• Tidak ada hasil yang ditemukan

OLEH: AZZAHROTUL HASANAH ( ) HUTDIA PUTRI MURNI ( ) TIARA VODELF ( ) PRORAM PASCASARJANA PENDIDIKAN KIMIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "OLEH: AZZAHROTUL HASANAH ( ) HUTDIA PUTRI MURNI ( ) TIARA VODELF ( ) PRORAM PASCASARJANA PENDIDIKAN KIMIA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Tugas Kelompok Dosen Pembimbing Strategi Pembelajaran Dr. Latisma Dj, M.Si

STRATEGI PEMBELAJARAN

PROJECT BASED LEARNING

OLEH:

AZZAHROTUL HASANAH (17176020)

HUTDIA PUTRI MURNI (17176006)

TIARA VODELF (17176017)

PRORAM PASCASARJANA PENDIDIKAN KIMIA

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

(2)

STRATEGI PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING A. Pengertian

Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PjBL) adalah metode pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata (Kemdikbud, 2013)

Pembelajaran berbasis proyek (PjBL) dapat merupakan pendekatan, strategi, atau metode pembelajaran yang berpusat pada siswa, bersifat antara disiplin ilmu (integrasi mata pelajaran) dan berjangka panjang (Ridwan Abdullah Sani: 2014, 171).

Project based learning adalah model pembelajaran yang mengorganisasi kelas dalam sebuah proyek (Thomas: 2000, 01). Menurut NYC Departementof Education

(2009), PjBL merupakan strategi pembelajaran dimana siswa harus membangun pengetahuan konten mereka sendiri dan mendemonstrasikan pemahaman baru melalui berbagai bentuk representasi (hlm. 8).Sedangkan George Lucas Educational Foundation (2005) mendefinisikan pendekatan pembelajaran yang dinamis di mana siswa secara aktif mengeksplorasi masalah di dunia nyata, memberikan tantangan, dan memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam (hlm. 1).

Jadi, Project Based Learning (PjBL) atau Pembelajaran Berbasis Proyek (PBP) merupakan tugas-tugas komplek, yang didasarkan pada pertanyaan-pertanyaan yang menantang atau permasalahan, yang melibatkan para siswa di dalam desain, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, atau aktivitas investigasi; memberi peluang para siswa untuk bekerja secara otonomi dengan periode waktu yang lama; dan akhirnya menghasilkan produk-produk yang nyata atau presentasi-presentasi (Thomas, 2000).

(3)

B. Karakteristik PjBL

Menurut Buck Institute for Education (1999) dalam Trianto (2014: 43) menyebutkan bahwa project based learning memiliki karakteristik, yaitu:

a. siswa sebagai pembuat keputusan, dan membuat kerangka kerja

b. terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya

c. siswa sebagai perancang proses untuk mencapai hasil.

d. siswa bertanggungjawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang dikumpulkan.

e. melakukan evaluasi secara kontinu.

f. siswa secara teratur melihat kembali apa yang mereka kerjakan .

g. hasil akhir berupa produk dan dievaluasi kualitasnya.

h. Kelas memiliki atmosfir yang memberi toleransi kesalahan dan perubahan.

Thomas (2000), menguraikan lima kriteria pokok dari suatu pembelajaran berbasis proyek. Kriteria ini bukan merupakan definisi dari pembelajaran berbasis proyek, tetapi didesain untuk menjawab pertanyaan “apa yang harus dimiliki proyek agar dapat digolongkan sebagai pembelajaran berbasis proyek?”. Lima kriteria itu adalah keberpusatan (centrality), berfokus pada pertanyaan atau masalah (driving question), investigasi konstruktif (constructive investigation) atau desain, otonomi siswa (autonomy), dan realisme (realism). Kriteria-kriteria ini dapat dijadikan sebagai prinsip-prinsip pembelajaran berbasis proyek.

