• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan manusia, sekaligus dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan manusia, sekaligus dasar"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan manusia, sekaligus dasar eksistensi suatu masyarakat yang dapat menentukan struktur suatu masyarakat dalam suatu lingkungan. Tanpa melakukan komunikasi, maka seseorang akan sulit untuk melangsungkan hidupnya. Sebagai makhluk sosial, kita merasa perlu berhubungan dengan orang lain. Kita memerlukan hubungan dan ikatan emosional dengan mereka, bahkan kita membutuhkan pengakuan mereka atas keberadaan dan kemampuan kita.

Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah upaya sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. Bahkan dalam defenisinya secara khusus mengenai pengertian komunikasi, Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain. Akan tetapi, seseorang dapat mengubah sikap, pendapat, atau perilaku orang lain apabila komunikasinya itu memang komunikatif.

Secara umum ragam tingkatan komunikasi meliputi komunikasi massa, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi intrapribadi, dan komunikasi antarpribadi. Komunikasi yang akan lebih jauh dibahas dalam penelitian ini adalah komunikasi antarpribadi. Komunikasi antarpribadi

(2)

seseorang dengan orang lain dengan corak komunikasinya lebih bersifat pribadi dan sampai pada tataran prediksi hasil komunikasinya pada tingkatan psikologis yang memandang pribadi sebagai sesuatu yang unik. Dalam komunikasi ini jumlah perilaku yang terlibat pada dasarnya bisa lebih dari dua orang selama pesan atau informasi yang disampaikan bersifat pribadi. Komunikasi dan interaksi antarpribadi dianggap paling ampuh untuk mempengaruhi sikap, pendapat dan perilaku orang lain karena dari pengaruh yang ditimbulkannya terjadi sebuah proses psikologis yang akhirnya bermuara pada proses sosial.

Komunikasi antarpribadi yang paling sederhana dapat kita amati di dalam keluarga. Suatu keluarga terdiri dari pribadi-pribadi yakni ayah, ibu dan anak-anak. Peranan anggota keluarga dalam menciptakan suasana keluarga kuat sekali. Masing-masing pribadi diharapkan tahu peranannya di dalam keluarga. Keluarga merupakan suatu system yaitu suatu kesatuan yang dibentuk oleh bagian-bagian yang saling berhubungan dan berinteraksi. Komunikasi melalui interaksi yang dilakukan dalam sebuah keluarga berbeda satu sama lain, terutama komunikasi antarpribadi yang dilakukan orang tua dalam mengasuh anaknya. Semua orang tua ingin memiliki anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan keinginan mereka. Perkembangan anak meliputi perkembangan fisik maupun mental.

Menurut Havighurts (Hurlock, 1980) tugas-tugas perkembangan pada anak bersumber pada tiga hal, yaitu : kematangan fisik, rangsangan atau tuntutan dari masyarakat dan norma pribadi mengenai aspirasi-aspirasinya. Tugas-tugas perkembangan tersebut adalah sebagai berikut: tugas-tugas perkembangan anak usia 0-6 tahun, meliputi belajar memfungsikan visual motoriknya secara

(3)

mengenali realita sosial atau fisiknya, belajar melibatkan diri secara emosional dengan orang tua, saudara dan lainnya, belajar membedakan benar atau salah serta membentuk nurani. Tugas-tugas perkembangan anak usia 6-12 tahun (usia sekolah) adalah menggunakan kemampuan fisiknya, belajar sosial, mengembangakan kemampuan-kemampuan dasar dalam membaca, menulis, dan menghitung, memperoleh kebebasan pribadi, bergaul, mengembangkan konsep-konsep yang dipadukan untuk hidup sehari-hari, mempersiapkan dirinya sebagai jenis kelamin tertentu, mengembangkan kata nurani dan moral, menentukan skala nilai dan mengembangkan sikap terhadap kelompok sosial atau lembaga

Masa usia sekolah - school age (6-12 tahun) dianggap sebagai usia yang paling cocok dalam menanamkan dan membentuk perilaku positif, karena pada masa itu anak belajar untuk membentuk kepribadian. Pada masa ini anak memasuki masa belajar di dalam dan di luar sekolah. Anak belajar di sekolah, tetapi membuat latihan pekerjaan rumah yang mendukung hasil belajar di sekolah. Banyak aspek perilaku dibentuk melalui penguatan verbal, keteladanan dan identifikasi. Pada masa ini anak banyak belajar sistematis mengenai:

 Perkembangan kemampuan intelek di sekolah, perluasan pengetahuan tentang lingkungan fisik, sosial, dan kebudayaan

 Perkembangan kepribadian ditujukan pada pembentukan cirri-ciri dan sifat-sifat kepribadian tertentu, seperti percaya diri, tanggung jawab, menghargai otoritas,mengejar prestasi, menghargai prestasi diri.

