• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Pendekatan Resource Based Lear

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penerapan Pendekatan Resource Based Lear"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia yang berlaku seumur hidup saat proses pembelajaran. Bukti bahwa seseorang telah melakukan belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang yang berubah menjadi lebih positif (Yulia, 2014:1). Dalam kehidupan sehari-hari, siswa berhadapan dengan masalah yang berkaitan dengan personal, bermasyarakat, pekerjaan, dan ilmiah yang diantara masalah tersebut berkaitan dengan penerapan matematika (Johar, 2012:32).

Matematika merupakan pelajaran yang dapat melatih siswa dalam menumbuh kembangkan cara berpikir kritis, logis, dan kreatif. Oleh karena itu, keberadaan matematika pada kurikulum pendidikan di Indonesia sebagai mata pelajaran wajib yang diberikan kepada siswa sekolah dasar hingga sekolah menengah. Bisa kita lihat dengan bertambahnya jam pelajaran matematika di sekolah (Khususwanto, 2013:1).

(2)

globalisasi. Harapannya siswa di Indonesia dapat memiliki kemampuan berpikir kritis, logis, dan kreatif dalam menghadapi segala jenis tantangan di era globalisai.

Saat ini perkembangan kemampuan berpikir kreatif telah menjadi salah satu fokus pembelajaran yang sangat dikembangkan dalam dunia pendidikan. Di dunia yang begitu cepat berubah, kreativitas menjadi penentu keunggulan. Menurut Alexander kesuksesan hidup individu sangat ditentukan oleh kemampuannya untuk secara kreatif menyelesaikan masalah, baik dalam skala besar maupun kecil (Mahmudi, 2008:37).

Adanya kreativitas pada siswa membuat Indonesia memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat dibutuhkan pada era globalisasi juga perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Cara berpikir kreatif akan membuat Indonesia memiliki SDM yang cerdas dan berkualitas, hingga Negara Indonesia tidak lagi tertinggal karena adanya ide-ide, gagasan-gagasan dan ide-ide baru (Hidayat, 2015:2).

(3)

Dalam kompetensi matematika meningkat dari 375 poin di tahun 2012 menjadi 386 poin di tahun 2015. Sedangkan berdasarkan nilai median, nilai matematika melonjak 17 poin dari 318 poin di tahun 2012, menjadi 335 poin di tahun 2015. Peningkatan tersebut mengangkat posisi Indonesia enam peringkat ke atas bila dibandingkan posisi peringkat kedua dari bawah pada tahun 2012 (Indonesia PISA Center:2016).

Kepala Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang (Kepuspendik Balitbang) Kemendikbud mengatakan secara konsisten terjadi peningkatan cakupan sampling peserta didik Indonesia yaitu sebanyak 46% di tahun 2003, 53% di tahun 2006, 63,4% di tahun 2012, dan menjadi 68,2% di tahun 2015. Hal terpenting dari survei benchmarking internasional seperti PISA adalah bagaimana kita melakukan tindak lanjut berdasarkan diagnosa yang dihasilkan dari survei tersebut. Peningkatan capaian yang terjadi harus terus ditingkatkan dengan meningkatkan tahun 2012 – 2015 dapat dipertahankan, maka pada tahun 2030 akan sama dengan capaian rerata negara-negara OECD (Indonesia PISA Center, 2016).

(4)

Kondisi di atas masih bertentangan dengan soal-soal matematika sesuai subtansi TIMSS dan PISA. Pada umumnya penilaian hasil belajar di Indonesia subtansinya masih kurang dikaitkan dengan konteks kehidupan yang dihadapi peserta didik dan kurang memfasilitasi peserta didik dalam mengungkapkan proses berpikir kreatif dan berargumentasi.

Berdasarkan kondisi di atas selayaknya guru harus mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik di dalam pembelajaran matematika di kelas, salah satunya adalah kemampuan berpikir kreatif. Khususwanto (2013) mengungkapkan bahwa berpikir kreatif merupakan suatu hal yang kurang diperhatikan dalam pembelajaran matematika. Selama ini guru hanya mengutamakan logika dan kemampuan komputasi (hitung-menghitung) sehingga kreativitas dianggap bukanlah suatu yang penting dalam proses belajar mengajar di dalam kelas.

