• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Antioksidan Terhadap Pertumbuhan dan ProduksiTanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill) F3 Tahan Salin Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pemberian Antioksidan Terhadap Pertumbuhan dan ProduksiTanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill) F3 Tahan Salin Chapter III V"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

diinduksi toleransi stres dan perlindungan terhadap kerusakan oksidatif karena berbagai tekanan (Sadak dan Mona, 2014).

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di rumah plastik Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan laut, mulai bulan Agustus 2016 sampai Oktober 2016.

Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan ialah benih kedelai F3 tahan salin hasil dari perkawinan antara grobogan dan grobogan (GxG) sebagai objek yang akan diamati, tanah salin untuk media tanam, plastik kaca sebagai atap rumah plastik, bambu sebagai kerangka rumah plastik, kawat untuk mengikat antar tiap bambu, tali plastik untuk mengikat plastik ke kerangka rumah plastik, antioksidan (asam askorbat, asam salisilat dan α-tokoferol) sebagai perlakuan yang akan diaplikasikan pada tanaman kedelai, polibek untuk wadah media tanam, plastik sebagai pembalut polibek agar tanah tidak tercuci, air untuk menyiram tanaman, aquades sebagai pelarut antioksidan, dan insektisida sebagai pengendalian hama .

(2)

tangga untuk membangun rumah plastik, selang pada media untuk memudahkan penyiraman, dan alat tulis untuk mencatat data.

Metode Penelitian

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok non faktorial yaitu : Faktor I : Jenis dan Konsentrasi Antioksidan dengan 10 taraf, yaitu :

A0 : Kontrol (Tanpa Antioksidan) A1 : Asam Askorbat (250 ppm) A2 : Asam Askorbat (500 ppm) A3 : Asam Askorbat (750 ppm) A4 : Asam Salisilat (250 ppm) A5 : Asam Salisilat (500 ppm) A6 : Asam Salisilat (750 ppm) A7 : α-tokoferol (250 ppm) A8 : α-tokoferol (500 ppm) A9 : α-tokoferol (750 ppm)

(3)

Jarak antar plot : 20 cm

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan model linear sebagai berikut :

Yij = μ + ρi+ αj+ εij i = 1, 2, 3, 4 j = 1, 2, 3, ... , 10

Yijk : Data hasil pengamatan dari unit percobaan blok ke-i dengan perlakuan antioksidan pada taraf ke-j

μ : Nilai tengah ρi : Efek blok ke-i

αj : Efek antioksidan pada taraf ke-j

εij : Galat dari blok ke-i, antioksidan pada taraf ke-j

(4)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Lahan

Lahan penelitian yang digunakan terlebih dahulu dibersihkan dari gulma di areal tersebut dengan menggunakan alat-alat yang ada seperti cangkul dan parang.

Pembuatan Rumah Plastik

Pembuatan rumah plastik dilakukan dengan mendirikan tiang-tiang bambu dan memasang plastik pelindung sebagai atap.

Pengisian Polybag

Media tanam yang diisi adalah tanah yang memiliki kadar salin dengan daya hantar listrik 5-6 dS/m pada polybag dengan ukuran 10 kg dan dibalut dengan plastik dari luar polybag untuk menjaga kadar salin yang ada di tanah tersebut agar tidak terjadi pencucian.

Pemasangan Selang

Pemasangan selang yaitu dengan memasang selang sepanjang 25 cm, dengan cara menancapkannya di bagian pinggiran polybag untuk mempermudah penyerapan air pada saat penyiraman.

Pengukuran DHL

(5)

Penanaman

Penanaman dilakukan dengan menanam benih kedelai F3 Tahan Salin hasil perkawinan antara varietas grobogan dan grobogan (GxG) pada setiap polybag yang telah diisi media tanam.

Pengaplikasian Antioksidan

Pengaplikasian antioksidan dilakukan setelah tanaman berumur 2 minggu setelah tanam, kemudian diaplikasikan dengan interval waktu 1 minggu setiap pukul 7 pagi dengan menggunakan sprayer yang terlebih dahulu dikalibrasikan volume semprotnya.

