BUKU PUTIH SANITASI KAB. HSU
BAB V
INDIKASI PERMASALAHAN
DAN
POSISI PENGELOLAAN SANITASI
5.1 AREA BERESIKO SANITASI
Penetapan area berisiko bertujuan untuk memetakan area (kelurahan/desa) yang berada dalam
kota/kabupaten yang memiliki tingkat resiko. Klasifikasi area berdasarkan tingkat resiko kesehatan lingkungan ini
akan menjadi salah satu pertimbangan dalam menentukan prioritas pelaksanaan program/kegiatan pembangunan
dan pengembangan sistem sanitasi. Secara umum berikut adalah bagan/skema yang memperlihatkan posisi area
beresiko sebagai dasar atau menjadi acuan dalam penyusunan peta sistem sanitasi jangka menengah.
Secara institusional, masing-masing SKPD teknis di Kabupaten Hulu Sungai Utara telah memiliki atau
memetakan area-area beresiko khususnya dinas kesehatan yang memang terkait dengan sanitasi. Program PPSP
sebagai program yang memprioritaskan sanitasi sebagai hal yang mendesak ditangani menfasilitasi pokja
kabupaten untuk memetakan kondisi sanitasi yang lebih spesifik kearah air limbah, persampahan, prohisan dan
drainase.
BUKU PUTIH SANITASI KAB. HSU
Penentuan area beresiko berdasarkan tingkat resiko sanitasi dilakukan dengan menggunakan :
(i)
Penilaian dan pemetaan sanitasi kabupaten/kota;
(ii)
Penilaian dan pemetaan kondisi sanitasi berdasarkan persepsi SKPD; dan
(iii)
Penilaian dan pemetaan kondisi sanitasi berdasarkan hasil studi EHRA
Data yang digunakan untuk proses penetapan area berisiko ini terdiri dari data sekunder yang diperoleh dari
SKPD terkait dan data primer yang diperoleh melalui survey studi EHRA dan persepsi SKPD terkait dengan kualitas,
kuantitas dan penggunaan dari sarana dan prasarana sanitasi. Observasi atau kunjungan ke kelurahan/desa sangat
dianjurkan untuk memastikan hasil proses penetapan area berisiko.
Secara detail, langkah-langkah menetapkan area berisiko sanitasi adalah sebagai berikut:
1.
Mengumpulkan data, menganalisis, dan menetapkan area berisiko berdasarkan data sekunder, termasuk
didalamnya menetapkan (i) kawasan
urban-high
,
urban-medium
,
urban-low
,
peri-urban
dan
rural
; dan (ii)
kawasan tipikal.
2.
Mengumpulkan data, menganalisis, dan menetapkan area berisiko berdasarkan data primer yaitu persepsi
SKPD.
3.
Mengumpulkan data, menganalisis, dan menetapkan area berisiko berdasarkan data primer yaitu hasil studi
EHRA.
4.
Menetapkan area berisiko (awal) berdasarkan analisis data (primer dan sekunder).
5.
Melakukan observasi/kunjungan ke kelurahan/desa untuk mengechek hasil analisis.
6.
Menyepakati dan menetapkan area berisiko final (akhir).
5.1.1 PENETAPAN AREA BERISIKO BERDASARKAN DATA SEKUNDER
Penetapan kelurahan/desa berisiko berdasarkan data sekunder adalah penetapan area berisiko
menggunakan data umum (misalnya data kepadatan penduduk dan angka kemiskinan) dan ketersediaan layanan
fasilitas sanitasi dan air minum yang dikumpulkan dari SKPD-SKPD terkait.
Data sekunder yang dikumpulkan tersebut harus sesuai dengan indikator yang disepakati dan merupakan
data terakhir dan memiliki tahun yang sama, sahih dan harus disepakati oleh anggota Pokja. Berikut adalah indikator
yang digunakan beserta pembobotan yang telah disepakati oleh anggota pokja sanitasi Kabupaten Hulu Sungai
Utara :
Persentase kepadatan penduduk (jumlah populasi, nama kelurahan/desa, jumlah RT & RW, luas wilayah
setiap kelurahan/desa) diberikan bobot 15 %
Persentase KK miskin dengan bobot 30%
Persentase layanan air minum (Sambungan Rumah dan Hidran Umum) dengan bobot 20%
Persentase ketersediaan jamban di tingkat KK dengan bobot 35 %
Persentase luas genangan (indikator ini tidak digunakan oleh pokja karena tidak tersedianya data genangan
(luas, lama dan tinggi genangan) per desa .
Berdasarkan hasil analisis data sekunder diperoleh data bahwa terdapat :
Skor 4 (Resiko sanitasi sangat tinggi) terdapat 36 desa/kelurahan
Skor 3 (Resiko sanitasi tinggi) terdapat 62 desa/kelurahan
Skor 2 (Resiko sanitasi sedang) terdapat 77 desa/kelurahan
Skor 1 (Resiko sanitasi rendah) terdapat 44 desa/kelurahan
Berikut disajikan peta area beresiko berdasarkan pembobotan yang diberikan pokja dengan menggunakan
data sekunder.
BUKU PUTIH SANITASI KAB. HSU
Peta 5.1 Area Beresiko Berdasarkan Data Sekunder
Sumber : Pokja Sanitasi Kab. HSU 2013
5.1.2 PENETAPAN AREA BERISIKO BERDASARKAN PERSEPSI SKPD
Tahap awal yang harus dilakukan pada proses ini adalah penyepakatan siapa (anggota pokja) yang akan
melakukan penilaian. Di Kabupaten Hulu Sungai Utara penilaian area beresiko disepakati anggota pokja yang
mewakili SKPD dengan rincian sebagai berikut :
Bappeda
Dinas Pekerjaan Umum
Dinas Kesehatan
Dinas Pasar, Kebersihan dan Tata Kota
PDAM
Kantor Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pada tahap ini setiap anggota Pokja yang telah disepakati memberikan penilaian kondisi sanitasi berdasarkan
persepsi atau pandangan terhadap area/kelurahan/desa yang berpotensi terkena resiko kesehatan lingkungan.
Persepsi atau pandangan tersebut diberikan berdasarkan pengamatan, pengetahuan praktis dan keahlian profesi
yang dimiliki individu anggota pokja kota/kabupaten. Persepsi setiap SKPD yang terlibat diukur menggunakan skor
atau nilai 1 s/d 4 dengan :
skor 1 = resiko rendah;
skor 2 = resiko sedang
skor 3 = resiko tinggi; dan
BUKU PUTIH SANITASI KAB. HSU
Peta 5.2 Area Beresiko Berdasarkan Penilaian/Persepsi SKPD
Sumber : Pokja Sanitasi Kab. HSU 2013
Berdasarkan peta diatas, menurut penilaian/persepsi beberapa SKPD dapat kita lihat bahwa scoring yang diberikan
pada 219 desa/kelurahan dapat diurai sebagai berikut :
Skor 4 (Resiko sanitasi sangat tinggi) terdapat 46 desa/kelurahan
Skor 3 (Resiko sanitasi tinggi) terdapat 91 desa/kelurahan
Skor 2 (Resiko sanitasi sedang) terdapat 51 desa/kelurahan
Skor 1 (Resiko sanitasi rendah) terdapat 31 desa/kelurahan
5.1.3 PENETAPAN AREA BERISIKO BERDASARKAN STUDI EHRA
Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan (Environmental Health Risk Assessment = EHRA) adalah sebuah
survey partisipatif di Kabupaten/Kota untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higienitas serta perilaku-perilaku
masyarakat pada skala rumah tangga. Data yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program
sanitasi termasuk advokasi di kabupaten/kota sampai dengan kelurahan. Data yang dikumpulkan dari studi EHRA
akan digunakan Pokja Kabupaten/Kota sebagai salah satu bahan untuk menyusun Buku Putih, penetapan area
beresiko dan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SKK).
Adanya keterbatasan dana yang disiapkan oleh pokja Kabupaten Hulu Sungai Utara untuk melaksanakan studi
EHRA sehingga metoda yang digunakan untuk penentuan target area survey melalui proses yang dinamakan
Klastering.