Membagun pemikiran kreatif pada siswa tidak luput dari peran serta seorang guru. Guru adalah salah satu aspek terpenting dalam dunia pendidikan. Pendidik disiapkan untuk menerapakan pengetahuan dan keterampilan kepada para siswa. Peran guru memanglah sangat penting dalam dunia pendidikan. Menurut Joesoep (Marno dan Idris, 2010:18) fungsi guru ada tiga: 1) Fungsi professional, dimana guru meneruskan ilmu yang dimilikinya kepada siswa; 2) Fungsi kemanusiaan, guru berusaha mengembangkan potensi yang ada pada siswa; 3) Fungsi civic mission, guru wajib menjadikan siswanya menjadi warga negara yang baik.

(5)

guru masih memegang peranan penting dalam menciptakan peserta didik yang menjadi yang terbaik (Sutirna dan Samsudin, 2015:30). Guru sebagai fasilitator berperan penting dalam meningkatkan kualitas dan prestasi siswa, khusunya dalam belajar matematika. Guru harus benar-benar memperhatikan, memikirkan juga merencanakan proses pembelajaran yang dapat menarik minat juga semangat siswa untuk turut terlibat dalam proses belajar mengajar.

Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran para pendidik disamping harus menguasai bahan atau materi ajar, tentu perlu pula mengetahui bagaimana cara materi ajar itu disampaikan dan bagaimana pula karakteristik peserta didik yang menerima materi ajar tersebut (Syaiful, 2005:1). Agar peserta didik dapat belajar dengan menyenangkan dan mendapat hasil belajar yang maksimal dari masalah-masalah yang diberikan pendidik, maka pendidik perlu memiliki pengetahuan tentang pendekatan apa yang tepat dalam menyampaikan materi ajar tersebut.

(6)

Resource based learning adalah suatu pendekatan yang dirancang untuk memudahkan siswa dalam mengatasi keterampilan siswa tentang luas dan keanekaragaman sumber-sumber informasi berupa buku, jurnal, surat kabar, multimedia, dan sebagainya (Suryosubroto, 2009:215). Sedangkan menurut Nasution (2003:18) mengatakan resource based learning bentuk belajar yang langsung menghadapkan murid dengan suatu atau sejumlah sumber belajar. Dengan memanfaatkan sepenuhnya segala sumber informasi sebagai sumber belajar maka diharapkan peserta didik dengan mudah dapat memahami konsep materi pembelajaran.

Saat ini pengetahuan manusia berkembang dengan cepat sekali sehingga terjadi eksplosi pengetahuan dan eksplosi publikasi. Karangan-karangan ilmiah dan teknologi saja berjumlah 60.000.000 halaman tiap tahun, yakni sebanyak 2 juta artikel oleh 75.000 pengarang dalam 50 bahasa dalam kira-kira 35.000 majalah literatur dalam ilmu-ilmu sosial tak kurang banyak publikasinya (Nasution, 2003:20).

(7)

Pendekatan resource based learning akan berdampak pula pada kemampuan peserta didik dalam pengetahuan konsep kepercayaan diri atau self confidence. Menurut Khususwanto (2013:26) salah satu fase pada pendekatan resource based learning yakni fase menggunakan informasi dan mensintesa informasi inilah

kepercayaan diri siswa lebih domain dilatih untuk muncul. Hal ini disebabkan pada fase saat menggunakan informasi ini siswa dilatih untuk percaya diri memutuskan sesuatu yang harus disimpulkan dari informasi yang sudah mereka kumpulkan dan pada fase mensintesa informasi siswa dilatih agar memberikan berbagai ide-ide kreatifnya di depan kelas secara klasikal yang membutuhkan keberanian dan kepercayaan diri yang tinggi.

