• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

BAB III

PROFIL SANITASI WILAYAH

Penilaian Profil Sanitasi merupakan gambaran lengkap dan menyeluruh baik teknis

maupun nonteknis dan mencakup berbagai aspek tentang sanitasi di Kabupaten Tana Toraja baik yang bersumber dari data primer maupun sekunder. Secara umum kondisi pengelolaan sanitasi Kabupaten Tana Toraja masih belum memadai hal ini dikarenakan beberapa faktor, utamanya masih terbatasnya infrastruktur pengelolaan sanitasi seperti masih belum maksimalnya pengelolaan persampahan disebabkan oleh Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) belum layak, dari sisi cakupan pelayanan persampahan juga masih terbatas pada kawasan perkotaan hal ini dikarenakan armada pengangkutan sampah masih minim.

Sektor pengelolaan air limbah domestik juga demikian, sampai saat ini sarana Instalasi Pengelolaan Air limbah (IPAL) maupun Instalasi Pengelolaan Lumpur Tinja (IPLT) yang ada di Kabupaten Tana Toraja belum terolah dengan baik dan tingkat layanannya masih sangat terbatas. Untuk sub sektor pengelolaan drainase perkotaan sampai saat ini, belum tersusunnya rancangan masterplan drainase Kabupaten Tana Toraja sehingga intervensi program sub sektor drainase tidak terencana dengan baik.

3.1. Wilayah Kajian Sanitasi

Wilayah kajian dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Tana Toraja meliputi 9 kecamatan sebagai kecamatan penyangga Kabupaten Tana Toraja yaitu Kecamatan Makale, Kecamatan Makale Utara, Kecamatan Sanggala, Kecamatan Mengkendek, Kecamatan Rantetayo, Kecamatan Rembon, Kecamatan Saluputti, Kecamatan Bittuang, dan Kecamatan Bonggakaradeng. (Lihat Peta 3.1. Peta Wilayah Kajian Sanitasi Kabupaten Tana Toraja)

(2)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

(3)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

3.2. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Terkait Sanitasi

Program dan kegiatan Promosi Higiene dan Sanitasi yang selama ini dilakukan belum mampu merubah pola pikir masyarakat tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat secara menyeluruh, Kondisi ini tidak bisa dilepaskan dari beberapa faktor yang ikut mempengaruhi seperti tingkat pendidikan masyarakat dan tingkat ekonomi masyarakat yang masih rendah turut memberi andil terhadap rendahnya derajat dan pengetahuan kesehatan. Pada dasarnya penyakit-penyakit yang terjadi pada masyarakat ini bisa dicegah bila masyarakat secara sadar dan mau menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat serta menjaga lingkungannya.

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan kondisi penyehatan lingkungan di suatu wilayah yang mana perlu penyadaran pada diri masing-masing individu untuk berperilaku sehat demi manjamin kondisi kesehatan masyarakat pada lingkungannya. Pada dasarnya PHBS berada di lima tatanan yakni: (1) tatanan rumah tangga, (2) tatanan sekolah, (3) tatanan tempat kerja, (4) tatanan tempat umum,dan (5) tatanan fasilitas kesehatan.

Pembahasan PHBS dalam penyusunan profil Sanitasi Kabupaten Tana Toraja lebih terfokus pada tatanan rumah tangga dan tatanan sekolah. Kedua tatanan ini dipandang sebagai pilar utama yang memiliki kontribusi besar terhadap tatanan PHBS secara keseluruhan. Bila dalam tatanan rumah tangga baik maka PHBS dalam semua tatanan akan baik pula, baik dalam lingkungan sekitar maupun terhadap lingkungan yang lebih luas. Untuk menjamin kontinuitas dan peningkatan kualitas PHBS jangka panjang diperlukan dukungan dan atau pembinaan pada lingkungan sekolah. Sebagai sarana pembelajaran, sekolah memiliki peranan strategis untuk memperkenalkan PHBS kepada anak didik tentang bagaimana menciptakan suasana kehidupan bermasyarakat yang bersih dan sehat, yaitu yang dimulai dari individu, rumah tangga, kelompok, dan lingkungan.

3.2.1. Tatanan Rumah Tangga

Pada tatanan rumah tangga di Kabupaten Tana Toraja perilaku hidup bersih dan sehat dipengaruhi oleh tingkat partisipasi dan pola pikir masyarakat dalam melakukan tindakan pengelolaan sektor sanitasi di lingkungannya,

(4)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

maka untuk mendorong hal tersebut kegiatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat menjadi sangat penting.

Melalui berbagai program dan kegiatan promosi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat diharapkan agar masing-masing jajaran organisasi, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah dapat mewujudkan masyarakat yang sadar akan pentingnya perilaku hidup sehat bagi kesehatan dirinya, keluarga dan masyarakat di sekitarnya.

Hasil kajian studi EHRA yang mengacu pada 5 (lima) pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) diketahui bahwa Kabupaten Tana Toraja sebagai salah satu kabupaten yang rawan terhadap sanitasi.

Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

Manfaat mencuci tangan dengan sabun apabila dilakukan sesuai dengan benar akan membunuh kuman penyakit yang ada ditangan, mencegah penularan penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri (diare, kolera, disentri, tifus, cacingan, penyakit kulit, Infeksi Saluran Pernafasan Akut, flu burung atau Severe Acute Respiratory Syndrome/SARS) serta tangan bersih dan bebas dari kuman.

Waktu cuci tangan pakai sabun yang perlu dilakukan untuk mengurangi resiko balita terkena penyakit-penyakit yang berhubungan dengan diare mencakup 5 (lima) waktu penting yakni; 1) sesudah buang air besar (BAB), 2) sesudah menceboki pantat anak, 3) sebelum menyantap makanan, 4) sebelum menyuapi anak, dan terakhir adalah 5) sebelum menyiapkan makanan bagi keluarga.

Perilaku mencuci tangan pakai sabun di Kabupaten Tana Toraja masih tergolong sangat rendah yaitu sebesar 3,40% dan selebihnya 96,60% tidak melakukan cuci tangan dengan menggunakan sabun. Dari beberapa indikator yang disurvey, waktu yang paling sering untuk mencuci tangan memakai sabun dari 3,40% yang memiliki persentase yang cukup tinggi adalah mencuci tangan memakai sabun sebelum makan sebesar 79,80% sedangkan

(5)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

mencuci tangan memakai sabun setelah buang air besar 47,30%. (Lihat Gambar 3.1. Grafik CTPS di 5 (lima) Waktu Penting)

Gambar 3.1.

Grafik CTPS di 5 (lima) Waktu Penting

Sumber : Kajian Studi EHRA Tahun 2014

Perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABs)

Perilaku BAB dinyatakan baik apabila dalam rumah tangga tidak buang air besar sembarangan dengan demikian sudah menjadi syarat mutlak kepemilikan jamban menjadi syarat utama dalam menilai baik buruknya perilaku BAB dimasyarakat. Jamban umum juga bisa menjadi solusi dalam merubah perilaku BAB sembarangan tapi tidak semudah aksesnya bila dibandingkan dengan jamban pribadi.

Praktek buang air besar sembarangan dapat menjadi salah satu faktor resiko tercemarnya lingkungan termasuk sumber air. Khususnya jika BAB dilakukan dengan sarana dan tempat yang tidak memadai. Berdasarkan hasil kajian EHRA di kabupaten Tana Toraja, kepemilikan jamban pribadi bagi rumah tangga sudah cukup tinggi yaitu 90,70%. Meski demikian, Perilaku BABs relatif masih cukup tinggi yaitu 30,00%. Perilaku BABS lebih banyak ke

(6)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

sungai, kebun, dan saluran air. Perilaku ini tidak terbatas pada masyarakat perdesaan maupun perkotaan terutama masyarakat yang tinggal di bantaran sungai. (Lihat Gambar 3.2. Grafik Persentase Penduduk yang melakukan BABs)

Gambar 3.2.

Grafik Persentase Penduduk Yang Melakukan BABs

Sumber : Kajian Studi EHRA Tahun 2014

Pengelolaan Air Minum

Kabupaten Tana Toraja secara geografis merupakan salah satu kabupaten yang memiliki topografi pegunungan dengan penggunaan lahan yang dominan adalah hutan, hal ini menyebabkan potensi air yang dimiliki cukup besar. Khusus untuk kawasan perkotaan sumber air minum diperoleh dari layanan PDAM sedangkan daerah pedesaan diperoleh dari sumber-sumber air dari alam.

