• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pengelolaan Parkir di Salatiga T1 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pengelolaan Parkir di Salatiga T1 BAB IV"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

24

BAB IV

GAMBARAN PEMBANGUNAN KOTA SALATIGA DI

BIDANG TRANSPORTASI DAN KEBIJAKAN PARKIR

4.1 Sekilas Kota Salatiga

Secara geografis Kota Salatiga terletak di tengah-tengah wilayah

Kabupaten Semarang. Terletak antara 007o.17’ dan 007o.17’.23” Lintang

Selatan dan antara 110o.27’.56,81” dan 110o.32’.4,64” Bujur Timur. Secara

morfologis Kota Salatiga berada di daerah cekungan, kaki Gunung Merbabu

diantara gunung-gunung kecil antara lain Gajahmungkur, Telomoyo dan

Payung Rong. Secara administratif Kota Salatiga terbagi menjadi 4 kecamatan

dan 23 kelurahan. Kecamatan-kecamatan tersebut adalah Kecamatan Sidorejo,

Kecamatan Sidomukti, Kecamatan Argomulyo dan Kecamatan Tingkir

(Salatiga dalam angka 2016).

Ada beberapa sumber yang dijadikan dasar untuk mengungkapkan

asal-usul Salatiga, yaitu yang berasal dari cerita rakyat, prasasti, maupun penelitian

dan kajian yang cukup detail. Dari beberapa sumber tersebut Prasasti

Plumpungan-lah yang dijadikan dasar asal-usul Kota Salatiga. Berdasarkan

prasasti ini Hari Jadi Kota Salatiga dibakukan, yakni tanggal 24 Juli tahun 750

Masehi ditetapkan dengan Peraturan Daerah Tingkat II Nomor 15 Tahun 1995

Tentang Hari Jadi Kota Salatiga.

Prasasti Plumpungan merupakan cikal bakal lahirnya Salatiga. Dalam batu

besar berjenis andesit ini berukuran panjang 170 cm, lebar 160 cm dengan garis

lingkar 5 meter yang selanjutnya disebut prasasti Plumpungan. Berdasarkan

Prasasti yang berada di Dukuh Plumpungan, Kelurahan Kauman Kidul,

Kecamatan Sidorejo itu, maka Salatiga sudah ada sejak tahun 750 Masehi, yang

ada pada saat itu merupakan wilayah Perdikan. Sejarahwan yang sekaligus ahli

Epigraf Dr. J. G. de Casparis mengalihkan tulisan tersebut secara lengkap yang

(2)

25

Prasasti Plumpungan berisi ketetapan hukum tentang status tanah perdikan

atau swatantra bagi suatu daerah yang ketika itu bernama Hampra, yanng kini

bernama Salatiga. Pemberian perdikan tersebut merupakan hal yang istimewa

pada masa itu oleh seorang raja dan tidak setiap daerah kekuasaan bisa

dijadikan daerah Perdikan. Perdikan berarti suatu daerah dalam kerajaan

tertentu yang dibebaskan dari segala kewajiban pembayaran pajak atau upeti

karena memiliki kekhususan tertentu. Dasar pemberian daerah perdikan itu

diberikan kepada desa atau daerah yang benar-benar berjasa kepada seorang

raja. Prasasti yang diperkirakan dibuat pada Jumat, 24 Juli tahun 750 Masehi

itu, ditulis oleh seorang Citraleka, yang sekarang dikenal dengan sebutan

penulis atau pujangga, dibantu oleh sejumlah pendeta atau resi dan ditulis

dalam bahasa jawa kuno: "Srir Astu Swasti Prajabyah" yang berarti "Semoga

Bahagia, Selamatlah Rakyat Sekalian".

Sejarahwan memperkirakan, bahwa masyarakat Hampra telah berjasa

kepada Raja Bhanu yang merupakan seorang raja besar dan sangat

memperhatikan rakyatnya, yang memiliki daerah kekuasaan meliputi sekitar

Salatiga, Kabupaten Semarang, Ambarawa, dan Kabupaten Boyolali. Penetapan

di dalam prasasti itu merupakan titik tolak berdirinya daerah Hampra secara

resmi sebagai daerah Perdikan dan dicatat dalam prasasti Plumpungan. Atas

dasar catatan prasasti itulah dan dikuatkan dengan Perda No. 15 tahun 1995

maka ditetapkan Hari Jadi Kota Salatiga jatuh pada tanggal 24 Juli1.

