• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isolasi Senyawa Flavonoida Dari Daun Benalu Tumbuhan Coklat (Dendrophthoe flosculosa Danser)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Isolasi Senyawa Flavonoida Dari Daun Benalu Tumbuhan Coklat (Dendrophthoe flosculosa Danser)"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Daun Benalu Tumbuhan Coklat (Dendrophthoe flosculosa Danser)

Daun benalu tumbuhan coklat memiliki bunga berwarna kuning tua sampai merah

kecoklatan. Daun tersebar dan berlawanan; helaian daun melonjong atau bundar

telur, memiliki panjang 8-21 cm dan lebar 3-9 cm, panjang tangkai daun 3-6 (-10)

mm, ujung daun menirus dan meruncing, dan pangkal daun menirus atau membaji

dan permukaan atas sedikit berkilau atau mengkilap dan permukaan daun buram.

Pertulangan daun menyirip dengan tulang lateral nyata pada kedua sisi.

Perbungaan tandan dengan 30-60 bunga, panjang sumbu perbungaan 15-80 mm,

dengan panjang pedisel 1,5 – 2,5 mm. Mahkota 5 merus, panjang 23-26 mm,

ramping dan pada bagian ujungnya tumpul, merah oranye atau kuning oranye,

membentuk tabung dengan panjang 16-19 mm.

Penyebaran Dendrophthoe flosculosa Danser meliputi Malaysia dan Sumatera. Ekologi dan habitatnya tumbuh pada ketinggian 0 – 1550 m dpl

(Barlow, 1997).

2.1.1 Sistematika Tumbuhan Benalu Coklat

Daun Benalu Coklat (Dendrophthoe flosculosa Danser)

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Santalales

Famili : Loranthaceae

Genus : Dendrophthoe

(2)

2.2Senyawa flavonoida

Flavonoid merupakan kelompok senyawa bahan alam terbesar turunan dari

1,3-difenilpropana yang tersebar secara luas pada tumbuhan tingkat tinggi namun juga

dapat ditemukan pada tumbuhan tingkat rendah, termasuk alga. Kebanyakan

flavonoid berwarna kuning, juga memberikan warna kuning pada bunga-bunga

dan buah-buahan, yang mana biasanya ditemukan sebagai glikosida. Sebagian

besar flavonoida berpotensi sebagai senyawa antioksidan (Sarker, 2007).

Senyawa flavonoida terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk

daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, bunga, buah dan biji. Kebanyakan flavonoida

berada dalam tumbuh-tumbuhan kecuali alga. Flavonoida juga terdapat pada

hewan. Flavanoida tersebar pada tumbuhan angiospermae, klorofita, fungi

briofita (Markham, 1988).

Flavonoid memiliki potensi sebagai anti inflamasi, antitumor, antimikroba

dan antivirus. Banyak obat-obatan tradisional dan tanaman obat mengandung

flavonoid sebagai senyawa bioaktif.Sifat antioksidan flavonoid terdapat di

buah-buahan segar dan sayuran yang diperkirakan berpotensi untuk pencegahan

penyakit kanker dan jantung (Sarker, 2007).

Kandungan flavonoid yang tinggi terdapat pada epidermis daun dan kulit

buah-buahan yang berperan penting sebagai metabolit sekunder.Pada tumbuhan,

flavonoid terlibat dalam beragam proses seperti perlindungan UV, pigmentasi,

(3)

2.2.1 Struktur Dasar dan Penomoran Senyawa Flavonoida

Golongan flavonoida dapat digambarkan sebagai deretan senyawa C6 – C3 – C6.

Yang berarti bahwa kerangka atom karbonnya terdiri atas dua gugus C6 yang

dihubungkan oleh rantai alifatik tiga-karbon seperti pada gambar 2.1 di bawah ini

:

C C C

A B

Gambar 2.1 Kerangka dasar senyawa flavonoida

Flavonoid memiliki ciri khas adanya cincin piran yang menghubungkan

rantai tiga karbon dengan salah satu dari cincin benzena (Robinson, 1995).

