• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Parkir di Kota Medan Dan PDRB Sebagai Variabel Moderating Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Parkir di Kota Medan Dan PDRB Sebagai Variabel Moderating Chapter III VI"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori dan rumusan masalah penelitian, dapat dilihat

gambaran dalam penelitian ini sebagai berikut :

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

3.1.1 Jumlah Wajib Pajak Berpengaruh Terhadap Penerimaan Pajak Parkir

Jumlah wajib pajak yang besar pada suatu daerah, diharapkan mampu

untuk menambah realisasi penerimaan pajak parkir. Hal ini dapat dijadikan

sebuah dugaan bahwa semakin besar jumlah wajib pajak, akan semakin tinggi

pula penerimaan pajak parkir.

Penerimaan Pajak Parkir

(Y)

PDRB (Z) Jumlah Kenderaan

(X3)

Jumlah Inflasi (X4)

Jumlah Wajib Pajak (X1)

(2)

3.1.2 Jumlah Penduduk Berpengaruh Terhadap Penerimaan Pajak Parkir

Jumlah penduduk suatu daerah diharapkan mampu mendorong aktivitas

dan mobilitas kendaraan yang terjadi di suatu daerah, yang pada akhirnya akan

berdampak pula pada penerimaan pajak parkir di daerah tersebut. Sehingga dapat

dijadikan hipotesis bahwa jumlah penduduk berpengaruh terhadap penerimaan

pajak parkir.

3.1.3 Jumlah kenderaan Berpengaruh Terhadap Penerimaan Pajak Parkir

Jumlah kendaraan yang besar di suatu daerah, diharpakan mampu untuk

meningkatkan penerimaan pajak parkir suatu daerah. Hal ini dikarenakan

kendaraan yang banyak, akan membutuhkan lahan parkir yang banyak pula.

Dengan demikian, dapat diduga bahwa jumlah kendaraan berpengaruh terhadap

inflasi.

3.1.4 Inflasi Berpengaruh Terhadap Penerimaan Pajak Parkir

Laju inflasi dapat mempengaruhi kondisi perekonomian suatu daerah.

Inflasi yang tinggi akan menyebabkan kenaikan harga dan menurunnya daya beli

masyarakat. Hal ini akan berdampak pada pendapatan masyarakat itu sendiri,

yang pada akhirnya memiliki implikasi pada penerimaan pajak yang akan diterima

oleh negara. Oleh karena itu, dapat diambil dugaan bahwa inflasi berpengaruh

terhadap penerimaan pajak parkir.

3.1.5 PDRB Mampu Memoderasi Jumlah Wajib Pajak, Jumlah Penduduk, Jumlah Kenderaan dan Inflasi dengan Penerimaan Pajak Parkir

PDRB merupakan salah satu indikator pertumbuhan ekonomi di suatu

(3)

hubungan antara wajib pajak, jumlah penduduk, jumlah kendaraan dan inflasi

terhadap penerimaan pajak parkir, sehingga dapat dibuat sebuah dugaan bahwa

PDRB mampu memoderasi hubungan antara wajib pajak, jumlah penduduk,

jumlah kendaraan dan Jumlah Inflasi terhadap penerimaan pajak parkir.

3.2 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konseptual yang telah dikemukakan di atas, maka

hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

H1 : Jumlah wajib pajak, jumlah penduduk, jumlah kendaraan dan Jumlah

Inflasi berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap penerimaan

pajak parkir di Kota Medan.

H2 : PDRB mampu memoderasi pengaruh jumlah wajib pajak, jumlah

penduduk, jumlah kendaraan dan Jumlah Inflasi terhadap terhadap

(4)

BAB IV

METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian pengujian hipotesis (hypothesis testing)

yang bertujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan oleh peneliti mengenai

pengaruh jumlah wajib pajak, jumlah penduduk, jumlah kendaraan dan Jumlah

Inflasi terhadap penerimaan pajak parkir, dengan PDRB sebagai variabel

moderating. Menurut Sekaran (2006), pengujian hipotesis harus dapat

menjelaskan sifat dari hubungan tertentu, memahami perbedaan antar kelompok

atau independensi dua variabel atau lebih.

4.2 Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penilitian ini dilakukan di pemerintah kota medan yang

melaksanakan tugas penerimaan pendapatan yakni dinas pendapatan kota Medan

(DISPENDA) yang beralamat di Jl. Jend. Besar A.H. Nasution No. 32

Medan, Sumatera Utara, Indonesia 20143. Adapun waktu penelitian ini yaitu

pada Bulan Desember 2016 hingga Januari 2017.

4.3 Populasi dan Sampel

Di dalam penelitian ini menggunakan pengamatan data penerimaan pajak

parkir selama 3 tahun dengan pengamatan bulanan (Time Series), sehinga

pengamatan yang diperoleh menjadi 36 bulan yakni dari bulan Januari

2013-Desember 2015. Data yang digunakan berupa data sekunder laporan penerimaan

pajak parkir, jumlah wajib pajak parkir, jumlah kendraan, jumlah penduduk

(5)

4.4 Metode Pengumpulan Data

Metode dalam pengumpulan data penelitian ini adalah data sekunder dan

teknik yang digunakan dalam pengumpulan data tersebut adalah dengan teknik

dokumentasi, yakni melakukan pencatatan dan pengkopian atas data-data

sekunder yang diperoleh dari Dinas Pendapatan Kota Medan, Dinas Pendapatan

pemerintah Sumatera Utara dan Badan Pusat Statistik Kota Medan. Data yang

diperoleh dalam penelitian ini adalah laporan penerimaan pajak parkir di Kota

Medan, Jumlah Kenderaan, Jumlah Wajib Pajak Parkir, Jumlah Inflasi, jumlah

penduduk dan PDRB harga berlaku.

4.5. Definisi Operasional Variabel dan Metode Pengukuran Variabel 4.5.1 Jumlah Wajib Pajak.

Jumlah wajib pajak merupakan jumlah total dari orang pribadi ataupun

badan yang menurut ketentuan pajak ditentukan untuk melakukan kewajiban

pajak. Dalam konteks pajak parkir, maka jumlah wajib pajak parkir diukur

melalui nilai logaritma natural dari jumlah wajib pajak parkir yang terdapat di

Kota Medan.

