• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE KOOPERATIF NUMBERED HEA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN METODE KOOPERATIF NUMBERED HEA"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

!

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam

Ilmu Pendidikan Islam

Oleh:

NIM: 093111313

(2)

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : MUFARRIHAH

NIM : 093111313

Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.

Semarang, 25 Mei 2011 Saya yang menyatakan

Mufarrihah

(3)

KEMENTERIAN AGAMA R.I.

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Semarang Telp. 02497601295 Fax. 7615387

Naskah skripsi dengan:

Judul : "#"$%&%# "'()" ((&"$%'*+ ,-."$") "%) (/"'0"$ ,#',1 "#*#/1%'1%# *#%' )%# %2*3 "3%4%$ %3 ,$ %# %)*'2 %)% %'"$* ,$%' %3 %0%.

*25% "3%2 %.*3,3 3,- %6(#/3($ %6(#/

"&%$% %0,# "3%4%$%# !

Nama : Mufarrihah

NIM : 093111313

Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Agama Islam

telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam.

Semarang, 11 Juni 2011 DEWAN PENGUJI

Ketua,

2-%*37 8 /8

NIP : 197110211997031002

Sekretaris,

$% *'* %$*%-7 8 )8 NIP : 196507271992032002 Penguji I,

%$#%)*7 8 )8 NIP : 1968103171994031003

Penguji II,

$8 %*+,)*# 9,0$*7 8 /8 NIP : 195808051987031002 Pembimbing

(4)

Semarang, 25 Mei 2011

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

di Semarang

Assalamu’alaikum wr.wb

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan:

Judul : Penerapan Metode Kooperatif Numbered Head Together (NHT) untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar al9 Qur’an Hadits pada Materi Surat al9Lahab Siswa Kelas IV A MI Sabilul ‘Ulum Mayonglor Mayong Jepara Tahun Pelajaran 2010/2011

Nama : Mufarrihah

NIM : 093111313

Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqasyah.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Pembimbing

(5)

ä ÷

’<Î

È≅‹Î

7În

Ïπϑõ3Ï ø:

Î

Ïπ

Ï öθϑø9 ρ

ÏπΖ

ø:

(

Οßγø9Ï

≈ ρ

É ©9

Î

‘Ïδ

ß

ô

4

¨βÎ

7−

θèδ

ÞΟ=ô

ϑÎ

¨≅

Ï Î

‹Î

(

θèδρ

ÞΟ=ô

Ï ôγßϑø9

Î

١

∩⊇⊄∈∪

$'*#6%:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan mu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhan mu, Dia lah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan Nya dan Dia lah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk. (QS. An Nahl: 125)

1

(6)

Judul : Penerapan Metode Kooperatif Numbered Head Together (NHT) untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Al Qur’an Hadits pada Materi Surat al Lahab Siswa Kelas IV A MI Sabilul ‘Ulum Mayonglor Mayong Jepara Tahun Pelajaran 2010/2011.

Penulis : Mufarrihah NIM : 093111313

Permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya minat belajar siswa dalam pembelajaran al9Qur’an Hadits di kelas IV A MI Sabilul ‘Ulum Mayonglor, hasil belajar yang rendah, guru kurang memotifasi siswa, materi pelajaran sulit dan komplek, sarana pembelajaran yang terbatas, dan proses pembelajaran yang kurang menarik. Adapun pemecahan masalah yang digunakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menggunakan model pembelajaran Numbereds Head Together (NHT). Rumusan masalah dalam dalam penelitian ini adalah 1). Bagaimana implementasi metode pembelajaran kooperatif NHT dapat meningkatkan minat belajar al9Qur’an Hadits pada Materi Surat al9Lahab siswa kelas IVA MI Sabilul ‘Ulum Mayonglor Mayong Jepara? 2). Bagaimana implementasi metode pembelajaran kooperatif NHT dapat meningkatkan hasil belajar al9Qur’an Hadits pada Materi Surat al9Lahab siswa kelas IVA MI Sabilul ‘Ulum Mayonglor Mayong Jepara?

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) dan dilakukan sebanyak dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan atau observasi, dan refleksi. Pengumpulan data diperoleh melalui dokumenter, observasi, wawancara, angket, dan tes. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV A MI Sabilul ‘Ulum Mayonglor Mayong Jepara Tahun Pelajaran 2010/2011. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah 1). Minat siswa dalam pembelajaran al9Qur’an Hadits dengan pendekatan pembelajaran NHT; 2). Hasil belajar siswa dalam pembelajaran al9Qur’an Hadits dengan pendekatan pembelajaran NHT.

Dari hasil analisis didapatkan bahwa minat belajar siswa mengalami peningkatan, pada siklus I (57,14%), artinya mempunyai minat sedang, dan siklus II (75%), artinya mempunyai minat yang tinggi. Hasil belajar al9Qur’an Hadits siswa juga mengalami peningkatan, hal itu ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, pada siklus I (67,86%), artinya ketuntasan belajar secara klasikal belum tercapai, dan pada siklus II (78,57%), artinya ketuntasan belajar secara klasikal telah tercapai.

Dari hasil penelitian diperoleh simpulan bahwa dengan model pembelajaran

(7)

Penulisan transliterasi huruf9huruf Arab9Latin dalam skripsi ini berpedoman pada SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I. Nomor: 158/1987 dan Nomor: 0543b/U/1987. penyimpanagn penulisan kata sandang [al9] disengaja secara konsisten supaya sesuai teks Arabnya.

a

b

t

g

j

f

q

kh

k

d

l

Ŝ

m

r

n

z

w

s

h

sy

y

%;%%# %)): %;%%# *+'(#/:

ā = a panjang

ﻭﹶﺍ

= au
(8)

Bismillāhirraḥmānirraḥīm

Segala puji bagi Allah atas segala rahmat, hidayah dan karunia9Nya yang tak terhingga. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada para utusan9 Nya dan para pengikut mereka yang telah mengajak umat manusia untuk mengabdi kepada9Nya.

Berkat rahmat dan hidayah Allah peneliti telah menyelesaikan tugas Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di MI Sabilul ‘Ulum Mayonglor Mayong Jepara. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan, saran, dan motivasi dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu patutlah kiranya peneliti menyampaikan terima kasih yang sebesar9besarnya kepada:

1. Dr. Suja’i, M. Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang telah memberikan izin dalam penelitian ini;

2. Ahmad Muthohar, M. Ag. selaku ketua Program Kualifikasi IAIN Walisongo Semarang yang telah memberikan dorongan, semangat untuk menyelesaikan studi di IAIN;

3. Drs. Soediyono, M. Pd. selaku Dosen pembimbing, yang telah membimbing peneliti dengan penuh ketelatenan dan kesabaran sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar.

4. Mustafid selaku kepala MI Sabilul ‘Ulum Mayonglor yang telah memberikan kesempatan, pengarahan dan dukungan sehingga pelaksanaan penelitian dapat berjalan dengan baik dan lancar.

5. Fatah Yasin, S. Pd. selaku kolaborator.

6. Ayah ibunda tercinta, anak9anak dan suamiku tersayang, teman9teman kulifikasi IAIN Walisongo yang telah memberikan motivasi sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

(9)

pihak sangat peneliti harapkan guna perbaikan kualitas penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT. senantiasa memberikan hidayah9Nya kepada kita semua. Amīn.

