• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pengawasan Melekat Terhadap Disiplin Kerja Pegawai di Kantor PT. Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Belmera Tanjung Mulia Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pengawasan Melekat Terhadap Disiplin Kerja Pegawai di Kantor PT. Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Belmera Tanjung Mulia Medan"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Disiplin kerja sangat penting untuk pertumbuhan organisasi, digunakan terutama untuk memotivasi pegawai agar dapat mendisiplinkan diri dalam melaksanakan pekerjaan baik secara perorangan maupun kelompok. Disamping itu disiplin kerja bermanfaat mendidik pegawai untuk mematuhi dan menyenangi peraturan, prosedur, maupun kebijakan yang ada, sehingga dapat menghasilkan kinerja yang baik. Kedisplinan merupakan fungsi operatif Manajemen Sumber Daya Manusia yang terpenting karena semakin baik disiplin pegawai, semakin tinggi prestasi kerja yang dapat dicapainya. Tanpa disiplin pegawai yang baik, sulit bagi organisasi perusahaan mencapai hasil yang optimal. Disiplin kerja yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini akan mendorong gairah kerja, semangat kerja, daterwujudnya tujuan perusahaan, pegawai, dan masyarakat.

Sikap disiplin kerja karyawan sangat penting bagi suatu perusahaan dalam rangka mewujudkan suatu tujuan perusahaan, hal ini sesuai dengan penjelasan Malayu S.P Hasibuan (2001:213) bahwa “Disiplin harus ditegakkan dalam suatu organisasi perusahaan, karena tanpa dukungan disiplin karyawan yang baik sulit bagi

perusahaan untuk mewujudkan tujuannya”. Dengan adanya disiplin kerja pada setiap

(2)

dapat menyelesaikan tugas-tugas yang ada di dalam perusahaan tersebut walaupun tidak secara keseluruhan menghasilkan pekerjaan yang sempurna. Tetapi dalam jangka waktu tertentu karyawan akan melaksanakan pekerjaannya menjadi lebih baik

Tingkat kedisiplinan yang ditunjukan masing – masing pegawai tentunya berbeda – beda padahal seluruh peraturan yang ada berlaku kepada seluruh pegawai yang bekerja di suatu organisasi. Disiplin ini merupakan sebuah sikap positif yang tentunya terjadi tanpa adanya kesadaran yang tinggi dari masing – masing pegawai untuk mematuhi seluruh peraturan yang ada di organisasi tersebut baik itu organisasi swasta ataupun suatu organisasi negeri atau pemerintah. Sikap disiplin yang baik dari para pegawai tentu sangat diharapkan oleh setiap organisasi. Dalam hal ini pemerintah tentu mengharapkan adanya etos kerja yang baik serta disiplin kerja dari para pegawai yang merupakan suatu abdi negara yang harus memberikan usaha maksimal dalam menjalankan fungsinya sebagai pelayan publik.

(3)

pelayan publik yang selalu dituntut memberikan pelayan yang terbaik kepada masyarakat.

Tingkat kedisiplinan yang rendah dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang menjadikan kualitas kedisiplinan para karyawan menjadi sangat rendah. Faktor – faktor tersebut yaitu lemahnya kesadaran akan tanggung jawab, kemampuan dan keahlian dari para pegawai yang pas – pasan sampai pada pengawasan terhadap kinerja dan disiplin kerja para pegawai yang sangat lemah. Terkait masalah pengawasan terhadap kinerja dan disiplin kerja yang sangat lemah merupakan suatu permasalahan yang harus segera dicari jalan keluarnya agar tidak menjadikan efek domino bagi pegawai yang lain.

(4)

Perlu adanya suatu pengawasan yang berkesinambungan dan tidak hanya berupa himbauan atau ancaman tertulis yang sudah terbukti tidak efektif dalam memperbaiki disiplin kerja dari para pegawai. Pengawasan merupakan suatu tindakan yang berfungsi untuk memonitor atau menyoroti dan membandingkan apakah pegawai tersebut bekerja sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pengawasan yang dilakukan secara berkesinambungan merupakan suatu bentuk tindakan yang baik dan dapat diterapkan dalam sektor pemerintahan ataupun sektor swasta dan dengan adanya pengawasan yang berkesinambungan dan maksimal tentu akan memberikan kontrol kepada para pegawai bahwa setiap yang mereka kerjakan dinilai dan diamati dengan seksama.