(4)

Perkembangan seorang anak seperti yang telah banyak terurai di atas, tidak hanya terbatas pada perkembangan fisik saja tetapi juga pada perkembangan mental, sosial dan emosional. Salah satu tahap perkembangan anak yang paling penting adalah proses pembentukan perilakunya. Pada masa usia dini, anak belajar mengembangkan kontrol dirinya dan belajar prilaku yang dapat diterima sesuai dengan norma masyarakat. Selain itu anak juga belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain.

Abraham Maslow menyatakan bahwa kepribadian anak sebenarnya terbentuk dan berkembang melalui proses komunikasi, oleh karena itu diperlukan komunikasi antar pribadi yang efektif yang akan mampu menciptakan suasana yang akrab, saling pengertian, keterbukaan, dan kedekatan antara orang tua dan anak. Komunikasi yang tepat dapat membentuk kepribadian positif yang akan tercermin melalui perillaku anak yang positif pula meliputi mandiri, disiplin, kreatif, terbuka, percaya diri, dan bertanggung jawab. (Koswara, 1991: 25)

Para orang tua ingin sekali anaknya tumbuh menjadi pribadi yang sehat, bahagia dan matang secara sosial, tetapi mereka sering kali tidak yakin bagaimana membantu anak mereka untuk mencapai tujuan itu. Salah satu alasan dari frustasi yang dirasakan para orang tua adalah karena mereka menerima pesan-pesan yang saling bertentangan tentang bagaimana mereka mengatur anak. Banyak orang tua mempelajari tradisi pengasuhan anak dari orang tua mereka. Padahal, budaya dan nilai-nilai masyarakat yang berlaku saat ini sudah mengalami perubahan. Akibatnya, tidak sedikit pula orangtua yang merasa bingung tentang apa yang harus mereka lakukan dalam mengarahkan perilaku anak yang diterima secara normatif dan dalam mengawasinya. Sayangnya, ketika tradisi pengasuhan akan

(5)

diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya, baik yang diinginkan dan tidak diinginkan biasanya muncul. (http://duniapsikologi.dagdigdug.com- diakses tanggal 10 November 2009)

Berbagai contoh fenomena di era modernisasi yang kerap kali terjadi berkaitan dengan pentingnya peran komunikasi orang tua adalah salah satunya berkenaan dengan perkembangan kecanggihan teknologi. Sesuatu yang tidak dapat dihindari bahwa teknologi berkembang dengan pesat sehingga penggunaannya banyak digunakan tidak semestinya. Disinilah komunikasi antar pribadi orang tua dengan anak dibutuhkan untuk menanamkan nilai-nilai moral dan perilaku positif serta mencegah anak berperilaku negatif seiring perkembangannya.

Lingkungan di luar keluarga akan turut andil dalam pembentukan perilaku anak. Anak-anak mudah sekali untuk mengadopsi dan meniru apa saja yang mereka lihat dan mereka dengar. Perhatian mereka terhadap hal-hal yang ada disekelilingnya banyak dipengaruhi oleh nilai-nilai yang mereka anut. Pergaulan anak yang tidak sesuai dengan tugas perkembangannya akan menjadikan anak tumbuh dengan perilaku yang tidak sesuai dengan usianya dan lebih parah mengarah ke tindakan kriminal. Namun untuk menghindari hal ini terjadi beberapa orangtua menggunakan cara yang salah dalam menganut pola pengasuhan dengan harapan pola pengasuhan yang mereka anut itu adalah cara ampuh agar anak mereka mematuhi aturan dan perintah mereka.

Penelitian ini akan dilakukan di Kelurahan Karang Berombak Kecamatan Medan Barat. Kelurahan Karang Berombak memiliki penduduk yang heterogen, baik dari segi suku, agama, usia, pendidikan, pekerjaan dan lain-lain. Jumlah

(6)

keluarga di kelurahan ini cukup banyak. Adapun keluarga yang memiliki anak usia 6-12 tahun dimana perkembangan di usia ini sangat rentan terhadap hal-hal negatif juga banyak. Dengan banyaknya keluarga yang memiliki anak dengan usia yang relatif sama, maka sosialisasi anak dengan orang lain atau teman sebayanya juga harus dilihat. Di sini juga dapat dilihat apakah kehetrogenan yang ada akan dapat mempengaruhi komunikasi orang tua dan dengan anaknya dengan tujuan membentuk perilaku positif.

Kita tahu bahwa kualitas hubungan dan komunikasi yang diberikan orang tua pada anak akan menentukan kualitas kepribadian dan moral mereka. Hubungan yang penuh akrab dan bentuk komunikasi dua arah antara anak dan orang tua merupakan kunci dalam pendidikan moral keluarga. Komunikasi yang perlu dilakukan adalah komunikasi yang bersifat integratif, dimana ayah, ibu dan anak terlibat dalam pembicaraan yang menyenangkan dan menghindari model komunikasi yang bersifat dominatif atau suka menguasai pembicaraan. Selanjutnya diharapkan agar komunikasi orangtua dengan anaknya banyak bersifat mendorong, penuh penghargaan dan perhatian. Karena ini berguna untuk meningkatkan kualitas karakter dan moral anak.

