• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN KIMIA BERBAHAYA DAN BERACUN PENCEM (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAHAN KIMIA BERBAHAYA DAN BERACUN PENCEM (1)"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

“BAHAN KIMIA BERBAHAYA DAN BERACUN, PENCEMARAN UDARA DAN LEDAKAN PENDUDUK”

Makalah ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester Pada Mata Kuliah

Pengetahuan Lingkungan

Disusun oleh :

Arsyil Fajri 3333141413 Irfan Fathurohman 3333140382 Khrisna Aditya N 3333140214 Lisan Aulia R 3333140242 Ma’mun Sofian 3333140504

Ruly Mulya 3333141244

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2014

(2)

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang patut untuk diungkapkan kecuali syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT. Yang melimpahkan rahmat dan taufik-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.

Dalam rangka penyusunan makalah ini penyusun banyak menemui kesulitan akan tetapi berkat kerja keras kelompok kami, akhirnya makalah ini dapat selesai pada waktunya meskipun terdapat banyak kekurangan yang jauh dari kesempurnaan.

Tiada gading yang tak retak ialah sebuah kalimat pepatah yang kami sadari oleh karena itu kami sangat menantikan kritik yang bersifat membangun agar dalam penyusunan yang akan mendatang dapat lebih baik lagi.

Dalam kesempatan ini tak lupa penulis menyampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing serta teman-teman yang membantu dalam penyusunan masalah ini.

Semoga dari bantuan teman-teman dapat diterima disisi Allah SWT. Dan semoga kita tetap dalam lindungan-Nya, Aamiin…

Cilegon, Oktober 2014

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang...1

1.2. Identifikasi Masalah...1

1.3. Tujuan penulisan...1

1.4. Manfaat Penulisan...2

BAB II BAHAN KIMIA BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) 2.1. Definisi B3...3

2.2. Jenis Limbah B3...3

2.3. Contoh Kasus...4

2.4. Karakteristik Limbah B3...5

2.5. Pengolahan Limbah B3...6

BAB III PENCEMARAN UDARA 3.1. Definisi Pencemaran Udara...9

3.2. Faktor-Faktor Terjadinya Pencemaran Udara...9

3.3. Klasifikasi Bahan Pencemar Udara...10

3.4. Zat Pencemar Udara...10

3.5. Contoh Kasus...12

3.6. Efek yang Ditimbulkan...13

3.7. Solusi Mengurangi Pencemaran Udara...15

BAB IV LEDAKAN PENDUDUK 4.1. Definisi Ledakan Penduduk...17

4.2. Faktor-Faktor Terjadinya Ledakan Penduduk...18

4.3. Contoh Kasus...18

4.4. Efek yang Ditimbulkan...19

4.5. Cara Penanggulangan...23

(4)

5.1. Kesimpulan...24 5.2. Saran...24

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lingkungan sekarang ini sudah sangat memprihatinkan. Banyak ancaman serius terhadap masa depan manusia mulai dari perubahan iklim serta lenyapnya ozon sampai ke kontaminasi dengan bahan beracun , pencemaran udara yang berpengaruh kepada keseimbangan sistem dan menjadi penyebab utama kerusakan lingkungan hidup.

Banyaknya limbah Bahan kimia Berbahaya dan Beracun yang dibuang sembarangan, Pencemaran udara yang semakin parah serta Ledakan suatu penduduk disuatu tempat ialah hal yang menimbulkan kerusakan lingkungan.

Kami mengangkat judul makalah ini atas dasar keadaan lingkungan kita semakin memprihatinkan yang jauh dari kesadaran masyarakat membuat masa depan bumi semakin kelam, dan mungkin melalui ini kami menginformasikan kepada pembaca tentang hal-hal yang mencakup kerusakan lingkungan.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang maka yang menjadi permasalahan ialah: a. Apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya pencemaran udara,

pembuangan limbah zat kimia sembarangan, Ledakan Penduduk?

b. Efek apakah yang ditimbulkan oleh Bahan Kimia Berbahaya dan beracun, pencemaran udara serta ledakan penduduk?

(5)

1.3. Tujuan Penulisan

a. Untuk memenuhi tugas yang telah diberikan dosen mata kuliah Pengetahuan Lingkungan.

b. Untuk memberikan informasi kepada pembaca makalah.

c. Untuk mendapatkan solusi dari permasalahan yang berhubungan dengan pembuangan limbah sembarangan, pencemaran udara dan ledakan penduduk.

1.4. Manfaat Penulisan

a. Sebagai bahan pembelajaran untuk lebih peka terhadap gejala-gejala yang terjadi pada lingkungan.

(6)

BAB II

BAHAN KIMIA BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

2.1. Definisi B3

Menurut PP No. 18 tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakan lingkungan hidup dan atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain.

(7)

Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia.

2.2. Jenis Limbah B3

2.2.1. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik

Limbah B3 yang berasal bukan dari proses utamanya, tetapi berasal dari kegiatan pemeliharaan alat, pencucian, pencegahan korosi, pelarutan kerak, pengemasan, dll .

2.2.2. Limbah B3 dari sumber spesifik

Limbah B3 yang berasal dari sisa proses suatu industri atau kegiatan yang secara spesifik dapat ditentukan berdasarkan kajian ilmiah .

2.2.3. Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan dan buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi

Tidak memenuhi spesifikasi yang ditentukan atau tidak dapat dimanfaatkan kembali, maka suatu produk menjadi limbah B3 yang memerlukan pengolahan seperti limbah lainnya. Berlaku juga untu sisa kemasan limbah B3 dan bahan-bahan kimia yang kadaluarsa.