(5)

Dan lebih lanjut pengawasan merupakan suatu bagian dari fungsi menajemen yang diharapkan mampu menciptakan efisiensi dan efektifitas kerja para pegawai. Dengan pengawasan yang baik diharapkan akan berkurangnya kesalahan dan penyimpangan yang terjadi.

Apabila organisasi ataupun pimpinan mampu melaksanakan pengawasan secara baik sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan sesuai dengan tugas dan wewenang yang telah ditentukan, maka dengan sendirinya disiplin kerja pegawai akan baik. Alfred R. Lateiner (1983 : 72) menyatakan bahwa disiplin sejati apabila para pegawai datang ke kantor dengan teratur dan tepat pada waktunya, apabila mereka berpakaian serba baik pada tempatnya, apabila mereka menggunakan perlengkapan - perlengkapan dengan hati - hati, apabila mengikuti cara kerja yang ditentukan oleh kantor atau organisasi dan apabila mereka menyelesaikan pekerjaan dengan penuh tanggung jawab.

(6)

Hasil penelitian terdahulu diatas menggambarkan masih banyak pegawai yang kurang berdisiplin terhadap peraturan yang ada. Jika kondisi seperti ini terus dibiarkan tanpa ada tindakan tepat akan menimbulkan masalah bagi para pegawai dalam bekerja dan terganggunya tujuan organisasi/lembaga yang telah ditetapkan.

Jasa Marga Belmera merupakan salah satu cabang PT. Jasa Marga yang mengoperasikan jalan tol Belawan – Medan- Tanjung Morawa (Belmera) di Sumatera Utara. Jalan Tol ini menghubungkan Pelabuhan Belawan, Kotamadya Medan dan Kabupaten Deli Serdang. Sebagai perusahaan milik negara yang bergerak dalam bidang jasa tentunya harus memberikan pelayanan yang baik kepada para konsumen sebagai pengguna jasa.

Jasa Marga memiliki visi menjadi perusahaan modern dalam bidang pengembangan dan pengoperasian jalan tol, menjadi pemimpin (leader) dalam industri jalan tol dengan mengoperasikan mayoritas jalan tol di Indonesia serta memiliki daya saing yang tinggi di tingkat Nasional dan Regional. Untuk mencapai visi tersebut, Jasa Marga harus berusaha keras untuk terus memperbaiki kekurangan – kekurangan yang ada selama ini, maka dari itu diperlukan pengawasan yang terarah dari atasan yang dapat menjadikan tingkat disiplin kerja karyawan lebih baik sehingga apa yang menjadi tujuan perusahaan dapat tercapai.

(7)

itu baik. Tingkat disiplin kerja karyawan PT. Jasa Marga perlu diperbaiki dan ditingkatkan, terutama dalam hal kehadiran dan ketepatan waktu hadir. Adanya absensi elektronik yang disediakan oleh pihak kantor nyatanya tidak membuat karyawan untuk datang tepat waktu.

Dari penjelasan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pengawasan Melekat Terhadap Disiplin Kerja Pegawai di Kantor PT. Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Belmera Tanjung Mulia Medan.”

1.2 Perumusan Masalah

Untuk dapat memudahkan dalam penelitian ini dan agar penelitian ini memiliki arah yang jelas dalam menginterprestasikan fakta dan data ke dalam penulisan skripsi, maka terlebih dahulu dirumuskan permasalahannya. Adapun permasalahan yang disajikan dalam penelitian ini adalah: “ Seberapa Besar Pengaruh Pengawasan Melekat Terhadap Disiplin Kerja Pegawai di Kantor PT. Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Belmera Tanjung Mulia Medan ? ”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pelaksanaan pengawasan melekat di Kantor PT. Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Belmera Tanjung Mulia Medan.

(8)

3. Untuk mengetahui pengaruh pengawasan melekat terhadap disiplin kerja pegawai di Kantor PT. Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Belmera Tanjung Mulia Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis secara subjektif adalah sebagai suatu tahapan untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis dan teoritis dalam memecahkan suatu permasalahan secara objektif dan kritis melalui suatu karya ilmiah sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang bersifat teruji dan berguna.