(http://www.wikimu.com/News/DisplayNews-diakses tanggal 15 Februari 2010) Namun sebaliknya ada beberapa orang tua ada yang menggunakan cara kekerasan atau memaksakan kehendak kepada anaknya dengan dalih mendisiplinkan, serba melarang dengan dalih melindungi, bahkan perhitungan dalam memberikan kasih sayang dengan dalih agar anak mandiri. Terlalu banyak larangan menyebabkan anak dihantui ketakutan, was-was, dan kurang percaya diri. Anak memerlukan pengalaman dan belajar untuk mengembangkan perilaku

(7)

sosial yang sesuai dan dapat diterima oleh masyarakat. Pengalaman harus disiapkan untuk membantu sang anak dapat berbagi, bekerjasama, menghormati dan dapat menerima orang lain. Selain itu anak juga mengembangkan persahabatan serta tanggung jawab terhadap tindakan-tindakannya.

Penelitian ini akan Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang Peran Komunikasi Orang Tua dalam Membentuk Perilaku Positif Anak di Kelurahan Karang Berombak Medan.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

“Bagaimanakah peran komunikasi orang tua dalam membentuk perilaku positif anak di Kelurahan Karang Berombak Kecamatan Medan Barat?”

I.3. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah ditujukan agar ruang lingkup penelitian dapat lebih jelas dan terarah sehingga tidak dapat mengaburkan penelitian. Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti yaitu;

1. Penelitian dengan menggunakan studi kasus yaitu penelitian yang memusatkan diri secara intensif pada satu obyek tertentu yang mempelajarinya sebagai suatu kasus.

2. Subjek penelitian adalah orang tua dan anaknya yang berusia berkisar 6-12 tahun

3. Perilaku positif yang dimaksud dalam penelitian ini hanya meliputi perilaku mandiri, disiplin, percaya diri, terbuka, kreatif, dan bertanggung jawab

(8)

I.4. Tujuan Dan Manfaat Penelitian I.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui proses komunikasi orang tua pada anak dalam membentuk perilaku positif

2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mendukung orang tua dalam membentuk perilaku positif pada anak-anak. 3. Untuk mengetahui peran komunikasi antar pribadi yang

dilakukan orang tua dalam membentuk perilaku positif pada anak

I.4.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu:

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya perbendaharaan studi dan penelitian, khususnya studi Ilmu Komunikasi

2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian tentang peran komunikasi antar pribadi

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan menambah cakrawala pengetahuan bagi peneliti dan khususnya untuk para orang tua yang ingin membentuk perilaku positif pada anaknya.

(9)

I.5. Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan landasan berpikir atau teori dalam memecahkan atau menyoroti sebuah masalah. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut pandang mana masalah penelitian akan dibahas.

Teori merupakan himpunan konstruk (konsep), defenisi, dan proporsi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variable untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 1995: 40)

I.5.1 Komunikasi

Secara etimologi kata komunikasi berasal dari bahasa Latin, communicare

yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan. Kata communis berarti milik bersama atau berlaku di mana-mana (Liliweri, 1997: 3)

Sekalipun kata komunikasi telah menimbulkan banyak kesukaran namun komunikasi dapat dipahami sebagai konsep yang serba mana. Artinya komunikasi mengandung berbagai makna, yaitu: (1) komunikasi sebagai proses sosial; (2) komunikasi sebagai peristiwa; (3) komunikasi sebagai ilmu; dan (4) komunikasi sebagai kiat atau keterampilan.

Theodorson (1969) mengemukakan bahwa, komunikasi adalah proses pengalihan informasi dari satu orang atau sekelompok orang dengan menggunakan simbol-simbol tertentu kepada satu orang atau satu kelompok lain. Proses pengalihan informasi tersebut selalu mengandung pengaruh tertentu.

Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan).

(10)

Adakalanya seseorang menyampaikan buah pikirannya kepada orang lain tanpa menampakkan perasaan tertentu. Pada saat lain seseorang menyampaikan perasaanya kepada orang lain tanpa pemikiran. Tidak jarang pula seseorang menyampaikan pikirannya disertai perasaan tertentu, disadari atau tidak disadari. Komunikasi akan berhasil apabila pikiran disampaikan dengan menggunakan perasaan yang disadari, sebaliknya komunikasi akan gagal jika sewaktu menyampaikan pikiran, perasaa tidak terkontrol.

Pikiran bersama perasaan yang disampaikan kepada orang lain itu oleh Walter Lippman dinamakan picture in our head, dan oleh Walter Hagemann disebut Bewustseinsinhalte. Sekarang yang menjadi permasalahan ialah bagaimana caranya agar “gambaran dalam benak” dan “isi kesadaran” pada komunikator itu dapat dimengerti, diterima, dan bahkan dilakukan oleh komunikan. (Effendy 2005: 11).

I.5.2 Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi yang dinilai paling ampuh adalah komunikasi antar pribadi karena komunikasi ini umumnya dilakukan secara tatap muka. Komunikator dan komunikan menjalin kontak pribadi dan umpan baliknya dinilai seketika.

