• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM ERA INDUSTRI 4.0. Siti Rohima

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM ERA INDUSTRI 4.0. Siti Rohima"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Siti Rohima

Pengawas Pendidikan Agama Islam Kabupaten Labuhanbatu

e-mail: dsitirohima@gmail.com

Abstract: Islamic religious education is a compulsory subject from basic education to higher education provided to students who are Muslim. In accordance with government regulation number 77 of 2007 concerning religious education and Islamic religion, stipulates that Islamic religious education is very strategic in shaping the personality of children in accordance with their personality to become true Muslims. In the midst of rapid social change, especially in the industrial era 4.0, the strengthening of Islamic religious education must be improved so that the nature of children is not hampered by the development of the negative impact of the ease of life from the application of internet technology for life and life services. Efforts are needed to internalize the value of monotheism, worship, and mu'amalah so that Islamic values still exist and become fundamental values in the personality of children to become true Muslims.

Keyword: Role, Islamic Education, Industry 4.0. PENDAHULUAN

Dalam perkembangan kontemporer, keberadaan umat Islam berhadapan dengan dinamika eksternal yang semakin krusial, terutama dengan perkembangan sains dan teknologi yang semakin canggih, termasuk perubahan orientasi an. Karena itu dalam dinamika kebudaya-an, dikenalkan era industri 4.0 sebagai bentuk peluang dan sekaligus tantangan bagi pendidikan Islam untuk mampu me-respon fenomena kemajuan teknologi in-formasi, internet dan penggunaan aplikasi yang memfasilitasi seluruh aspek kehi-dupan sehingga era industri 4.0 memiliki tuntutan pada pengembangan sumber-daya manusia yang kuat imannya, dan tun-tutan pada peningkatan kualitas keteram-pilan hidup untuk dapat memperbanyak amal sholeh. Semakin banyak amal sholeh yang dibuat, maka kreativitas berpikir dan kebudayaan Islam semakin kompetititf dengan kebudayaan lain dalam mem-bangun msyarakat berbudaya.

Untuk itu, pendidikan agama Islam di sekolah, madrasah dan pesantren harus terus ditingkatkan. Sebab keberadaan

agama Islam tidak boleh tergusur dalam pemantapan sumberdaya manusia. Nilai agama Islam harus terus ditanamkan dalam kepribadian anak didik di setiap lembaga pendidikan agama Is;lam untuk memastikan bahwa Islam sebagai rah-matan lil ’alamin menjadi tanggung jawab guru agama Islam dan para da’i dalam amar ma’ruf dan nahi munkar.

Satu bagian dari dimensi pendidikan Islam adalah pendidikan keagamaan atau pendidikan agama Islam, di samping mate-matika, biologi, dan ilmu pengetahuan sosial, sejarah, ekonomi, geograpi dan lain-lain. Untuk menyampaikan mata pela-jaran kepada murid dibutuhkan guru yang profesional dengan kompetensi yang tinggi.1 Pemahaman terhadap hakikat pen-didikan agama Islam penting ditingkatkan di kalangan guru pendidikan agama Islam, dan guru mata pelajaran lainnya dalam spektrum pendidikan Islam di madrasah, sekolah dan pesantren.

1 Syafaruddin, dkk, Ilmu Pendidikan Islam,

(2)

| bagian integral dari pendidikan Islam.

Sebab pendidikan Islam adalah keselu-ruhan program yang komprehensif dalam menanamkan seluruh nilai dari aspek ajaran Islam untuk mencapai kepribadian muslim sejati. Dalam konteks ini pendi-dikan Islam mencakup lembaga, proses, dan program yang berperan dalam me-nanamkan ajaran Islam kepada setiap pribadi anak didik sehingga fitrahnya terbina menjadi kepribadian muslim sejati atau muttaqin.

Untuk itu diperlukan pemantapan pendidikan agama Islam, baik peantapan kurikulum, kualitas guru, maupun pem-belajaran sehingga pendidikan agama Islam tetap eksis dalam memenuhi kebu-tuhan anak, khususnya pengembangan fitrah sebagaimana spiritualitas anak didik. Dengan begitu, pengembangan pen-didikan agama Islam diharapkan dapat berperan sebagai sumber inspirasi, dan motivasi dalam berbuat dan berperilaku sekaligus sebagai filter atas segala dampak negatif perubahan zaman dari waktu ke waktu termasuk pada era industri 4.0. setidaknya, peran pendidikan agama Islam semakin strategis dan diutamakan sebab, jika bahaya negatif era industri 4.0 tidak diatasi, akan muncl degenerasi tauhid (kemerosotan generasi yang bertauhid), bahkan muncul kegersangan kepribadian anak-anak yang tidak kuat atau rapuh menghadapi tantangan kemajuan zaman. KAJIAN TEORI