2. Bagi mahasiswa lainnya sebagi khasanah ilmiah untuk penelitian lainnya. 3. Bagi FISIP-USU khususnya Departemen Ilmu Administrasi Negara

sebagai bahan referensi, bahan kajian dan bahan perbandingan bagi mereka yang memerlukannya dan orang-orang yang tertarik dengan pemasalahan ini.

(9)

1.5 Kerangka Teori 1.5.1 Pengawasan

1.5.1.1 Pengertian Pengawasan

Dalam pengertian umum, pengawasan dapat diartikan sebagai perbuatan untuk melihat dan memonitor terhadap orang agar ia berbuat sesuai dengan kehendak yang telah ditentukan sebelumnya. Sedangkan dalam ilmu manajemen, pengawasan adalah merupakan salah satu fungsi manajemen yang merupakan faktor penentu bagi kelangsungan hidup suatu organisasi. Sistem pengawasan yang baik sangat berpengaruh dalam proses pelaksanaan kegiatan, baik dalam organisasi pemerintah maupun swasta.

Suatu sistem pengawasan yang baik sangat penting dan berpengaruh dalam proses pelaksanaan kegiatan, baik dalam organisasi pemerintah maupun swasta. Karena tujuan pengawasan adalah mengamati apa yang sebenarnya terjadi dan membandingkan dengan apa yang seharusnya terjadi dengan maksud untuk secepatnya melaporkan penyimpangan atau hambatan kepada pimpinan yang bersangkutan agar diambil tindakan korektif yang perlu. Secara umum pengawasan dapat diartikan sebagai perbuatan untuk melihat dan memonitor terhadap orang agar sesuai dengan kehendak yang telah ditentukan sebelumnya.

(10)

Handoko (2003:359), mengatakan bahwa pengawasan adalah proses untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai. Pengawasan merupakan elemen tugas-tugas manajerial dan ia mencakup tindakan pengukuran dan perbaikan (koreksi) performa pihak yang diawasi guna memastikan bahwa sasaran-sasaran, instruksi yang dikeluarkan dilaksanakan secara efisien dan berjalan lancar.

Selanjutnya Robert J. Mocklear (dalam Handoko,1994:360-361). Mendefinisikan pengawasan sebagai usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi, umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan guna menjamin bahwa semua unsur sumber daya organisasi digunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapain tujuan organisasi.

1.5.1.2 Pengawasan Melekat

Pengawasan melekat adalah proses pemantauan, pemeriksaan, dan evaluasi oleh pimpinan unit/organisasi kerja terhadap pendayagunaan semua sumber daya, untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan yang dapat digunakan untuk pengembangan unit/organisasi kerja di masa depan.

(11)

pekerjaan sesuai dengan tugas pokoknya masing-masing. Dalam konsep waskat, para pelaku pengawasan lainnya seperti bawahan, orang lain, dan masyarakat kurang diperhatikan dengan anggapan atasan dapat menjalankan kekuasaannya sehingga bebas mengawasi bawahannya.

Suatu proses pemantauan, pemeriksaan dan evaluasi yang dilakukan secara berdaya dan berhasil guna oleh pimpinan unit/organisasi kerja terhadap fungsi semua komponen untuk mewujudkan kerja di lingkungan masing-masing agar secara terus menerus berfungsi secara maksimal dalam melaksanakan tugas pokok yang terarah pada pencapaian tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. (Nawawi,1994:8)

Menurut Mustopadidjaja, (2000) mengemukakan pengertian Pengawasan Melekat (Waskat) yaitu pengawasan yang dilakukan oleh setiap pimpinan terhadap bawahan dan satuan kerja yang dipimpinnya. Pengawasan melekat sebagai salah satu kegiatan pengawasan, merupakan tugas dan tanggung jawab setiap pimpinan untuk menyelenggarakan manajemen atau administrasi yang efektif dan efisien di lingkungan organisasi atau unit kerja masing-masing, baik di bidang pemerintahan maupun swasta.

Menurut Siagian (2008:115-116) proses pengawasan pada dasarnya dilaksanakan oleh administrasi dan manajemen dengan mempergunakan dua macam teknik, yaitu :

(12)

sedang dijalankan oleh para bawahannya. Pengawasan langsung ini dapat berbentuk inspeksi langsung, on the spot observation, dan on the spot report.