Effendi mengemukakan bahwa pada hakekatnya komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara seorang komunikator dengan seorang komunikan. Jenis komunikasi ini dianggap paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku manusia berhubung prosesnya yang dialogis (Liliweri, 1991: 12).

Proses pengaruh tersebut merupakan suatu proses yang bersifat psikologis yang pada gilirannya membentuk proses sosial. Komunikasi antar pribadi

(11)

mempunyai keunikan karena selalu dimulai dari proses hubungan yang bersifat psikologis dan proses psikologi tersebut mengakibatkan keterpengaruhan.

Jud C. Pearson (Sendjaja, 2005: 2.1) menyebutkan enam karakteristik dari komunikasi antar pribadi:

1. Komunikasi antarpribadi dimulai dengan diri sendiri 2. Komunikasi antarpribadi bersifat transaksional

3. Komunikasi antarpribadi mencakup aspek-aspek isi pesan dan hubungan antarpribadi

4. Komunikasi antarpribadi mensaratkan adanya kedekatan fisik antara pihak-pihak yang berkomunikasi

5. Komunikasi antarpribadi melibatkan pihak-pihak yang saling tergantung satu sama lain dalam proses komunikasi

Pendapat lain mengenai komunikasi antar pribadi dikemukakan oleh Onong Uchjana Effendy, 1986 berpendapat bahwa komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi yang terjadi secara langsung antara 2 orang atau lebih yang terjadi dalam interaksi tatap muka.

Komunikasi adalah suatu proses, dimana komunikasi antar pribadi merupakan serangkaian tindakan. Rangkaian tindakan yang dimaksud adalah menyangkut dengan siapa pihak yang diajak berkomunikasi, masalah apa saja yang dibicarakan pada saat kapan pembicaraan itu berlangsung, dan seberapa sering komunikasi itu dilakukan. (Widjaja, 1998 : 125).

Komunikasi antar pribadi dapat digambarkan sebagai proses sirkuler dan terus menerus. Arti proses sirkuler adalah bahwa setiap orang yang terlibat dalam komunikasi antar pribadi dapat bertindak sebagai sebagai pembicara maupun pendengar. Sedangkan sebagai proses yang terus menerus, diartikan bahwa komunikasi berlangsung tanpa henti.

Kita dapat membedakan komunikasi antar pribadi dan yang bukan komunikasi anatar pribadi melalui sifat-sifatnya. Reardon, Effendy, Porter, dan Samovar (Liliweri 1991: 35) menyebutkan sifat-sifat komunikasi antar pribadi itu adalah:

(12)

a.Melibatkan di dalamnya perilaku verbal dan non verbal

Dalam komunikasi antar pribadi, tanda-tanda perilaku verbal diwakili dalam penyebutan kata-kata, sedangkan perilaku nonverbal terlihat dari ekspresi wajah dan gerakan tangan.

b. Melibatkan pernyataan yang spontan, scripted, dan contrived

Perilaku spontan timbul karena kekuasaan emosi yang bebas dari campur tangan kognisi. Perilaku scripted merupakan hasil belajar seseorang terus menerus, sedangkan perilaku contrived adalah perilaku sebagaian besar didasarkan pada pertimbangan kognitif, sebagaian dikuasai keputusan rasional

c.Komunikasi antar pribadi tidak statis melainkan dinamis

Komunikasi tidak statis tetapi dinamis yaitu komunikasi antar pribadi sebagai sebuah proses yang terus menerus dan tanpa henti

d. Melibatkan umpan balik pribadi, hubungan interaksi dan koherensi Suatu komunikasi antar pribadi harus ditandai dengan adanya umpan balik dan interaksi yang terjadi, yaitu dengan mengandalkan perubahan sikap, pendapat, dan pikiran, perasaa, minat ataupun tindakan tertentu e.Dipandu oleh tata aturan yang bersifat intrinsic dan ekstrinsik

Intrinsic yang dimaksudkan adalah suatu standar perilaku yang berkembang oleh seseorang sebagai panduan melaksanakan komunikasi. Sedangkan ekstrinsik adalah adanya aturan lain yang ditimbulkan karena ada pihak ketiga sehingga komunikasi harus diperbaiki atau bahkan dihentikan

f.Komunikasi antar pribadi merupakan suatu kegiatan dan tindakan

Rangkaian tindakan ini meliputi, siapa saja pihak yang berkomunikasi, masalah apa yang dibicarakan, pada saat kapan pembicaraan dilakukan, seberapa sering komunikasi dilakukan

g. Melibatkan didalamnya bidang persuasive

Komunikasi antar pribadi melibatkan usaha yang persuasive, karena untuk mencapai sukses dalam berkomunikasi harus dikenal latar belakang psikologis dan sosiologis seseorang

I.5.3 Peran Orang Tua

Peran adalah tingkah laku yang dibentuk oleh peranan-peranan yang diberikan oleh masyarakat bagi individu untuk melaksanakannya. Dengan kata lain, peranan mengakui bahwa faktor-faktor sosial pada tingkah laku individu dalam situasi berbeda.