4.5.2 Jumlah Penduduk.

Penduduk menurut Badan Pusat Statistik (BPS) adalah semua orang yang

berdomisili di wilayah geografis suatu daerah selama 6 bulan atau lebih dan/atau

mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap.

Pengukuran yang digunakan adalah nilai logaritma natural (Ln) dari jumlah

(6)

4.5.3Jumlah Kenderaan.

Jumlah kendaraan adalah jumlah dari seluruh kendaraan bermotor di kota

Medan yang teregistrasi dan terdaftar dalam pencatatan data Dinas Pendapatan

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Pengukuran yang digunakan adalah nilai

logaritma natural dari jumlah kendaraan.

4.5.4Inflasi.

Inflasi adalah meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus

dalam periode tertentu. Data inflasi ditunjukkan dalam nilai presentase.

4.5.5 Penerimaan Pajak Parkir

Variabel dependen adalah variabel yang dijelaskan atau yang dipengaruhi

oleh variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah

penerimaan pajak parkir yang ada di Dinas Pendapatan Pemerintah Kota Medan.

Penerimaan pajak parkir adalah pembayaran atau iuran yang diterima dari orang

pribadi atau badan melalui pemotongan pajak atas jasa parkir. Pengukuran

penerimaan pajak parkir dapat diukur melalui nilai logaritma natural dari total

penerimaan pajak parkir.

4.5.6 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Variabel moderating adalah variabel yang akan memperkuat atau

memperlemah hubungan antara variabel independen lainnya terhadap variabel

dependen. Variabel moderating dalam penelitian ini adalah PDRB. PDRB yang

dimaksud adalah jumlah nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dari seluruh

kegiatan pekonomian di seluruh daerah dalam tahun tertentu atau periode tertentu.

(7)

uraian definisi operasional variable diatas dapat dilihat dalam bentuk tabel 4.1

dibawah ini:

Tabel 4.1

Definisi Operasional Variabel

4.6. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah teknik analisis statistik

dengan melakukan pengujian regresi berganda dari data sekunder. Peneliti

melakukan terlebih dahulu uji asumsi klasik sebelum melakukan uji hipotesis.

Kuncoro (2005) menyatakan bahwa ”satu di antara syarat mendasari penggunaan

model regresi adalah dipenuhinya semua asumsi klasik”, agar hasil pengujian

Jenis

Variabel Definisi Indikator

Skala Pengukuran Jumlah Wajib

Pajak (X1)

Jumlah Wajib Pajak (WP) adalah Orang Pribadi atau Badan yang terdaftar dan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD) menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan dibidang pajak parkir.

Jumlah

Semua orang yang berdomisili di wilayah geografis suatu daerah selama 6 bulan atau lebih dan/atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap.

Jumlah dari seluruh kendaraan bermotor yang teregistrasi dalam pencatatan data Dinas Pendapatan Daerah.

Jumlah kendaraan

Rasio

Inflasi

(X4) Tingkat kenaikan harga-harga secara umum dan terus-menerus dalam periode tertentu.

Laju inflasi Rasio

Penerimaan Pajak Parkir (Y)

Pembayaran yang diterima dari wajib pajak parkir orang pribadi atau badan melalui pemotongan pajak atas jasa parkir yang digunakan.

Penerimaan pajak parkir

Rasio

PDRB (Z)

Jumlah nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dari seluruh kegiatan pekonomian di seluruh daerah dalam tahun tertentu atau periode tertentu.

(8)

bersifat tidak bias dan efisien dengan bantuan SPSS. Metode analisis data

menggunakan statistik deskriptif, uji asumsi klasik dan uji regresi berganda.

4.6.1 Statistik Deskriptif

Statistika deskriptif adalah metode-metode yang berkaitan dengan

pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi

yang berguna. Statistika deskriptif hanya memberikan informasi mengenai data

yang dipunyai dan sama sekali tidak menarik inferensia atau kesimpulan apapun

tentang gugus induknya yang lebih besar. Contoh statistika deskriptif yang sering

muncul adalah nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,

minimum (Ghozali, 2013 : 19). Dengan Statistika deskriptif, kumpulan data yang

diperoleh akan tersaji dengan ringkas dan rapi serta dapat memberikan informasi

inti dari kumpulan data yang ada.

4.6.2 Uji Asumsi Klasik

Untuk melakukan uji asumsi klasik terhadap data skunder ini, maka peneliti

melakukan uji normalitas, uji multikolonieritas, dan uji autokeralasi.

a. Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel bebas dan variabel terikat keduanya mempunyai distribusi normal

ataukah tidak (Ghozali, 2013:35). Model regresi yang baik adalah memiliki

distribusi data normal atau mendekati normal. Pengujian normalitas dalam

penelitian ini menggunakan metode pengujian kolmogrov-smirnov dan diagram

histogram. Kriteria pengambilan keputusan adalah:

(9)

Hal tersebut juga dapat dilihat pada diagram histogram dimana dasar

pengambilan keputusan adalah apabila grafik histogram tidak condong ke kiri dan

ke kanan maka data penelitian berdistribusi normal, dan sebaliknya.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah

pada model regresi ditemukan korelasi antara variabel independen. Model regresi

yang baik adalah jika tidak ditemukannya korelasi antara variabel independen.

Untuk mendeteksi apakah suatu model regresi mengalami multikolinieritas, dapat

diperiksa menggunakan VIF. VIF merupakan singkatan dari Variance Inflation

Factor. Nilai VIF < 10 berarti tidak terjadi multikolinieritas yang serius di dalam

model regresi tersebut.

c. Uji Heterokedastisitas

Heterokedastisitas adalah varian residual yang tidak konstan pada regresi

sehingga akurasi hasil prediksi menjadi meragukan. Model yang digunkan adalah

dengan menggunakan grafik scaterplot. Model regresi linier berganda dikatakan

tidak terdapat heterokedastisitas jika fisik residu tidak membentuk pola maka data

bebas dari asumsi tentang heterokedastisitas.

d. Uji Autokolerasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model, regresi linear

ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada

masalah autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan

sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual

(10)

Deteksi ada tidaknya autokorelasi pada penelitian ini yaitu dengan melihat

nilai hitung Durbin Watson denganditeksi uji autokorelasi sebagi berikut :

a. Jika d < dL maka terdapat autokorelasi

b. Jika d > dU maka tidak terdapat autokorelasi

c. Jika dL < d < dU maka pengujian tidak menyakinkan atau tidak ada

kesimpulan yang pasti.