2. Pengawasan Tidak Langsung, yang dimaksud pengawasan tidak langsung ialah pengawasan dari jarak jauh. Pengawasan ini dilakukan melalui laporan yang disampaikan oleh para bawahan. Laporan ini dapat berbentuk lisan dan tertulis.

Menurut Siagian (2003 : 199) pengawasan melekat bisa juga disebut pengawasan atasan langsung, dilakukan oleh setiap pejabat pimpinan, pimpinan, disamping sebagai perencanaan yang cekatan, organisasi yang handal dan sebagai penggerak yang tangguh dimana setiap manajer harus pula menjadi pengawas yang efektif.

Lebih lanjut pengawasan melekat menurut Sujamto (dalam Harahap, 2004 : 23), yaitu berupa tindakan atau usaha untuk mengawasi dan mengendalikan anak buah secara langsung yang harus dilakukan sendiri oleh setiap pimpinan organisasi, dengan kata lain pengawasan melekat disebut juga pengawasan atasan langsung.

Mengendalikan merupakan fungsi penting karena membantu untuk memeriksa kesalahan dan mengambil tindakan korektif sehingga meminimalkan penyimpangan dari standar dan mengatakan bahwa tujuan organisasi telah tercapai dengan cara yang baik.

(13)

timbul pada saat melakukan tindakan dalam melaksanakan tanggung jawab seorang pejabat/petugas di dalam suatu sistem pengendalian manajemen. Pengawasan melekat diharapkan dapat mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan yang telah ditentukan dalam kerangka sistem pengendalian manajemen, sehingga daya kerjanya bersifat pencegahan atau preventif.

Sedangkan Amin dan Mufhan (2006:25) menjelaskan pengawasan melekat merupakan serangkaian kegiatan bersifat sebagai pengendalian yang terus menerus dilakukan oleh atasan langsung terhadap bawahannya secara preventif atau represif agar pelaksanaan tugas bawahan tersebut berjalan dengan efektif dan efisien sesuai dengan rencana kegiatan dan perundang-undangan yang berlaku.

(14)

1.5.1.3 Unsur-Unsur Pengawasan Melekat

Setiap atasan langsung dalam melaksanakan pengawasan melekat harus mengetahui secara tepat sarana yang sekaligus menjadi sasarannya. Dewasa ini masih tampak gejala bahwa pada umumnya atasan langsung tidak mengetahui sarana dan sasaran pengawasan melekat yang tepat untuk dilaksanakan, sehingga pengawasan tersebut masih kurang atau bahkan ada yang tidak dilaksanakan, meskipun tidak berarti pengawasan itu belum dilaksanakan.

Menurut Nawawi (1994:44) terdapat enam unsur dalam pengawasan melekat. Diantaranya:

1. Organisasi, yang dimaksudkan disini memiliki beberapa prinsip seperti: a. Pembidangan kerja yang diwujudkan sebagai unit kerja untuk

menampung sejumlah pekerjaan sejenis.

b. Berdasarkan pembagian menjadi unit kerja itu, selanjutnya tanggung jawab harus dibagi-bagi.

c. Setiap petugas pelaksanaan harus mengetahui secara jelas wewenang dalam mengambil keputusan atau tindakan.

d. Setiap tugas dan tanggung jawab harus diuraikan dan didefinisikan secara jelas, agar tidak terjadi penyelewengan dan penyalahgunaan wewenang.

(15)

f. Organisasi harus cukup fleksibel untuk memungkinkan singkronisasi dan perubahan struktur yang diperlukan.

2. Kebijakan, dalam pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan, meskipun sudah ada ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang harus dilaksanakan dan dipatuhi atau perencanaan kerja yang telah disusun. Kebijakan dapat dirumuskan dalam setiap peraturan yang mengharuskan membimbing atau melakukan pembatasan pada tindakan.

3. Prosedur kerja, prosedur kerja disusun untuk memberikan petunjuk yang jelas tentang langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menyelesaikan kegiatan. Prosedur kerja berbentuk tertulis sederhana dan mudah dimengerti oleh pihak pengguna.

4. Perencanaan, pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintah dan pembangunan bukanlah pekerjaan urakan dan asal jadi. Setiap pekerjaan terutama yang memerlukan dana dari sumber keuangan negara harus direncanakan secara teliti, cermat, dan terarah pada pencapaian tujuan yang dikehendaki.