Tanpa diminta, kita semua memainkan suatu peranan. Tentu saja kita tidak akan mengatakan bahwa kita actor-aktor di atas panggung. Beberapa peranan lebih sentral daripada peranan yang lainnya. Jadi, intensitas setiap orang dalam

(13)

memainkan perannya tidaklah sama. Beberapa diantaranya memainkan perannya secara biasa-biasa saja, sedikit terlibat, atau tidak sama sekali, yang lainnya memainkan perannya secara sungguh-sungguh. Dalam hal ini akan dbicarakan lebih khusus mengenai peran orang tua dalam keluarga dengan kaitannya menanamkan perilaku positif dan nilai-nilai moral pada anaknya.

Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan pengertian orang tua di atas, tidak terlepas dari pengertian keluarga, karena orang tua merupakan bagian keluarga besar yang sebagian besar telah tergantikan oleh keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.

Menurut Arifin (Suhendi, Wahyu, 2000:41) keluarga diartikan sebagai suatu kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang dihubungkan dengan pertalian darah, perkawinan atau adopsi (hukum) yang memiliki tempat tinggal bersama. Selanjutnya, Abu Ahmadi mengenai fungsi keluarga adalah sebagai suatu pekerjaan atau tugas yang harus dilakukan di dalam atau diluar keluarga. (Suhendi, Wahyu, 2000: 44 -52)

Adapun fungsi keluarga terdiri dari:

a. Fungsi Sosialisasi Anak; menunjuk pada peranan keluarga dalam membentuk kepribadian anak.

b. Fungsi Afeksi; merujuk pada pemenuhan kebutuhan kasih sayang dan perhatian kepada anak.

c. Fungsi Edukatif; peranan keluarga sebagai pendidik

d. Fungsi Religius; menunjuk pada peranan keluarga dalam menanamkan nila-nilai keagaaman

(14)

e. Fungsi Protektif; ini bertujuan agar para anggota keluarga dapat terhindar dari hal-hal yang negatif. Dalam setiap masyarakat, keluarga memberikan perlindungan fisik, ekonomis, dan psikologis bagi seluruh anggotanya.

f. Fungsi Rekreatif; ini bertujuan untuk memberikan suasana yang sangat gembira dalam lingkungan. Fungsi rekreatif dijalankan untuk mencari hiburan g. Fungsi Ekonomis; ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dalam

mempertahankan hidupnya

h. Fungsi Penemuan Status; dalam sebuah keluarga, seseorang menerima serangkaian status berdasarkan umur, urutan kelahiran, dan sebagainya

Umumnya peran orang tua dan komunikasi yang dilakukan terhadap anaknya tidak hanya menyalurkan perilaku anak tetapi juga sikapnya. Peran juga dapat mempengaruhi nilai-nilai yang dipegang orang tua dan mempengaruhi arah dari pembentukan dan perilaku anak.

Misalnya saja, ayah yang memegang peranan penting dalam pemberian dalam efektivitas dan keteladanan terhadap anak-anaknya. Anak dan ayah terlibat secara positif. Ayah dapat membantu dalam pengasuhan anak dan terlibat dalam persoalan pribadi anak. Intinya kedua orang tua memiliki peran yang sama dalam mendidik anak. Keduanya bisa saling melengkapi untuk mengembangkan nilai moral pada anak, menanamkan perilaku positif.

Hubungan antar pribadi dalam keluarga sangat dipengaruhi suami-istri, sebagai ayah-ibu dalam memberikan pendidikan mengenai perilaku. Masing-masing pribadi diharapkan tahu peranannya di dalam keluarga dan memerankannya dengan baik agar keluarga menjadi wadah yang memungkinkan perkembangan secara wajar.

(15)

I.5.4 Perkembangan Anak

Johan Amos Comenius (1592-1671) dalam bukunya “Didactica Magna” membagi periode perkembangan yang lebih menitiberatkan pada aspek pengajaran dari proses pendidikan dan perkembangan anak. sebagai berikut: (Kartono, 1995: 34)

a. 0-6 tahun disebut sebagai periode Sekolah-Ibu

b. 6-12 tahun disebut sebagai periode Sekolah-Bahasa-Ibu c. 12-18 tahun disebut sebagai periode Sekolah-Latin d. 18-24 tahun disebut sebagai periode Universitas.

Dalam penelitian ini, akan dibahas lebih jauh mengenai perkembangan anak 6-12 tahun. Pada masa ini anak memasuki masa belajar di dalam dan di luar sekolah. Banyak aspek perilaku dibentuk melalui penguatan (reinforcement) verbal, keteladanan, dan identifikasi.