Mengenai pengelolaan air minum, yang dikaji dalam studi EHRA terdiri dari dua hal utama, yaitu: Sumber Air dan Pengolahan, penyimpanan dan penanganan air yang baik dan aman. Kedua aspek ini memiliki hubungan yang sangat erat dengan tingkat resiko kesehatan bagi anggota di suatu rumah tangga. Dari sisi jenis sumber diketahui bahwa sumber-sumber air memiliki tingkat keamanannya tersendiri, Ada jenis-jenis sumber air minum

(7)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

yang secara global dinilai sebagai sumber yang relatif aman, seperti air botol kemasan, air ledeng/PDAM, sumur bor, sumur gali terlindungi, mata air terlindungi dan air hujan (yang ditangkap, dialirkan dan disimpan secara bersih dan terlindungi). Di lain pihak, terdapat sumber-sumber yang memiiiki resiko yang lebih tinggi sebagai media transmisi patogen ke dalam tubuh manusia, di antaranya adalah sumur atau mata air yang tidak terlindungi dan air permukaan, seperti air kolam, sungai, waduk ataupun danau.

Pengelolaan air untuk diminum berdasarkan kajian EHRA yang tercemar menunjukkan angka 12,70% dan yang aman untuk digunakan sebesar 87,30%. (Lihat Gambar 3.3. Grafik Pengelolaan Air Minum (pencemaran pada wadah penyimpanan dan penanganan air))

Gambar 3.3.

Grafik Pengelolaan Air Minum (pencemaran pada wadah penyimpanan dan penanganan air)

Sumber : Kajian Studi EHRA Tahun 2014

Perilaku Pengolahan Sampah

Perilaku pengolahan sampah setempat berdasarkan kajian EHRA, masih menggambarkan suatu perilaku yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. 87,70% responden menyatakan tidak pernah mengolah sampah menjadi

(8)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

bernilai. Pengolahan yang biasa dilakukan adalah hanya dengan melakukan pemilahan sampah sebesar 12,30%. Proses pengolahan sampah dengan pengomposan juga belum populer dimasyarakat, padahal pengolahan ini memerlukan modal yang sedikit dan bisa menghasilkan pendapatan bagi masyarakat. (Lihat Gambar 3.4. Grafik Pengolahan Sampah Setempat)

Gambar 3.4.

Grafik Pengolahan Sampah Setempat

Sumber : Kajian Studi EHRA Tahun 2014

Perilaku Pengelolaan Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)

Saluran yang dimaksud adalah saluran yang digunakan untuk membuang air bekas penggunaan rumah tangga (grey water), seperti air dapur (bekas cuci piring/bahan makanan), air cuci pakaian maupun air bekas mandi. Seperti kebanyakan terjadi di kota-kota di lndonesia, saluran grey water dapat pula berfungsi menjadi saluran bagi pengaliran air hujan.

Potensi pencemaran karena SPAL di Kabupaten Tana Toraja masih cukup tinggi, dari hasil kajian studi EHRA didapat bahwa angka pencemaran karena SPAL di Kabupaten Tana Toraja sebesar 68,20%. Penyebab utama hal ini adalah karena SPAL yang berfungsi di Kabupaten Tana Toraja hanya sekitar

(9)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

3,40% selebihnya 31,10% tidak memiliki SPAL. (Lihat Gambar 3.5. Grafik Pencemaran Karena SPAL)

Gambar 3.5.

Grafik Pencemaran Karena SPAL

Sumber : Kajian Studi EHRA Tahun 2014 3.2.2. Tatanan Sekolah

Perilaku hidup bersih dan sehat pada lingkungan sekolah dapat dilihat dari ketersedian dan kondisi fasilitas sanitasi di sekolah seperti toilet dan tempat cuci tangan, tempat sampah, SPAL dan pengetahuan tentang kesehatan di sekolah. Di Kabupaten Tana Toraja sebagian besar sekolah baik di tingkat taman kanak-kanak (TK), SD/MI, SMP/MTs, maupun SMA/MA, telah disediakan prasarana dan sarana sanitasi sekolah. Namun dari segi kelayakan dan pengelolaan prasarana dan sarana sanitasi masih perlu ditingkatkan, termasuk kesadaran untuk PHBS di lingkungan sekolah sejak dini ditingkat sekolah dasar. (Lihat Tabel 3.1. Rekapitulasi Jumlah Sarana Air Bersih dan Sanitasi Tingkat Sekolah Dasar/MI)

(10)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

Tabel 3.1.

Rekapitulasi Jumlah Sarana Air Bersih dan Sanitasi Tingkat Sekolah Dasar/MI

No Sekolah Status Dasar

Jumlah Sekolah

Jumlah Siswa Jumlah Guru Sumber Air Bersih Toilet Guru Toilet Siswa

Fasilitas Cuci Tangan Fasilitas Pengolahan Sampah Saluran Drainase L P L P PDAM SPT/PL SGL T L/P dan L P T L/P L dan P T Y T Y T Y T 1 Sekolah Dasar Negeri 120 11.167 9.532 439 753 108 0 12 0 86 34 0 62 58 0 117 3 79 41 120 0 2 Sekolah Dasar Swasta 4 420 335 11 32 4 0 0 0 3 1 0 2 2 0 4 0 4 0 4 0 3 MI 4 394 268 22 20 4 0 0 0 4 0 0 4 0 0 2 2 4 0 4 0 Total 128 11.981 10.135 472 805 116 0 12 0 93 35 0 68 60 0 123 5 87 41 128 0

(11)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

Melakukan kajian sanitasi sekolah tingkat sekolah dasar dengan meninjau kondisi sarana sanitasi diantaranya kondisi toilet, tempat cuci tangan, air bersih, pengelolaan sampah, saluran drainase dan pengetahuan tentang kesehatan di sekolah. Dari segi kelayakan sesuai dengan syarat kesehatan menunjukkan angka mencapai 20,00% masih perlu adanya peningkatan kondisi sarana yang ada. Kegiatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di sekolah terus digalakkan, salah satunya dengan kegiatan penyuluhan disekolah terutama penyuluhan tentang pentingnya cuci tangan dengan menggunakan sabun. Dimana, masih tingginya siswa siswi sekolah dasar yang belum menerapkan Cuci Tangan Pakai Sabun, dibuktikan dengan hasil kajian yang menunjukkan angka sebesar 43,50% CTPS tidak dilakukan dengan baik. (Lihat Tabel 3.2. Kondisi Sarana Sanitasi Sekolah (tingkat sekolah/setara: SD/MI) dan Tabel 3.3. PHBS Terkait Sanitasi Pada Sekolah Dasar /MI)

Tabel 3.2.

Kondisi Sarana Sanitasi Sekolah (tingkat sekolah/setara: SD/MI)

No Kondisi Sarana Sanitasi % Sangat Baik % Baik % Kurang Baik

1 Toilet Guru 23,33 60,00 16,67

2 Toilet Siswa 33,33 46,67 20,00

3 Fasilitas Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) 60,00 30,00 10,00

4 Sarana Air Bersih 73,33 26,67 0,00

5 Pengelolaan Sampah 30,00 50,00 20,00

6 Saluran Drainase 56,67 30,00 13,33

7 Ketersediaan dana untuk kegiatan Higiene dan sanitasi 53,33 30,00 16,67

8 Pendidikan Higiene dan Sanitasi 33,33 46,67 20,00

(12)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

Tabel 3.3.

PHBS Terkait Sanitasi Pada Sekolah Dasar /MI

PHBS Terkait Sanitasi Baik % Kurang Baik %

Cuci Tangan Pakai sabun 339 56,50 261 43,50

Penggunaan Toilet 563 93,83 37 6,17

Perilaku Buang Sampah 456 76,00 144 24,00

Sumber : Kajian Sanitasi Sekolah Tahun 2014

3.3. Pengelolaan Air Limbah Domestik 3.3.1. Kelembagaan

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, maka koordinasi dan penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab di Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, baik daerah provinsi maupun kabupaten/kota, menurut indikator kinerja target 2010-2014 Kementerian Pekerjaan Umum, disebutkan indikator layanan dasar penyehatan lingkungan permukiman untuk air limbah permukiman (air limbah domestik) adalah penyediaan sistem air limbah setempat yang memadai sebesar 60%, dan sistem air limbah skala komunitas/kawasan/kota sebesar 5%, oleh dinas yang membidangi pekerjaan umum.

Pada Kabupaten Tana Toraja pengelolaan air limbah domestik menjadi tupoksi lintas SKPD yang mana secara teknis menjadi kewenangan Dinas Permukiman dan Tata Ruang dan Kantor Kebersihan, Pertamanan, Pemadam Kebakaran, Pemakaman, dan Penerangan Jalan Umum (KP4). Pengelolaan air limbah domestik juga berkaitan erat dengan tupoksi SKPD Badan Lingkungan Hidup Daerah dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah terutama dalam hal perumusan kebijakan, pengawasan maupun pembinaan.

(13)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

Institusi pemerintahan tersebut memiliki korelasi yang kuat, dimana Dinas Permukiman dan Tata Ruang dan KP4 berperan sebagai operator karena lebih bersifat teknis, dan Badan Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta Badan Perencanaan Pembangunan Daerah lebih memainkan peran sebagai regulator. Upaya-upaya preventif dan promotif menjadi bagian penting yang tidak terpisahkan dari rangkaian kegiatan pengelolaan air limbah domestik sehingga peran dari Dinas Kesehatan juga bersifat penting. (Lihat Tabel 3.4. Daftar Pemangku Kepentingan Dalam Pembangunan dan Pengelolaan Air Limbah Domestik, Tabel 3.5. Daftar Peraturan Air Limbah Domestik Kabupaten Tana Toraja)

Tabel 3.4.