Pemeliharaan Tanaman

Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pagi atau sore hari tergantung kondisi cuaca. Penyiraman dilakukan dengan menyiramkan air pada pipa tersebut.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan untuk mengendalikan gulma sekaligus menggemburkan tanah. Tumbuhan pengganggu perlu dikendalikan agar tidak menjadi saingan bagi tanaman utama dalam hal penyerapan unsur hara serta untuk mencegah serangan hama dan penyakit. Penyiangan dilakukan secara manual dengan mencabut gulma agar perakaran tanaman tidak terganggu.

(6)

Pengendalian hamadan penyakit tanaman dilakukan dengan cara manual yaitu dengan ditangkap dan dipindahkan serta bagian tanaman yang terserang penyakit dipotong.

Panen

Panen dilakukan pada saat kedelai berumur 90 hari setelah tanam dengan kriteria panen dapat dilihat dengan warna daun mulai menguning dan kemudian rontok. Panen dilakukan dengan cara memotong 5 cm di atas pangkal batang utama dengan menggunakan sabit / gunting.

Parameter Pengamatan

Tinggi Tanaman

Pengukuran tinggi tanaman (cm) dilakukan dari pangkal sampai titik tumbuh, mulai 2 MST dan diulangi setiap minggu sampai masuk masa generatif (R1).

Bobot Kering Akar

Bobot kering akar (g) ditimbang setelah akar yang dipanen pada saat masuk masa generatif (R1) dikeringovenkan selama 24 jam dengan suhu 800C.

Bobot Kering Tajuk

Bobot kering tajuk (g) ditimbang setelah tajuk yang dipanen pada saat masuk masa generatif (R1) dikeringovenkan selama 24 jam dengan suhu 800C.

Rasio Akar Tajuk

Rasio akar tajuk adalah perbandingan dari bobot kering akar dan bobot kering tajuk.

(7)

Umur berbunga (hari) diamati setelah tanaman mengeluarkan bunga sekitar 75 %.

Umur Panen

Umur panen (hari) dihitung berdasarkan kriteria panen pada kedelai yakni tanaman sudah hampir menguning seluruhnya atau telah berumur sekitar 90 HST.

Jumlah Polong Berisi Pertanaman

Jumlah polong berisi dihitung pada setiap tanaman yaitu polong yang menghasilkan biji. Perhitungan dilakukan pada saat tanaman telah dipanen.

Jumlah Polong Hampa Pertanaman

Dihitung jumlah polong hampa pada setiap tanaman, yaitu polong yang tidak berisi biji. Perhitungan dilakukan pada saat tanaman telah dipanen.

Produksi Per Tanaman

Produksi per tanaman (g) diperoleh dari berat biji yang dihasilkan per tanaman.

Bobot 100 Biji

Penimbangan dilakukan setelah biji kedelai dikeringkan hingga kadar air 14 %, lalu dihitung bobot 100 biji kering dengan rumus :

Bobot 100 biji kering (g) = Bobot biji per tanaman (g) Jumlah biji per tanaman (biji)

(8)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan antioksidan berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah polong berisi, produksi per tanaman dan bobot 100 biji.

Tinggi Tanaman

Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan jenis dan dosis antioksidan berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada 2-5 minggu setelah tanam. Rataan tinggi tanaman 5 minggu setelah tanam (MST) pada perlakuan jenis dan dosis antioksidan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Tinggi tanaman pada 2-5 MST Kedelai F3 Tahan Salin terhadap Pemberian Antioksidan

Perlakuan Tinggi Tanaman

(9)

Tabel 1 memperlihatkan bahwa pemberian asam salisilat 500 ppm (A5) menghasilkan rataan tertinggi yakni 59,05 cm dan rataan terendah pada perlakuan asam askorbat 750 ppm (A3) yakni 48,84 cm.

