• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 KONSEP. Kamus Oxford, buku berpengertian sebagai hasil karya yang ditulis atau dicetak. hasil karya yang ditujukan untuk penerbitan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 4 KONSEP. Kamus Oxford, buku berpengertian sebagai hasil karya yang ditulis atau dicetak. hasil karya yang ditujukan untuk penerbitan."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 4 KONSEP

4.1 Landasan Teori 4.1.1 Definisi Buku

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI) buku mempunyai pengertian yaitu lembar kertas yang berjilid, berisi tulisan atau kosong. Sedangkan menurut Kamus Oxford, buku berpengertian sebagai hasil karya yang ditulis atau dicetak dengan halaman-halaman yang dijilid pada satu sisi ataupun juga merupakan suatu hasil karya yang ditujukan untuk penerbitan.

Buku dapat dikatakan sebagai salah satu sarana yang efektif untuk mengedarkan gagasan. Lewat buku seseorang dapat mendalami maksud seorang penulis secara hampir tuntas. Lewat buku pula seorang penulis dapat menunjukan dirinya secara hampir utuh dan terstruktur. Juga melalui buku ilmu dikembangkan dan temuan-temuan baru dibidang apa saja dapat terus diperbaiki dan diperbarui secara signifikan.

Saat ini banyak terdapat buku yang ditampilkan dalam bentuk gambar-gambar untuk menarik perhatian dan kesukaan membaca pada setiap orang terutama anak-anak, karena setiap orang pada umumnya lebih tertarik pada bahasa penyampaian secara visual daripada bahasa verbal dan hal ini dinyatakan oleh Drs. Ngalim M. Purwanto M. Purwanto, Ngalim, Drs. Psikologi Pendidikan. 1992)

Maka itu penulis pun merancang visual buku karena mendukung salah satu fungsi buku sebagai sarana efektif untuk memaparkan gagasan apalagi didukung

(2)

dengan unsur-unsur visual sehingga memudahkan pembaca dalam memandu dirinya untuk memahami buku.

4.1.2 Definisi Publikasi

Publikasi adalah industri yang mendukung desain suatu buku. Dan arti kata

publishing sendiri adalah untuk menyatakan ide-ide atau gagasan-gagasan didepan

umum., secara terbuka dan membuat ide-ide atau gagasan-gagasan tersebut diketahui oleh dan secara umum. (Jennings, Simon. The Complete Guide to Advanced

Illustration and Design). Karena alasan inilah penulis mempermudah

tampilan-tampilan gagasan tersebut dengan setiap visual yang mendukung sehingga semakin mudah untuk diketahui dan diingat oleh umum.

4.1.3 Teori Sintaktik

Menurut Charles Morris, sistem sintaktik adalah suatu hubungan struktural antara satu perwakilan dengan perwakilan lainnya agar sistem visual yang disampaikan mengalami keseluruhan dalam sisi desainnya. Pembuatan buku esai Keroncong pun dilakukan dengan sistem sintaktik sehingga terjadi komunikasi yang efektif, sehingga apa yang hendak disampaikan menjadi lebih jelas dan dapat dengan mudah tersampaikan serta mudah untuk diingat dan dikenali.

4.1.4 Teori Desain Grafis

Menurut Prof. Yusuf Affendi bahwa desain pada umumnya yaitu merancang, menciptakan bentuk (bidang), susunan, garis, warna (nada), dan tekstur. Termasuk pula memilih unsur-unsur tersebut yang kemudian menggarap, mengolah, dan

(3)

membentuknya mewujudkan suatu bentuk ciptaan yang mengandung kaidah, rasa nilai estetika dari wujud yang dimaksud.

Sedangkan kata Grafis berasal dari bahasa Yunani yang berarti menulis. Terminologi desain grafis tercetus pertama kali pada awal abad ke-20 dan

pengertiannya mengacu pada citra-citra yang tertulis, tercetak, atau terukir. Seiring perkembangan teknologi, desain grafis tak lagi terbatas pada cetakan saja, tapi juga meliputi proyeksi (film), transmisi (video), dan komputer seperti yang dijelaskan David Craig dalam Graphic Design Career Giude.

Masalah-masalah yang harus dipecahkan oleh desainer grafis adalah : 1. Cermat menangkap perhatian masyarakat

2. Mengidentifikasi kelompok sasaran 3. Mengetahui titik perhatian dan motivasi

4. Mengkarakterisir maksud dan manfaat dari ide atau jasa yang akan disampaikan/dikomunikasikan

Menurut Prof. Yusuf Affendi dalam diktat kuliah Dasar-Dasar Desain, unsur desain meliputi garis, ruang, nada, warna, dan tekstur.