(8)

Tjiwi Kimia (Sinar Mas Group) Cemari Kali Brantas

Kali Brantas dalam ancaman Pencemaran Industri Kertas. Temuan ecoton dan TELAPAK menunjukkan bahwa pencemaran esterogenik di Kali Brantas jauh diatas standar bila dibandingkan dengan sungai-sungai di Negara lain. Senyawa Esterogenik ini menimbulkan dampak ancaman kesehatan berupa gangguan kesehatan reproduksi, kanker dan mutasi gen. Padahal 15 Kota/Kabupaten yang dilewati Kali Brantas mempergunakan air Kali Brantas sebagai bahan baku air minum, sebagai sumber Kehidupan. Perlu upaya bersama untuk menyikat industri kertas kontributor senyawa esterogenik di Kali Brantas.

Gresik I Gurindam12.co – Sejak 2006 berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 11 A/PRT/M/2006 tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai memasukkan Kali Brantas menjadi sungai strategis nasional, maka tanggung jawab pengelolaan Kali Brantas berada di tangan Presiden dan menteri terkait, dalam hal ini Menteri Pembangunan Umum (PU) dan Menteri Negara Lingkungan Hidup . Menjadi sungai strategis nasional tidak banyak mengubah nasib Kali Brantas, kondisi kualitas airnya mengalami tekanan dari aktivitas manusia terutama dari 4000 industri yang berdiri di Kali Brantas. Kondisi air Kali Brantas terkini menunjukkan adanya kontaminasi senyawa esterogenik yang jauh diatas standar Perlindungan lingkungan Sungai. Memprihatinkan, karena hilir Kali Brantas digunakan sebagai bahan baku air minum. PDAM Surya Sembada Kota Surabaya, PDAM Delta Tirta (Kabupaten Sidoarjo) dan (Kabupaten Gresik). Pada penelitian yang dilakukan oleh Syamsuri (2006) diketahui bahwa hulu hingga hilir Kali Brantas telah terdeteksi konsentrasi senyawa estradiol 42-220 ng/L. Konsentrasi estradiol di Kali Brantas dibandingkan dengan di Eropa (0,1-88 ng/L) jauh lebih tinggi. Konsentrasi estradiol di Kali Brantas dalam kondisi yang membahayakan karena dapat memacu terjadinya feminisasi ikan yang berujung kepunahan ikan. Selain estradiol juga terukur PCB, BPA, PE, HBCD, dan PBDE. Pengukuran PCB, BPA, HBCD, dan PBDE dilakukan di hilir Kali Brantas. Berikut ini adalah hasil pengukuran 4 senyawa kimia yang bersifat mutagenik (menyebabkan mutasi), karsinogenik (menyebabkan kanker):

PARAMETER UJI Sumber Dampak Konsentrasi

BPA (Bisfenol A) Coating agent

diabetes, osteoporosis, obesitas

(9)

PE (Ptalat Ester) Defoaming

Kanker, iritasi paru dan hidung, IQ

rendah, lemah kontrol motoric, 1.8-3.0 ng/gr

PBDE (Polybrominated Diphenyl Ether) Flame

retardant Tumor hati, kanker, gangguanreproduksi 6.6-7.6 ng/gr

HBCD (Hexabromocyclododecane) Flame

retardant Gangguan perkembangan, reproduksi,dan saraf 0.79-5.4 ng/gr

*Kadar BPA yang terukur pada sedimen hilir Kali Brantas 1000 kali lipat lebih tinggi bila dibandingkan dengan kadar BPA di negara lainnya. Kadar BPA dalam sedimen di China hanya 2,4-27,3 µg/kg (Flint et al., 2012).

Kadar PE pada sedimen berkisar antara tidak terdeteksi hingga 19.258 µg/kg, air berkisar antara 0,09-2,35 µg/L, dan padatan terlarut berkisar antara tidak terdeteksi hingga 4,96 µg/L (Peijenburg dan Struijs, 2006). Karena sifatnya yang estrogenik, menyebabkan 5 senyawa ini sangat berpengaruh terhadap kesehatan pria. Pengaruh PE terhadap kesehatan diantaranya testikel turun, hipospadia (uretra berada di bagian bawah penis), penurunan testosteron, penundaan pubertas, dan malformasi pada janin (EPA, 2007). BPA, PCB, HBCD, PBDE, dan PE digunakan dalam berbagai proses produksi. . Tiga senyawa kimia yang konsentrasinya jauh lebih tinggi dari Negara lainnya adalah BPA, PCB, dan PE. Ketiga senyawa ini banyak digunakan pada proses produksi kertas. Pada penelitian yang dilakukan oleh Ecoton pada tahun 2013, diketahui bahwa terdapat 2 industri kertas yang melanggar baku mutu buangan limbah cair. Kedua industri itu adalah Mount Dream Indonesia (MDI) dan Tjiwi Kimia.

2.4. Karakteristik Limbah B3

2.4.1 Mudah meledak

(10)

2.4.2. Mudah terbakar

Akan menyala bila terjadi kontak dengan api, percikan api atau sumber nyala (mengandung alkohol <24%. Limbah yang berupa cairan dapat mudah menyebabkan kebakaran melalui gesekan, penerapan uap air atau perubahan kimia secara spontan dan apabila terbakar akan bersifat terus menerus Merupakan limbah yang bertekanan yang mudah terbakar Merupakan limbah pengoksidasi.

2.4.3. Bersifat reaktif

Limbah yang tidak stabil dan dapat menyebabkan perubahan tanpa peledakan Limbah yang dapat bereaksi hebat dengan air Limbah yang apabila bercampur dengan air berpotensi menimbulkan ledakan, menghasilkan h=gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan Limbah sianida, sulfida atau amoniak yang pada kondisi pH antara 2-12,5 dapat menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan Limbah yang dapat mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan tekanan standar Limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepas atau menerima oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.

2.4.4. Beracun

(11)

2.4.5. Menyebabkan infeksi

Limbah yang menyebabkan infeksi yaitu bagian tubuh manusia yang diamputasi dan cairan dari tubuh manusia yang terkena infeksi, limbah dari laboratorium atau limbah lainnya yang terinfeksi kuman penyakit yang dapat menular.