Daftar Pemangku Kepentingan Dalam Pembangunan dan Pengelolaan Air Limbah Domestik

FUNGSI

PEMANGKU KEPENTINGAN Pemerintah

Kabupaten Swasta Masyarakat Perencanaan

 Menyusun Target Pengelolaan Air Limbah

domestik skala kabupaten √ - -

 Menyusun rencana program air limbah domestik

dalam rangka pencapaian target √ - -

 Menyusun rencana anggaran program air limbah

domestik dalam rangka pencapaian target √ - -

Pengadaan Sarana

 Menyediakan sarana pembuangan awal air

limbah domestik - - √

 Membangun sarana pengumpulan dan

pengolahan awal (tangki septik) - - √

 Menyediakan sarana pengangkutan dan tangki

septik ke IPLT (truk Tinja) √ - -

 Membangun jaringan dan saluran pengaliran

limbah dari sumber ke IPAL (pipa kolektor) √ - -  Membangun sarana IPLT dan atau IPAL √ √ -

(14)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

Pengelolaan

 Menyediakan layanan penyedotan lumpur tinja √ - -

 Mengelola IPLT dan atau IPAL √ - -

 Melakukan penarikan retribusi penyedotan

lumpur tinja √ - -

 Memberikan izin usaha pengelolaan air limbah domestik dan atau penyedotan air limbah

domestik √ - -

 Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (tangki septik, dan saluran

drainase lingkungan) dalam pengurusan IMB √ - -

Pengaturan dan Pembinaan

 Mengatur prosedur penyediaan layanan air limbah domestik (pengangkutan, personil, peralatan, dll)

√ - -

 Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan

dalam hal pengelolaan air limbah domestik √ - -  Memberikan sanksi terhadap pelanggaran

pengelolaan air limbah domestik - - -

Monitoring dan Evaluasi

 Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan air limbah domestik

skala kabupaten √ - -

 Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan air

limbah domestik √ - -

 Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan air limbah domestik dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan air limbah domestik.

√ - -

 Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap

baku mutu air limbah domestik √ - -

(15)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

Tabel 3.5.

Daftar Peraturan Air Limbah Domestik Kabupaten Tana Toraja

Substansi

Ketersediaan Pelaksanaan

Ket.

Ada (sebutkan) Tidak Ada Dilaksanakan Efektif Belum Efektif Dilaksanakan Dilaksanakan Tidak efektif

Air Limbah Domestik

 Target Capaian Pelayanan Pengelolaan Air Limbah Domestik di Kabupaten

Perda No. 12 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Kab. Tana Toraja 2011-2030

- - √ -

 Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kabupaten dalam penyediaan layanan pengelolaan Air Limbah Domestik

- √ - - -

 Kewajiban dan sanksi bagi pemerintah Kabupaten dalam memberdayakan masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan Air Limbah Domestik

- √ - - -

 Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau

pengembang untuk menyediakan sarana pengelolaan Air Limbah Domestik di hunian rumah

- √ - - -

 Kewajiban dan sanksi bagi Industri rumah tangga untuk menyediakan sarana pengelolaan Air Limbah Domestik di tempat usaha

- √ - - -

 Kewajiban dan sanksi bagi kantor untuk menyediakan sarana pengelolaan Air Limbah Domestik di tempat umum

- √ - - -

 Kewajiban pengelolaan air limbah domestik untuk masyarakat, industri rumah tangga, dan kantor pemilik tangki septik

- √ - - -

 Retribusi penyedotan air limbah domestik

Perda No. 6 Tahun 2011 Tentang Retribusi Jasa

Umum

- √ -

- Tata cara perizinan untuk kegiatan pembangunan air limbah domestik bagi kegiatan

permukiman, usaha rumah tangga, dan perkantoran

- √ - - -

(16)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

3.3.2. Sistem dan Cakupan Pelayanan

Limbah domestik atau sering juga disebut limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian dan kotoran manusia. Seperti pada limbah pada umumnya limbah rumah tangga merupakan buangan yang berbentuk cair, gas dan padat. Dalam air limbah terdapat bahan kimia yang sulit untuk dihilangkan dan berbahaya. Bahan kimia tersebut dapat memberi kehidupan bagi kuman-kuman penyebab penyakit disentri, tipus, kolera, dan sebagainya. Air limbah harus dikelola untuk mengurangi pencemaran. Pengelolaan air limbah dapat dilakukan dengan membuat saluran air kotor dan peresapan dengan memperhatikan beberapa hal, diantaranya tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya, tidak mengotori permukaan tanah sehingga bisa mengakibatkan tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah, mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lainnya, tidak menimbulkan bau yang mengganggu.

Kabupaten Tana Toraja pada saat ini pengelolaan black water (air limbah yang berasal dari jamban atau WC) masih sebatas pengumpulan dan penampungan, sedangkan unit pengolahan pengangkutan dan pengolahan akhir lumpur tinja atau Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) masih belum cukup memadai.

Sistem pengolahan air limbah domestik masih dikelola secara on-site system (setempat). Sistem ini meliputi tangki septik sebesar 58,90% dan cubluk 28,60% selebihnya dibuang disungai atau drainase. Berkaitan dengan tangki septik, hasil kajian EHRA 55,90% menunjukkan tangki septik masuk dalam kategori suspek aman. (Lihat Gambar 3.6. Grafik Tempat Penyaluran Akhir Tinja, Gambar 3.7. Grafik Persentase Tangki Septik Suspek Aman dan Tidak Aman) .

(17)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

Gambar 3.6.

Grafik Tempat Penyaluran Akhir Tinja

Sumber : Kajian Studi EHRA Tahun 2014

Gambar 3.7.

Grafik Persentase Tangki Septik Suspek Aman dan Tidak Aman

(18)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

Sistem pengelolaan air limbah domestik di kabupaten Tana Toraja belum berjalan efektif sebagaimana diharapkan dan itupun hanya diprakarsai oleh pemerintah, belum dilakukan oleh dunia usaha ataupun masyarakat. Dari pihak pemerintah daerah menyediakan 1 unit mobil pengangkut tinja dengan kapasitas 5 m3 yang hanya melayani wilayah kota Makale dan belum berjalan efektif. Faktor utama adalah masih rendahnya kepedulian masyarakat dalam pengelolaan air limbah dimana hal tersebut didasari oleh ketidaktahuan masyarakat kapan perlu dilakukan penyedotan lumpur tinja.

Walaupun prasarana pendukung pengelolaan air limbah seperti IPLT telah tersedia, namun sistem pengelolaan air limbah skala rumah tangga maupun tempat sarana umum masih dikelola dengan on-site system dan masih ada perilaku buang air besar sembarangan.

Sistem pengolahan air limbah domestik yang terdiri atas black water yang berasal dari tinja, urine, air pembersih dan air penggelontor. Umumnya menggunakan jamban leher angsa dengan kontruksi penampungan dan pengumpulan berupa tangki septik dan cubluk.

Pada umumnya sistem pembuangan limbah non tinja ini dialirkan melalui lubang resapan yang disalurkan melalui saluran terbuka yang dialirkan ke sistem drainase atau ke sungai. Sedangkan sistem pengelolaan limbah non tinja untuk konstruksi rumah panggung umumnya dialirkan langsung dikolong rumah dapur yang langsung di permukaan tanah dan tidak ada ada lubang peresapannya. (Lihat Peta 3.2. Peta Cakupan Layanan Pengelolaan Air Limbah Domestik, Gambar 3.8. Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Air Limbah Domestik, Tabel 3.6. Cakupan layanan air limbah domestik yang ada di Kabupaten Tana Toraja dan Tabel 3.7. Kondisi Prasarana dan Sarana Air Limbah Domestik)

(19)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

(20)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

Gambar 3.8.

Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Air Limbah Domestik

Diagram Sistem Sanitasi Air Limbah Domestik

Produk Input User Interface (A)

(B) Pengumpulan dan Penampungan / Pengolahan Awal (C) Pengangkutan / Pengaliran (D) (Semi) Pengolahan Akhir Terpusat (E)

Daur Ulang dan/atau Pembuangan Akhir

Black Water + Grey Water

(21)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

Tabel 3.6.