1. Garis

a. Garis yang bersifat geometris (calligraphic mark), yaitu garis lengkung, lurus,patah, dan lain-lain.

b. Garis yang bersifat/sebagai pengikat ruang, massa, warna, dan bentuk (structural line). Garis ini pada hakekatnya tidak ada, tidak jelas, tidak nampak,secara tergambar tidak terlihat atau lebih merupakan ilusi/sugesti.

(4)

2. Ruang

a. Bentuk dua atau tiga dimensi yang telah disusun atau diubah. b. Pengikat, penghubung, penerus yang membentuk suatu kesan batas. 3. Irama

Yaitu sesuatu yang terjadi karena :

a. Pengulangan bidang/bentuk atau garis yang beraturan, dengan jarak dan bentuk yang sama

b. Perbedaan ukuran/bentuk yang teratur atau berkelanjutan

c. Perbedaan jarak ruang yang menerus antara bentuk/bidang yang selaras dalam gerak.

4. Warna

Sensasi-sensasi yang ditimbulkan oleh otak sebagai akibat dari sentuhan gelombang-gelombang cahaya pada retina mata.

Menurut Munsell, terdapat beberapa istilah warna :

a. Hue : nama warna itu sendiri. Misalnya merah, biru.

b. Value : nilai gelap terang, atau perbedaan pancaran warna dalam perbandingan antara hitam atau putih.

c. Chroma : gejala kekuatan pancaran. Kadar intensitas warna yang diungkapkan untuk menyatakan saturasi/intensitas dari warna.

Warna dapat dibedakan menjadi :

• Additive colors : Warna yang dihasilkan oleh cahaya, yaitu Red, Green, Blue

(5)

• Substactive colors : Warna pigmen, yaitu Yellow, Magenta, Cyan

Warna dibagi dalam 3 kategori, yaitu terang (muda), sedang, gelap (tua), dan sebagai pertimbangan keterlihatan audience, maka daya pantul cahaya dapat dinilai sebagai berikut :

1. Warna terang (disukai muda-mudi, membuat produk menjadi lebih besar dan lebih dekat ke mata).

2. Warna keras/hangat (termasuk di dalamnya adalah warna merah, oranye, kuning, warna-warna ini memiliki daya tarik dan dampak yang sangat besar, terutama warna merah dan oranye, sehingga sangat tepat diaplikasikan pada media yang menuntut perhatian lebih).

3. Warna lembut/dingin (termasuk didalamnya adalah warna hijau dan biru, warna ini kurang dinamis bila dibandingkan dengan warna keras, namun cocok digunakan untuk produk-produk tertentu).

4. Warna muda/pucat (tampak ringan dan kurang berdaya bagi muda-mudi).

5. Warna medium (sifatnya umum dan sangat serasi bila dikomposisikan dengan warna yang memiliki nilai pantul lebih tinggi).

6. Warna tua (memiliki nilai pantul paling rendah, dan harus dikomposisikan dengan warna yang nilai pantulnya tinggi, serta bila dipajang pada rak penjualan buku harus dengan latar

(6)

belakang yang kontras dan penerangan yang cukup agar mudah terlihat).

7. Alami/natural, biasanya warna yang dipakai adalah coklat tua yang merupakan contoh terbaik untuk menampilkan kesan alami.

5. Tekstur

Adalah yang berhubungan dengan permukaan suatu benda. Bentuk-bentuk tekstur beragam, ada yang halus, kasar, dan lain sebagainya. Tekstur disamping sebagai sifat dasar suatu benda juga berguna sebagai pendukung keindahan suatu hasil karya seni.

Sedangkan yang dimaksud dengan prinsip-prinsip desain adalah : a. Kesatuan (unity)

Yaitu kualitas yang dapat menampilkan suatu benda secara definitif dan organis sebagai suatu benda tunggal.

b. Keseimbangan (balance)

Yaitu masalah penyatuan antara elemen-elemen desain dalam gaya berat dan tekanan gaya yang seimbang komposisinya.

c. Irama (harmony)

Yaitu gabungan antara elemen-elemen desain yang menimbulkan adanya pengulangan yang teratur dari satu atau beberapa unsur.