4.6.3 Uji Regresi Berganda

Untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial dan

simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen, maka analisa

statistik yang digunakan adalah dengan menggunakan analisis regresi berganda.

Adapun pengujian varibel moderating dengan menggunakan uji residual, dimana

persamaan regresi berganda pada model I dan uji residual pada model II, yaitu :

Y = b0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + e …………. Model 1

Keterangan :

Y = Penerimaan Pajak Parkir

b0 = Intercept X1 = Jumlah Wajib Pajak

b1 = Koefisiensi Regresi X2 = Jumlah Penduduk

Jumlah Wajib Pajak X3 = Jumlah Kendaraan

b2 = Koefesiensi Regresi Jumlah X4 = Inflasi

Penduduk Y = Penerimaan Pajak Parkir

b3 = Koefisiensi Regresi e = error

Jumlah Kendaraan

(11)

4.6.4Uji Hipotesis Penelitian

Metode yang digunakan untuk menguji hipotesis pertama

menggunakan analisis regresi berganda. Hipotesis pertama diuji dengan

menentukan tingkat signifikansi dengan uji simultan (Uji Ftest dan R2) dan U j i

p a r s i a l ( u j i tt e s t) s e b a g i b e r i k u t :

a. Uji Determinasi (R2)

Uji Determinasi (R2)digunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi

adalah di antara nol dan satu. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel

independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variasi variabel dependen. Dari penelitian di atas dengan

menggunakan lebih dari 2 variabel maka digunakan adjusted R square karena

lebih akurat dibandingkan dengan R2.

b. Uji Statistik F (Uji Signifikansi Simultan)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas

yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama

terhadap variabel terikat. Uji F bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara

variabel independen dengan variabel dependen secara simultan.Untuk mengetahui

apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel masing-masing

independen terhadap suatu variabel dependen.Secara bebas dengan Signifikan

sebesar 0,05, dapat disimpulkan (Ghozali, 2013:98).Pedoman yang digunakan

(12)

Hipotesis diterima jika F-hitung > F-tabel , atau nilai p-value pada kolom sig. <

level of significant(α) 5%.

Hipotesis diterima jika F-hitung < F-tabel, atau nilai p-value pada kolom sig. >

level of significant(α) 5%.

c. Uji statistik t (Uji Signifikansi Parsial)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu

variabel penjelas secara individual dalam menerangkan variabel-variabel terikat

(Kuncoro, 2013 : 244). Uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara variabel

independen dengan variabel dependen secara parsial. Uji ini digunakan untuk

mengetahui pengaruh jumlah wajib pajak, jumlah penduduk, jumlah kendaraan,

Jumlah Inflasi variabel terhadap variabel yaitu penerimaan pajak parkir.

Pedoman yang digunakan untuk menerima atau menolak hipotesis yaitu:

Hipotesis diterima jika t-hitung > t-tabel atau nilai p-value pada kolom sig. < level

of significant(α) 5%.

Hipotesis diterima jika t-hitung < t-tabel atau nilai p-value pada kolom sig. > level

of significant(α) 5%.

4.6.5 Uji Moderasi (Uji Residual)

Uji Moderasi (Uji residual) digunakan untuk menguji apakah variabel Z

(PDRB) mampu memoderasi hubungan antara variabel X yaitu jumlah wajib

pajak, jumlah penduduk, jumlah kendaraan, dan inflasi terhadap variabel Y yaitu

penerimaan pajak parkir. Perhitungan dalam penelitian ini, terlebih dahulu dihitung

koefisien korelasi dengan menggunakan bantuan SPSS 19 dengan model I sebagai

(13)

Z = α + bı Xı + b2 X2 + b3X3 + b4X4 + e ………. (1)

| e | = α + b5Y ……….... (2)

Keterangan :

Y = Penerimaan Pajak Parkir

b0 = Intercept X1 = Jumlah Wajib Pajak

b1 = Koefisiensi Regresi X2 = Jumlah Penduduk

Jumlah Wajib Pajak X3 = Jumlah Kendaraan

b2 = Koefesiensi Regresi Jumlah X4 = Inflasi

Penduduk b5 = Koefisiensi Regresi Residual Y

b3 = Koefisiensi Regresi Z = PDRB

Jumlah Kendaraan e = error

(14)

43

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Deskriptif Data

5.1.1 Analisis Data

1. Data Jumlah Wajib Pajak

Berdasarkan data yang didapatkan dari Dinas Pendapatan Daerah

(Dispenda) Kota Medan dari Januari 2013 s.d Desember 2015 adalah sebagai

berikut :

Tabel 5.1

Perkembangan Jumlah Wajib Pajak Bulan / Tahun 2013 2014 2015

Januari 47 57 110

Februari 47 60 124

Maret 47 62 129

April 50 64 136

Mei 50 66 142

Juni 51 68 152

Juli 53 70 156

Agustus 53 70 158

September 54 73 158

Oktober 56 76 161

November 57 77 161

Desember 57 77 161

Sumber : Data Dispenda Kota Medan, diolah 2016

Berdasarkan angka di atas, penulis menggambarkan perkembangan jumlah

(15)

44

Gambar 5.1 Perkembangan Jumlah Wajib Pajak

Berdasarkan data di atas bahwa trend perkembangan jumlah wajib pajak

setiap tahun meningkat terutama tahun 2015 yang jumlah wajib pajak meningkat

drastis dari 70-an hingga 160-an wajib pajak.