Memiliki self confidence yang tinggi, akan membuat siswa selalu bersemangat untuk mengembangkan segala sesuatu yang menjadi potensinya. Self confidence seseorang terkait dengan dua hal yang paling mendasar dalam praktek

hidup kita. Pertama, self confidence terkait dengan bagaimana seseorang memperjuangkan keinginannya untuk meraih prestasi atau kinerja. Kedua, self confidence terkait dengan kemampuan memperjuangkan keinginan untuk meraih

suatu prestasi di dalam kelas dengan cara belajar yang lebih keras lagi untuk menghadapi masalah dalam hal ini materi-materi yang mereka anggap sulit (Fitriani, 2012:4).

(8)

dimana dia memiliki cara pandang yang positif terhadap dirinya (Sugara, 2013:69)

Berdasarkan jurnal psikologi, bahwa mahasiswa lebih memilih metode belajar dengan cara mendengar daripada berbicara di depan kelas, karena mereka sering mengalami kecemasan ketika membawakan presentasi di depan kelas karena kurangnya rasa percaya diri, perasaan takut dan khawatir melakukan kesalahan, serta tidak dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh teman-temannya. Akan tetapi dari hasil survei terdapat beberapa mahasiswa yang mengaku bahwa dirinya tidak begitu canggung ketika sedang bicara di depan umum, karena sudah terbiasa untuk melakukan presentasi dan selalu memikirkan hal-hal yang menyenangkan dari setiap aktivitasnya (Wahyuni, 2014:51).

Jelas bahwa rasa keinginan maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil keputusannya yang sudah dipikirkan membutuhkan self confidence yang tinggi. Dari pernyataan tersebut, maka penulis menyimpulkan agar siswa memiliki self confidence yang tinggi ketika terjun langsung di dunia luar. Maka guru pada jenjang sekolah dasar dan sekolah menengah harus sudah melatih siswa untuk lebih percaya diri, dan meningkatkan self confidence siswa.

Ismawati (Amalia, Duskri, dan Ahmad, 2015:41) mendefinisikan self confidence adalah keyakinan seseorang untuk mampu berperilaku sesuai dengan

(9)

Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, yaitu: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang: Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab (Kabir dan Muin, 2015:5).

Akan tetapi fakta di lapangan menurut TIMSS (Purwasih, 2015:19) menunjukkan bahwa self confidence siswa Indonesia masih rendah dibawah 30%. Ditambah lagi jika para guru menanyakan siapa saja yang menyukai matematika, maka tak banyak siswa yang menjawab saya menyukai matematika. Ada banyak faktor yang membuat peserta didik tidak menyukai matematika, seperti masalah yang harus diselesaikan menggunakan rumus yang dianggap sebagai masalah. Bisa karena cara penyampaian seorang pendidik yang kurang menarik, ataupun suasana kelas yang monoton sehingga mereka menganggap matematika pelajaran yang sulit.

Selain dianggap sulit, rumus-rumus pada pembelajaran matematika dianggap suatu hal yang menakutkan. Rumus-rumus pada pembelajaran matematika membuat peserta didik kehilangan self confidence sehingga sedikit siswa yang semangat mengikuti pembelajaran di kelas.

(10)

menggunakan pendekatan resource based learning berbantuan flip book maker berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar matematika siswa Kelas XI SMA. Penelitian lain yang menggunakan pendekatan resource based learning adalah penelitian yang dilakukan oleh Umbara pada tahun 2016, hasil penelitian beliau menyatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang belajar menggunakan pendekatan resource based learning lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan konvensional. Selain itu penelitian relevan lainnya dilakukan oleh Khususwanto pada tahun 2013 di SMP Negeri 1 Pasawahan dan beliau menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan resource based learning dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematik dan self confidence siswa SMP.

Berdasarkan latar belakang di atas dan penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya mendorong penulis untuk melakukan penelitian mengenai pembelajaran matematika dengan pendekatan resource based learning untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematik dan self confidence siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan kepada uraian pada latar belakang masalah, maka rumusan dan batasan masalahnya adalah:

(11)

2. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa SMP yang pembelajarannya menggunakan pendekatan resource based learning lebih baik daripada yang menggunakan pembelajaran biasa?

3. Apakah self confidence siswa SMP yang pembelajarannya menggunakan pendekatan resource based learning lebih baik daripada yang menggunakan pembelajaran biasa?