Proses pengambilan sampel dilakukan secara random sehingga memenuhi kaidah
”Probability
Sampling” .
Berdasarkan Kaidah ini setiap anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel.
Dengan demikian metoda sampling yang digunakan adalah “
Cluster Random Sampling”.
Adapun penetapan
klaster dilakukan berdasarkan 4 (empat) kriteria utama dalam melakukan studi EHRA yaitu :
a.
Kepadatan penduduk
yaitu jumlah penduduk per luas wilayah tertentu. Untuk mendapatkan data akurat
tentang kepadatan penduduk seharusnya menggunakan jumlah penduduk per luas wilayah terbangun, akan
tetapu data wilayah terbangun tidak tersedia sehingga hanya menggunakan luas wilayah.
BUKU PUTIH SANITASI KAB. HSU
Di Kabupaten Hulu Sungai Utara tingkat kepadatannya masih rendah karena sebagian besar lahannya
sebagian besar masih berupa daerah rawa, danau dan hanya 4,79 % yang dijadikan hunian sementara
kepadatan tinggi hanya terpusat di beberapa kecamatan saja. Sehingga disepakati kepadatan penduduknya
tidak merata akan diutamakan di kecamatan dan desa dengan kepadatan penduduk
lebih dari 25 jiwa per Ha
.
b.
Angka kemiskinan
dengan indikator yang datanya mudah diperoleh tapi cukup representatif menunjukkan
kondisi sosial ekonomi setiap kecamatan dan/atau desa/kelurahan. Sebagai contoh ukuran angka kemiskinan
bisa dihitung berdasarkan proporsi jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera 1 dengan formula
sebagai berikut:
(∑ Pra-KS + ∑ KS1)
Angka kemiskinan = --- X 100%
∑ KK
Persentase angka kemiskinan yang digunakan oleh pokja adalah hasil studi PPLS tahun 2012 dimana
diharapkan data tersebut menjadi acuan data kemiskinan yang berbeda-beda dan tersebar di beberapa SKPD.
c.
Daerah/wilayah yang dialiri sungai//saluran drainase/ saluran irigasi
yang berpotensi digunakan atau telah
digunakan sebagai sarana MCK dan pembuangan sampah oleh masyarakat setempat
d.
Daerah terkena banjir dan dinilai mengangggu ketentraman
masyarakat dengan parameter ketinggian air,
luas daerah banjir/genangan, dan lamanya surut yang bisa ditentukan oleh Pokja atau mengacu kepada SPM
PU dengan ketinggian genangan lebih dari 30 cm dan lamanya genangan lebih dari 2 jam.
Klastering wilayah dalam sebuah kabupaten/kota akan menghasilkan kategori klaster. Wilayah (kecamatan atau
desa/kelurahan) yang terdapat pada klaster tertentu dianggap memiliki karakteristik tingkat risiko kesehatan yang
identik/ homogen. Berikut adalah tabel hasil klastering yang menjadi area survey pada suatu klaster dan akan
mewakili desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey pada klaster yang sama.
Tabel Penetapan Hasil Klastering Studi EHRA
NO KLASTER KELURAHAN/DESA TERPILIH KELURAHAN/DESA JUMLAH
TERPILIH PEMBULATAN JUMLAH RESPONDEN TIAP KELURAHAN/DESA TOTAL RESPONDEN 1 0 10 1.141552511 1 40 40 2 1 35 3.99543379 4 40 160 3 2 77 8.789954338 9 40 360 4 3 93 10.61643836 10 40 400 5 4 4 0.456621005 1 40 40 TOTAL 219 25 25 40 1000
BUKU PUTIH SANITASI KAB. HSU
Studi EHRA berfokus pada fasilitas sanitasi dan perilaku masyarakat, seperti:
A. Fasilitas sanitasi yang diteliti mencakup:
1.
Sumber air minum,
2.
Layanan pembuangan sampah,
3.
Jamban,
4.
Saluran pembuangan air limbah rumah tangga.
B. Perilaku yang dipelajari adalah yang terkait dengan higienitas dan sanitasi dengan mengacu kepada STBM:
1.
Buang air besar
2.
Cuci tangan pakai sabun,
3.
Pengelolaan air minum rumah tangga,
4.
Pengelolaan sampah dengan 3R
5.
Pengelolaan air limbah rumah tangga (drainase lingkungan)
Berdasarkan penilaian aspek teknis (fasilitas sanitasi) dan non teknis (perilaku masyarakat) di dapatkan indeks
resiko sanitasi (IRS) Kabupaten Hulu Sungai Utara yang dapat dilihat pada grafik berikut ini :
Sumber : Analisis EHRA Kab. HSU 2013
Dari grafik diatas dapat kita lihat bahwa faktor yang sangat mempengaruhi tingginya risiko sanitasi di Kabupaten
Hulu Sungai Utara tahun 2013 menurut tingkat besarnya nilai risiko adalah sebagai berikut :
- Genangan air
- Air limbah domestik termasuk tinja
- Persampahan
- Perilaku higiene dan sanitasi
- Sumber air.
Pemetaan area beresiko berdasarkan studi EHRA dapat kita lihat pada peta berikut dimana secara umum
Kabupaten Hulu Sungai Utara memiliki area beresiko sanitasi cukup banyak, setelah dilakukan studi EHRA hasilnya
pun tetap sama.
BUKU PUTIH SANITASI KAB. HSU
Peta 5.3 Peta Area Beresiko Berdasarkan studi EHRA
Sumber : Pokja Sanitasi Kab. HSU 2013
Dari peta diatas, area-area beresiko sanitasi berdasarkan studi EHRA tersebar di 219 desa/kelurahan namun lebih
didominasi warna merah dan kuning yang berarti resiko sanitasinya sangat tinggi dan tinggi, rinciannya adalah
sebagai beriku :
Skor 4 (Resiko sanitasi sangat tinggi) terdapat 81 desa/kelurahan
Skor 3 (Resiko sanitasi tinggi) terdapat 128 desa/kelurahan
Skor 2 (Resiko sanitasi sedang) terdapat 0 desa/kelurahan
Skor 1 (Resiko sanitasi rendah) terdapat 10 desa/kelurahan
5.1.4 PENETAPAN AREA BERISIKO SANITASI
Kesepakatan akhir (
agreed score)
area berisiko, yang merupakan daftar urutan prioritas kelurahan/desa, disusun
dengan langkah-langkah berikut ini:
1. Menyandingkan seluruh hasil penilaian (data sekunder, persepsi SKPD, data EHRA)
2. Seluruh anggota pokja mendiskusikan dan menyepakati pembobotan ketiga instrumen tersebut dan disepakati
pembobotan untuk masing-masing instrumen adalah :
Bobot Persepsi SKPD adalah 25 %
Bobot Data Sekunder adalah 25 %
Bobot Data EHRA adalah 50%
BUKU PUTIH SANITASI KAB. HSU
3. Melakukan observasi lapangan untuk memastikan/mengecheck bahwa penetapan area berisiko ini sesuai dengan
kondisi lapangan, namun anggota pokja menganggap bahwa kondisi tersebut memang sudah sesuai dengan
kondisi yang ditemukan di lapangan.
Hasil penetapan area berisiko sanitasi dituangkan dan disajikan dalam bentuk peta dan tabel dibawah ini yang
memperlihatkan area-area (kelurahan/desa) dengan tingkat resiko yang telah ditetapkan atau disepakati bersama.
Berdasarkan area beresiko tersebut dapat kita lihat terdapat 184 desa/kelurahan yang menjadi wilayah prioritas
penanganan dan dalam tabel selanjutnya juga dicantumkan area-area beresiko yang masuk kategori 4 dan kategori
3 dan penyebab utamanya.
Dengan menggunakan peta dasar adalah peta administratif kabupaten Hulu Sungai Utara, penggambaran atau
layout dari area beresiko sanitasi disepakati dengan warna :
skor 4 diberi warna merah;
skor 3 diberi warna kuning;
skor 2 diberi warna hijau;
skor 1 diberi warna biru.