2.4.6. Bersifat korosif

Menyebabkan iritasi pada kulit Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja dengan laju korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan temperatur pengujian 55 derajat celcius Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk limbah bersifat asam dan sama atau lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa.

2.5. Pengolahan Limbah B3

2.5.1. Lokasi pengolahan

Pengolahan B3 dapat dilakukan di dalam lokasi penghasil limbah atau di luar lokasi penghasil limbah. Syarat lokasi pengolahan di dalam area penghasil harus:

a. Daerah bebas banjir;

(12)

2.5.2. Syarat lokasi pengolahan di luar area penghasil harus: a. Daerah bebas banjir;

b. Jarak dengan jalan utama/tol minimum 150 m atau 50 m untuk jalan lainnya;

c. Jarak dengan daerah beraktivitas penduduk dan aktivitas umum min 300 m;

d. Jarak dengan wilayah perairan dan sumur penduduk minimum 300 m;

e. Dan jarak dengan wilayah terlindungi (spt: cagar alam,hutan lindung) minimum 300 m.

2.5.3. Fasilitas pengolahan

Fasilitas pengolahan harus menerapkan sistem operasi, meliputi: a. Sistem kemanan fasilitas;

b. Sistem pencegahan terhadap kebakaran; c. Sistem pencegahan terhadap kebakaran; d. Sistem penanggulangan keadaan darurat; e. Sistem pengujian peralatan;

f. dan Pelatihan karyawan.

Keseluruhan sistem tersebut harus terintegrasi dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam pengolahan limbah B3 mengingat jenis limbah yang ditangani adalah limbah yang dalam volume kecil pun berdampak besar terhadap lingkungan.

2.5.4. Penanganan limbah B3 sebelum diolah

(13)

dapat ditentukan metode yang tepat guna pengolahan limbah tersebut sesuai dengan karakteristik dan kandungan limbah.

2.5.5. Pengolahan limbah B3

Jenis perlakuan terhadap limbah B3 tergantung dari karakteristik dan kandungan limbah. Perlakuan limbah B3 untuk pengolahan dapat dilakukan dengan proses sbb:

a. Proses secara kimia, meliputi: redoks, elektrolisa, netralisasi, pengendapan, stabilisasi, adsorpsi, penukaran ion dan pirolisa. b. Proses secara fisika, meliputi: pembersihan gas, pemisahan cairan

dan penyisihan komponen-komponen spesifik dengan metode kristalisasi, dialisa, osmosis balik, dll.

c. Proses stabilisas/solidifikasi, dengan tujuan untuk mengurangi potensi racun dan kandungan limbah B3 dengan cara membatasi daya larut, penyebaran, dan daya racun sebelum limbah dibuang ke tempat penimbunan akhir

d. Proses insinerasi, dengan cara melakukan pembakaran materi limbah menggunakan alat khusus insinerator dengan efisiensi pembakaran harus mencapai 99,99% atau lebih. Artinya, jika suatu materi limbah B3 ingin dibakar (insinerasi) dengan berat 100 kg, maka abu sisa pembakaran tidak boleh melebihi 0,01 kg atau 10 gr Tidak keseluruhan proses harus dilakukan terhadap satu jenis limbah B3, tetapi proses dipilih berdasarkan cara terbaik melakukan pengolahan sesuai dengan jenis dan materi limbah.

2.5.6. Hasil pengolahan limbah B3

Disimpan di tempat khusus pembuangan akhir limbah B3 yang telah diolah dan dilakukan pemantauan di area tempat pembuangan akhir tersebut dengan jangka waktu 30 tahun setelah tempat pembuangan akhir habis masa pakainya atau ditutup.

(14)

BAB III

PENCEMARAN UDARA

3.1. Definisi Pencemaran Udara

Definisi Pencemaran Udara adalah peristiwa masuknya, atau tercampurnya, polutan (unsur-unsur berbahaya) ke dalam lapisan udara (atmosfer) yang dapat mengakibatkan menurunnya kualitas udara (lingkungan). Menurut Salim yang dikutip oleh Utami (2005) pencemaran udara diartikan sebagai keadaan atmosfir, dimana satu atau lebih bahan-bahan polusi yang jumlah dan konsentrasinya dapat membahayakan kesehatan mahluk hidup, merusak properti, mengurangi kenyamanan di udara. Berdasarkan definisi ini maka segala bahan padat, gas dan cair yang ada di udara yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman disebut polutan udara.

Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan normalnya

Jadi, Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan pada kesehatan manusia secara umum serta menurunkan kualitas lingkungan.

Pencemaran dapat terjadi dimana-mana. Bila pencemaran tersebut terjadi di dalam rumah, di ruang-ruang sekolah ataupun di ruang-ruang perkantoran maka disebut sebagai pencemaran dalam ruang (indoor pollution). Sedangkan bila pencemarannya terjadi di lingkungan rumah, perkotaan, bahkan regional maka disebut sebagai pencemaran di luar ruang (outdoor pollution).

Umumnya, polutan yang mencemari udara berupa gas dan asap. Gas dan asap tersebut berasal dari hasil proses pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna, yang dihasilkan oleh mesin-mesin pabrik, pembangkit listrik dan kendaraan bermotor. Selain itu, gas dan asap tersebut merupakan hasil oksidasi dari berbagai unsur penyusun bahan bakar, yaitu: CO2 (karbondioksida), CO (karbonmonoksida), SOx (belerang oksida) dan NOx (nitrogen oksida).

3.2. Faktor-Faktor Terjadinya Pencemaran Udara

Pencemaran udara disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

(15)

b. Gas-gas vulkanik

c. Debu yang beterbangan di udara akibat tiupan angin

d. Bau yang tidak enak akibat proses pembusukan sampah organik 3.2.2. Faktor manusia (eksternal), yang bersumber dari hasil aktivitas manusia,

contoh :s

a. Hasil pembakaran bahan-bahan fosil dari kendaraan bermotor b. Bahan-bahan buangan dari kegiatan pabrik industri yang memakai

zat kimia organik dan anorganik

c. Pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara d. Pembakaran sampah rumah tangga

e. Pembakaran hutan

3.3. Klasifikasi Bahan Pencemar Udara

Banyak faktor yang dapat menyebabkan pencemaran udara, diantaranya pencemaran yang ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia atau kombinasi keduanya. Pencemaran udara dapat mengakibatkan dampak pencemaran udara bersifat langsung dan lokal, regional, maupun global atau tidak langsung dalam kurun waktu lama.