4.1.1 Keadaan Penduduk

Pada tahun 2015, jumlah penduduk Kota Salatiga sebesar 183.828

jiwa. Jumlah penduduk perempuan lebih besar dibandingkan penduduk

laki-laki, ditunjukkan oleh rasio jenis kelamin (rasio jumlah penduduk

laki-laki terhadap penduduk perempuan), sebesar 95,76 Penduduk Kota

Salatiga belum menyebar secara merata di seluruh wilayah Kota

Salatiga. Umumnya, penduduk banyak menumpuk di daerah perkotaan

dibandingkan pedesaan. Pada tahun 2015 rata – rata, kepadatan

1

(3)

26

penduduk Salatiga sebesar 3.237 jiwa setiap km persegi2. Pembagian

luas wilayah dan jumlah penduduk per kecamatan lebih lanjut dapat

dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.1

Kepadatan Penduduk per Kecamatan Tahun 2015

Kecamatan Luas Kec.

(km2)

Jumlah

Penduduk

Kepadatan per

km2

Argomulyo 18.526 43.424 2.344

Tingkir 10.549 42.888 4.066

Sidomukti 11.459 41.871 3.654

Sidorejo 16.247 55.632 3.424

Sumber : Salatiga Dalam Angka Tahun 2016

Berikutnya kepadatan penduduk dari tahun 2011 hingga tahun

2015 mengalami peningkatan yang cukup signifikan, data yang

didapatkan dari Salatiga Dalam Angka Tahun 2016 menuliskan bahwa :

Tabel 4.2

Kepadatan Penduduk per Kecamatan Tahun 2011 – 2015

Kecamatan 2011 2012 2013 2014 2015

Argomulyo 2.205 2.240 2.276 2.310 2.344

Tingkir 3.845 3.900 3.958 4.013 4.066

Sidomukti 2.443 3.493 3.551 3.603 3.654

Sidorejo 3.232 3.280 3.331 3.378 3.424

Kepadatan/km2 3.053 3.099 3.148 3.193 3.237

Sumber : Salatiga Dalam Angka Tahun 2016 Data Diolah Oleh Disdukcapil

2

(4)

27 4.1.2 Keadaan Wilayah

Luas wilayah Kota Salatiga pada adalah 56,781 km². Penjelasan

untuk luas wilayah per kecamatan bisa dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.3

Luas Wilayah Per Kecamatan Tahun 2015 (ha)

Sumber : Salatiga Dalam Angka Tahun 2016

4.2 Infrastruktur Jalan, Pertokoan & Menjamurnya PKL

Infrastruktur adalah suatu rangkaian yang terdiri atas beberapa bangunan

fisik yang masing – masing saling terkait dan saling ketergantungan satu sama

lain. Misalnya jalan, dimana jalan adalah merupakan sarana yang salah satu

fungsinya dapat dipengaruhi dan mempengaruhi beberapa sektor lainnya

seperti : pemukiman, perdagangan, pusat pemerintahan dan lain – lain.

4.2.1 Pembangunan Infrastruktur

Jalan merupakan prasarana pengangkutan darat yang penting untuk

memperlancar kegiatan perekonomian. Dengan makin meningkatnya

usaha pembangunan maka akan meningkat pula tuntutan peningkatan

pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk dan

memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah ke daerah lain. Panjang

Kecamatan Jumlah

Argomulyo 1.852.690

Tingkir 1.054.852

Sidomukti 1.145.850

Sidorejo 1.624.718

(5)

28

jalan di seluruh wilayah Kota Salatiga pada tahun 2014 menurut Dinas

Bina Marga Kota Salatiga mencapai 355.171 meter3. Ada beberapa

klasifikasi kondisi jalan yang telah dihitung oleh Dinas Bina Marga &

Pengelolaan Sumber Daya Air sebagai berikut :

Tabel 4.4

Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan Tahun 2011 – 2014*) (m) Kondisi

Jalan

2011 2012 2013 2014**

Baik 343.795,00 344.096,00 275.588,00 275.588,00

Sedang 165.069,50 162.770.00 45.355.00 45.355,00

Rusak 89.149,50 90.178,00 34.228,00 34.228,00

Rusak

Berat

56.197,00 57.167,00 - -

Sumber : Salatiga Dalam Angka Tahun 2016 *) Data Tahun 2015 Belum Tersedia

**) Yang Tercatat Dalam Master Plan Pembangunan Kota Salatiga

Pembangunan merupakan usaha dasar yang sengaja dilakukan oleh

masyarakat untuk memperbaiki kondisi masyarakat pada daerah tersebut.