Cakupan layanan air limbah domestik yang ada di Kabupaten Tana Toraja

No Kecamatan/ Nama Kelurahan BABs Sarana Tidak Layak Sarana Layak

Onsite System System Offsite

Individual Berbasis Komunal Kawasan / Terpusat

(KK) Cubluk, Tangki Septik Tidak Aman (KK) Jamban Keluarga dengan Tangki Septik Aman (KK) MCK Umum /Jamban Bersama (KK) MCK++ (KK) Tangki Septik Komunal (KK) IPAL Komunal (KK) Sambungan Rumah (KK)

(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) (x)

I Kecamatan Bonggakaradeng 588 100 770 0 0 0 0 0

1 Lembang Mappa 89 41 107 0 0 0 0 0

2 Lembang Bau 192 0 8 0 0 0 0 0

3 Lembang Bua Kayu 16 7 296 0 0 0 0 0

4 Lembang Poton 92 39 99 0 0 0 0 0

5 Kelurahan Ratte Buttu 16 10 240 0 0 0 0 0

6 Lembang Bau Selatan 183 3 20 0 0 0 0 0

II Kecamatan Mengkendek 287 3.137 3.336 5 0 0 0 0

1 Lembang Uluway 0 174 40 0 0 0 0 0

2 Lembang Gasing 119 456 190 0 0 0 0 0

3 Lembang Marinding 0 326 342 0 0 0 0 0

4 Lembang Ke'pe Tinoring 54 164 233 0 0 0 0 0

5 Lembang Randanan 0 132 320 0 0 0 0 0

6 Kelurahan Tampo 29 112 210 0 0 0 0 0

7 Lembang Simbuang 29 284 287 0 0 0 0 0

8 Lembang Uluway Barat 2 152 37 0 0 0 0 0

(22)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

10 Kelurahan Tengan 0 360 225 0 0 0 0 0

11 Lembang Palipu 5 126 167 0 0 0 0 0

12 Lembang Rante Dada 0 124 151 0 0 0 0 0

13 Lembang Pa'tengko 0 101 173 0 0 0 0 0

14 Lembang Pakala 0 137 31 0 0 0 0 0

15 Kelurahan Rante Kalua 0 124 501 5 0 0 0 0

16 Lembang Buntu Tangti 49 32 248 0 0 0 0 0

17 Lembang Buntu Datu 0 211 126 0 0 0 0 0

III Kecamatan Sangalla 71 109 1.402 14 0 0 0 0

1 Lembang Kaero 60 50 228 9 0 0 0 0

2 Lembang Bulian Massabu 0 3 264 0 0 0 0 0

3 Kelurahan Tongko Sarapung 0 15 281 0 0 0 0 0

4 Kelurahan Buntu Masakke 11 20 287 5 0 0 0 0

5 Lembang Turunan 0 21 342 0 0 0 0 0

IV Kecamatan Makale 2.442 67 5.972 23 0 0 0 0

1 Kelurahan Manggau 156 7 302 0 0 0 0 0

2 Kelurahan Bombongan 881 17 705 0 0 0 0 0

3 Kelurahan Batu Papan 0 4 380 0 0 0 0 0

4 Kelurahan Tarongko 169 12 300 0 0 0 0 0

5 Kelurahan Pantan 388 0 364 0 0 0 0 0

6 Kelurahan Ariang 91 0 500 0 0 0 0 0

7 Kelurahan Lamunan 207 1 670 0 0 0 0 0

8 Kelurahan Tondon Mamullu 0 6 490 9 0 0 0 0

9 Kelurahan Rante 244 3 290 0 0 0 0 0

10 Kelurahan Buntu Burake 174 2 274 5 0 0 0 0

(23)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

12 Kelurahan Botang 126 4 290 0 0 0 0 0

13 Kelurahan Tampo 0 0 309 0 0 0 0 0

14 Lembang Lea 0 0 185 0 0 0 0 0

15 Kelurahan Lapandan 6 1 298 4 0 0 0 0

V Kecamatan Makale Utara 695 407 1.773 14 0 0 0 0

1 Kelurahan Tambunan 172 51 367 5 0 0 0 0

2 Kelurahan Bungin 194 54 180 0 0 0 0 0

3 Kelurahan Lion Tondok Iring 77 87 339 0 0 0 0 0

4 Kelurahan Sarira 157 131 586 4 0 0 0 0

5 Kelurahan Lemo 95 84 301 5 0 0 0 0

VI Kecamatan Saluputti 299 995 470 0 0 0 0 0

1 Kelurahan Pattan Ulusalu 44 98 113 0 0 0 0 0

2 Lembang Salu Tandung 57 71 71 0 0 0 0 0

3 Lembang Ratte Talonge 7 197 80 0 0 0 0 0

4 Lembang Sa'tandung 41 130 20 0 0 0 0 0

5 Lembang Salu 14 148 12 0 0 0 0 0

6 Lembang Batu Tiakka 44 136 13 0 0 0 0 0

7 Lembang Rea Tulak Langi 60 71 57 0 0 0 0 0

8 Lembang Ra'bung 22 29 93 0 0 0 0 0

9 Lembang Salu Boronan 10 115 11 0 0 0 0 0

VII Kecamatan Bittuang 1.090 1.540 707 10 0 0 0 0

1 Lembang Pali 45 78 69 0 0 0 0 0

2 Lembang Se’seng 52 83 14 0 0 0 0 0

3 Kelurahan Bittuang 51 105 71 0 0 0 0 0

4 Lembang Tiroan 44 157 127 0 0 0 0 0

5 Lembang Bau 85 159 44 0 0 0 0 0

(24)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

7 Lembang Burasia 84 88 12 0 0 0 0 0

8 Lembang Buttu Limbong 0 173 120 0 0 0 0 0

9 Lembang Kole 103 58 30 5 0 0 0 0 10 Lembang Balla 233 39 55 0 0 0 0 0 11 Lembang Patongloan 9 70 49 5 0 0 0 0 12 Lembang Sasak 150 52 11 0 0 0 0 0 13 Lembang Le’tek 85 110 45 0 0 0 0 0 14 Lembang Sandana 117 64 9 0 0 0 0 0 15 Lembang Kandua’ 0 179 12 0 0 0 0 0

VIII Kecamatan Rembon 649 2.254 1.388 13 0 0 0 0

1 Kelurahan Talion 0 294 167 0 0 0 0 0 2 Lembang Limbong 0 83 258 0 0 0 0 0 3 Lembang Sarapeang 238 164 42 0 0 0 0 0 4 Lembang Banga 156 142 52 0 0 0 0 0 5 Lembang Buri 100 125 40 0 0 0 0 0 6 Kelurahan Rembon 95 80 51 13 0 0 0 0 7 Lembang Ullin 0 204 98 0 0 0 0 0 8 Lembang Maroson 20 158 173 0 0 0 0 0 9 Lembang Palesan 0 133 288 0 0 0 0 0

10 Lembang Kayu osing 0 316 26 0 0 0 0 0

11 Lembang Batu Sura 0 207 105 0 0 0 0 0

12 Lembang To' pao 19 232 30 0 0 0 0 0

13 Lembang Bua tarrung 21 116 58 0 0 0 0 0

IX Kecamatan Rantetayo 784 563 1.272 0 0 0 0 0

1 Kelurahan Tapparan 85 97 199 0 0 0 0 0

2 Kelurahan Rantetayo 98 107 257 0 0 0 0 0

(25)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

4 Lembang Tapparan Utara 55 152 114 0 0 0 0 0

5 Kelurahan Padangiring 407 4 114 0 0 0 0 0

6 Lembang Tonglo 62 46 167 0 0 0 0 0

Sumber : Dinas Kesehatan dan Dinas Permukiman dan Tata Ruang Tahun 2013 Tabel 3.7.

Kondisi Prasarana dan Sarana Air Limbah Domestik

No Jenis Satuan Kapasitas Jumlah/

Kondisi

Keterangan Berfungsi Berfungsi Tidak

(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii)

Sistem Onsite

1 Berbasis komunal

- IPAL Komunal unit 0 0 0 -

- MCK ++ unit 0 0 0 -

- Tangki septik

komunal unit 0 0 0 -

2 Truk Tinja unit 1 1 0 -

3 IPLT : kapasitas M3/hari 22 1 0 -

Sistem Offsite

4 IPAL Kawasan/Terpusat

- kapasitas M3/hari 0 0 0 -

- sistem - 0 0 0 -

Sumber : Dinas Permukiman dan Tata Ruang Tahun 2013 3.3.3. Peran Serta Masyarakat

Pemenuhan sarana dan prasarana tentu saja sangat penting dalam pembangunan sektor sanitasi tetapi capaian tujuan secara menyeluruh selalu bermuara pada sejauh mana penyediaan sarana dan prasarana tersebut dapat memberikan manfaat bagi perbaikan kualitas hidup masyarakat. Karena pada kenyataannya, ketersediaan sarana dan prasarana hanya dapat

(26)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

berdampak positif jika masyarakat dapat memanfaatkan secara baik, yang berarti pengetahuan, wawasan dan tingkat kesadaran masyarakat merupakan bagian yang memiliki intervensi sangat signifikan dalam pembangunan sektor sanitasi terlebih mengenai pengelolaan air limbah. Pembangunan prasarana melalui program dan kegiatan yang lebih melibatkan masyarakat sebagai pelaku utama menjadi program yang berskala nasional dalam 5 tahun terakhir. Akan tetapi, di sektor sanitasi khususnya pengelolaan air limbah masih sangat kurang dibandingkan prasarana dasar lainnya. (Lihat Tabel 3.8. Daftar Program/Kegiatan Air Limbah Domestik Berbasis Masyarakat)

Tabel 3.8.

