
2. Fisiologi Keseimbangan
Dalam melakuakn reaksi keseimbangan ada bagian yang terpenting dalam tubuh yaitu propioseptif yang artinya kemampuan untuk merasakan posisi bagian sendi atau tubuh dalam gerak (Apriani, 2015). Komponen ini berperan dalam keseimbanagn postural yanga ada hubungannya dengan tractusspinoserebalis posterior dan anterior. Kedua traktus ini yang akan membawa informasi propioseptif dan postural dari ekstremitas bawah. Sinyal-sinyal yang di sampaikan dalam tractus spinoserebralis posterior terutama asalnya dari kumparan otot dan sebagian kecil asalnya dari reseptor somatic di seluruh tubuh, seperti organ tendon golgi, reseptor taktil yang besar pada kulit, dan reseptor-reseptor sendi. Seluruh sinyal ini memberi tahu serebelum tentang bagaimana keadaan (1) kontraksi otot, (2) derajat ketegangan gtendon otot, (3) posisi dan kecepatan gerakan bagian tubuh, dan (4) kekuatan kerja pada permukaan tubuh (Apriani, 2015).
Traktus ini lalu naik ke medulla spinalis ipsilateral masuk ke pedunkulus serebelum inferior dan berakhir di serebelum. Traktus spinoserebralis anterior menerima masukan somatosensorik dari batang tubuh dan juga ekstremitas atas, lalu masuk ke radiks dorsalis, traktus itu menyilang dan naik ke serebelum melewati pendunkukus sebelum superior. Traktus ini membawa informasi propioseptif dari batang tubuh dan ekstremitas atas dan bagian kecil ekstremitas bawah (Nugraha, 2016).
Batang otak juga mempunyai sistem dalam mengatur pergerakan seluruh tubuh dan keseimbangan. Sistem keseimbangan postural meliputi nuclei ratikular pontin dan nuclei ratikukar medular. Kedua rangkaian ini
berfungsi secara antagonistic satu sama lain yang mana nuclei ratikular pontin akan merangsang otot-otot anti gravitasi dan nuclei ratikukar medular mempunyai fungsi untuk merelaksasi otot yang sama (Yulia, 2014).
Keseimbangan pada tubuh juga dipengaruhi oleh sistem indera yang terdapat di tubuh manusia bekerja secara bersamaa, apabila salah satu sistem mengalami gangguan maka akan terjadi gangguan keseimbangan pada tubuh (inbalance), sistem indera yang mengatur/mengontrol keseimbangan seperti visual, vestibular, dan somatosensory (tactile dan proprioceptive) (Apriyani, 2015).
3. Komponen-komponen Pengontrol Keseimbangan a. Sistem Informasi Sensoris
1) Visual
Yang memegang peran penting dalam sistem informasi sensoris adalah sistem visual. Sistem ini akan memberikan informasi mengenai (1) posisi kepala ; (2) penyesuaian kepala u]agar mempertahankan penglihatan dan ; (3) mengatur arah dan kecepatan pergerakan kepala, karena pada saat kepala bergerak, objek sekitar akan berpindah dengan arah yang berlawanan (Achmanagara, 2012). Maka akan menjadi monitor tubuh selama melakukan gerakan statis ataupun dinamis dan akan membantu agar tetap focus pada titik yang utama untuk mempertahankan keseimbangan. Selain itu, visual juga mempunyai peran penting untuk mengatur dan mengidentifikasi jarak gerak sesuai dengan lingkungan atau tempat dimana kita berada. Saat
mata menerima sinar yang berasal dari objek seusai jarak pandang maka penglihatan akan muncul. Maka dari itu dengan informasi visual, tubuh dapat menyesuaikan apabila terjadi perubahan bidang pada lingkungan aktivitas sehingga memberikan kerja otot yang sinergis dalam mempertahankan keseimbangan tubuh (Nugrahani, 2014).
2) Vestibular
Komponen ini berfungsi dalam kontrol kepala, keseimbangan, dan pergerakan bola mata. Reseptor sensoris vestibular berada didalam telinga yang meliputi utrikulus dan sakulus serta canalis semisirkularis. Urtikulus dan sakulus letaknya pada keseimbangan statis, yang perannya terhadap kontrol postur dan monitoring kepala. Apabila terdapat gangguan maka respon otholits (urtikuus dan sakulus) begitu lamban pada pergerakan kepala dan kontrol postur, sedangkan fungsi canalis semisirkularis berfungsi untuk keseimbangan dinamis (keseimabangan saat bergerak) seperti saat berjalan atau saat keadaan tidak seimbang (tersandung atau tergelincir) kontrol postur (Apriani, 2015).