Mayong, 25 Mei 2011

(10)

%3%-%#

HALAMAN JUDUL ………... i

PERNYATAAN KEASLIAN ……….. ii

PENGESAHAN ……….... iii

MOTTO ... iv

NOTA PEMBIMBING ... v

ABSTRAK ... vi

TRANSLITERASI ARAB9LATIN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

: ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Penegasan Istilah ... 3

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

: ... 7

A. Kajian Pustaka 1. Metode Kooperatif ... 7

2. Numbered Heads Together ……….... 10

3. Kooperatif Numbered Head Together ... 12

4. Minat ………. 12

5. Hasil Belajar ... 21

6. Al9Qur’an Hadits ……….... 23

B. Kerangka Berfikir ... 27

(11)

: ... 29

A. Setting Penelitian ... 29

B. Subyek Penelitian ... 29

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

D. Teknik Pengumpulan Data... 29

E. Prosedur Penelitian ... ... 30

F. Teknik Analisis Data ... 34

G. Indikator Pencapaian ... 36

: ... 37

A. Deskripsi Data Penelitian ……… 37

1. Data Pra Siklus ... 37

2. Data Siklus I ... 39

3. Data Siklus II ... 46

B. Hasil Penelitian ……….... 53

1. Minat Belajar Siswa ... 53

2. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa ... 55

: ... 57

A. Simpulan ……… 57

B. Saran ……….. 57

C. Penutup ……….. 58

(12)

Sering dijumpai dalam proses belajar mengajar cara menyajikan materi kepada siswa kurang berkualitas, tidak efisien, dan kurang mempunyai daya tarik, bahkan cenderung membosankan, sehingga hasil belajar yang dicapai tidak optimal.

Minat adalah variabel penting yang mempengaruhi terhadap tercapainya suatu prestasi atau cita cita yang diharapkan. Oleh karena itu belajar dengan minat akan lebih baik daripada belajar tanpa minat.

Peningkatan minat dan hasil belajar siswa sangat tergantung pada peranan guru dalam mengelola pembelajaran. Dalam Undang undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, seorang guru yang profesional harus memiliki empat kemampuan dasar (kompetensi). Adapun empat kemampuan tersebut adalah : 1) kompetensi pedagogik, 2) kompetensi kepribadian, 3) kompetensi sosial, dan 4) kompetensi profesional, dalam melaksanakan tugas.

Banyak metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, khususnya yang dapat menumbuhkan minat siswa dan meningkatkan hasil belajar. Pembelajaran akan berhasil jika seorang guru dapat memilih dengan tepat metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa dan karakteristik materi yang akan disampaikan.

(13)

Melalui penelitian pada kelas IV A MI Sabilul ‘Ulum Mayong kompetensi dasar dalam pengajaran al Qur’an hadits kurang memenuhi indikator kompetensi dasar yang diharapkan.

Hasil tes pembelajaran al Qur’an Hadits pada siswa kelas IV A MI Sabilul ‘Uum Mayong pada kegiatan pra tindakan diketahui bahwa dari jumlah keseluruhan siswa kelas IV A MI Sabilul ‘Ulum Mayong yang berjumlah 28 siswa, 2 siswa memperoleh nilai 40 (7,14%), 3 siswa memperoleh nilai 50 (10,71%), 1 siswa memperoleh nilai 55 (3,57%), 3 siswa memperoleh nilai 60 (10,71%), 5 siswa memperoleh nilai 65 (17,86%), 8 siswa memperoleh nilai 70 (28,57%), 2 siswa memperoleh nilai 75 (7,14%), 4 siswa memperoleh nilai 80 (14,29%).2 Dengan demikian, berdasarkan nilai yang diperoleh siswa, pembelajaran al Qur’an Hadits di kelas IV A MI Sabilul ‘Ulum Mayong dikatakan belum berhasil, karena siswa yang memperoleh skor minimal mencapai 14 siswa (50%) yang berarti kurang dari 75% untuk dinyatakan telah berhasil.

Berdasarkan observasi diketahui bahwa beberapa faktor yang diasumsi sebagai penyebab rendahnya hasil belajar mata pelajaran al Qur’an Hadits adalah: a) metode pembelajaran yang digunakan guru berupa metode ceramah, b) minat belajar siswa rendah, c) guru kurang memotifasi siswa, d) materi pelajaran sulit dan komplek, e) sarana pembelajaran yang terbatas, f) dan proses pembelajaran yang kurang menarik.

Permasalahan rendahnya minat dan hasil belajar al Qur’an Hadits di MI Sabilul’Ulum Mayong harus segera ditanggulangi, dan guru perlu melakukan refleksi atas kinerjanya. Perolehan hasil belajar al Qur’an Hadits dapat ditingkatkan lebih tinggi lagi apabila minat siswa dalam pembelajaran juga tinggi. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa minat siswa masih rendah, kinerja siswa menunjukkan fenomena sebagai berikut guru hanya mengandalkan model ceramah atau yang lebih dikenal dengan verbalisme. Menurut S. Nasution penyakit yang paling berkecamuk

di sekolah ialah verbalisme. Bahaya penyakit verbalisme terdapat dalam setiap situasi belajar, yaitu apabila anak anak diberi kata kata tanpa memahami artinya.3 Guru jarang membimbing siswa dalam diskusi, guru jarang memberikan pertanyaan

2 Tanggal 31 Januari 2011 3 Nasution. S,

(14)

kepada siswa baik secara individual atau klasikal. Siswa tidak berani bertanya apabila ada masalah/materi yang tidak/kurang dimengerti. Hal ini menjadi salah satu kelemahan metode ceramah yang apabila diterapkan secara murni adalah tidak melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembalajaran akibatnya materi yang diajarkan menjadi kurang menarik.

Pembelajaran yang ada lebih terpusat pada guru, bukan kepada siswa. Hal ini tidak dapat dibiarkan begitu saja. Semua potensi yang dimiliki siswa harus dikembangkan. Hal ini dapat tercapai apabila kinerja siswa ditingkatkan, sehingga guru hanya berperan sebagai fasilitator, motivator dan organisator.

Sebagai tenaga pendidik yang profesional guru harus tetap bisa menumbuhkan minat belajar siswa. Usaha untuk menumbuhkan minat belajar siswa diantaranya melalui metode cooperative learning (pembelajaran dengan kerja sama). Menurut

Ahmad Munjin nasih metode pembelajaran ini sangat menekankan pola kerja sama dengan membagi siswa menjadi kelompok kelompok kecil (sub sub kelompok)4. Untuk menghindari adanya siswa yang kurang aktif perlu adanya kelompok belajar yang terstruktur. Ada lima unsur pokok yang termasuk dalam penstrukturan tersebut yaitu adanya saling ketergantungan yang positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerjasama dan proses kelompok.

Pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif tipe NHT, merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat menjadikan siswa aktif, kreatif dan dapat bersosialisasi dengan teman kelompoknya. Oleh karena itu, penggunaan metode kooperatif tipe NHT adalah salah satu solusi untuk meningkatkan minat dan hasil belajar mata pelajaran al Qur’an Hadits pada siswa MI Sabilul ’Ulum Mayong Kabupaten Jepara.

Untuk memperjelas agar tidak terjadi salah penafsiran dalam judul diatas, maka perlu kiranya dijelaskan istilah istilah sebagai berikut:

1. Metode kooperatif (pembelajaran berkelompok)

4 Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah

(15)

Adalah sebuah metode kerja sama dalam kelompok dangan cara membagi kelas menjadi beberapa kelompok kelompok kecil yang terdiri dari 4 6 orang siswa dengan tingkat kemampuan, jenis kelamin dan ras yang berbeda beda sehingga terjadi interaksi yang baik dan saling membantu dalam satu kelompok5.

2. Numbered Heads Together (NHT)

Numbered Heads Together (NHT) adalah merupakan suatu tipe model pembelajaran kooperatif dengan cara setiap siswa diberi nomor dan dibuat suatu kelompok, kemudian secara acak, guru memanggil nomor dari siswa6.

3. Minat

Dalam kamus besar bahasa Indonesia minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu.7

Menurut Slameto minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh.8

Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Belajar Minat adalah

kecenderungan dan kegairahan yang tingggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.9

Menurut Elizabeth B. Hurlock, minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan.10

Bertolak dari berbagai devinisi di atas secara umum dapat diambil kesimpulan bahwa minat merupakan kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang mereka inginkan.

4. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

5 Trianto,

Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif: Konsep, Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 56.

6 Hamdani,

Strategi Belajar Mengajar (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2011), hlm. 89.

7

Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hlm. 744.

