• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA PERBANDINGAN KINERJA ROUTER TP-LINK MR3220 MENGGUNAKAN FIRMWARE DEFAULT TP-LINK DAN OPENWRT NASKAH PUBLIKASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISA PERBANDINGAN KINERJA ROUTER TP-LINK MR3220 MENGGUNAKAN FIRMWARE DEFAULT TP-LINK DAN OPENWRT NASKAH PUBLIKASI"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA PERBANDINGAN KINERJA ROUTER TP-LINK MR3220

MENGGUNAKAN FIRMWARE DEFAULT

TP-LINK DAN OPENWRT

NASKAH PUBLIKASI

diajukan oleh

Budi Putra Ramadhan

11.11.4665

kepada

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

AMIKOM YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2015

(2)
(3)

ANALISA PERBANDINGAN KINERJA ROUTER TP-LINK MR3220

MENGGUNAKAN FIRMWARE DEFAULT

TP-LINK DAN OPENWRT

Budi Putra Ramadhan

1)

, Kusnawi

2)

,

1)

Teknik Informatika, STMIK AMIKOM Yogyakarta

2)

Teknik Informatika,

STMIK AMIKOM Yogyakarta

Jl Ringroad Utara, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta Indonesia 55283

Email : budi.ra@students.amikom.ac.id1), khusnawi@amikom.ac.id2)

Abstract - Internet community desperately needed a major influence on the use of the router, so the router becomes an important device that supports the use of the Internet, but it needs more capabilities and a wide range of the router constrained by the vendor or the manufacturer of the router, so appear openwrt aimed at freeing the user from are limited in limits the ability of the router that originally static to more dynamic.

Tests conducted have some parameters or variables in testing, namely Upstream, Downstream, Packet Delay, Packet Loss, Bandwidth, and Jitter. Parameters tested on outbound and inbound network, the test also uses an Ethernet interface, Wireless, and USB-Modem as the interface to be tested.

The research proves that comparative performance of firmware original tp-link and openwrt almost no significant difference, but there is value differences seen much on comparison testing bandwidth to the wireless interface, test the bandwidth of the wireless interface has a difference of up to 50% and show that OpenWRT decreased wide data path on the wireless device.

Keywords–OpenWRT, MR3220, Firmware, TP-Link, Router

1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Perkembangan layanan IT memiliki dampak yang besar bagi meningkatnya kebutuhan infrastruktur perangkat hardware jaringan, seperti halnya modem, switch, router, dan sebagainya, tujuannya agar berbagai macam kondisi pengguna jaringan dapat terpenuhi dengan baik. Peningkatan berbagai macam layanan, menyebabkan peningkatan pula pada hardware dan terkadang pula hardware hanya memiliki beberapa layanan statis, menyebabkan tidak semua layanan tedapat pada hardware yang dimiliki, sehingga pengguna diharuskan membeli hardware lain sesuai layanan yang dibutuhkan.

Salah satu cara untuk menambahkan layanan pada hardware jaringan agar dapat ditambahkannya layanan lain adalah dengan mengganti firmware hardware tersebut, perubahan tersebut akan merubah firmware semula statis menjadi firmware dinamis. Sehingga layanan yang tidak terdapat pada hardware dapat ditambahkan maupun dikurangi.

Salah satu firmware yang dapat digunakan untuk merubah firmware statis dari pabrik menjadi firmware dinamis tersebut

adalah OpenWRT. Firmware ini memberikan kebebasan kepada penggunanya untuk memasang berbagai layanan tanpa harus membeli hardware yang berbeda-beda.

Menjawab apakah terdapat perbedaan kinerja hardware router TP-link MR3220 yang menggunakan firmware default pabrik dan firmware dinamis OpenWRT, maka akan diujikan dengan beberapa aplikasi ataupun langsung secara visual dan akan ditarik kesimpulan terhadap pengujian yang telah dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan sebuah permasalahan yang dapat dijadikan acuan yaitu, adakah perbedaan terhadap Throughput, Delay, Jitter, packet loss, bandwidth, Downstream, dan Upstream pada router TP-Link MR3220 dengan menggunakan firmware yang berbeda antara firmware default dan firmware OpenWRT.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan lata belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka dapat diambil suatu perumusan masalah yaitu:

a. Melakukan instalasi OpenWRT pada TP-Link MR3220.

b. Menguji dan menganalisis penggunaan firmware OpenWRT, dan perbandingan untuk kerja TP-Link MR3220 dengan firmware default TP-Link dan firmware OpenWRT.