Reseptor dari sitem sensoris disebut dengan sistem labyrinth. Sistem ini mendeteksi perubahan posisi kepala dan percepatan perubahan sudut. Melewati reflek vestibulo-occular, mereka mengontrol pergerakan mata, terutama saat melihat objek bergerak. Sistem ini meneruskan pesan melalui saraf kranialis VIII ke nucleus vestibular yang terletak di batang otak. Beberapa stimulus tidak
menuju nucleus vestibular tetapi ke serebelum, formation reticularis, thalamus, dan corteks cerebri (Awalin, 2013).
Nucleus vestibular menerima masukan dari reseptor labirynth, reticular formasi, dan cerebellum. Keluaran dari nucleus vestibular kemudian menuju ke motor neuron melalui medulla spinalis, terutama ke mototr neurom yang menginervensi otot-otot proksimal, kumparan otot pada leher dan otot-otot punggung (otot-otot postural). Sistem vestibular bereaksi sangat cepat sehingga membantu mempertahankan keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot postural (Waston&Black, 2008).
3) Somatosensori
Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptif dan persepsi-kognisi.Informasi propioseptif disalurkan ke otak lewat kolumna dorsalis medulla spinalis .Sebagian masukan (input)propioseptif ke serebelum,tapi ada juga yang ke korteks serebri lewat lemniskus medialis dan thalamus (Willis,2007).
Input-input somatosensori terdiri dari aktivitas serabut otot,propioseptif dan resptor cutaneus pada ekstremitass
bawah,ditmbah sensasi vibrasi . Input propioseptif dan kutaneus adalah informasi sensori yang utama untuk memelihara keseimbangan (Yuliana, 2014).
Kesadaran akan posisi bagian tubuh dalam ruang bergantung pada impuls yang dating dari alat indera dalam dan sekitar sendi. Alat
indera adalah ujung ujung syaraf yang beradaptasi lambat di synovial dan ligamentum.Impuls dari indera ini dari reseptor raba di kulit serta otot di korteks menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang. (Guccione dkk, 2012).
a) Respon otot-otot postural yang sinergis
Beberapa kelompok di ekstremitas atas dan bawah bertujuan untuk mempertahankan postur saat berdiri dan mengatur keseimbangan tubuh dalam bergerak.Keseimbangan pada tubuh dalam beberapa gerakan dimungkinkan,bila respon otot-otot postural bekerja secara baik sebagai reaksi perubahan gerakan,titik tumpu,aligment tubuh dan gaya. Kerja otot yang baik berarti adanya respon yang baik (kecepatan dan kekuatan) suatu otot terhadap satu otot yang lain dalam melakukan gerakan tertentu (Nugrahani, 2014).
b) Kekuatan otot
Kekuatan otot adalah sebagai kemampuan otot menahan beban.Beban internal (internal force) atau beban eksternal (eksternal force). Kekuatan otot berhubungan erat dengan sistem neuromuscular yaitu seberapa besar kemampuan sistem saraf mengaktivasi otot untuk kontraksi ,sehingga semakin banyak yang teraktivasi maka akan semakin besar juga kekuatan otot yang dihasilkan otot tersebut.
Gerakan yang dihasilkan saat melakukan aktivitas adalah hasil suatu peningkatan tegangan otot sebagai respon motorik. Oleh sebab itu, untuk mempertahankan keseimbangan tubuh saat adanya gaya dari luar maka
kekuatan otot pinggul, kaki serta lutut harus adekuat. Kekuatan otot berhubungan langsung dengan kemampuan otot untuk melawan gaya gravitasi serta beban eksternal lain nya yang mempengaruhi posisi tubuh (Awalin,2013).
c) Sistem saraf pusat (Central processing)
Pada sistem saraf pusat terdapat central processing yang berfungsi membentuk kontrol postur yang baik,menentukan titik tumpu tubuh dan aligment gravitasi pada tubuh dan mengorganisasikan respon sensorimotor yang dibutuhkan oleh tubuh. Komponen yang terdapat dalam sistem saraf pusat yang ada didalam proses kontrol postural diantaranya cortex, thalamus, basal ganglia, vestibular nucleus dan cerebellum. Sistem saraf pusat menerima input sensorik lalu menghubungkan pada sistem neuromuscular dan memberikan output motorik yang korektif yaitu bisa menghasilkan keseimbangan yang baik ketika keadaan bergerak (dinamis) atau diam(statis) (Wulandari, 2013).