Pengertian Pendidikan Agama Islam Perlu diperjelas di sini pemahaman tentang pendidikan agama Islam. Karena masih banyak orang yang merancukan pengertian istilah “pendidikan agama Islam” dan “pendidikan Islam”. Ada seba-gian yang menyamakan pemahaman ter-hadap kedua istilah tersebut. Kedua istilah ini dianggap sama sehingga ketika sese-orang berbicara tentang pendidikan Islam ternyata isinya terbatas pada pendidikan agama Islam atau sebaliknya ketika

sese-agama Islam justru yang dibahas di dalam-nya adalah tentang pendidikan Islam. Padahal kedua istilah itu memiliki sub-stansi yang berbeda. Pendidikan agama Islam menjadi sama dalam pendidikan keagamaan Islam.

Lebih praktis Daradjat, dkk.2 menyebutkan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha yang secara sadar dilakukan guru untuk mempengaruhi siswa dalam rangka pembentukan manu-sia beragama.

Adapun pendidikan agama Islam, dibakukan sebagai nama kegiatan dalam mendidikkan agama Islam. Sebagai mata pelajaran namanya ialah agama Islam.” Usaha-usaha dalam pendidikan agama Islam itulah yang diserbut sebagai ”pendidikan agama Islam”. Dalam hal ini pendidikan agama Islam sejajar atau sekategori dengan pendidikan matika, (nama mata pelajarannya mate-matika), pendidikan olah raga (nama mata pelajaran olah raga), pendidikan biologi (nama mata pelajaran ialah biologi), pen-didikan agama Islam (nama mata pela-jaran ialah agama Islam), dan sebagainya.3

Ahmad Tafsir sebagaimana dikutip Muhaimin4 menyebutkan bahwa pendi-dikan agama Islam (PAI) dan pendipendi-dikan Islam berbeda. Menurut Tafsir, PAI di-bakukan sebagai nama “kegiatan mendi-dikkan” agama Islam. Dengan kata lain PAI dianggap sebagai mata pelajaran yang seharusnya dinamakan “Agama Islam”, hal ini kemudian yang membuat PAI sejajar dengan pendidikan matematika, pendi-dikan olah raga, pendipendi-dikan biologi dan seterusnya. Sedangkan pendidikan Islam adalah nama sistem, yaitu sistem

2 Zakiah Daradjat, dkk, Metodik Khusus

Pengajaran Agama Islam, cet. II (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 172.

3 Beni Ahmad Saebani, Ilmu Pendidikan

Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), h.44.

4Muhaimin, Pengembangan Kurikulum

Pen-didikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005), h. 6.

(3)

dikan Islami yang memiliki komponen-komponen yang mendukung terwujudnya sosok Muslim yang ideal. Pendidikan Islam adalah pendidikan yang teori-teorinya disusun berdasarkan Alquran dan Hadis.

Muhaimin menyebutkan bahwa pen-didikan agama Islam adalah salah satu bagian dari pendidikan Islam. Menurutnya pendidikan Islam dapat dipahami dari tiga perspektif, yakni:

a. Pendidikan menurut Islam atau pen-didikan yang berdasarkan Islam, dan/atau sistem pendidikan yang Islami, yaitu pendidikan yang dipahami dan disusun dari ajaran dan nilai-nilai fundamental yang terkandung dalam sumber dasarnya, yaitu Al-quran dan Hadis. Dalam pengertian yang pertama ini, pendidikan Islam dapat berwujud pemikiran dan teori pendidikan yang mendasarkan diri atau dibangun dan dikembangkan dari sumber-sumber dasar tersebut.

b. Pendidikan ke-Islaman atau pendidikan agama Islam, yakni upaya mendidik agama Islam atau ajaran Islam dan nilai-nilainya agar menjadi way of life

(pandangan dan sikap hidup) sese-orang. Dalam pengertian yang kedua ini dapat berwujud: (1) segenap kegiatan yang dilakukan seseorang untuk mem-bantu seseorang atau sekelompok peser-ta didik dalam menanamkan dan/atau menumbuhkembangkan ajar-an Islam dajar-an nilai-nilainya untuk dijadikan sebagai pandangan hidupnya, yang diwujudkan dalam sikap hidup dan dikembangkan dalam keterampilan hidupnya sehari-hari; (2) segenap feno-mena atau peristiwa perjumpaan antara dua orang atau lebih yang dam-paknya ialah tertanamnya dan/atau tumbuh kembangnya ajaran Islam dan nilai-nilainya pada salah satu atau beberapa pihak.