4. Bagaimana implementasi langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan resource based learning di kelas?

5. Bagaimana kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal-soal kemampuan berpikir kreatif matematik?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian pada rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pencapaian kemampuan berpikir kreatif matematik siswa SMP yang pembelajarannya menggunakan pendekatan resource based learning lebih baik dibandingkan yang menggunakan pembelajaran biasa.

2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa SMP yang pembelajarannya menggunakan pendekatan resource based learning lebih baik dibandingkan yang menggunakan pembelajaran biasa.

(12)

4. Untuk mengetahui implementasi langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan resource based learning di kelas.

5. Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal-soal kemampuan berpikir kreatif matematik siswa?

D. Manfaat Penelitian

Secara umum penelitian ini diharapkan dapat memiliki hasil: 1. Bagi guru

Dari penelitian ini dapat menjadi referensi pendekatan yang bisa guru-guru gunakan. Selain itu penelitian ini dapat memberdayakan guru matematika dalam menggunakan pendekatan reasource based learning mempengaruhi kemampuan berpikir kreatif dan self confidence matematika siswa, sehingga dapat menjadi salah satu alternatif solusi bagi para guru mata pelajaran matematika sebagian bahan acuan dan pertimbangan dalam menggunakan pendekatan pembelajaran di kelas.

2. Bagi siswa

Dengan menerapkannya pendekatan resource based learning dapat mempengaruhi kemampuan berpikir kreatif dan self confidence matematik siswa dalam belajar matematika, hingga pada akhirnya ada pengaruh baik pada prestasi belajar siswa.

3. Bagi sekolah

(13)

4. Bagi peneliti

Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam kegiatan pembelajaran matematika di sekolah dengan menggunakan pendekatan resource based learnig. Selain pengetahuan dan pengalaman, peneliti juga bisa menyelesaikan tugas akhir dan mendapatkan gelar S1.

E. Definisi Operasional

1. Kemampuan berpikir kreatif matematik

Berpikir kreatif adalah adanya de-ide atau gagasan-gagasan baru. Berpikir kreatif adalah suatu pemikiran yang harus sering dilatih sehingga proses berpikir kreatif seseorang senantiasa berkembang dalam memecahkan masalah-masalah yang kian rumit. Dengan begitu proses berpikir kreatif dalam pembelajaran matematika sangat dibutuhkan apalagi dalam pemecahan masalah matematika. Berpikir kreatif memiliki 4 indikator pengukuran. Adapun indikator kemampuan berpikir kreatif matematik yaitu fluency, flexibility, originality, elaboration. 2. Self confidence

Perasaan yakin akan kemampuan diri sendiri dalam melakukan tugas-tugas tertentu yang mencangkup penilaian dan penerimaan yang baik terhadap dirinya sendiri secara utuh, bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh orang lain sehingga individu dapat diterima oleh orang lain maupun lingkungannya. Adapun beberapa indikator untuk mengukur self confidence seseorang adalah sebagai berikut:

(14)

b. Menunjukan kemandirian dalam mengambil keputusan. c. Memiliki kecerdasan (kemampuan matematis) yang cukup.

d. Menunjukan rasa optimis, bersikap tenang, dan pantang menyerah. e. Memiliki kemampuan sosialisasi.

f. Menunjukan sikap positif dalam menghadapi masalah.

g. Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi dalam berbagai situasi. h. Selalu berpikir objektif, rasional dan realistis.

3. Pendekatan resource based learning

Suatu pendekatan yang memanfaatkan berbagai sumber informasi. Sumber informasi dalam pembelajaran menggunakan pendekatan resource based learning dapat lebih dari satu sumber. Di mana informasi yang diperoleh dari beberapa sumber dapat membuat siswa memahami konsep materi yang sedang dipelajari. Langkah-langkah pembelajaran menggunakan pendekatan resource based learning adalah:

a. Mengidentifikasi pertanyaan atau permasalahan b. Merencanakan cara mencari informasi

(15)

BAB II

STUDI LITERATUR DAN HIPOTESIS

A. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik

Berpikir adalah proses pengggunaan informasi secara mental dengan cara membentuk konsep, memecahkan masalah, mengambil keputusan, dan memperlihatkannya dalam cara yang kritis atau kreatif (King, 2016:324). Purwanto mengatakan berpikir adalah suatu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu tujuan (Supardi, 2012:254). Menurut Sitompul (Supardi, 2012:257) berpikir kreatif adalah cara berpikir divergen atau kombinasi dua wajah dalam berpikir yaitu seperti hakim (analitis, rasional, dan logis) dan seperti pemimpi (imajinatif, implusif, dan intuitif).