Pembangunan infrastruktur merupakan pembangunan yang dapat dilihat

fisiknya. Contoh pembangunan infrastruktur seperti, pusat perbelanjaan,

fasilitas umum dan lainnya.

Pusat perbelanjaan atau pertokoan menjadikan ciri sebuah kota

maju. Pusat perekonomian ini berada pada lokasi – lokasi strategis.

Akibatnya, pusat perbelanjaan ini mampu menggiring masyarakat

melakukan mobilisasi baik keinginan pemukiman, mencari lahan

pekerjaan atau hanya sekedar belanja memenuhi kebutuhan sehari – hari.

Beberapa contoh persoalan yang sering terjadi di perkotaan adalah

pembangunan pertokoan atau swalayan yang kurang memperhatikan

3

(6)

29

kebutuhan lahan parkir, baik dari segi kemampuan daya tampung luas

lahan pertokoan. Sehingga pada saat pertokoan sudah beroperasi, lahan

parkir tidak dapat menampung jumlah kendaraan pengunjung yang

parkir, terutama pada waktu jam padat pengunjung. Hal ini dapat

merugikan semua pihak, baik pemilik tempat kegiatan maupun pengguna

jalan pada umumnya. Pemilik tempat kegiatan akan dirugikan karena jika

tempat parkir terbatas dan ruas jalan di depannya terjadi kemacetan,

maka calon konsumen akan enggan menuju ke tempat kegiatan

dimaksud. Sedangkan pengguna jalan secara umum dirugikan akibat

hambatan lalu lintas yang ditimbulkan saat melintas di ruas jalan yang

dilaluinya terjadi kemacetan.

Permasalahan parkir lainnya adalah manajemen penyelenggaraan

teknis parkir, baik dari desain tata ruang, lokasi, sirkulasi arus keluar

masuk lahan parkir dan tarif. Kota Salatiga sebagai salah satu kota kecil

di Provinsi Jawa Tengah, saat ini terus berkembang dan semakin

menunjukkan ciri-ciri perkotaannya yang semakin kental. Dari waktu ke

waktu, sejalan dengan selalu meningkatnya jumlah penduduk

mengakibatkan semakin bertambahnya kebutuhan masyarakat terhadap

perumahan, perkantoran, dan fasilitas sosial ekonomi lain. Dengan

bertambahnya pusat kegiatan masyarakat yang baru sehingga berpotensi

munculnya tempat-tempat parkir yang baru. Keterbatasan ruang parkir di

kawasan pusat kota merupakan permasalahan utama perparkiran di Kota

Salatiga4.

4 Pradana Rdi, DKK. 2014,

(7)

30

Gambar 2 Aktifitas PKL dan Parkir

Foto diambil pada tanggal 22 April 2017 Pukul 22.15 WIB di jalan Pattimura

Peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan guna lahan akan

meningkatkan mobilitas dan aktivitas penduduk, yang berimbas pada

peningkatan penggunaan sarana angkutan jalan sebagai salah satu moda

transportasi yang ada. Peningkatan mobilitas dan penggunaan sarana

angkutan jalan tersebut membutuhkan penyediaan ruang parkir yang

cukup serta pengaturan yang tepat. Sejalan dengan perubahan waktu dan

perkembangan tata guna lahan serta pola pergerakan lalu lintas

masyarakat, maka saat ini telah terjadi perubahan-perubahan dalam

kuantitas maupun intensitas penggunaan ruang parkir. Saat ini telah

muncul kawasan-kawasan niaga baru, pusat-pusat bisnis, olah raga,

rekreasi, dan pelayanan jasa yang baru, sehingga jumlahnya semakin

bertambah dan tentu kapasitas maupun intensitasnya menjadi bertambah

(8)

31

Gambar 3

Aktifitas parkir di pusat perbelanjaan

Foto diambil pada tanggal 22 April 2017 pukul 14.00 WIB di Jalan Jendral Sudirman

4.2.2 Menjamurnya Pedagang Kaki Lima

Pedagang kaki lima atau biasa disebut PKL merupakan aktifitas

menjual barang dagangan yang dilakukan oleh masyarakat yang

berlokasi di trotoar jalan. banyak sekali fenomena ini muncul di trotoar

jalan Salatiga. PKL tersebut biasanya menjual : nasi goreng, atau

aksesoris keperluan pribadi. Data yang didapat dari Salatiga Dalam

Angka Tahun 2016 menuliskan jumlah PKL di Salatiga berjumlah 1298.