c. Pendidikan dalam Islam, atau proses dan praktik penyelenggaraan pendi-dikan yang berlangsung dan berkem-bang dalam sejarah umat Islam. Dalam

arti proses bertumbuhkembangnya Islam dan umatnya, baik Islam sebagai agama, ajaran maupun system budaya dan peradaban, sejak zaman Nabi Muhammad Saw. sampai sekarang. Jadi dalam pengertian ketiga ini istilah pendidikan Islam dapat dipahami seba-gai proses pembudayaan dan pewaris-an ajarpewaris-an agama, budaya dpewaris-an per-adaban umat Islam dari generasi ke generasi sepanjang sejarahnya. 5

Sementara itu Muhammad Salih Samak sebagaimana dikutip Ramayulis6 mengartikan pendidikan agama Islam sebagai pendidikan yang berdasarkan pokok-pokok dan kajian-kajian asas yang meliputi ayat-ayat Alquran, Hadis dan kaidah-kaidah ketuhanan, muamalat, urusan pribadi manusia, tata susila dan ajaran akhlak.

Menurutnya, pemberian pengaruh agama di sini mempunyai arti ganda, yaitu: pertama sebagai salah satu sarana agama (dakwah Islamiyah) yang diperlu-kan bagi pengembangan kehidupan ke-agamaan dan kedua, sebagai salah satu sarana pencapaian tujuan pendidikan nasional.7 Adapun tujuan pendidikan nasional sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah mengembangkan kemampuan dan mengembangkan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga

5Muhaimin, Pengembangan..,h. 7-8.

Banding-kan dengan Haidar Putra Daulay, Sejarah

Pertum-buhan dan Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia, (Bandung:Citapustaka Media, 2001), h. 181.

6Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama

Islam, cet. II (Jakarta: Kalam Mulia, 1990), h. 4.

(4)

| gung jawab.

Tegasnya, pendidikan agama Islam di sekolah memiliki sifat-sifat yang khas, yaitu:

a. Pendidikan agama Islam menpunyai dua sisi kandungan, yakni: pertama, sisi keagamaan yang merupakan wahyu Ilahi dan Sunah Rasul Saw. berisikan hal-hal yang mutlak dan berada di luar jangkauan indra dan akal dan kedua,

sisi pengetahuan yang berisikan hal-hal yang dapat diindrai berbentuk pengalaman-pengalaman faktuasi atau pikir baik yang berasal dari wahyu (Alquran dan Sunah) maupun dari pemeluknya (kebudayaan).

b. Pendidikan agama Islam bersifat me-mihak. Artinya ia mengikuti garis-garis yang jelas dan pasti, tidak bisa ditolak dan ditawar atau ada keharusan untuk tetap berpegang pada ajaran-ajarannya selama hayat di kandung badan.

c. Pendidikan agama Islam merupakan pembentukan akhlak yang menekankan pada pembentukan hati nurani, me-nanamkan sifat-sifat Ilahiyah yang pasti baik hubungannya dengan Allah Swt., dengan sesamanya maupun dengan alam sekitar.

d. Pendidikan agama Islam amat fung-sional artinya terpakai sepanjang hayat. e. Pendidikan agama Islam sudah terisi sejak dari rumah. Artinya semua peserta didik sebelum memasuki lembaga pendidikan telah memiliki pengetahuan dan pengalaman agama. Dengan demikian pendidikan agama Islam dimaksudkan sebagai melurus-kan sikap dan reaksi yang tepat sehingga pengetahuan dan pengalaman agama itu terpelihara sebagai kebiasa-an dkebiasa-an milik mereka.

f. Pendidikan agama Islam hendaknya dilakukan secara menyeluruh dan sem-purna pada suatu tingkat lembaga pendidikan.8

8 Zakiyah Daradjat, dkk., Metodik..., h. 164.

Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan Bab I pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa pendidikan agama adalah pendidikan yang memberi-kan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agama-nya, yang dilaksanakan sekurang-kurang-nya melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan.9

Dari beberapa definisi di atas yang dimaksud dengan pendidikan agama Islam dalam penelitian ini adalah mata pelajaran agama Islam yang diberikan kepada peserta didik pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan.

Tujuan dan Fungsi Pembelajaran PAI Sulaiman menyebutkan bahwa tujuan pendidikan bagi anak muslim di-harapkan dapat: 10

a. Menjawab seruan Allah Swt., “Jagalah diri dan keluarga kalian dari neraka”:

اٗزاَه ۡم ُكيِل ۡه

أ َو ۡم ُك َس ُفه

َ

أ ْا ٓو ُق ْاوُى َما َء َني ِر

َ

َّلٱ اَهُّيَأٓ َي

ٞ

ظ

لَ ِغ

َ

ٌةَكِئ

ل َم اَهۡيَل َع ُةَزا َج ِح

ٓ َ

لٱ َو ُساَّىلٱ ا َه ُدو ُق َو

ۡ

ا َم َنوُلَع ۡفَي َو ۡم ُهَس َم

أ

َ

ا َم َ َّللَّٱ َنو ُصۡعَي َّلَّ ٞدا َد ِش

ٓ

َنوُس َم ۡؤُي

Artinya: ”Hai orang-orang yang ber-iman, peliharalah dirimu dan keluarga-mu dari api neraka yang bahan bakar-nya adalah manusia dan batu; penjaga-nya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS.At Tahrim ayat 6).

b. Membina akidah dan keimanan anak.

