i
GEBOGAN
SEBAGAI INSPIRASI
DALAM PENCIPTAAN SENI LUKIS
PENCIPTAAN KARYA SENI
oleh
PUTU HARIMBAWA NIM 0811962021
PROGRAM STUDI SENI RUPA MURNI
JURUSAN SENI MURNI FAKULTAS SENI RUPA
INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA
2015
GEBOGAN
SEBAGAI INSPIRASI
DALAM PENCIPTAAN SENI LUKIS
PENCIPTAAN KARYA SENI
Oleh
PUTU HARIMBAWA NIM 0811962021
Tugas Akhir ini Diajukan Kepada Fakultas Seni Rupa
Institut Seni Indonesia Yogyakarta
sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)
dalam Bidang Seni Rupa Murni
2015
iii
Tugas Akhir Penciptaan Karya Seni Berjudul:
GEBOGAN SEBAGAI INSPIRASI DALAM PENCIPTAAN SENI LUKIS diajukan oleh Putu Harimbawa NIM 091 1962 021, Program Studi Seni Rupa Murni, Jurusan Seni Murni, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta, dapat diterima oleh Dewan Tim Penguji pada hari hari Selasa Juli 2015 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima.
Pembimbing I/Anggota
Amir Hamzah, S.Sn., M.A. NIP : 19700427 199903 1 003 Pembimbing II/Anggota
Mikke Susanto, S.Sn., M.A. NIP 19731022 2003121 1 001
Cognate/Anggota
I Gede Arya Sucitra, S.Sn., M.A. NIP 198000708 200604 1 002 Ketua Jurusan Seni Murni/ Ketua Program Studi Seni Rupa Murni/Anggota
Wiwik Sri Wulandari, S.Sn., M.Sn. NIP: 19760510 200112 2 001 Dekan Fakultas Seni Rupa
Institut Seni Indonesia Yogyakarta
Dr. Suastiwi, M.Des.
NIP 19590802 198803 2 002
Karya ini ku persembahkan kepada:
Kedua orang tuaku
atas segala dukungannya baik secara materi
maupun moral
yang tak pernah ada habisnya
.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa “Ida Sang Hyang Widhi Wasa” atas segala rahmat dan petunjukNya, sehingga Tugas Akhir
Penciptaan Karya Seni dengan judul GEBOGAN SEBAGAI INSPIRASI DALAM PENCIPTAAN SENI LUKIS dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat
kelulusan jenjang pendidikan Strata 1 (S-1) Minat Utama Seni Lukis, Jurusan Seni Murni, Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
Sangatlah disadari tulisan dalam laporan ini terdapat kekurangan maupun kesalahan, untuk itu sebelumnya dihaturkan permohonan maaf sehingga menjadi koreksi, dan kelak akan berguna bagi penulisan selanjutnya, serta memberi arti dan manfaat bagi para pembaca.
Banyak kendala baik secara internal maupun eksternal yang dihadapi dalam penyusunan Tugas Akhir ini. Berbagai bantuan dibutuhkan dari orang-orang baik secara fisik, moral, materi, maupun dukungan spiritual sehingga Penciptaan Tugas Akhir Karya Seni ini dapat diselesaikan. Untuk itu saya ucapkan terimakasih kepada:
1. Amir Hamzah, S.Sn., M.A. selaku pembimbing I yang telah memberikan saran-saran dan arahan dalam penciptaan karya seni maupun penulisan laporan Tugas Akhir.
2. Mikke Susanto, S.Sn., M.A. selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan cara penulisan laporan, masukan-masukan mengenai visual karya.
3. I Gede Arya Sucitra, S.Sn., M.A. Selaku Cognate/Anggota.
4. Setyo Priyo Nugroho, S.Sn.selaku Dosen Wali yang memberi bimbingan semasa kuliah di Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta. 5. Wiwik Sri Wulandari, S.Sn., M.Sn. selaku Ketua Jurusan Seni Murni,
Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta
6. Dr. Suastiwi, M.Des. selaku Dekan Fakultas Seni Rupa, Institut Seni IndonesiaYogyakarta.
7. RektorDr. M. Agus Burhan, M.Hum selaku Rektor Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
8. Seluruh Dosen Seni Rupa Murni yang memberikan ilmu pengetahuan baik secara teori maupun praktek.
9. Seluruh Staff dan Karyawan Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta.
10.Kedua orang tua I Wayan Kandiana dan Made Redati atas dukungan semangat lewat materi, serta kedua adik saya Kadek hariana dan Nyoman Hariadi trimakasi atas dukungannya selama ini, special buat calon istriku Niluh Yulyastutiasih yang selalu setia menemani dalam suka maupun duka hingga terselesaikannya Tugas Akhir ini.