Pencemar udara dibedakan menjadi pencemar primer dan pencemar sekunder : 3.3.1. Polutan primer

Polutan primer adalah substansi pencemar yang ditimbulkan langsung dari sumber pencemaran udara atau polutan yang dikeluarkan langsung dari sumber tertentu, dan dapat berupa:

a. Polutan Gas terdiri dari:

 Senyawa karbon, yaitu hidrokarbon, hidrokarbon teroksigenasi, dan karbon oksida (CO atau CO2) karena ia merupakan hasil dari pembakaran

(16)

 Senyawa halogen, yaitu flour, klorin, hydrogen klorida, hidrokarbon terklorinasi, dan bromin.

b. Partikel

Partikel yang di atmosfer mempunyai karakteristik yang spesifik, dapat berupa zat padat maupun suspensi aerosol cair sulfur di atmosfer. Bahan partikel tersebut dapat berasal dari proses kondensasi, proses (misalnya proses penyemprot/ spraying) maupun proses erosi bahan tertentu.

3.3.2. Polutan Sekunder

Polutan sekunder adalah substansi pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar primer di atmosfer ekunder biasanya terjadi karena reaksi dari dua atau lebih bahan kimia di udara, misalnya reaksi foto kimia. Sebagai contoh adalah disosiasi NO2 yang menghasilkan NO dan O radikal. Proses kecepatan dan arah reaksinya dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: a. Konsentrasi relatif dari bahan reaktan

b. Derajat fotoaktivasi c. Kondisi iklim

d. Topografi lokal dan adanya embun.

3.4. Zat Pencemar Udara

Ada beberapa polutan yang dapat menyebabkan pencemaran udara, antara lain:

Karbon monoksida, Nitrogen dioksida, Sulfur dioksida, Partikulat, Hidrokarbon, CFC, Timbal dan Karbondioksida.

3.4.1. Karbon monoksida (CO)

Gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan bersifat racun. Dihasilkan dari pembakaran tidak sempurna bahan bakar fosil, misalnya gas buangan kendaraan bermotor.

(17)

Gas yang paling beracun. Dihasilkan dari pembakaran batu bara di pabrik, pembangkit energi listrik dan knalpot kendaraan bermotor.

3.4.3. Sulfur dioksida (SO2)

Gas yang berbau tajam, tidak berwarna dan tidak bersifat korosi. Dihasilkan dari pembakaran bahan bakar yang mengandung sulfur terutama batubara. Batubara ini biasanya digunakan sebagai bahan bakar pabrik dan pembangkit tenaga listrik.

3.4.4. Partikulat (asap atau jelaga)

Polutan udara yang paling jelas terlihat dan paling berbahaya. Dihasilkan dari cerobong pabrik berupa asap hitam tebal. Macam-macam partikel, yaitu :

1. Aerosol : Partikel yang terhambur dan melayang di udara 2. Fog (kabut) : Aerosol yang berupa butiran-butiran air dan berada di

udara

3. Smoke (asap) : Aerosol yang berupa campuran antara butir padat dan cair dan melayang berhamburan di udara

4. Dust (debu) : Aerosol yang berupa butiran padat dan melayang-layang di udara

3.4.5. Hidrokarbon (HC)

Uap bensin yang tidak terbakar. Dihasilkan dari pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna.

3.4.6. Chlorofluorocarbon (CFC)

Gas yang dapat menyebabkan menipisnya lapisan ozon yang ada di atmosfer bumi. Dihasilkan dari berbagai alat rumah tangga seperti kulkas, AC, alat pemadam kebakaran, pelarut, pestisida, alat penyemprot (aerosol) pada parfum dan hair spray.

(18)

Logam berat yang digunakan manusia untuk meningkatkan pembakaran pada kendaraan bermotor. Hasil pembakaran tersebut menghasilkan timbal oksida yang berbentuk debu atau partikulat yang dapat terhirup oleh manusia.

3.4.8. Karbon Dioksida (CO2)

Gas yang dihasilkan dari pembakaran sempurna bahan bakar kendaraan bermotor dan pabrik serta gas hasil kebakaran hutan.

3.5. Contoh Kasus

Polusi Udara Bunuh 7 Juta Orang di Seluruh Dunia

Tujuh juta orang mati akibat polusi udara di tahun 2010, hal ini terungkap dari sebuah data baru yang dirilis oleh Global Burden of Disease Study 2010, yang dimuat dalam sebuah jurnal medis Inggris bernama Lancet. Penelitian ini menemukan bahwa polusi udara di dalam ruangan telah membunuh 3,5 juta orang di seluruh dunia tahun 2010, sementara polusi udara di luar ruangan membunuh 3.3 juta orang, serta polusi ozon di level tanah membunuh 200.000 orang.

“Kami memberikan contoh dua negara nesar, India dan Cina, karena mereka memiliki jumlah yang signifikan dan bisa mengungkapkan langsung kepada para pemimpin nasional di dunia, dibandingkan jumlah penduduk secara regional,” ungkap Robert O’Keefe, Wakil Presiden Health Effects Institute, yang membantu terlaksananya penelitian ini.

“Polusi udara kini sudah menjadi salah satu isu kesehatan terbesar di dunia yang ada di hadapan kita,” ungkap Direktur WHO untuk Kesehatan Umum dan Lingkungan, Maria Neira dalam pertemuan Climate and Clean Air Coalition (CCAC) di Paris, Perancis akhir pekan silam. Neira membeberkan statistik terbaru ini menjelaskan seputar permasalahan yang terkait dengan udara kepada pihak koalisi, yang terfokus melawan berbagai jenis polutan jangka pendek seperti karbon hitam.