9 Tim Redaksi Fokusmedia, Himpunan

Peraturan Perundang-undangan (Bandung: Fokus Media, 2008), h. 85.

10 Abu Amr Ahmad Sulaiman, Metode

Pendidikan Anak Muslim Usia Prasekolah, terj. Ahmad Amin Sjihab, cet. I (Jakarta: Yayasan Al-Sofwa, 2000), h. 12-17.

(5)

c. Membentuk keilmuan dan pengetahuan anak.

d. Membentuk akhlak, perilaku dan sopan santun anak.

e. Membentuk sisi sosial anak.

f. Membangun sisi kejiwaan dan perasaan anak.

g. Membentuk fisik dan kesehatan tubuh anak.

h. Membentuk rasa seni, keindahan dan kreativitas anak.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat pula dipahami bahwa tujuan pendi-dikan bagi setiap anak muslim pada hakikatnya merupakan tujuan pem-belajaran pendidikan agama Islam secara umum yaitu tujuan hidup manusia itu sendiri, yakni mengabdi di hadapan-Nya.

ِنو ُدُبۡعَيِل

َّلَِّإ َسوِ ۡلۡٱَو َّن ِجۡلٱ ُتۡقَلَخ اَمَو

Artinya: ”Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku” (QS. Az Zariyat 56).

Selanjutnya tujuan umum itu dapat dijabarkan dalam tiga aspek pokok, yaitu: a. Menyempurnakan hubungan manusia

dengan khaliknya.

b. Menyempurnakan hubungan manusia dengan sesama manusia.

c. Mewujudkan keseimbangan, keselaras-an dkeselaras-an keserasikeselaras-an keselaras-antara kedua hubungan itu dan mengaktifkan kedua-duanya sejalan dan menjalin dalam pribadi.11

Sementara itu fungsi pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah yakni: 1) menambahtumbuhkan rasa keimanan yang kuat, 2) menambahkembangkan ke-biasaan dalam melakukan amal ibadah, amal saleh dan akhlak mulia dan, 3) me-numbuhkembangkan semangat untuk mengolah alam sekitar sebagai anugerah Allah Swt. kepada manusia.12

Menurut Muhaimin secara konsep-tual-teoritis pendidikan agama Islam di sekolah berfungsi sebagai: (1) pengem-bangan keimanan dan ketakwaan kepada

11 Zakiyah Daradjat, dkk., Metodik..., h. 156.

12Zakiyah Daradjat, dkk., Metodik..., h. 174.

Allah Swt. serta akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin; (2) penanaman nilai

ajaran Islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat; (3) penyesuaian mental peserta didik ter-hadap lingkungan fisik dan sosial; (4)

perbaikan kesalahan-kesalahan, kele-mahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pengamalan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari; (5)

pencegahan dari hal-hal negative budaya asing yang dihadapinya sehari-hari; (6)

pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum, sistem dan fungsionalnya; dan (7) penyaluran untuk mendalami pendidikan agama ke lembaga pendidikan yang lebih tinggi.13

Selanjutnya dalam PP RI Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan Bab II pasal 2 ayat 1 dan 2 disebutkan tentang fungsi dan tujuan pendidikan agama, ayat 1: “Pendidikan agama berfungsi membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dan mampu men-jaga kedamaian dan kerukunan hubungan inter dan antarumat beragama”, ayat 2: “Pendidikan agama bertujuan untuk ber-kembangnya kemampuan peserta didik dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama yang menyerasikan penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.14

Prinsip-prinsip Pembelajaran PAI Agar proses pembelajaran PAI sukses, secara umum setiap pendidik haruslah berpegang pada prinsip-prinsip pembelajaran PAI sebagai berikut:15

a. Berpusat pada peserta didik. Hal ini dapat dipahami bahwa peserta didik memiliki perbedaan satu sama lain

13Muhaimin, Pengembangan..,h. 40.

14Tim Redaksi Fokusmedia, Himpunan…, h.

86-87.

15 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama

Islam cet. V (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), h. 95-103.