Penyebaran area beresiko sanitasi di Kabupaten Hulu Sungai Utara dapat kita lihat pada peta berikut ini dimana
penyebaran area dengan skor 4,3 ,2 dan 1 dirinci sebagai berikut:
Skor 4 (Resiko sanitasi sangat tinggi) terdapat 83 desa/kelurahan
Skor 3 (Resiko sanitasi tinggi) terdapat 101 desa/kelurahan
Skor 2 (Resiko sanitasi sedang) terdapat 25 desa/kelurahan
Skor 1 (Resiko sanitasi rendah) terdapat 10 desa/kelurahan
Peta 5.4 Peta Area Beresiko Sanitasi Kabupaten Hulu Sungai Utara
BUKU PUTIH SANITASI KAB. HSU
BUKU PUTIH SANITASI KAB. HSU
Tabel 5.xx Area Beresiko Sanitasi dan Penyebabnya
No
Area Beresiko
Wilayah Prioritas
Penyebab Utama Resiko
1.
Resiko 4
Kecamatan Sungai
Pandan
Rantau Karau Hilir
Pondok Babaris
Sampah, Limbah domestik, genangan
Sampah, Limbah domestik, genangan
Banyu Tajun Hulu
Sampah, Limbah domestik, genangan
Pangkalan Sari
Sampah, Limbah domestik, genangan
Banyu Tajun Hilir
Sampah, Limbah domestik, genangan
Rantau Karau Hulu
Sampah, Limbah domestik, genangan
Rantai Karau Tengah Sampah, Limbah domestik, genangan
Rantau Karau Raya
Sampah, Limbah domestik, genangan
Teluk Sinar
Sampah, Limbah domestik, genangan
Tambalang
Limbah domestik, Genangan, PHBS
Tambalang Tengah
Sampah, Limbah domestik, genangan
Tambalang Kecil
Sampah, Limbah domestik, genangan
Putat Atas
Genangan, Limbah domestik,
Sampah
Padang Bangkai
Sampah, Limbah domestik, genangan
Kecamatan Sungai
Tabukan
Gelagah
Nelayan
Sampah, Limbah domestik, genangan
Sampah, Limbah domestik, genangan
Pematang Benteng
Hilir
Sampah, Limbah domestik, genangan
Pasar Sabtu
Sampah, Limbah domestik, genangan
Hilir Mesjid
Genangan, Limbah domestic,
sampah
Gampa Raya
Limbah domestik, Genangan, PHBS
Banua Hanyar
Sampah, Limbah domestik, genangan
Sungai Haji
Sampah, Limbah domestik, genangan
Rantau Bujur Darat
Sampah, Limbah domestik, genangan
Kecamatan Amuntai
Selatan
Ilir Masjid
Telaga Hanyar
Sampah, Limbah domestik, genangan
Sampah, Limbah domestik, genangan
Harusan Telaga
Limbah domestik, Genangan, PHBS
Pulau Tambak
Sampah, Limbah domestik, genangan
Bajawit
Limbah domestik, Genangan, PHBS
Padang Tanggul
Sampah, Limbah domestik, genangan
Kecamatan
Paminggir
Paminggir
Ambahai
Limbah domestik, Genangan, PHBS
Sampah, Limbah domestik, genangan
Sapala
Limbah domestik, Genangan, PHBS
Bararawa
Limbah domestik, Genangan, PHBS
Pal Batu
Limbah domestik, Genangan, PHBS
Tampakang
Limbah domestik, Genangan, PHBS
Kecamatan Haur
Gading
Haur Gading
Sampah, Limbah domestik, genangan
Kecamatan Amuntai
Tengah
Danau Cermin
Pinangkara
Limbah domestik, Genangan, PHBS
Sampah, Limbah domestik, genangan
Pinang Habang
Sampah, Limbah domestik, genangan
Mawar Sari
Sampah, Limbah domestik, genangan
Datu Kuning
Sampah, Limbah domestik, genangan
BUKU PUTIH SANITASI KAB. HSU
Rantawan
Sampah, Limbah domestik, genangan
Pasar Senin
Limbah domestik, Genangan, PHBS
Kecamatan Amuntai
Utara
Panangkalaan
Padang Basar
Sampah, Limbah domestik, genangan
Sampah, Limbah domestik, genangan
Panangian
Sampah, Limbah domestik, genangan
Sungai Turak Dalam
Sampah, Limbah domestik, genangan
Muara baruh
Sampah, Limbah domestik, genangan
Air Tawar
Sampah, Limbah domestik, genangan
Tayur
Sampah, Limbah domestik, genangan
Kecamatan Banjang Banjang
Sampah, Limbah domestik, genangan
Baringin
Sampah, Limbah domestik, genangan
Kalintamui
Limbah domestik, Genangan, PHBS
Pandulangan
Limbah domestik, Genangan, PHBS
Danau terati
Sampah, Limbah domestik, genangan
Teluk Serikat
Limbah domestik, Genangan, PHBS
Pulau Damar
Sampah, Limbah domestik, genangan
Kecamatan Babirik
Sungai Durait Tengah Limbah domestik, Genangan, PHBS
Hambuku Baru
Sampah, Limbah domestik, genangan
Murung Panti Hulu
Limbah domestik, Genangan, PHBS
Sungai Papuyu
Limbah domestik, Genangan, PHBS
Kalumpang Luar
Sampah, Limbah domestik, genangan
Kalumpang Dalam
Limbah domestik, Genangan, PHBS
Sungai Nyiur
Sampah, Limbah domestik, genangan
Sungai Dalam
Limbah domestik, Genangan, PHBS
Pajukungan
Limbah domestik, Genangan, PHBS
Pajukungan Hulu
Kecamatan Danau
Panggang
Sungai Namang
Sungai Panangah
Limbah domestik, Genangan, PHBS
Limbah domestik, Genangan, PHBS
Sarang burung
Limbah domestik, Genangan, PHBS
Telaga Mas
Limbah domestik, Genangan, PHBS
Manarap Hulu
Sampah, Limbah domestik, genangan
Manarap
Sampah, Limbah domestik, genangan
Longkong
Limbah domestik, Genangan, PHBS
Bitin
Sampah, Limbah domestik, genangan
Baru
Sampah, Limbah domestik, genangan
Teluk Masjid
Sampah, Limbah domestik, genangan
Darussalam
Sampah, Limbah domestik, genangan
Pandamaan
Sampah, Limbah domestik, genangan
Danau Panggang
Sampah, Limbah domestik, genangan
Rintisan
Sampah, Limbah domestik, genangan
BUKU PUTIH SANITASI KAB. HSU
No
Area Beresiko
Wilayah Prioritas
Penyebab Utama Resiko
1.