Sistem penomoran untuk turunan flavonoid dapat dilihat pada gambar 2.2 sebagai

berikut:

O

A

B 1

2

3 4 5

6 7

8

1'

2' 3'

4'

5' 6' C

9

10

Gambar 2.2 Sistem Penomoran Flavonoid

(4)

2.2.2 Jalur Metabolisme Flavonoida

Prazat utama flavonoid sudah diketahui dari berbagai hasil percobaan perunutan

tetapi jalur yang lebih rinci belum diketahui secara pasti. Fenilalanina amonia

liase merupakan enzim utama yang mengendalikan masuknya metabolit ke jalur

flavonoid. Percobaan perunutan memastikan bahwa cincin A flavonoid berasal

dari penyambungan kepala-ke-ekor tiga molekul asetat, tetapi ada dua mekanisme

yang berlainan untuk penutupan cincin.

Senyawa C6-C3 misalnya fenilalanina, asam sinamat, dan asam ferulat

merupakanprazat yang efisien untuk cincin B dan rantai C3. Pada tahap tertentu

modifikasi cincin B dapat terjadi sebelum kondensasi dengan atom pada cincin A,

namun kebanyakan modifikasi terjadi pada aras C15. Jalur metabolisme flavonoid

dapat dilihat dengan jelas pada gambar 2.3.

Dalam spesies tumbuhan tertentu terdapat flavonoid yang berbeda – beda

dengan pola hidroksilasi cincin yang sama, perbedaannya hanya pada metilasi,

glikosilasi, dan struktur bagian C3. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat senyawa

antara C-15 yang umum yang diubah menjadi berbagai flavonoid setelah pola

hidroksilasi cincin terbentuk. Akan tetapi, berbagai jenis gugus hidroksil ini

tampaknya dimasukkan pada tahap yang berlainan dalam sintesis (Robinson,

(5)

O

(6)

2.2.3 Klasifikasi Senyawa Flavonoida

1. Flavonoida O-glikosida

Flavonoida biasanya terdapat sebagai flavonoid O-Glikosida. Pada

senyawa tersebut satu gugus hidroksil flavonoid atau lebih yang terikat

pada satu gula atau lebih dengan ikatan hemiasetal yang tak tahan asam

Pengaruh glikosilasi menyebabkan flavonoid menjadi kurang reaktif

dan lebih mudah larut dalam air. Sifat terakhir ini memungkinkan

penyimpanan flavonoid di vakuola sel (Markham, 1988). Salah satu

contohnya yaiu Rutin pada gambar 2.4 (Sarker, dkk. 2007).

2. Flavonoida C-glikosida

Gula juga dapat terikat pada atom karbon flavonoid dan dalam hal ini

gula tersebut terikat langsung pada inti benzene dengan suatu ikatan

karbon-karbon (Markham, 1988). Contoh dari flavonoida C-glikosida

dapat dilihat pada gambar 2.5 yaitu Isovitexin (Sarker, dkk. 2007).

O OH

O

OH

Gambar 2.4 Rutin HO

OH

O-Glc-Rham

O OH

HO O

OH

O HO

HO

OH HO

(7)

3. Flavonoida Sulfat

Flavonoid flavonoid lain yang mudah larut dalam air yang mungkin

ditemukan hanya flavonoida sulfat. Senyawa ini mengandung satu ion

sulfat atau lebih yang terikat pada hidroksil fenol atau gula. Secara

teknis senyawa ini sebenarnya bisulfat karena terdapat sebagai garam,

yaitu flavon-O-SO3-K (Markham, 1988).

4. Biflavonoid

Biflavonoid adalah flavonoid dimer flavonoid yang biasa terlibat yaitu

biasanya flavon dan flavanon secara biosintesis mempunyai pola

oksigenasi yang sederhana dan ikatan antar flavonoid yaitu ikatan

karbon-karbon atau ikatan eter contoh pada gambar 2.6 Amentoflavon (

Markham, 1988). Biflavonoid terdapat hampir khusus dalam

gimnospermae tetapi kadang-kadang dapat juga ditemukan dalam

angiospermae (Harbone, 1987).

5. Aglikon Flavonoida

Aglikon flavonoid mempunyai atom karbon atom asimetrik dan dengan

demikian menunjukkan sifat keaktifan optik (yaitu memutar bidang

polarisasi-datar). Yang termasuk dalam golongan ini adalah flavanon,

dihidroflavonol, katekin, pterokarpan, rotenoid, dan beberapa

biflavonoid (Markham, 1988).