Hal tersebut diperinci pada tabel berikut ini :

Tabel 4.5

Data Jumlah Pedagang Kaki Lima Tahun 2015

No Lokasi Jumlah

1 A. Yani (Kios Buah) 28

2 Jenderal Sudirman 58

3 Kemiri Raya 13

4 Kridanggo 19

5 Lapangan Pancasila 56

6 Muwardi 3

7 Pasar Pagi 712

8 Pasar Raya 1 Malam 45

9 Patimura 24

10 Margosari 1

11 Pos Tingkir 4

12 Shopping Gerobog Putih 111

(9)

32

14 Sukowati 66

15 Taman Pahlawan Buah 80

16 Turen 5

17 Blok C 70

19 Kemasan 14

Total 1298

Sumber : Salatiga Dalam Angka 2016

4.3 Perkembangan Moda Transportasi

Transportasi merupakan hasil karya yang dapat memudahkan manusia

melakukan aktifitasnya baik pekerjaan atau hiburan. Tranportasi dikenal oleh

beberapa kalangan, baik masyarakat yang ekonominya terbatas bahkan

masyarakat yang memiliki ekonomi tinggi. Transportasi memiliki banyak jenis

dari darat, laut maupun udara. Pada tulisan ini transportasi yang dimaksud

adalah transportasi yang berada di darat dan difokuskan pada mobil dan

sepeda motor.

Data yang didapat dari situs resmi Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset

Daerah (DPPAD) beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan dengan

jumlah unit kendaraan bermotor sebanyak 88.153 unit pada tahun 2013, dan

106.910 unit pada tahun 20145. Jumlah kendaraan bermotor per kecamatan

bisa dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.6

Data Jumlah Kendaraan Bermotor per Kecamatan

No Kecamatan Mobil Motor

1 Argomulyo 3.105 17.513

2 Tingkir 5.625 25.367

3 Sidomukti 4.173 20.630

4 Sidorejo 4.905 25.592

Sumber : Situs Resmi DPPKAD (UP3AD Kota Salatiga) Keadaan Sampai Tahun 2014

5

(10)

33 4.4 Tugas Pokok UPT Perparkiran

4.4.1 Visi Dan Misi

Sesuai visi Dinas Perhubungan, Komunikasi, Kebudayaan dan

Pariwisata Kota Salatiga adalah “TERWUJUDNYA MASYARAKAT

KOTA SALATIGA YANG AMAN, SELAMAT, TERTIB,

LANCAR, DAN KOMUNIKATIF SERTA MENJADI DAERAH

WISATA YANG BERDAYA GUNA”. Dinas Perhubungan

merumuskan beberapa visi untuk membangun kota Salatiga. Dari sekian

visi yang ada hanya ada satu poin yang bertujuan mengelola dalam

transportasi. Visi tersebut adalah :

“Peningkatan sistem perhubungan/transportasi di Kota Salatiga yang menjamin keamanan, kenyamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintasnya serta terjangkau oleh masyarakat”

Dinas Perhubungan, Komunikasi, Kebudayaan dan Pariwisata

merumuskan misi berjumlah 13 poin. Dari ke – 13 misi tersebut hanya ada 4

poin penting yang terkait pada transportasi. Misi tersebut adalah :

a. Meningkatkan kompetensi SDM di Dinas Perhubungan,

Komunikasi, Kebudayaan dan Pariwisata Kota Salatiga yang

dilandasi sikap mental yang baik dan profesional sesuai dengan

bidangnya.

b. Menggali sumber-sumber pendapatan dalam bidang perhubungan,

komunikasi, kebudayaan dan pariwisata guna meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah.

c. Menciptakan sistem transportasi di Kota Salatiga yang menjamin

keselamatan, ketertiban dan kelancaran dengan biaya yang

terjangkau oleh masyarakat.

d. Meningkatkan dan mendorong kesadaran masyarakat untuk disiplin

(11)

34 4.4.2 Tugas Pokok UPT Perparkiran

Susunan organisasi UPT Perparkiran terdiri dari Kepala UPT,

Subbagian Tata Usaha dan Kelompok Jabatan Fungsional.UPT Perparkiran

dipimpin oleh Kepala UPT yang berada dibawah dan bertanggung jawab

kepada Kepala Dinas, dan Subbagian Tata Usaha berada dibawah dan

bertanggung jawab kepada Kepala UPT.

