• Tidak ada hasil yang ditemukan

r permen lspro 10 november 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "r permen lspro 10 november 2017"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017

TENTANG

SERTIFIKASI PRODUK HASIL KELAUTAN DAN PERIKANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MASA ESA

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjamin mutu dan keamanan dan meningkatkan daya saing produk kelautan dan perikanan serta memberikan perlindungan kepada pengguna produk hasil kelautan dan perikanan serta kepastian usaha bagi produsen, perlu ada suatu lembaga pelayanan sertifikasi Standar Nasional Indonesia hasil kelautan dan perikanan yang bersifat independen dan tidak memihak;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang Sertifikasi Produk Hasil Kelautan dan Perikanan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821);

(2)

3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5360);

4. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5584);

5. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);

6. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang Kementerian Kelautan dan Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 111) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang Kementerian Kelautan dan Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 5);

7. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 28/PERMEN-KP/2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Pengujian Penerapan Hasil Perikanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1288);

8. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 6/PERMEN-KP/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 220);

MEMUTUSKAN:

(3)

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan:

1. Sertifikasi adalah rangkaian kegiatan penerbitan sertifikat terhadap produk, sarana dan prasarana, proses dan personel serta sistem mutu.

2. Standar Nasional Indonesia, yang selanjutnya disingkat SNI, adalah standar yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional dan berlaku secara nasional.

3. Sertifikat Produk Penggunaan Tanda Standar Nasional Indonesia, yang selanjutnya disebut SPPT-SNI, adalah SPPT-SNI yang dikeluarkan oleh Lembaga Sertifikasi Produk Hasil Kelautan dan Perikanan kepada produsen yang memproduksi produk hasil kelautan dan perikanan sesuai persyaratan SNI.

4. Lembaga Sertifikasi Produk Hasil Kelautan dan Perikanan yang selanjutnya disebut LSPro-HKP adalah lembaga yang melakukan kegiatan sertifikasi produk penggunaan tanda SNI untuk ruang lingkup hasil kelautan dan perikanan.

5. Personel adalah perseorangan yang bertindak untuk diri sendiri yang berkaitan dengan pembuktian kompetensi.

6. Pelaku Usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian, menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.

7. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perikanan.

(4)

Pasal 2

Tujuan dari Peraturan Menteri ini merupakan acuan bagi pelaksana tugas dan Pelaku Usaha dalam pelaksanaan kegiatan sertifikasi produk hasil kelautan dan perikanan dalam rangka:

a. meningkatkan daya saing produk kelautan dan perikanan; b. meningkatkan akses pasar produk kelautan dan perikanan;

c. melindungi konsumen produk kelautan dan perikanan.

Pasal 3

Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi:

a. LSPro-HKP;

b. Persyaratan dan Tata Cara Penerbitan Sertifikasi Produk Penggunaan Tanda SNI; dan

c. Pengawasan dan Pelaporan.

BAB II

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK HASIL KELAUTAN DAN PERIKANAN Pasal 4

(1) Dalam melaksanakan standardisasi produk kelautan dan perikanan, dilakukan sertifikasi penggunaan tanda SNI produk hasil kelautan dan perikanan.

(2) Sertifikasi penggunaan tanda SNI produk hasil kelautan dan perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh LSPro-HKP yang bersifat mandiri.

(3) LSPro-HKP yang dapat melaksanakan sertifikasi penggunaan tanda SNI produk hasil kelautan dan perikanan harus mendapat akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional.

(5)

BAB III

PERSYARATAN DAN TATA CARA PENERBITAN SERTIFIKAT PRODUK PENGGUNAAN TANDA SNI

Bagian Kesatu

Persyaratan Pasal 5

(1) Setiap Pelaku Usaha yang memproduksi dan/atau mengimpor produk hasil kelautan dan perikanan yang menerapkan SNI dapat mengajukan penerbitan SPPT SNI.

(2) Untuk memperoleh SPPT SNI sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) Pelaku Usaha mengajukan permohonan kepada lembaga sertifikasi produk sesuai dengan kewenangannya yang paling sedikit memuat:

a. maksud dan tujuan;

b. nama pemohon; c. nama perusahaan;

d. identitas pemohon;

e. alamat perusahaan dan alamat pabrik;

f. jenis produk;

g. nomor dan judul SNI;

h. jenis permohonan sertifikasi; dan

i. jenis Pelaku Usaha.