O OH

HO O

OH

O OH

HO O

OH

Gambar 2.6 Amentoflavon 3'

(8)

Flavonoida dapat dikelompokkan berdasarkan keragaman pada rantai C3 yaitu

1. Flavonol

Flavonol dapat dikatakan sebagai flavonoid yang paling tersebar luas

dan tersebar di seluruh kingdom tumbuhan kecuali alga dan fungi

(Gambar 2.7) . Flavonol seperti myricetin, quercetin, isorhamnetin dan

kaemperol pada umumnya ditemukan dalam bentuk o-glikosida

(Robinson, 1995)

2. Flavon

Flavon (Gambar 2.8) memiliki struktur yang sangat mirip dengan

flavonol (Crozier, 2006). Flavonol dan flavon paling tersebar luas dari

semua senyawa fenolik (Cseke, dkk. 2006). Hanya ada 2 flavon umum

yaitu apigenin dan luteolin. Flavon juga terdapat dalam bentuk glikosida

tetapi jenisglikosidanya lebih sedikit daripada jenis gikosida pada

flavonol (Harbone, 1987). O O

OH

Gambar 2.7 Flavonol

O O

(9)

3. Isoflavon

Isoflavon yang telah dikenal lebih dari 200 senyawa, merupakan isomer

flavon, tetapi jauh lebih langkah (Harbone, 1988). Isoflavon tidak begitu

menonjol, tetapi senyawa ini penting sebagai fitoaleksin (Robinson,

1995). Isoflavon berlainan dengan flavonoid, pada kedudukan dari

cincin aromatik B pada rantai propana sentral, struktur isoflavon dapat

dilihat pada gambar 2.9 (Manitto, 1980).

4. Flavanon

Flavanon dapat dikarakterisasi karena tidak adanya terdapat ikatan

rangkap pada atom karbon no 2 dan 3 (gambar 2.10) dan dengan adanya

pusat atom karbon kiral pada pada C2 (Crozier, 2006). Flavanon sering

terdapat sebagai aglikon dan beberapa glikosidanya dikenal sebagai

hesperidin atau naringin dari kulit buah jeruk (Robinson, 1995).

5. Flavanonol

Flavanonol atau dihidroflavonol (gambar 2.11) merupakan flavonoid

yang paling kurang dikenal (Robinson, 1995) dan biasanya ditemukan

dalam bentuk glikosidanya (Cseke, dkk. 2006).

O O

Gambar 2.9 Isoflavon

O O

Gambar 2.10 flavanon

O O

OH

(10)

6. Antosianin

Antosianin merupakan pewarna paling penting dan paling tersebar luas

dalam tumbuhan (Harbone, 1988). Antosianin ialah pigmen daun bunga

merah sampai biru yang biasa ( meskipun apigeninidin kuning),

banyaknya sampai 30% bobot kering dalam beberapa bunga. Tidak

seperti golongan flavonoid lainnya antosianin selalu terdapat sebagai

glikosida. Salah satu contoh antosianin dari paku – pakuan misalnya

luteolinidin dapat dilihat pada gambar 2.12 (Robinson, 1995).

7. Antosianidin

Antosianidin merupakan aglikon antosianin yang terbentuk bila

antosianin dihidrolisis dengan asam (Harbone, 1988) dimana secara luas

tersebar dalam kingdom plantae dan jelas terdapat dalam jaringan bunga

dan buah. Antosianidin (gambar 2.13) ini bertanggung jawab dalam

meberikan warna merah,biru, dan ungu. Antosianidin juga ditemukan

dalam di daun, batang, biji dan jaringan akar dan memiliki peran penting

dalam menarik serangga dalam penyerbukan.

O+

OH HO

OH

H

OH

H

Gambar 2.12 Luteolinidin

O+

OH

OH HO

OH

(11)

8. Auron

Auron berupa pigmen kuning emas terdapat dalam bunga tertentu dan

bryofita (gambar 2.14). Dikenal hanya lima aglikon , tetapi pola

hidroksilasi senyawa ini umumnya serupa dengan pola pada flavonoid

lain dalam larutan basa senyawa ini menjadi merah rose. Beberapa

contoh auron yaitu leptosin, aureusidin, sulfuretin, dan sulfuretin

(Robinson, 1995)

