PERUBAHAN SISTEM PENGAWASAN PENGGABUNGAN PELEBURAN PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN DARI POST NOTIFICATION MENJADI PRE NOTIFICATION
OpeningStatement
Penataan ekonomi melalui prinsip-prinsip persaingan usaha yang sehat diyakini sebagai sinequanon atau syarat mutlak pertumbuhan ekonomi. Namun prinsip yang kini telah diadopsi oleh hampir seluruh negara di dunia belum berjalan sesuai dengan harapan. Begitu pula dengan Indonesia, proses tarik menarik kepentingan antara pelaku usaha yang mempunyai peran besar dan pemegang kekuasaan membentuk peraturan tidak bisa dihindari.
Berangkat dari sistem pengawasan terhadap aksi korporasi yang berupa penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan saham perusahaan, maka akan lebih efektif dan signifikan tersampaikan apabila menyatukan intrepretasi terhadap istilah-istilah tersebut.
Ketiga aksi korporasi, yakni penggabungan, pelebuhan, dan penggambilalihan saham hemat teamkami dapat disederhanakan menjadi “merger” yang mana juga digunakan istilah tersebut oleh KPPU secara umum
- Penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu Badan Usaha atau lebih untuk menggabungkan diri dengan Badan Usaha lain yang telah ada yang mengakibatkan aktiva dan pasiva dari Badan Usaha yang menggabungkan diri beralih karena hukum kepada Badan Usaha yang menerima penggabungan dan selanjutnya status Badan Usaha yang menggabungkan diri berakhir karena hukum.
aktiva dan pasiva dari Badan Usaha yang meleburkan diri dan status Badan Usaha yang meleburkan diri berakhir karena hukum.
- Pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh Pelaku Usaha untuk mengambilalih saham Badan Usaha yang mengakibatkan beralihnya pengendalian atas Badan Usaha tersebut.
Sistem pengawasan Merger dikualifikasikan menjadi 2, yakni :
a. Pra-Notifikasi adalah pemberitahuan yang bersifat sukarela oleh pelaku usaha yang akan melakukan merger untuk mendapatkan pendapat Komisi mengenai dampak yang ditimbulkan dari rencana penggabungan atau peleburan badan usaha atau Pengambilalihan.
b. Pasca-Notifikasi adalah pemberitahuan yang diwajibkan oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha terhadap para pelaku usaha yang melakukan merger secara tertulis, dengan jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari berlaku secara efektif setelah merger tersebut mendapatkan persetujuan yuridis oleh Menteri Hukum dan HAM.
Pro
PRE NOTIFICATION DIWAJIBKAN DAN MENGHAPUS KEWAJIBAN POST-NOTIFICATION
1. Perubahan sistem menjadi prenotification adalah upaya preventif dalam mengantisipasi terjadinya monopoli dan persaingan tidak sehat dari perusahaan dengan notificationthresholdyang melakukan corporateaction. Dengan penilaian-penilaian yang dilakukan oleh KPPU, maka disini KPPU memiliki data resmi perusahaan sebagai alat monitoring KPPU
Kontra
PRE-NOTIFICATION PERLU DILAKSANAKAN SEBAGAI KONSULTASI DAN TIDAK PERLU DIWAJIBKAN
1. Pre Notifikasi menghambat praktek merger pelaku usaha
terhadap pelaku usaha besar diatas (dengan notificationthresholds) yang memiliki peluang lebih besar menyebabkan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Sehingga ini dapat mensupport Roh dari pembentukan UU No. 5 Tahun 1999 yakni menimbulkan iklim usaha yang kondusif melalui terciptanya persaingan sehat.
2. 7 laporan tentang pra-notifikasi merger pada tahun 2010, tahun yang sama saat dirilisnya PP No 57 Tahun 2010.
a. PT Komatsu Indonesia mengakuisisi PT Pandu DayatamaPatria;
b. Meadown Asia Company Limited mengakuisisi PT Matahari DepartmentStore Tbk.;
c. Prudential Plc. mengakuisisi AIA Group Limited;
d. Univeler Indonesia Holding mengakuisisi B.V Sara Lee Body Care Tbk.;
e. PT Tuah Turangga Agung mengakuisisi PT Agung Bara Prima;PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. mengakuisisi PT Bank Agroniaga Tbk.
f. PT. Astra International Tbk. mengakuisisi PT. General Electric Services.