UPT Perparkiran mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian

tugas Dinas dalam menyusun rencana, mengoordinasikan, melaksanakan,

mengendalikan, mengawasi dan mengembangkan pengelolaan dan

pengoperasian unit parkir.Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut,

Kepala UPT Perparkiran mempunyai uraian tugas sebagai berikut:

a. Menyusun rencana kerja UPT Perpakiran sesuai ketentuan yang

berlaku sebagai pedoman pelaksanaan tugas;

b. Menyiapkan bahan koordinasi perencanaan kegiatan dengan Bidang

terkait berdasarkan ketentuan yang berlaku agar diperoleh sinkronisasi

dan kinerja yang dapat dipertanggungjawabkan;

c. Melaksanakan administrasi pengumpulan dan pemungutan retribusi

parkir;

d. Melaksanakan pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaan tugas

UPT Perparkiran untuk meningkatkan kinerja unit kerja;

e. Menyusun laporan pelaksanaan tugas sesuai ketentuan yang berlaku

sebagai wujud pertanggungjawaban;

f. Membagi tugas dan memberi petunjuk kepada bawahan agar

diperoleh hasil kerja yang optimal;

g. Membina dan mengawasi pelaksanaan tugas bawahan untuk

kelancaran pelaksanaan tugas;

h. Menilai prestasi kerja bawahan sebagai cerminan kinerja bawahan;

dan

(12)

35 4.5 Realitas Parkir di Salatiga

Parkir merupakan realitas baru yang sedang muncul di Salatiga. Terutama

peningkatan jumlah lokasi dalam 3 tahun terakhir. Dari tahun 2014 yang

jumlahnya hanya sekitar 71 lokasi sekarang menjadi 107 lokasi yang terbagi

menjadi 3 wilayah, dengan rincian lokasi parkir wilayah selatan 43 titik,

wilayah tengah 29 titik dan wilayah utara berjumlah 35 titik. Lokasi – lokasi

tersebut jelaslah dikelola oleh UPT parkir Dinas Perhubungan Kota Salatiga.

Tentunya bukan hanya jumlah lokasi yang naik tetapi jumlah juru parkir

meningkat menjadikan kota ini memproduksi juru parkir6. Peningkatan

tersebut menjadikan sebuah kesempatan yang harus diolah pemerintah, sesuai

dengan visi misi Dinas Perhubungan, Komunikasi, Kebudayaan dan

Pariwisata yang telah dirumuskan sebelumnya.

Tidak hanya soal peningkatan lokasi dan juru parkir, pro kontra dalam

menanggapi masalah parkir juga sangat hangat. Baik segi retribusi, kebijakan,

ataupun pengelolaan. Penulis menemukan beberapa fakta yang menarik dari

pihak UPT Parkir. Uraian tersebut berisi, aduan dari masyarakat. Baik aduan

langusung ke UPT Parkir maupun aduan lewat sosial media. Kepala UPT

Parkir, Bapak Agus Nur Solichin mengatakan sebagai berikut7 :

“Gimana mas ? sekarang salatiga kota seribu

parkir ya ? hahaha....apa apa dishub, UPT parkir.. padahal kita ga tau apa apa, yang kita

tau yang kita kelola saja”

Tidak hanya peryataan dari kepala UPT Parkir saja tetapi penulis juga

merasakan kejadian serupa, sehingga untuk masalah parkir sudah seharusnya

ditindaklanjuti. Banyak sekali postingan di media sosial terutama facebook,

tentunya keluhan – keluhan perparkiran. Seperti akun Facebook Omhar yang

menuliskan :

6

Wawancara dengan Kepala UPT Perparkiran pada tanggal 25 April 2017 7

(13)

36

“Yang terhormat paslon di Salatiga kalau jadi

walikota. Aku nitip usulan untuk membenahi masalah parkir di Salatiga, bagi pengelola parkir juga perdanya, harus bisa dipertanggung jawabkan. Misal helm atau motornya yang hilang ya harus menerima resikonya. Contohnya setiap motor yang diparkir pasti bayar. Jadi layak kalau barang kita hilang terus kita minta ganti. Minta bantuanya dulur–dulur. Matursuwun.“

Pada postingan tersebut akun Facebook yang bernama Yakub Adi Krisanto

menjawab dan memberikan pendapat sebagai berikut8 :

“Sebenarnya ada mas secara hukum. Cuma sejauh

mana konsumen parkir memperjuangkan. Itu

tantangannya.”