9. Kalkon

Kalkon merupakan zat warna kuning pada bunga, kadang terdapat pada

jaringan lain. Sifat khas kalkon memberikan warna merah dengan

ammonia (Sirait, 2000). Struktur salah satu kalkon dari sumber

tumbuhan dahlia pada gambar 2. 15 (Robinson, 1995) O

Gambar 2.14 auron

O

Gambar 2.15 Kalkon Dahlia

HO OH

(12)

2.2.3 Sifat Kelarutan Flavonoida

Senyawa flavonoid termasuk senyawa polar, karena mempunyai sejumlah gugus

hidroksil ataupun suatu gugus gula. Hal ini memungkinkan flavonoid dapat larut

dalam pelarut polar seperti etanol (EtOH), metanol (MeOH), butanol, aseton,

dimetilsulfoksida (DMSO), dimetilformamida (DMF), air dan lain-lain.

Flavonoid yang berupa aglikon merupakan golongan polifenol yang

memiliki sifat senyawa fenol yaitu bersifat agak asam, Keberadaan gugus gula

yang terikat pada flavonoid (glikosida) cenderung menyebabkan flavonoid lebih

mudah terlarut dalam air. Namun hal sebaliknya tidak berlaku pada aglikon yang

kurang polar seperti isoflavon, flavanon, dan flavon serta flavonol yang

termetoksilasi cenderung lebih mudah larut dalam pelarut seperti eter dan

kloroform (Markham, 1988).

2.3Skrining Fitokimia

Banyak reagen yang dapat digunakan untuk mengetahui keberadaan dari

flavonoid, meskipun beberapa juga akan bereaksi positif dengan senyawa

polifenol. Reagen yang biasa digunakan adalah :

1. Shinoda Test, yaitu dengan menambahkan serbuk magnesium pada ekstrak

sampel dan beberapa tetes HCl pekat. Menghasilkan warna orange, pink,

merah sampai ungu akan terjadi pada senyawa flavon, flavonol, turunan

2,3-dihidro dan xanton.

2. H2SO4(p), flavon dan flavonol akan memberikan perubahan larutan kuning

pekat. Kalkon dan auron menghasilkan larutan berwarna merah atau merah

kebiru-biruan. Flavanon memberikan warna orange sampai merah.

3. NaOH 10% , menghasilkan larutan biru violet (Sarker, et al 2006).

(13)

2.4 Teknik Pemisahan

Teknik pemisahan memiliki tujuan untuk memisahkan komponen yang akan

ditentukan berada dalam keadaan murni, tidak tercampur dengan

komponen-komponen lainnya. Ada 2 jenis teknik pemisahan:

1. Pemisahan kimia adalah suatu teknik pemisahan yang berdasarkan adanya

perbedaan yang besar dari sifat-sifat fisika komponen dalam campuran

yang akan dipisahkan.

2. Pemisahan fisika adalah suatu teknik pemisahan yang didasarkan pada

perbedaan-perbedaan kecil dari sifat-sifat fisik antara senyawa-senyawa

yang termasuk dalam satu golongan (Muldja, 1995).

2.4.1 Ekstraksi

Terdapat sejumlah metode ekstraksi, yang paling sederhana adalah ekstraksi

dingin (dalam labu besar berisi biomassa), dengan cara ini bahan kering hasil

gilingan diekstraksi pada suhu kamar secara berturut-turut dengan pelarut yang

kepolarannya makin tinggi. Keuntungan utama cara ini adalah metode ekstraksi

yang mudah karena ekstrak tidak dipanaskan sehingga kemungkinan kecil bahan

alam terurai. Penggunaan pelarut dengan peningkatan kepolaran secara berurutan

memungkinkan pemisahan bahan alam berdasarkan kelarutannya (dan

polaritasnya) dalam ektraksi. Hal ini sangat mempermudah proses isolasi.

(Heinrich et al, 2010).