c. Memberikan hasil akhir analisis sebagai informasi yang dapat digunakan sebagai salah satu contoh referensi dalam menentukan perlunya perubahan firmware.

d. Mengetahui kualitas performa TP-Link MR3220 dengan firmware default dan firmware OpenWRT yang mempengaruhi beberapa aspek pengujian. e. Melakukan studi terhadap open source terutama pada

firmware OpenWRT. 1.4 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, dilakukan pengumpulan data dan analisis hasil sebagai berikut:

a. Melakukan pengujian kompatibel antar router dan usb modem.

b. Melakukan pengujian kecepatan upload dan downlaod menggunakan usb-modem.

(4)

c. Melakukan pengujian QOS pada interface jaringan Ethernet dan wireless.

1.5 Tinjauan Pustaka

Randy Rizki Permana (2013), “Analisis ke efektifan firmware original dan firmware openwrt pada akses point TP-Link TL-WA701ND”. Dengan tujuan untuk Melakukan analisa kecepatan download, upload dan kesetabilan Akses Point TP-Link TL-WA701ND sebelum dan sesudah dilakukan upgrade firmware OpenWRT.

Rio dkk (2013), “Analisis perbandingan quality of service (QOS) firmware original TL-MR3020 dengan firmware openwrt berbasis opensource”. Dengan tujuan melakukan analisa Quality of Services pada jaringan menggunakan perangkat access point TP-LINK TL-MR3020 menggunakan firmware TP-LINK dan firmware OpenWrt, berdasarkan parameter delay, packet loss, throughput dan jitter.

Ruli dkk (2013), “Analisis qos pada jaringan wireless bridge berbasis OPENWRT”. Dengan tujuan melakukan analisa perbandingan kinerja QoS (Quality Of Service) Wireless Bridge sistem Openwrt dengan sistem Original TP-Link mengunakan parameter pengukuran QoS berupa Delay, Packetloss, Throughput dan Jitter.

1.6 Landasan Teori

TP-LINK adalah penyedia dunia untuk produk jaringan SOHO dan pemegang pangsa pasar No.1 di China, dengan produk yang tersedia di lebih dari 100 negara dengan puluhan juta pelanggan. Berkomitmen kuat pada R&D, produksi yang efektif dan manajemen kualitas yang ketat, TP-LINK secara berkesinambungan menyediakan produk jaringan yang memenangkan penghargaan dalam Wireless, ADSL, Router, Switch, IP Camera, Adaptor Powerline, Print Server, Media Converter dan Adaptor Jaringan untuk pengguna di seluruh dunia.[7]

Embedded System adalah sebuah kesatuan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) pada suatu perangkat . embedded system atau sistem tertanam adalah suatu sistem berbasis mikroprosesor yang dibuat untuk mengontrol fungsi-fungsi dan tidak dapat diprogram oleh end-user (pengguna). Jadi, sekali sistem tersebut dibuat, maka pengguna tidak dapat menambah atau mengubah fungsi yang ada[6]. Inilah yang menjadi tantangan sebenarnya bagi para pengembang embedded system.

Router TP-Link TL-MR3220 merupakan router dengan harga terjangkau namun memiliki fitur dan kelengkapan yang luar biasa antara lain mendukung kecepatan 3G/4G, compatible dengan 200 lebih jenis modem, serta mendukung jenis koneksi PPoe, IP Dinamis, IP Statis, PPTP, dan L2TP. Hampir semua kebutuhan umum akan internet terdapat dalam router ini, dan juga interface yang sangat mudah dikendalikan bahkan oleh pemula sekalipun, interface yang terdapat dalam router ini antara lain satu antenna dengan power 5dBi, satu port USB 2.0, satu port WAN, empat port LAN. Router ini memiliki kecepatan CPU sebesar 400 MHZ.

Openwrt adalah sebuah proyek open source untuk menciptakan sebuah sistem operasi gratis yang bisa di install (embeded) pada perangkat radio wireless[8]. OpenWRT merupakan program firmware berbasis system operasi linux yang digunakan dalam suatu perangkat yang sudah embedded seperti wireless router. Dikembangkan pertama kali pada tahun 2004 oleh tim proyek OpenWRT yang terbentuk dalam rangka mengembangkan sebuah third-party firmware yang jumlahnya masih sangat terbatas pada saat itu.