Resiko 3
Kecamatan Sungai
Pandan
Banyu tajun dalam
Tapus dalam
Genangan, Limbah domestic, sampah
Genangan, Limbah domestic, sampah
Teluk masjid
Sampah, Limbah domestic, genangan
Tatau Laban
Genangan, Limbah domestic, sampah
Hambuku Tengah
Genangan, Limbah domestic, sampah
Hambuku Pasar
Genangan, Limbah domestic, sampah
Hambuku Raya
Limbah domestic, genangan, PHBS
Hambuku Hulu
Limbah domestic, genangan, PHBS
Sungai Pandan Hulu
Limbah domestic, genangan, PHBS
Sungai Pandan
Sampah, Limbah domestic, genangan
Sungai Sandung
Limbah domestic, genangan, PHBS
Sungai Pinang
Genangan, Limbah domestic, sampah
Pandulangan
Genangan, Limbah domestic, sampah
Kecamatan Sungai
Tabukan
Teluk Cati
Gelagah Hulu
Sampah, Limbah domestic, genangan
Limbah domestic, genangan, PHBS
Sungai Tabukan
Limbah domestic, genangan, PHBS
Pematang Benteng
Sampah, Limbah domestic, genangan
Kecamatan Amuntai
Selatan
Keramat
Panyiuran
Genangan, Limbah domestic, sampah
Genangan, Limbah domestic, sampah
Cempaka
Limbah domestic, genangan, PHBS
Ujung Murung
Sampah, limbah domestic, genangan
Jarang Kuantang
Limbah domestic, genangan, PHBS
Kota Raja
Genangan, sampah, limbah domestic
Jumba
Genangan, Limbah domestic, sampah
Cangkering
Limbah domestic, genangan, PHBS
Simpang empat
Genangan, Limbah domestic, sampah
Rukam Hilir
Genangan, Limbah domestic, sampah
Mamar
Sampah, Limbah domestic, genangan
Teluk Sari
Genangan, Limbah domestic, sampah
Telaga Silaba
Limbah domestic, genangan, PHBS
Banyu Hirang
Genangan, Limbah domestic, sampah
Kayakah
Limbah domestic, genangan, PHBS
Murung Panggang
Limbah domestic, genangan, PHBS
Kecamatan
Paminggir
Paminggir Seberang
Limbah domestik, genangan, PHBS
Kecamatan Amuntai
Tengah
Tapus
Limbah domestik, genangan, PHBS
Muara Tapus
Sampah, limbah domestic, genangan
Kandang Halang
Gengangan, limbah domestic, sampah
Kembang Kuning
Limbah domestik, genangan, PHBS
Kota Raden
Gengangan, limbah domestic, sampah
Kota Raden Hilir
Gengangan, limbah domestic, sampah
Sungai Karias
Sampah, limbah domestic, genangan
Tangga Ulin Hulu
Sampah, limbah domestic, genangan
Tangga Ulin Hilir
Sampah, limbah domestic, genangan
Antasari
Genangan, sampah, limbah domestic
Murung Sari
Sampah, limbah domestic, genangan
Palampitan Hilir
Genangan, sampah, limbah domestic
BUKU PUTIH SANITASI KAB. HSU
Sungai Malang
Genangan, sampah, limbah domestic
Sungai Baring
Gengangan, limbah domestic, sampah
Harus
Limbah domestik, genangan, PHBS
Kecamatan Amuntai
Utara
Pamintangan
Pakacangan
Sampah, limbah domestic, genangan
Limbah domestik, genangan, PHBS
Cakeru
Limbah domestik, genangan, PHBS
Panangkalaan Hulu
Sampah, limbah domestic, genangan
Padang Basar Hilir
Limbah domestik, genangan, PHBS
Murung Karangan
Sampah, limbah domestic, genangan
Kamayahan
Limbah domestik, genangan, PHBS
Kuangan
Limbah domestik, genangan, PHBS
Telaga Bemban
Sampah, limbah domestic, genangan
Tabalong Mati
Genangan, limbah domestic, sampah
Panyaungan
Sampah, limbah domestic, genangan
Pandawanan
Genangan, limbah domestic, sampah
Pimping
Genangan, limbah domestic, sampah
Padang Luar
Sampah, limbah domestic, genangan
Guntung
Sampah, limbah domestic, genangan
Kecamatan Banjang Pawalutan
Genangan, limbah domestic, sampah
Kalintamui
Limbah domestik, genangan, PHBS
Palanjungan Sari
Limbah domestik, genangan, PHBS
Kaludan Besar
Limbah domestik, genangan, PHBS
Kaludan Kecil
Limbah domestik, genangan, PHBS
Rantau Bujur
Limbah domestik, genangan, PHBS
Karias Dalam
Limbah domestik, genangan, PHBS
Lok Bangkai
Limbah domestik, genangan, PHBS
Patarikan
Limbah domestik, genangan, PHBS
Teluk Buluh
Limbah domestik, genangan, PHBS
Garunggang
Limbah domestik, genangan, PHBS
Baruh Tabing
Limbah domestik, genangan, PHBS
Pulau Damar
Sampah, Limbah domestic, genangan
Kecamatan Babirik Murung Kupang
Limbah domestik, genangan, PHBS
Babirik Hilir
Limbah domestik, genangan, PHBS
Babirik Hulu
Limbah domestik, genangan, PHBS
Sungai Jamjam
Sampah, Limbah domestic, genangan
Sungai Durait Hilir
Limbah domestik, genangan, PHBS
Sungai Durait Hulu
Limbah domestik, genangan, PHBS
Hambuku Lima
Limbah domestik, genangan, PHBS
Hambuku Hilir
Limbah domestik, genangan, PHBS
Murung Panti Hilir
Limbah domestik, genangan, PHBS
Teluk Limbung
Limbah domestik, genangan, PHBS
Sungai Luang Hilir
Limbah domestik, genangan, PHBS
Parupukan
Limbah domestik, genangan, PHBS
Sungai Luang Hulu
Sampah, Limbah domestic, genangan
Kecamatan Haur
Gading
Palimbang Gusti
Lok Soga
Sampah, limbah domestic, genangan
Limbah domestic, genangan, PHBS
Palimbang Sari
Sampah, limbah domestic, genangan
Jingah Bujur
Limbah domestic, genangan, PHBS
Tambak Sari Panji
Limbah domestic, genangan, PHBS
BUKU PUTIH SANITASI KAB. HSU
Polantani
Limbah domestic, genangan, PHBS
Sungai Limas
Limbah domestic, genangan, PHBS
Pihaung
Limbah domestic, genangan, PHBS
Teluk Haur
Limbah domestic, genangan, PHBS
Waringin
Sampah, limbah domestic, genangan
Panawakan
Limbah domestic, genangan, PHBS
Tangkawang
Limbah domestic, genangan, PHBS
BUKU PUTIH SANITASI KAB. HSU
5.2 POSISI PENGELOLAAN SANITASI
Untuk mengetahui posisi pengelolaan sanitasi per komponen saat ini, digunakan metode SWOT dengan
menggunakan pembobotannya serta penggalian isu
–isu strategis berkenaan dengan faktor internal yang terdiri dari
kekuatan dan kelemahan dan faktor eksternal yang terdiri dari peluang dan ancaman dilakukan kepada SKPD
kepentingan sanitasi di Kabupaten Hulu Sungai Utara.
Metode ini merupakan
Salah satu metode yang cukup handal untuk penetapan strategi dan sudah umum
digunakan di kalangan pemerintahan serta metode ini dapat menumbuhkan semangat kebersamaan & menyatukan
kepentingan kepentingan stakeholder dalam mencapai tujuan.
Essensi dari metode SWOT adalah :
–
Landasan untuk menetapkan strategi
–
Landasan penetapan visi & misi pembangunan sanitasi kabupaten/kota
–
Landasan penetapan pola pendanaan SSK ke depan.
Lingkungan internal :
–
Issue-issue dalam kontrol pemerintah kabupaten/kota terkait dengan pembangunan & pengelolaan
sanitasi permukiman
–
Menggambarkan faktor kekuatan (strength) & kelemahan (weakness)
Lingkungan Eksternal :
–
Issue-issue di luar kontrol pemerintah kabupaten/kota terkait dengan pembangunan & pengelolaan
sanitasi permukiman
–
Menggambarkan faktor berbagai peluang (opportunity) yang dapat menguntungkan pembangunan
sanitasi di kab/kota & ancaman (threat) yang harus dihindari.
Beberapa kelemahan dari pelaksanaan SWOT adalah pokja kabupaten masih belum maksimal memahami metode
ini dan kesulitan dalam menggali issue-issue yang berkaitan dengan sanitasi.
BUKU PUTIH SANITASI KAB. HSU
Langkah-Langkah Analisis Lingkungan
Penetapan issue setiap aspek penelitian untuk air limbah, persampahan, drainase dan prohisan
Konsolidasi Issue
a.
Penyatuan issue-issue yang saling terkait
b.
Penetapan issue ke kuadran yang paling tepat
c.
Penetapan score tiap issue (untuk kebutuhan eliminasi issue-issue)
d.
Pengurangan jumlah issue yang terlalu banyak dengan mengeliminir issue yang memiliki score
terendah
Menetapkan :
a.
Penetapan bobot dan tingkat pengaruh untuk masing-masing issue di setiap kuadran
b.
Perhitungan total scoring (bobot x tingkat pengaruh) masing-masing kuadran (strength, weakness,
opportunity, threat)
c.