Beberapa metode ekstraksi dapat digunakan untuk mengekstrak suatu

konstituen dalam suatu bahan tanaman, yang diantaranya adalah maserasi,

perkolasi, ekstraksi sokletasi, ekstraksi pelarut bertekanan, ekstraksi dengan

refluks, dan destilasi uap. Dalam ekstraksi padat-cair, bahan tanaman ditempatkan

dalam sebuah wadah, dan dibiarkan terjadi kontak dengan pelarut. Proses yang

terjadi dari seluruh proses dinamis tersebut dapat diuraikan menjadi beberapa

tahap, yaitu tahap pertama pelarut akan berdifusi ke dalam sel, kemudian pelarut

akan melarutkan metabolit, dan pada proses akhir pelarut akan berdifusi keluar

(14)

Ekstraksi dianggap selesai bila tetesan terakhir memberikan reaksi negatif

terhadap senyawa yang diekstraksi. Untuk mendapatkan larutan ekstrak pekat,

biasanya pelarut ekstrak diuapkan dengan menggunakan alat rotari evaporator

(Harborne, 1987).

2.4.2 Partisi

Metode pemisahan yang mungkin paling sederhana adalah partisi, yang banyak

digunakan sebagai tahap awal pemurnian ekstrak. Partisi menggunakan dua

pelarut tak bercampur yang ditambahkan kedalam ekstrak tersebut, hal ini dapat

dilakukan secara terus menerus dengan menggunakan dua pelarut yang tak

bercampur yang kepolarannya meningkat.

Partisi biasanya dilakukan melalui dua tahap :

1. Air/petroleum eterringan (heksana) untukmenghasilkanfraksi

nonpolar di lapisanorganik

2. Air/diklorometanatau air/kloroformatau

air/etilasetatuntukmembuatfraksiagak polar di lapisanorganik.

Inimerupakanmetodepemisahan yang

mudahdanmengandalkankelarutanbahanalamdanbukaninteraksifisi

kdengan medium lain (Heinrich et al, 2010).

Prinsip kerja dari partisi yaitu menggunakan prinsip ekstraksi cair-cair.

Ketika fase diam dilapisi dengan suatu penunjang yang berbentuk padatan atau

sering disebut dengan suatu penyangga seperti di kromatografi kolom yang

menggunakan selulosa yang dilapisi dengan air atau plat yang digunakan pada

kromatografi lapis tipis yaitu silika yang menggunakan adsorben yaitu air, fase

diam yang digunakan dibuat berdasarkan pemisahan yang bisa dibawa fase gerak

yang berupa zat organik. Fase gerak yang berupa cairan secara kimia akan

(15)

2.4.3 Hidrolisa

Hidrolisis merupakan pemecahan ikatan kimia akibat adanya reaksi oleh air

(Cairns, 2004). Hidrolisis glikosida flavonoid dapat dilakukan dengan tiga metode

yaitu hidrolisis asam, hidrolisis basa dan hidrolisis dengan bantuan enzim

(Markham, 1988). Ketiga metode hidrolisis tersebut memiliki kegunaan

masing-masing. Hidrolisis asam banyak digunakan untuk melepaskan residu gula terikat

dan aglikon flavonoid. Hidrolisis enzim digunakan untuk mengidentifikasi gula

spesifik dan posisi ikatan, sedangkan hidrolisis basa digunakan untuk

menghilangkan asam ester organik pada flavonoid (Tomas-Barberan & Farreres,

2012).

Flavonoid umumnya terdapat dalam tumbuhan, terikat pada gula sebagai

glikosida dan aglikon flavonoid yang mungkin terdapat dalam satu tumbuhan

dalam beberapa bentuk kombinasi glikosida. Pemilihan metode hidrolisis

didasarkan pada bentuk glikosida flavonoid, gula penyusun glikosida dan tempat

berikatan gula dengan aglikon. Perbedaan kecepatan hidrolisis glikosida

bergantung pada jenis gula dan tempat berikatan gula dengan aglikon (Bohm,

1998). Harborne (1965) mengkategorikan glikosida menjadi 3 kategori yaitu

mudah dihidrolisis, lambat dihidrolisis dan tahan asam.

Prosedur yang digunakan untuk hidrolisis asam dari flavonoid glikosida

adalah, sebanyak 2 mg sampel flavonoid glikosida dicampur dengan asam klorida

6% sebanyak 5 ml dengan jumlah metanol yang sangat sedikit pada sampel untuk

membuat proses hidrolisis menjadi sempurna. Larutan dipanaskan selama 45

menit lalu didinginkan, kemudian ekstrak sepenuhnya dilarutkan dengan eter.