2. Data Jumlah Penduduk Kota Medan

Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Pusat Statitstik Kota Medan

dari Januari 2013 s.d Desember 2015 adalah sebagai berikut :

Tabel 5.2

Perkembangan Jumlah Penduduk Kota Medan

Bulan / Tahun 2013 2014 2015

Januari 2,117,429 2,127,891 2,196,214

Februari 2,113,261 2,132,974 2,200,884

Maret 2,110,233 2,138,392 2,205,083

April 2,108,278 2,144,078 2,208,744

Mei 2,107,329 2,149,963 2,211,801

Juni 2,107,318 2,155,983 2,214,186

Juli 2,108,179 2,162,068 2,215,831

Agustus 2,109,845 2,168,153 2,216,671

September 2,112,248 2,174,169 2,216,637

Oktober 2,115,321 2,180,051 2,215,663

November 2,118,998 2,185,730 2,213,681

Desember 2,123,210 2,191,140 2,221,021

Sumber : Data Statistik Sumatera Utara, diolah 2016

Berdasarkan angka di atas, penulis menggambarkan perkembangan jumlah

(16)

45

Gambar 5.2 Perkembangan Jumlah Penduduk Kota Medan

Berdasarkan data di atas bahwa trend perkembangan jumlah penduduk

warga kota Medan setiap tahun meningkat terutama tahun 2015 yang jumlah

penduduk meningkat terus dari tahun 2013 hingga 2015 yang memungkinkan

besar peluang banyak masyarakat yang akan menggunakan alat transportasi

pribadi sehingga dapat diduga akan meningatkan jumlah penerimaan pajak parkir.

3. Data Jumlah Kendaraan di Kota Medan

Berdasarkan data yang diperoleh dari Unit Pelaksana Tugas (UPT) Dinas

Pendapatan Provinsi Sumatera Utara dari bulan Januari 2013 sampai dengan bulan

Desember 2015 adalah sebagai berikut :

Tabel 5.3

Perkembangan Jumlah Kendaran di Kota Medan

Bulan / Tahun 2013 2014 2015

Januari 158.862 486.416 847.832

Februari 185.462 513.266 872.549

Maret 211.323 537.107 899.347

April 242.662 567.421 924.609

Mei 269.116 589.001 949.001

(17)

46

Agustus 350.879 678.712 1.028.830

September 382.197 720.606 1.056.674

Oktober 411.397 757.590 1.082.223

November 435.485 788.798 1.104.267

Desember 463.451 820.216 1.125.817

Sumber : Data Dispenda Sumatera Utara, diolah 2016

Berdasarkan angka di atas, penulis menggambarkan perkembangan jumlah

kenderan di Kota Medan sebagai berikut :

Gambar 5.3 Perkembangan Jumlah Kendaran di Kota Medan

Berdasarkan data di atas bahwa trend perkembangan jumlah kendaran di

Kota Medan setiap tahun meningkat dari tahun 2013 hingga tahun 2015

mengindikasikan banyaknya jumlah kendaraan yang terdaftar dan teregitrasi di

Kota Medan sehingga memberikan peluang untuk meningkatkan pendapatan

daerah dalam bidang sektor pajak parkir di Kota Medan.

4. Data Jumlah Inflasi

Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Pusat Statitstik Kota Medan

(18)

47

Jumlah Inflasi Kota Medan (%)

Bulan / Tahun 2013 2014 2015

Sumber : Data Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, diolah 2016

Berdasarkan angka di atas, penulis menggambarkan Jumlah Inflasi di Kota

Medan sebagai berikut :

Gambar 5.4 Perkembangan Inflasi di Kota Medan

(19)

48

inflasi yang tinggi yang berdampak pada kenaikan harga sehingga dampaknya

pada meningkatnya disemua harga harga yang menyebabkan kecilnya

kemungkinan masyarakat untuk membayar pajak.

5. Data Jumlah Penerimaan Pajak Parkir Kota Medan

Berdasarkan data yang didapatkan dari Dinas Pendapatan Daerah

(Dispenda) Kota Medan dari tahun 2013 s.d 2015 adalah sebagai berikut :

Tabel 5.5

Perkembangan Jumlah Penerimaan Pajak

Bulan / Tahun 2013 2014 2015

Januari 549.137.300,00 460.060.983,00 860.312.348,00 Februari 1.247.064.576,51 1.043.600.654,26 1.710.856.423,00

Maret 1.844.774.177,15 1.550.861.139,26 2.786.438.491.61 April 2.340.710.894,15 2.192.890.970,26 3.816.515.910,61 Mei 3.044.229.253,60 2.532.807.087,59 4.697.037.165,61 Juni 3.677.717.450,27 3.491.374.027,09 5.749.293.127,61 Juli 4.291.134.853,67 4.091.327.752,67 6.779.018.515,54 Agustus 5.101.574.230,67 4.855.749.425,67 7.623.193.090,54 September 5.619.677.460,67 5.661.139.147,67 8.595.198.102,54 Oktober 6.102.884.535,00 6.380.122.943,47 9.822.507.048,54 November 6.639.287.918,00 7.249.500.252,14 10.855.964.209,54 Desember 7.317.646.365,67 8.119.739.943,14 11.649.898.659,54

Sumber : Data Dispenda Kota Medan, diolah 2016

Berdasarkan angka di atas, penulis menggambarkan perkembangan jumlah

(20)

49

Gambar 5.5 Perkembangan Jumlah Penerimaan Pajak

Berdasarkan data di atas bahwa trend perkembangan jumlah wajib pajak

setiap tahun meningkat terutama tahun 2015 yang jumlah penerimaan pajak parkir

meningkat drastis dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

6. Data Perkembangan PDRB Kota Medan

Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota

Medan perkembangan PDRB Kota Medan dari tahun 2013 s.d 2015 adalah

sebagai berikut :

Tabel 5.6

Perkembangan Jumlah PDRB (miliar rupiah)

Bulan / Tahun 2013 2014 2015

Januari 10.374,03 11.680,92 13.059,91

Februari 10.480,18 11.793,08 13.178,08

Maret 10.586,84 11.905,74 13.296,75

April 10.693,99 12.018,91 13.415,92

Mei 10.801,65 12.132,57 13.535,59

Juni 10.909,80 12.246,73 13.655,76

Juli 11.018,46 12.361,40 13.776,44

Agustus 11.127,62 12.476,57 13.897,61

September 11.237,28 12.592,23 14.019,29

Oktober 11.347,44 12.708,40 14.141,46

(21)

50

menerus naik setiap bulannya. penulis menggambarkan perkembangan PDRB

adalah sebagai berikut :

Gambar 5.6 Perkembangan Jumlah PDRB

Berdasarkan data di tas bahwa trend perkembangan PDRB setiap tahun

bervariasi pada tahun 2013-2015.