5 (lima) laporan berasal dari Multi National Company,2 (dua) National Company. Ini menunjukkan bahwa International Company sudah terbiasa melakukan Pre-notification merger. Penilaian yang dilakukan oleh KPPU dan untuk 6 (enam)
Namun landasan hukum tersebut bukan menjadi insentif bagi pelaku usaha melaporkan aksi korporasinya, merger yakni meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam melakukan kegiatan usaha.
2. KPPU tidak berwenang dan berhak membatasi perkembangan bisnis pelaku usaha.
KPPU hanya berwenang membatalkan merger yang sudah terbukti menimbulkan persaingan usaha tidak sehat. KPPU hanya berwenang melakukan pembatalan tersebut ketika merger telah berlaku yuridis.
3. PP No 57 Tahun 2010 adalah bentuk jalan tengah dari kevakuman pemerintah atas keberatan pelaku usaha terhadap PerkomNo 1 Tahun 2009
perusahaan telah dikeluarkan surat NoObjectionLetteryang artinya merger tidak mengakibatkan monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.
3. Pre-notifikasi adalah suatu sistem pengawasan yang efektif dan efisien karena diselenggarakan secara gratis dan posisi perusahaan akan aman. Sehingga alasan pre-notifikasi akan menghambat proses merger dapat terkikis. Karena disini KPPU yang dibentuk dengan semangat untuk menciptakan iklim usaha yang sehat, stabil tidak hanya menjalankan tugas utamanya sebagai lembaga pengawas juga dengan senang hati dan Cuma-Cuma memberikan layanan konsultasi, penilaian, pendapat demi menciptakan suasana anti monopoli dan persaingan usaha yang sehat. Integritas KPPU tidak perlu lagi diragukan dan diperdebatkan. 4. Pengonsepan Post-Notifikasi dalam PP No.57
Tahun 2010 bukanlah konsep yang sesuai dengan semangat, tugas, wewenang KPPU.
KPPU sendiri menilai dengan Pre-notifikasilah semangat persaingan usaha yang sehat akan dapat terealisasi secara maksimal di Indonesia. Namun, pendapat KPPU mengenai Pre-Notifikasi tidak memperoleh persetujuan dari Menteri Perdagangan, BKPM. KPPU yakin bahwa Pre-Notifikasi lebih berhasil untuk melacak dan
57/2010.Dual-sistem notifikasi dapat mengakomodir kebutuhan pelaku usaha untuk keberlangsungan usahanya juga KPPU mengenai informasi perkembangan bisnis di Indonesia khususnya dalam aksi korporasi.
Jadi, sudah tidak ada urgensi untuk pre notifikasi diwajibkan seperti post notifikasi.
4. Proses merger yang terlalu rumit dan pre notifikasi yang diwajibkan akan menghambat pelaku usaha dalam melakukan corporateaction. Penjelasan singkat proses merger perusahaan :
a. Kesepakatan internal masing-masing perusahaan untuk merger surat kabar, pemberitahuan tertulis pada karyawan) e. Mengajukan surat permohonan besertaakta perubahan
AD/ART perusahaan kepada Menteri Hukum dan HAM f. Pendaftaran kembali perusahaan
g. Pengumuman pada berita negara
mengantisipasi monopoli dengan pelaporan aksi korporasi pelaku usaha sedini mungkin sebelum merger efektif secara yuridis. Indonesia, Departemen Keuangan, penegak hukum dan masyarakat luas.
6. Mengembalikan kewenangan KPPU untuk dapat mengawasi pengaturan merger dari sisi tindakan pencegahan
KPPU bagai singa tanpa taring dalam menghadapi kerumunan srigala. KPPU mengawasi pelaksanaan aksi korporasi besar namun tidak diberikan wewenang yang sangat terbatas. Dimana dengan adanya PP No. 5 Tahun 2010, KPPU pengawasan KPPU hanya sebatas Mereview atas merger yang telah terlaksana, sehingga mempersempit kesempatan KPPU untuk dapat mencegah merger yang dapat mengakibatkan monopoli
terintegrasi antar badan pelaksana dan pengawas satu sama lain, yakni BKPM, KEMENKUMHAM, BI dan OJK selaku pengganti dari BAPEPAM-LK (bagi perseroan terbuka).