8 Slameto

, Belajar & Faktor faktor yang Mempengaruhi (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 180.

9 Muhibbin Syah

, Psikologi Belajar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), hlm. 152.

10 Elizabeth B. Hurlock,

(16)

5. al Qur’an Hadits

Mata pelajaran al Qur’an Hadits adalah dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada Madrasah Ibtidaiyah untuk memberikan motivasi, membimbing, mengarahkan pemahaman, mengembangkan kemampuan dasar dan penghayatan isi yang terkandung dalam al Qur’an dan Hadits yang diharapkan dapat diwujudkan dalam perilaku yang memancarkan Iman dan Taqwa kepada Allah SWT. sesuai dengan ketentuan al Qur’an dan Hadits.

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka dapatlah dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi metode pembelajaran kooperatif NHT terhadap minat belajar al Qur’an Hadits pada Materi Surat al Lahab siswa kelas IVA MI Sabilul ‘Ulum Mayonglor Mayong Jepara?

2. Bagaimana implementasi metode pembelajaran kooperatif NHT terhadap hasil belajar al Qur’an Hadits pada Materi Surat al Lahab siswa kelas IVA MI Sabilul ‘Ulum Mayonglor Mayong Jepara?

Tujuan penelitian ini adalah untuk menerapkan metode pembelajaran

kooperatif NHT pada pelajaran al Qur’an Hadits dengan kerja kelompok, sebagai suatu upaya perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kemampuan guru dalam mendesain metode pembelajaran kooperatif NHT pada pelajaran al Qur’an Hadits.

2. Untuk menerapkan metode pembelajaran kooperatif NHT pada pelajaran al Qur’an Hadits di MI Sabilul’Ulum Mayong.

3. Meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran al Qur’an Hadits dengan metode pembelajaran kooperatif NHT.

(17)

Bagi siswa pembelajaran kooperatif NHT memberikan nuansa baru suatu metode pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran al Qur’an Hadits. Siswa memiliki kesadaran bahwa proses belajar mengajar adalah dalam rangka mengembangkan potensi dirinya, karena itu keberhasilan pembelajaran sangat ditentukan oleh siswa itu sendiri. Di samping itu, melalui penelitian ini siswa dilatih untuk bekerja sama dalam belajar dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya. Sehingga siswa terdorong untuk aktif baik secara fisik, mental, dan emosi dalam dirinya.

Bagi guru penelitian ini diharapkan untuk dapat meningkatkan kemampuan profesionalnya, dan metode pembelajaran kooperatif NHT menjadi alternatif pembelajaran al Qur’an Hadits untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa MI Sabilul’Ulum Mayong. Memberikan kesadaran bagi guru untuk merefleksi diri atas kinerjanya dan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang disesuaikan dengan tujuan, materi, karakteristik siswa, dan kondisi pembelajaran. Guru mempunyai kemampuan untuk merancang model pembelajaran baru dan menerapkannya dalam proses pembelajaran al Qur’an Hadits.

Dengan penelitian ini, diharapkan kemampuan guru mengaktifkan siswa dan memusatkan perhatian siswa dalam proses pembelajaran dan pada pengembangan potensi diri siswa juga dapat ditingkatkan sehingga proses pembelajaran lebih menarik, menyenangkan, bermakna, dan memiliki daya tarik. Di samping itu peneliti juga dapat memperkaya pengalaman guru dalam melakukan perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran dengan merefleksi diri atas kinerjanya melalui PTK.

(18)

! " ## " ! ! $

$

1. Metode Kooperatif

Pada hakikatnya metode kooperatif mempunyai makna yang sepadan dengan

cooperative learning (pembelajaran kooperatif). Cooperative learning berasal dari

kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama sama dengan

saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau atau satu tim. Slavin mengemukakan, “cooperative learning refers to a variety of teaching methods in

which students work in small groups to help one another learn academic content.” 11

Sedangkan Rusman mengemukakan “pembelajaran kooperatif (cooperative

learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja

dalam kelompok kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.12

Menurut Isjoni, pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil (yang anggotanya terdiri atas 4 6 orang) untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok itu.13

Dari beberapa pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa metode kooperatif adalah metode kerja sama dalam kelompok dangan cara membagi kelas menjadi beberapa kelompok kelompok kecil yang terdiri dari 4 6 orang siswa dengan tingkat kemampuan, jenis kelamin dan ras yang berbeda beda sehingga terjadi interaksi yang baik dan saling membantu dalam satu kelompok.

Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu

11 Robert E. Slavin,

Cooperative Learning Theory, Research, and Practice (Boston: Allyn & Bacon, 1995), hlm. 2.

12Rusman,

Model model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru (Jakarta: Rjawali Pers, 2011), hlm. 202.

13 Isjoni,

(19)

memecahkan masalah masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.14

Para ahli menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas tugas akademik, unggul dalam membantu memahami konsep konsep yang sulit, dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas akademik.15

Beberapa ciri dari pembelajaran kooperatif adalah; (a) setiap anggota memiliki peran, (b) terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa, (c) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman teman sekelompknya, (d) guru membantu mengembangkan keterampilan keterampilan interpersonal kelompok, dan (e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.16

Keberhasilan dalam berkooperatif adalah suatu keberhasilan bersama dalam sebuah kelompok. Karena setiap anggota kelompok tidak hanya melaksanakan tugas masing masing tetapi memerlukan kerjasama antara anggota kelompok. Sebagaimana firman Allah SWT dalan surat Al Maidah ayat 2

#

θ

ç

Ρρ

$è?

ρ

’?

ã

Îh

Ž

É

9

ø

9

#

“θ

ø

)

G

9

#

ρ

dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa (Q.

S 5:2)

Terdapat enam langkah utama dalam pembalajaran yang menggunakan metode kooperatif. Pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tunjuan pelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi. Sering kali dengan bahan bacaan secara verbal. Selanjutnya siswa dikelompokkan kedalam tim

14Trianto,

Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007 ), hlm. 41.

15 Trianto,

Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 59.

16 Isjoni,

(20)

tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas mereka secara bersama.

Fase terakhir pembelajaran kooperatif meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok, atau evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha usaha kelompok maupun individu.

Ada 6 (enam) fase atau langkah utama yang terlibat dalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif yaitu:17.

Fase Perilaku Guru

Fase 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Menyampaikan semua tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar

Fase 2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa baik dengan peragaan atau demonstrasi atau bahan bacaan.

Fase 3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompk belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan perubahan yang efisien

Fase 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar.

Guru membimbing kelompok

kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas

Fase 5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar

tentang materi yang telah dipelajari atau masing masing kelompok mempresantasikan hasil kerjanya.

17 Trianto,

(21)

Fase 6 Memberikan penghargaan (reward)

Guru mencari cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu maupun kelompok.

2. Numbered Heads Together

Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama adalah

jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi

dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Numbered head together

(NHT) Pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagan (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan

mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.18

Numbered Heads Together (NHT) merupakan suatu tipe model pembelajaran

kooperatif yang merupakan struktur sederhana dan terdiri atas beberapa tahapan yang

digunakan untuk mereview fakta fakta dan informasi dasar yang berfungsi untuk

mengatur interaksi diantara siswa.

Number Head Together merupakan suatu model pembelajaran yang lebih

mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan

informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas.

Dalam mempresentasikan hasil diskusi semua siswa diberi nomor sehingga

siswa harus terus mengikuti diskusi untuk menyelesaikan soal dan benar benar

menguasai jawaban. Karena setiap siswa mempunyai kemungkinan nomornya akan dipanggil oleh guru untuk mempresentasikan hasil diskusi.

Selain itu model pembelajaran NHT juga melatih siswa untuk berani

mengungkapkan pendapat dan mendorong siswa untuk model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan

dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih

produktif dalam pembelajaran.