11.Teman-teman seperjuangan Kelompok Daksina 08, Pageh, Tongkol, Begug, Bejo dan Bongoh, Kelompok Pio, Kelompok Lukis Detak 08, Sanggar Dewata Indonesia, dan teman-teman nongkrong di lik ciwik resto (”Bli” Kenak, Cupruk, Golek, Pekong, Bejo, Begug, Sascurek, Sedulclebink, Solar, Emblong, Godel) Pak Tu Stres (Gugagig Art Style). 12.Seluruh Mahasiswa/i ISI Yogyakarta dan teman-teman seperjuangan 2008
yang lagi membuat Tugas Akhir.
vii
Karya seni tidak ada yang sempurna, untuk itu diharapkan kritik dan saran yang membangun dari masyarakat seni yang nantinya dapat memberikan
kontribusi kepada penulis untuk selanjutnya menciptakan karya-karya yang lebih menarik dan bermanfaat.
Yogyakarta, 22 Juni 2015
Putu Harimbawa
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL KE-1 ... i
HALAMAN JUDUL KE-2 ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 2
B. Rumusan Penciptaan ... 4
C. Tujuan dan Manfaat ... 4
D. Makna Judul ... 5
BAB II. KONSEP ... 7
A. Konsep Penciptaan ... 7
B. Konsep Perwujudan ... 18
BAB III. PROSES PEMBENTUKAN ... 32
A. Bahan ... 32
B. Alat ... 34
C. Teknik ... 35
D. Tahapan Pembentukan ... 36
BAB IV. TINJAUAN KARYA ... 46
BAB V. PENUTUP ... 66
DAFTAR PUSTAKA ... 68
LAMPIRAN ... 70
A. Foto Diri Mahasiswa ... 70
B. Foto Poster Pameran ... 74
C. Foto Suasana Display Karya ... 76
ix
D. Foto Suasana Pameran ... 77 F. Katalogus ... 78
DAFTAR GAMBAR
Gambar Acuan Halaman
Gambar. 1.Gebogan atau pajegan ... 10
Gambar. 2. Pembuatan gebogan ... 11
Gambar. 3. Bagian-bagian gebogan ... 12
Gambar. 4. Canang sari ... 13
Gambar. 5. Kepet-kepetan ... 13
Gambar. 6. Buah-buahan dan jajanan ... 14
Gambar. 7. Dulang ... 14
Gambar. 8. Foto gunungan ... 16
Gambar. 9. Foto gunungan ... 17
Gambar. 10. Foto gunung merapi ... 20
Gambar. 11. Foto langit ... 20
Gambar. 12. Foto Hutan ... 21
Gambar. 13. Susunan buah pada gebogan ... 23
Gambar. 14. Foto objek yang belum mengalami deformasi ... 24
Gambar. 15. Putu Harimbawa Anugerah Alam ... 24
Gambar. 16 Deddy Paw Best Of The Best ... 25
Gambar. 17. Warna buah pada gebogan ... 27
Gambar. 18. Nyoman Gunarsa Movements in Red ... 27
Gambar Tahap Pembentukan Gambar. 19. Tahap merentangkan kain kanvas pada spanram ... 36
Gambar. 20. Tahap pengeblokan cat plamir ... 37
Gambar. 21. Alat dan bahan... 37
Gambar. 22. Observasi dalam kegiatan ... 38
Gambar. 23. Menemukan Gagasan ... 39
xi
Halaman
Gambar. 24. Membuka situs internet ... 40
Gambar. 25. Sketsa alternative pada kertas HVS……… 40
Gambar. 26. Pengeblokan kanvas dengan warna dasa……… 41
Gambar. 27. Pemindahan sketsa pada kanvas……….………. 42
Gambar. 28. Tahapan Pewarnaan dan penyinaran ……….. 43
Gambar. 29. Tahapan penekanan pada objek ……….. 43
Gambar. 30. Proses pemberian Tanda Tangan ……… 44
Gambar. 31. Melapisi Lukisan dengan varnish ……… .. 45
Gambar Karya Gambar. 32. Membakar Hijau Akrilik pada Kanvas, 180 cm x 140 cm, 2014 ………. 47