Siswono menyatakan bahwa berpikir kreatif dapat dipandang sebagai suatu proses yang digunakan ketika seorang individu mendatangkan atau memunculkan suatu ide baru (Yulia, 2014:8). Sedangkan Amien (Suryosubroto, 2009:220) menyatakan bahwa berpkir kreatif adalah suatu kemampuan untuk membentuk gagasan baru dan penerapan dalam pemecahan masalah.

(16)

Menurut Guilford (Mahmudi, 2008:39) kreativitas sebagai produksi divergen atau sering disebut berpikir divergen. Adapun indikator kemampuan berpikir kreatif matematik menurut Torrance, Guilford dan Williams adalah kelancaran, keluwesan, keaslian, dan elaborasi (Hidayat, 2015:12). Munandar, merinci ciri-ciri keempat komponen sekaligus indikator berpikir kreatif sebagai proses sebagai berikut (Hendriana dan Sumarmo, 2014:43):

a. Ciri-ciri fluency meliputi:

1)Mencetuskan banyak ide, banyak jawaban, banyak penyelesaian masalah, banyak pertanyaan dengan lancar.

2)Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal. 3)Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.

b. Ciri-ciri flexibility di antaranya adalah:

1)Menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda.

2)Mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda. 3)Mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran. c. Ciri-ciri originality diantaranya adalah:

1)Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik.

2)Memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri.

3)Mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.

d. Ciri-ciri elaboration di antaranya adalah:

(17)

2)Menambah atau memerinci detail-detail dari suatu objek, gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

Berdasarkan pengertian berpikir kreatif menurut para ahli di atas maka, berpikir kreatif ini ditandai dengan adanya ide-ide dan produk baru yang dimunculkan sebagai hasil dari proses berpikir tersebut. Indikator berpikir kreatif mencakup kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (originality), dan elaborasi (elaboration).

B. Self Confidence

Secara etimologi, self confidence berasal dari bahasa Inggris dimana terdiri dari dua kata, yaitu “self” dan “confidence”. Self artinya diri, sedangkan

confidence artinya kepercayaan. Sehingga dapat diartikan sebagai kepercayaan akan diri (percaya diri).

Menurut Bandura (Nuraeni, 2014:17) kepercayaan diri adalah percaya terhadap kemampuan diri dalam menyatukan dan menggerakan motivasi dan sumber daya yang dibutuhkan, dan memunculkannya dalam tindakan yang sesuai dengan apa yang harus diselesaikan, atau sesuai dengan tuntutan tugas. Kepercayaan terhadap kemampuan diri dapat mempengaruhi kinerja dan prestasi seseorang. Seseorang yang memiliki tingkat kepercayaan diri rendah, cenderung tidak berhasil dalam menyelesaikan tugasnya dikarenakan kurangnya kemampuan menggerakan motivasi dan sumber daya yang dimilikinya. Kepercayaan diri yang rendah ditandai dengan adanya rasa takut gagal.

(18)

masalah dengan situasi terbaik dan dapat memberikan sesuatu yang menyenangkan bagi orang lain (Ghufron dan Risnawati, 2011:35).

Menurut Hakim (2002:1) self confidence atau percaya diri adalah modal dasar seorang manusia dalam memenuhi berbagai kebutuhan sendiri. Seseorang mempunya kebutuhan untuk kebebasan berpikir dan berperasaan akan tumbuh menjadi manusia dengan rasa percaya diri. Salah satu langkah pertama dan utama dalam membangun rasa percaya diri dengan memahami dan meyakini bahwa setiap manusia memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Kelebihan yang ada di dalam diri seseorang harus dikembangkan dan dimanfaatkan agar menjadi produktif dan berguna bagi orang lain.