Keluhan tidak berhenti pada satu postingan saja, penulis menemukan

keluhan tersebut pada grup facebook lainnya. Seperti yang ditulis oleh

Haryono Poenya Susi pada grup facebook Kabar Salatiga. Dia menuliskan

tentang keluhan tarif yang melonjak. Postingan tersebut adalah sebagai

berikut9 :

“Maaf poro sedulur, ceritanya mau curhat. Tarif parkir mobil wonten Terminal Tingkir apa bener

4000 lur ? Masalahnya kok tidak memakai karcis. Baru aja datang kok langsung ditarik retribusi.

Menawi ada karcis terus tertera 4000 kulo mboten

nopo nopo. Tidak masalah”

Penulis terus memantau perkembangan keluhan parkir di dunia maya lewat

beberapa grup kota Salatiga. Keluhan – keluhan dituliskan oleh masyarakat

Salatiga tersebut memang berbagai aspek, baik segi perda, retribusi, tata ruang

dan lainnya. Hanya berjarak beberapa bulan saja, salah satu masyarakat

mengeluarkan ungkapan tentang parkir lewat postingan di grup Facebook

Jaringan Salatiga Liberal. Salah satu postingan yang bernada keluhan

8

Komentar ditulis pada status Omhar oleh Yakub Adi Krisanto di Grup Facebook Jaringan Salatiga Liberal pada 5 Desember 2017

(14)

37 diungkapkan oleh akun bernama Wijayanto Dipuro10. Dia menulis sebagai

berikut :

“Jalan Pemotongan : kalau parkir di sisi kiri dan

sisi kanan jalan, mobil tidak bisa berpapasan, salah satu harus berhenti dahulu. Apa memang

seperti itu cara parkir ?”

Postingan tersebut memancing beberapa komentar. Seperti yang dituliskan

akun facebook Yakub Adi Krisanto11. Dia menuliskan komentar sebagai

berikut :

“Parkir, Juru Parkir, Individu, Pemkot. Mana yang

harus memiliki kesadaran ?. Supply and Demand.

Selama individu memarkir dan ada jukir,

terjadilah parkir.”

Permasalahan parkir kembali terjadi. Pada bulan lalu, tepatnya tanggal 24

Mei 2017 akun Facebook bernama Must Basf memposting pertanyaan seputar

parkir. Postingan tersebut adalah sebagai berikut12 :

“Mau tanya bang admin, serta sedulur KS semuanya. Apa bener tarif parkir setelah 3 jam ada tambahannya ? tadi sempat berargumen sama tukang parkir depan Hotel Grand Wahid. Apa bener ada perdanya ? menurut keterangantukang parkirnya begitu. Mohon pencerahan dan caci makinya. Suwun”

Banyak sekali keluhan yang keluar dari masyarakat, namun masyarakat

sendiri juga masih berdiam diri. Bermodal media sosial saja tetapi tidak

memperjuangkan haknya seperti apa yang mereka inginkan. Bab parkir

10

Postingan ditulis oleh Wijayanto Dipuro di Grup Facebook Jaringan Salatiga Liberal pada tanggal 5 Maret

2017 11

Komentar ditulis pada status Wijayanto Dipuro oleh Yakub Adi Krisanto di Grup Facebook Jaringan Salatiga Liberal pada 5 Maret 2017

12

(15)

38 merupakan hal yang kompleks, baik dari segi sosial, ekonomi, keruangan,

maupun pengelolaannya.

4.5.1 Perparkiran Berizin

Perparkiran berizin merupakan jenis parkir yang sepenuhnya

dikelola oleh UPT Perparkiran. Salah satu bukti yang menandakan bahwa

parkir tersebut adalah lokasi yang terdaftar dan juru parkir yang memiliki

Surat Ijin Juru Parkir. Parkir berizin dapat dilihat dari ID Card dan rompi

yang dikenakan oleh juru parkir13.