d) Range of motion (ROM)
ROM adalah luas lingkup gerak sendi yang bisa dilakukan oleh suatu sendi. ROM juga bisa diartikan sebagai batas batas gerakan dari kontraksi otot baik otot memendek atau memanjang secara penuh atau pada saat tidak melakukan gerakan. Yang berpengaruh terhadap keseimbangan (Wulandari, 2013).
4. Faktor yang mempengaruhi keseimbangan
a. Bidang Tumpu (Base of Support)
ketika garis center of gravity berada tepat di bidang tumpu maka tubuh dalam keadaan seimbang. Luasnya area bidang tumpu menentukkan terbentuknya stabilitas yang baik. Semakin besar bidang tumpu, maka semakin tinggi stabilitas tubuh. Misalnya saat kita berdiri dengan kedua kaki akan lebih stabil dibanding dengan satu kaki. Stabilitas tubuh akan semakin meningkat ketika base of support dekat dengan center of gravity (Chang et al, 2009).
b. Pusat Gravitasi (Center of Gravity)
Pusat gravitasi merupakan titik gravitasi yang ada pada semua benda hidup maupun mati, dimana titik pusat gravitasi berada tepat ditengah benda tersebut. Fungsi dari pusat gravitasi atau center of gravity adalah saat massa benda dapat mendistribusikan secara merata, pada manusia titik tersebut menjadi beban tubuh yang lalu ditopang agara tubuh dalam keadaan seimbang (stabil). Jika titik pusat gravitasi mengalami perubahan maka perubahan atau pergerakkan postur tubuh juga mengalami perubahan, hal ini dapat mengakibatkan timbulnya gangguan keseimbangan mengalami perpindahan secara otomatis. Pada manusia letak pusat gravitasi ketika berdiri tegak terdapat pada 1 inci di depan vertebra sacrum 2. Jika pusat gravitasi terletak di dalam dan tepat ditengah maka tubuh akan seimbang, jika pusat gravitasi terletak di luar maka akan terjadi ketidakseimbangan atau tubuh dalam keadaan tidak stabil (Masum et al, 2014).
c. Garis Gravitasi (Line of Gravity)
Line of Gravity vertical lewat center of grvity. Gravity yang menentukan derajat stabilisasi, Gravitasi dan bidang tumpu (base of support) (Dhaenkpedro, 2009).
d. Usia
Fungsi organ keseimbangan mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya usia.Pada anak usia 10-13 tahun,perkembangan keseimbangan meningkat dengan baik.Secara teori perkembangan manusia dimulai dari bayi sampai tua dan akhirnya masuk pada fase usia lanjut diatas 60 tahun (Syam, 2015).
e. Index Massa Tubuh
Index masa tubuh adalah nilai yang diambil dari perhitungan antara berat badan dan tinggi badan seseorang dengan rumus :
IMT = Berat Badan (Kg) Tinggi Badan2 (m)
Kegemukan tubuh berhubungan dengan keburukan performa atlet pada salah satu tes yaitu balance (keseimbangan) (Syam, 2015).
1) Psikologis
Kepribadian olahragawan didalam lingkungan sosial tertentu sebagai kesatuan biososial merupakan pusat latian yang memungkinkan perkembangan prestasi baru.Situasi tertentu dapat berkosentrasi maksimal akan mampu menyelesaikan dengan baik.Kepercayaan kemampuan diri dapat meningkatkan keberanian dalam menyelesaikan pelatihan yang lebih sulit (Syam,2015).
2) Pentingnya Keseimbangan Dinamis Bagi Pemain Futsal
Pentingnya keseimbangan dinamis bagi pemain futsal, latihan keseimbangan pada atlet sudah terbukti mampu menurunkan resiko jatuh dan cedera seperti sprain ankle dan strain ankle (Adam, 2013). Keseimbangan adalah salah satu unsur-unsur kondisi fisik di dalam permainan futsal. Faktor dari keseimbangan terutama keseimbangan dinamis di dalam permainan futsal di perlukan dalam pelaksanaan gerakan yang berlangsung cepat, contohnya seperti saat menghindari lawan, menendang jarak dekat ataupun jarak jauh (Rafsanjani, 2012). Keseimbangan dinamis juga sangat dibutuhkan dalam melakukan teknik-teknik bermain futsal, diantaranya mengumpan (passing), menahan bola (control), menggiring bola (dribbling), dan menembak (shooting) (Riyadi,2013).