(3) Permohonan SPPT SNI sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus disertai dengan kelengkapan dokumen meliputi:

a. fotokopi identitas pemohon;

b. fotokopi NPWP pemohon;

c. fotokopi akte pendirian bagi perusahaan;

d. fotokopi surat keterangan domisili usaha;

e. fotokopi SIUP/izin usaha lainnya;

(6)

g. fotokopi Sertifikat Kelayakan Pengolahan;

h. profil perusahaan;

i. panduan mutu GMP-SSOP atau HACCP;

j. izin edar (P-IRT atau MD atau ML);

k. ilustrasi tanda SNI pada kemasan; dan

l. hasil uji produk (maksimal 1 (satu) tahun terakhir.

Bagian Kedua Tata Cara Penerbitan

SPPT-SNI

Pasal 6

(1) Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3), lembaga sertifikasi produk melakukan kaji ulang dokumen permohonan, yang hasilnya lengkap atau tidak lengkap.

(2) Dalam hal permohonan dinyatakan tidak lengkap, dokumen permohonan dikembalikan untuk dilengkapi.

(3) Dalam hal permohonan dinyatakan lengkap, lembaga sertifikasi produk dan Pelaku Usaha menandatangani perjanjian sertifikasi dan menjadwalkan evaluasi proses produksi serta pengambilan contoh.

(4) Berdasarkan perjanjian sertifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat 3, lembaga sertifikasi produk menugaskan Personel yang kompeten untuk melakukan evaluasi proses produksi dan pengambilan contoh sesuai dengan skema yang ditetapkan lembaga sertifikasi produk.

(5) Dalam hal evaluasi proses produksi ditemukan ketidaksesuaian, Pelaku Usaha diberikan waktu untuk melakukan tindakan perbaikan sesuai dengan skema yang ditetapkan lembaga sertifikasi produk.

(6) Contoh sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diuji pada laboratorium dengan ruang lingkup yang terakreditasi.

(7)

(8) Berdasarkan hasil evaluasi proses produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan hasil uji sebagaimana dimaksud pada ayat (6), lembaga sertifikasi produk melakukan kajian atas kedua hasil tersebut.

(9) Kajian atas kedua hasil sebagaimana dimaksud pada ayat (8) dilakukan oleh Personel yang berbeda.

(10) Rekomendasi atas kajian sebagaimana dimaksud pada ayat (9) disampaikan kepada Personel yang menetapkan keputusan sertifikasi.

(11) Lembaga sertifikasi produk dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak keputusan ditetapkan, harus menerbitkan:

a. sertifikat produk penggunaan tanda SNI; atau

b. penolakan penerbitan sertifikat produk penggunaan tanda SNI, disertai dengan alasan dan berkas permohonan menjadi milik LSPro-HKP.

(12) Bentuk dan format Sertifikat Produk Penggunaan Tanda SNI sebagaimana dimaksud pada ayat (10) huruf a, tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 7

(1) Sertifikat Produk Penggunaan Tanda SNI disampaikan kepada Pelaku Usaha setelah lembaga sertifikasi produk dan Pelaku Usaha menandatangani perjanjian lisensi.

(2) Perjanjian lisensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. nama LSPro pemberi lisensi;

b. alamat pemberi lisensi; c. nama penerima lisensi;

d. alamat penerima lisensi;

e. pengaturan sertifikasi dan asesmen; f. hak dan kewajiban;

g. survailen;

(8)

i. keluhan terhadap penerima lisensi;

j. publisitas; k. kerahasiaan;

l. pembayaran;

m. periode persetujuan;

n. pencabutan dan pembatalan lisensi;

o. modifikasi persyaratan produk;

p. liabilitas; dan

q. keluhan dan banding.

(3) Bentuk dan format perjanjian lisensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 8

Pelaku Usaha yang telah memperoleh SPPT-SNI dapat menggunakan dan membubuhkan pencantuman tanda SNI sesuai dengan pedoman Komite Akreditasi Nasional.

Pasal 9

(1) Dalam hal Pelaku Usaha keberatan terhadap keputusan sertifikasi yang dikeluarkan oleh lembaga sertifikasi produk dapat melakukan banding kepada lembaga sertifikasi produk.