Adapun lokasi parkir yang dikelola secara resmi yang dikelola oleh

UPT Parkir. Hingga saat ini lokasi parkir yang dikelola UPT Parkir Dinas

Perhubungan berjumlah 107 titik. Petugas parkir yang bekerja di wilayah

selatan ini berjumlah 100 juru parkir. Petugas parkir yang bekerja di

wilayah selatan ini berjumlah 57 juru parkir. Petugas parkir yang bekerja

di wilayah selatan ini berjumlah 59 juru parkir. Data tersebut disajikan

sebagai berikut :

Tabel 4.7

Daftar Lokasi Parkir Harian Kota Salatiga Wilayah Selatan

No Lokasi No Lokasi No Lokasi

(16)

39

14 Jago R4 29 Johar R4

15 Jago R2 30 Johar R2

Sumber : Data Rekapitulasi UPT Perparkiran Tahun 2017

Tabel 4.8

Daftar Lokasi Parkir Harian Kota Salatiga Wilayah Tengah

Sumber : Data Rekapitulasi UPT Perparkiran Tahun 2017

Tabel 4.9

Daftar Lokasi Parkir Harian Kota Salatiga Wilayah Utara

No Lokasi No Lokasi No Lokasi

Sumber : Data Rekapitulasi UPT Perparkiran Tahun 2017

(17)

40 4.5.2 Parkir Warga Dengan Izin UPT Perparkiran

Penulis menggunakan istilah perparkiran warga pada jenis parkir

berikutnya. Perparkiran warga merupakan parkir tepi jalan umum yang

resmi tetapi juga dikelola oleh warga. Pengelolaan parkir ini biasanya

hanya soal retribusi, dengan kata lain pengelolaan ini dilakukan pihak

tertentu (warga sekitar lokasi) meminta kontribusi dari juru parkir dengan

alasan untuk pemenuhan kas warga setempat. Di Salatiga ada banyak

jenis lokasi parkir yang bersifat perparkiran warga tetapi sulit sekali

untuk membedakan.

Dalam penelitian ini penulis menemukan beberapa titik lokasi yang

bersifat perparkiran warga. Lokasi tersebut adalah beberapa titik di Jalan

Monginsidi, beberapa titik di Jalan Jendral Sudirman dan Jalan Yos

Sudarso titik parkir Cungkup. Untuk lebih jelasnya peneliti mencoba

bertemu juru parkir dan pengelola (warga) di titik tersebut. Dalam

penjelasannya, dari juru parkir atau pengelola (warga) memiliki

kesamaan dalam hal kontribusi untuk kas warga. Hal tersebut dikatakan

oleh mas Handa yang berprofesi juru parkir di lokasi Cungkup sebagai

berikut14 :

“Ini kesadaran kita karena diberi lahan pekerjaan. Kita dari juru parkir sepakat untuk memberikan kontribusi ke kampung. Tarif - tarif itu, berlaku buat 2 bulan sebelumnya, untuk bulan ini belum ada, karena ada pergantian RW. katanya akan dibawa ke rapat RW apakah ada penentuan untuk kontribusi atau tidak. Jika ada berapa nominalnya dan jika tidak kita pasti memberikan kontribusi kekampung atas dasar kesadaran kita.”

Dari pernyataan yang diberikan oleh mas Handa, parkir di Cungkup

memang dikelola warga dan Dinas Perhubungan dari segi retribusi. Hal

14

(18)

41

serupa diungkapkan oleh bapak Wahyudi yang bertempat tinggal di

Monginsidi. Bapak Wahyudi merupakan Ketua RT 03 dan pengelola

parkir warga daerah tersebut. Beliau menjelaskan bagaimana pengelolaan

parkir tepi jalan umum yang berada di Jalan Monginsidi. Pernyataan

tersebut adalah sebagai berikut15 :

Kulo ndelok jalan monginsidi mulai rame, dibanding tahun tahun lalu nggih, ditambah niki jalan monginsidi enten warung warung, enten warnet. Nah berawal dari situ, kulo ada pikiran, nah mungkin nak jaluk sek pie, dari pada ngko dijaluki wong wong kono, do wani ngontrak, contohe jensud, nopo ramayana kui. Nah iki tak jaluk sek kaliyan dinas perhubungan. Pemikiran kulo kanggo bocah bocah sing nganggur neng kene, ting rt kulo lah. Ndelalah kepala kui Bapak Agus Nur niku pirso rawuh ting mriki. Mriki kan enten kempalan tiap tanggal 10. Nggih ngei keterangan dari dinas perhubungan. Nah dari situ kita minta apa njaluk, kanggo warga warga sing

nganggur nganggur kui. Awale ngoten.”(Saya melihat jalan Monginsidi mulai ramai, dibanding tahun tahun lalu. Ditambah sekarang ada warung-warung ada warnet. Berawal dari situ , saya ada pikiran, nah mungkin semisal saya minta bagaimana, dari pada diminta oleh orang lain, mereka berani menngontrak, contoh saja ramayana dan jensud. Nah ini saya minta kepada dinas perhubungan. Pemikiran saya untuk anak anak yang menganggur disini. Di RT saya. Kebetulan kepala UPT parkir itu Bapak Agus Nur datang kesini. Disini ada rapat setiap tanggal 10. Ya memberikan keterangan dari dinas perhubungan. Nah dari situ kita meminta buat warga yang menganggur. Awalnya seperti itu.)