(19)

Kalkulasi kematian akibat polusi udara ini dinilai oleh sebagian politisi di Cina sebagai ancaman. Pada tahun 2007, sebuah laporan berjudul “Cost of Pollution in China” menyimpulkan bahwa sekitar 350.00 hingga 400.000 orang mati di Cina akibat polusi udara. Studi ini dilakukan oleh World Bank yang bekerjasama dengan Lembaga Perlindungan Lingkungan Cina, yang merupakan bentuk lama dari lembaga Kementerian Perlindungan Lingkungan di Cina.

Pekan lalu, sebuah berita resmi yang dirilis di Cina mengatakan bahwa kerugian akibat degradasi lingkungan di Cina mencapai 230 miliar dollar AS di tahun 2010, atau sekitar 3-5% dari gross domestik produk negara tirai bambu ini. Perkiraan ini muncul dari penelitian yang dilakukan oleh Kementerian Perlindungan Lingkungan di Cina, dan angka tersebut adalah tiga kali lebih besar dibanding tahun 2004 silam.

India muncul sebagai negara kedua tertinggi yang mengalami kasus kematian akibat polusi udara di luar ruangan. Di tahun 2010, sekitar 620.000 warga India meninggal akibat polusi udara ini.

3.6 Efek yang Ditimbulkan

3.6.1. Efek Negatif

Dari segi kesehatan dampak pencemaran udara oleh debu bisa menyebabkan penyakit paru-paru (bronchitis) serta penyakit saluran pernapasan lainnya. Sedangkan dampak pencemar udara oleh zat kimia seperti Karbon Monoksida bisa menyebabkan gangguan kesehatan pada hemoglobin (metaloprotein pengangkut oksigen yang mengandung besi dalam sel darah merah). Dan selain itu penyakit yang timbul adalah ISPA (infeksi saluran pernapasan akut), termasuk di antaranya, asma, bronkitis, dan gangguan pernapasan lainnya. Beberapa zat pencemar dikategorikan sebagai toksik dan karsinogenik.

Studi ADB memperkirakan dampak pencemaran udara di Jakarta yang berkaitan dengan kematian prematur, perawatan rumah sakit, berkurangnya hari kerja efektif, dan ISPA pada tahun 1998.

Dari segi ekonomi dampak pencemaran udara yaitu dengan hasil kajian Bank Dunia menemukan dampak ekonomi akibat pencemaran udara di Indonesia sebesar Rp 1,8 triliun yang pada 2015 akan mencapai Rp 4,3 triliun.

(20)

Dari segi pendidikan pencemaran udara dapat mempengaruhi tingkat belajar para pelajar, mereka terhambat dalam hal berpikir dan juga dalam menyelesaikan satu permasalahan.

Dari segi pertanian dan perkebunan pencemaran udara juga sangat berpengaruh, kurangnya lahan hijau yang menjadi tempat pohon-pohon untuk melakukan proses fotosintesis karena Tanaman yang tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran udara tinggi dapat terganggu pertumbuhannya dan rawan penyakit, antara lain klorosis, nekrosis, dan bintik hitam menjadikan sirkulasi udara kita berkurang, dan menjadikan udara kotor dan tidak baik untuk kita hirup. Dan dampak yang lainnya adalah :

1. Hujan Asam

pH normal air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 di atmosfer. Pencemar udara seperti SO2 dan NO2 bereaksi dengan air hujan membentuk asam dan menurunkan pH air hujan. Dampak dari hujan asam ini antara lain :

 Mempengaruhi kualitas air permukaan  Merusak tanaman

 Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga mempengaruhi kualitas air tanah dan air permukaan

 Bersifat korosif sehingga merusak material dan bangunan

2. Efek Rumah Kaca

Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO2, CFC, metana, ozon, dan N2O di lapisan troposfer yang menyerap radiasi panas matahari yang dipantulkan oleh permukaan bumi. Akibatnya panas terperangkap dalam lapisan troposfer dan menimbulkan fenomena pemanasan global.

3. Kerusakan Lapisan Ozon

(21)

Kerusakan lapisan ozon menyebabkan sinar UV-B matahari tidak terfilter dan dapat mengakibatkan kanker kulit serta penyakit pada tanaman.

3.6.2. Efek Positif

Ternyata selain menimbulkan dampak yang negatif terdapat pula efek positif dari terjadinya pencemaran udara. Hal itu antara lain :

 Manusia mulai sadar akan kelestarian dan kebersihan alam  Munculnya banyak ide tentang gerakan peduli lingkungan

 Munculnya ide untuk menciptakan alat pembersih udara (air purifier)

3.7. Solusi Mengurangi Pencemaran Udara

Untuk melindungi masyarakat terhadap bahaya polusi udara, maka perlu dilakukan usaha-usaha sebagai berikut, antara lain :

1. Setiap pabrik diwajibkan melakukan pengolahan terlebih dahulu terhadap asap pabriknya sebelum di buang ke udara bebas. Pengolahan yang dapat dilakukan adalah :

 Untuk udara yang mengandung gas atau uap :

Dengan cara mencuci, yaitu udara dialirkan ke dalam air atau cairan yang mudah bereaksi dengan gas atau uap yang terdapat dalam udara kotor tersebut sehingga terikat.

Dengan jalan membakar, yaitu udara yang kotor di lewatkan pada alat pembakar agar terbakar semua.

 Untuk udara yang mengandung debu atau alkohol :

(22)

udara kotor terhempas dan terkumpul di sekitar baling-baling. Partikel-partikel yang terdapat dalam udara kotor di saring dengan suatu filter khusus. Partikel dalam udara kotor di endapkan secara elektrik karena adanya perbedaan tegangan listrik di antara dua kutub listrik.