(2) Keberatan terhadap keputusan sertifikasi harus diterima oleh lembaga sertifikasi produk maksimal 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya keputusan sertifikasi.

(3) Segala keberatan dari pihak Pelaku Usaha, harus disampaikan secara tertulis dengan dukungan data-data penunjangnya.

(9)

(5) Tim Banding sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengeluarkan keputusan yang bersifat final.

(6) Dalam hal keputusan banding tidak dapat diterima, penyelesaian dilakukan melalui Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).

(7) Seluruh pembiayaan yang timbul dalam proses penyelesaian banding dibebankan kepada Pelaku Usaha.

Pasal 10

(1) Proses penerbitan Sertifikat Produk Penggunaan Tanda SNI dikenakan biaya sertifikasi dan pengujian sesuai dengan peraturan yang berlaku.

(2) Biaya sertifikasi sebagaimana ayat (1) dibayarkan oleh Pelaku Usaha sebelum tahapan evaluasi proses produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4).

(3) Evaluasi proses produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4) dapat dilakukan apabila Pelaku Usaha sudah menyampaikan bukti pembayaran biaya sertifikasi.

(4) Biaya pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibayarkan oleh Pelaku Usaha sebelum tahapan pengujian contoh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (6).

(5) Pengujian contoh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (6) dapat dilakukan apabila Pelaku Usaha sudah menyampaikan bukti pembayaran biaya pengujian.

Pasal 11

(1) SPPT SNI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang sama.

(2) Perpanjangan SPPT SNI diajukan 6 (enam) bulan sebelum habis masa berlakunya.

(10)

BAB IV

PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN PELAPORAN Pasal 12

(1) Direktur Jenderal, gubernur, dan bupati/wali kota, atau pejabat yang ditunjuk sesuai dengan kewenangannya melakukan pembinaan kepada Lembaga Sertifikasi Produk dan Pelaku Usaha dalam pemberlakuan SNI produk hasil kelautan dan perikanan.

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara berkala melalui sosialisasi, bimbingan teknis, penyuluhan, dan/atau peningkatan peran serta masyarakat.

Pengawasan

Pasal 13

(1) Selama masa berlakunya SPPT-SNI harus dilakukan surveilan paling sedikit 1 (satu) kali evaluasi proses produksi dan 2 (dua) kali pengujian produk.

(2) Lembaga sertifikasi produk menugaskan Personel yang kompeten untuk melakukan evaluasi proses produksi dan pengambilan contoh sesuai dengan skema yang ditetapkan lembaga sertifikasi produk.

(3) Dalam hal evaluasi proses produksi ditemukan ketidaksesuaian, Pelaku Usaha diberikan waktu untuk melalukan tindakan perbaikan sesuai dengan skema yang ditetapkan lembaga sertifikasi produk.

(4) Contoh yang diambil sebagaimana pada ayat (2) diuji pada laboratorium dengan ruang lingkup yang terakreditasi atau dievaluasi oleh lembaga sertifikasi produk.

(5) Berdasarkan hasil evaluasi proses produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan hasil uji sebagaimana ayat (4), lembaga sertifikasi produk melakukan kajian atas kedua hasil tersebut.

(11)

(7) Rekomendasi atas kajian sebagaimana ayat (6) disampaikan kepada Personel yang menetapkan keputusan survailen.

Pelaporan

Pasal 14

Lembaga Sertifikasi Produk melaporkan kegiatan sertifikasi kepada Direktur Jenderal.

BAB V

PENUTUP Pasal 15

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, peraturan perundang-undangan mengenai sertifikasi produk hasil kelautan dan perikanan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti berdasarkan Peraturan Menteri ini.

Pasal 16

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang yang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

(12)

Diundangkan di Jakarta pada tanggal

DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

WIDODO EKATJAHJANA

(13)

NOMOR XX/PERMEN-KP/2017

TENTANG SERTIFIKASI PRODUK HASIL KELAUTAN DAN PERIKANAN

FORMAT SPPT SNI

Format dari Sertifikat Peroduk Penggunaan Tanda SNI ini ditulis dalam dua versi bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris dengan jenis huruf Arial ukuran 11 dengan warna hitam yang menerangkan sebagai berikut:

a. Lambang : lambang INSTITUSI sebelah kiri dan lambang KAN sebelah kanan.

b. Judul : menyebutkan LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK HASIL KELAUTAN DAN PERIKANAN c. Judul sertifikat : menyatakan SPPT SNI berdasarkan urutan penerbitan SPPT SNI.

iii : diisi akronim yang menyatakan jenis produk sesuai SNI dalam 2-3 (dua sampai dengan tiga) huruf kapital.