Daftar Program/Kegiatan Air Limbah Domestik Berbasis Masyarakat

No Nama Program/ Kegiatan Pelaksana /PJ Lokasi Program/ Tahun

kegiatan

Penerima

manfaat Jumlah

Sarana

Kondisi Sarana Saat Ini

Berfungsi Berfungsi Tidak

L P 1 PNPM Lingkungan Mandiri Perdesaan: Pelatihan Pengolahan Limbah dan Pembuatan Biogas BPMPL: TPK Lembang/ Kelurahan Kelurahan Lapandan Kec. Makale 2010 11 8 1 Unit - 1 Unit 2 PNPM Lingkungan Mandiri Perdesaan: Pelatihan Pengolahan Limbah dan Pembuatan Biogas BPMPL: TPK Lembang/ Kelurahan Kelurahan Ariang Kec. Makale 2010 9 6 1 Unit 1 Unit - 3 PNPM Lingkungan Mandiri Perdesaan: Pelatihan Pengolahan Limbah dan Pembuatan Biogas BPMPL: TPK Lembang/ Kelurahan Kelurahan Pattan Ulusalu Kec. Saluputti 2010 12 9 1 Unit 1 Unit - 4 PNPM Lingkungan Mandiri Perdesaan: Pelatihan Pengolahan Limbah dan Pembuatan Biogas BPMPL: TPK Lembang/ Kelurahan Lembang Batu Tiakka Kec. Saluputti 2010 10 8 1 Unit 1 Unit -

Total 42 31 4 Unit 3 Unit 1 Unit

(27)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

Pengelolaan air limbah masih membutuhkan perhatian serius dan perlu melibatkan berbagai pihak, tidak saja pemerintah tetapi yang paling utama adalah masyarakat itu sendiri karena selain sebagai obyek, saat ini masyarakat diharapkan lebih banyak memainkan peran dalam berbagai aspek pembangunan termasuk sektor sanitasi.

Kabupaten Tana Toraja, dimana masih terdapat angka buta huruf, tingkat pendidikan relatif masih minim, kondisi perekonomian yang masih membutuhkan perhatian jauh lebih besar terutama masyarakat berpenghasilan rendah, serta aksesibilitas yang relatif masih sulit, tentu saja mempengaruhi pola pikir dan perilaku hidup yang masih sangat bergantung pada kebijakan.

Dalam konteks rumah tangga, kaum perempuan cukup terlibat namun dalam pengambilan keputusan masih didominasi oleh laki-laki, padahal dalam pengelolaan sanitasi posisi perempuan sebenarnya sangat strategis dan memiliki pengaruh sangat besar. Sehubungan dengan hal tersebut maka upaya-upaya pemberdayaan masyarakat, pengarusutamaan jender serta pelibatan masyarakat berpenghasilan rendah dalam pengelolaan air limbah maupun sektor sanitasi secara umum, seharusnya dapat menjadi salah satu prioritas dan target capaian pembangunan. (Lihat Tabel 3.9. Pengelolaan Sarana Air Limbah Domestik Oleh Masyarakat)

Tabel 3.9.

Pengelolaan Sarana Air Limbah Domestik Oleh Masyarakat

No Sarana Jenis Sarana Tahun

Dibangun Lokasi

Pengelola Biaya Operasi

dan Pemeliharaan

Pengosongan Tangki Septik/IPAL

Lembaga Kondisi Waktu Layanan

1 MCK 2009 Lembang Kaero Kec. Sangalla Pengelola Objek wisata Aktif Rp. 1.000,- Tiap Pengunjung - - 2 MCK 2009 Kelurahan Sarira

Kec. Makale Utara

Pengelola Objek wisata

Aktif Rp. 1.000,- Tiap

(28)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

3 MCK 2010 Kelurahan Tondon Mamullu Kec. Makale

Pengelola

Pasar Aktif

Tidak Ada

Iuran - -

4 MCK 2010 Kelurahan Rembon Kec. Rembon

Pengelola

Pasar Aktif Tidak Ada Iuran - -

5 MCK 2011 Kelurahan Lemo

Kec. Makale Utara

Pengelola Objek wisata Aktif Rp. 1.000,- Tiap Pengunjung - -

6 MCK 2012 Kelurahan Kemali Pentalluan Kec. Makale Pengelola Terminal Aktif Rp. 1.000,- Tiap Menggunakan Sarana - -

Sumber : Kajian Peran Serta Masyarakat Tahun 2014 3.3.4. Komunikasi dan Media

Media memiliki peran penting dalam mendorong perubahan perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat. Informasi mengenai pengelolaan air limbah melalui media secara umum jarang dilakukan, baik melalui media cetak maupun media elektronik. Sejauh ini sejumlah media yang ada belum dimanfaatkan secara optimal dalam sosialisasi mengenai kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan air limbah. Informasi selama ini masih dilakukan secara insidentil berdasarkan program SKPD terkait, antara lain melalui spanduk atau papan himbauan.

Melalui berbagai program dan kegiatan penyuluhan atau sosialisasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat diharapkan agar masing-masing jajaran organisasi, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah, dapat mewujudkan masyarakat yang sadar akan pentingnya perilaku hidup sehat bagi kesehatan dirinya, keluarga dan masyarakat di sekitarnya.

Akses informasi tentang sanitasi yang diperoleh rumah tangga di Kabupaten Tana Toraja lebih dominan didapatkan dari kegiatan penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan petugas puskesmas, selain itu informasi sanitasi juga diperoleh dari berbagai sumber seperti dari tayangan televisi, koran, dan papan himbauan. Pengelolaan air limbah menunjukkan angka 10,90% untuk kegiatan penyuluhan atau sosialisasi yang pernah diikuti oleh masyarakat di

(29)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

Kabupaten Tana Toraja. (Lihat Gambar 3.9. Kegiatan Penyuluhan atau Sosialisasi yang Pernah Diikuti Di Kabupaten Tana Toraja)

Gambar 3.9.

Kegiatan Penyuluhan atau Sosialisasi yang Pernah Diikuti Di Kabupaten Tana Toraja

Sumber : Kajian Komunikasi dan Pemetaan Media Tahun 2014

3.3.5. Peran Swasta

Kontribusi pihak swasta sampai saat ini di Kabupaten Tana Toraja belum ada dalam kegiatan pengelolaan air limbah domestik. (Lihat Tabel 3.10. Penyedia Layanan Air Limbah Domestik Yang Ada Di Kabupaten Tana Toraja)

Tabel 3.10.

Penyedia Layanan Air Limbah Domestik Yang Ada Di Kabupaten Tana Toraja

No Nama Provider/Mitra Potensial Tahun Mulai Operasi/ Berkontribusi Jenis kegiatan/ Kontribusi Terhadap Sanitasi

Volume Potensi Kerjasama

(30)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

3.3.6. Pendanaan dan Pembiayaan

Anggaran Pendapatan dan Belanja, baik belanja investasi maupun operasional dan pemeliharaan yang dilakukan Pemerintah Daerah melalui SKPD terkait yang berwenang dalam operasi pengelolaan air limbah domestik pada Tahun Anggaran 2013 sebesar Rp. 1.048.232.500,00. Data dalam 4 tahun terakhir memperlihatkan alokasi anggaran untuk pembangunan sub sektor air limbah dengan rata-rata pertumbuhan 12,12%. Anggaran tersebut mayoritas membiayai kegiatan investasi berupa pembangunan sarana MCK sedangkan untuk kegiatan operasional dan pemeliharaan sejak tahun 2010 sampai tahun 2013 belum teralokasikan sama sekali.

Adapun retribusi yang bersumber dari kegiatan sub sektor air limbah domestik bersumber dari jasa penyedotan tinja yang mulai berjalan tahun 2012. (Lihat Tabel 3.11. Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi Air Limbah Domestik dan Tabel 3.12. Realisasi dan Potensi Retribusi Air Limbah Domestik)

Tabel 3.11.

Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi Air Limbah Domestik

No Sub Sektor Belanja (Rp) Rata-rata

Pertum buhan

(%)

2010 2011 2012 2013

1 Air Limbah Domestik 1.a Pendanaan Investasi air

limbah 743.770.000,00 1.036.374.480,00 900.719.000,00 1.048.232.500,00 932.273.995,00 12,12 1.b Pendanaan OM yang dialokasikan dalam APBD - - - 0,00 1.c Perkiraan biaya OM berdasarkan infrastruktur terbangun 74.377.000,00 160.213.000,00 214.469.000,00 261.037.000,00 177.524.000,00 51,97

(31)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

3.3.7. Permasalahan Mendesak

Dengan melihat kondisi sanitasi pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Tana Toraja, derajat permasalahan yang ada tergolong tinggi. Sebagian besar pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Tana Toraja mennggunakan on-site system, limbah buangan langsung dialirkan ke sungai tanpa pengelolaan terlebih dahulu sehingga mencemari air tanah dan sungai yang menjadi menara air bagi 17 kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan.