Penguapan dari larutan akan mengendapkan ramnosa dan glukosa. Lapisan eter

setelah dikeringkan dengan menggunakan natrium sulfat akan didapatkan aglikon

(16)

2.4.4 Kromatografi

Saat ini kromatografi adalah teknik pemisahan yang paling umum dan sering

digunakan dalam bidang kimia analisis dan dimanfaatkan untuk analisis baik

secara kualitatif dan kuantitatif atau bahkan analisis preparatif. Teknik

kromatografi telah berkembang dan digunakan untuk memisahkan dan

mengkuantifikasi komponen-komponen yang kompleks, baik organik maupun

anorganik (Sudjadi, 2007).

Semua teknik kromatografi pada dasarnya menggunakan dua fasa, yaitu

fasa tetap dan fasa bergerak. Pemisahan tergantung pada gerakan relatif dari

kedua fasa tersebut. Kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan sifat dari fasa

tetap, jika berupa zat padat dikenal sebagai kromatografi serapan (absorption chromatography) dan jika berupa zat cair dikenal sebagai kromatografi partisi (partition chromatography) (Sastrohamidjojo, 1985).

Proses Sorpsi

Sorpsi merupakan proses pemindahan solut dari fasa gerak ke fasa diam,

sedangkan proses sebaliknya pemindahan solut dari fasa diam ke fasa gerak

disebut desorpsi. Keduanya terjadi secara terus-menerus selama pemisahan karena

sistem kromatografi berada dalam keadaan kesetimbangan dinamis.

Solut akan terdistribusi diantara dua fasa yang sesuai dengan perbandingan

distribusinya untuk menjaga keadaan yang setimbang. Beberapa mekanisme yang

terlibat pada proses sorpsi yaitu adsorpsi, partisi, pertukaran ion, dan eksklusi

(17)

Adsorben

Silika gel merupakan jenis adsorben (fase diam) yang penggunaannya

paling luas. Permukaan silika gel terdiri atas gugus Si-O-Si dan gugus silanol

(Si-OH). Gugus silanol bersifat sedikit asam dan polar sehingga dapat membentuk

ikatan hidrogen dengan solut-solut yang agak polar sampai sangat polar.

Adanya air dari atmosfer yang diserap oleh permukaan silika gel mampu

mendeaktifkan permukaannya karena air akan menutup sisi aktif silika gel. Hal ini

dapat diatasi dengan memanaskan pada suhu 1050C, meskipun demikian

reprodusibilitasnya sulit dicapai kecuali jika suhu dan kelembapan benar-benar

dijaga secara hati-hati. Semakin polar solut maka akan semakin tertahan kuat ke

dalam adsorben silika gel ini (Sudjadi, 1986).

Silika gel dapat diaktivasi dengan cara dipanaskan pada suhu 110ºC

selama 24 jam. pH dari silika gel yang telah diaktivasi adalah 4. Di samping itu,

silika gel juga dapat di nonaktifkan (reactivation) dengan cara pemanasan pada suhu 110ºC selama 24 jam (Armarego, dkk. 2012).

2.4.4.1 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi lapis tipis dikembangkan oleh Ismailoff dan Schraiber pada tahun

1938. Metode ini sederhana, sensitif, kecepatan pemisahan tinggu dan mudah

untuk memperoleh kembali senyawa-senyawa yang terpisahkan (Khopkar,1990).

Dalam kromatografi lapis tipis, fase diamnya merupakan penjerap

berukuran kecil dengan diameter partikel antara 10-30µm. Semakin kecil ukuran

partikel fase diam, maka semakin baik kinerja efisiensi dan resolusi kromatografi

lapis tipis. Fase gerak yang dikenal sebagai pelarut pengembangan bergerak

sepanjang fase diam akibat adanya pengaruh kapiler pada pengembangan secara

(18)

Pemilihan fase gerak yang digunakan pada kromatografi lapis tipis

tergantung pada solut yang dianalsis dan fase diam yang digunakan

(Sumarno,2001).