Bobot Kering Tajuk

Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan pemberian antioksidan berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tajuk kedelai.Rataan bobot kering tajuk pada perlakuan pemberian antioksidan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Bobot Kering Tajuk Kedelai F3 Tahan Salin terhadap Pemberian Antioksidan

Perlakuan Bobot Kering Tajuk

……g……

A0 (Tanpa Antioksidan) 1,19

A1 (Asam Askorbat 250 ppm) 1,50

A2 (Asam Askorbat 500 ppm) 1,11

A3 (Asam Askorbat 750 ppm) 0,98

A4 (Asam Salisilat 250 ppm) 1,26

A5 (Asam Salisilat 500 ppm) 1,15

A6 (Asam Salisilat 750 ppm) 1,20

A7 (Alfa tokoferol 250 ppm) 1,38

A8 (Alfa tokoferol 500 ppm) 1,34

A9 (Alfa tokoferol 750 ppm) 1,27

Tabel 2 diketahui bahwa perlakuan asam askorbat 250 ppm (A1) menghasilkan bobot kering tajuk tertinggi yakni 1,50 gr dan terendah pada perlakuan asam askorbat 750 ppm (A3) sebesar 0,98 gr.

Bobot Kering Akar

(10)

Tabel 3 diketahui bahwa perlakuan Asam Askorbat 250 ppm (A1) dan alfa tokoferol 250 ppm (A7) menghasilkan bobot kering akar tertinggi yakni 0,93 gr dan terendah pada perlakuan asam askorbat 750 ppm (A3) sebesar 0,76 gr.

Tabel 3. Bobot Kering Akar Kedelai F3 Tahan Salin terhadap Pemberian Antioksidan

Perlakuan Bobot Kering Akar

……g……

A0 (Tanpa Antioksidan) 0,82

A1 (Asam Askorbat 250 ppm) 0,93

A2 (Asam Askorbat 500 ppm) 0,79

A3 (Asam Askorbat 750 ppm) 0,76

A4 (Asam Salisilat 250 ppm) 0,86

A5 (Asam Salisilat 500 ppm) 0,83

A6 (Asam Salisilat 750 ppm) 0,91

A7 (Alfa tokoferol 250 ppm) 0,93

A8 (Alfa tokoferol 500 ppm) 0,83

A9 (Alfa tokoferol 750 ppm) 0,84

Rasio Akar Tajuk

Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan pemberian antioksidan berpengaruh tidak nyata terhadap rasio akar tajuk kedelai.Rataan rasio akar tajuk pada perlakuan pemberian antioksidan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rasio Akar Tajuk Kedelai F3 Tahan Salin terhadap Pemberian Antioksidan

Perlakuan Rasio Akar Tajuk

……g……

A0 (Tanpa Antioksidan) 0,83

A1 (Asam Askorbat 250 ppm) 0,85

A2 (Asam Askorbat 500 ppm) 0,80

A3 (Asam Askorbat 750 ppm) 0,79

(11)

A6 (Asam Salisilat 750 ppm) 0,97

A7 (Alfa tokoferol 250 ppm) 0,87

A8 (Alfa tokoferol 500 ppm) 0,82

A9 (Alfa tokoferol 750 ppm) 0,83

Tabel 4 diketahui bahwa perlakuan asam salisilat 750 ppm (A6) menghasilkan rasio akar tajuk tertinggi yakni 0,97 gr dan terendah pada perlakuan asam askorbat 750 ppm (A3) sebesar 0,79 gr.

Umur Berbunga

Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan pemberian antioksidan berpengaruh tidak nyata terhadap umur berbunga kedelai.Rataan umur berbunga pada perlakuan pemberian antioksidan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Umur Berbunga Kedelai F3 Tahan Salin terhadap Pemberian Antioksidan

Perlakuan Umur Berbunga

……hari……

A0 (Tanpa Antioksidan) 36,38

A1 (Asam Askorbat 250 ppm) 36,19

A2 (Asam Askorbat 500 ppm) 35,88

A3 (Asam Askorbat 750 ppm) 35,94

A4 (Asam Salisilat 250 ppm) 36,13

A5 (Asam Salisilat 500 ppm) 35,81

A6 (Asam Salisilat 750 ppm) 36,19

A7 (Alfa tokoferol 250 ppm) 36,06

A8 (Alfa tokoferol 500 ppm) 36,63

A9 (Alfa tokoferol 750 ppm) 36,00

Tabel 5 diketahui bahwa perlakuan alfa tokoferol 500 ppm (A8) menghasilkan umur berbunga tertinggi yakni 36,63 hari dan terendah pada perlakuan asam salisilat 500 ppm (A5) sebesar 35,81 hari.