Sistem kelembagaan sanitasi masih lemah, kondisi ini menuntut peningkatan kapasitas cakupan layanan pengelolaan air limbah, terutama dalam meningkatkan kepedulian dan kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, sehingga tatanan pengelolaan air limbah domestik dapat memenuhi harapan.

Dalam rangka mendorong peningkatan kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat maka perlu dukungan media komunikasi dalam memberi informasi mengenai pentingnya hidup bersih dan sehat di masyarakat.

Permasalahan mendesak yang menjadi prioritas di Kabupaten Tana Toraja pada sektor air limbah domestik lebih kepada penyediaan sarana dan prasarana seperti sarana Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) dan peningkatan fungsi Instalasi Pengelolaan Limbah Tinja (IPLT) yang sudah ada. (Lihat Tabel 3.13. Permasalahan Mendesak)

Tabel 3.12.

Realisasi dan Potensi Retribusi Air Limbah

No SKPD Retribusi Sanitasi Tahun (Rp) Pertum buhan

(%)

2010 2011 2012 2013

1 Air Limbah Domestik

1.a Realisasi Retribusi - - 13.000.000,00 20.500.000,00 57,69

1.b Potensi Retribusi - - 35.000.000,00 35.000.000,00 0,00

(32)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

Tabel 3.13. Permasalahan Mendesak

No Permasalahan Mendesak

1

Sistem pengelolaan air limbah domestik mayoritas menggunakan on-site system (setempat) dimana limbah buangan langsung dialirkan ke sungai tanpa pengelolaan terlebih dahulu sehingga berpotensi mencemari air tanah dan sungai.

2

Kelembagaan sanitasi masih lemah, kondisi ini menuntut adanya peningkatan kapasitas cakupan layanan pengelolaan air limbah. Untuk layanan penyedotan lumpur tinja hanya melayani wilayah kota Makale dan belum berjalan secara efektif seiring masih rendahnya kepedulian masyarakat perlunya dilakukan penyedotan lumpur tinja.

3

Pendanaan dan pembiayaan masih belum mencukupi baik dari pemerintah maupun pihak swasta, sehingga berdampak pada terbatasnya penyediaan sarana dan parasarana, sistem maupun cakupan layanan pengelolaan air limbah domestik

Sumber : Kajian Pokja Sanitasi Tahun 2014 3.4. Pengelolaan Persampahan

3.4.1. Kelembagaan

Berdasarkan orientasi kerja dan kesepadanan tupoksi SKPD maka pengelolaan sub sektor persampahan secara operasional berkaitan langsung dengan Kantor Kebersihan, Pertamanan, Pemadam Kebakaran, Pemakaman, dan Penerangan Jalan Umum (KP4) dan Dinas Permukiman dan Tata Ruang, sedangkan Badan Lingkungan Hidup Daerah dan Bappeda lebih berperan dalam perumusan kebijakan serta perencanaan secara makro. Pengelolaan sub sektor persampahan tidak cukup hanya berorientasi pada upaya-upaya penyediaan sarana dan prasarana serta penyelamatan lingkungan tetapi juga sangat diintervensi oleh aspek penyehatan lingkungan dan perilaku hidup masyarakat sehingga Dinas Kesehatan juga memegang peranan penting terutama dalam tahap preventif dan promotif.

(33)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

Kantor Kebersihan, Pertamanan, Pemadam Kebakaran, Pemakaman, dan Penerangan Jalan Umum (KP4) yang memiliki mandat tupoksi langsung untuk pengelolaan sub sektor persampahan. tupoksi yang dimaksud antara lain merencanakan langkah-langkah teknik, menyusun konsep yang sifatnya teknis, melaksanakan pengawasan dan pengendalian serta monitoring dan evaluasi secara teknis kegiatan bidang kebersihan.

Merumuskan kebijaksanaan, program dan kegiatan pembangunan daerah bidang Perencanaan Wilayah meliputi sumber daya alam dan lingkungan hidup, perumahan dan pemukiman, merupakan tupoksi Bidang Perencanaan Pembangunan Fisik pada Bappeda sehingga juga memiliki keterkaitan erat dengan pengelolaan sub sektor persampahan.

Bidang Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan pada Dinas Kesehatan adalah bidang berkaitan erat dengan pengelolaan sub sektor persampahan.

Pengawasan Lingkungan, monitoring dan evaluasi adalah bidang pada Badan Lingkungan Hidup Daerah yang memiliki keterkaitan erat dengan pengelolaan sub sektor persampahan. Hal tersebut tergambar dari tupoksi yang diemban antara lain merumuskan kebijakan operasional, melaksanakan pembinaan, evaluasi implementasi program pencegahan dan pengendalian serta pemulihan kualitas lingkungan. Tupoksi tersebut kemudian menempatkan Badan Lingkungan Hidup Daerah pada posisi regulator dalam pengelolaan sub sektor persampahan.

Pengelolaan persampahan dilakukan melalui berbagai tahapan yakni perencanaan, pengadaan sarana dan prasarana, pengelolaan, pengaturan dan pembinaan serta monitoring dan evaluasi. Dalam konteks Kabupaten Tana Toraja, hal tersebut belum seluruhnya dapat terlaksana dengan baik. (Lihat Tabel 3.14. Daftar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Persampahan)

Pemerintah kabupaten sebagai salah satu pemangku kepentingan dalam hal ini masih mengalami berbagai keterbatasan, baik sumberdaya manusia, ketersediaan sarana dan prasarana termasuk Tempat Pembuangan Akhir

(34)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

(TPA), penganggaran, regulasi hingga aspek kelembagaan. Disisi lain, pihak swasta yang diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengelolaan sub sektor persampahan terutama pada posisi pengadaan sarana dan pengelolaannya, juga belum maksimal memberikan partisipasi nyata. Demikian pula dengan keterlibatan masyarakat secara langsung dalam tahapan fungsi pengelolaan persampahan, masih sangat minim. Secara keseluruhan masih terbatas pada kegiatan pengumpulan sampah dari sumber ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) itupun hanya pada lokasi-lokasi tertentu dalam lingkup layanan masih sangat kecil. Sebagian besar masih mengelola sampah dengan membakar atau bahkan membuang begitu saja ke lingkungan sekitar rumah dan sungai. Hal ini dikarenakan karena belum efektifnya beberapa peraturan mengenai persampahan. (Lihat Tabel 3.15. Daftar Peraturan Persampahan Kabupaten Tana Toraja)

Tabel 3.14.

Daftar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Persampahan

FUNGSI

PEMANGKU KEPENTINGAN Pemerintah

Kabupaten Swasta Masyarakat Perencanaan

 Menyusun Target Pengelolaan Sampah skala

kabupaten √ - -

 Menyusun rencana program persampahan

dalam rangka pencapaian target √ - -

 Menyusun rencana anggaran program

persampahan dalam rangka pencapaian target √ - -

Pengadaan Sarana

 Menyediakan sarana pewadahan sampah di

sumber sampah - - √

 Menyediakan sarana pengumpulan

(pengumpulan dari sumber sampah ke TPS) √ - √  Membangun sarana Tempat Penampungan

(35)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

 Membangun sarana pengangkutan sampah

dari TPS ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) √ - -

 Membangun sarana TPA √ - -

 Menyediakan sarana komposting √ √ √

Pengelolaan

 Mengumpulkan sampah dari sumber ke TPS √ - √

 Mengelola sampah di TPS - √ √

 Mengangkut sampah dari TPS ke TPA √ - -

 Mengelola TPA √ - -

 Melakukan pemilahan sampah √ - √

 Melakukan penarikan retribusi sampah √ - -

 Memberikan izin usaha pengelolaan sampah √ - - Pengaturan dan Pembinaan

 Mengatur prosedur penyediaan layanan sampah (jam pengangkutan, personil,

peralatan, dll) √ - √

 Melakukan sosialisasi peraturan dan

pembinaan dalam hal pengelolaan sampah √ - -  Memberikan sanksi terhadap pelanggaran

pengelolaan sampah. - - -

Monitoring dan Evalusi

 Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan sampah skala

kab/kota √ - -

 Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan

persampahan √ - -

 Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan persamapahan, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan persampahan

√ - -

(36)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

Tabel 3.15.