18Trianto,

(22)

Langkah langkah dalam menerapkan NHT19:

a. Penomoran

Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini guru

membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1

sampai 5 sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok.

b. Mengajukan Pertanyaan

Langkah berikutnya adalah pengajuan pertanyaan, guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang diberikan dapat diambil dari materi pelajaran tertentu yang memang sedang di pelajari, dalam membuat pertanyaan usahakan dapat bervariasi dari yang spesifik hingga bersifat umum dan dengan tingkat kesulitan yang bervariasi pula.

c. Berpikir Bersama

Setelah mendapatkan pertanyaan pertanyaan dari guru, siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan dan menjelaskan jawaban kepada anggota dalam timnya sehingga semua anggota mengetahui jawaban dari masing masing pertanyaan.

d. Pemberian Jawaban

Langkah terakhir yaitu guru menyebut salah satu nomor dan setiap siswa dari tiap kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas, kemudian guru secara random memilih kelompok yang harus menjawab pertanyan tersebut, selanjutnya siswa yang nomornya disebut guru dari kelompok tersebut mengangkat tangan dan berdiri untuk menjawab pertanyaan. Kelompok lain yang bernomor sama menanggapi jawaban tersebut.

Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah, antara lain adalah20:

19Trianto,

(23)

a. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi b. Memperbaiki kehadiran

c. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar d. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil

e. Konflik antara pribadi berkurang f. Pemahaman yang lebih mendalam

g. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi h. Hasil belajar lebih tinggi

Metode Kooperatif Numbered Head Together mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya adalah sebagai berikut.21

a. Setiap siswa menjadi siap semua

b. Siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh sungguh c. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai

Kelemahan metode pembelajaran Kooperatif Numbered Head Together adalah sebagai berikut.22

a. Kemungkinan nomor yang dipanggil, akan dipanggil lagi oleh guru b. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

3. Kooperatif Numbered Head Together

Pengertian kooperatif Numbered Head Together adalah model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kelompok kecil dan setiap siswa diberi nomor dan dibuat suatu kelompok.

4. Minat

a. Pengertian Minat

Interest may refer to the motivating force that impels us to attend to a

person, a thing, or an activity; or it may be the affective experience that has been

stimulated by the activity itself.23

20 Ibrahim, ”Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT”, dalam

http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model pembelajaran nht numbered head together/, diakses 31 Maret 2011.

21 Hamdani,

Strategi Belajar Mengajar, hlm. 90.

22 Hamdani,

Strategi Belajar Mengajar, hlm. 90.

23 Crow,

(24)

ﺭ

ﹾﻏﺒ

ﹰﺔ

:

ﻪﻴﻓ ﻊﻤﹶﻃﻭ ﻪﻴﹶﻠﻋ ﺹﺮﺣﻭ ﻩﺩﺍﺭ ﹶﺍ

٢٤

Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tingggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.25

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh.26

Menurut Elizabeth B. Hurlock, minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan.27

Dari berbagai definisi di atas dapat dipahami bahwa minat merupakan kecenderungan seseorang untuk selalu memperhatikan dan mengingat bahkan melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Minat ini erat kaitannya dengan perasaan terutama perasaan senang, oleh karena itu dapat dikatakan bahwa minat itu terjadi karena sikap senang kepada sesuatu. Orang yang berminat terhadap sesuatu berarti sikapnya senang terhadap sesuatu itu.

Dengan demikian minat sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Adapun minat yang dapat menunjang belajar adalah minat terhadap bahan atau mata pelajaran dan juga kepada guru yang mengajarnya. Apabila siswa tidak memiliki minat kepada bahan atau mata pelajarannya atau juga kepada gurunya, maka siswa tidak akan bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran seorang guru atau pendidik harus dapat membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap gurunya dan mata pelajaran yang akan dipelajarinya. Karena minat merupakan kekuatan yang dapat menjadi tenaga pendorong bagi siswa untuk mendayagunakan potensi potensi yang ada pada dirinya dan potensi di luar dirinya untuk mewujudkan tujuan belajar.

Untuk membangkitkan minat belajar siswa tersebut, banyak cara yang dapat digunakan. Antara lain pertama, dengan membuat materi yang akan dipelajari

semenarik mungkin dan tidak membosankan, desain pembelajaran yang memberikan kebebasan bagi siswa untuk mengeksplor apa yang akan dipelajari,

24٥٣٣ .ص ,(٢٠٠٣ , سورUV : NO PQ ) , de\e fا dgb]Vا hi]_Vا ,نوbc او ,U[\]Vا U_`ا 25 Muhibbin Syah

, Psikologi, hlm. 152.

26 Slameto

, Belajar & Faktor faktor yang Mempengaruhi, hlm. 180.

27 Hurlock,

(25)

pemilihan metode yang tepat, dan yang lebih penting lagi adalah performansi guru yang menarik ketika mengajar. Kedua, pemilihan jurusan atau

bidang studi. Dalam hal ini alangkah baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.28

b. Timbulnya Minat

Secara umum timbulnya minat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1). Minat Instrinsik

Minat instrinsik yaitu minat yang timbul dari dalam diri siswa itu sendiri. Contoh: karena terdorong untuk mempertahankan prestasinya, maka anak akan menjadi giat dalam belajar. Contoh lain karena ingin mengubah nasib dimasa yang akan datang, maka anak akan berusaha keras agar nasibnya tidak sama seperti orang tuanya, misalnya hanya seorang tukang becak.

2). Minat Ekstrinsik

Minat ekstrinsik yaitu minat yang timbul karena adanya pengaruh dari luar individu siswa itu sendiri. Contoh seorang guru MI yang hanya tamatan D II mendapat saran dari kepala madrasahnya untuk segera melanjutkan pendidikannya ke S 1 untuk memenuhi syarat sertivikasi, meskipun usianya sudah 50 tahun, dan ternyata setalah lulus S 1 guru tersebut mendapat kesempatan mengikuti sertivikasi.

3). Pentingnya Minat (Pengaruh Minat terhadap Aktifitas Anak)29

Minat memainkan peran penting dalam kehidupan seseorang dan mempunyai dampak yang besar terhadap perilaku dan sikap seseorang. Terutama pada masa kanak kanak sebagian besar pribadinya ditentukan oleh minat yang berkembang pada saat itu.

Sepanjang masa kanak kanak,minat menjadi sumber motivasi yang kuat untuk belajar. Pada masa inilah waktu yang tepat bagi guru untuk membangkitkan dan mengarahkan minat mereka. Dengan minat yang kuat

28 Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni,

Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar Ruzz Media, 2007), hlm. 24.

29 Hurlock,

(26)

anak akan bersungguh sungguh terhadap suatu kegiatan atau pelajaran yang diminati tanpa merasa bosan.

Minat mempengaruhi bentuk dan intensitas aspirasi anak. Ketika anak mulai berfikir tentang pekerjaan mereka dimasa mendatang misalnya, mereka menentukan apa yang mereka ingin lakukan bila mereka dewasa nanti. Semakin yakin mereka terhadap pekerjaan yang diidamkan, semakin besar minat mereka terhadap kegiatan di dalam kelas atau di luar kelas yang mendukung tercapainya aspirasi itu. Contoh seorang anak ingin menjadi dokter maka anak tersebut akan berusaha keras untuk meraih prestasi di badang IPA atau Sains.

Minat akan menambah kegembiraan. Semakin besar minat anak terhadap suatu pelajaran semakin menyenangkan pelajaran tersebut bagi anak. Sebaliknya semakin kecil minat anak terhadap salah satu pelajaran semakin membosankan pelajaran tersebut bagi anak, bahkan anak semakin

merasa tersiksa bila diajar mata pelajaran tersebut. Contoh: Anak yang berminat terhadap mata pelajaran bahasa Inggris akan merasa senang saat diajar bahasa Inggris, bahkan mereka merasa seolah olah seperti orang Inggris. Tetapi bagi anak yang tidak berminat, pelajaran tersebut terasa menyiksa.