Anak-anak pada masa ini harus menjalani tugas-tugas perkembangan yakni: (Gunarsa, 2000: 12)

1. Belajar keterampilan fisik untuk permainan biasa 2. Membentuk sikap sehat mengenai dirinya sendiri 3. Belajar bergaul dengan teman sebaya

4. Belajar peranan jenis yang sesuai dengan jenisnya

5. Membentuk keterampilan dasar: membaca, menulis, dan berhitung 6. Membentuk konsep-konsep yang perlu untuk hidup sehari-hari 7. Membentuk hati nurani, nilai moral dan nilai social

8. Memperoleh kebebasan pribadi

9. Membentuk sikap-sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-lembaga

Dalam perkembangan ini anak tetap memerlukan penambahan pengetahuan melalui belajar. Belajar secar sistematis di sekolah dan mengembangkan sikap, kebiasaan dalam keluarga. Anak perlu memperoleh perhatian dan pujian perilaku bila prestasi-prestasinya baik, baik di rumah maupun sekolah. Anak tetap

(16)

memerlukan pengarahan dan pengawasan dari guru dan khususnya orang tua untuk memunculkan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan keterampilan-keterampilan baru.

Adapun aspek perkembangan pada masa anak sekolah meliputi dua hal yaitu: (Gunarsa, 2000: 15-16)

1. Perkembangan kemampuan penalaran bermoral; kemampuan seorang anak untuk memakai cara berpikir tertentu yang dapat menerangkan pilihannya, mengapa melakukan atau tidak melakukan suatu tingkah laku.

2. Perkembangan sosial yang meliputi:

a.anak umur 6-8 tahun : belum marasa adanya perbedaan jenis. Merasa biasa saja bermain dengan lawan jenis.

b. Anak umur 9-10 tahun : mulai merasa kurang pantas bermain dengan lawan jenis, permainan sesuai dengan peran dan sifat jenis kelaminnya. c.anak umur 11-12 tahun : perhatian mulai ditujukan pada lawan jenis

I.5.5 Teori Perilaku, Perilaku Positif dan Sosial-Kognitif

Menurut para ahli perilaku Albert Bandura dan Walter Mischel (2004), perkembangan terdiri dari perilaku yang dapat diamati yang dipelajari melalui pengalaman dan lingkungan. Dimana awal dari teori ini adalah teori belajar sosial kognitif. Penelitian awalnya berfokus pada pembelajaran pengamatan-pembelajaran yang terjadi melalui pengamatan terhadap apa yang dilakukan orang lain. Pembelajaran-pengamatan disebut juga sebagai imitasi-modeling.

Dalam pembelajaran-pengamatan, orang secara kognitif mewakili perilaku orang lain dan kemudian kadang menerima perilaku ini untuk mereka sendiri.

(17)

Contohnya, seorang anak laki-laki yang secara rutin mengamti ledakan amarah dan perkelahian ayahnya dengan orang lain, dapat menjadi sangat agresif dengan teman sebayanya. Seorang anak perempuan yang menerima gaya mendominasi dan sarkastis dari gurunya dapat mengatakan kepada adik laki-lakinya, “Kamu sangat lamban! Bagaimana kamu melakukan ini dengan sangat lamban?” Orang memperoleh beragam perilaku, pikiran dan perasaan melalui pengamatan terhadap perilaku orang lain.

. Teori sosial kognitif merupakan teori tentang perilaku yang mempertimbangkan pikiran seseorang. Teori ini menyatakan bahwa perilaku, lingkungan, dan orang/kognisi merupakan factor penting dalam perkembangan. Orang/ kognisi mengacu pada karakteristik pribadi (contohnya introvert dan extrovert dan percaya bahwa seseorang dapat mengendalikan pengalaman diri secara efektif) dan pada proses kognitif yang menengahi hubungan antara lingkungan dan perilaku.

Bandura menekankan bahwa perilaku dapat mempengaruhi faktor orang/kognitif, begitu juga sebaliknya. Aktivitas kognitif orang dapat mempengaruhi lingkungan, lingkungan dapat mempengaruhi kognisi seseorang, dan seterusnya. Gunarsa menggambarkan prilaku ialah tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam gerakan (sikap) tidak saja badan atau ucapan. (Gunarsa, 1997:3)

Kecuali itu ada perilaku yang mudah dan tidak mudah dilihat dari luar. Perilaku anak dibagi menjadi 2 (dua) kelompok yaitu perilaku tertutup/terselubung dan perilaku terbuka.

(18)

a. Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dakam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan / kesadaran, dan sikap yang terjadi belumbisa diamati secara jelas oleh orang lain.

b. Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice).