5.1.2 Uji Asumsi Klasik

Untuk melakukan uji asumsi klasik terhadap data skunder ini, maka

peneliti melakukan uji normalitas, uji multikolonieritas, dan uji autokeralasi.

a) Uji normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel dependen

berdistribusi normal, yaitu menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov

(K-S). Dasar pengambilan keputusan adalah jika probabilitas signifikannya >

0,05 maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

Berikut tabel hasil uji normalitas data dengan menggunakan

(22)

51

Tabel 5.7

Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized

Residual

N 36

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 176.18159678

Most Extreme Differences Absolute .145

Positive .075

Negative -.145

Kolmogorov-Smirnov Z .869

Asymp. Sig. (2-tailed) .437

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Berdasarkan tabel One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test di atas nilai

signifikansi lebih besar dari 0,05 sehingga dapat dinyatakan bahwa data tersebut

berdistribusi normal. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat juga dengan

menggunakan diagram histogram dan P-Plot berikut:

Gambar 5.7 Uji Normalitas Histogram Histogram

(23)

52

Gambar 5.8 Uji Normalitas P-Plot

b) Uji Multikolineritas

Uji Multikolinearitas dilakukan untuk memastikan bahwa tidak terdapat

multikolinieritas dalam data dari variabel-variabel independennya. Maksudnya

adalah tidak ada korelasi yang sempurna atau korelasi yang tidak sempurna tetapi

relatif tinggi pada variabel-variabel bebasnya. Data dikatakan tidak mengalami

multikolinearitas apabila nilai Tolerance ≥ 0,10 dan nilai VIF ≤ 10. Hasil uji

multikoliniearitas dapat di lihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.8 Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Model Correlations Collinearity Statistics

Zero-order Partial Part Tolerance VIF

1 wajib pajak .555 .165 .100 .140 7.142

jumlah penduduk .498 -.576 -.420 .045 9.042

jumlah kendaraan .598 .621 .472 .043 9.266

Inflasi .330 .511 .354 .997 1.003

a. Dependent Variable: Penerimaan Pajak parkir

(24)

53

Berdasarkan Tabel 5.8 diatas hasil uji multikolinearitas menunjukkan

bahwa seluruh variabel independen memiliki Tolerance≥ 0,10 dan nilai VIF ≤ 10

sehingga dapat disimpulkan bahwa data penelitian ini tidak terdapat

multikolinearitas.

c) Heterokedastisitas

Heterokedastisitas adalah varian residual yang tidak konstan pada regresi

sehingga akurasi hasil prediksi menjadi meragukan. Model yang digunkan adalah

dengan menggunakan grafik scaterplot di bawah ini :

Scatterplot

Dependent Variabel : Penerimaan Pajak Parkir

Gambar 5.9 Uji Heterokedastisitas

Model regresi linier berganda dikatakan tidak terdapat heterokedastisitas

jika fisik residu tidak membentuk pola, maka data bebas dari asumsi tentang

(25)

54

yang menyebar secara acak, tidak membentuk suatu pola tertentu atau tidak

teratur serta titik-titik tersebut juga menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada

sumbu Y Hal ini mengindikasikan tidak terjadi heteroskedastisitas.

d) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model, regresi linear

ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada

masalah autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan

sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual

(kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya.

Deteksi ada tidaknya autokorelasi pada penelitian ini yaitu dengan melihat

nilai hitung Durbin Watson Deteksi ada tidaknya autokorelasi pada

penelitian ini yaitu dengan melihat nilai hitung Durbin Watson dengan diteksi

uji autokorelasi sebagi berikut :

a. Jika d < dL maka terdapat autokorelasi

b. Jika d > dU maka tidak terdapat autokorelasi

c. Jika dL < d < dU maka pengujian tidak menyakinkan atau tidak ada

kesimpulan yang pasti.

Data dari analisa dengan menggunakan SPSS adalah sebagai berikut :

Tabel 5.9 Uji Autokorelasi Model Durbin-Watson

(26)

55

Pada hasil uji di atas, bahwa hasil durbin waston adalah 1,693 nilai ini

akan dibandingkan dengan niali tabel sig 5% dengan n= 36 dan jumlah k = 5

dU = 1,799 dan dL= 1,175 artinya pada tabel ini d > dU atau 1,898 > 1,799

artinya terdapat tidak terjadi autokorelasi.

5.1.3 Uji Regresi Berganda

Pengujian regresi berganda dilakukan dengan penerapan uji persamaan

regresi linear berganda. Analisis regresi linear berganda adalah hubungan secara

linear antara dua atau lebih variabel independen dengan variabel dependen.

Hasil uji regresi berganda dapat di lihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.10

a. Dependent Variable: Penerimaan Pajak Parkir

Perhitungan dalam penelitian ini, terlebih dahulu dihitung koefisien

korelasi dengan menggunakan bantuan SPSS 19 dengan model I sebagai

berikut :

Y=b0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4+ e……… Model 1

(27)

56

Keterangan :

Y = Penerimaan Pajak Parkir

b0 = Intercept X1 = Jumlah Wajib Pajak

b1 = Koefisiensi Regresi X2 = Jumlah Penduduk

Jumlah Wajib Pajak X3 = Jumlah Kendaraan

b2 = Koefesiensi Regresi Jumlah X4 = Inflasi

Penduduk Y = Penerimaan Pajak Parkir

b3 = Koefisiensi Regresi Z = PDRB

Jumlah Kendaraan e = error

b4 = Koefisiensi Regresi Inflasi

Berdasarkan persamaan diatas maka dapat dijelaskan hasil uji regresi linier

berganda sebagai berikut :

1. Apabila wajib pajak (X1) mengalami peningkatan sebesar satu satuan maka

Penerimaan Pajak Parkir (Y) mengalami peningkatan sebesar sebesar Rp.