(7)

Yaitu menunjukan ukuran perbandingan bagian-bagian obyek antara satu sama lain dan terhadap keseluruhan obyek.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan dan proses kreatif dalam desain grafis adalah :

1. Layout dari komposisi gambar, huruf, warna, dan jenis media merupakan kesatuan rupa yang baik.

2. Kombinasi dari unsur gambar, seperti foto, ilustrasi atau gabungan keduanya. 3. Copy text yang terarah dan menggunakan bahasa yang baik.

4. Ukuran dan jenis huruf yang dipakai agar mudah terbaca. 5. Warna yang mengidentifikasikan kelompok sasaran.

4.1.5 Teori Gestalt

Gestalt adalah kata jerman untuk “ bentuk ”, dan saat ini menerapkan di

psikologi gestalt ini memaksudkan “bentuk kesatuan ” atau “konfigurasi”. Titik penting dari gestalt adalah di pengamatan keseluruhan adalah berbeda dari penjumlahan dari bagiannya.

Pada desain grafis, teori gestalt ijinkan kita untuk meramalkan bagaimana penonton genangan ulang untuk disain. Ini tidak hanya meyakinkan bahwa niat kita akan dipahami dengan benar oleh penonton, cuma juga pertolongan kita untuk menciptakan satu desain dinamis. Dan bagiannya yaitu:

(8)

• Similarity • Continuity • Closure • Figure/ground • Layout

4.1.6 Teori Pendukung Buku • Layout

Layout adalah penyusunan dari elemen-elemen desain yang berhubungan kedalam sebuah bidang sehingga membentuk susunan artistik. Hal ini bisa juga disebut manajemen bentuk dan bidang. Tujuan utama layout adalah menampilkan elemen gambar dan teks agar menjadi komunikatif dalam sebuah cara yang dapat memudahkan pembaca menerima

informasi yang disajikan.

• Grid System

Sebuah grid diciptakan sebagai solusi terhadap permasalahan penataan elemen-elemen visual dalam sebuah ruang. Grid systems digunakan sebagai perangkat untuk mempermudah menciptakan sebuah komposisi visual. Melalui grid system seorang perancang grafis dapat membuat sebuah sistematika guna menjaga konsistensi dalam melakukan repetisi dari sebuah kompisisi yang sudah diciptakan. Tujuan utama dari

(9)

penggunaan grid systems dalam desain grafis adalah untuk menciptakan suatu rancangan yang komunikatif dan memuaskan secara estetik.

• The Golden Section

Sebelum kita bisa membuat grid, kita memerlukan sebuah halaman untuk meletakkannya. Di bidang seni grafis, proporsi agung menjadi dasar pembuatan ukuran kertas dan prinsip tersebut dapat digunakan untuk menyusun keseimbangan sebuah desain. Proporsi agung sudah ditemukan sejak jaman kuno untuk menghadirkan proporsi yang sangat sempurna dan indah.

Membagi sebuah garis dengan perbandingan mendekati rasio 8 : 13 berarti bahwa jika garis yang lebih panjang dibagi dengan garis yang lebih pendek hasilnya akan sama dengan pembagian panjang garis utuh sebelum dipotong dengan garis yang lebih panjang tadi.

Proporsi agung juga dikenal dalam istilah deret bilangan fibonacci yaitu deret bilangan yang setiap bilangannya adalah hasil jumlah dari dua bilangan sebelumnya dan di mulai dari nol. Deret bilangan ini memiliki rasio 8 : 13 yaitu rasio proporsi agung. Bilangan ini sering dipakai dalam pengukuran bangunan, arsitektur, karya seni, huruf hingga layout sebuah halaman karena proporsinya yang harmonis. 0 1 1 2 3 5 8 13 21 34 55 89 144 233 377...

Sebuah obyek yang mempunyai proporsi agung mampu sekaligus memuaskan mata dan tercermin pada benda-benda alam. Ujung daun pakis dan spiral dalam rumah keong adalah contoh yang paling populer.

(10)

• The symetrical grid

Dalam grid simetris, halaman kanan akan berkebalikan persis seperti bayangan cermin dari halaman kiri. Ini memberikan dua margin yang sama baik margin luar maupun margin dalam. Untuk menjaga proporsi, margin luar memiliki bidang yang lebih lebar. Layout klasik yang dipelopori oleh Jan Tschichold (1902-1974) seorang typographer dari Jerman ini didasari ukuran halaman dengan proporsi 2 : 3.