Penetapan koordinat lingkungan eksternal dan internal (strength – weakness – opportunity threat)
Penetapan posisi kuadran kondisi sanitasi kabupaten
Berikut adalah posisi pengelolaan sanitasi komponen air limbah domestic, persampaha, drainase dan aspek
Prohisan serta analisis per komponen
BUKU PUTIH SANITASI KAB. HSU
5.2.2 Posisi Pengelolaan Sanitasi Saat ini Komponen Persampahan
BUKU PUTIH SANITASI KAB. HSU
5.2.4 Posisi Pengelolaan Sanitasi Saat ini aspek Promosi Hygiene dan Sanitasi
Lingkungan Mendukung (+)
Lingkungan Kurang Mendukung (-)
PEMELIHARAAN
SELEKTIF
BERPUTAR
DIVERSIFIKASI
BESAR-BESARAN
Internal kuat (+)
Internal Lemah (-)
PERTUMBUHAN
CEPAT
CERUK
PERTUMBUHAN
STABIL
DIVERSIFIKASI
TERPUSAT
PEMELIHARAAN
AGRESIF
1
Bab 1 Pendahuluan
1.1. LATAR BELAKANG
Millenium Development Goals (MDGs) atau Tujuan Pembangunan Millennium adalah sebuah paradigma pembangunan yang berpihak pada pemenuhan hak-hak dasar manusia dan akan menjadi landasan pembangunan di abad millennium. Paradigma pembangunan millennium ini merupakan kesepakatan 189 negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York pada september 2000 pada saat Konverensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium. Dalam Millenium Development Goals (MDGs) terdapat 8 (delapan) poin tujuan pembangunan yang harus dicapai sebelum 2015 yaitu: 1) memberantas kemiskinan dan kelaparan ekstrim, 2) mencapai pendidikan dasar untuk semua, 3) mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, 4) menurunkan angka kematian anak, 5) meningkatkan kesehatan ibu, 6) memerangi HIV/AIDS, malaria dan menular lainnya, 7) memastikan kelestarian lingkungan hidup, dan 8) mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan.
Salah satu program pemerintah yang mendukung dalam pencapaian MDGs adalah melalui program peningkatan sanitasi. Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebagainya (Notoadmojo, 2003). Menurut WHO, usaha sanitasi meliputi sanitasi air, sanitasi udara, pengelolaan limbah, infrastruktur dan kelembagaan, kesehatan pemukiman dan lingkungan serta kesehatan global.
Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup, kondisi lingkungan permukiman serta kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari. Sanitasi seringkali dianggap sebagai urusan “belakang”, sehingga sering termarjinalkan dari urusan-urusan yang lain, namun seiring dengan tuntutan peningkatan standart kualitas hidup masyarakat, semakin tingginya tingkat pencemaran lingkungan dan keterbatasan daya dukung lingkungan itu sendiri menjadikan sanitasi menjadi salah satu aspek pembangunan yang harus diperhatikan. Masih sering dijumpai bahwa aspek-aspek pembangunan sanitasi, yaitu air limbah, persampahan dan drainase, serta penyediaan air bersih, masih berjalan sendiri-sendiri.
Di Kabupaten Hulu Sungai Utara sendiri pembangunan sanitasi masih banyak dilakukan secara parsial, masing-masing SKPD melaksanakan kegiatannya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sendiri-sendiri, seringkali kegiatan tersebut sebetulnya dapat diintegrasikan dalam satu kegiatan yang saling bersinergi.Tidak jarang masih terdapat tumpang tindih kegiatan pembangunan bidang sanitasi oleh SKPD yang berbeda-beda, yang kadang-kadang membingungkan masyarakat sebagai subyek dan obyek pembangunan. Untuk itu perlu disusun suatu perencanaan sanitasi secara lebih integratif, aspiratif, inovatif dan sesuai dengan kebutuhan riil masyarakat. Tahapan-tahapan proses perencanaan harus dilaksanakan secara berurutan, bertahap dan berkelanjutan, sehingga solusi yang ditawarkan juga akan tepat, sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Permasalahan bidang sanitasi yang muncul tidak selalu disebabkan oleh aspek teknis, namun juga berhubungan dengan aspek ekonomi
2
dan sosial, seperti tingginya tingkat kemiskinan dan rendahnya kesadaran masyarakat menjadi tantangan lain dalam pembangunan bidang sanitasi.
Sehubungan untuk mengatasi permasalahan sanitasi di atas, pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Utara pada tahun 2013 ini membuat Buku Putih Sanitasi (BPS) yang merupakan dokumen yang menggambarkan karakteristik dan kondisi sanitasi wilayah suatu Kabupaten, dan prioritas/arah pengembangan yang ditetapkan oleh pemerintah dan masyarakat.
Proses penyusunan dokumen BPS dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Utara melalui Pokja Sanitasi dengan melibatkan para pemangku kepentingan pembangunan sanitasi termasuk pihak swasta dan masyarakat, serta dengan mengunakan prinsip-prinsip : a) berdasarkan data aktual; b) berskala kabupaten; c) disusun sendiri oleh kabupaten; dan d) menggabungkan pendekatan bottom – up dan top – down. Buku Putih Sanitasi ini nantinya juga akan di jadikan sebagai dasar penyusunan dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) dan memorandum Program (MP) sanitasi di Kabupaten Hulu Sungai Utara.
1.2. LANDASAN GERAK
1.2.1. Definisi dan Ruang Lingkup Sanitasi
Sanitasi di Indonesia didefinisikan sebagai upaya membuang limbah cair domestik dan sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat, baik di tingkat rumah tangga maupun di lingkungan perumahan. Sanitasi terbagi dalam 3 (tiga) subsektor, yaitu: air limbah, persampahan dan drainase tersier (Buku Referensi Opsi Sistem dan Teknologi Sanitasi).
Pengertian dasar Penanganan Sanitasi di Kabupaten Hulu Sungai Utara adalah sebagai berikut:
1. Blackwater adalah limbah rumah tangga yang bersumber dari WC dan urinoir.
2. Limbah domestik adalah limbah yang berasal dari aktifitas keseharian manusia, yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoran manusia. Sistem pengelolaan air limbah rumah tangga dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Sistem Setempat (on site) menggunakan sistem septik-tank dengan peresapan ke tanah dalam penanganan limbah rumah tangga.
b. Sistem Terpusat (off site) adalah pengolahan limbah rumah tangga yang dilakukan secara terpusat / air limbah dialirkan melalui perpipaan ke instansi pengolahan air limbah (IPAL).
c. Komunal, merupakan modifikasi dari kedua sistem yang ada.
3. Penanganan persampahan atau limbah padat.
Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat. Adapun kegiatan penanganan sampah adalah:
a) Pemilahan dalam bentuk pengelompokkan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah dan/atau sifat sampah;
3
b) Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber
sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu;
c) Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat
penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir;
d) Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi dan jumlah sampah; dan/atau
e) Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, 3 (tiga) tahun setelah diundangkannya peraturan ini yaitu pada tahun 2011 sistem open dumping sudah tidak diperkenankan lagi. Setelah tahun 2012, sistem pengelolaan sampah yang diperkenankan hanyalah sistem controlled dan sanitary landfill. Lebih jauh, mengacu pada Draft SPM yang ada, kota besar diharuskan menggunakan sistem sanitary landfill sedangkan kota kecil menggunakan sistem controlled landfill.
Berdasarkan cara pengoperasiannya, ada beberapa metode pemrosesan akhir sampah, yaitu sebagai berikut :
TPA Controlled Landfill merupakan sarana pengurugan sampah yang bersifat antara sebelum mampu melaksanakan operasi sanitary landfill. Penutupan sampah dengan tanah penutup dilakukan setiap 7 hari sekali.
TPA Sanitary Landfill merupakan sarana pengurugan sampah ke lingkungan yang disiapkan dan dioperasikan secara sistematis. Dengan penyebaran dan pemadatan sampah pada area pengurugan dan penutupan sampah setiap hari. Penutupan sampah dengan tanah penutup juga dilakukan setiap hari.
Sistem pengelolaan sampah di TPA untuk Kabupaten Hulu Sungai Utara sudah menggunakan sistem controled landfill sejak dioperasikan tahun 2010 dan di gunakan bersama-sama dengan Kabupaten Tabalong dengan konsep TPA Regional.
4. Penanganan drainase lingkungan
Drainase yang dimaksud dalam buku putih ini adalah drainase permukaan (surface drainage), yaitu sistem drainase yang terletak di permukaan tanah, baik yang berbentuk secara alamiah maupun buatan, untuk mengalirkan iar hujan, buangan air kotor dari permukiman, pabrik, limbah cair industri maupun limpasan air permukaan.