Gambar. 33. Anugerah Alam Akrilik pada Kanvas, 150 cm x 150 cm, 2014 ……….. 48
Gambar. 34. Menanti Hujan Akrilik pada Kanvas, 150 cm x 150 cm, 2014 ………. 49
Gambar. 35. Energi Akrilik pada Kanvas, 150 cm x 150 cm, 2015 ………. 50
Gambar. 36. Tabuh Merapi Akrilik pada Kanvas, 180 cm x 200 cm, 2015 ………. 51
Gambar. 37. Semesta Akrilik pada Kanvas, 140 cm x 180 cm, 2015 ……….. 52
Gambar. 38. Tunas Akrilik pada Kanvas, 150 cm x 170 cm, 2015 ……….. 53
Gambar. 39. Matahari Akrilik pada Kanvas, 150 cm x 150 cm, 2015 ………. 54
Gambar. 40. Pupus Akrilik pada Kanvas, 180 cm x 100 cm, 2015 ……….. 55
Gambar. 41. Matahari Akrilik pada Kanvas, 150 cm x 150 cm, 2015 ………. 56
Halaman
Gambar. 42. Kearifan
Akrilik pada Kanvas, 140 cm x 180 cm, 2014 ………. 57 Gambar. 43. Harmoni
Akrilik pada Kanvas, 100 cm x 100 cm, 2015 ………. 58 Gambar. 44. Genta
Akrilik pada Kanvas, 170 cm x 150 cm, 2015 ………. 59 Gambar. 45. Simbol Keagungan
Akrilik pada Kanvas, 60 cm x 60 cm, 2015 ………. 60 Gambar. 46. Penyucian
Akrilik pada Kanvas, 120 cm x 80 cm, 2014 ………. 61 Gambar. 51. Wangi
Akrilik pada Kanvas, 100 cm x 120 cm, 2015 ………. 62 Gambar. 48. Ritual
Akrilik pada Kanvas, 100 cm x 100 cm, 2015 ……….. 63 Gambar. 49. Upakara
Akrilik pada Kanvas, 100 cm x 100 cm, 2015 ……….. 64 Gambar. 50. Offering
Akrilik pada Kanvas, 130 cm x 150 cm, 2015 ………... 65 Gambar. 51. Harmoni Hijau
Akrilik pada Kanvas, 150 cm x 150 cm, 2015 ………. 66
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. Foto Diri Mahasiswa ... 72
LAMPIRAN 2. Foto Poster Pameran ... 74
LAMPIRAN 3. Foto Suasana Display Karya ... 76
LAMPIRAN 4. Foto Suasana Pameran ... 77
LAMPIRAN 5. Katalogus ... 78
BAB I PENDAHULUAN
Istilah seni telah dikenal secara umum oleh masyarakat luas, walaupun banyak makna berkenaan dengan istilah tersebut berdasarkan pengetahuan masing-masing. Memahami kesenian tidak ada habisnya, karena itulah sekian banyak definisi tentang seni. Pengertian seni yang menjadi acuan dalam tugas akhir ini dirujuk dari Soedarso SP.
“Seni adalah karya manusia yang mengkomunikasikan pengalaman-pengalaman batinnya, pengalaman-pengalaman batin tersebut disajikan secara indah atau menarik sehingga merangsang timbulnya pengalaman batin pula pada manusia lain yang menghayatinya”.1
Pengertian seni di atas dapat disimpulkan sebagai karya manusia yang mengkomunikasikan perasaan seniman ataupun pengalaman yang dialami dalam hidupnya kepada orang lain. Pengalaman itu disajikan dengan menarik sehingga menimbulkan rangsangan terhadap penikmat seni.
Seni mempunyai peranan penting dalam peradaban manusia, hal ini disebabkan oleh sifat dasar kebutuhan manusia akan keindahan sebagai salah satu pemenuhan batinnya. Sejalan dengan perkembangannya, seni yang melekat dalam segala aktivitas manusia sehari-hari berkembang sedemikian pesat sejalan dengan dinamika kehidupan manusia dari waktu ke waktu.