LSPro-HP : menyatakan nama Lembaga Sertifikasi Produk Hasil Perikanan.

MM : diisi dengan bulan diterbitkannya SPPT SNI.

YYYY : diisi dengan tahun diterbitkannya SPPT SNI.

e. Pernyataan LSPro-HP memberikan SPPT SNI

f. menyatakan nama pelaku usaha sesuai dengan Izin Usaha g. menyatakan alamat pelaku usaha

h. menyatakan alamat unit pengolahan pelaku usaha i. menyatakan penanggung jawab pelaku usaha j. menyatakan jenis produk sesuai dengan judul SNI k. menyatakan merek produk yang disertifikasi l. menyatakan nomor SNI yang diacu

m. menyatakan sistem manajemen yang digunakan (bila ada)

n. Pengesahan Sertifikasi Produk Penggunaan Tanda SNI terdiri dari: 1) masa berlaku : tanggal/bulan/tahun

(14)

3) tanda tangan : ditandatangani dan disahkan oleh Kepala unit kerja selaku pimpinan lembaga sertifikasi produk dan personel yang menetapkan keputusan sertifikasi.

o. Latar belakang SPPT SNI: terdapat “SPPT SNI-SNI MARKING

(15)

LAMPIRAN II

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

NOMOR XX/PERMEN-KP/2017

TENTANG SERTIFIKASI PRODUK HASIL KELAUTAN DAN PERIKANAN

FORMAT PERMOHONAN SERIFIKASI PRODUK

Kepada Yth., LSPro……….. Alamat

Kami yang bertandatangan dibawah ini: Nama Pemohon :

Nama Perusahaan :

Identitas Pemohon : KTP/SIM/Paspor* No. Identitas :

Jabatan :

Alamat :

bermaksud mengajukan permohonan untuk sertifikasi produk perikanan sebagai berikut:

No Nama

Produk

Judul SNI No. SNI Sertifikasi awal/ resertifikasi/perluasan*) 1. ….

….

Terlampir kami sertakan kelengkapan persyaratan, sebagai berikut (beri tanda √ untuk kelengkapan yang di lampirkan):

fotokopi identitasi pemohon fotokopi NPWP pemohon

fotokopi akte pendirian/legalitas lokasi usaha fotokopi SIUP/izin usaha lainnya

fotokopi bukti pendaftaran merek HKI (atau bukti proses pendaftaran) fotokopi Sertifikat Kelayakan Pengolahan

Profil perusahaan

(16)

Ilustrasi tanda SNI pada kemasan Hasil uji produk (1 tahun terakhir) Kuesioner yang telah diisi

Laporan hasil pengukuran kecukupan thermal (sterilisasi komersial) untuk setiap jenis produk yang diajukan (khusus ruang lingkup nomor 12 dan 13)

Demikian kami sampaikan untuk menjadi perhatian.

..., ...20... Pemohon,

(17)

LAMPIRAN III

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

NOMOR XX/PERMEN-KP/2017

TENTANG SERTIFIKASI PRODUK HASIL KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERJANJIAN LISENSI PENGGUNAAN SPPT SNI

LSPro-HP beralamat di Jl. Raya Setu No. 70, Cipayung, Jakarta Timur 13880 yang selanjutnya disebut sebagai Lembaga Sertifikasi Produk, yang dalam hal ini diwakili oleh... selaku ………, dengan ini memberikan lisensi kepada .………., beralamat di ………...………. yang dalam hal ini diwakili oleh ……….. selaku ………., yang selanjutnya disebut sebagai penerima lisensi produk ... dengan nomor SNI……… untuk keperluan penggunaan tanda kesesuaian, yang telah diperiksa dan diuji kesesuaian produknya oleh lembaga sertifikasi produk serta dikendalikan kesesuaian produknya oleh penerima lisensi terhadap standar, dengan kondisi yang diuraikan pada ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

Pasal 1

Pengaturan Sertifikasi dan Asessmen

Ketentuan umum sistem sertifikasi produk sebagaimana diatur dalam PSN 304-2006 (pedoman pelaksanaan sertifikasi produk oleh pihak ketiga) dan Pedoman KAN 403:2011 (Ketentuan umum penggunaan tanda kesesuaian berbasis SNI dan/atau regulasi teknis) serta ketentuan standar/spesifik yang dicakup dalam dokumen lisensi, berlaku dalam perjanjian ini.