3) Alat Ukur Keseimbangan (Y Balance Test)
Y-Balance Test (YBT) adalah tes keseimbangan dinamis untuk pemain yang dianggap efisien dan bisa diterapkan secara klinis untuk pemberian nilai yang akurat dari sistem kontrol neuromuscular pada ekstremitas bawah. Pada awalnya tes ini dinamkan Star Excursion Balance Test (SEBT) dan di rubah menjadi lebih sederhana. Tes ini adalah tes fungsional yang memerlukan kekuatan, fleksibilitas, kontrol neuromuscular, keseimbangan, stabilitas, an rentang gerak (ROM) (Gonell et al, 2015).
YBT mewajibkan pemain untuk menyeimbangkan pada satu kaki secara bersamaan dan kaki satunya melangkah sejauh mungkin di dalam tiga arah terpisah : anterior (A), posterolateral (PL), dan posteromedial (PM). Selama percobaan berlangsung, pemain disuruh untuk menjaga tangan di pinggul mereka dan berdiri pada titik tengah dengan satu kaki tidak menyentuh lantai. Pengujian ini dilakukan 3 kali pengulangan dengan kaki yang berlawanan (Neves et al., 2017).
Panjang ekstremitas bawah juga di ukur untuk menormalkan jarak jangkauan di antara peserta. Cara pengukurannya yaitu : (1) Tidur telentang, (2) Kemudian luruskan kaki dan rileks dan (3) Ukur jarak antara illiaca anterior superior dan medial malleolus.
a. Periapan Alat dan Bahan :
Setiap kali melakukan pengujian kebugaran maka harus diperhatikan kondisi lingkungan atau fasilitas serta jenis cuaca, hindari permukaan yang dapat mempengaruhi kondisi basah atau licin.
Peralatan yang diperlukan : 1) Lakban
2) Pita pengukur (midline) 3) Form Penilaian
b. Prosedur pelaksanaan : 1) Pemanasan
Pemain harus melakukan pemanasan secara menyeluruh sebelum memulai tes. Pemanasan harus sesuai dengan sifat biomekanik dan dan fisiologi dari tes ini. Pemulihan yang cukup bagi pemain sekitar 3-5 menit diberikan setelah melakukan pemanasan dan sebelum tes dimulai.
2) Pakaian pemain harus ringan dan melepas alas kaki. Lalu, berdiri di platform tengah, di belakang garis merah, dan menunggu instruksi lebih lanjut dari penguji.
3) Urutan tes : a. Anterior
b. Posteriomedial c. posteriolateral
Gambar 2.1 Y Balance Test Exercise (Sumber: Cook & Pilsky, 2015)
4) Catat jangkauan jarak hingga 0.5 cm terdekat.
5) Pemain harus mengulangi pada kaki yang sama dengan total 3 pencapaian yang sukses. Setelah 3 kali pengulangan secara sukses dengan kaki kanan. Lalu lakukan proses ini pada kaki kiri.
6) Setelah pemain berhasil melakukan 3 pencapaian dengan masing-masing kakinya. Kemudian melangkah kearah selanjutnya (misalnya ke aras posteromedial).
7) Penguji mencatat jarak jangkauan untuk menghitung skor komposit pemain YBT.
Hal-hal yang dianggap gagal dalam tes ini :
a) Pemain tidak mampu menyentuh kaki mereka dilantai sebelum kembali pada posisi awal. Hilangnya keseimbangan akan dianggap gagal. Namun, apabila telah kembali ke posisi awal pemain mampu meletakkan kaki mereka di belakang kaki yang berdiri (menyeimbangkan badan).
b) Pemain tidak mampu meletakkan kaki mereka diatas indicator jangkauan sehingga mereka mendorong indicator jangkauan menggunakan area target merah.
c) Pemain haru tetap terhubung dengan indicator target sampai mencapai jangkauannya. Dilarang menendang atau mengibaskan.