Daftar Peraturan Persampahan Kabupaten Tana Toraja

Peraturan

Ketersediaan Pelaksanaan

Ket

Ada (sebutkan) Tidak Ada Dilaksanakan Efektif Belum Efektif Dilaksanakan Dilaksanakan Tidak efektif

Persampahan

 Target Capaian Pelayanan Pengelolaan persampahan Kabupaten

Perda No. 12 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Kab. Tana Toraja 2011-2030

- - √ - -

 Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kabupaten dalam menyediakan layanan pengelolaan sampah

- √ - - - -

 Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kabupaten dalam memberdayakan masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan sampah

- √ - - - -

 Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk mengurangi sampah, menyediaan tempat sampah di hunian rumah dan membuang ke TPS

- √ - - - -

 Kewajiban dan sanksi bagi kantor/unit usaha di kawasan komersial/fasilitas

sosial/fasilitas umum untuk mengurangi sampah, menyediakan tempat sampah dan membuang ke TPS

- √ - - - -

 Pembagian kerja pengumpulan sampah dari sumber ke TPS, dari TPS ke TPA, pengelolaan di TPA, dan pengaturan waktu pengangkutan sampah dari TPS ke TPA.

- √ - - - -

 Kerjasama pemerintah Kabupaten dengan swasta atau pihak lain dalam pengelolaan sampah

- √ - - - -

 Retribusi pengelolaan sampah atau kebersihan

Perda No. 6 Tahun 2011 Tentang Retribusi Jasa

Umum

- √ - - -

(37)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

3.4.2. Sistem dan Cakupan Pelayanan

Kawasan Kota Makale dan sekitarnya merupakan kota sasaran pelayanan/pengelolaan sampah di Kabupaten Tana Toraja dimana masih mengacu pada pola lama hal ini dikarenakan keterbatasan sumber daya manusia baik dari petugas pengelolaan sampah maupun masyarakat penghasil sampah serta sarana dan prasarana yang memadai sehingga apa yang diamanatkan oleh Undang-Undang 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah belum bisa diterapkan dengan maksimal.

Infrastruktur persampahan yang tersedia dan digunakan oleh masyarakat hanya berupa TPS, itupun dalam jumlah terbatas dan terdapat hanya di kawasan perkotaan sebesar 11,80%. sehingga, masih banyak masyarakat yang sering membuang sampah sembarangan, misalnya di saluran air ataupun di tanah kosong bahkan disungai. 53,60% Sampah tersebut langsung dibakar, namun ada pula yang dibiarkan begitu saja. (Lihat Gambar 3.10. Grafik Pengelolaan Sampah).

Gambar 3.10.

Grafik Pengelolaan Sampah

(38)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

Ketidaktersediaan ataupun minimnya sarana dan prasarana persampahan menjadi salah satu penyebab penanganan sampah masih terabaikan, disamping kemampuan, wawasan dan kesadaran masyarakat yang juga masih rendah teruatama penerapan konsep 3R belum terinternalisasi dalam pengelolaan sampah. Disisi lain, pihak swasta maupun lembaga non pemerintah sampai saat ini belum memperlihatkan partisipasi, inisiatif dan kontribusi nyata terhadap pengelolaan persampahan. Hal ini berdampak dengan jadwal pengangkutan sampah hanya beberapa kali dalam seminggu dan 28,30% sampah tidak pernah diangkut. (Lihat Gambar 3.11. Grafik Pengangkutan Sampah)

Gambar 3.11.

Grafik Pengangkutan Sampah

Sumber : Kajian Studi EHRA Tahun 2014

Kriteria dan dasar pelayanan persampahan berdasarkan target Pembangunan Nasional adalah 70% sampah domestik dan 100% sampah non domestik harus mendapatkan penanganan melalui sistem pelayanan umum. Dalam memaksimalkan pelayanan pengelolaan persampahan perkotaan dibutuhkan arahan yang tepat, bukan hanya pada kebutuhan akan

(39)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

pendanaan tetapi juga adalah bagaimana pengelolaan kegiatan pelayanan yang terdiri atas beberapa kegiatan utama, antara lain adalah pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemerosesan akhir sampah. Disamping itu, tak bisa dipungkiri bahwa peranan masyarakat sangat besar dalam pelayanan pengelolaan persampahan dimana perlunya peningkatan kesadaran masyarakat akan lingkungan yang sehat bebas dari sampah karena sebaik apapun sarana maupun sistem pengelolaan persampahan apabila masyarakat tidak memiliki kesadaran akan tetap menjadi masalah yang tak bisa diselesaikan.

Pemerintah Kabupaten Tana Toraja belum mampu melayani persampahan secara menyeluruh, terutama untuk daerah perdesaan yang jauh dari ibukota kabupaten. Konsentrasi untuk pendistribusian sampah dari TPS ke TPA baru berkisar di kota Makale dan sekitarnya. (Lihat Peta 3.3. Peta Cakupan Layanan Persampahan)

Penanganan sampah dengan cara membakar secara terbuka (open burning) masih menjadi pilihan pertama dan utama yang dilakukan masyarakat. Padahal dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 20 Tahun 2008 tentang Juknis SPM Bidang Lingkungan Hidup, dijelaskan bahwa selain kegiatan transportasi dan industri, kegiatan pembakaran terbuka dan kawasan permukiman juga memiliki pengaruh terhadap kualitas udara. Sebagian masyarakat menganggap pembakaran sampah bukanlah sesuatu yang dapat menghawatirkan, terlebih karena Tana Toraja dengan luasan lahan yang masih sangat memadai, penggunaan bahan dan materi yang dominan masih alami, dianggap tidak memberikan intervensi terhadap kualitas udara. Padahal jika dihitung volume timbunan sampah yang dihasilkan setiap harinya dan diasumsikan paling tidak 50% dari jumlah tersebut dibakar setiap harinya, maka dapat dibayangkan seberapa besar pengaruhnya terhadap kualitas udara yang setiap saat dihirup.

Kawasan perkotaan yang meliputi Kecamatan Makale, Makale Utara dan Mengkendek, volume timbulan sampah mencapai sekitar 115,00 m3/hari atau 41.860,00 m3/tahun dengan volume sampah yang terangkut sekitar 92,93

(40)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

m3/hari atau 28.994,50 m3/tahun. Dimana, sumber timbulan sampah terbesar adalah rumah tangga (permukiman) baik yang organik maupun anorganik. Pelayanan persampahan di Kota Makale saat ini didukung oleh keberadaan sarana dan prasarana yang kondisinya jumlahnya masih minim, sehingga dalam pelaksanaan operasionalnya memiliki beban yang lebih berat, sehingga memberikan pengaruh pada keadaan dan kondisinya. Jumlah sarana dan prasarana persampahan di Kota Makale saat ini terdiri atas 7 unit gerobak sampah, 10 unit becak motor sampah, 12 unit motor sampah, 4 unit dump truck, 7 unit arm roll truck. yang kesemuannya beroperasi untuk kawasan perkotaan dengan ritasi yang berbeda-beda. (Lihat Gambar 3.12. Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Persampahan, Tabel 3.16. Sistem Pengelolaan Persampahan Yang Ada Di Kabupaten Tana Toraja dan Tabel 3.17. Kondisi Prasarana dan Sarana Persampahan Yang Ada Di Kabupaten Tana Toraja)

(41)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

(42)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

Gambar 3.12.

Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Persampahan

Diagram Sistem Sanitasi Persampahan

Produk Input User Interface (A) Pengumpulan (B)

Setempat (C) Penampungan Sementara (TPS) (D) Pengangkutan (E) (Semi) Pengolahan Akhir Terpusat (F) Daur Ulang / Pembuangan Akhir Sampah Organik dan Anorganik Lindi Dibakar

(43)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

Tabel 3.16.

Sistem Pengelolaan Persampahan Yang Ada Di Kabupaten Tana Toraja

No Kecamatan/ Nama Kelurahan Jumlah Penduduk Volume Terlayani Tidak Terlayani Timbulan Sampah 3R Institusi Pengelola TPA (orang) (m3) (%) (m3) (%) (m3) (%) (m3) (%) (m3) I Kecamatan Bonggakaradeng 7.001 0 0 0 0 0 0 0 100 14,82 1 Lembang Mappa 1.275 0 0 0 0 0 0 0 100 2,35 2 Lembang Bau 1.169 0 0 0 0 0 0 0 100 2,15