Pasal 2

Hak dan Kewajiban

(1) Penerima lisensi setuju untuk menjaga dan mengendalikan kesesuaian produk yang diproduksi dan dipasok olehnya dan telah disertifikasi oleh lembaga sertifikasi produk terhadap persyaratan yang ditetapkan dalam standar yang dituliskan dalam dokumen lisensi, sesuai dengan ketentuan umum sertifikasi produk serta aturan khusus yang dinyatakan dalam dokumen lisensi.

(18)

(3) Penerima lisensi setuju bahwa personel yang mewakili lembaga sertifikasi memiliki akses dan tidak dihalangi untuk mengakses pabrik dan/atau fasilitas produksi yang berkaitan dengan produk yang tercakup dalam lisensi, tanpa pemberitahuan terlebih dahulu selama jam kerja yang normal berlaku pada fasilitas tersebut.

(4) Penerima lisensi setuju bahwa produk sebagaimana dimaksud dalam lisensi akan diproduksi sesuai dengan spesifikasi yang sama dengan contoh atau sampel produk yang telah diperiksa dan diuji serta dinyatakan memenuhi standar yang diacu oleh lembaga sertifikasi produk.

Pasal 3

Survailen

(1) Lembaga sertifikasi melaksanakan survailen secara kontinyu untuk mengetahui apakah penerima lisensi melaksanakan kewajibannya sesuai dengan ketentuan umum sertifikasi produk dan ketentuan khusus skema sertifikasi produk.

(2) Survailen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini dilaksanakan oleh personel lembaga sertifikasi atau oleh personel lembaga lain yang ditunjuk untuk melakukan survailen atas nama lembaga sertifikasi.

Pasal 4

Informasi tentang Modifikasi dalam Produksi

Penerima lisensi harus menginformasikan kepada lembaga sertifikasi setiap rencana modifikasi terhadap produk yang dimaksud dalam lisensi, serta terhadap proses produksi dan/atau sistem mutu yang berkaitan dengan produk itu.

Pasal 5

Keluhan terhadap penerima lisensi

Apabila diminta oleh lembaga sertifikasi, penerima lisensi harus memelihara rekaman dan memberikan laporan tentang keluhan yang diterima oleh penerima lisensi berkaitan dengan produk.

Pasal 6

Publisitas

(19)

(2) Lembaga sertifikasi dapat mempublikasikan pemberian dan pembatalan lisensi yang dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, melalui website BBP2HP agar publik dapat mengetahuinya.

Pasal 7

Kerahasiaan

Lembaga sertifikasi bertanggungjawab menjamin agar setiap personilnya menjaga kerahasiaan seluruh informasi milik penerima lisensi yang bersifat rahasia dan diketahui oleh personil tersebut sebagai akibat dari hubungan kerja dengan penerima lisensi.

Pasal 8

Pembayaran

Penerima lisensi harus membayar seluruh biaya yang terkait survailen, termasuk biaya pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengujian, asesmen dan administrasi, kepada lembaga sertifikasi.

Pasal 9

Periode Persetujuan

Perjanjian ini berlaku sejak …………. sampai dengan ……….., kecuali kalau lisensi dicabut oleh lembaga sertifikasi produk dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan atau dibatalkan atas permintaan penerima lisensi dengan pemberitahuan terlebih dahulu.

Pasal 10

Pencabutan atau Pembatalan Lisensi

(1) Dalam kasus pencabutan atau pembatalan lisensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, perlu dipertimbangkan tenggang tertentu antara waktu pemberitahuan sampai dengan waktu pemberlakuan pencabutan atau pembatalan tersebut secara efektif.