(16)

fakta, melalui prosedur kerja yang telah ditentukan, tepat waktu dan teratur, meliputi tahapan dan waktu yang telah ditentukan.

6. Pembinaan personil, salah satu fungsi manajemen yang penting adalah memberikan tugas dan kewajiban para pegawai yang mampu melaksanakannya. Setiap pegawai sebagai aparatur pemerintah adalah pelaksana negara yang mempunyai hak dan kewajiban tertentu. Apabila kewajiban dijalankan dengan baik dan haknya dipenuhi maka tugas-tugas penyelenggaraan pemerintah akan berlangsung secara efektif dan efisien.

1.5.1.4 Prinsip - Prinsip Pengawasan Melekat

Pada prinsipnya pengawasan melekat untuk menghindari akibat dan ulah para pegawai dalam melaksanakan tugas pekerjaan dan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan. Pengawasan atasan langsung yang dilakukan melalui fungsi pengawasan melekat, merupakan salah satu fungsi manajemen yang penting disamping perencanaan dan pelaksanaan.

Prinsip-prinsip pengawasan melekat menurut Victor dan Yusuf (1994:76) adalah:

(17)

a. Pengawasan melekat harus dilaksanakan oleh setiap pimpinan secara sadar dan wajar sebagai salah satu fungsi manajemen yang penting dan tak terpisahkan dari perencanaan pengorganisasian dan pelaksanaan.

b. Pengawasan melekat lebih diarahkan pada usaha pencegahan terhadap penyimpangan, karena itu perlu sistem yang jelas yang dapat mencegah terjadinya penyimpangan. Dalam pelaksanaan fungsi manajemen perlu dilakukan pengawasan melekat untuk menjamin agar tujuan dapat dicapai secara efisien dan efektif. Berbagai kegiatan pelaksanaan memerlukan pula pengawasan dalam rangka penyempurnaan perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan itu sendiri. Lebih dari itu hasil dari pengawasan juga digunakan untuk menyempurnakan sistem pengawasan.

c. Pengawasan melekat harus bersifat membina, karena itu penentu adanya suatu penyimpangan harus didasarkan pada kriteria yang jelas dan penyimpangan tersebut harus di deteksi secara dini. Tindak lanjut terhadap temuan-temuan dalam pengawasan melekat harus dilakukan secara tepat dan tertib, didasarkan pada penilaian yang obyektif melalui analisis yang cermat sesuai dengan kebijaksanaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku termasuk tindak lanjut yang berupa penghargaan bagi bawahan yang berprestasi baik. d. Pengawasan melekat harus merupakan kegiatan yang dilakukan secara

terus-menerus dan berkesinambungan sebagai kegiatan rutin sehari-hari dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan. e. Pengawasan melekat harus dilaksanakan dengan menggunakan sistem

(18)

f. Pengawasan melekat merupakan pengawasan yang pokok sedangkan pengawasan-pengawasan lainnya menunjang keberhasilan pengawasan melekat.

1.5.1.5 Cara pelaksanaan pengawasan melekat

Dalam meningkatkan dan menyempurnakan pelaksanaan pengawasan melekat, sesuai dengan tugas pokok, fungsi, rencana dan program kerja dari unit kerja. Secara keseluruhan sistem pelaksanaan pengawasan melekat dimulai dari kegiatan penyusunan rencana yang meliputi kegiatan pemantauan terhadap pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan (LAN 1997:175-176). Adapun pengawasan melekat dapat dilakukan melalui beberapa cara yaitu:

1. Menciptakan sarana atau sistem kerja berdasarkan kewenangan yang dimiliki sehingga pelaksanaan tugas berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan yang berlaku.

2. Memantau, mengawasi, dan memeriksa pelaksanaan tugas agar berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan yang berlaku secara berdaya guna dan berhasil guna.

(19)

4. Merumuskan tindak lanjut dan mengambil langkah-langkah yang tepat sesuai dengan kewenangannya dengan memperhatikan kewenangan pejabat/instansi yang terkait.

5. Menjalin kerjasama dengan aparat pengawasan fungsional dan pengawasan-pengawasan lainnya dalam rangka meningkatkan mutu pengawasan melekat.

6. Meminta laporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas bawahan.

7. Memberikan penilaian terhadap pelaksanaan tugas bawahan. 8. Membina bawahan agar dapat melaksanakan tugas dengan baik.