2. Untuk kendaraan bermotor, digunakan bahan bakar yang sedikitnya mencemari udara, seperti bahan bakar gas atau bahan bakar sinar matahari. Bagi kendaraan bermotor yang sisa pembakarannya lebih banyak, sebaiknya menggunakan jalan-jalan di pinggir kota.

3. Melakukan penghijauan kota, karena tumbuh-tumbuhan dapat menghasilkan oksigen pada siang hari di samping menyerap karbon dioksida dari udara. Oleh alam, hujan yang turun menyebabkan kotoran di udara berkurang dan angin akan menyebabkan kotoran di udara tersebar luas, sehingga tidak terkonsentrasi pada daerah tertentu.

BAB IV

LEDAKAN PENDUDUK

4.1. Definisi Ledakan Penduduk

Ledakan penduduk adalah pertumbuhan penduduk di suatu negara secara cepat dan tiba-tiba serta tidak terkendali. Dalam konteks ke-Indonesiaan, masalah ledakan penduduk mulai terasa di akhir tahun 1960-an. Data statistik dari sensus ke sensus membuktikan bahwa sampai kini kita harus ”jujur” belum berhasil melampaui masalah ledakan penduduk. Sensus tahun 1971 menyebut jumlah penduduk Indonesia 119,2 juta. Dua puluh tahun kemudian jumlah ini merangkak naik menjadi 179,4 juta (sensus 1990). Prediksi awal penduduk Indonesia pada tahun 2010 berjumlah 234,2 juta jiwa Hasil sensus tahun 2010 penduduk Indonesia berjumlah 237,6 juta jiwa, lebih besar 3,4 juta dari proyeksi.

(23)

menjadi 198,20 juta pada tahun 1996. Namun demikian, tingkat pertumbuhan penduduk telah turun secara cepat yaitu 2,32 persen pada periode tahun 1971-1980 menjadi 1,98 persen pada periode tahun 1980-1990 dan pada periode

tahun 1990-1996 menjadi 1,69 persen.

Terdapat perbedaan yang sangat mencolok tentang laju pertumbuhan penduduk bila dilihat menurut propinsi pada periode tahun 1990-1996. Angka terendah sebesar 0,01 persen pada propinsi DI Yogyakarta dan tertinggi sebesar 4,39

persen pada propinsi Kalimantan Timur.

Dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan Penduduk tingkat nasional terdapat 9 propinsi yang tingkat pertumbuhannya dibawah 1,69 persen, yaitu propinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan.

4.2. Faktor-Faktor Terjadinya Ledakan Penduduk

1. Jumlah penduduk yang besar.

2. Pertumbuhan penduduk yang cepat.

3. Penyebaran penduduk yang tidak merata.

4. Banyaknya yang menikah di usia dini.

5. Program KB tidak terlaksana dengan baik.

6. Menurunnya angka kematian,yang disebabkan oleh

berkembangnya dalam bidang kesehatan atau medis. Banyak penduduk desa yang bertransmigrasi, sehingga pusat kota menjadi lebih padat.

4.3. Contoh Kasus

(24)

"Indonesia saat ini masih dalam posisi peringkat empat besar negara di dunia yang menyumbang jumlah penduduk terbesar," kata dia dalam seminar nasional tentang kesehatan reproduksi perempuan yang digagas `Aisyiyah di Yogyakarta, Kamis.

Dia mengatakan ledakan jumlah penduduk di Indonesia setiap 100 tahun naik lima kali lipat kerimbang 100 tahun sebelumnya.

"Pada Tahun 1900 jumlah penduduk mencapai 40 juta, sedangkan pada Tahun 2000 mencapaii 200 juta," katanya.

Dia mengatakan dengan kondisi Indonesia saat ini, pihaknya memprediksi jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2100 mencapai satu miliar atau naik lima kali lipat ketimbang seratus tahun sebelumnya.

Menurut dia, ledakan jumlah penduduk di Indonesia akan berdampak pada kualitas kesehatan, lingkungan, dan ketersediaan pangan.

"Kalau jumlah penduduknya bertambah maka akan berdampak pada kebutuhan pangan yang besar. Indonesia bebannya akan semakin besar karena saat ini masih mengimpor beras," kata dia.

Sementara itu, untuk masalah kesehatan akan berdampak pada tingkat kematian ibu hamil dan beragam persoalan kesehatan, seperti kasus aborsi.

Ia mengatakan menekan jumlah penduduk perlu dilakukan untuk menghemart investasi pemenuhan hak dasar masyarakat, seperti, pendidikan, kesehatan, gizi, nutrisi, sandang, dan perumahan.

Selain itu, jumlah penduduk yaang bisa ditekan juga akan menghemat biaya perawatan kesehatan saat kehamilan, kelahiran, perawatan bayi dan balita.

Dia mengatakan persoalan kesehatan selama ini menyangkut angka kematian ibu yang masih tinggi dan angka kematian balita.

"Kesehatan reproduksi selama ini menjadi bagian penting dari masalah kependudukan yang sulit diselesaikan," katanya.

(25)

Sementara itu, Kepala Bagian Politik Kedutaan Besar Kerajaan Belanda untuk Indonesia Maarten Boef dalam kesempatan itu mengatakan pelayanan kesehatan masyarakat merupakan bagian dari pemenuhan hak asasi manusia.

Ia mengatakan Kedutaan Besar Kerajaan Belanda bekerja sama dengan Asia Foundation mendukung pemenuhan kesehatan reproduksi perempuan melalui pemberian beasiswa kepada mahasiswa kebidanan dari daerah terpencil.