Hakim (2005:5) mengungkapkan beberapa ciri-ciri orang yang memiliki self confidence adalah:

a. Selalu bersikap tenang dan tidak mudah menyerah. b. Mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai.

c. Mampu menetralisir ketegangan yang muncul pada situasi tertentu. d. Memiliki kondisi mental dan fisik cukup menunjang penampilan. e. Memiliki kecerdasan yang cukup.

f. Memiliki tingkat pendidikan formal yang cukup.

g. Memiliki keahlian dan keterampilan yang menunjang kehidpannya, missal keterampilan bahasa asing.

h. Memiliki kemampuan sosialisasi.

i. Memiliki latar belakang pendidikan keluarga yang baik.

j. Memiliki pengalaman hidup yang menempah mentalnya menjadi kuat dan tahan dalam menghadapi berbagai cobaan.

k. Selalu bersikap positif dalam menghadapi berbagai masalah.

(19)

Menurut Fatimah (Khusuwanto, 2013:18) mengatakan bahwa percaya diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya. Kepercayaan diri berkembang melalui interaksi individu dengan lingkungannya. Adapun ciri-ciri individu yang memiliki kepercayaan diri proposional menurut Fatimah (Khususwanto, 2013:22) adalah:

a. Percaya akan kemampuan diri sendiri, sehingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan, ataupun rasa hormat dari orang lain.

b. Tidak terdorong untuk menunjukan sikap konformis demi diterima oleh orang lain atau kelompok.

c. Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain. d. Memiliki kendali diri yang baik.

e. Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau kegagalan, tergantung dari usaha sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak tergantung pada bantuan orang lain).

f. Mempunyai cara pandang positif terhadap orang lain, diri sendiri, dan situasi diluar dirinya.

g. Memiliki harapan-harapan yang realistik, sehingga ketika harapan itu tidak terwujud mampu untuk melihat sisi positif dirinya dan situasi yang terjadi.

(20)

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa self confidence adalah perasaan yakin akan kemampuan diri sendiri dalam melakukan tugas-tugas tertentu yang mencangkup penilaian dan penerimaan yang baik terhadap dirinya sendiri secara utuh, bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh orang lain sehingga individu dapat diterima oleh orang lain maupun lingkungannya.

Dari ciri-ciri individu dengan rasa percaya diri yang sudah dipaparkan di atas, maka peneliti mengambil beberapa indikator untuk mengukur self confidence seseorang. Adapun indikator-indikator dari Self Confidence adalah sebagai berikut:

a. Menunjukan rasa yakin dengan kemampuan yang dimiliki. b. Menunjukan kemandirian dalam mengambil keputusan. c. Memiliki kecerdasan (kemampuan matematis) yang cukup.

d. Menunjukan rasa optimis, bersikap tenang, dan pantang menyerah. e. Memiliki kemampuan sosialisasi.

f. Menunjukan sikap positif dalam menghadapi masalah.

g. Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi dalam berbagai situasi. h. Memiliki kemampuan untuk berpikir objektif, rasional, dan realistis.

C. Pendekatan Resource Based Learning

Resource based learning is one type of constructivist pedagogical theory

(Butler, 2012:223). Resource based learning is a pedagogical approach associated with inquiry and project based learning in which students work with a

(21)

Resource based learning adalah suatu pendekatan yang dirancang untuk memudahkan siswa dalam mengatasi keterampilan siswa tentang luasnya dan keanekaragaman sumber informasi yang dapat dimanfaatkan untuk belajar. Sumber-sumber informasi tersebut dapat berupa buku, jurnal, surat kabar, multimedia dan sebagainya (Suryosubroto, 2009:215). Menurut Widawati (Suryosubroto, 2009:215) resource based learning adalah segala bentuk belajar langsung yang menghadapkan murid dengan sesuatu atau sejumlah individu atau kelompok dengan segala kegiatan belajar yang berkaitan dengan sumber belajar, bukan dengan cara konvensional di mana guru menyampaikan beban pelajaran kepada murid.