• Typography

Tipografi merupakan representasi visual dari sebuah bentuk komunikasi verbal dan merupakan properti visual yang pokok dan efektif. Hadirnya tipografi dalam sebuah media terpan visual merupakan faktor yang membedakan antara desain grafis dan media ekspresi visual lain seperti lukisan. Lewat kandungan nilai fungsional dan nilai estetiknya, huruf memiliki potensi untuk menterjemahkan atmosfir-atmosfir yang tersirat dalam sebuah komunikasi verbal yang dituangkan melalui abstraksi bentuk-bentuk visual.

Jenis - jenis Huruf: • Roman

• Egyptian • Sans Serif

(11)

• Script

• Miscellaneous

4.1.7 Konsistensi

Dalam mendesain sebuah buku, desainer harus memperhatikan konsistensi dari keseluruhan desain buku tersebut. Walaupun warna, layout dan cara penyajian dalam setiap halamannya berbeda-beda, namun harus tetap memiliki satu benang merah yang dijadikan patokan dalam keseluruhan desain, sehingga lebih memudahkan pembaca untuk memahaminya. Ronald L. Mace, Graeme J. Hardie dan Jaine P. Place dalam bukunya membagi konsistensi menjadi 4 jenis, antara lain adalah : 1. Konsistensi estetis, artinya konsistensi yang mengarah pada gaya dan

penampilan yang disajikan. Misalnya sebuah logo perusahaan menggunakan warna, jenis huruf, dan logogram yang konsisten. Konsistensi estetis dapat memungkinkan adanya pengenalan dan menimbulkan ekspektasi emosional.

2. Konsistensi fungsional, mengarah pada maksud dan tindakan, misalnya lampu lalu lintas menunjukkan warna kuning sebelum warna merah. Dalam hal ini, bisa diterapkan dalam penggunaan kode halaman buku, sesuai dengan fungsinya untuk memudahkan pembaca

(12)

menemukan bagian buku yang diinginkan, harus dibuat antara halaman yang satu dengan yang lainnya.

3. Konsistensi internal, mengarah pada konsistensi dengan setiap elemen lain yang dalam satu sistem yang sama. Misalnya konsistensi antara desain bab pertama dengan bab kedua, dan seterusnya.

4. Konsistensi eksternal, mengarah pada konsistensi antara elemen yang berbeda dalam satu lingkungan. Misalnya antara penulisan judul buku di halaman sampul muka harus konsisten dengan penulisan heading pada poster promosi peluncuran buku yang bersangkutan.

4.1.8 Ilustrasi

Ilustrasi merupakan unsur penting yang sering digunakan dalam komunikasi sebuah desain buku karena sering dianggap sebagai bahasa universal yang dapat menembusrintangan yang ditimbulkan oleh perbedaan bahasa dan kata-kata. Ilustrasi dapat mengungkapkan suatu hal dengan lebih cepat dan efektif daripada teks. Selain fotografi, dalam desain buku esai Keroncong, ilustrasi juga menjadi elemen yang diutamakan selain penggunaan teks.

Fungsi ilustrasi dalam desain sebuah buku adalah sebagai berikut : 1. Menarik perhatian pembaca.

2. Mempermudah pembaca dalam memahami isi buku. 3. Mendramatisasi pesan.

4. Merangsang minat membaca keseluruhan pesan. 5. Manjelaskan suatu pernyataan.

(13)

7. Menciptakan suatu karakter yang unik dalam keseluruhan desain buku. Ilustrasi yang akan digunakan dalam desain buku esai keroncong berupa sketsa manual juga gabungan vector image dengan fotografi, yang dikemas dalam bentuk computerized collage yang bertujuan untuk menciptakan kesatuan dalam visualisasinya.

4.1.9 Fotografi

a. Fotografi sebagai aksara visual

Menurut Paul Messaris, gambar-gambar yang dihasilkan oleh manusia , termasuk fotografi, bisa dipandang sebagai suatu aksara visual, atau dengan kata lain gambar-gambar itu bisa dibaca. Sehingga gambar-gambar pun merupakan bagian dari cara berbahasa.

Jika dalam bahasa, susunan kalimat sebagai makna lebih mungkin didefinitifkan, maka hal itu tidak mungkin dilakukan dengan pemaknaan gambar-gambar. Dalam gambar-gambar yang maknanya hadir secara definitif, terdapat manipulasi. Artinya gambar-gambar hanya akan hadir sebagai pengetahuan jika dipandang secara kritis. Dalam hal ini, pembaca diharapkan dapat memandang atau membaca tiap halaman buku esai Keroncong dengan pemikiran yang kritis sehingga dapat menarik makna yang terkandung dalam setiap foto yang ada dengan lebih mendalam.