Perilaku positif merupakan cerminan dari kepribadian yang positif. Menurut teori kepribadian Maslow, kepribadian positif pada seorang anak dapat dilihat dari aktualisasi diri berupa perilaku sebagai berikut (Sjarkawi, 2006: 35)

1. Mandiri

Kemandirian meliputi prilaku yang mampu berinisiatifm, mampu mengatasi masalah atau hambatan, dan dapat melakukan segala sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain. Kemandirian merupakan suatu sikap individu yang diperoleh secara kumulatif selama perkembangan, dimana individu akan terus belajar untuk mandiri dalam mengahadapi lingkungan, sehingga dapat berpikir dan bertindak sendiri

2. Disiplin

Kedisiplinan merupakan sikap mental untuk melakukan hal-hal yang seharusnya pada saat yang tepat dan benar-benar mengargai waktu. Sebelum seorang anak mendisiplinkan dirinya sendiri, ia terlebih dahulu harus didisiplinkan oleh orang tuanya

3. Percaya Diri

Percaya diri merupakan suatu perasaan yang teguh pada pendirian, tabah dalam mengahadapi masalah, kreatif dalam mencari jalan keluar dan ambisi dalam mencapai sesuatu

4. Terbuka

(19)

Komunikasi yang efektif antara orang tua dan anak amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan sikap keterbukaan pada diri anak.

5. Kreatif

Menurut Maslow, anak-anak pada dasarnya kreatif. Maslow mengartikan kreatif sebagai bentuk tindakan yang asli, naïf, dan spontan sebagaimana yang sering dijumpai pada anak-anak yang polos dan jujur

6. Bertanggung jawab

Maslow menyatakan orang yang bertanggung jawab akan melaksanakan kewajibannya dengan sungguh-sungguh. Kalau melakukan kesalahan, dia berani mengakuinya. Bahkan kalau ia merasa kecewa dan sakit hati, dia tidak akan menyalahkan siapapun. Dia menyadari bahwa dirinya sendiri yang bertanggung jawab atas apapun yang dialaminya.

I.6 Alur Teoritis

Anak Orang Tua Komunikasi Antar Pribadi a. Mandiri b. Disiplin c. Percaya diri d. Terbuka e. Kreatif f. Bertanggung Jawab Perilaku Positif Anak

(20)

Komunikasi antar pribadi yang dijelaskan disini melibatkan komunikasi antara orang tua dan anak. Sebagai komunikator orang tua kerap memberikan pesan-pesan dan informasi yang dapat mengubah sikap dan perilaku anaknya. Komunikasi antar pribadi yang terjadi dianggap paling ampuh dalam mengubah sikap dan perilaku. Orang tua melakukan komunikasi antar pribadi dengan anaknya secara efektif akan dapat membentuk perilaku anaknya dalam hal ini mengarah kepada perilaku positif. Pembentukan perilaku positif yang diharapkan meliputi perilaku mandiri, disiplin, percaya diri, terbuka, kreatif dan bertanggung jawab.

I.7. Kerangka Konsep

Teori-teori yang dijadikan sebagai landasan pemikiran harus dapat menghasilkan beberapa konsep yang disebut dengan kerangka konsep. Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti, yakni istilah dan defenisi yang digunkan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995; 33)

Kerangka konsep sebagai hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini dijabarkan ke dalam 2 bentuk, yaitu:

1. Konsep Operasional 2. Operasionalisasi Konsep

(21)

Konsep Operasional Operasionalisasi Konsep 1. Komunikasi Antar Pribadi a. Hubungan/ kedekatan fisik

b. Sifat ketergantungan satu sama lain c. Proses Komunikasi

d. Isi Pesan/ topik pembicaraan e. Jenis Pesan

- Pesan Verbal - Pesan Nonverbal f. Intensitas Komunikasi g. Cara Penyampaian Pesan h. Suasana Penyampaian Pesan 2. Perilaku Positif Anak a. Mandiri

b. Disiplin c. Percaya diri d. Terbuka e. Kreatif

f. Bertanggung Jawab 3. Karakteristik Subjek Penelitian Karakteristik Orang Tua

a. Usia

b. Orang tua anak (Ibu dan Ayah, Ibu/Ayah) c. Pendidikan d. Pekerjaan Karakteristik Anak a. Usia b. Jenis Kelamin c. Urutan Kelahiran

(22)

I.8. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama. Dari informasi tersebut akan diketahui bagaimana cara pengukuran atas variabel itu dilakukan. (Singarimbun, 1995: 46)

Defenisi operasional dalam penelitian ini adalah: 1. Komponen Komunikasi Antar Pribadi

a. Kedekatan fisik adalah suatu keadaan adanya hubungan atau jarak antara pihak yang berkomunikasi. Dalam hal ini adalah adanya hubungan atau jarak antara orang tua dan anak dalam berkomunikasi. b. Sifat ketergantungan satu sama lain adalah suatu keadaan dimana ada

rasa saling membutuhkan di antara pihak yang berkomunikasi. Dalam hal ini ada rasa saling membutuhkan antara orang tua dan anaknya. c. Proses Komunikasi adalah saat berlangsungnya peristiwa komunikasi,

melipiti komunikasi satu arah dan komunikasi dua arah. Dalam hal ini berlangsungnya peristiwa komunikasi antara orang tua dan anak.

d. Isi Pesan/topic pembicaraan adalah hal-hal yang menjadi pokok bahasan pada saat komunikasi berlangsung. Dalam hal ini pesan dalam menanamkan perilaku mandiri, disiplin, percaya diri, terbuka, kreatif, dan bertanggung jawab oleh orang tua kepada anaknya..