(6)

| sebut dapat dilihat dari berbagai aspek

di antaranya: perbedaan minat dan perhatian; perbedaan cara belajar (kinestetik, auditif, visual dan intelek-tual); dan perbedaan kecerdasan. b. Belajar dengan melakukan. Artinya

pembelajaran PAI diarahkan agar peserta didik memiliki pengalaman langsung tentang pembelajaran yang sedang berlangsung.

c. Mengembangkan kemampuan sosial. Hal ini dapat dipahami bahwa pem-belajaran PAI tidak hanya meng-optimalkan kemampuan individual peserta didik secara internal, melain-kan juga mengasah kemampuan peserta didik untuk membangun hubungan dengan pihak-pihak lain. Sebab interaksi tersebut memungkin-kan terjadinya perbaimemungkin-kan pemahaman peserta didik bahkan pendalaman keislaman.

d. Mengembangkan keingintahuan. Pem-belajaran PAI diharapkan membang-kitkan rasa ingin tahu peserta didik hal ini tentu berimplikasi pada kemampuan pendidik agama Islam yang harus terus ditingkatkan.

e. Mengembangkan fitrah bertuhan. Hal ini dapat dipahami bahwa manusia adalah makhluk yang berketuhanan (homo devinous) atau makhluk yang beragama (homo religious). Bahkan sejak di alam ruh komitmen ini telah ditegaskan oleh manusia.16

f. Mengembangkan keterampilan pe-mecahan masalah. Hal ini meng-isyaratkan bahwa peserta didik perlu dilatih untuk memecahkan masalah agar ia berhasil dalam kehidupannya. g. Mengembangkan kreativitas peserta

didik. Artinya guru PAI dalam proses pembelajaran memberikan kesempatan kepada peserta didik sesuai dengan kecenderungan dan bakat masing-masing.

16QS. Al-A’raf (7) ayat 72.

gunakan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini mensyaratkan bahwa pembelajaran PAI di kelas haruslah diintegrasikan dengan IPTEK.

i. Menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik.

j. Belajar sepanjang hayat.

k. Perpaduan kompetisi, kerja sama dan solidaritas. Kegiatan pembelajaran perlu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan semangat kompetisi,17

Firman Allah yang artinya, sebagai berikut: ”Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian, terhadap Kitab-Kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah meng-hendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepada-mu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu per-selisihkan itu, kerja sama dan solidaritas.18 Menurut An-Nadwi, pendidikan dan pengajaran umat Islam hendaklah ber-sumber kepada akidah Islamiyah, karena jika pendidikan Islam tidak didasarkan pada akidah yang bersumber kepada Alqur’an dan hadis maka pendidikan tersebut bukan pendidikan Islam, tetapi pendidikan dari luar Islam, meskipun hal itu bukan merupakan kekeliruan selama

17QS. Al-Maidah (5) ayat 48.

(7)

tidak bertentangan dengan alquran dan hadis.19

Firman Allah yang sebagai berikut:”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang had-ya, dan binatang-binatang (qalaaida), dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengun-jungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan jangan-lah sekali-kali kebencian(mu) kepada se-suatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, men-dorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan ber-takwalah kamu kepada Allah, Sesungguh-nya Allah Amat berat siksa-Nya.

l. Belajar melalui keteladanan/peniruan. Hal ini mengindikasikan bahwa guru PAI haruslah menjadi sosok yang dapat diteladani sebab peserta didik belajar dengan meniru sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah Saw. sebagai pendidik yang menjadi teladan bagi umatnya. Firman Allah:

َناَك نَ ِ

لّ ٞةَى َس َح ٌة َو ۡس

ّ

أ ِ َّللَّٱ ِلو ُسَز ي ِف ۡم

ُ

ُكَل َناَك ۡدَقَّل

اٗريِث

َك َ َّللَّٱ َسَكَذَو َس ِخٓ ۡلۡٱ َمۡوَيۡلٱَو َ َّللَّٱ ْاوُجۡسَي

Artinya: ”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (ke-datangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab ayat 21).

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

19 Soiman, Metode Pendidikan Rasulullah,

(Medan: Perdana Publishing, 2019), h. 5.

datangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.