1.5.1.6 Indikator Keberhasilan Pengawasan Melekat

Salah satu indikator keberhasilan suatu organisasi pemerintah dalam mencapai tujuannya dapat ditentukan oleh keberhasilan pengawasan melekat. Jika pengawasan melekat telah berhasil dengan baik, maka pengawasan melekat menjadi perilaku yang melekat dalam tata kerja pelaksanaan kegiatan dan menjadi kultur aparatur pemerintah (Victor dan Jusuf 1994:150).

(20)

b. Indikator berkurangnya penyalahgunaan wewenang

c. Indikator berkurangnya kebocoran, pemborosan, dan pungutan liar

d. Indikator cepatnya penyelesaian perijinan dan peningkatan pelayanan terhadap masyarakat

e. Indikator cepatnya pengurusan kepegawaian

1.5.2 Disiplin Kerja

1.5.2.1 Pengertian Disiplin Kerja

Kata disiplin itu sendiri berasal dari bahasa Latin “discipline” yang berarti

“latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat”. Hal

ini menekankan pada bantuan kepada pegawai untuk mengembangkan sikap yang layak terhadap pekerjaannya. Disiplin merupakan suatu kekuatan yang berkembang di dalam tubuh pekerja sendiri yang menyebabkan dia dapat menyesuaikan diri dengan sukarela kepada keputusan-keputusan, peraturan-peraturan, dan nilai-nilai tinggi dari pekerjaan dan tingkah laku (Asmiarsih 2006:23).

(21)

dukungan disiplin karyawan yang baik maka sulit perusahaan untuk mewujudkan tujuannya.

Rumusan lain menyatakan bahwa disiplin merupakan tindakan manajemen mendorong para anggota organisasi memenuhi tuntutan berbagai ketentuan tersebut. Dengan perkataan lain, pendisiplinan pegawai adalah suatu bentuk pelatihan yang berusaha memperbaiki dan membentuk pengetahuan, sikap dan perilaku pegawai sehingga para pegawai tersebut secara sukarela berusaha bekerja secara kooperatif dengan para pegawai yang lain serta meningkatkan prestasi kerjanya ( Sondang P. Siagian, 2000 : 305 ).

Sedangkan pendapat Siswanto Sastrohadiwiryo (2003 : 291) disiplin kerja dapat didefinisikan sebagai suatu sikap menghormati, menghargai, patuh, dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima sanksi-sanksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya.

Veithzal Rivai (2004:444) mengemukakan bahwa disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.

(22)

organisasinya baik yang tertulis maupun tidak tertulis sehingga diharapkan pekerjaan yang dilakukan efektif dan efesien.

1.5.2.2 Tujuan Disiplin Kerja

Secara umum dapat disebutkan bahwa tujuan utama disiplin kerja adalah demi kelangsungan organisasi atau perusahaan sesuai dengan motif organisasi atau perusahaan yang bersangkutan baik hari ini maupun hari esok. Menurut Siswanto Sastrohadiwiryo (2003 : 292) secara khusus tujuan disiplin kerja para pegawai, antara lain :

a.Agar para pegawai menepati segala peraturan dan kebijakan ketenagakerjaan maupun peraturan dan kebijakan organisasi yang berlaku, baik tertulis maupun tidak tertulis, serta melaksanakan perintah manajemen dengan baik.

b.Pegawai dapat melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya serta mampu memberikan pelayanan yang maksimum kepada pihak tertentu yang berkepentingan dengan organisasi sesuai dengan bidang pekerjaan yang diberikan kepadanya.

c.Pegawai dapat menggunakan dan memelihara sarana dan prasarana, barang dan jasa organisasi dengan sebaik-baiknya.

(23)

e. Pegawai mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi sesuai dengan harapan organisasi, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

1.5.2.3 Jenis – Jenis Disiplin Kerja

Newstrom dalam Asmiarsih (2006) menyatakan bahwa disiplin mempunyai 3 (tiga) macam bentuk, yaitu :

1) Disiplin Preventif

Disiplin preventif adalah tindakan SDM agar terdorong untuk menaati standar atau peraturan. Tujuan pokoknya adalah mendorong SDM agar memiliki disiplin pribadi yang tinggi, agar peran kepemimpinan tidak terlalu berat dengan pengawasan atau pemaksaan, yang dapat mematikan prakarsa dan kreativitas serta partisipasi SDM.