(23)

e. Jenis Pesan, meliputi:

- Pesan verbal adalah pesan yang ditandai dengan penyebutan kata-kata, pengungkapannya baik secara lisan/tertulis. Dalam hali ini pesan secara lisan/tertulis yang disampaikan orang tua kepada anak. - Pesan nonverbal adalah pesan yang terlihat dari ekspresi wajah,

gerakan tangan, dan lain-lain. Dalam hal ini pesan nonverbal yang disampaikan orang tua kepada anaknya.

f. Intensitas Komunikasi adalah seberapa sering proses komunikasi dilakukan. Dalam hal ini seberapa sering atau frekuensi berkomunikasi antara orang tua dan anak yang mengandung pesan untuk menanamkan perilaku positif.

g. Cara Penyampaian Pesan adalah metode yang digunakan dalam berkomunikasi, dapat dilakukan secara tatap muka ataupun menggunakan isyarat nonverbal. Dalam hal ini metode yang digunakan orang tua untuk berkomunikasi kepada anak.

h. Suasana Penyampaian Pesan adalah keadaan yang mendukung komunikasi antar pribadi dilakukan. Dalam hal ini meliputi keadaan lingkungan dan kondisi emosional orang tua maupun anak.

2. Komponen Perilaku Positif Anak

a. Mandiri yaitu prilaku anak mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan/ masalah, dan dapat melakukan segala sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain

(24)

c. Disiplin yaitu sikap mental anak untuk melakukan hal-hal yang seharusnya pada saat yang tepat dan benar-benar menghargai waktu. d. Percaya Diri yaitu perasaan anak yang teguh pada pendirian, kreatif

dan ambisi dalam mencapai cita-cita/ tujuan.

e. Terbuka yaitu perilaku anak mengungkapkan isi hatinya dan pendapatnya, dan senang berbicara.

f. Kreatif yaitu tindakan rasa ingin tahu yang besar, senang bertanya, memiliki imajinasi yang tinggi, tidak takut salah, dan senang akan hal-hal baru

g. Bertanggung jawab yaitu melaksanakan tugas-tugasnya dan kewajibannya dengan sungguh-sungguh, berani mengakui kesalahan. 3. Komponen Karakteristik Responden

- Karakteristik orang tua

a. Usia yaitu umur responden sejak dilahirkan sampai dengan penelitian ini dilakukan. Dalam hal ini umur orang tua yang menjadi subjek penelitian yang dihitung dengan jumlah tahun. b. Orang tua anak yaitu orang tua yang melahirkan anak dan

membesarkan anak baik itu ibu dan ayah, ibu saja atau ayah saja. c. Pendidikan yaitu jenjang pendidikan formal terakhir meliputi, SD,

SMP, SMA, atau perguruan tinggi. Dalam hal ini tingkat pendidikan orang tua yang menjadi subjek penelitian.

d. Pekerjaan yaitu sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah atau mata pencaharian. Dalam hal ini mata pencaharian orang tua.

(25)

a. Usia yaitu umur responden sejak dilahirkan sampai dengan penelitian ini dilakukan. Dalam hal ini umur anak yang menjadi subjek penelitian yang dihitung dengan jumlah tahun.

b. Jenis kelamin yaitu merupakan pembagian pria atau wanita c. Urutan kelahiran yaitu anak keberapa yang dilahirkan dalam

Referensi

Dokumen terkait

Studi ini bertujuan untuk 1) Mengetahui efektivitas metode pembelajaran kooperatifberbasis kasus dalam konteks pembelajaran berpusat pada mahasiswa. 2) Meningkatkan kemampuan

Hasil Pemeriksaan Respirasi Tikus Berdasarkan hasil pemeriksaan respirasi didapatkan hasil P≥0,05 yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata, dan tidak ada

Dalam melakukan penilaian dengan pendekatan kalkulasi biaya (Cost Approach), diperlukan suatu tahapan yang cukup penting, yaitu memperkirakan besarnya penyusutan atau depresiasi dari

Selanjutnya, dalam melakukan penelitian tentang kepuasan pernikahan pada pasangan sebaiknya melakukan penilaian dari kedua pihak yang hidup pada satu kondisi keluarga

Dalam penulisan ini, salah satu kepuasan yang di dapat oleh tamu ekspatariat pada saat berkunjung ke Shoot Sports Bar & Billiard Medan adalah dengan bantuan GRO.. Untuk

Pengurus senat mahasiswa Fakultas Psikologi yang telah mengalami peningkatan intentionality pada elemen minat pribadi adalah mereka yang mampu secara sadar memilih

Telkom Kandatel Semarang, menggunakan variabel kepuasan pelanggan untuk dikelompokkan menjadi tiga tingkatan yaitu pelanggan yang sangat puas, puas, dan tidak puas

Meskipun HMS Sulaiman berasal dari golongan kaum tua akan tetapi buku-buku yang diterbitkan tidak hanya dari kalangan kaum tua saja tetapi juga dari kalangan kaum muda, hal ini