4). Cara Menemukan Minat Anak30

Pengalaman yang sering terjadi di kelas adalah anak anak tidak memperhatikan guru yang sedang mengajar. Mereka asik berbicara dengan teman temannya atau bermain sendiri. Karena guru merasa tidak diperhatikan biasanya guru marah marah memukul mukul meja atau papan tulis. Kemarahan guru tidak bisa menenangkan situasi bahkan anak anak semakin

benci. Kalau mereka tenang, diam tetapi diamnya mencekam. Suasana kelas yang demikian tidak memungkinkan jalannya interaksi pembelajaran.

Anehnya ketika ada guru lain yang masuk, suasana berubah menjadi tenang tetapi tidak mencekam. Mengapa bisa terjadi demikian? Suasana kelas

30 Hurlock,

(27)

yang gaduh adalah salah satu indikasi bahwa anak anak tidak ada minat. Bisa jadi tidak minat kepada guru, bisa jadi tidak minat terhadap pelajarannya. Pengalaman membuktikan bahwa tidak minat pada pelajaran menyebabkan tidak minat pula terhadap guru. Sebaliknya tidak minat pada guru menyebabkan tidak minat pula terhadap pelajaran yang diajarkan guru tersebut. Oleh karena itu, guru harus pandai pandai mengoreksi diri sendiri, tingkah laku apa yang tidak disukai anak anak dan segera merubah diri. Guru juga harus pandai pandai menemukan dan menumbuhkan minat anak.

Adapun cara menemukan minat anak adalah sebagai berikut:31

a). Dengan cara pengamatan

Dengan pengamatan akan tampak kecenderungan masing masing

anak. Kadang kadang waktu diajar, ada anak yang menggambar, ada yang

menyanyi, ada yang menulisi meja, ada juga yang bermain musik dengan

cara memukul meja. Apa yang dilakukan tersebut menunjukkan minat

anak terhadap apa yang mereka perbuat. Ada yang suka menggambar,,

menyanyi, menulis, dan bermain musik. Guru jangan mencela apa yang

mereka lakukan. Kalau mereka dicela, mereka akan benci kepada guru

karena dianggap sebagai penghalang kesenangan mereka. Tetapi guru

harus menyalurkan minat mereka kepada apa yang mereka minati dengan

mengatakan bahwa palajaran menyanyi, menggambar, menulis, bermain

musik ada waktunya sendiri. Maka anak akan berhenti tanpa sakit hati.

b). Dengan cara diberi pertanyaan32atau anak yang menanyakan pada guru

Guru bisa memberi pertanayan tentang apa yang mereka sukai.

Atau yang menanyakan pada guru. Semakin sering anak bertanya

mengenai sesuatu, minatnya pada hal tersebut lebih besar dari pada

minatnya pada hal yang hanya sekali kali ditanyakan. Contoh: “Sekarang

menyanyi ya Bu?”. Mengapa pelajaran menyanyinya seminggu hanya

sekali?.

31 Hurlock,

Perkembangan Anak Jilid 2, hlm. 117

32 Hurlock,

(28)

c). Dengan cara memperhatikan pokok pembicaraan

Semakin sering anak membicarakan sesuatu menunjukkan besarnya

minat mereka terhadap sesuatu tersebut.

d). Membaca

Apabila anak anak bebas memilih buku untuk dibaca atau

dibacakan, anak akan memilih yang membahas topik yang menarik

minatnya.

e). Menggambar bebas dan spontan

Apa yang digambar atau dilukis anak secara spontan dan seberapa sering mereka mengulangnya akan menunjukkan tentang minat mereka terhadap sesuatu.

f). Keinginan

Bila ditanya apa yang mereka inginkan bila mereka dapat memperoleh apa saja yang mereka ingini kebanyakan anak dengan jujur akan menyebut hal hal yang paling diminati.

g). Laporan mengenai apa yang diminati33

Bila ditanya untuk menyebutkan atau menulis tiga benda atau lebih yang paling diminati, anak anak akan menunjukkan minat yang telah terbentuk, yang memberi petunjuk tentang hal hal yang memberi mereka kepuasan.

5). Ciri ciri Minat34

a). Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental

Perkembangan fisik dan mental yang normal, minat yang dimiliki cenderung stabil, tetapi bagi anak yang perkembangannya terlalu cepat atau lambat, minat yang dimiliki tidak stabil. Contoh: bentuk perkalian sederhana diajarkan di kelas empat. Bagi anak yang perkembangannya normal, pelajaran tersebut terasa menyenangkan karena sesuai dengan kemampuan anak pada usia tersebut. Tetapi bagi anak yang perkembangannya cepat, pelajaran tersebut terasa membosankan.

33 Hurlock,

Perkembangan Anak Jilid 2, hlm. 117

34 Hurlock,

(29)

Sebaliknya bagi anak yang perkembangannya lambat, pelajaran tersebut terasa amat berat, menakutkan, dan membosankan. Dengan demikian guru harus bisa ngemong kemampuan anak.

b). Minat bergantung kepada kesiapan belajar35

Anak anak tidak dapat mempunyai minat sebelum mereka siap secara fisik dan mental. Contoh: anak kelas satu tidak akan minat terhadap pelajaran perkalian, karena mental mereka belum siap untuk berfikir yang sulit sulit. Pada usia tersebut anak baru siap pada pelajaran yang bersifat hafalan baik dengan mengulang ulang maupun dengan nyanyian. Oleh karena itu guru harus memilih metode yang relevan agar bisa diterima oleh anak.

c). Minat bergantung pada kesempatan belajar36

Kesempatan untuk belajar bergantung pada lingkungan dan minat, baik anak anak maupun dewasa, yang menjadi bagian dari lingkungan anak. Karena lingkungan anak kecil sebagian besar terbatas pada rumah, minat mereka tumbuh dari rumah. Dengan bertambah luasnya lingkungan

sosial anak, mereka menjadi tertarik pada minat orang di luar rumah yang mulai mereka kenal. Contoh: seorang siswa yang tinggal di desa terpencil yang hanya bersekolah di desanya saja yang jauh dari pemukiman padat penduduk hanya akan mengenal lingkungan kampungnya saja. Dengan demikian anak tidak tahu bahwa diluar sana ada sekolah yang sederajat yang lebih maju. Karena ketidaktahuan itu guru sangat perlu mengajak anak anak untuk keluar menunjukkan lingkungan baru yang lebih luas dengan cara rekreasi, studi banding, pertandingan dan lain lain, agar minat anak semakin bertambah.

d). Perkembangan minat anak mungkin terbatas37

Perkembangan minat dibatasi oleh kemampuan fisik, mental, dan sosial. Contoh: anak yang cacat fisik, tidak akan mempunyai minat yang

35 Hurlock,

Perkembangan Anak Jilid 2, hlm. 115

36 Hurlock,

Perkembangan Anak Jilid 2, hlm. 115

37 Hurlock,

(30)

sama dengan anak yang normal. Minat anak terhadap sepak bola akan hilang karena keterbatasan kaki yang lumpuh, minat anak terhadap sekolah favorit akan sirna ketika ia tidak lulus seleksi. Impian anak untuk menjadi sarjana akan hancur oleh keadaan orang tua yang tidak mampu. e). Minat dipangaruhi oleh budaya38

Anak anak mendapat kesempatan dari orang tua, guru, dan orang dewasa lain untuk belajar mengenai apa saja yang oleh kelompok budaya mereka dianggap minat yang sesuai dan mereka tidak diberi kesempatan untuk menekuni minat yang dianggap tidak sesuai bagi mereka oleh kelompok budaya mereka.

f). Minat berbobot emosional

Bobot emosional – aspek afektif – dari minat menentukan

kekuatannya. Bobot emosional yang tidak menyenangkan melemahkan minat, dan bobot emosional yang menyenangkan memperkuatnya.

g). Minat itu egosentris

Sepanjang masa kanak kanak, minat itu egosentris. Misalnya, minat anak laki laki pada matematik, sering berlandaskan keyakinan bahwa kepandaian dibidang matematika di sekolah akan merupakan langkah penting menuju kedudukan yang menguntungkan dan bergengsi di dunia usaha.