"Mahasiswa yang memperoleh beasiswa dipersiapkan menjadi bidan-bidan di desa terpencil untuk memenuhi layanan kesehatan reproduksi perempuan. Mereka yang telah menyelesaikan studi di akademi milik asyiyah akan bekerja untuk masyarakat dan komunitasnya," katanya. (ANTARA NEWS)

4.4. Efek yang Ditimbulkan

Dampak sosial yang terjadi akibat masalah ledakan penduduk adalah kemiskinan, karena banyaknya penduduk, lapangan pekerjaan terbatas, akibatnya banyaklah yang menganggur. Kemiskinan berkaitan erat dengan kemampuan mengakses pelayanan kesehatan serta pemenuhan kebutuhan gizi dan kalori. Dengan demikian penyakit masyarakat umumnya berkaitan dengan penyakit menular seperti diare, penyakit lever, dan TBC. Selain itu masyarakat menderita penyakit kekurangan gizi termasuk busung lapar terutama pada bayi. Kematian bayi adalah konsekuensi dari penyakit yang

ditimbulkan karena kemiskinan.

Dampak dari pertumbuhan penduduk yang semakin luar biasa akan menimbulkan banyak sekali konflik dalam ranah kehidupan sosial, seperti kendala yang dihadapi oleh badan kesejahteraan keluarga berencana (BKKBN) yang harus memberikan pelayanan bukan hanya pelayanan kontrasepsi melainkan juga konsultasi menyangkut seluruh masalah dasar ibu, anak, gizi, dan terutama tentang pentingnya program KB dan dampak ledakan penduduk. Bukan hanya itu saja pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap perkembangan sosial juga menyebabkan terjadinya migrasi penduduk. Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain dengan melewati batas negara atau batas administrasi dengan tujuan untuk menetap.

(26)

sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap-sikap dan pola-pola perilaku dalam masyarakat. Berikut adalah penjelasan mengenai pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap perkembangan sosial di masyarakat. Berikut adalah penjelasan mengenai pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap

perkembangan sosial di masyarakat.

1. Meningkatnya permintaan terhadap kebutuhan sandang, pangan,dan papan

Setiap manusia pasti memiliki kebutuhan pokok yang harus terpenuhi, yakni sandang, pangan, dan papan. Ketiga kebutuhan ini tak terelakkan lagi harus terpenuhi untuk kelanjutan hidup manusia. Kebutuhan akan sandang dapat dipenuhi oleh industry tekstil,kebutuhan akan pangan dapat dipenuhi oleh industri pertnian (salah satunya), dan kebutuhan papan dapat dipenuhi oleh industry bahan bangunan (salah satunya). Jika terjadi ledakan jumlah penduduk, maka semakin banyak pula manusia yang membutuhkan asupan sandang, pangan, dan papan.

Dalam buku berjudul The Population Bomb (Ledakan Penduduk) pada tahun 1968 oleh Paul R. Ehrlich meramalkan adanya bencana kemanusiaan akibat terlalu banyaknya penduduk dan ledakan penduduk. Karya tersebut

menggunakan argumen yang sama seperti yang dikemukakan Thomas Malthus dalam An Essay on the Principle of Population (1798), bahwa laju pertumbuhan penduduk mengikuti pertumbuhan eksponensial dan akan melampaui suplai makanan yang akan mengakibatkan kelaparan . Sebagai contoh untuk kebutuhan pangan, pemerintah memiliki BULOG (Badan Urusan Logistik) untuk pemerintah pusatdan DOLOG (Depot Logistik) untuk pemerintah daerah yang berfungsi salah satunya untuk menjamin ketersediaan kebutuhan pangan pokok seperti beras, minyak goreng, gula, dan lain-lain. Semakin bertambahnya penduduk, maka akan semakin banyak pula

(27)

2. Berkurangnya lahan tempat tinggal

Untuk memenuhi kebutuhan papan yakni rumah tentu kita memerlukan lahan untuk membangun. Semakin bertambah banyak penduduk, tentu kebutuhan akan rumah semakin banyak dan otomatis lahan yang dibutuhkan semakin banyak. Sementara lahan yang tersedia luasnya tetap. Yang akan terjadi adalah padatnya pemukiman dan sedikit sekali lahan-lahan kosong yang tersisa karena semakin sedikitnya lahan yang kosong, akan membuat harga tanah semakin melonjak, dan tentu saja masyarakat ekonomi menengah ke bawah tidak mampu membeli tanah untuk membangun rumah, sehingga mereka mencari “lahan” lain untuk tinggal, seperti kolong jembatan, taman kota,

stasiun, emperan toko, dan lain-lain.

Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan papan, untuk memenuhi kebutuhan pangan pun kita memerlukan lahan. Misalnya beras, untuk menghasilkan beras tentu diperlukan sawah untukmenanam padi.Semakin bertambahnya penduduk semakin bertambah pula kebutuhan akan beras . Dan semakin bertambahnya kebutuhan beras akan semakin bertambah pula kebutuhan akan lahan untuk menanam padi. Apa yang terjadi jika lahan ‘lumbung padi’ nasional semakin lama semakin berkurang ? Jika kita dilihat dua fenomena di atas, ledakan penduduk akan mengakibatkan terjadinya perebutan lahan untuk perumahan dan pertanian. Dan sebagian besar fenomena yang terjadi dewasa ini adalah pengikisan lahan yang lebih diutamakan untuk perumahan. Kemudian ledakan penduduk juga akan berakibat semakin berkurangnya rasio antara luas lahan dan jumlah penduduk atau yang biasa kita sebut dengan

kepadatan penduduk.

3. Meningkatnya investor yang datang

(28)

sebut Mall. Mungkin menurut sebagian besar orang, suatu daerah yang memiliki banyak Mall mencirikan bahwa daerah tersebut adalah daerah metropolitan yang masyarakatnya cenderung berada di kelas ekonomi menengah ke atas dan akan mendongkrak gengsi masyarakat. Padahal fakta yang ada di balik fenomena menjamurnya pusat perbelanjaan modern adalah meningkatnya sifat konsumtif. Jika jumlah pusat perbelanjaan di suatu daerah semakin banyak, lama kelamaan akan menimbulkan sifat konsumtif

masyarakat di daerah tersebut.