Adapun tujuan pengelolaan drainase adalah untuk:
Meningkatkan kesehatan lingkungan permukiman;
Pengendalian kelebihan air permukaan dapat dilakukan secara aman, lancar dan efesien serta sejauh mungkin dapat mendukung kelestarian lingkungan
4
Mengurangi/menghilangkan genangan – genangan air yang menyebabkan bersarangnya
nyamuk malaria dan penyebab penyakit-penyakit lain, seperti demam berdarah, desentri serta penyakit lain yang disebabkan kurang sehatnya lingkungan permukiman.
Memperpanjang umur ekonomis sarana prasarana fisik, antara lain jalan, kawasan permukiman, kawasan perdagangan dari kerusakan akibat tidak berfungsinya sarana drainase.
1.2.2. Wilayah Kajian
Cakupan wilayah kajian dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS) maupun Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) adalah seluruh wilayah Kabupaten yang terdiri dari 10 kecamatan dan 219 desa/kelurahan. Diharapkan dengan melakukan kajian terhadap seluruh desa dan kelurahan dapat memberikan gambaran yang lengkap terhadap kondisi resiko sanitasi di masing-masing wilayah yang kemudian akan digunakan untuk menyusun kebijakan dalam pembangunan di bidang sanitasi atau kebijakan lainnya. Peta wilayah kajian Buku Putih Sanitasi (BPS) dapat dilihat pada peta 1.1 di bawah ini.
5
6
1.2.3. Visi dan Misi KabupatenBerdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2013-2017, telah ditetapkan visi dan misi pembangunan di Kabupaten Hulu Sungai Utara sebagai berikut:
A. Visi
Berdasar pada kondisi daerah, potensi, peluang dan tantangan dalam pembangunan daerah, dengan mengacu pada visi kepala daerah terpilih dalam pelaksanaan pemilihan umum kepala daerah tahun 2012, maka pembangunan Kabupaten Hulu Sungai Utara dalam 5 (lima) tahun kedepan terarah pada visi :
“Terwujudnya rawa makmur menuju masyarakat yang sejahtera dan mandiri bernuansa Islami”
Pemahaman terhadap visi di atas yakni “ terciptanya kondisi daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara yang lebih sejahtera yang ditandai dengan meningkatnya kualitas sumberdaya manusia, meningkatnya tingkat perekonomian dan pendapatan masyarakat, meningkatnya keberdayaan masyarakat dalam kehidupan sosial sehari-hari, meningkatnya kualitas layanan publik pada sektor pemerintahan, meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana umum serta terselenggaranya suasana religius yang menjadi ciri dan identitas masyarakat Hulu Sungai Utara selama ini.
RAWA pada visi di atas mengandung pengertian bahwa wilayah Kabupaten Hulu Sungai Utara dengan luasan seluruhnya 892,7 km2 memiliki kawasan rawa atau
kawasan yang tergenang baik secara monoton maupun yang tergenang secara periodik dan meliputi 89 % dari total luas wilayahnya. Luasnya kawasan rawa yang terdapat di wilayah Kabupaten Hulu Sungai Utara menjadi ciri khas tersendiri bagi daerah sehingga bila disebutkan kata RAWA terkandung pengertian ini adalah nama lain sebagai identitas Kabupaten Hulu Sungai Utara.
MAKMUR pada visi di atas yakni dengan lahan rawa yang sangat luas yang dimiliki oleh daerah di Hulu Sungai Utara terkandung berbagai potensi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat di daerah sebagai kawasan ekonomi produktif yang dapat membawa pada kesejahteraan masyarakat. Bilamana kawasan ini dapat ditata dan dimanfaatkan secara tepat maka akan sangat menunjang terhadap perekonomian masyarakat di Kabupaten Hulu Sungai Utara dan akan menjadi asset daerah dalam menuju masyarakat yang lebih makmur.
7
SEJAHTERA DAN MANDIRI dapat difahami sebagai akibat dari adanya proses pemanfaatan potensi rawa dan berbagai potensi lokal lainnya yang dimiliki oleh daerah akan berdampak pada terwujudnya peningkatan kesejahteraan serta kemandirian di daerah. Peningkatan kesejahteraan dan kemandirian diperoleh dari proses pemanfaatan sektor-sektor ekonomi kawasan rawa yang dikelola secara bijak dan mandiri dengan memperhatikan kearifan lokal yang tumbuh dan berkembang di masyarakat Hulu Sungai Utara selama ini.
NUANSA ISLAMI merupakan kondisi yang menjadi ciri dan identitas masyarakat Hulu Sungai Utara selama ini. Sebagai dampak dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan yang terjadi di masyarakat yang cepat dan dinamis dalam era globalisasi, berakibat pada terciptanya pergeseran kehidupan sosial dan budaya di masyarakat. Selain itu pembangunan yang dilakukan baik pada sektor pemerintah ataupun sektor swasta juga turut menciptakan perubahan-perubahan kehidupan sosial masyarakat dan menggeser nilai-nilai sosial dan budaya di daerah. Oleh karenanya sangat penting untuk menjaga dan mempertahankan nilai-nilai religius dan keagamaan yang menjadi ciri masyarakat Hulu Sungai Utara selama ini.
B. Misi
Adapun MISI pembangunan yang harus dilaksanakan dalam RPJMD tahun 2013 – 2017 adalah sebagai berikut :
1. Mewujudkan Tata Pemerintahan Yang Baik (Good Governance)
Dalam misi ini diharapkan terwujud birokrasi yang bersih dan profesional dengan organisasi dan sistem pemerintahan yang semakin berkualitas. Untuk itu juga perlu ditunjang oleh keberadaan sumberdaya aparatur yang semakin profesional, sehingga terwujud penyelenggaraan pemerintahan yang transparan dan akuntabel serta pelayanan publik yang prima disertai penegakkan aturan perundang-undangan dalam menciptakan keamanan dan ketertiban di masyarakat.
2. Mendorong Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Sesuai Potensi Daerah Khususnya Rawa dan Budaya Lokal
Pada misi ini arah pembangunan adalah untuk terciptanya perekonomian masyarakat yang semakin maju dan berkembang dengan berlandaskan pada potensi daerah khususnya rawa. Optimalisasi pemanfaatan lahan rawa dilakukan
8
untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu diupayakan peningkatan pengelolaan lahan rawa secara berkelanjutan, yang diharapkan akan memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan produksi dan nilai tambah sektor pertanian dalam arti luas. Disamping itu juga untuk dapat mewujudkan ketahanan pangan daerah. Secara agregat akan semakin tercipta struktur perekonomian yang kuat dengan tingkat pertumbuhan yang berkualitas dan merata, yang tergambar dengan semakin terwujudnya transformasi ekonomi melalui integrasi perekonomian yang bersifat primer (pertanian)
dengan perekonomian yang bersifat sekunder (industri), serta
ketimpangan/disparitas yang kecil di masyarakat. Pada misi ini juga dikehendaki perkembangan pada sektor produksi barang dan jasa yang menjadi sektor pelengkap (komplementer) terhadap potensi tenaga kerja lokal yang dimiliki oleh daerah. Selanjutnya peran usaha mikro, kecil dan menengah dapat berkembang dan pendapatan perkapita masyarakat dapat meningkat, yang berimplikasi pada penurunan persentase kemiskinan.
3. Mewujudkan Masyarakat Yang Berdaya Saing di Era Globalisasi dengan Tetap Mempertahankan Nilai-Nilai Religius Islam dan Kultur Budaya Daerah
Dalam misi ini pembangunan diarahkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia, sehingga masyarakat Kabupaten Hulu Sungai Utara memiliki tingkat pendidikan yang semakin tinggi, berdaya, dan memiliki kemandirian yang ditunjang oleh kadar keimanan dan ketaqwaan yang semakin baik dan terimplementasi sesuai ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Kualitas sumber daya masyarakat menjadi salah satu prasyarat utama pencapaian tingkat kesejahteraan secara menyeluruh bagi masyarakat Kabupaten Hulu Sungai Utara.