6). Aspek aspek minat39

Minat mempunyai dua aspek yaitu aspek kognitif dan aspek afektif.

Berdasarkan aspek kognitif siswa akan memilih sekolah yang dianggap sebagai tempat yang bisa merubah kemampuan anak menjadi pintar. Anak memilih sekolah bukan atas dasar tekanan atau asal asalan tetapi karena kebutuhan. Anak akan semakin yakin dan berminat terhadap sekolah tersebut bila dari sekolah tersebut bisa mendapatkan keuntungan dan kepuasan.

Aspek afaktif berkembang dari pengalaman pribadi, orang tua, dan teman sebaya terhadap kegiatan yang berkaitan dengan minat tersebut.

38 Hurlock,

Perkembangan Anak Jilid 2, hlm. 115

39 Hurlock,

(31)

Contoh: anak yang mempunyai hubungan yang menyenangkan terhadap guru, biasanya mengembangkan sikap positif terhadap sekolah, Karena pengalaman sekolah yang menyenangkan, maka minat mereka pada sekolah diperkuat.

7). Cara membangkitkan minat40

Sebagaimana uraian di atas bahwa timbul tenggelamnya minat dipengaruhi oleh banyak hal. Oleh karena itu guru harus bisa membangkitkan minat anak dengan cara:

a). Membangkitkan kebutuhan anak

Dalam hal ini guru harus bisa mengarahkan agar anak merasa butuh terhadap sesuatu, kalau anak sudah merasa butuh maka akan timbul minat untuk mendapatkan kebutuhan tersebut. Contoh: guru menawarkan kepada anak” Siapa yang mau nilai sepuluh?” kalau mau nilai sepuluh hafalkan surat Al Lahab ayat satu sampai lima dengan fasih dan benar, setiap melafalkan satu ayat dengan fasih dan benar nilainya dua. Jadi kalau kalian hafal lima ayat kalian mendapat nilai sepuluh,” dengan cara demikian anak akan berlomba menghafal tanpa paksaan karena merasa membutuhkan.

b). Hubungan dengan pengalaman lampau

Guru bisa menceritakan salah satu mantan siswa sekolah tersebut yang sudah berhasil, dengan demikian anak ingin meniru. Atau guru menunjukkan bahwa memang tidak semua anak yang sekolah itu menjadi pegawai atau pejabat, tetapi tidak ada seorang pegawai atau pejabatpun yang tidak sekolah.

c). Memberi kesempatan pada anak untuk mendapatkan hasil yang baik Dengan cara menyajikan pelajaran sesuai dengan kesanggupan anak. Contoh: meskipun idealnya membaca Al Qur’an itu harus lancar dan dengan tajwid yang benar, tetapi dalam memberi kriteria penilaian jangan disamakan antara kelas tinggi dan kelas rendah. Misalnya untuk kelas tinggi nilai A untuk yang bisa membaca lancar, benar makhrojnya

40 Nasution,

(32)

dan benar panjang pendeknya. Nilai B untuk yang bisa membaca lancar, benar makhrojnya, tetapi belum benar panjang pendeknya. Nilai C untuk yang bisa membaca lancar tetapi makhroj dan panjang pendeknya belum benar. Untuk kelas rendah, nilai A untuk yang bisa membaca lancar meskipun belum benar panjang pendeknya, nilai B untuk yang membaca kurang lancar, dan nilai C untuk yang belum bisa membaca. Dengan demikian anak akan merasa dihargai kemampuannya.

d). Gunakan berbagai bentuk kegiatan yang menarik agar anak tidak bosan,

bisa dilakukan dengan cara diskusi, kerja kelompok, menyanyi, dan lain

lain.

5. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Dalam arti sempit hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah mereka belajar. Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah kemampuan kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.41 Dengan demikian, kemampuan itu muncul setelah siswa mengalami proses pembelajaran.

Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku. Walaupun tidak semua perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar, akan tetapi aktivitas belajar umumnya disertai perubahan tingkah laku. Perubahan hasil belajar juga dapat ditandai dengan perubahan kemampuan berpikir.42 Kemampuan dan perubahan tingkah laku tersebut tentunya yang diharapkan adalah perubahan tingkah laku yang bersifat positif.

Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.

41 Nana Sudjana,

Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 22

42 Aunurrahman,

(33)

Nana Sudjana mengklasifikasikan hasil belajar siswa dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah (domain)43, yaitu: (1) Ranah kognitif (pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi), (2) Ranah afektif (sikap dan nilai yang mencakup penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi atau dengan kata lain kecerdasan emosional), dan (3) Ranah psikomotor (keterampilan atau yang mencakup kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual spasial, dan kecerdasan musikal).

b. Faktor faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Sejak awal dikembangkannya ilmu pengetahuan tentang perilaku manusia, banyak dibahas mengenai bagaimana mencapai hasil belajar yang efektif. Para pakar dibidang pendidikan dan psikologi mencoba mengidentifikasikan faktor faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Dengan diketahuinya faktor faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar, para pelaksana maupun pelaku kegiatan belajar dapat memberi intervensi positif untuk meningkatkan hasil belajar yang akan diperoleh.

Secara implisit, ada dua faktor yang mempengaruhi hasil balajar anak, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.44

1). Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri. Faktor internal meliputi dua aspek yaitu aspek fisiologis dan aspek

psikologis. Aspek fisiologis yaitu kondisi jasmani atau yang bersifat jasmaniyah. Aspek fisiologis sangat menunjang atau melatarbelakangi aktivitas belajar. Keadaan jasmani yang sehat akan lain pengaruhnya dibanding jasmani yang keadaannnya kurang sehat. Untuk menjaga agar keadaan jasmani tetap sehat, nutrisi harus cukup. Karena apabila kekurangan kadar makanan, maka akan mengakibatkan keadaan jasmani lemah yang mengakibatkan lekas mengantuk dan lelah.

43 Nana Sudjana,

Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, hlm. 22

44 Syaiful Bahri Djamarah,

(34)

Aspek psikologis, atau yang bersifat rohaniyah. Aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas hasil belajar siswa adalah sebagai berikut: 1) minat; 2) kecerdasan; 3) bakat; 4) motivasi; 5) kemampuan kognitif.

2). Faktor Eksternal

Hasil belajar siswa di samping ditentukan oleh faktor faktor internal juga dipengaruhi oleh faktor faktor eksternal. Faktor eksternal adalah segala faktor yang ada di luar siswa yang memberikan pengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar yang dicapai siswa. Faktor faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain:

a). Kurikulum b). Program

c). Sarana dan Fasilitas d). Guru.

6. Al Qur’an Hadits

Mata pelajaran al Qur’an Hadits adalah dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada Madrasah Ibtidaiyah untuk memberikan motivasi, membimbing, mengarahkan pemahaman, mengembangkan kemampuan dasar dan penghayatan isi yang terkandung dalam al Qur’an dan Hadits yang diharapkan dapat diwujudkan dalam perilaku yang memancarkan Iman dan Taqwa kepada Allah SWT. Sesuai dengan ketentuan al Qur’an dan Hadits.45

Adapun materi dalam pelajaran al Qur’an Hadits kelas IV terdiri dari Surat al

‘Adiyat dan surat al Insyiraah, Surat an Nashr dan surat al Kautsar, Bacaan idhar

dan ikhfa’, Surat al Lahab, Hadis tentang niat dan silaturahmi, Bacaan idgham

bighunnah, idgham bilaghunnah, dan iqlab.

7. Kajian Penelitian yang Relevan

Pada hakikatnya urgensi penelitian adalah sebagai bahan atau kritik terhadap penelitian yang ada, mengenai kelebihan atau kekurangan, dan sekaligus sebagai

45 Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam,

(35)

bahan perbandingan terhadap kajian yang terdahulu dan untuk menghindari pengulangan hasil temuan yang membahas permasalahan yang sama atau hampir sama dengan penelitian seseoarang, baik dalam bentuk skripsi, buku, dan dalam bentuk tulisan lainnya, maka peneliti akan memaparkan bentuk tulisan penelitian yang akan peneliti paparkan.