10,838. Artinya, jika Penerimaan Pajak Parkir mengalami peningkatan maka

hal ini disebabkan karena bertambahnya jumlah penduduk. Peningkatan

jumlah wajib pajak akan meningkatkan penerimaan dalam sektor pajak

perparkiran.

2. Apabila jumlah penduduk (X2) mengalami peningkatan sebesar satu satuan

maka Penerimaan Pajak Parkir (Y) mengalami peningkatan sebesar

1.366,339. Artinya, jika Penerimaan Pajak Parkir mengalami peningkatan

(28)

57

Peningkatan jumlah penduduk akan meningkatkan penerimaan dalam sektor

pajak perparkiran.

3. Apabila jumlah kendaraan (X3) mengalami peningkatan sebesar satu satuan

maka Penerimaan Pajak Parkir (Y) mengalami peningkatan sebesar sebesar

Rp. 22,617. Artinya, jika Penerimaan Pajak Parkir mengalami peningkatan

maka hal ini disebabkan karena bertambahnya jumlah kenderaan.

Peningkatan jumlah kenderaan akan meningkatkan penerimaan dalam sektor

pajak perparkiran.

4. Apabila Jumlah Inflasi (X4) mengalami peningkatan sebesar satu persen

maka Penerimaan Pajak Parkir (Y) mengalami peningkatan sebesar sebesar

Rp. 125,483. Artinya, jika Penerimaan Pajak Parkir mengalami peningkatan

maka hal ini disebabkan karena meningkatnya Jumlah Inflasi.

5.1.4 Uji Hipotesis Penelitian a. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (Adjusted R2) mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai Adjusted R2 yang

mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua

informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

Menurut Sugiyono, (2009 : 73) pedoman untuk memberikan interpretasi

koefisien korelasi sebagai berikut:

0,00– 0,25 = Sangat Rendah 0,25 – 0,50 = Rendah

0,50 – 0,75 = Sedang 0,75 – 0,99 = Kuat

(29)

58

Hasil uji koefisien determinasi (Adjusted R2) dapat dilihat pada Tabel 5.11

berikut:

Tabel 5.11

Uji Koefisien Determinasi Model Summaryb

a. Predictors: (Constant), inflasi, jumlah penduduk, wajib pajak, jumlah kendaraan

b. Dependent Variable: Penerimaan Pajak Kendaraan Sumber: Output SPSS

Hasil uji koefisien determinasi ini dapat dilihat melalui R2, namun demikian

berdasarkan buku Ghozali (2013: 97) telah dijelaskan bahwa kelemahan mendasar

penggunaan koefisien determinasi R2 adalah bias terhadap jumlah variabel

independen yang dimasukkan kedalam model. Setiap tambahan satu variabel,

maka R2 pasti meningkat tidak perduli apakah variabel tersebut berpengaruh

secara signifikan atau tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel

dependen. Oleh karena itu, banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan

nilai R2 pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik.

Berdasarkan tabel 5.20, nilai Koefisien (R) sebesar 0,803 yang

menunjukkan hubungan antara variabel yang kuat, dengan koefisien determinasi

(R square) sebesar 0,645 atau 64,5% dalam kategori sedang. Nilai ini berarti

variabel jumlah wajib pajak, pertumbuhan penduduk, jumlah kendaraan dan

inflasi dapat menjelaskan variabel Penerimaan Pajak Parkir sebesar 60,3%.

Sedangkan sisanya 35,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam

(30)

59

Artinya, variabel jumlah wajib pajak, jumlah penduduk, jumlah

kenderaan, dan inflasi belum mampu mewakili secara sempurna (100%) untuk

menilai Penerimaan Pajak Parkir pada di Kota Medan. Namun demikian, variabel

penelitian, teori dan hasil penelitian telah dipaparkan secara baik dan mendalam di

dalam penelitian ini, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa terdapat variabel

lainnya yang lebih kuat yang mampu mengukur Penerimaan Pajak Parkir daripada

variabel-variabel independen ini. Kelemahan korelasi diantara variabel

independen yang belum mampu mewakili secara mutlak terhadap hasil penelitian

ini, bukanlah merupakan sesuatu yang mutlak akan terjadi juga pada objek

penelitian yang lain atau melakukan penambahan objek penelitian lainnya, maka

dari itu teori dan hasil penelitian tidak selamanya berbanding lurus.

b.Uji F (Uji Secara Simultan)

Uji Statistik F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel

independen yang digunakan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan

terdahap variabel dependen. Hasil uji F dapat dilihat pada tabel 5.12 berikut ini :

Tabel 5.12 Uji F (Uji Simultan)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1974764.830 4 493691.207 14.087 .000a

Residual 1086398.427 31 35045.111

Total 3061163.256 35

a. Predictors: (Constant), inflasi, jumlah penduduk, wajib pajak, jumlah kendaraan b. Dependent Variable: Penerimaan Pajak Parkir

(31)

60

simultan variabel jumlah wajib pajak, jumlah penduduk, jumlah kendaaan, dan

inflasi berpengaruh signifikan terhadap Penerimaan Pajak Parkir. Hasil analisis ini

diperkuat dengan membandingkan antara Fhitung 14,087 yang jauh lebih besar dari

Ftabel yaitu 2,53 dimana Ftabel dihitung dengan menggunakan ketentuan tingkat

signifikansi 5%, dengan df=n-k-1 (pada penelitian ini df =36-5-1=30), sehingga

didapat nilai F tabel sebesar 2,53 maka Fhitung > F tabel atau 14,087 > 2,53 sehingga

dapat dismpulkan bahwa secara simultan semua varibel independent berpengaruh

positif dan signifikan atau H1 diterima.

c. Uji t (Uji Secara Parsial)

Uji parsial (Uji t) pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh satu variabel

independen secara individual atau parsial dapat menerangkan variasi variabel

dependen. Metode dalam penentuan t tabel menggunakan ketentuan tingkat

signifikansi 5%, dengan df=n-k-1 (pada penelitian ini df=36-5-1=30), sehingga

didapat nilai t tabel sebesar 2,042. Hasil uji t dapat dilihat pada tabel 5.13 berikut :

Tabel 5.13

(32)

61

Dari nilai-nilai koefisien tersebut, maka dapat disusun persamaan regresi

sebagai berikut:

Y = 28284,055 + 10,838X1 + 1366,339X2 + 22,617X3 + 125,483X4 +ɛ Berdasarkan persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Nilai thitung untuk jumlah wajib pajak adalah 10,838 dengan tingkat

signifikansi 0,001 maka variabel jumlah wajib pajak berpengaruh terhadap

Penerimaan Pajak Parkir dengan nilai thitung (3,643) > ttabel (2,042) dan nilai

signifikan (0,001) < 0,05.