Sifat konsumtif dapat berujung ke sifat malas, tidak kreatif,dan akhirnya akan menuju ke arah kemiskinan. Hal ini disebabkan karena masyarakat merasa semuanya sudah tersedia di pusat perbelanjaan tersebut. Sehingga mereka malas untuk memproduksi sesuatu. Dan akibatnya masyarakat akan terus bergantung pada keberadaan pusat perbelanjaan tersebut dan menjadi

masyarakat yang tidak produktif.

4. Meningkatnya angka pengangguran

Semakin bertambahnya jumlah penduduk tentu akan meningkatkan jumlah tenaga kerja yang tersedia. Tapi jika lapangan pekerjaan yang tersedia tidak cukup menampung jumlah tenaga kerja yang ada maka akan berdampak pada meningkatnya angka pengangguran. Ledakan penduduk adalah masalah yang harus segera ditangani dengan serius oleh pihak-pihak yang terkait karena apabila permasalahan ini terus berlanjut akan mengakibatkan dampak-dampak

yang telah dijelaskan.

(29)

sebelumnya hemat menjadi makin komersial, perkembangan tata cara kerja sehari-hari yang makin ditandai dengan pembagian kerja pada spesialisasi kegiatan yang makin tajam, perkembangan dalam kelembagaan dan kepemimpinan masyarakat yang makin demokratis, perkembangan dalam tata cara dan alat-alat kegiatan yang makin modern dan efisien.

4.5. Cara Penanggulangan

Adapun solusi yang dapat menyelesaikan permasalahan ledakan penduduk yaitu:

1. Melakukan program transmigrasi.

2. Menggalakkan program keluarga berencana.

3. Mengoptimalkan lahan dengan menggunakan teknologi. 4. Pemerataan pembangunan

5. Memperluas lapangan kerja melalui industrialisasi.

6. Meningkatkan produksi pangan sesuai kebutuhan penduduk. 7. Menambah sarana pendidikan dan perumahan sederhana.

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Keadaan bumi kini makin memburuk, lapisan ozon menipis, air yang tercemar dan lain sebagainya hal itu disebabkan oleh beberapa faktor seperti pencemaran air karena limbah B3, pencemaran udara hingga padatnya penduduk.

Pencemaran air yang disebabkan limbah B3 berdamapak kepada kelangsungan hidup suatu populasi seperti kekurangan air, keracunan, kematian hingga pada tingkat lanjutnya dapat membuat punah suatu populasi.

(30)

Ledakan penduduk disebabkan oleh Jumlah penduduk yang besar,

Pertumbuhan penduduk yang cepat, Penyebaran penduduk

yang tidak merata, Banyaknya yang menikah di usia dini, Program KB tidak terlaksana dengan baik, Menurunnya angka kematian,yang disebabkan oleh berkembangnya dalam bidang kesehatan atau medis. Banyak penduduk desa yang bertransmigrasi, sehingga pusat kota menjadi lebih padat, efek yang ditimbulkan ialah banyaknya pengangguran, meningkatnya kebutuhan sandang dan pangan, menimbulkan sifat konsumtif karena banyaknya investor asing, dan berkurangya lahan tempat tinggal.

Pencemaran air karena limbah B3, pencemaran udara dan ledakan penduduk dapat diatasi dengan menimbulkan rasa peduli akan lingkungan karena kita hidup dibumi untuk menjaga dan mengelola untuk menjadi lebih baik bukan untuk merusaknya.

5.2. Saran

Perlunya campur tangan pemerintah dalam penanganan masalah pencemaran air, udara dan ledakan penduduk sangatlah penting, dan Untuk menantisipasi terjadinya kerusakan lingkungan diperluan kesadaran masyarakat tentang dampak kerusakan lingkungan, adanya penegakan hukum pada masyarakat yang sewenang-wenang merusak lingkungan, serta kerjasama dengan pihak yang terlibat.

DAFTAR PUSTAKA

http://limbahb3-limbahb3.blogspot.com/

http://gurindam12.co/2014/02/25/tjiwi-kimia-sinar-mas-group-cemari-kali-brantas/ http://ms.wikipedia.org/wiki/Pencemaran_udara

http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/14/03/25/n2zcvf-astaga-polusi-udara-bunuh-7-juta-orang-tiap-tahunnya

http://fauzischolovers.blogspot.com/2013/11/pengertian-ledakan-penduduk.html http://fauzischolovers.blogspot.com/2013/11/penyebab-terjadinya-ledakan-penduduk.html

(31)

Referensi

Dokumen terkait

Hal diatas hampir sama dengan pendapat Doni Gustion (Eling Damayanti, 2014: 60), bahwa pelaksanaan di industri yang meliputi kegiatan mengantar peserta ke

a. Masih tingginya minat dan kepercayaan orang tua untuk memasukkan anak-anak mereka ke pesantren. Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap dunia pesantren masih tinggi. Hal

ndang+undang !I Nomor %&amp; tahun ,- tentang Guru dan .osen/ mem0ersyarat1an guru untu1$ (i) memili1i 1uali2i1asi a1ademi1 minimum S%#.&amp;3/ (ii)3

Gambar 4.2 Kapasitas Produksi per Skenario Gambar 4.3 menunjukkan kerugian utilisasi pada stasiun shearing dan stasiun galvanizing Dari Gambar 4.3 ini dapat diketahui bahwa model

Naturwissenschaften atau ilmu pengetahuan tentang alam menggunakan metode ilmiah yang hasil penemuannya dapat dibuktikan dengan menggunakan metode yang sangat ketat,

Indikator Kriteria &amp; Bentuk Penilaian Metode Pembelajaran (Estimasi Waktu) Materi Pembelajaran (Pustaka) Bobot Penilaian (%) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 13-15

 Ada 4 jenis Al powder tidak bulat yang bisa digunakan sebagai fuel propelan yaitu AlLpn (yang digunakan Lapan selama ini), AlDhn (diperoleh dari PT dahana), AlPnc

PT LinkNet Tbk didirikan pada tahun 1996, dan menjalankan kegiatan usahanya saat ini dibidang penyedia jaringan tetap berbasis kabel, jasa multimedia, jasa akses internet,