Quality of Service (QoS) merupakan metode pengukuran tentang seberapa baik jaringan dan merupakan suatu usaha untuk mendefinisikan karakteristik dan sifat suatu service (Ferguson & Huston, 1998). Qos digunakan untuk mengukur suatu kinerja dari system yang telah di implementasi pada suatu jaringan. Komponen atau parameter QoS tediri dari jitter, bandwidth, latency/delay, throughput, packet loss.

Jitter merupakan variasi delay antar paket yang terjadi pada jaringan berbasis IP. Besarnya nilai jitter akan sangat dipengaruhi oleh variasi beban trafik dan besarnya tumbukan antar paket (congestion) yang ada dalam jaringan tersebut. Semakin besar beban trafik di dalam jaringan akan menyebabkan semkin besar pula peluang terjadinya congestion, dengan demikian nilai jitter-nya akan semakin besar. Bila semakin besar nilai jitter akan berakibat pada nilai QoS yang semakin turun.

Tabel 1. Kategori Jitter Versi TIPHON

Kategori Degradasi Peak Jitter

Sangat Bagus 0 ms

Bagus 75 ms

Sedang 125 ms

Jelek 225ms

Bandwidth merupakan kapasitas atau daya tamping kabel Ethernet agar dapat dilewati trafik paket data dalam jumlah tertentu. Bandwidth juga bisa berarti jumlah konsumsi paket data per satuan waktu dinyatakan dengan bit persecond (bps) (Santosa, 2004)

Latency disebut juga delay. Latency adalah berapa lama waktu yang digunakan untuk mengirim sebuah pesan dari satu titik ke titik lainnya, apabila mengirimkan data sebesar 3 Mbyte pada saat jaringan sepi waktunya 5 menit sedangkan pada saat jaringan ramai bisa sampai 15 menit, hal inilah yang disebut latency, latency pada jaringan sibuk berkisar antara 50-70 ms (santosa, 2004).

Tabel 2. Kategori Latency Versi TIPHON

Kategori Waktu Delay

Sangat Bagus <150 ms

Bagus 150 - 300 ms

Sedang 300 - 450 ms

(5)

Packet loss adalah jumlah dari paket yang hilang pada suatu pengiriman paket ke tujuan, kualitas terbaik pada saat LAN/WAN jika jumlah losess paling kecil (santosa, 2004). Pada implementasi jaringan IP nilai packet loss diharapkan minimum. Secara umum terdapat empat kategori penurunan performansi jaringan dengan versi Telecommunications and Internet Protocol Harmonization Over Networks (TIPHON).

Tabel 3. Kategori Packet Loss Versi TIPHON

Kategori Degradasi Packet Loss

Sangat Bagus 0 %

Bagus 3%

Sedang 15%

Jelek 25%

Troughput adalah bandwidth aktuaal yang terukur pada suatu ukuran tertentu dalam satu hari menggunakan rute internet yang spesifik ketika sedangn mendownload suatu file (dewo,2003. 2).

Upstream adalah kecepatan data dari router ADSL ke ISP. Sementara, downstream adalah kecepatan data dari ISP ke router ADSL. Umumnya kecepatan yang digunakan di Indonesia adalah 384Kbps atau 512Kbps untuk downstream dari ISP ke router ADSL pelanggan. Sementara dari upstream dari router ADSL pelanggan ke ISP umumnya 64Kbps. 2.Pembahasan

2.1 Cara Pengujian

Pengujian yang dilakukan dalam perbandingan firmware OpenWRT dan firmware original terdapat 2 jenis yaitu pengujian yang dilakukan dalam rangka mendapatkan hasil kinerja interface router dalam jaringan lokal dan jenis pengujian yang kedua adalah pengujian dalam rangka mendapatkan hasil kinerja router dalam jaringan internet. Adapun langkah-langkah penelitian yang dilakukan pengujian pengaruh firmware terhadap peforma TP-Link MR3220. 2.1.1 Pengujian Interface Ethernet dan Wireless

Pengujian ini bertujuan untuk mendapatkan hasil dalam faktor trafik TP-Link MR3220 pada interface ethernet dan interface wireless secara Local Area Network, pengujian dilakukan pada jaringan lokal dengan media kabel UTP dan aplikasi pengambilan data menggunakan aplikasi iperf serta perintah ping menggunakan console terminal linux. Personal computer akan menjadi server sedangkan notebook menjadi client, dan variable yang digunakan dalam pengujian adalah variable Qos yaitu Throughput, Delay, Jitter, packet loss, dan bandwidth.