4. Mewujudkan Pemerataan dan Meningkatkan Pelayanan Kesehatan yang Sesuai dengan Kebutuhan Masyarakat
Dalam misi ini pembangunan kesehatan terarah pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang semakin tinggi, semakin produktif, dan memiliki kehidupan yang semakin berkualitas. Guna terciptanya kondisi ini maka kebijakan pembangunan kesehatan di daerah ditujukan pada peningkatan
9
layanan kesehatan melalui pemerataan dan peningkatan layanan diseluruh wilayah baik perkotaan dan pedesaan dalam lingkup Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Utara.
5. Membangun Infrastruktur Daerah Yang Terintegrasi Dengan Sektor Pendidikan, Kesehatan dan Ekonomi Kerakyatan
Infrastruktur merupakan kebutuhan mendasar bagaimana masyarakat dapat dijangkau oleh layanan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Arah pembangunan pada misi ini ditujukan untuk memberikan dukungan penuh bagi pengembangan aktivitas ekonomi di berbagai sektor. Selain itu juga menyediakan sarana dan prasarana sosial serta sarana-prasarana kemasyarakatan lainnya yang lebih berkualitas dalam menunjang aktivitas kehidupan sosial dan perekonomian masyarakat.
6. Melaksanakan Pembangunan Secara Arif Dengan Memperhatikan Kaidah Kelestarian Terhadap Lingkungan dan Sumberdaya Alam
Pada misi ini diarahkan pada perbaikan dan pemeliharaan lingkungan hidup serta terlaksananya prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan yang menjamin tetap tersedianya sumberdaya fisik maupun sumberdaya hayati secara lestari.
1.2.4. Penataan Ruang
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2012 – 2032, dengan tujuan untuk mewujudkan struktur ruang dan menselaraskan pola ruang untuk mengalokasikan dan mengembangkan kawasan-kawasan potensial baik dari aspek ekonomi, sosial budaya, infrastruktur wilayah maupun lingkungan dalam rangka mewujudkan Hulu Sungai Utara sebagai daerah simpul dan distribusi perdagangan dan jasa dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.
Sedangkan kebijakan dan strategi penataan ruang yang terkait dengan pengembangan dan pembangunan sanitasi di Kabupaten Hulu Sungai Utara adalah:
10
1) pengembangan sistem prasarana wilayah meliputi sistem prasarana utama dan prasarana lainnya secara terpadu dalam mendorong pertumbuhan wilayah;
2) pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup melalui pengembangan kawasan lindung sesuai dengan fungsi masing-masing;
B) Strategi Penataan Ruang
1) mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah
menurun akibat pengembangan kegiatan budi daya, dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah;
2) mencegah dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan
kerusakan lingkungan hidup dengan menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup;
3) melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahan dan/atau
dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya;
4) mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan;
1.3. MAKSUD DAN TUJUAN
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Hulu Sungai Utara merupakan dasar dan acuan dimulainya pekerjaan sanitasi yang lebih terintegrasi karena buku putih sanitasi merupakan hasil kerja berbagai SKPD yang terkait dengan sanitasi. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Hulu Sungai Utara inilah yang menyediakan data dasar yang esensial mengenai struktur, situasi dan kebutuhan sanitasi Kabupaten Hulu Sungai Utara, yang nantinya menjadi panduan kebijakan Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Utara dalam menajemen kegiatan sanitasi.
Maksud dari penyusunan Buku Putih Sanitasi ini adalah untuk memetakan dan memberikan gambaran yang lengkap terhadap kondisi resiko sanitasi di masing-masing wilayah yang kemudian akan digunakan untuk menyusun kebijakan dalam pembangunan di
11
bidang sanitasi atau kebijakan lainnya serta prioritas / arah pengembangan yang ditetapkan oleh Pemerintah dan masyarakat Kabupaten Hulu Sungai Utara.
Pemetaan sanitasi merupakan gambaran awal dan rencana dilakukannya zona-zona sanitasi. Dengan adanya zona sanitasi akan muncul kebijakan serta prioritas dalam penanganan kegiatan pengembangan strategi sanitasi yang didalamnya mencakup strategi sanitasi, rencana tindak dan anggaran perbaikan maupun peningkatan sanitasi di Kabupaten Hulu Sungai Utara. Pada masa mendatang penerapan strategi serta pelaksanaanya dilakukan dengan rencana tindak atau aksi dilapangan.
Adapun tujuan disusunnya Buku Putih Sanitas Kabupaten Hulu Sungai Utara adalah: 1) Meningkatkan kondisi kesehatan masyarakat dan lingkungan serta perekonomian
masyarakat melalui kontribusi subsektor pelayanan sanitasi.
2) Melakukan analisis dari kondisi dan potensi yang ada di Kabupaten Hulu Sungai Utara serta melakukan identifikasi strategi dan langkah pelaksanaan kebijakan dalam sektor sanitasi.
3) Menghasilkan perencanaan dan kebijakan daerah terkait sanitasi yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan Pemerintah Daerah berdasarkan kesepakatan seluruh lintas pelaku (stakeholder) Kabupaten Hulu Sungai Utara.
4) Sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan dan pengorganisasian pelaksanaan
pembangunan sanitasi secara efektif, efisien, sistematis, terpadu dan berkelanjutan.
5) Dasar bagi penyusunan dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) dan
Memorandum Program (MP) di Kabupaten Hulu Sungai Utara.
1.4. METODOLOGI
1.4.1. Metode Penyusunan Buku Putih
Untuk lebih memahami proses dan kegiatan penyusunan Buku Putih Sanitasi ini secara menyeluruh, akan disajikan beberapa hal penting yang berkaitan dengan aspek metodologi yang digunakan dalam penulisan ini yang secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Sumber Data
a. Arsip dan dokumen yang berkaitan dengan aktivitas program masing-masing dinas/ kantor terkait, baik langsung maupun tidak langsung, misalnya yang berupa data statistik, proposal, laporan, foto dan peta.
12
b. Narasumber, yang terdiri dari beragam posisi yang berkaitan dengan tugas dinas/ kantor terkait untuk klarifikasi data-data, pihak swasta, masyarakat sipil, dan tokoh masyarakat. Serta LSM
Untuk mendukung data sekunder tersebut juga dilakukan beberapa survey terkait dengan pengelolaan sanitasi seperti: Enviromental Health Risk Assesment (EHRA), Survey peran media dalam perencanaan sanitasi, survey kelembagaan, survey keterlibatan pihak swasta dalam pengelolaan sanitasi, survey keuangan, survey priority setting area beresiko serta survey peran serta masyarakat dan gender.
2. Pengumpulan Data
Proses seleksi dan kompilasi data sekunder berada dalam tahap ini. Teknik kajian dokumen dipergunakan tim untuk mengkaji data. Banyak dokumen kegiatan program yang mampu memberikan informasi mengenai apa yang terjadi di masa lampau yang erat kaitannya dengan kondisi yang terjadi pada masa kini.
1.4.2. Tahapan Penyusunan Buku Putih
Tahapan penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Hulu Sungai Utara ini adalah sebagai berikut:
1. Tahap Pendahuluan
Dalam tahap ini diawali dengan suatu latar belakang dibuatnya Buku Putih Sanitasi Kabupaten Hulu Sungai Utara yang didasari dengan permasalahan kondisi sanitasi Kabupaten Hulu Sungai Utara pada saat ini, sehingga diambillah suatu tujuan untuk membuat Buku Putih ini agar Buku Putih ini dapat dipergunakan untuk perbaikan sanitasi Kabupaten Hulu Sungai Utara. Dalam tahap ini dipaparkan metodelogi yang digunakan, studi literatur dan survey-survey (Survey EHRA, Survey peran media dalam perencanaan sanitasi, survey-survey kelembagaan, survey keterlibatan pihak swasta dalam pengelolaan sanitasi, survey keuangan, survey priority setting area beresiko dan survey peran serta masyarakat dan gender).