Untuk itu seorang seniman harus memiliki jiwa kreatif, baik itu berupa penggabungan dengan unsur-unsur yang lama maupun sesuatu yang benar-benar
1
Soedarso SP., Tinjauan Seni, (Yogyakarta: Saku Dayar Sana Yogyakarta, 1990), p. 2.
2
belum ada atau baru. Seniman diharapkan menghasilkan karakter individualitas yang khas. Seniman juga harus mampu mengkomunikasikan karyanya dengan lingkungan, karena seni itu juga merupakan bahasa perasaan yang dikomunikasikan antara seniman dan penikmat. Salah satu unsur yang menarik dapat ditampilkan dalam karya seni adalah benda-benda yang ada disekeliling kita. Sebagai masyarakat Hindu Bali yang sangat dekat dengan upacara-upacara keagamaan, dengan menggunakan berbagai sarana yang menujukan kemegahan. Tampak yang paling menonjol dalam kehidupan keagamaan Hindu Bali adalah penggunaan banten sebagai sarana upacara keagamaan. Hampir tidak ada aktifitas kehidupan yang tidak disertai dengan melakukan upacara keagamaan. Salah satu sarana upacara yang menjadi perhatian adalah gebogan yang banyak mengandung aspek artistik. Untuk diangkat dalam tugas akhir ini.
A. Latar Belakang
Masyarakat Hindu Bali dikenal relijius dan kental akan tradisi dalam kehidupan beragama serta berkeseniannya. Warisan nenek moyang yang mengandung nilai-nilai filosofis dan ajaran moral menjadi acuan masyarakat untuk berperilaku. Maka dalam pelaksanaan segala aktivitas keagamaan di masyarakat Hindu Bali tidak bisa dilepaskan dari kegiatan upacara adatnya. Hal ini menjadi salah satu rangkaian kegiatan keagamaan dalam menghubungkan, atau mendekatkan diri dengan Sang penciptanya untuk selalu berusaha bersikap seimbang terhadap alam sekitarnya. Konsep ini terggambarkan dalam dua sifat alam yang berbeda, yakni Skala alam semesta (kasat mata), maupun Niskala
(tidak kasat mata).
Dalam masyarakat Hindu Bali dikenal dengan sebutan Rwa Bhineda, yakni baik-buruk, siang-malam, nyata-tidak nyata. Hal ini dilandasi oleh kesadaran bahwa alam semesta mengandung unsur-unsur kesatuan dalam perbedaan yang satu sama lain terkait dan membentuk satu kesatuan alam semesta. Sebagai orang Bali, sejak kecil sudah dikenalkan dengan sarana
Upakara/Banten, serta terlibat langsung dalam proses pembuatannya, salah satunya adalah gebogan. Semasa kecil sudah diajarkan merangkai gebogan
dengan menyusun buah-buahan dan bunga di atas bokor sedemikian rupa agar terlihat indah. Gebogan biasanya dibuat oleh anak perempuan atau ibu-ibu, tapi karena orang tua saya tidak memiliki anak perempuan, maka sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dan semuanya laki-laki terbiasa mengerjakan sarana
upakara yang biasanya dikerjakan oleh anak perempuan. Proses pembuatannya mulai dari upakara kecil yang dibuat setiap hari maupun yang besar, biasanya dibuat pada hari-hari besar keagamaan sehingga sudah merupakan rutinitas yang wajib dilakukan sebagai masyarakat Hindu Bali untuk melestarikan tradisi leluhur dalam adat istiadat serta berkesenian.
Semasa kecil saya belum begitu memahami makna sarana upakara
tersebut. Pemahaman tentang gebogan hanya sampai bagaimana cara merangkainya agar terlihat indah. Dan pemahaman tentang sarana upakara hanya sebatas dari sisi relijius sebagai persembahan untuk Sang Pencipta. Selain sebagai sarana untuk persembahan yang memiliki nilai estetik dan artistik, melainkan memiliki esensi simbolis yang sarat akan makna filosofis dan pesan moral, untuk berusaha memahami alam dan lingkungan dengan menjaga kelestariannya.