(12)

Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan pemberian antioksidan berpengaruh tidak nyata terhadap umur panen kedelai.Rataan umur panen pada perlakuan pemberian antioksidan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Umur Panen Kedelai F3 Tahan Salin terhadap Pemberian Antioksidan

Perlakuan Umur Panen

……hari……

A0 (Tanpa Antioksidan) 75,50

A1 (Asam Askorbat 250 ppm) 73,88

A2 (Asam Askorbat 500 ppm) 70,54

A3 (Asam Askorbat 750 ppm) 71,88

A4 (Asam Salisilat 250 ppm) 74,44

A5 (Asam Salisilat 500 ppm) 72,75

A6 (Asam Salisilat 750 ppm) 76,63

A7 (Alfa tokoferol 250 ppm) 73,19

A8 (Alfa tokoferol 500 ppm) 75,13

A9 (Alfa tokoferol 750 ppm) 74,21

Tabel 6 diketahui bahwa perlakuan asam salisilat 750 ppm (A6) menghasilkan umur panen tertinggi yakni 76,63 hari dan terendah pada perlakuan asam askorbat 500 ppm (A2) sebesar 70,54 hari.

Jumlah Polong Berisi Pertanaman

Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuanpemberian antioksidan berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah polong berisi pertanaman. Rataan jumlah polong berisi pertanaman pada perlakuan pemberian antioksidan dapat dilihat pada Tabel 7.

(13)

Perlakuan pemberian antioksidan berbeda nyata antara yang satu dengan yang lainnya.

Tabel 7. Jumlah Polong Berisi Pertanaman Kedelai F3 Tahan Salin terhadap Pemberian Antioksidan

Perlakuan Jumlah Polong Berisi Pertanaman ……g……

A0 (Tanpa Antioksidan) 13,00 ab

A1 (Asam Askorbat 250 ppm) 15,56 a

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%

Jumlah Polong Hampa Per Tanaman

Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan pemberian antioksidan berpengaruh tidak nyata terhadap parameter jumlah polong hampa pertanaman. Rataan jumlah polong hampa pertanaman pada perlakuan pemberian antioksidan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Jumlah Polong Hampa Pertanaman Kedelai F3 Tahan Salin terhadap Pemberian Antioksidan

Perlakuan Jumlah Polong Hampa Pertanaman ……polong…..

A0 (Tanpa Antioksidan) 0,89

A1 (Asam Askorbat 250 ppm) 1,04

(14)

A3 (Asam Askorbat 750 ppm) 1,09

A4 (Asam Salisilat 250 ppm) 0,96

A5 (Asam Salisilat 500 ppm) 1,06

A6 (Asam Salisilat 750 ppm) 0,93

A7 (Alfa tokoferol 250 ppm) 0,92

A8 (Alfa tokoferol 500 ppm) 0,95

A9 (Alfa tokoferol 750 ppm) 0,93

Tabel 8 diketahui bahwa asam askorbat 500 ppm (A2) menghasilkan jumlah polong hampa per tanaman tertinggi yakni 1,12 polong dan terendah pada tanpa perlakuan (A0) sebesar 0,89 polong.

Produksi Per Tanaman

Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan pemberian antioksidan berpengaruh nyata terhadap parameter produksi per tanaman. Rataan produksi per tanaman pada perlakuan pemberian antioksidan dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Produksi Per Tanaman Kedelai F3 Tahan Salin terhadap Pemberian Antioksidan

Perlakuan Produksi Per Tanaman

……g……

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%

(15)

perlakuan asam askorbat 750 ppm (A3) yakni 0,74 g. Perlakuan pemberian antioksidan berbeda nyata antara yang satu dengan yang lainnya.

Bobot 100 Biji

Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan pemberian antioksidan berpengaruh nyata terhadap parameter bobot 100 biji. Rataan bobot 100 biji pada perlakuan pemberian antioksidan dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Bobot 100 Biji Kedelai F3 Tahan Salin terhadap Pemberian Antioksidan

Perlakuan Bobot 100 Biji

……g……

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%

Tabel 10 diketahui bahwa perlakuan asam askorbat 250 ppm (A1) menghasilkan bobot 100 biji tertinggi yakni 13,19 g dan terendah pada perlakuan asam askorbat 750 ppm (A3) yakni 7,40 g. Perlakuan pemberian antioksidan berbeda nyata antara yang satu dengan yang lainnya.