Berdasarkan teori Messaris, terdapat empat aspek aksara visual, yaitu :

(14)

1. Aksara visual sebagai prasyarat pemahaman media visual.

Citra media termasuk foto, sering sangat berbeda dari penampilan di dunia nyata. Dengan argumen ini, istilah ”aksara visual” mengacu kepada keakraban dengan konvensi visual yang diperoleh seseorang lewat keterbukaan terhadap media visual.

2. Konsekuensi kesadaran umum aksara visual.

Pengalaman dengan media visual tidak hanya merupakan jalan ke arah pemahaman visual yang lebih baik, namun juga membawa ke arah peningkatan kemampuan untuk memahami tersebut.

3. Kewaspadaan atas manipulasi visual.

Pendidikan visual akan membuat pembaca menjadi lebih tahan atas manipulasi media visual yang diupayakan oleh iklan TV, majalah, dan kampanye politik.

4. Apresiasi estetik.

Kewaspadaan atas pengembangan makna media visual dalam tanggapa pembaca, juga bisa dilihat sebagai pembentukan dasar apresiasi estetik.

Pemahaman Messaris ini mendukung asumsi, bahwa dalam suatu foto sebagai media visual, bukan hanya dimungkinkan untuk menarik suatu makna, melainkan bahwa makna itu mungkin direkayasa untuk tampil dengan gagasan menghujam. Sebuah foto menjadi bukan hanya representasi visual objek yang direproduksinya, melainkan mengandung pesan.

(15)

b. Rasio Face-ism

William Lidwell, Kritina Holden, dan Jill Butler dalam buku mereka Universal Principles of Design mengemukakan bahwa rasio

face-ism merupakan rasio perbandingan wajah terhadap badan dalam

sebuah image (foto).

Foto seseorang dengan rasio face-ism tinggi, yaitu wajah mendominasi foto, memfokuskan pada tingkat intelektual dan atribut kepribadian seseorang. Sedangkan foto dengan rasio face-ism rendah, yaitu badan mendominasi foto, memusatkan perhatian pada atribut fisik dan sensual dari seseorang.

Rasio face-ism dihitung dengan cara membagi jarak antara bagian atas kepala hingga bagian bawah dagu (panjang kepala) dengan jarak antara bagian atas kepala dengan bagian terbawah badan (panjang/tinggi total badan). Sebuah foto atau image tanpa kepala sama sekali memiliki rasio face-ism 0.00, sedangkan sebuah foto yang hanya terdiri dari satu kepala secara utuh memiliki rasio 1.00.

Karena buku esai Keroncong dibuat dengan tujuan menonjolkan karakter dari tokoh dan juga alat-alat dari Keroncong itu sendiri, maka foto-foto yang digunakan kebanyakan memiliki rasio face-ism tinggi. 4.2 Strategi Kreatif

4.2.1 Strategi komunikasi • Fakta

(16)

o Masyarakat lebih tertarik dengan hal yang berbau modern dan barat-baratan.

o Hanya kaum Tua umumnya yang menyenangi music keroncong.

4.2.2 Masalah yang akan dikomunikasikan 1. Tentang Keberadaan Keroncong

2. Kebanggaan dari jatidiri karya bangsa

4.2.3 Tujuan Komunikasi

Proses komunikasi yang ingin dituju dalam hal ini adalah AIDA, yaitu

Attention, Interest, Desire, Action.

a. Attention : Menarik perhatian masyarakat untuk membeli buku esai Keroncong.

b. Interest : Menarik minat masyarakat untuk melihat, membaca dan mendalami isi buku esai Keroncong.

c. Desire : Membangkitkan emosi pembaca untuk ikut merasakan keprihatinan atas kondisi Keroncong saat ini

d. Action : menginspirasi masyarakat untuk melestarikan kembali seni musik Keroncong ini.

4.2.3 Profil Target

(17)

- Sex : pria dan wanita - Usia target : 25 – 35

- Kelas ekonomi : menengah keatas - Agama : mencakup semua agama

- Kebangsaan : Indonesia dan orang asing yang berdomisili di Indonesia

4.2.3.2 Geografi

- Domisili : daerah perkotaan - Kepadatan : tingkat kepadatan perkotaan

4.2.3.3 Psikografi

- Tingkat sosial : kelas A dan B

- Gaya hidup : modern, praktis, dan dinamis

- Kepribadian : Terpelajar, berjiwa bebas, menyukai seni, mementingkan prestige (gengsi, wibawa, martabat), sensitif.