2. Nilai thitung untuk jumlah pertumbuhan penduduk adalah 1366,339 dengan

tingkat signifikansi 0,000 maka variabel jumlah pertumbuhan

pendudukberpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Penerimaan

Pajak Parkir dengan nilai thitung (3,923) > ttabel (2,042) dan nilai signifikan

(0,000) < 0.05.

3. Nilai thitung untuk jumlah kendaraan adalah 22,617 dengan tingkat

signifikansi 0,000 maka variabel jumlah kendaraan berpengaruh secara

positif dan signifikan terhadap Penerimaan Pajak Parkir dengan nilai thitung

(4,412) > ttabel (2,042) dan nilai signifikan (0,000) < 0.05.

4. Nilai thitung untuk inflasi adalah 125,483 dengan tingkat signifikansi 0,002

maka variabel inflasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap

Penerimaan Pajak Parkir dengan nilai thitung (3,310) > ttabel (2,042) dan

(33)

62

5.1.5 Uji Moderasi (Uji Residual)

Uji Residual dilakukan untuk melihat apakah variabel moderating dapat

memperkuat atau memperlemah pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen. Hasil uji residual PDRB (Z) dapat dilihat pada Tabel 5.14 dan Tabel

jumlah kendaraan .042 .001

Inflasi .004 .007

a. Dependent Variable: Unstandardized Residual Sumber: Output SPSS

Berdasarkan tabel 5.14 dan tabel 5.15 dapat dilihat persamaan hasil uji

residual sebagai berikut :

(34)

63

Output coefficient tabel 5.14 menggambarkan nilai signifikan 0,000 < 0,05

dan nilai koefisien parameternya positif yaitu 0,596 maka dapat disimpulkan

bahwa variabel PDRB sebagai variabel moderasi mampu memoderasi antara

jumlah wajib pajak, pertumbuhan penduduk, jumlah kendaraan dan inflasi dengan

Penerimaan Pajak Parkir pada Dispenda Kota Medan atau H2 diterima.

5.2 Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis maka dapat dibuat pembahasan

sebagai berikut :

5.2.1 Pengaruh Wajib Pajak terhadap Penerimaan Pajak Parkir

Hasil pengujian hipotesis secara parsial menunjukkan bahwa wajib pajak

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penerimaan Pajak Parkir. Hal ini

dapat dilihat dengan nilai signifikan 0,001 lebih kecil dari α = 0,05. wajib pajak

akan mampu meningkatkan Penerimaan Pajak Parkir dikarenakan semakin tinggi

wajib pajak maka akan meningkatkan upaya wajib pajak untuk melaksanakan

kewajiban perpajakannya sehingga berdampak positif terhadap Penerimaan Pajak

Parkir dan nilai jumlah wajib pajak dibandingkan dengan tahun sebelumnya (2013

dan 2014) di tahun 2015 lebih meningkat.

5.2.2 Pengaruh Jumlah Penduduk terhadap Penerimaan Pajak Parkir

Hasil pengujian hipotesis secara parsial menunjukkan bahwa jumlah

penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penerimaan Pajak Parkir.

Hal ini dapat dilihat dengan nilai signifikan 0,000 lebih kecil dari α = 0,05.

Menurut Budiharjo (2003:25) mengatakan bahwa, jumlah penduduk yang besar

(35)

64

asset apabila dapat meningkatkan produksi nasional. Hal ini juga sejalan dengan

penelitian Muhammad Masrofi (2004) bahwa jumlah penduduk, berpengaruh

terhadap penerimaan pajak.

5.2.3 Pengaruh Jumlah kendaraan terhadap Penerimaan Pajak Parkir

Hasil pengujian hipotesis secara parsial menunjukkan bahwa Jumlah

kendaraan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penerimaan Pajak Parkir.

Hal ini dapat dilihat dengan nilai signifikan 0,000 lebih kecil dari α = 0,05.

Jumlah kendaraan adalah variabel yang paling logis dan dominan karena dasar

perhitungan pajak perkir adalah satuan dari jumlah unit kendaraan yang ada di

suatu wilayah termasuk di kota Medan. Penelitian ini berbeda dengan penelitian

oleh Sutrisno (2002), yang menyatakan bahwa jumlah kenderaan tidak

berpengaruh secara signifikan. Terhadap pajak parkir. Peningkatan jumlah

kendaraan bermotor juga terjadi di Indonesia. Data dari Asosiasi Industri

Otomotif Indonesia (Gaikindo) dan Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia

(AISI) menunjukkan jumlah populasi kendaraan bermotor di Indonesia hingga

2014 mencapai 111.917.270 unit. Jumlah kendaran bermotor akan mempengaruhi

peneriman Pajak parkir secara tidak langsung. Semakin banyak jumlah kendaran

bermotor, diharapkan akan meningkatkan peneriman Pajak parkir (Nuringsih,

2006).