1. Centrality (keberpusatan)

Proyek dalam pembelajaran berbasis proyek adalah pusat atau inti kurikulum, bukan pelengkap kurikulum. Bell dalam Abdurrahim (2011) mengatakan, “PBL is not suplementery activity to support learning; It is a basic of the curriculum”. Di dalam pembelajaran berbasis proyek, proyek adalah model pembelajaran; siswa mengalami dan belajar konsep-konsep inti suatu disiplin ilmu melalui proyek. Ada kerja proyek yang

(4)

mengikuti pembelajaran tradisional dengan cara proyek tersebut memberi ilustrasi, contoh, praktek tambahan, atau aplikasi praktek yang diajarkan sebelumnya dengan maksud lain. Akan tetapi, menurut kriteria di atas, aplikasi proyek tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai pembelajaran berbasis proyek. Kegiatan proyek yang dimaksudkan untuk pengayaan di luar kurikulum juga tidak termasuk pembelajaran berbasis proyek.

2. Driving Question (berfokus pada pertanyaan atau masalah)

Proyek dalam pembelajaran berbasis proyek adalah terfokus pada pertanyaan atau masalah, yang mendorong siswa menjalani (dengan kerja keras) konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti atau pokok dari disiplin. Kriteria ini sangat halus dan agak susah diraba. Definisi proyek (bagi siswa) harus dibuat sedemikian rupa agar terjalin hubungan antara aktivitas dan pengetahuan konseptual yang melatarinya yang diharapkan dapat berkembang menjadi lebih luas dan mendalam (Baron, et. al. dalam Abdurrrahim, 2011). Biasanya dilakukan dengan pengajuan pertanyaan-pertanyaan atau ill-defined problem (Thomas, 2000). Proyek dalam pembelajaran berbasis proyek mungkin dibangun melalui unit tematik, atau gabungan (intersection) topik-topik dari dua atau lebih disiplin, tetapi itu belum sepenuhnya dapat dikatakan sebuah proyek. Pertanyaan-pertanyaan yang mengajar siswa, sepadan dengan aktivitas, produk, dan unjuk kerja yang mengisi waktu mereka, harus digubah (orchestrated) dalam tugas yang bertujuan intelektual (Blumenfeld, et. al. dalam Abdurrahim, 2011).

3. Constructive Investigation (investigasi konstruktif)

Proyek melibatkan siswa dalam investigasi konstruktif. Investigasi mungkin berupa proses desain, pengambilan keputusan, penemuan masalah, pemecahan masalah, discovery, atau proses pengembangan model. Akan tetapi, agar dapat disebut proyek memenuhi kriteria pembelajaran berbasis proyek, aktivitas inti dari proyek itu harus meliputi transformasi dan konstruksi pengetahuan (dengan pengertian: pemahaman baru,

(5)

atau keterampilan baru) pada pihak siswa. Jika pusat atau inti kegiatan proyek tidak menyajikan “tingkat kesulitan” bagi anak, atau dapat dilakukan dengan penerapan informasi atau keterampilan yang siap dipelajari, proyek yang dimaksud adalah tak lebih dari sebuah latihan, dan bukan proyek pembelajaran berbasis proyek yang dimaksud. Membersihkan peralatan laboratorium mungkin sebuah proyek, akan tetapi mungkin bukan proyek dalam pembelajaran berbasis proyek (Bereiter, et al. dalam Abdurrahim, 2011).

4. Autonomy (otonomi siswa)

Proyek mendorong siswa sampai pada tingkat yang signifikan. Proyek dalam pembelajaran berbasis proyek bukanlah ciptaan guru, tertuliskan dalam naskah, atau terpaketkan. Latihan laboratorium bukanlah contoh pembelajaran berbasis proyek, kecuali jika berfokus pada masalah dan merupakan inti pada kurikulum. Proyek dalam pembelajaran berbasis proyek tidak berakhir pada hasil yang telah ditetapkan sebelumnya atau mengambil jalur (prosedur) yang telah ditetapkan sebelumnya. Proyek pembelajaran berbasis proyek lebih mengutamakan otonomi, pilihan, waktu kerja yang tidak bersifat ketat (tanpa diawasi), dan siswa lebih bertanggung jawab daripada proyek tradisional dan pembelajaran tradisional (Bereiter, et al. dalam Abdurrahim, 2011).