Kromatografi lapis tipis digunakan untuk dua tujuan pertama sebagai

metode untuk memperoleh hasil kualitatif, kuantitatif atau preparatif dan yang

kedua yaitu untuk menentukan sistem pelarut yang akan digunakan pada

kromatografi kolom atau kromatografi cair kinerja tinggi. Dengan menggunakan

kromatografi lapis tipis, pemisahan yang dilakukan pada senyawa yang berbeda

seperti senyawa organik alam, senyawa organik sintetik, kompleks

anorganik-organik, dapat dilakukan dalam beberapa menit dan peralatan yang digunakan

juga tidak mahal dan jumlah cuplikan yang rendah dalam beberapa mikrogram

dapat ditangani. Kelebihan dari metode kromatografi lapis tipis ini yaitu

pemakaian pelarut dan cuplikan yang jumlahnya sedikit (Gritter,1991).

Fase diam yang digunakan dalam kromatografi lapis tipis berupa fase

polar seperti silika gel, kiselguhr, alumina (aluminium oksida), magnesium silikat

dan selulosa, dan fase non polar (fase terbalik) seperti fase diam dari silika. Bila

fase diam telah ditentukan maka pemilihan fase gerak yang akan digunkan

berpedoman pada kekuatan elusi dari fase gerak tersebut (Sumarno,2001).

2.4.4.2 Kromatografi Kolom

Pada kromatografi kolom, campuran yang akan dipisahkan diletakkan berupa pita

pada bagian atas kolom penjerap yang berada dalam tabung kaca. Pelarut sebagai

fasa gerak dibiarkan mengalir melalui kolom karena aliran yang disebabkan oleh

gaya berat atau didorong dengan tekanan. Pita senyawa pelarut bergerak melalui

kolom dengan laju berbeda, memisah, dan dikumpulkan berupa fraksi ketika

(19)

2.4.4 Kristalisasi

Kristalisai adalah pengendapan kristal dari larutan yang terbuat dari bahan

tertentu. Selama proses pembentukan kristal, molekul akan cenderung menjadi

melekat kristal tumbuh terdiri dari jenis yang sama molekul karena cocok dalam

kisi kristal untuk molekul struktur yang sama daripada molekul yang lain. Jika

proses kristalisasi diperbolehkan untuk terjadi dalam mendekati – kondisi

kesetimbangan, preferensi molekul untuk deposit pada permukaan terdiri dari

molekul seperti akan menyebabkan peningkatan dalam kemurnian bahan kristal.

Sehingga proses rekristalisasi adalah salah satu metode yang paling penting

tersedia bagi ahli kimia untuk pemurnian padatan ( Pasto, 1992 ).

2.4.5 Rekristalisasi

Amorf yang diperoleh dari hasil isolasi dilarutkan kembali dengan EtOAc, diaduk

hingga semua amorf larut sempurna. Kemudian ditambahkan n – heksana secara

perlahan – lahan hingga pembentukan kembali senyawa yang lebih murni dari

sebelumnya dan jatuh di dasar wadah. Didekantasi larutan bagian atas wadah.Lalu

diuapkan sisa pelarut dari amorf hingga diperoleh kristal yang benar – benar bebas

dari pelarut (Jacobs, 1974).

2.5 Teknik Spektroskopi

Teknik analisis spektroskopi berasaskan antaraksi radiasi elektromagnet dengan

komponen atom atau molekul yang menghasilkan fenomena bermakna sebagai

parameter analisis. Pada spektroskopi pembangkit sinyal adalah hasil antaraksi

energi radiasi elektromagnet dengan elektron dalam atom/molekul analit.

Teknik spektroskopi antaraksi radiasi elektromagnet dengan komponen

(20)

2.5.1 Spektrofotometer UV-Vis

Spektrofotometer UV-Vis merupakan pengukuran panjang gelombang dan

intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel.

Spektrofotometer UV-Vis umumnya digunakan untuk menentukan jenis

kromofor, ikatan rangkap terkonyugasi, serta menganalisis senyawa organik

secara kuantitatif dengan menggunakan hukum Lambert-Beer (Dachriyanus,

2004).

Spektrofotometer serapan ultraviolet juga digunakan untuk menentukan

jenis flavonoid dan menentukan pola oksigenasi. Selalin itu juga berguna untuk

menentukan kedudukan gula atau metil yang terikat pada salah satu gugus

hidroksi fenol berdasarkan penambahan pereaksi (pereaksi geser) kedalam suatu

larutan cuplikan dan mengamati pergeseran puncak serapan yang terjadi.

Spektrum flavonoid biasanya ditentukan dalam larutan dengan menggunkan

pelarut metanol atau etanol (EtOH). Spektrum yang khas dari flavonoid ini terdiri

atas dua maksimal pada rentang 240-285 nm (pita II) dan 300-550 nm (pita I)

(Markham,1988).