5.2.4 Pengaruh Inflasi terhadap Penerimaan Pajak Parkir

Hasil pengujian hipotesis secara parsial menunjukkan bahwa Inflasi

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penerimaan Pajak parkir. Hal ini

dapat dilihat dengan nilai signifikan 0,002 lebih kecil dari α = 0,05. Ini

(36)

65

mencukupi/tidak dapat menampung permintaan kenderaan untuk parkir sehingga

pengelola parkir akan menaikkan tarif parkir, nantinya hasil pungutan atas tarif

parkir tersebut akan disetorkan 10% kepada pemerintah daaerah selaku pemungut

pajak parkir yang pada akhirnya akan berkonstribusi pada penerimaan pajak

parkir. Lerner mengungkapkan (1976:43) inflasi adalah keadaan dimana terjadi

kelebihan permintaan (excess demand) terhadap barang dan jasa secara

keseluruhan. Menurut teori Keynes, inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin

hidup di luar batas kemampuan ekonominya. Menurut pandangan teori ini, proses

inflasi terjadi tidak lain karena perebutan bagian di antara kelompok-kelompok

sosial yang menginginkan bagian yang lebih besar dari pada yang bisa disediakan

oleh msyarakat tersebut. Proses ini kemudian diterjemahkan menjadi keadaan

dimana permintaan masyarakat akan jasa parkir selalu melebihi jumlah

ketersediaan parkir. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Sutrisno

(2002) yang menyatakan bahwa inflasi berpengaruh secara negative.

5.2.5 Pengaruh variabel Wajib Pajak, Jumlah penduduk, Inflasi, dan Jumlah kendaraan terhadap Penerimaan Pajak Parkir

Hasil pengujian hipotesis secara simultan menunjukkan bahwa jumlah

wajib pajak, jumlah kenderaan, jumlah Penduduk dan Inflasi secara bersama-sama

berpengaruh signifikan terhadap Penerimaan Pajak Parkir. Hal ini dapat dilihat

melalui uji F-tabel di atas dengan nilai signifikan 0,000 lebih kecil dari α = 0,05

(0,000 < α = 0,05) atau H1 diterima. Penelitian ini sejalan dengan penelitian

(37)

66

5.2.6 Pengaruh PDRB sebagai Variabel Moderating

Hasil uji residual menunjukkan nilai koefisien positif sebesar 0,596 dan

nilai signifikan 0,000 lebih kecil dari α = 0,05 (0,000 < α = 0,05). Artinya PDRB

merupakan variabel moderasi yang mampu menguatkan hubungan antara variabel

jumlah wajib pajak, jumlah penduduk, jumlah kenderaan dan inflasi dengan

penerimaan pajak parkir. PDRB dianggap sebagai variabel moderasi apabila nilai

nilai signifikan lebih kecil dari α = 0,05. Maka hipotesis H2 diterima.

PDRB merupakan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu

perekonomian daerah dalam satu tahun dan dinyatakan dalam harga pasar. Produk

domestik regional bruto harga berlaku pada skala daerah dapat digunakan sebagai

pengukur pertumbuhan ekonomi yang lebih baik karena lebih tepat mencerminkan

kesejahteraan penduduk suatu daerah. Besar kecilnya penerimaan pajak sangat

ditentukan oleh PDRB, jumlah penduduk dan kebijakan pemerintah baik pusat

maupun daerah, jadi PDRB dan jumlah penduduk berpengaruh terhadap

(38)

67

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data serta pembahasan yang dilakukan pada bab

sebelumnya, maka penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai

berikut :

1. secara simultan bahwa jumlah wajib pajak, jumlah kenderaan, jumlah

Penduduk dan Inflasi secara bersama-sama berpengaruh signifikan

terhadap Penerimaan Pajak Parkir. Dan secara parsial wajib pajak,

jumlah penduduk, jumlah kendaraan dan inflasi juga berpengaruh positif

signifikan terhadap penerimaan pajak parkir di Kota Medan.

2. PDRB mampu memoderasi pengaruh jumlah wajib pajak, jumlah

penduduk, jumlah kendaraan dan inflasi terhadap penerimaan pajak parkir

di Kota Medan.

6.2 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain:

1. Objek penelitian hanya terbatas pada satu objek yaitu Pemerintah Kota

Medan di Sumatera Utara.

2. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini hanya

menggunakan jumlah wajib pajak parkir, jumlah penduduk, jumlah

kenderaan dan Jumlah Inflasi.

3. Di dalam penelitian ini hanya 36 jumlah pengamatan yaitu dari bulan

(39)

68

6.3 Saran

Adapun saran atas kesimpulan dan keterbatasan penelitian di atas, adalah

sebagai berikut:

1. Objek penelitian selanjutnya diharapkan meneliti di seleruh

Kabupaten/Kota provinsi Sumatera Utara sehingga cakupan penelitian

lebih luas dan dapat menggambarkan bagaimana tentang pajak parkir yang

ada di provinsi Sumatera Utara.

2. Peneliti selanjutnya diharapkan menambah variabel independen antara lain

pendapatan perkapita, konsumsi masyarakat atau investasi.

3. Peneliti selanjutnya diharapkan menambah jumlah pengamatan sehinga

Gambar

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual
Tabel 4.1  Definisi Operasional Variabel
Tabel 5.1 Perkembangan Jumlah Wajib Pajak
Gambar 5.1 Perkembangan Jumlah Wajib Pajak
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini berbanding terbalik dengan hasil penelitian yang telah dilakukan saat ini, variabel jiwa kewirausahaan tidak berpengaruh secara parsial tetapi

Penatalaksanaan non-medikamentosa pada kasus ini berupa edukasi kepada pasien dan keluarganya tentang penyakit yang ia derita seperti penyebab penyakit, faktor pemberat dari

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen, yaitu Quasi Eksperimen dengan desain penelitian Nonequivalent Control Group Design yang mengambil

This study presents the long-term measurements of traffic load induced settlement of pavement surface in Saga airport highway, Japan. In addition, the subground characteristics of

adapun hasil penelitian yang diperoleh dari 141 orang responden dengan dugaan pengaruh kedua variabel independen (organisasi pembelajaran dan manajemen pengetahuan)

teknologi yang paling populer sekarang ini adalah internet karena dengan adanya internet banyak informasi berharga yang dapat kita ambil dengan mudah, internet merupakan salah

Hipotesis keempat merupakan hipotesis terakhir dalam penelitian yang berbunyi Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) lebih besar dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap

Sembrar plantas y árboles en zonas con pendiente Caficulturores en El Salvador y Costa Rica.. 15 Resumen correspondiente: 9.1 correspondiente: 9.1 Mantener cobertura verde sobre