Gambar 1. Rancangan Pengujian Ethernet dan Wireless

2.1.2 Pengujian Upstream dan Downstream

Pengujian ini bertujuan untuk mendapatkan hasil dalam faktor kinerja modem yang terhubung ke TP-Link MR3220.

Pengujian yang akan dilakukan adalah router Tp-Link akan terkoneksi pada jaringan Internet menggunakan modem dial-up, dan Personal Komputer akan menggunakan website speedtest.net untuk pengambilan hasil kecepatan upstream dan downstream Tp-Link MR3220 yang terhubung pada jaringan internet.

Gambar 2. Rancangan Pengujian Upstream dan Downstream

2.2 Pengujian 2.2.1 Pengujian Jitter

Pengujian ini menggunakan aplikasi iperf untuk mengetahui besarnya nilai jitter pada jalur interface ethernet dan interface wireless. Pada pengujian ini dilakukan pada dua sisi, yaitu node yang bertindak sebagai server dan node client. Pada sisi server (Personal Komputer) melakukan perintah #iperf –s –u –i 1. Opsi –s berarti perintah sebagai server untuk melakukan listen port, -u untuk melakukan pada protocol UDP dan –i untuk mengetahui nilai setiap interval 1 detik.

Sedangkan di sisi client (Notebook) melakukan perintah #iperf –c <ip-address> –b <bandwidth> -u >><nama.txt>. Opsi –c berarti perintah sebagai client, ip address adalah alamat server dalam hal ini Personal Komputer, -b untuk besar bandwidth yang akan dikirim dalam pengujian ini akan dilakukan secara bertahap dengan nilai yang berbeda, fungsi symbol >> untuk langsung memasukan output yang terjadi langsung ke dalam file dengan format .txt.

2.2.2 Pengujian Packet Delay dan Loss

Pengujian packet delay dan packet loss dilakukan dengan menggunakan terminal/shell. Pengujian dilakukan untuk mengetahui packet yang hilang dan waktu delay pengiriman packet, pengujian ini hanya dilakukan disisi server yaitu personal komputer, pada sisi server melakukan perintah #ping <ip-address> -c 100 >><namafile.txt>. Opsi <ip-address> adalah alamat client yang akan dituju, -c adalah count yang akan mengirimkan packet sebanyak 100 kali, >> adalah opsi untuk memasukan semua output ke dalam sebuah file berformat.txt.

2.2.3 Pengujian Bandwidth

Pengujian bandwidth dilakukan menggunakan aplikasi iperf. Pengujian dilakukan untuk mengetahui bandwidth atau bandwidth yang tersedia pada jalur antara server dan client. Aplikasi iperf diinstal pada kedua node tersebut. Salah satu note berfungsi sebagai server dan node lain sebagai client.

Pada server (Personal Komputer) menjalankan aplikasi iperf dengan perintah #iperf –s, pada bagian client

(6)

(Notebook) menjalankan perintah #iperf –c <ip-address> >><namaf.txt>, Opsi –s adalah menjalankan node sebagai server dan opsi –c adalah client, opsi >> untuk memasukan output ke dalam file berextensi .txt.

2.2.4 Pengujian Downstream dan Upstream

Pengujian Downstream dan Upstream menggunakan bantuan situs http://speedtest.net, pengujian dilakukan pada jaringan outbound yang terhubung pada internet. Pada pengujian downstream dan upstream Personal Komputer akan membuka situs lalu memulai test.

2.3 Analisa Pengujian 2.3.1 Pengujian Jitter

Berdasarkan hasil pengujian jitter yang telah dilakukan terlihat bahwa kinerja ethernet pada router yang menggunakan firmware OpenWRT tidak terdapat perbedaan signifikan terhadap waktu jitter router berfirmware Tp-Link, namun berbeda terhadap perbedaan waktu jitter pada interface wireless yang memberikan waktu perbedaan yang lebih signifikan.