c. Sistem Penilaian
Setelah melakukan tes secara lengkap dan semua pengujian telah dicatat oleh penguji tes kemudian menghitung skor kinerja pemain YBT memakai salah satu dari ketiga perhitungan antara lain, sebagai berikut (Owen, 2016) :
Tabel 2.1 Sistem Penilaian Y Balance Test (Sumber : owen dkk,2016)
Jenis Perhitungan
Jarak jangkauan absolut (cm) (Jangkauan 1 + Jangkauan 2 + Jangkauan 3) / 3
Jarak jangkauan relatif (normalitas) (%)
Jarak jangkauan absolut/ panjang tungkai* 100
Jarak jangkauan komposit (%) Jumlah dari 3 arah pencapaian / 3 kali Panjang tungkai* 100
Tabel 2.2 Data Normatif Y Balance Test pada Pemain Futsal Fikes UMM
(Sumber : Fullman dkk, 2014)
Normalized Reach Distance Result for the YBT and SEBT Direction SEBT Mean + SD
(%) YBT Mean + SD (%) P Value Anterior 67,05 + 4,97 59,74 + 4,85 < 0,017 Posteromedial 99,71 + 8,67 99,53 + 9,81 >0,05 Posterolateral 106,14 + 7.94 102,87 + 9,24 >0,05
Tabel 2.3 Hasil Composite Y Balance Test pada Pemain Futsal Fikes UMM
(Sumber: Cooky & Pilksy, 2015)
Left Right Difference Standard
Anterior 64 57.5 6.5 Below
Posteromedial 120 117.5 2.5 Optimal
Posterolateral 118 111 7 Below
Composite 107.1 101.1 Optimal
Left Right Difference Standard
Anterior 55.5 57 1.5 Optimal
Posteromedial 99 98 1 Optimal
Posterolateral 101.5 106 4.5 Pass
D. Ankle
Ankle dan kaki merupakan struktur komplek yang terdiri dari 28 tulang
dan 55 artikulasi yang dihubungkan dengan ligament dan otot. Ankle merupakan sendi yang menopang beban tubuh paling besar ,bebannya 120% saat berjalan dan 275% saat berlari.Ligamen dan sendi berfungsi untuk stabilitator melawan gaya dan ketika menahan beban tetap stabil (Dutto,2012).
1. Anatomi dan Biomekanik Ankle
Pada bagian distal dari tulang fibula dan tibia bergabung dengan tulang tarsal di pergelangan kaki dan membentuk struktur kaki. Berikut bagian tulang tarsal adalah calcaneus, talus, navicular, cuneiform 1,
cuneiform 2, cuneiform 3 dan cuboid, hampir sama dengan tulang carpal
pada tangan. Karena menumpu beban yang besar maka bentuk dan ukurannya menjadi lebih luas. Sendi pada kaki meliputi persedian yang kompleks dengan 7 tulang tarsal, 5 tulang meta tarsal dan 14 tulang
phalang yang menopang bebam tubuh ketika berdiri, berjalan dan berlari.
Penyusun tulang kaki tertera pada fambar 2.1 dan gambar 2.2 (Wright, 2011).
Gambar 2.1 Tulang pada kaki lateral view (Milner, 2008)
Gambar 2.2 Tilang pada kaki medial view (Milner, 2008) 1) Struktur Otot Regio Ankle
Sendi ankle terbentuk dari struktur yang kompleks seperti tulang, ligament dan otot. Struktur tersebut yang akan memungkinkan sendi ankle menjadi fleksibel dan mudah beradaptasi dengan lingkungan. Fleksibilitas fungsinya untuk kaki menyentuh langsung tanah dan dapat berubah posisi. Otot berpengaruh ke fleksibilitas. Otot kaki dibedakan jadi empat :bagian anterior dalam gambar 2.3 (m.peroneus
tertius, m. extensor digitorum longus, m. exstensor halluces longus, m.tibialis anterior) berfungsi gerakan dorsi fleksi.
Gambar 2.3 Otot penyusun kaki anterior view (Sobotta,2012) a. Otot posterior ditunjukan pada gambar 2.4 (m. soleus, m. plantaris,
m. flexor halluces longus, m. flexor digitorum longus, m. tibialis anterior) berfungsi gerakan plantar fleksi
Gambar 2.4 Otot penyusun kaki posterior view (Sobotta, 2012)
b. Otot pada bagian lateral seperti gambar 2.5, terdiri m. peroneus tertius untuk gerakan pronasi dan m. tibialis anterior untuk gerakan supinasi.