15

(19)

42 4.5.3 Perparkiran Warga Tanpa Izin UPT Perparkiran

Berbeda dengan parkir resmi yang dikelola oleh pihak yang

berwenang dan sah secara hukum baik itu pemrintah kota atau daerah

atau badan yang khusus menangani parkir dimana pendapatannya masuk

kepada kas pemerintah. Parkir liar merupakan parkir yang muncul secara

ilegal atau tidak resmi dengan klaim lahan parkir yang muncul secara

sepihak serta retribusi tidak masuk ke kas pemerintah. (Rizka, 2015.

Dari pengertian diatas penulis mencoba untuk observasi dan

mencari tau lokasi parkir liar di Salatiga. Penulis menemukan lokasi

parkir liar berada di jalan Pattimura. Mas JS adalah seorang yang

bekerja sebagai juru parkir liar. Penulis mencoba berbincang – bincang

dan mencoba untuk menanyakan bagaimana jenis parkir dilokasi

tersebut. Hal tersebut dijelaskan oleh mas JS sebagai berikut16 :

“Mbiyen ki pertama aku ki kumpul mbe konco-konco, konco pitik, konco manuk, crito-crito

eneng lahan sing meh di “dol” soale butuh

duit, dadi tak genteni. Mergo kui parkir ilegal,

aku gentenine sak karepku dewe.”(Dulu

pertama kali itu kumpul dengan teman teman, teman pelihara ayam, teman pelihara burung, cerita – cerita ada lahan yang akan dijual. Soalnya butuh uang jadi aku membayarnya seenakku).

Mas JS menjelaskan awal mula bekerja sebagai tukang parkir

adalah dengan cara membeli lahan parkir yang berada di jalan Pattimura.

Bukan hanya itu saja, penggunaan atribut juga memberikan penjelasan

bahwa parkir tersebut ilegal. Penulis mencoba untuk mencari tahu alasan

bahwa parkir tersebutadalah parkir liar. Mas JS menjelaskan sebagai

berikut17 :

16 Wawancara dengan Mas JS pada tanggal 23 April 2017 17

(20)

43 “Terkadang aku disilehi rompi, terkadang ora

Gambar

Tabel 4.1 Kepadatan Penduduk per Kecamatan Tahun 2015
Tabel 4.3  Luas Wilayah Per Kecamatan Tahun 2015 (ha)
Tabel 4.4 Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan Tahun 2011
Gambar 2 Aktifitas PKL dan Parkir
+5

Referensi

Dokumen terkait

Adrian Sutedi, Implikasi Hukum Atas Sumber Pembiayaan Daerah Dalam Kerangka Otonomi Daerah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm.. UU Nomor 23 Tahun 2014 yang merupakan

Mekanisme pelaksanaan uji hedo- nik yang telah dilakukan dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) Memberikan penje- lasan tentang maksud dan tujuan peneli- tian dan

FAKTOR KONTRIBUTOR, KOMPONEN & SUBKOMPONEN DALAM INVESTIGASI INSIDEN KLINIS.. FAKTOR KONTRIBUTOR EKSTERNAL DILUAR

Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) Pelaksanaan pemberian remisi terhadap narapidana tindak pidana narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Way Hui Bandar

Dimana jika Anda benar didalam mendaftarkan diri bersama agen bola piala dunia 2018 Terpercaya Tersebut maka Anda akan memperoleh keseruan sata bertaruh dan sekaligus juga

PENGGUNAAN PERMAINAN LABYRINTH D ALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA JERMAN.. Universitas Pendidikan Indonesia

(kompaksi) dan waktu penahanan suhu sinter ( holding time ) pada spesimen uji dari paduan aluminium/5% fly ash yang diproduksi dengan metode metallurgi serbuk terhadap densitas.

yang dapat ditemukan dibuku teks, antara lain adalah : 46 1) Temukan jawaban dengan cara coba-coba. 2) Gunakan alat peraga, model, atau sketsa. 5) Buat daftar, tabel, atau bagan.