3 Lembang Bua Kayu 1.458 0 0 0 0 0 0 0 100 2,68

4 Lembang Poton 903 0 0 0 0 0 0 0 100 2,49

5 Kelurahan Ratte Buttu 1.208 0 0 0 0 0 0 0 100 3,33

6 Lembang Bau Selatan 988 0 0 0 0 0 0 0 100 1,82

II Kecamatan Mengkendek 27.670 15,50 0 0 0 0 12 7,43 88 52,17

1 Lembang Uluway 853 0 0 0 0 0 0 0 100 1,57

2 Lembang Gasing 2.726 0 0 0 0 0 0 0 100 5,01

3 Lembang Marinding 2.729 0 0 0 0 0 0 0 100 5,02

4 Lembang Ke'pe Tinoring 1.740 0 0 0 0 0 0 0 100 3,20

5 Lembang Randanan 1.872 0 0 0 0 0 0 0 100 3,44

6 Kelurahan Tampo 1.491 0 0 0 0 0 0 0 100 2,74

7 Lembang Simbuang 2.471 0 0 0 0 0 0 0 100 6,82

8 Lembang Uluway Barat 835 0 0 0 0 0 0 0 100 1,54

9 Kelurahan Lemo 715 0 0 0 0 0 0 0 100 1,32

10 Kelurahan Tengan 2.236 5,50 0 0 0 0 45 2,50 55 3,00

11 Lembang Palipu 1.249 0 0 0 0 0 0 0 100 2,30

12 Lembang Rante Dada 1.149 0 0 0 0 0 0 0 100 2,11

13 Lembang Pa'tengko 1.151 0 0 0 0 0 0 0 100 2,12

(44)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

15 Kelurahan Rante Kalua 2.696 10,00 0 0 0 0 49 4,93 51 5,07

16 Lembang Buntu Tangti 1.525 0 0 0 0 0 0 0 100 2,81

17 Lembang Buntu Datu 1.398 0 0 0 0 0 0 0 100 2,57

III Kecamatan Sangalla 6.712 0 0 0 0 0 0 0 100 12,35

1 Lembang Kaero 1.443 0 0 0 0 0 0 0 100 2,65

2 Lembang Bulian Massabu 1.051 0 0 0 0 0 0 0 100 1,93

3 Kelurahan Tongko Sarapung 1.272 0 0 0 0 0 0 0 100 2,34

4 Kelurahan Buntu Masakke 1.422 0 0 0 0 0 0 0 100 2,62

5 Lembang Turunan 1.524 0 0 0 0 0 0 0 100 2,80

IV Kecamatan Makale 34.305 92,00 0 0 0 0 69 81,00 31 36,42

1 Kelurahan Manggau 1.695 0 0 0 0 0 0 0 100 3,12

2 Kelurahan Bombongan 6.222 21,00 0 0 0 0 100 21,00 0 0

3 Kelurahan Batu Papan 1.479 0 0 0 0 0 0 0 100 2,72

4 Kelurahan Tarongko 1.828 0 0 0 0 0 0 0 100 3,36

5 Kelurahan Pantan 2.448 16,00 0 0 0 0 88 14,00 12 2,00

6 Kelurahan Ariang 2.481 0 0 0 0 0 0 0 100 4,56

7 Kelurahan Lamunan 3.806 9,40 0 0 0 0 74 7,00 26 2,40

8 Kelurahan Tondon Mamullu 2.907 22,00 0 0 0 0 91 20,00 9 2,00

9 Kelurahan Rante 2.140 0 0 0 0 0 0 0 100 3,94

10 Kelurahan Buntu Burake 1.811 7,00 0 0 0 0 86 6,00 14 1,00

11 Kelurahan Kamali Pentalluan 2.116 11,60 0 0 0 0 86 10,00 14 1,60

12 Kelurahan Botang 1.773 0 0 0 0 0 0 0 100 3,26

13 Kelurahan Tampo 1.258 0 0 0 0 0 0 0 100 2,31

14 Lembang Lea 1.168 0 0 0 0 0 0 0 100 2,15

15 Kelurahan Lapandan 1.173 5,00 0 0 0 0 60 3,00 40 2,00

(45)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

1 Kelurahan Tambunan 2.570 7,50 0 0 0 0 60 4,50 40 3,00

2 Kelurahan Bungin 1.784 0 0 0 0 0 0 0 100 3,28

3 Kelurahan Lion Tondok Iring 2.021 0 0 0 0 0 0 0 100 3,72

4 Kelurahan Sarira 3.454 0 0 0 0 0 0 0 100 9,53

5 Kelurahan Lemo 2.134 0 0 0 0 0 0 0 100 3,93

VI Kecamatan Saluputti 7.566 0 0 0 0 0 0 0 100 14,88

1 Kelurahan Pattan Ulusalu 1.047 0 0 0 0 0 0 0 100 2,89

2 Lembang Salu Tandung 882 0 0 0 0 0 0 0 100 1,62

3 Lembang Ratte Talonge 1.196 0 0 0 0 0 0 0 100 2,20

4 Lembang Sa'tandung 853 0 0 0 0 0 0 0 100 1,57

5 Lembang Salu 762 0 0 0 0 0 0 0 100 1,40

6 Lembang Batu Tiakka 875 0 0 0 0 0 0 0 100 1,61

7 Lembang Rea Tulak Langi 715 0 0 0 0 0 0 0 100 1,32

8 Lembang Ra'bung 623 0 0 0 0 0 0 0 100 1,15

9 Lembang Salu Boronan 613 0 0 0 0 0 0 0 100 1,13

VII Kecamatan Bittuang 14.733 0 0 0 0 0 0 0 100 30,55

1 Lembang Pali 716 0 0 0 0 0 0 0 100 1,32

2 Lembang Se’seng 715 0 0 0 0 0 0 0 100 1,32

3 Kelurahan Bittuang 1.016 0 0 0 0 0 0 0 100 2,80

4 Lembang Tiroan 1.384 0 0 0 0 0 0 0 100 3,82

5 Lembang Bau 1.348 0 0 0 0 0 0 0 100 3,72

6 Lembang Rembo Rembo 800 0 0 0 0 0 0 0 100 1,47

7 Lembang Burasia 899 0 0 0 0 0 0 0 100 1,65

8 Lembang Buttu Limbong 1.400 0 0 0 0 0 0 0 100 2,58

9 Lembang Kole 869 0 0 0 0 0 0 0 100 1,60

10 Lembang Balla 1.423 0 0 0 0 0 0 0 100 2,62

(46)

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

KABUPATEN TANA TORAJA

12 Lembang Sasak 886 0 0 0 0 0 0 0 100 1,63

13 Lembang Le’tek 916 0 0 0 0 0 0 0 100 1,69

14 Lembang Sandana 855 0 0 0 0 0 0 0 100 1,57

15 Lembang Kandua’ 937 0 0 0 0 0 0 0 100 1,72

VIII Kecamatan Rembon 18.396 0 0 0 0 0 0 0 100 37,76

1 Kelurahan Talion 2.027 0 0 0 0 0 0 0 100 3,73 2 Lembang Limbong 1.511 0 0 0 0 0 0 0 100 2,78 3 Lembang Sarapeang 1.880 0 0 0 0 0 0 0 100 3,46 4 Lembang Banga 1.509 0 0 0 0 0 0 0 100 4,16 5 Lembang Buri 1.158 0 0 0 0 0 0 0 100 2,13 6 Kelurahan Rembon 1.071 0 0 0 0 0 0 0 100 2,96 7 Lembang Ullin 1.246 0 0 0 0 0 0 0 100 2,29 8 Lembang Maroson 1.518 0 0 0 0 0 0 0 100 2,79 9 Lembang Palesan 1.685 0 0 0 0 0 0 0 100 4,65

10 Lembang Kayu osing 1.381 0 0 0 0 0 0 0 100 2,54

11 Lembang Batu Sura 1.352 0 0 0 0 0 0 0 100 2,49

12 Lembang To' pao 1.256 0 0 0 0 0 0 0 100 2,31

13 Lembang Bua tarrung 802 0 0 0 0 0 0 0 100 1,48

IX Kecamatan Rantetayo 10.807 0 0 0 0 0 0 0 100 24,12

1 Kelurahan Tapparan 1.629 0 0 0 0 0 0 0 100 3,00

2 Kelurahan Rantetayo 1.804 0 0 0 0 0 0 0 100 4,98

3 Lembang Madandan 2.804 0 0 0 0 0 0 0 100 7,74

4 Lembang Tapparan Utara 1.338 0 0 0 0 0 0 0 100 2,46

5 Kelurahan Padangiring 2.274 0 0 0 0 0 0 0 100 4,18

6 Lembang Tonglo 958 0 0 0 0 0 0 0 100 1,76

Gambar

Grafik Tempat Penyaluran Akhir Tinja

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan penggunaan kompensator PI-Lead telah mampu menghasilkan tegangan sebesar 5V dengan tegangan input sebesar 12 V tanpa menimbulkan overshoot ,

Keamanan jaringan Wireless dapat ditingkatkan dengan cara tidak hanya menggunakan salah satu teknik yang sudah dibahas diatas, tetapi dapat menggunakan kombinasi beberapa

Jika mahasiswa diasumsikan sudah menguasai strategi kognitif yang dapat digunakan untuk belajar mandiri, maka tujuan proses belejar mandiri dari suatu mata kuliah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi tepung cangkang kerang simping memberikan pengaruh yang sangat nyata (α = 0,01) terhadap kadar air, abu, lemak,

Pendekatan studi kasus yang dipakai dalam penelitian ini ditujukan untuk mengamati secara mendalam program bantuan dari pemerintah daerah kepada masyarakat dalam

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa triangulasi dalam penelitian ini merupakan cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan- perbedaan konstruksi kenyataan yang ada

PERUBAHAN PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP) TAHUN PAJAK

Tindakan yang dilakukan MR terhadap SP dapat dikategorikan sebagai kekerasan dalam rumah tangga dikarenakan SP yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan menetap di rumah MR