Dalam hal ini peneliti sebagai pengembang model pembelajaran Numbered Head Together (NHT). Peneliti berpendapat bahwa bentuk tulisan yang peneliti temukan masing masing menujukkan perbedaan dari segi pembahasannya dengan penelitian yang akan peneliti susun.

Skripsi yang sudah teruji kesahihannya diantaranya meliputi:

Skripsi ! NIM : 063511037 dari Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Semarang tahun 2010. Dalam penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Peserta Didik Semester I Kelas VII A MTs Uswatun Hasanah Mangkang Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010 Pada Materi Pokok Persamaan Linear Satu Variabel Melalui PembelajaranNumbered Head Together (NHT)”.

Dalam skripsi ini diperoleh hasil bahwa model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta didik semester gasal kelas VII A MTs Uswatun Hasanah Mangkang Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010 Pada Materi Pokok Persamaan Linear Satu Variabel yang pada siklus I setelah dilaksanakan tindakan rata rata keaktifan peserta didik sebesar 64,35% dan nilai rata rata peserta didik 71,35 dengan ketuntasan belajar klasikal 74,07%. Kemudian pada siklus II setelah diadakan evaluasi pelaksanaan tindakan rata rata keaktifan peserta didik sebesar 76,34%, nilai rata rata hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan yaitu mencapai 79,11 dengan ketuntasan klasikal 85,71%. Dari 2 tahap tersebut jelas bahwa ada peningkatan keaktifan dan hasil belajar setelah diterapkan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT).46

Dalam skripsi Siti Murni manfaat model pembelajaran NHT adalah.

46 Sri Murni,

(36)

1). Setiap siswa menjadi siap semua.

2). Dapat melakukan diskusi dengan sungguh sungguh.

3). Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. 4). Tidak ada siswa yang mendominasi dalam kelompok.

Skripsi % NIM : 1402908206 dari Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Semarang tahun 2010. Dalam penelitian yang berjudul ”Peningkatan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran IPA Melalui Pendekatan Cooperative Tipe Numbered Head Together (NHT) Pada Siswa Kelas V SD Negeri 2 Buwaran Mayong Jepara. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA. Adapun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada aktifitas siswa mengalami peningkatan dapat dilihat pada saat pembelajaran dan diskusi. Siswa terlihat antusias dalam menjalankan diskusi. Siswa tidak canggung dan terbiasa dalam menjalankan diskusi. Sebagian besar siswa sudah dapat berinteraksi dengan anggota kelompoknya dengan baik. Adapun nilai rata rata hasil aktivitas siswa selalu mengalami peningkatan dari siklus I III, yaitu pada siklus I rerata hasil aktivitas siswa sebesar 59%, siklua II sebesar 79%, dan siklus III 90%. Selain itu penelitian ini juga menunjukkan peningkatan perolehan hasil belajar. Pada siklus I rerata perolehan hasil belajar IPA sebasar 71 dan persentase ketuntasan klasikal 60%, pada siklus II rerata perolehan hasil belajar IPA sebesar 74 dan persentase ketuntasan klasikal 75%, dan pada siklus III perolehan hasil belajar IPA sebesar 84 dan persentase ketuntasan klasikal 95%47.

Dalam skripsi Musfirotun disebutkan kelebihan dan kelemahan model pembelajaran NHT. Kelebihannya antara lain:

1). Melatih peserta didik belajar menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. 2). Melatih peserta didik agar memiliki kemampuan menjelaskan materi yang

dipelajari kepada pihak lain.

3). Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas tugas akademik. 4). Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.

47 Musfirotun,

(37)

5). Tidak ada siswa yang mendominasi dalam kelompok

Adapun kelemahan model pembelajaran NHT adalah dari segi persiapan pembelajaran peserta didik belum optimal karena belum ada bimbingan dari guru untuk mempelajari materi yang akan dibelajarkan.

Skripsi ! & NIM: 2101405531 dari Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Semarang Tahun 2010. Dalam penelitian yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Pantun Dengan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Dan Teknik Pancingan Kata Kunci Pada Siswa Kelas VII A SMP PGRI 3 Boja Kabupaten Kendal Tahun Ajaran 2009/2010. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis pantun dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dengan teknik Pancingan Kata Kunci Pada Siswa Kelas VII A SMP PGRI 3 Boja Kabupaten Kendal Tahun Ajaran 2009/2010. Adapun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa sudah dapat memanfaatkan kata kunci yang disediakan guru, sehingga tugas yang diberikan guru sangat mudah untuk dikerjakan.

(38)

perilaku negatif siswa saat pembelajaran berlangsung. Pada siklus II perilaku negatif siswa semakin berkurang dan perilaku positif semakin bertambah.48

Kelebihan dari pembelajara model NHT menurut Siti Nur Hidayah antara lain: 1). Adanya ketergantungan positif, saling membantu dan saling memberikan

motivasi sehingga ada interaksi antar peserta didik.

2). Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok.

3). Kelompok belajar heterogen sehingga peserta didik termotivasi untuk berkembang atas bimbingan setiap kelompok.

4). Saat belajar sedang berlangsung guru terus melakukan pemantauan melalui observasi.

5). Guru memperhatikan secara proses kelompok yang terjadi dalam kelompok kelompok belajar.

Adapun kelemahan dari pembelajara model NHT menurut Siti Nur Hidayah adalah: adanya pengendara bebas di mana sebagian anggota kelompok mengerjakan tugas sementara yang lainnya tinggal menerima hasilnya.

$

Rendahnya minat dan hasil belajar al Qur’an Hadits di MI Sabilul’Ulum Mayong harus segera ditanggulangi, dan guru perlu melakukan refleksi atas kinerjanya. Perolehan hasil belajar al Qur’an Hadits dapat ditingkatkan bila minat siswa juga tinggi.

Banyak dijumpai pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan model pembelajaran yang bervaritif sangat rendah dan guru cenderung menggunakan model konvesional pada setiap pembelajaran yang dilakukannya. Pembelajaran yang ada lebih terpusat pada guru, bukan kepada siswa.

48 Siti Nur Hidayah,

(39)

Model ceramah atau yang lebih dikenal dengan verbalism perlu di variasi

dalam proses belajar mengajar.

Dalam setiap proses belajar mengajar salah satu hal yang harus diperhatikan oleh guru adalah pemilihan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan dan juga kondisi siswa, karena siswa mempunyai karakteristik yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya dalam menerima pelajaran yang disampaikan guru di kelas. Ada yang mempunyai minat yang tinggi, sedang, dan kurang. Ada yang memiliki daya serap yang cepat, sedang, dan ada yang lambat.

Untuk menyikapi kenyataan ini peneliti menilai perlu digunakan model pembelajaran yang baru yaitu Penerapan Metode Kooperatif Numbered Head Together (NHT) Untuk Meningkatkan Minat Dan Hasil Belajar al Qur’an Hadits Siswa Kelas IV A MI Sabilul ‘Ulum Mayonglor Mayong Jepara Tahun Pelajaran 2010/2011.

Indikator dalam penelitian ini adalah meningkatnya minat dan hasil belajar siswa kelas IV A MI Sabilul ‘Ulum Mayonglor yang ditandai dengan:

1. Minat siswa mencapai 70 %. 2. Ketuntasan klasikal 75 %.

'%

1. Pembelajaran al Quran Hadits dengan Metode Kooperatif Numbered HeadTogether dapat meningkatkan minat siswa kelas IV A MI Sabilul ‘Ulum Mayonglor .

(40)

"

! %

Lokasi penelitian yaitu MI Sabilul ‘Ulum Mayonglor Mayong Jepara

! (&

Yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV A MI Sabilul ‘Ulum Mayonglor Mayong Jepara.