2. Tahap Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan adalah mengenai data karakteristik umum Kabupaten (kondisi administrasi, demografi, geografi, topografi, geohidrologi, sosial masyarakat, kesehatan, visi dan misi Kabupaten, Institusi dan organisasi pemda dan tinjauan tata ruang kota dan kebijakan RTRW), Karakteristik Profil Sanitasi Kabupaten (Kondisi umum sanitasi, pengelolaan limbah cair,
13
pengelolaan persampahan, pengelolaan drainase, penyediaan air bersih, komponen sanitasi lainnya, pembiayaan pengelolaan sanitasi)
3. Tahap Perencanaan
Dalam tahap ini akan dibahas perencanaan-perencanaan ke depan bagaimana rencana-rencana peningkatan pengelolaan sanitasi (limbah cair, sampah, saluran drainase lingkungan dan penyediaan air minum) yang ada di Kabupaten Hulu Sungai Utara yang diawali dengan semangat visi dan misi sanitasi Kabupaten Hulu Sungai Utara.
4. Tahap Opsi Pengembangan Sanitasi
Dalam tahap ini akan digambarkan kondisi area beresiko tinggi dan permasalahan utamanya, serta bagaimana opsi pengembangannya, peran media dan peningkatan kepedulian sosial dalam rangka Promosi Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), peran serta masyarakat dan jender, keterlibatan sektor swasta dalam layanan sanitasi dan sub sektor limbah cair domestik.
1.5. DASAR HUKUM DAN KAITANNYA DENGAN DOKUMEN PERENCANAAN LAIN
1.5.1. Posisi Buku Putih
Buku Putih Sanitasi menyediakan data dasar yang esensial mengenai struktur, situasi dan kebutuhan sanitasi Kabupaten Hulu Sungai Utara. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2013 ini, diposisikan sebagai acuan perencanaan strategis sanitasi. Rencana pembangunan sanitasi Kabupaten dikembangkan atas dasar permasalahan yang dipaparkan dalam Buku Putih Sanitasi.
Setiap tahun data yang ada akan dibuat “Laporan Sanitasi Tahunan” yang merupakan gabungan antara laporan Tahunan SKPD dan status proyek sanitasi. Laporan Sanitasi Tahunan menjadi Lampiran Buku Putih Sanitasi 2013 dan setelah 3 tahun, semua informasi tersebut dirangkum dalam Revisi Buku Putih Sanitasi. Buku putih ini merupakan materi dasar dalam penyusunan strategi sanitasi Kabupaten dan juga acuan dasar evaluasi kinerja pembangunan bidang sanitasi.
1.5.2 Peran Buku Putih Sanitasi di antara Dokumen Perencanaan Lain
Peranan Buku Putih diantara dokumen perencanaan lain yang telah ada seperti RPJPD, RTRW, RPJMD dan Renstra adalah merupakan penjabaran dari salah satu sektor
14
yaitu sanitas. Dalam dokumen perencanaan seperti RPJPD, RPJMD dan Renstra SKPD sudah memuat arahan program dan kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan sanitasi yang bersifat non spasial. Sedangkan di dalam RTRWK, selain menjabarkan program dan kegiatan yang berkaitan dengan kesanitasian selama 20 tahun di dalamnya juga mengarahkan perencanaan bidang sanitasi secara spasial (pemetaan).
1.5.3 Peraturan Perundangan
Implementasi perencanaan dan pembangunan sanitasi di Kabupaten Hulu Sungai Utara berlandaskan kepada berbagai peraturan baik yang menjadi kebijakan di tingkat pusat seperti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan dan Peraturan Presiden, Keputusan dan Peraturan Menteri hingga kebijakan di tingkat daerah seperti Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara. Peraturan dan regulasi ini menjadi bagian dari landasan perencanaan dan pembangunan sektor sanitasi di Kabupaten Hulu Sungai Utara baik yang bersifat mutlak maupun bersifat normatif.
Adapun peraturan yang menjadi kebijakan dan acuan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya
Air
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah
Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan
Keuangan Antar Pemerintah Pusat dan Daerah.
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana
15
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.
8. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
9. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
10. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
12. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
13. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Pemukiman
14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 Tentang
Pengaturan Air.
15. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 Tentang Sungai. 16. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan.
17. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun
18. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
19. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2005 tentang
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.
20. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air.
21. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2002 Tentang
Perubahan atas Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air.
22. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional (RPJM) Tahun 2004-2009 23. Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara Nomor 21 Tahun 2011 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2005 – 2025;
16
24. Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara Nomor 12 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2012 – 2032; 25. Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara Nomor 8 Tahun 2013 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2013 – 2017;
26. Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara Nomor 46 Tahun 2011 tentang Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan.
Tabel 1.1. PERATURAN PERUNDANGAN
(Penjelasan pasal-pasal yang relevan dengan sanitasi dan atau buku putih)
N o .
Peraturan Perundangan Pasal yang relevan
UNDANG-UNDANG
2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2004 Tentang Sumber Daya Air Pasal 21 ayat (1): Perlindungan dan pelestarian sumber air ditujukan untuk melindungi dan melestarikan sumber air beserta lingkungan keberadaannya terhadap kerusakan atau gangguan yang disebabkan oleh daya alam, termasuk kekeringan dan yang disebabkan oleh tindakan manusia.
Ayat (2)
Perlindungan dan pelestarian sumber air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:
d. pengaturan prasarana dan sarana sanitasi;
Penjelasan; yang dimaksud dengan sanitasi meliputi prasarana dan sarana air limbah dan persampahan. 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Pasal 5 ayat (1) :
RPJP Daerah memuat visi, misi, dan arah pembangunan Daerahyang mengacu pada RPJP Nasional.
Ayat (2) :
RPJM Daerah merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya
berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan Daerah,
17
No
. Peraturan Perundangan Pasal yang relevan
strategi pembangunan Daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. 4 Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 Tentang Pemerintah Daerah Pasal 2 ayat (1) : Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah-daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota yang masing-masing mempunyai pemerintahan daerah.
Ayat (2) :
Pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
Ayat (3):
Pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah, dengan
tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
pelayanan umum, dan daya saing daerah.
Pasal 14 ayat (1) :
Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi:
a. perencanaan dan pengendalian pembangunan;
b. perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata
ruang;
c. penyediaan sarana dan prasarana umum;
d. penanganan bidang kesehatan;
e. pengendalian lingkungan hidup;
f. penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya; 5 Undang-Undang Nomor 33 Tahun
2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
Pasal 3 ayat (1) :
PAD bertujuan memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi Daerah sebagai perwujudan Desentralisasi.
Pasal 4 ayat (1) :
Penyelenggaraan urusan Pemerintahan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi didanai APBD.
Pasal 5 ayat (1) :
Penerimaan Daerah dalam pelaksanaan Desentralisasi terdiri atas Pendapatan Daerah dan Pembiayaan.
18
No
. Peraturan Perundangan Pasal yang relevan
Pendapatan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber dari:
a. Pendapatan Asli Daerah; b. Dana Perimbangan; dan c. Lain-lain Pendapatan. 6 Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2007 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025
Penjelasan:
RPJP Daerah harus disusun dengan mengacu pada RPJP Nasional sesuai karakteristik dan potensi daerah. Selanjutnya RPJP Daerah dijabarkan lebih lanjut dalam RPJM Daerah.
7 Undang-Undang Nomor 26 Tahun
2007 Tentang Penataan Ruang Pasal 11 ayat (1) : Wewenang pemerintah daerah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan penataan ruang meliputi:
a. pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota dan kawasan strategis kabupaten/kota;
b. pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota;
c. pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis
kabupaten/kota; dan
d. kerja sama penataan ruang antarkabupaten/kota.
Ayat (2) :
Wewenang pemerintah daerah kabupaten/kota dalam pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi: a. perencanaan tata ruang wilayah kabupaten/kota; b. pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota; dan
c. pengendalian pemanfaatan ruang wilayah
kabupaten/kota. 8 Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2008 Tentang Pengelolaan
Sampah
Pasal 4 :
Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya.
Pasal 5 :
Pemerintah dan pemerintahan daerah bertugas menjamin terselenggaranya pengelolaan sampah yang baik dan berwawasan lingkungan sesuai dengan tujuan sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang ini.
Pasal 6 :
Tugas Pemerintah dan pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 terdiri atas:
a. menumbuhkembangkan dan meningkatkan