Menurut Rasiman (2014:36) mengatakan bahwa resource based learning adalah cara belajar bermacam-macam bentuk dan segi-seginya. Metode ini dapat diarahkan oleh guru atau berpusat pada kegiatan siswa, dapat melibatkan berbagai disiplin, dapat bersifat individual atau klasikal, dapat menggunakan alat audio-visual yang diamati secara individual atau diperlihatkan kepada seluruh kelas.

(22)

Jadi dalam pendekatan resource based learning sumber informasi yang akan siswa terima bukan informasi dari guru. Informasi yang didapat bisa dari sumber-sumber yang ada di perpustakaan sekolah, lingkungan sekitar, media sosial, maupun informasi dari diskusi bersama teman-teman yang memiliki informasi berbeda tapi tetap dalam materi yang sama. Di mana informasi-informasi yang didapatkan bisa membuat siswa lebih kreatif dalam berpikir, sehingga siswa dapat menghasilkan sebuah kesimpulan dari sebuah konsep. Dengan menggunakan pendekatan resource based learning siswa tidak harus selalu belajar dalam kelas, melainkan siswa dapat belajar di perpustakaan, di laboratorium, di luar sekolah yang berhubungan dengan tugas atau masalah yang berkaitan.

Adapun kelebihan pendekatan resource based learning menurut Suharwati, Sumarmi dan Ruja (2016:75) adalah:

1. Meningkatkan kemampuan dan motivasi belajar; 2. Menumbuhkan kesempatan belajar yang baru; 3. Mengurangi ketergantungan pada guru;

4. Menumbuhkan rasa percaya diri dalam menghadapi tantangan baru;

5. Penggunaan sumber belajar secara terus menerus mudah diserap dan diterapkan; dan

6. Memungkinkan untuk menemukan bakat terpendam pada diri siswa yang selama ini tidak tampak yang akan berlanjut sepanjang hidup.

(23)

a. Memanfaatkan sepenuhnya segala sumber informasi sebagai sumber bagi pelajaran termasuk alat-alat audio-visual. Ini tidak berarti bahwa pengajaran berbentuk ceramah ditiadakan, akan tetapi digunakan segala macam metode yang dianggap paling sesuai.

b. Memberi pengertian kepada siswa tentang luas dan aneka ragamnya sumber-sumber informasi yang dapat dimanfaatkan untuk belajar. Sumber-sumber-sumber itu berupa sumber dari masyarakat dan lingkungan manusia, museum, organisasi, bahan cetakan, perpustakaan, alat audio-visual, dan sebagainya. Siswa harus diajarkan teknik melakukan kerja lapangan, menggunakan perpustakaan, buku referensi, sehingga mereka lebih percaya diri.

c. Belajar berdasarkan sumber berhasrat untuk mengganti pasivitas siswa dalam belajar tradisional dengan belajar aktif didorong oleh minat dan keterlibatan dari dalam pendidikannya. Untuk itu apa yang dipelajari hendaknya mengandung makna baginya, dan penuh variasi.

d. Meningkatkan motivasi belajar dengan menyajikan berbagai kemungkinan tentang bahan pelajaran, metode kerja, dan media komunikasi yang berbeda sekali dengan kelas konvensional.

e. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja menurut kecepatan dan kesanggupan masing-masing dan tidak dipaksa bekerja menurut kecepatan yang sama dalam hubungan kelas.

f. Fleksibel dalam penggunaan waktu dan ruang belajar.

(24)

Pembelajaran menggunakan pendekatan resource based learning diutamakan tujuan mengutamakan untuk mendidik murid menjadi seorang yang sanggup belajar dan meneliti sendiri maka ia harus dilatih untuk menghadapi masalah-masalah yang terbuka bagi jawaban-jawaban yang harus diselidiki kebenarannya berdasarkan data yang disimpulkan dari berbagai sumber, baik dari sumber perpustakaan, eksperimen dalam laboratorium, maupun sumber-sumber lain. Menurut Suryosubroto (2009:220) bahwa dalam pelaksanaan pendekatan resource based learning ini perlu diperhatikan hal-hal seperti pengetahuan yang ada, tujuan

pelajaran, memilih metodologi, koleksi dan penyediaan bahan, dan penyediaan tempat.