4
Dalam tugas akhir ini akan melihat dari sudut pandang seni, gebogan merupakan salah satu karya yang sangat indah, penuh dengan unsur estetika dan artistik dari bentuk, warna, susunan, serta bagian-bagiannya sehingga secara langsung memberikan kontribusi imajinasi untuk divisualkan ke dalam karya seni lukis.
B. Rumusan penciptaan
Setiap penciptaan karya seni menghadirkan permasalahan yang menjadi dasar pijakan dalam proses penciptaan. Dalam proses penciptaan karya seni ini terdapat beberapa hal yang hendak diuraikan dalam bentuk penulisan maupun karya seni. Adapun rumusan penciptaan tersebut antara lain.
1. Apakah gebogan itu dan makna filosofisnya?
2. Persoalan apa saja yang diangkat melalui karya seni lukis yang bersumber dari visual gebogan?
3. Bagaimana mengaplikasikan bentuk, warna, dan makna filosofi gebogan
ke dalam karya seni lukis?
C. Tujuan dan maanfaat
1. Tujuan
a. Mendeskripsikan apa yang disebut gebogan dan makna filosofisnya.
b. Menjelaskan simbol persoalan yang melatar belakangi penciptaan karya seni lukis, bersumber dari visual gebogan.
c. Memvisualisasikan bentuk, warna, dan makna filosofis gebogan
kedalam karya seni lukis.
2. Manfaat
a. Memberi pengetahuan lebih tentang kebudayaan-kubudayaan Bali kepada masyarakat lain, khususnya di luar Bali.
b. Menjadi media komunikasi antara perupa, karya seni, penikmat.
D. Makna Judul
Untuk menghindari kekeliruan maka dipaparkan pengertian judul penulisan karya Tugas Akhir ini, yaitu “Gebogan sebagai Inspirasi dalam Penciptaan Seni Lukis” sebagai berikut.
Gebogan : Gebogan sarana untuk upacara keagamaan. Gebogan adalah susunan buah dan jajanan yang dihaturkan ke hadapan Hyang Widhi sebagai rasa syukur atas rejeki yang kita nikmati. Gebogan
atau pajegan yang juga disebut sebagai aturan rayunan dibuat sebagai persembahan Yadnya untuk bersyukur serta memohon
prana/prani sehingga setelah mendapat anugrah kembali kita nikmati.2
Inspirasi : Ilham, bisikan, pengaruh (dari dalam) yang membangkitkan kreatif 3
Penciptaan : Cipta: Pemusatan pikiran, angan-angan, imajinasi untuk membuat sesuatu karya; bertepekur, bersemedi; mengheningkan cipta: diam sejenak untuk memperingati, mendoakan arwah: Tuhan pencipta
2
Seperempat Abad Pesta Kesenian Bali, (Bali: Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, 2004), p.51
3
Suharso, Ana Retroningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Semarang: Widya Karya,
2009), p. 48
6
langit dan bumi, alam semesta; membuat sesuatu yang baruyang belum pernah ada; ciptaan: barang atau karya yang diciptakan4 Seni Lukis : 1. Bahasa ungkap dari pengalaman artistik maupun ideologis
yang menggunakan garis dan warna, guna mengungkapkan perasaan, mengekpresikan emosi, gerak, ilusi maupun ilustrasi dari kondisi subyektif seseorang.5
2. Suatu pengucapan pengalaman artistik yang ditumpahkan dalam bidang dua dimensional dengan menggunakan garis dan warna.6
Berdasarkan uraian di atas, maka yang dimaksud dengan “Gebogan
sebagai Inspirasi dalam Penciptaan Seni Lukis” adalah gebogan sebagai persembahan berupa susunan buah dan jajanan yang dihaturkan kehadapan Hyang Widhi sebagai bentuk rasa syukur atas rejeki yang dinikmati, menjadi ilham yang membangkitkan kreatifitas dalam imajinasi untuk menghasilkan karya. Menciptakan sesuatu yang baru dalam bahasa ungkap dari pengalaman artistik maupun ideologis yang menggunakan garis dan warna, guna mengungkapkan perasaan, mengespresikan emosi, gerak, ilusi maupun ilustrasi dari kondisi subjektif seseorang yang dibuat dalam bidang dua dimensional yaitu lukisan.
4Ibid.,p. 94 5
Nooryan Bahari, Kritik seni, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008) p. 82
6Ibid., p.11