5. Substansi yang harus diakomodir dalam Sistem Kontrol Merger Kini sudah bukan saatnya untuk memperdebatkan lagi apakah post notification lebih baih dialihkan dan diubah menjadi pre notification agar dapat lebih menjamin kepastian hukum. Yang lebih urgensi lagi, adalah bagaimana sistem kontrol merger yang telah kita miliki saat ini dan telah familiar bagi para pengusaha di Indonesia, baik swasta nasional maupun swasta asing ini dapat mengakomodir seluruh kebutuhan baik kebutuhan pihak swasta untuk terjaminnya kepastian berusaha di Indonesia, maupun kepastian persaingan usaha yang sehat di Indonesia. Maka sistem Kontrol Merger kita oerlu mengatur beberapa ketentuan tabf belum ada dalam peraturan perundang-undangan mengenai merger di Indonesia, yakni :
- Divestasi
dan persaingan usaha tidak sehat terealisasi. Ini adalah suatu kompensasi logis atas benturan antara tujuan merger dengan pelaksanaan merger. Tujuan merger adalah untuk efektifitas dan efesiensi pelaku usaha. 7. Negara yang berhasil menerapkan Pre-Notifikasi
a. Amerika Serikat : 3700 Notifikasi
b. Uni-Eropa : 200 Notifikasi (dalam masa transisi) c. Jepang :
8. Kurnia Toha, SH, LLM : UU No. 5 Tahun 1999 sudah tidak relevan lagi untuk diterapkan di Indonesia, salah satunya ketentuan Post-Notifikasi yang diatur didalamnya. Sehingga sudah seharusnya sistem pengawasan Pre-Notifikasi dilaksanakan
9. Rekomendasi :
a. Menyatakan secara eksplisit Pre-Notifikasi di dalam UU Antimonopoli dan Persaingan Usaha tidak sehat adalah suatu kewajiban yang harus dipenuhi
perusahaan yang melampaui
notificationthresholdsetelah RUPS menyetujui secara penuh aksi korporasi sebelum adanya pengumuman di media cetak.
b. Mencantumkan dalam klausul Kriteria pegumuman di media massa mengenai :
- tipe surat kabar,
c. Tanpa dinilai ulang : 1 notifikasi d. Tidak ada dugaan : 2 Notifikasi Tahun 2011 : 42 Notifikasi
e. Tanpa dinilai ulang : 2 notifikasi f. Tidak ada dugaan : 26 Notifikasi
g. Tidak dinilai karena tidak mencapai thresholds : 5 Notifikasi
h. Penilaian digabung : 9 Notifikasi Tahun 2012 : 35 Notifikasi
i. Tanpa dinilai ulang : 2 notifikasi j. Tidak ada dugaan : 24 Notifikasi
k. Tidak dinilai karena tidak mencapai thresholds : 2 Notifikasi
l. Penilaian digabung : 5 Notifikasi m.Tanpa keterangan : 2 notifikasi Tahun 2013 : 70 Notifikasi
n. Tanpa dinilai ulang : 0
o. Tidak ada dugaan : 17 Notifikasi
p. Tidak dinilai karena tidak mencapai thresholds : 1 Notifikasi
q. Penilaian digabung : 7 Notifikasi r. Tanpa keterangan : 45 notifikasi Tahun 2014 : 4 Notifikasi
pengawasanPost-Notification. asumsi filosofis manusia yakni bahwa manusia pada hakikatnya dapat dipercaya mampu bertindak dengan tanggung jawab memiliki,integritas, kejujuran terhadap pihak lain.
Yang tersirat dari tuntutan yang dikehendaki para pemegang saham. Pandangan bahwa manajemen sebagai suatu yang dapat dipercaya untuk bertindakdengan sebaik-baiknya bagi kepentingan publik pada umumnya maupun stakeholder pada khususnya.
8. Posisi :
Tetap mempertahankan STATUS QUO : PASKA-NOTIFIKASI ; WAJIB