5. Realism (realisme)

Proyek adalah realistik. Karakteristik proyek memberikan keontetikan pada siswa. Karakteristik ini boleh jadi meliputi topik, tugas, peranan yang dimainkan siswa, konteks di mana kerja proyek dilakukan, kolaborator yang bekerja dengan siswa dalam proyek, produk yang dihasilkan, kriteria di mana produk-produk atau unjuk kerja dinilai. Pembelajaran berbasis proyek melibatkan tantangan-tantangan kehidupan nyata, berfokus pada pertanyaan atau masalah otentik (bukan simulatif), dan pemecahannya berpotensi untuk diterapkan di lapangan yang sesungguhnya.

(6)

C. Tahapan Pelaksanaan PjBL

Beberapa ahli mengusulkan beberapa tahapan utama yang perlu dilakukan dalam PjBL, yaitu:

1. Mengajukan pertanyaan

Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan kepada siswa dalam melakukan suatu aktivitas. Topik penugasan sesuai dengan dunia nyata yang relevan untuk siswa. dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam.

2. Membuat perencanaaan

Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dan siswa. Dengan demikian siswa diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.

3.Menyususn penjadwalan

Guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: membuat timeline (alokasi waktu) untuk menyelesaikan proyek, membuat deadline (batas waktu akhir) penyelesaian proyek, membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru, membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.

4. Memonitor pembuatan proyek

Guru bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas siswa selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi siswa pada setiap proses. Dengan kata lain guru berperan menjadi mentor bagi aktivitas siswa. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting.

(7)

5. Melakukan penilaian

Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing siswa, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai siswa, membantu guru dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.

6. Evaluasi

Pada akhir pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu.

D. Keunggulan dan Keterbatasan PjBL

Dibandingkan dengan model lain, PjBL mampu meningkatkan kualitas pembelajaran siswa dalam materi tertentu dan menjadikan siswa mampu mengaplikasikan satu pengetahuan tertentu dalam konteks tertentu (Doppelt,2005, hlm. 10). Siswa harus terlibat secara kognitif dalam proyek selama waktutertentu. Keterlibatan dalam tugas yang kompleks adalah salah satu komponenpenting pembelajaran karena kita berasumsi bahwa siswa akan termotivasi untukmenguji ide mereka dan kedalamana pemahaman pada saat menghadapi masalahautentik.

PjBL pun melibatkan proses inquiry dan dapat memotivasi siswa secarakuat karena adanya pameran. PjBL dapat meningkatkan semangat untuk belajarantara siswa dan para pengajar.Juga memunculkan banyak keterampilan (sepertimanajemen waktu, berkolaborasi dan pemecahan masalah).Siswa pun belajaruntuk menyesuaikan dengan berbagai macam kemampuan siswa dan kebutuhan belajar.

Moursund (1997, dalam Wena, 2013, hlm 147) dan Kemdikbud (2014,hlm. 33) menyebutkan beberapa kelebihan penggunaan PjBL adalah:

1. Increased motivation. Meningkatkan motivasi siswa untuk belajar danmendorong mereka untuk melakukan pekerjaan penting.Siswa tekun bekerjadan berusaha keras untuk belajar lebih mendalam dan mencari jawaban ataskeingintahuan dan dalam menyelesaikan proyek.

(8)

2. Increased problem-solving ability. Lingkungan belajar PjBL membuat siswamenjadi lebih aktif memecahkan masalah-masalah yang kompleks.Siswamempunyai pilihan untuk menyelidiki topik-topik yang berkaitan denganmasalah dunia nyata, saling bertukar pendapat antara kelompok yangmembahas topik yang berbeda, mempresentasikan proyek atau hasil diskusimereka.Hal tersebut juga mengembangkan keterampilan tingkat tinggi siswa.

3. Increased collaborative. Pentingnya kerja kelompok dalam proyekmemerlukan siswa mengembangkan dan mempraktikan keterampilanberkomunikasi.