2.5.2 Spektrofotometer Inframerah (FT-IR)

Spektrofotometer inframerah umumnya digunakan untuk menentukan gugus

fungsi senyawa organik dan mengetahui informasi struktur suatu senyawa

organik dengan membandingkan daerah sidik jarinya.

Pengukuran spektrum inframerah dilakukan pada daerah cahaya tengah

(21)

Karakteristik frekuensi vibrasi IR dipengaruhi oleh perubahan yang sangat

kecil pada molekul sehingga sulit untuk menentukan struktur yang hanya

berdasarkan pada data IR saja (Dachriyanus, 2004).

2.5.3 Spektrometer Resonansi Magnetik Proton (1H-NMR)

Spektrometer resonansi magnetik inti (Nuclear Magnetic Resonance), yang disingkat sebagai NMR, merupakan instrumen yang sangat penting untuk

memperoleh informasi senyawa kimia, juga dapat menyelesaikan dan

memecahkan masalah atau informasi yang sebelumnya sulit untuk diperoleh.

Struktur yang dianalisis dengan menggunakan NMR akan memberikan

informasi mengenai lingkungan kimia atom hidrogen, jumlah atom hidrogen

dalam setiap lingkungan da struktur gugusan yang berdekatan dengan setiap atom

hidrogen (Cresswell,1982).

Senyawa yang paling lazim digunakan sebagai acuan dalam NMR ini

adalah tetrametilsilana (TMS), dimana senyawa ini mempunyai beberapa

kelebihan yaitu lamban secara kimia, larut dalam kebanyakan pelarut organik.

TMS akan memberikan puncak serapan yang tajam tunggal serta menyerap pada

medan yang lebih tinggi daripada hampir semua proton organik

(Silverstein,1986).

NMR mempunyai peranan penting dalam ilmu kimia. Hal ini setidaknya

disebabkan oleh dua faktor. Pertama, penerapan NMR yang terbaru merupakan

hasil peningkatan selama beberapa tahun terakhir. Kedua, spektrometer NMR

merupakan instrumen yang tersedia di pasaran dan berkembang terus, tentunya

juga memenuhi standar sensitivitas, fleksibilitas, efisiensi, kecanggihan

komputasi, dan harga yang sesuai. Peningkatan NMR lainnya dapat dilihat dalam

hal spektrum NMR zat padat, NMR multi-dimensi zat cair, dan kemampuan untuk

Gambar

Gambar 2.3 Jalur metabolisme flavonoida (Robinson, 1995)
Gambar 2.4 Rutin
Gambar 2.9 Isoflavon
Gambar 2.13 antosianidin
+2

Referensi

Dokumen terkait

Belanja Honorarium PNS, Belanja Honorarium Non PNS, Belanja Jasa Dekorasi, Belanja Jasa Publikasi, Belanja Transportasi dan Akomodasi, Belanja Cetak dan Jilid, Belanja

substansi inti program aksi bidang kependidi kan yang terkait dengan pendidikan kewirausahaan adalah penataan ulang kurikulum sekolah yang dibagi menjadi kurikulum

 Cara menceritakan kembali isi tembang dolanan bertema kerja sama dalam ragam ngoko. 5 kali pertemu an @ 2 jam

Sebagai key person guru harus melaksanakan perilaku-perilaku mengenai: (1) kejelasan dalam menyampaikan informasi secara verbal maupun non verbal, (2) kemampuan

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut dalam huruf a, dan huruf b perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Penghapusan Barang Milik Daerah

Tokoh yang cara hidupnya sangat tidak sesuai dengan norma susila, budaya dan nilai-nilai agama yang dianut bangsa ini.. Lalu bagaimana kondisi bangsa ini nanti, bila

Perlu adanya sampel yang lebih besar dalam meneliti hubungan antara kadar timbal (Pb), zinc protoporphyrin dan besi (Fe) dalam sampel darah operator SPBU di Kota Semarang. Perlu

Adam Malik Medan, RSU Pirngadi Medan dan di semua tempat yang telah mengajarkan keterampilan bedah pada diri saya tanpa pamrih memberikan bimbingan, koreksi dan saran kepada penulis