' )

Tempat penelitiannya di Kelas IV A MI Sabilul ‘Ulum Mayonglor Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan bulan Pebruari 2011. Yang melaksanakan penelitian adalah Mufarrihah, sedangkan sebagai kolaborator adalah Bapak Fatah Yasin, S.Pd.

'

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa metode pengumpulan data antara lain:

1. Dokumenter

Metode dokumenter digunakan untuk mengetahui dan mendapatkan nama siswa kelas IV A MI Sabilul’Ulum Mayong.

2. Observasi

(41)

3. Wawancara

Wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi tentang siswa yang mengalami permasalahan di dalam proses pembelajaran.

4. Angket

Angket digunakan untuk memperoleh informasi secara mendalam tentang minat siswa terhadap pembelajaran al Qur’an Hadits sesudah menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT).

5. Tes

Tes digunakan untuk mendapatkan informasi hasil belajar siswa baik pada pra siklus maupun setelah melakukan pembelajaran al Qur’an Hadits dengan Metode Kooperatif Numbered Head Together, baik pada siklus 1, atau siklus 2.

Tes dalam penelitian ini berbentuk soal pilihan ganda dan isian singkat dan dikerjakan oleh siswa pada akhir pelajaran. Langkah langkah yang ditempuh dalam melaksanakan teknik tes yaitu:

a. Menyiapkan bahan tes.

b. Melaksanakan tes untuk mengukur hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal soal, sebelum dan sesudah menggunakan metode kooperatif NHT.

c. Memberi penilaian berdasarkan aspek yang telah ditentukan dan kriteria skor yang telah ditetapkan.

%

(42)

Model penelitian tindakan49

1. Pra

1. Perencanaan

Pada tahap ini peneliti dan guru secara kolaboratif mengadakan kegiatan sebagai berikut:

a. Merumuskan alternatif tindakan yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran al Qur’an Hadits sebagai upaya untuk meningkatkan minat dan hasil belajar dalam pembelajaran al Qur’an Hadits.

b. Menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran al Qur’an Hadits dengan metode kooperatif Numbered Head Together.

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah:

1). Membuat skenario pembelajaran dengan menggunakan berbagai pola latihan dari jenjang yang paling mudah ke jenjang yang lebih kompleks. 2). Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar

mengajar di kelas ketika dalm proses pembelajaran atau metode tersebut diaplikasikan.

49 Suharsimi Arikunto, dkk,

Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm. 16 Perencanaan

refleksi

Pelaksanaan Refleksi

Siklus II Perencanaan Pengamatan

Siklus I pelaksanaan

Dst

(43)

3). Mendesain alat evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa. Alat evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes berupa soal soal tes.

2. Pelaksanan Tindakan

!

a. Tahap Perencanaan

1). Membuat skenario pembelajaran dan menyusun RPP dengan materi surat al Lahab.

2). Membuat dan menyiapkan sumber belajar.

3). Membuat lembar observasi sebagai pedoman pengamatan kegiatan. 4). Menyusun alat evaluasi dan lembar kerja siswa.

b. Tahap Pelaksanaan

1). Membentuk kelompok belajar yang terdiri dari 4 5 siswa, dan setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor.

2). Guru memberikan tugas dan masing masing kelompok mengerjakannya. 3). Masing masing kelompok mendiskusikan jawaban dan memastikan setiap

anggota kelompok mengerjakannya dan mengetahui jawabannya.

4). Guru memanggil salah satu nomor siswa, dan nomor yang di panggil melaporkan hasil diskusi.

5). Bila ada tanggapan dari siswa lain, guru menunjuk nomor yang lain. 6). Kesimpulan.

7). Pemberian evaluasi dari guru.

8). Pembagian angket siswa. Ini dimaksudkan untuk mengetahui minat siswa setelah mereka mengikuti proses belajar mengajar dengan metode NHT.

c. Tahap Pengamatan (observasi) 1). Mengamati keaktifan siswa 2). Memantau diskusi antar siswa.

3). Mengamati aktivitas guru dalam melaksanakan model pembelajaran NHT.

d. Tahap Refleksi

(44)

surat al Lahab yang menggunakan metode NHT. Kegiatan guru dalam pembelajaran ini sudah baik, setelah dianalisis dapat disimpulkan bahwa pada saat proses

pembelajaran siklus I terjadi hambatan antara lain:

1). Ada beberapa siswa yang nilainya rendah, tertinggal dengan temannya, disebabkan karena kurang memahami materi saat guru sedang memberikan pelajaran di kelas. Hal tersebut dimungkinkan dengan belum dioptimalkan media pembelajaran.

2). Perhatian dan minat siswa terhadap materi surst al Lahab kurang, dengan indikasi masih ada siswa yang bernyanyi saat proses pembelajaran.

3). Pada saat diskusi terlihat ada siswa yang pasif dan diam, ada siswa yang masih merasa canggung, dan dalam kerja kelompok cenderung anak tertentu saja yang bekerja.

3). Kemampuan guru mengelola waktu masih kurang, disebabkan karena metode

NHT ini baru pertama dilaksanakan.

Dengan munculnya hambatan pada saat penelitian, peneliti dan kolaborator bersepakat untuk memperbaiki pelaksanaan tindakan pada siklus selanjutnya dan guru dituntut untuk menciptakan suasan belajar yang lebih menyenangkan, serta media pembelajaran dipersiapkan lebih baik lagi.

!

a. Perencanaan

1). Membuat skenario pembelajaran dan menyusun RPP dengan materi kandungan pokok surat al Lahab.

2). Membuat dan menyiapkan sumber belajar.

3). Membuat lembar observasi sebagai pedoman pengamatan. 4). Menyusun alat evaluasi dan lembar kerja siswa

b. Tahap Pelaksanaan

1). Membentuk kelompok belajar yang terdiri dari 4 5 siswa, dan setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor.

2). Guru memberikan tugas dan masing masing kelompok mengerjakannya. 3). Masing masing kelompok mendiskusikan jawaban dan memastikan setiap

(45)

4). Guru memanggil salah satu nomor siswa, dan nomor yang di panggil melaporkan hasil diskusi.

5). Bila ada tanggapan dari siswa lain, guru menunjuk nomor yang lain. 6). Kesimpulan.

7). Pemberian evaluasi dari guru.

8). Pembagian angket siswa. Ini dimaksudkan untuk mengetahui minat siswa setelah mereka mengikuti proses belajar mengajar dengan metode NHT.

c. Pengamatan (observasi)

1). Mengamati keaktifan siswa 2). Memantau diskusi antar siswa.

3). Mengamati aktivitas guru dalam melaksanakan model pembelajaran NHT.

d. Refleksi

Pembelajaran siklus II berpedoman pada rencana pembelajaran siklus II yang telah di buat. Pada siklus II ini berdasarkan pengamatan kegiatan guru melakukan pembelajaran dengan metode NHT dalam kategori aktif. Pengamatan terhadap minat siswa juga mengalami peningkatan dari pada siklus I.

Hal ini ditunjukkan pada siswa lebih aktif dalam pembelajaran, semangat pemahaman siwa terhadap pelajaran, me

Gambar

tabel sebagai berikut.
tabel berikut.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data dalam putaran siklus II diketahui bahwa penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) ternyata dapat meningkatkan keaktifan siswa pada

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif NHT ( Numbered Heads Together) Dengan Media Gambar Untuk

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa menggunakan pembelajaran kooperatif model Numbered Heads Together (NHT) dengan penggunaan media

Saya ucapkan terima kasih atas terselesaikannya skripsi yang berjudul : Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) Terhadap

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif teknik Numbered Heads Together (NHT) terhadap keterampilan

signifikan terhadap hasil belajar materi bangun datar segiempat siswa kelas VII MTs.Al- Ma’arif Tulungagung model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)

Penelitian yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menyimak Cerpen dengan Model Numbered Heads Together (NHT) pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Purwanegara Kabupaten

Hasil penelitian ini menunjukkan deskripsi tentang efektivitas pembelajaran matematika melalui model koopetaif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada siswa kelas