2. Belajar melalui pembiasaan. Pembiasa-an dalam pembelajarPembiasa-an PAI harus di-mulai sedini mungkin. Hasil pembiasa-an ypembiasa-ang dilakukpembiasa-an oleh pendidik adalah terciptanya suatu kebiasaan bagi peserta didik. Kebiasaan sendiri di-definisikan sebagai tingkah laku yang sifatnya otomatis tanpa direncanakan terlebih dahulu dan berlaku begitu saja tanpa dipikirkan lagi.20

3. Sejalan dengan pendapat para pakar diatas bahwa prinsip-prinsip pem-belajaran PAI bertujuan bagaimana cara agar anak didik memiliki pengalaman langsung, mengembangkan kemampuan fitrah bertuhan, kemam-puan sosial, kreativitas, keterampilan, ilmu dan teknologi serta menumbuhkan kesadaran melalui perpaduan kom-petensi keteladanan dan pembiasaan. ERA INDUSTRI 4.0. TANTANGAN BAGI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Zaman terus berubah dengan sangat cepat. Perubahan yang massif merupakan bukti pendakian kreativitas manusia me-lalui penggunaan akal pikiran tentang ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga mengubah kebudayaan manusia di muka bumi. Di abad modern ini, yang semula manusia berada pada era agraris, maka kini berada dalam era industri 4.0, yang sudah melampaui era industri yang men-cirikan perubahan dalam banyak hal terutama industri dalam berbagai bidang kehidupan (pabrikasi melalui modernisasi alat-alat pertanian, industri pabrik, pengolahan bahan jadi, dan transportasi serta informasi).

Pendidikan Islam sebagai bagian dari proses kebudayaan saat ini menghadapi faktor eksternal yaitu era industri 4.0. semua fenomena yang berubah menjadi bagian yang harus dijawab dengan inovasi

20 Edi Suardi, Pedagogik II (Bandung:

(8)

| agama Islam. Karena itu perbincangan

tentang pendidikan Islam tidak pernah selesai. Di samping karena berbagai per-soalan yang dihadapi di dunia, sejatinya pendidikan adalah idealis sekali. Para pemikir dan praktisi pendidikan Islam selalu memikirkan untuk meningkatkan baik kualitas maupun kuantitasnya.

Berbagai kesalahan masa lampau, sekarang sedang diperbaiki, tetapi besok akan memunculkan hal baru yang di-pandang suatu kelemahan. Dahulu pen-didikan Islam dianggap tradisional, sekarang dimodernisasi, maka besok akan memperlihatkan kelemahan baru yang harus dicarikan solusinya. Realitas ini sebagai refleksi dari education is without the end (pendidikan tanpa mengenal batas akhir), atau sesungguhnya pendidikan itu tidak mengenal batas akhir usaha inovatif.21

Diperlukan inovasi pendidikan agama Islam pada era baru ini. Era industri 4.0 merupakan zaman yang menggambarkan tahapan dari industri 1.0, industri, 2.0, industri 3.0, dan industri 4.0. Ekonomi otomatisasi, yang dihasilkan dari teknologi revolusi industri keempat, mengubah cara kita hidup dan bekerja. Transfer informasi tidak lagi menjadi satu-satunya lingkup lembaga pendidikan tinggi (HE). Informasi ada di mana-mana dan pengumpulan data besar berarti kita memiliki jenis informasi baru.22

Revolusi industri pertama muncul pada tahun 1780-an dengan tenaga uap, membuat manusia lebih produktif. Kemudian pada 1870-an revolusi industri kedua muncul dengan pengembangan produksi massal dan energi listrik. Revo-lusi industri ketiga muncul dengan per-kembangan Teknologi Informasi dan elektronik, yang memungkinkan produksi yang lebih efisien. Kita sekarang berada dalam fase baru di mana peleburan

21 Mujamil Komar, Menggagas Pendidikan

Islsm, (Bandung: Remaja Rosdakarya 2014), h.135.

22 Mujamil Komar, Menggagas…h. 12.

otomatisasi produksi, tetapi juga pengetahuan. Ada banyak yang bekerja untuk mengklasifikasikan dan memberi nama fenomena yang kita semua alami.23

Pendidikan agama Islam merupakan ajaran Islam yang disampaikan melalui pendidikan. Oleh sebab itu pendidikan agama Islam merupakan penafsiran atas ajaran Islam yang berisikan cara men-didikkan agama Islam kepada anak didik, baik di rumah tangga, sekolah agama maupun madrasah dan pesantren serta pada berbagai majelis taklim di masya-rakat. Dengan kata lain pendidikan agama Islam selalu berhadapan dengan ling-kungan eksternal yang kadangkala sesuai dengan ajaran ideal pendidikan agama Islam dan kadangkala tidak sesuai dengan ajaran Islam.