- Pekerjaan : mahasiswa, musisi, budayawan, akademisi - Perilaku :

• Senang dengan suatu keindahan seni budaya dalam kehidupan yang relatif modern.

• Mempunyai keinginan yang besar untuk belajar.

(18)

• Suka membaca dan mengkoleksi buku tentang kebudayaan.

• Memperhatikan kualitas, dalam hal ini merupakan kualitas sebuah buku, isi, bahan kertas, dan sebagainya.

4.2.4 Nama Buku

Keroncong (warisan bangsa indonesia)

4.2.5 Positioning

Menjadi sebuah buku yang dapat menarik minat tidak hanya kalangan tua tapi juga yang kaum muda. Dan kebanggaan akan kebudayaan bangsa sendiri. Yang berisi tentang segala sesuatu tentang keroncong dari evolusi, perkembangan, penyebaran, tokoh-tokoh serta kondisi saat ini.

4.3 Strategi Desain Tone & Manner

Nuansa yang akan ditampilkan adalah dengan mood layout yang modern tetapi tetap klasik. Dimana akan lebih menarik dan menjadi sesuatu yang berbeda dan baru. Dan bersifat memorable dan modern.

(19)

Gaya bahasa yang akan digunakan baik dalam penulisan judul buku, judul bab maupun penulisan isi (teks) buku adalah bahasa semi formal, agar pembaca tidak merasa terlalu kaku.

Strategi Visual

Unsur-unsur desain yang dipilih dengan mempertimbangkan pada karakter target seta pendekatan yang dilakukan yaitu:

• Warna yang digunakan adalah warna-warna yang klasik dan modern.

• Penyampaian pesan melalui gambar menggunakan teknik fotografi dan ilustrasi.

• Tipografi sanserif dalam penulisan bodycopy untuk memberikan kesan modern

• Fotografi dengan teknik digital imaging untuk memberikan kesan-kesan yang berbeda pada foto

• Beberapa elemen bergaya etnik dan modern agar tidak meninggalkan kesan tradisional dan tetap menarik.

(20)

4.2.2.4 Pemilihan Item

Item-item yang digunakan adalah :

1. Buku esai, meliputi desain cover buku, halaman sampul dan halaman isi. • Ukuran : 24,5 x 24,5

• Warna : full color • Cover : hard cover • Penjualan : Aksara • Kemasan/ packaging buku. 2. Poster promosi buku

• Ukuran : 90 x 50

• Penempatan : - Toko buku besar - Pusat kebudayaan - Pusat perbelanjaan - Aksara

Referensi

Dokumen terkait

Dengan design interior yang baik dan menarik pada sebuah museum kontemporer, diharapkan akan semakin menaikkan minat para pengunjung dan kesadaran masyarakat akan

Dari perhitungan maju dan mundur terdapat 5 kegiatan kritis yaitu suatu kegiatan dengan Tabel Float nya = 0 dan ini berarti kegiatan tersebut harus dilakukan dan

Dari pertanyaan ini akan dapat dilihat peran yang telah dijalankan oleh gereja bagi para taruna- pemuda dalam kaitannya untuk pembangunan karakter Kristen

Saya sangat bersemangat untuk bisa memulai perjalanan 2-minggu ini dengan Anda sewaktu kita membaca bersama ayat-ayat Firman Tuhan setiap hari dan melihat apa yang Tuhan

dihasilkan dari sudu-sudu roda pedal yang berputar dalam air. Jet air, gaya dorong dihasilkan karena adanya impuls akibat kecepatan air yang disemburkan keluar

Di sini peserta diminta untuk mengingat dan menghafal pesan yang diberikan oleh intruktur untuk disampaikan kepada peserta lainnya.. Bagi peserta yang tidak bisa atau tidak hafal

Abstrak - Sistem temu kembali informasi (information retrieval system)merupakan sistem yang digunakan untuk menemukan informasi yang relevan dengan kebutuhan dari

Posisi glikosilasi pada asam amino 154-156 dan 193-195 berdekatan dengan daerah antigenik dan residu pengikat reseptor, sehingga mempengaruhi afinitas ikatan pada reseptor