ANOTASI ARTIKEL MILITER DAN KONSTRUKSI IDENTITAS NASIONAL: ANALISIS BUKU TEKS PELAJARAN SEJARAH SMA MASA ORDE BARU
(Oleh Kristiana Abut / 171314021)
a) Judul : MILITER DAN KONSTRUKSI IDENTITAS NASIONAL: ANALISIS BUKU TEKS PELAJARAN SEJARAH SMA MASA ORDE BARU
b) Nama Pengarang : Hieronymus Purwanta c) Jurnal : Paramita
d) Penerbit : Program Studi Pendidikan Sejarah – FKIP, Jurusan Ilmu Sejarah – Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma
e) Tahun Terbit : 1 januari 2013 f) Ringkasan isi :
PENDAHULUAN
Secara etimologis, identitas nasion-al merupakan penggabungan dua kata, yaitu “identitas” dan “nasional”. Kata identitas berasal dari bahasa Inggris identity yang dapat dimaknai sebagai ciri, tanda atau jati diri yang melekat pada seseorang, kelompok atau sesuatu sehingga membedakan dengan yang lain. Identitas memiliki fungsi sangat penting, karena memberikan penjelasan yang relatif benar dan tepat. Tanpa identitas, sesuatu akan sulit diidentifi-kasi dan digali informasi yang jelas, benar dan tepat. Kata ke dua adalah “nasional” yang merujuk pada konsep kebangsaan. Pada kasus bangsa Indonesia, pengertian nasional secara legal dan for-mal berlandas pada proklamasi ke-merdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945. Dari sudut pandang ini pengertian nasional dapat diidentikkan dengan pengertian Indonesia. Pada penelitian ini proklamasi kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945 ditempatkan sebagai hari kelahiran Indonesia, dengan tanpa
mengesampingkan proses pembentukannya yang berlangsung la-ma sebelumnya. Secara filosofis, identi-tas keindonesiaan yang telah dinya-takan pada saat
proklamasi tersebut akan tetap berlaku, meski tanpa ada pengakuan dari pihak lain. Penempatan negara kebangsaan sebagai komunitas yang tercitakan, ka-rena
keberadaannya sebagai hal yang hendak diwujudkan bersama oleh komunitas-komunitas di bawahnya. Re-nan mengajukan pandangan bahwa ter-dapat dua unsur yang menjadi prinsip spiritual negara bangsa. Pertama adalah sejarah yang berisi pengalaman-pengalaman bersama dan menjadi in-gatan kolektif, sehingga
secara jelas menyatakan bahwa bangsa, se-bagaimana perseorangan, merupakan hasil dari masa lampau yang panjang dan penuh pengorbanan dan kebaktian. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan buku teks pelajaran sejarah untuk SMA sebagai subjek kajian. Penelitian mengkaji 9 bu-ku teks pelaja ran seja rah yang digunakan dalam pembelajaran pada 3 periode kurikulum nasional, yaitu 1975, 1984 dan 1994. Adapun peristiwa se-jarah yang dikaji difokuskan pada masa revolusi kemerdekaan (1945-1950), dengan pertimbangan bahwa militer Indonesia mewacanakan “semangat 1945” sebagai ikon penting mereka. Pengkajian terhadap kehadiran kepent-ingan militer dilakukan dengan menganalisis term-term superior, baik dalam bentuk kata, kalimat maupun frasa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Militer dalam konsepsi Orde Baru bertanggungjawab atas pertahanan dan keamanan. Oleh karena itu, kehadiran kepentingannya dapat ditengarai dari pengutamaan narasi tentang pertahanan dan keamanan. Dalam buku teks pela-jaran sejarah, kehadiran kepentingan militer antara lain tampak dari menon-jolnya narasi tentang konflik fisik. Di antara berbagai peristiwa sepanjang periode revolusi kemerdekaan Indonesia, yang paling menonjol dibahas ada-lah konflik fisik antara Indonesia dengan bangsa- bangsa asing, terutama Jepang, Sekutu (Inggris) dan Belanda. Pengutamaan konflik fisik dapat disimak antara lain pada judul bab yang merepresentasikannya, seperti “Perang Kemerdekaan” (Siswoyo, 1979: 192; No-tosusanto dkk., 1981: 97; 1992: 127; dan Moedjanto dkk., 1992: 91). Dengan judul “Perang Kemerdekaan” pengarang bermaksud menyampaikan pesan bahwa sebagai besar konflik yang terjadi dalam bentuk konflik terbuka atau perang. Tidak hanya pada judul bab, pe-nonjolan konflik fisik juga terdapat pada isi buku teks pelajaran sejarah. Ditinjau dari genetika historis, konflik antara In-donesia dengan bangsa-bangsa asing pada periode revolusi kemerdekaan terutama dikarenakan oleh adanya per-benturan kepentingan. Di satu pihak, Indonesia digambarkan sebagai bangsa merdeka dan eksistensinya sah secara hukum internasional. Dinamika yang begitu kaya di berbagai daerah tidak mampu dicantumkan oleh buku teks pelajaran sejarah, sehingga keberagaman menjadi tidak dapat terwacanakan dengan opti-mal. Akibatnya siswa sebagai pembaca akan memperoleh kesan bahwa masa revolusi kemerdekaan hanya berisi ten-tang perlawanan masyarakat terhadap pasukan Jepang dan Sekutu/NICA. Tanpa bermaksud menafikan pen-tingnya nilai-nilai patriotisme, dominasi narasi tentang aksi-aksi militeristik akan menyampaikan pesan kepada para siswa SMA sebagai pembacanya bahwa perang merupakan solusi terbaik bagi permasalahan Indonesia pada periode revolusi
untuk mem-peroleh kebenaran, dan bukan diskusi kritis seperti diwacanakan oleh Haber-mas (McCarthy, 2009).1