Para siswa hari ini (dari segala usia) dihadapkan dengan tantangan utama dalam demografi, populasi (baik yang tumbuh maupun yang menyusut), kese-hatan global, melek huruf, ketidak-setaraan, perubahan iklim, proliferasi nuklir, dan banyak lagi. Ketika siswa hari ini meninggalkan universitas, dunia revo-lusi industri ke-4 memiliki tuntutan yang sangat berbeda pada mereka daripada sebelumnya. Hampir semua orang akan bekerja dengan kecerdasan buatan. Apa yang dipelajari seseorang pada jurusan tertentu tidak akan menentukan pekerja-an atau karier seseorpekerja-ang berikutnya. Isi dan pemahaman mendalam tentang hal itu penting, tetapi juga tentang apa yang dapat dilakukan dengannya.24

Pendidikan seni liberal akan menjadi semakin penting di abad ke-21 karena ekonomi otomasi membutuhkan lebih dari sebelumnya bahwa individu mengem-bangkan fleksibilitas kognitif dan kebiasa-an pikirkebiasa-an ykebiasa-ang memungkinkkebiasa-an untuk pembelajaran seumur hidup. Kemampuan untuk mempelajari keterampilan baru,

23 Higher Education in the of The Fourth Industrial Revolution, h. 13.

(9)

menerima pendekatan baru, dan meng-atasi perubahan sosial yang berkelanjutan akan sangat penting dalam revolusi industri keempat.25

Bagian pendidikan Islam yang meng-hadapi perubahan eksternal dalam wujud revolusi industri adalah peran pendidikan agama Islam. Sebagai bagian dari pendi-dikan Islam, maka pendipendi-dikan agama Islam berhadapan dengan perubahan orientasi, baik pekerjaan maupun cara pandang dan cara hidup. Oleh sebab itu, baik pendidikan akidah, ibadah, mua-malah maupun pendidikan akhlak yang menjadi esensi pendidikan agama Islam perlu diintensifkan.26

Pemantapan pendidikan agama Islam memerlukan inovasi kurikulum, serta teknologi pembelajaran yang tidak membosankan anak didik tetapi justru semakin menarik dan penuh dialog kritis melalui teknologi pembelajaran yang meyajikan media-media baru. Pendalaman isi ajaran Islam yang ada dalam pendi-dikan agama Islam dipastikan supaya anak memiliki keyakinan ketauhidan yang kuat, mengamalkan Islam dalam kehidupan se-hari-hari, dan senantiasa merasa dekat dengan Allah swt dan memiliki ukhiwah Islamiyah yang kuat dengan amal sholeh yang menjadi kekuatan peradaban umat Islam. Meskipun gaya hidup zaman sekarang semakin glamour, penuh godaan syetan dan hawa nafsu namun anak-anak muslim tetap konsisten dengan syariat Islam dalam melawan benturan era industri yang memudahkan segala sesuatu dalam kehidupan ini.

Pendidikan agama Islam dalam keluarga menjadi hal esensial, sebab ada ada beberapa fungsi keluarga dalam kon-teks pendidikan, yaitu: Pertama, mendiri-kan syariat Allah dalam segala perma-salahan rumah tangga, kedua; mewujud-kan Sunnah Rasulullah saw. Memenuhi

25Higher Education…, h.15.

26 Didin Jamaluddin. Paradigma Pendidikan

Anak dalam Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), h. 159.

kebutuhan cinta kasih anak-anak. Naluri menyayangi anak merupakan potensi yang diciptakan bersama dengan penciptaan manusia dan binatang. Allah menmjadikan naluri itu sebagai landasan kehidupan alamiah, psikologis, dan sosial mayoritas makhluk hidup. Keluarga terutama orang tua bertanggung jawab untuk memberikan kasih saying kepada anak-anaknya. Ketiga, manjaga fitrah anak agar tidak melakukan penyimpangan.

Dikatakan bahwa revolusi industri keempat yang sedang berkembang ini akan memiliki konsekuensi yang luas dan mendalam bagi semua aktor di dunia global saat ini: bisnis, pemerintah, dan masyarakat. Namun, apa sebenarnya kon-sekuensi ini akan tetap tidak jelas dan pada dasarnya masalah spekulasi. Pertim-bangan perubahan sifat ketenagakerjaan dan keterampilan sering menonjol dalam diskusi yang ada tentang revolusi industri keempat. Jika seseorang mengambil pan-dangan fungsionalis bahwa pendidikan terutama berfungsi untuk melengkapi anggota masyarakat dengan kualitas dan keterampilan yang tepat untuk berfungsi dalam kondisi sosio-ekonomi yang ber-laku, maka pertimbangan tersebut juga dapat dianggap secara implisit tentang pendidikan dan pelatihan.