2) Disiplin Korektif

Disiplin korektif adalah tindakan dilakukan setelah terjadi pelanggaran standar atau peraturan, tindakan tersebut dimaksud untuk mencegah timbulnya pelanggaran lebih lanjut. Tindakan itu biasanya berupa hukuman tertentu yang biasa disebut sebagai tindakan disipliner, antara lain berupa peringatan, skors, pemecatan.

3) Disiplin Progresif

(24)

1.5.2.4 Indikator Disiplin Kerja

Veithzal Rivai (2005: 444) menjelaskan bahwa, disiplin kerja memiliki beberapa komponen seperti :

1. Kehadiran

Hal ini menjadi indikator yang mendasar untuk mengukur kedisiplinan, dan biasanya karyawan yang memiliki disiplin kerja rendah terbiasa untuk terlambat dalam bekerja.

2. Ketaatan pada peraturan kerja.

Karyawan yang taat pada peraturan kerja tidak akan melalaikan prosedur kerja dan akan selalu mengikuti pedoman kerja yang ditetapkan oleh perusahaan.

3. Ketaatan pada standar kerja.

Hal ini dapat dilihat melalui besarnya tanggung jawab karyawan terhadap tugas yang diamanahkan kepadanya.

4. Tingkat kewaspadaan tinggi. Karyawan memiliki kewaspadaan tinggi akan selalu berhati-hati, penuh perhitungan dan ketelitian dalam bekerja, serta selalu menggunakan sesuatu secara efektif dan efisien.

5. Bekerja etis.

(25)

salah satu bentuk tindakan indisipliner, sehingga bekerja etis sebagai salah satu wujud dari disiplin kerja karyawan.

Menurut H. Malayu Hasibuan (2007:194) pada dasarnya banyak indikator yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan seorang pegawai, di antaranya :

1. Tujuan dan kemampuan

Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan. Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti bahwa tujuan (pekerjaan) yang dibebankan kepada karyawan harus sesuai dengan kemampuan karyawan bersangkutan, agar dia bekerja dengan sungguh-sungguh dan disiplin dalam mengerjakannya.

2. Teladan pimpinan

(26)

3. Balas jasa

Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan terhadap perusahaan pekerjaannya. Jika kecintaan karyawan semakin baik terhadap pekerjaan, kedisiplinan mereka akan semakin baik pula. Balas jasa berperan penting untuk menciptakan kedisiplinan karyawan. Artinya semakin besar balas jasa, semakin baik kedisiplinan karyawan. Sebaliknya, apabila balas jasa kecil, kedisiplinan karyawan menjadi rendah. Karyawan sulit untuk berdisiplin baik selama kebutuhan-kebutuhan primernya tidak terpenuhi dengan baik.

4. Keadilan

(27)

5. Waskat

Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam mewujudkan kedisiplinan karyawan perusahaan. Dengan waskat berarti atasan harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan prestasi kerja bawahannya. Hal ini berarti atasan harus selau hadir di tempat kerja agar dapat mengawasi dan memberikan petunjuk jika ada bawahannya yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Waskat efektif merangsang kedisiplinan dan moral kerja karyawan. Karyawan merasa mendapat perhatian, bimbingan, petunjuk, pengarahan dan pengawasan dari atasannya.

6. Sanksi hukuman

Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan karyawan. Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, karyawan akan semakin takut melanggar peraturan perusahaan, sikap, dan perilaku indisipliner karyawan akan berkurang.

7. Ketegasan

(28)

diakui kepemimpinannya oleh bawahannya. Dengan demkian, pimpinan akan memelihara kedisiplinan karyawan perusahaan.

8. Hubungan kemanusiaan

Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara sesama karyawan ikut menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan. Hubungan-hubungan baik bersifat vertikal maupun horizontal yang terdiri dari Direct Single Relationship, Direct Group Relationship, dan Cross Relationship hendaknya berjalan harmonis. Manajer harus berusaha menciptakan suasana kemanusiaan yang serasi serta memikat, baik secara vertikal maupun horizontal diantara semua karyawannya. Terciptanya Human Relationship yang serasi akan mewujudkan lingkungan dan suasana kerja yang nyaman. Hal ini akan memotivasi kedisiplinan yang baik pada perusahaan. Jadi, kedisiplinan karyawan akan tercipta apabila hubungan kemanusiaan dalam organisasi tersebut baik.