Gambar 2.5 Otot penyusun kaki lateral view (Sabotta, 2012)
E. Ankle Propioseptif Exercise
1. Definisi
Ankle Proprioceptive Exercise adalah latihan keseimbangan ankle
sebagai kemampuan untuk menyeimbangakan tubuh, dan secara siginifikan mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari, keseimbangan di atur oleh proprioseptif, visual dan vestibular dan merupakan yang menghasilkan stabilitas di tubuh melalui koordinasi antara kontraksi otot di tungkai bawah (Blatchly dalam Yong 2017).
Proprioseptive exercise merangsang sistem saraf yang mendorong
terjadinya respon otot dalam mengontrol sistem neuromuscular.
Proprioseptive umumnya disefinisikan sebagai kemampuan untuk menilai
dimana masing-masing posisi esktermitas berada tanpa bantuan indera penglihatan. Proprioseptive diatur oleh mekanisme saraf pusat dan saraf
tepi yang datang terutama dari resptor otot, tendon, ligament, persendian dan fasia (Lephart, et al.,2013).
1. Teknik Ankle Proprioceptive Exercise
Latihan Ankle Proprioceptive ini dilakukan dengan menggerakan engkel kaki plantar flexi dan dorso flexi dengan hitungan 30 detik (Kim & Lee, 2017).
Latihan ini dapat dikombinasikan dengan Therabend, Wobble
Board, dan Stretching (Karakaya,2015).
2. Manfaat Ankle Proprioceptive Exercise
a) Ankle Proproceptive Exercise dilaporkan efektif mencegah terjadinya cidera engkel kaki berulang (Hupperets et.al., 2009). b) Latihan ini sebagai latihan untuk meningkatkan kemampuan
kelincahan dan kekuatan otot tungkai bawah dan juga pergelangan kaki menurut Rosenbaum dalam Kim(2017).
Proprioseptive memberikan gambaran serupa sepeti sistem kerja
visual, dimana memberikan informasi tentang daerah sekitar, namun hal yang membedakannya adalah proprioseptive bekerja saat sebuah sendi terjadi kontak langsung dengan permukaan sebuah benda. Pada kondisi tanpa cahaya ( visual gelap) tidak dapat memberikan banyak informasi untuk tubuh, maka proprioseptive bekerja lebih dominan saat sendi menyentuh atau terjadi tekanan langsung dengan permukaanya. Saat mata tertutup kaki masih bisa merasakan dimana kita berdiri sekarang, tempat
miring, berbatu kasar atau datar, dan lain-lain. Dari informasi yang diterima oleh golgi tendon dan muscle spindle terkumpul cukup baik selanjutnya neuron akan meneruskan untuk dikirim ke sistem saraf pusat melalui ganglia basalis sehingga sampai ke sistem saraf pusat seperti perjalanan digambar kemudian otak menentukan bagaimana kita menyikapi terhadap permukaan tersebut ( Kinser & Allen, 2007).
Gambar 2.6 propioceptive ( Kinser & Allen, 2007).
Proprioceptive merupakan bagian dari control postural manusia yaitu fungsi yang
kompleks yang mencakup komponen seperti deteksi gerakan serta respon otot bekerja menurut kesadaran untuk membangkitkan dan mengendalikan saat terjadinya
gerakan, reseptor proprioceptive berada dikulit, otot, sendi, ligament dan tendon (Ismaningsih,2015).
F. Pengaruh Ankle Proprioseptive Exercise Terhadap Keseimbangan Dinamis
Efektivitas dari pemberian latihan penguatan otot tungkai dan juga keseimbangan dinamis selama empat minggu menggunakan metode latihan
ankle proprioceptive dengan kondisi atlet mengalami permasalahan otot
tungkai dan juga ankle instability , membuktikan bahwa latihan penguatan dan kesimbangan ini sangat berpengaruh pada atlet tersebut (Kumaresan,2014)
Ini menunjukkan latihan Ankle Proprioceptive Exercise meliputi latihan strengthening otot menggunakan therabned, latihan stretching, latihan
balance mengunakan wobble board dinilai sangat efektif untuk atlet atau
orang yang memliki gangguan ketidakseimbangan dan penurunan kekuatan otot (Karakaya,2015).