(16)

Pemberian Antioksidan terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai

(Glycine max (L.) Merill) F3 Tahan Salin

Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan jenis dan dosis antioksidan berpengaruh nyata pada parameter jumlah polong berisi pertanaman, produksi per tanaman dan bobot 100 biji. Sebaliknya, perlakuan jenis dan dosis antioksidan berpengaruh tidak nyata pada parameter tinggi tanaman, bobot kering akar, bobot kering tajuk, rasio akar tajuk, umur berbunga, umur panen, dan jumlah polong hampa pertanaman.

(17)

askorbat dapat mengurangi dampak negatif dari konsentrasi garam yang tinggi yaitu melindungi fungsi kloroplas sehingga menurunkan konsentrasi ROS.

Hasil analisis produksi per tanaman (g) (Tabel 9), menunjukkan bahwa perlakuan A1 yaitu asam askorbat 250 ppm menghasilkan rataan tertinggi yakni 4,22 g.Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi asam askorbat pada tanaman berpengaruh positif pada parameter produksi, hal ini dapat terjadi karena kandungan asam askorbat yang semula berkurang akibat cekaman salin menjadi relatif tercukupi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Afzal et al. (2005) bahwa perlakuan menggunakan asam askorbat dapat mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan dari konsentrasi garam yang tinggi.Pernyataan lain yang mendukung adalah Farooq et al (2006) bahwa priming dengan asam askorbat mampu meningkatkan kinerja, pertumbuhan dan produksi benih padi Super Basmati yang ditanam dengan sistem tebar langsung.

(18)
(19)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Perlakuanpemberian antioksidan berupa asam askorbat, asam salisilat dan alfa tokoferol berpengaruh nyata meningkatkan pada parameter jumlah polong berisi pertanaman, produksi pertanaman dan bobot 100 biji. Asam askorbat merupakan jenis antioksidan yang terbaik di antara ketiga antioksidan yang diberikan.

2. Konsentrasi asam askorbat terbaik diperoleh pada konsentrasi 250 ppm untuk pertumbuhan dan produksi kedelai di tanah salin.

Saran

Gambar

Tabel 1. Tinggi tanaman pada 2-5 MST Kedelai F3 Tahan Salin terhadap Pemberian Antioksidan
Tabel 2. Bobot Kering Tajuk Kedelai F3 Tahan Salin terhadap Pemberian Antioksidan
Tabel 3. Bobot Kering Akar Kedelai F3 Tahan Salin terhadap Pemberian Antioksidan
Tabel 5. Umur Berbunga Kedelai F3 Tahan Salin terhadap Pemberian Antioksidan
+5

Referensi

Dokumen terkait

Kepala Seksi Operasi & Pemeliharaan Balai PSDA Serang Lusi Juana selaku Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan;. PEMERINTAH PROPINSI

Apabila ada peserta lelang yang merasa keberatan atas hasil Pelelangan Umum tersebut diatas diberi kesempatan untuk mengajukan sanggahan kepada Panitia Pengadaan Barang/Jasa

pemrogram  12 TIK.PR02.00 5.01 Menulis program  dasar.      Skema  Klaster  Perekaya saan  Perangka t Lunak I 3.4 Menerapkan  penggunaan tipe data, variabel, 

Evaluasi Dokumen Kualifikasi dan Pembuktian Kualifikasi dilaksanakan pada tanggal 20 s/d 26 April 2012 di kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi

Kesalahan ini disebabkan bukan karena kemam- puan ANFIS dalam mengidentifikasi hubungan antara input dan output ANFIS, dimana input berupa tegangan dari elektoda kombinasi

Jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan suatu tahapan yang mana siswa memiliki banyak agenda penting yang harus dilalui seperti Ujian Nasional

Berdasarkan Tabel 13 perubahan hasil perhitungan EOI yang diakibatkan oleh perubahan harga barang consumable sebesar 7,4 % tidak memberikan perngaruh yang signifikan

Secara umum, untuk masalah dengan ukuran panjang individu yang kecil (pada penyelesaian kasus Onemax-20 dan Fungsi De Jong F2), GA lebih baik dari BMDA dalam hal jumlah iterasi