1.6 Hipotesis

(29)

sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban empiris (Sugiyono, 2005:70).

Berdasarkan pada perumusan masalah dan kerangka teori yang telah dipaparkan diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1) Hipotesis kerja (H1)

Hipotesis kerja adalah hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y, atau adanya perbedaan antara dua kelompok. Hipotesis kerja dari penelitian ini adalah “Semakin tinggi pengawasan melekat maka semakin tinggi disiplin kerja pegawai.

2) Hipotesis nol (H0)

Hipotesis nol (H0) adalah hipotesis yang menyatakan tidak adanya

perbedaan antara dua variabel, atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Hipotesis nol dari penelitian ini adalah “Semakin rendah pengawasan melekat maka semakin rendah disiplin kerja pegawai.”

1.7Definisi Konsep

Definisi Konsep dari penelitian ini adalah :

(30)

dilakukan bawahan. (Mustopadidjaja,2000, Nawawi,1994:8, Harahap,2004:23).

2. Disiplin Kerja adalah suatu sikap menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan dan norma yang berlaku yang telah ditetapkan oleh instansi atau organisasinya baik yang tertulis maupun tidak tertulis sehingga diharapkan pekerjaan yang dilakukan efektif dan efesien. (Abdurrahman Fathoni, 2006, Siswanto Sastrohadiwiryo, 2003:291, Veithzal Rivai, 2004:444)

1.8 Definisi Operasional

Menurut Singarimbun (1999) defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Defenisi operasional merupakan uraian dari konsep yang sudah dirumuskan dalam bentuk indikator-indikator agar lebih memudahkan operasional dari suatu penelitian adalah:

1) Variabel bebas (X)

(31)

Adapun indikator dalam Pengawasan Melekat adalah: a. Pemantauan

b. Pemeriksaan

c. Evaluasi

d. Pengendalian

2) Variabel Terikat (Y)

Variabel Terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh Variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel Terikat (Y) adalah Disiplin Kerja. Disiplin Kerja adalah sikap menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan dan norma yang berlaku yang telah ditetapkan oleh instansi atau organisasinya baik yang tertulis maupun tidak tertulis sehingga diharapkan pekerjaan yang dilakukan efektif dan efesien.

Adapun indikator Disiplin Kerja yaitu: a. Kehadiran

b. Ketaatan pada peraturan kerja

c. Ketaatan pada standar kerja

d. Tingkat kewaspadaan tinggi

(32)

1.9 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang disusun dalam rangka memaparkan keseluruhan hasil penelitian ini secara singkat dapat diketahui sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori.

BAB II METODE PENELITIAN

Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, teknik penentuan skor, teknik analisa data dan sistematika penulisan.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisi gambaran umum tentang objek atau penelitian yang relefan dengan topik penelitian.

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini memuat penyajian data yang dilakukan dengan menguraikan hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan menganalisanya berdasarkan metode yang digunakan.

BAB V ANALISA DATA

(33)

BAB VI PENUTUP

Referensi

Dokumen terkait

Pada akhirnya program aplikasi transaksi valuta asing ini akan dapat diaplikasikan pada money changer-money changer yang akan menggunakannya untuk mempermudah dalam

m enggunakan shapes style yang sudah jadi t inggal pilih saja salah Sat u m isalnya saya akan. m em ilih shapes st yle Light

pemanfaatan, dan pemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, diperlukan sistem nasional penelitian, pengembangan, dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengandung

Penulisan Ilmiah ini menjelaskan mengenai komputerisasi sistem peminjaman dan pengembalian buku pada perpustakaan yang mempunyai tiga prosedur, yaitu pendaftaran, transaksi

70 Universitas Pelita Harapan Surabaya Madya 71 Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Madya 72 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya Madya. 73 STKIP PGRI Pacitan

Perdana Menteri   Susanto Tirtoprojo  PNI . Menteri Luar Negeri  

Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa teori Purchasing Power Parity yang menjelaskan bahwa inflasi dapat menjelaskan perilaku nilai tukar (kurs) tidak terbukti, karena dalam

Tahunan / Annual Period of financial statements submissions Tanggal awal periode berjalan January 01, 2015 Current period start date Tanggal akhir periode berjalan December 31,