(2) Tenggang waktu yang dimaksud pada ayat (1) Pasal ini dapat tergantung pada situasi yang menyebabkannya, sebagai berikut:

Situasi yang menyebabkan

Keinginan penerima lisensi Ditetapkan oleh lembaga sertifikasi

Lembaga sertifikasi

membuktikan bahwa produk berbahaya

(20)

Situasi yang menyebabkan

Pelanggaran terhadap standar yang berlaku oleh penerima lisensi, kecuali untuk alasan keamanan

Maksimum 60 hari

Pembayaran kepada lembaga sertifikasi tidak dilakukan oleh penerima lisensi

Maksimum 30 hari

Penerima lisensi gagal memenuhi ketentuan lain yang tercakup dalam perjanjian lisensi

Maksimum 60 hari

Kewajiban memenuhi

persyaratan baru yang berhubungan dengan revisi standar

Sesuai dengan yang ditentukan dalam skema sertifikasi produk

(3) Informasi pencabutan atau pembatalan lisensi harus dikirim melalui surat tercatat (atau ekuivalen) kepada pihak yang lain, dengan menyebutkan alasan dan tanggal pencabutan atau pembatalan lisensi secara efektif.

Pasal 11

Modifikasi Persyaratan Produk

(1) Apabila ketentuan standar acuan yang tercakup dalam lisensi direvisi, maka lembaga sertifikasi harus segera memberitahukan pemegang lisensi melalui surat tercatat (atau euivalen), dengan menyebutkan tanggal revisi standar tersebut akan berlaku efektif serta menginformasikan penerima lisensi tentang dampak dari perubahan tersebut terhadap validitas lisensi yang telah diterbitkan oleh lembaga sertifikasi produk, termasuk perlunya dilakukannya asesmen tidak terjadwal untuk menilai kesesuaian produk yang terkait terhadap revisi standar itu.

(21)

menunjukkan hasil yang positif, maka penggunaan lisensi dapat diterbitkan dan modifikasi terhadap rekaman lembaga sertifikasi dapat dilakukan.

(3) Lembaga sertifikasi dapat membekukan lisensi bagi produk yang terkait dengan revisi standar pada tanggal di mana revisi standar yang dimaksud pada ayat (1) Pasal ini berlaku secara efektif apabila:

a. pemegang lisensi memberitahukan lembaga sertifikasi bahwa dia tidak sanggup memenuhi revisi standar yang dimaksud pada butir ayat (1) Pasal ini dalam periode waktu sebelum revisi standar itu berlaku secara efektif;

b. konfirmasi dari pemegang lisensi tentang pemenuhan revisi standar itu melampaui batas waktu dimana revisi standar itu telah berlaku secara efektif; atau

c. hasil dari asesmen tidak dapat menunjukkan pemenuhan terhadap revisi standar.

Pasal 12

Liabilitas

(ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku)

Pasal 13

Keluhan dan Banding

Semua keluhan dan banding yang mungkin timbul dalam kaitannya dengan perjanjian ini diselesaikan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan oleh lembaga sertifikasi.

Diterbitkan dalam rangkap dua dan ditandatangani oleh wakil pejabat lembaga sertifikasi dan pemohon atau perusahaan.

Atas nama lembaga sertifikasi Atas nama penerima lisensi:

Tanggal ………. Tanggal ……….

………...

………...

(22)

Referensi

Dokumen terkait

Metode penelitain yang dilakukan seperti studi pustaka, hasil wawancara secara random mengenai kawasan karst yang telah dilakukan penambangan ataupun pembukaan

Pada tabel 3.1 terdapat beberapa citra sekaligus nilai dari masing-masing citra, data ini digunakan sebagai data latih untuk database buah Morinda citrifolia yang

Dari tabel 4 dapat disimpulkan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk satu siklus proses pembuatan bioetanol dengan bahan baku kulit durian dengan kapasitas proses

Salah satu informasi akuntansi yang terkandung dalam laporan keuangan adalah rugi laba selisih nilai mata uang atau kurs.. Selisih kurs masih mempunyai pengaruh

Dalam Permenkes RI Nomor 30 tahun 2014 perencanaan kebutuhan obat merupakan proses kegiatan seleksi obat dan bahanmedis habis pakai untuk menentukan jumlah dan

In moderate and high ambient temperature, fly ash aggregate concrete provides higher compressive and tensile strengths compared with silane fly ash and crushed stone

Faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan Puskesmas oleh penduduk di Kecamatan Pati adalah faktor tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan, dengan

Preferensi dan tingkat penerimaan produk bubur instan oleh seorang calon konsumen dipengaruhi oleh banyak faktor maka pada penelitian ini faktor yang dianalisis adalah karakteristik