Tabel 4. Hasil Pengujian Jitter (Ethernet)

Band width

Jitter (Original TP-Link) (ms)

Jitter (OpenWRT) (ms)

Min Max Avg Min Max Avg

10Mb 0.003 0.006 0.0045 0.003 0.016 0.0067 20Mb 0.002 0.006 0.0039 0.002 0.006 0.0032 30Mb 0.002 0.006 0.0039 0.002 0.005 0.0038 40Mb 0.002 0.003 0.0025 0.002 0.004 0.0032 50Mb 0.002 0.004 0.0030 0.002 0.004 0.0027 60Mb 0.030 0.037 0.0334 0.030 0.038 0.0337 70Mb 0.066 0.074 0.069 0.067 0.072 0.0694 80Mb 0.084 0.089 0.0867 0.085 0.088 0.0865 90Mb 0.094 0.098 0.0954 0.093 0.096 0.0950 100Mb 0.096 0.143 0.1039 0.095 0.347 0.1237 Total 0.4062 0.4279

Tabel 5. Hasil Pengujian Jitter (Wireless)

Band width

Jitter (Original TP-Link) (ms)

Jitter (OpenWRT) (ms)

Min Max Avg Min Max Avg

10Mb 0.071 0.452 0.1953 0.036 0.721 0.3645 20Mb 0.163 0.504 0.3275 0.627 0.923 0.7770 30Mb 0.358 0.655 0.4637 0.472 0.777 0.6108 40Mb 0.353 0.475 0.4076 0.353 0.475 0.4076 50Mb 0.257 0.801 0.3808 0.371 1.571 0.6378 Total 1.7749 2.7977

2.3.2 Pengujian Packet Delay dan Loss

Dari hasil pengujian packet delay dan packet loss yang telah dilakukan terlihat bahwa kinerja dari router yang menggunakan firmware OpenWRT tidak memiliki perbedaan yang signifikan pada bagian packet delay namun memiliki perbedaan yang jauh bila dibandingkan dengan router firmware original Tp-Link, pada faktor packet loss router firmware OpenWRT mampu menghantar packet tanpa melakukan loss, namun berbeda pada router pada firmware original Tp-Link yang memiliki kecepatan delay packet yang singkat namun packet loss yang terjadi tinggi. berdasarkan

standar TIPHON router yang menggunakan firmware Tp-Link dikategorikan sebagai kategori “sedang” pada packet loss interface wireless Karena memiliki packet loss lebih dari 3%.

Tabel 6. Hasil Pengujian Packet Delay & Loss (TP-Link)

Interface Packet Delay Packet

Loss

Min Max Avg

ethernet 0.259ms 0.315ms 0.300ms 0%

wireless 2.273ms 648.430ms 24.945ms 8%

Modem 47,918ms 116,941ms 69,207ms 3%

Tabel 7. Hasil Pengujian Packet Delay & Loss (OpenWRT)

Interface Packet Delay Packet

Loss

Min Max Avg

ethernet 0.257ms 0.316ms 0.299ms 0%

wireless 1.601ms 541.784ms 31.722ms 0%

Modem 55,985ms 121,026ms 70,912ms 0%

2.3.3 Bandwidth

Berdasarkan hasil pengujian bandwidth antara dua jalur yaitu personal komputer dan notebook diketahui bahwa router yang menggunakan firmware OpenWRT tidak memiliki perbedaan pada interface ethernet, namun perbedaan terjadi pada nilai bandwidth dalam interface wireless, perbedaan yang terjadi sangat signifikan perbedaan yang terjadi hingga 50% nilai bandwidth router firmware original tp-link pada interface wireless.

Tabel 8. Hasil Pengujian Bandwidth

Interface

Firmware Original Firmware OpenWRT

Transfer (Mbytes) Bandwidth (Mbits/sec) Transfer (Mbytes) Bandwidth (Mbits/sec) Ethernet 113 94,1 113 94,1 Wireless 55,8 46,4 22,8 18,6

2.3.4 Pengujian Downstream dan Upstream

Berdasarkan pengujian pada parameter downstream dan upstream yang dilakukan pada jaringan outbound atau terhubung pada internet, downstream dan upstream yang didapat dari pengujian memiliki perbedaan yang tidak signifikan.

Tabel 9. Hasil Pengujian Downstream dan Upstream

Firmware Ping Downstream Upstream

Original 69 ms 2.38Mb/sec 1.08Mb/sec

(7)

3. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis, perancangan dan uji coba kinerja router yang memiliki firmware berbeda yaitu Original Tp-Link dan OpenWRT pada router TP-Link MR3220 seperti yang telah dijelaskan pada sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

a. Terdapat perbedaan terhadap router yang menggunakan firmware original TP-Link dan firmware OpenWRT yang menggunakan router TP-Link MR3220, hasil pengujian yang meliputi variable upstream, downstream dan variable QoS yaitu Jitter, Packet Delay, Packet Loss, dan bandwidth.

b. Perbedaan yang signifikan terjadi pada pengujian interface wireless router firmware default TP-Link dengan router firmware OpenWRT yang memiliki nilai selisih 50% pada perbandingan bandwidth. c. Pada pengujian jitter menunjukan bahwa firmware