4. Improved library research skills. Karena PjBL mensyaratkan siswa harusmampu secara cepat memperoleh informasi melalui sumber-sumberinformasi, sehingga dapat meningkatkan keterampilan siswa untuk mencaridan mendapatkan informasi.

5. Increased resource-management skills. Memberikan pengalaman kepadasiswa dalam

mengorganisasi proyek, mengalokasikan waktu, dan mengelolasumber daya seperti alat dan bahan menyelesaikan tugas. Ketika siswabekerja dalam kelompok, mereka belajar untuk mempelajari keterampilanmerencanakan, mengorganisasi, negosiasi, dan membuat kesepakatan tentangtugas yang akan dikerjakan, siapa yang akan bertanggungjawab untuk setiaptugas, dan bagaimana informasi akan dikumpulkan dan disajikan.

6. Memberikan kesempatan belajar bagi siswa untuk berkembang sesuai kondisidunia nyata

7. Meningkatkan kemampuan berpikir. Laporan PjBL tidak hanya berdasarinformasi yang dibaca saja, tetapi melibatkan siswa untuk belajarmengembangkan masalah, mencari jawaban dengan mengumpulkaninformasi, berkolaborasi dan menerapkan pengetahuan yang dipahami untukmenyelesaikan permasalahan dunia nyata.

8. Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan.

Selain keunggulan/keuntungan PjBL yang telah dijelaskan sebelumnya,pelaksanaan PjBL juga memiliki beberapa keterbatasan yaitu (Kemdikbud, 2014, hlm. 35):

(9)

2. Membutuhkan biaya yang cukup banyak

3. Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana instruktur memegang peran utama di kelas.

4. Banyaknya peralatan yang harus disediakan.

5. Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.

6. Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok.

7. Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Sani, Ridwan. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013.

Jakarta: Bumi Aksara.

Bell, S. (2010). Project Based Learning for the 21th Century: Skills for the Future.The Clearing House, 83: 39-43

Kemdikbud. (2014). Materi pelatihan guru implementasi kurikulum 2013 tahun ajaran 2014/2015: Mata pelajaran IPA SMP/MTs. Jakarta: KementerianPendidikan dan Kebudayaan

Thomas, J.W. (2000). A Review of Research on Project Based Learning. California : The Autodesk Foundation.

Wena, M. (2013).Strategi pembelajaran inovatif kontemporer: suatu tinjauan konseptual operasional. Jakarta: Bumi Aksara

Referensi

Dokumen terkait

Sebetulnya, Meskipun Allah tidak menjelaskan dalam kitab suci bahwa sebuah janji harus ditepati, akal manusia sudah mengerti bahwa janji itu memang harus ditepati

Ketidakadilan muncul manakala hal yang sama diperlakukan secara tidak sama, atau hal yang tidak sama diperlakukan secara sama (Gie, 1982:23-24). Namun, Aristoteles tidak

Tahap awal dari penelitian ini adalah identifikasi dan penetapan kadar kafein yang terdapat dalam kopi, Senyawa kafein dapat membentuk kompleks besi (II) yang kemudian

mendapatkan keyakinan bahwa orang lain akan kagum terhadapnya bila menggunakan produk dengan merk tertentu akan cenderung mempunyai tingkat kepuasan yang lebih

Aromaterapi mempunyai banyak manfaat salah satunya dapat menumbuhkan perasaan yang tenang pada jasmani, pikiran dan rohani (soothing the.. physical, mind and spiritual),

Tujuan penelitian ini untuk menghasilkan formulasi penerapan HACCP plan dengan pendekatan GMP pada unit produksi sohun di industri sohun kelas menengah seperti industri sohun

S tudi kasus pada by Ny “I” yang mengalami Asfiksia S edang dilakukan penatalaksanaan yaitu menghisap lendir dan melakukan rangsangan taktil segera setelah lahir sehingga

segala perjanjian kerjasama yang dilakukan oleh Penyalur KUR dan Penjamin KUR berdasarkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Selaku Ketua Komite