Pendidikan Islam berperan untuk membuka wawasan umat Islam tentang berbagai ilmu pengetahuan yang berbasis pada Alqur’an dan Sunnah. Alqur’an mem-berikan ide dasar dan inspirasi yang lengkap tentang ilmu pengetahuan. Dalam Alqur’an dibicarakan berbagai hal yang berkaitan dengan alam semesta, dana lam ghoib. Oleh karena itu, ilmu pendidikan Islam menyentuh objek ilmu yang sifatnya esoterik dan isoterik.27

Dalam konteks ini, pendidikan agama Islam tidak hanya berhadapan dengan proses pemantapan sejak dari pendidikan agama Islam dalam keluarga,

27 Beni Ahmad Saebani dan Hendra

(10)

| pendidikan agama Islam harus mampu

mengatasi berbagai kekurangan dalam alokasi waktu, sekaligus juga dalam penyampaian materi pendidikan agama Islam yang tidaki terjebak pada perubahan cara pandangan atas agama Islam di tengah perubahan industry dan digitali-sasi yang harus dapat memperkuat semangat kembali kepada Alqur’an dan Sunnah, baik hafalan maupun penghatan nilai-nilai Islam maupun pengamalan dan pembudayaan dalam semua aspek kehidupan individu dan kelompok serta masyarakat Islam.

PENUTUP

Pendidikan agama Islam merupakan bagian ingral pendidikan Islam yang lebih luas dan komprehensif. Karena itu pendi-dikan Islam membatasi diri pada kajian pendidikan keagamaan, khususnya pendi-dikan akidah, ibadah, muamalah, dan pendidikan akhlak serta berkenaan dengan kajian sejarah kebudayaan Islam.

perubahan yang terjadi dalam wujud industri 4.0 mencirikan masyarakat yang dinamis dalam penggunaan teknologi sebagai manifetasi dari ilmu pengetahuan teknologi pabrikasi, otomasi, robotik dan digitalisasi.

Pendidikan agama Islam dalam fungsi menyemai benih nilai-nilai agama Islam, atau internalisasi agama Islam dalam mewujudkan kepribadian muslim sejati, maka fenomena perubahan industri 4.0 perlu direspon dengan memanfaatkan media yang memudahkan pembelajaran pendidikan agama Islam. Fungsi positif era industri 4.0 berarti memudahkan dan mempercepat layanan pendidikan agama Islam, intensifikasi penanaman ajaran Islam supaya terhindari dampak negatif yang dapat mengikis nilai tauhid, akhlak, dan ibadah sebagai muslim yang harus ta’at pada perintah Allah SWT dalam kehidupan sehari-hari dan sepanjang hayat.

DAFTAR BACAAN

Daulay, Haidar Putra, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia, Bandung: Citapustaka Media, 2001.

Dradjat, Zakiah, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Cet. II, Jakarta: Bumi Aksara, 2001.

Jamaluddin, Didin, Paradigma Pendidikan Anak dalam Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2013. Komar, Mujamil, Menggagas Pendidikan Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya. 2014.

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005.

Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, cet. II, Jakarta: Kalam Mulia, 1990. Saebani, Beni Ahmad. Ilmu Pendidikan Islam 1. Bandung: Pustaka Setia. 2012. Soiman, Metode Pendidikan Rasululullaj SAW, Medan: Perdana Publishing, 2018.

Sulaiman, Abu Amr Ahmad, Metode Pendidikan Anak Muslim Usia Prasekolah, terj. Ahmad Amin Sjihab, Cet. I, Jakarta: Yayasan Al-Sofwa, 2000.

Suardi, Edi. Pedagogik II, Bandung: Angkasa, 1966.

Syafaruddin, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Hijri Pustaka Utama, 2019.

Tim Redaksi Fokusmedia, Himpunan Peraturan Perundang-undangan, Bandung: Fokus-media, 2008.

Referensi

Dokumen terkait

Perlu diingat bahwa unsur-unsur tubuh sedimen dasar yang ada dalam sistem ini sama dengan unsur-unsur tubuh sedimen yang ada di muara sungai

pada mahasiswa FKIP Universitas Lampung angkatan 2014 yang berasal dari. luar Propinsi Lampung dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu:

Disarankan kepada perusahaan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi keselamatan kerja dan membuat variasi yang baru dalam mengkomunikasikan keselamatan kerja,

pilih tidak terdaftar dalam pemilu terdaftar dalam daftar pemilih

Dari hasil pengamatan diketahui bahwa semua sampel minyak dalam keadaan cair pada suhu ruang (±27ºC) namun ketika pada suhu rendah (±5ºC) terjadi perubahan fase pada beberapa

Penelitian umumnya mencakup dua tahap, yaitu penemuan masalah dan pemecahan masalah. Penemuan masalah dalam penelitian meliputi identifikasi bidang masalah, penentuan

Analisis spasial wilayah potensial PKL menghasilkan peta tingkat wilayah potensial yang tersebar sepanjang Jalan Dr.Radjiman berdasarkan aksesibilitas lokasi dan

Gambar 3- Hubungan antara kandungan fenolik dengan aktivitas antioksidan Ekstrak Etanol Buah Psidium guajava L, Melaleuca leucadendron L, Capsicum frutescens L