Menurut Suryosubroto (2009:38) cara belajar menggunakan pendekatan resource based learning yaitu:

a. Menjelaskan alasan yang kuat kepada siswa tentang tujuan mengumpulkan informasi tertentu.

b. Merumuskan tujuan pembelajaran (SK, KD dan Indikator). c. Identifikasi kemampuan informasi yang dimiliki siswa.

d. Menyiapkan sumber-sumber belajar yang potensial telah tersedia dan dipersiapkan dengan baik.

e. Menentukan cara siswa mendemontrasikan hasil belajar.

f. Menentukan bagaimana informasi yang diperoleh oleh siswa untuk dikumpulkan.

(25)

Menurut Nasution (2003:30) dalam pelaksanaan cara belajar ini perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Pengetahuan yang ada

Ini mengenai pengetahuan guru tentang latar belakang murid dan pengetahuan murid tentang bahan pelajaran. Selain pegetahuan latar belakang yang dimiliki murid, guru juga harus mengetahui fasilitas dan kebutuhan sekolah.

b. Tujuan pelajaran

Guru harus merumuskan dengan jelas tujuan apa yang ingin dicapai dengan pelajaran itu. Tujuan ini tidak hanya mengenai materi yang harus dikuasi siswa juga bahan yang harus dikuasai siswa, akan tetapi juga keterampilan dan tujuan emosional dan sosial.

c. Memilih metodelogi

Metode pengajaran banyak ditentukan oleh tujuan. Bila topik yang dihadapi itu luas seperti dalam pengajaran unit, berbagai ragam metode akan perlu digunakan.

d. Koleksi dan penyediaan bahan

(26)

e. Penyediaan tempat

Segala kegiatan harus dilakukan dalam ruangan tertentu. Ruang perpustakaan tidak dapat sekaligus oleh murid-murid dari seluruh sekolah. Demikian pula laboratorium dan ruang lainnya perlu diatur penggunaannya agar tidak bentrok.

Selain itu menurut Khususwanto (2013:26) pada proses pembelajaran berlangsung, beberapa hal yang dilakukan saat di dalam kelas adalah:

a. Mengidentifikasi pertanyaan atau permasalahan b. Merencanakan cara mencari informasi

c. Mengumpulkan informasi d. Menggunakan informasi e. Mensintesa informasi f. Evaluasi

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan studi literatur, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Pencapaian kemampuan berpikir kreatif matematik siswa SMP yang pembelajarannya menggunakan pendekatan resource based learning lebih baik dibandingkan yang menggunakan pembelajaran biasa.

(27)

3. Self confidence siswa SMP yang pembelajarannya menggunakan pendekatan resource based learning lebih baik dibandingkan yang menggunakan

(28)

Referensi

Dokumen terkait

Babandingan Kamampuh Maca Carpon (basa Sunda) jeung Cerpen (basa Indonesia) Siswa Kelas X SMA 1 Margahayu kabupatén.. Bandung Taun

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti menarik simpulan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatkan

yang mengandung arti yang mengumpulkan dan membaca. Pengertian demikian itu juga sejalan dengan isi agama yang mengandung kumpulan cara- cara mengabdi kepada Tuhan

Proses orientasi yang dapat dilakukan selain yang sudah ada dalam perusahaan adalah perkenalan mengenai latar belakang perusahaan, kegiatan yang harus dilakukan

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui 1) Pengaruh pengalaman praktik kerja industri terhadap kesiapan kerja siswa. 2) Pengaruh bimbingan karir terhadap kesiapan

Saya ucapkan terimakasih untuk semua pihak yang sudah membantu skripsi saya, untuk semua orang-orang tersayang disekitar saya khususnya keluarga, teman- teman, dan semuanya yang

Pada skala warna merah pada pengukuran 2 lintasan 2 sebelum di pompa nilai luasannya yaitu 145,98 m 2 , dan setelah di pompa nilai luasannya menjadi 342,33 m 2 , hal