OpenWRT dapat memiliki kinerja yang sama dengan firmware original TP-Link dengan selisih yang tidak jauh berbeda.

d. Pada pengujian packet delay dan packet loss dapat diketahui bahwa kualitas pengiriman data router firmware OpenWRT lebih unggul dari router firmware Original TP-Link yang memiliki perbandingan secara signifikan.

e. Dalam penggunaan USB-modem router dengan firmware OpenWRT tidak memiliki perbedaan yang jauh dengan router firmware default TP-Link. 4. Saran

pada penulisan skripsi ini tentu saja ada kekurangan yang masih perlu diperbaiki, penulis memiliki beberapa saran antara lain:

a. Bagi para peneliti yang akan mengambil pembahasan yang sama selanjutnya penulis berharap

menambahkan variable pengujian yaitu ketahanan router dengan pengujian stress testing.

b. untuk hasil yang lebih maksimal sebaiknya untuk firmware OpenWRT menggunakan tipe terbaru yang release selanjutnya yaitu Chaos Calmer 15.05 dan firmware tersebut patut diuji coba.

c. Konfigurasi router selalu dibackup agar jika terjadi kesalahan dapat direstore kembali tanpa harus mengkonfigurasi dari awal.

Daftar Pustaka

[1] Fakultas Teknik, UNY. 2004. Instalasi Perangkat Jaringan Lokal (LAN): Penerbit Departemen Pendidikan Nasional. [2] Syafrizal, M. 2005. Pengantar Jaringan Komputer, Yogyakarta: Penerbit Andi.

[3] Ariyus, D. Andri, R. 2008, Komunikasi Data, Yogyakarta: Penerbit Andi.

[4] Iwan, Sofana, Teori & Modul Praktikum – Jaringan Komputer, Bandung: Penerbit Modula.

[5] Ana , H. Sahrul, A. 2012, Panduan Membuat Linux Embedded System dan Aplikasi: Penerbit Informatika. [6] Jatmiko, Wisnu. 2011, Implementasi Embedded System menggunakan Beagleboard: Prototipe Sistem Pengaturan Lampu Lalu Lintas: Penerbit Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia.

[7] TP-LINK, 2014, Profile Perusahaan, http://www.tp-link.co.id/about/ (diakses pada tanggal 11 Januari 2015). [8] Russle, J. Cohn, R. 2012, OpenWRT. Publish: Book on Demand.

[9] Jubilee. 2009, Membuat Jaringan Internet Wireless Tanpa Bantuan Teknisi, Jakarta: Penerbit PT Elex Media

Komputindo.

[10] Opensource Telkomspeedy, 2015, Upstream dan Downstream pada ADSL,

http://opensource.telkomspeedy.com/wiki/index.php/Upstrea m_dan_Downstream_pada _ADSL (diakses pada tanggal 11 Januari 2015)

[11] Huawei Vodafone K3806, 2015, Profil Huwaei Vodafone K3806, http://www.jakartanotebook.com/huawei-vodafone-k3806-14.4mbps-usb-3g-modem-white (diakses pada tanggal 07 September 2015)

[12] Okus Info Tech, 2014, Tentang Ubuntu

http://www.okusi.co.id/tentang-ubuntu.html (diakses pada tanggal 10 September 2015)

[13] Terminal, 2015, Terminal Linux,

http://help.ubuntu.com/kubuntu/desktopguide/id/terminals.ht ml (diakses pada tanggal 07 September 2015)

[14] OpenWRT, 2015, Profil Barrier Breaker,

http://wiki.openwrt.org/doc/barrier.breaker/ (diakses pada tanggal 11 Januari 2015).

Biodata Penulis

Reenato Gilang, memperoleh gelar Sarjana Komputer (S.Kom), Jurusan Teknik Informatika STMIK

AMIKOM Yogyakarta, lulus tahun 2015.

Kusnawi, memperoleh gelar Sarjana Komputer (S.Kom), Jurusan Teknik Informatika STMIK AMIKOM

Yogyakarta. Memperoleh gelar S2 Magister Teknologi Informasi Teknik Elektro UGM. Saat ini menjadi Dosen di STMIK AMIKOM Yogyakarta.

Gambar

Gambar 2. Rancangan Pengujian Upstream dan Downstream
Tabel 5. Hasil Pengujian Jitter (Wireless)  Band

Referensi

Dokumen terkait