• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Yuridis Gugatan Pembatalan Akta Pemindahan dan Penyerahan Hak atas Tanah dengan Ganti Rugi yang dibuat dihadapan Notaris (Berdasarkan Putusan Mahkamah Agung Nomor 80 Pdt.G 2015 PN.Lbp)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Yuridis Gugatan Pembatalan Akta Pemindahan dan Penyerahan Hak atas Tanah dengan Ganti Rugi yang dibuat dihadapan Notaris (Berdasarkan Putusan Mahkamah Agung Nomor 80 Pdt.G 2015 PN.Lbp)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

dengan mencari unsur-unsur kesalahan dan kesengajaan dari Notaris itu sendiri. Hal

itu dimaksudkan agar dapat dipertanggungjawabkan baik secara kelembagaan

maupun dalam kapasitas Notaris sebagai subyek hukum. Dalam UU Perubahan atas

UUJN di atur bahwa ketika Notaris dalam menjalankan jabatannya terbukti

melakukan pelanggaran, maka Notaris dapat dikenai sanksi atau dijatuhi sanksi,

berupa sanksi perdata, administrasi dan kode etik, namun tidak mengatur adanya

sanksi pidana. Dalam praktek ditemukan kenyataan bahwa pelanggaran atas sanksi

tersebut kemudian dikualifikasikan sebagai suatu tindak pidana yang dilakukan oleh

Notaris. Adapun aspek-aspek tersebut meliputi :

a. Kepastian hari, tanggal, bulan, tahun dan pukul menghadap;

b. Para pihak (siapa-orang) yang menghadap pada Notaris;

c. Tanda tangan yang menghadap;

d. Salinan akta tidak sesuai dengan minuta akta;

e. Salinan akta ada, tanpa dibuat minuta akta; dan

f. Minuta akta tidak ditandatangani secara lengkap, tapi minuta akta

dikeluarkan.76

Aspek tersebut di atas sangat berkaitan erat dengan perbuatan Notaris

melakukan pelanggaran terhadap Pasal 15 UU Perubahan atas UUJN, dimana

muaranya adalah apabila Notaris tidak menjalankan ketentuan pasal tersebut akan

menimbulkan terjadinya perbuatan pemalsuan atau memalsukan akta sebagaimana

dimaksud Pasal 263, 264, dan 266 KUHP sehingga dapat menimbulkan kerugian bagi

(2)

pihak yang berkepentingan. Seorang Notaris terhadap akta yang dibuat dihadapannya,

terhadap aspek- aspek tersebut di atas akan dapat menimbulkan terjadinya perbuatan

pidana pemalsuan atau memalsukan pada akta Notaris apabila dalam kenyataannya

dikaitkan dengan Notaris tidak membacakan dan menjelaskan akta dihadapan

penghadap dengan disaksikan oleh saksi bilamana unsur obyektifnya (unsur sifat

perbuatan melawan hukumnya formil) yang disampaikan dalam pasal-pasal

pemalsuan dimaksud, dan unsur subyektif (unsur sifat perbuatan melawan hukum

materiil) yaitu kesalahan dan pertanggungjawaban pidanya dapat dibuktikan.

Sementara itu, pemeriksaan atas pelanggaran yang dilakukan oleh Notaris

harus dilakukan pemeriksaan yang holistik-integral dengan melihat aspek lahiriah,

formal dan materiil akta Notaris, serta pelaksanaan tugas jabatan Notaris terkait

dengan wewenang Notaris. Dengan demikian, disamping berpijak pada aturan hukum

yang mengatur tindakan pelanggaran yang dilakukan Notaris juga perlu dipadukan

dengan realitas praktik Notaris. Pemeriksaan terhadap Notaris kurang memadai jika

dilakukan oleh mereka yang belum mendalami dunia Notaris, artinya mereka yang

akan memeriksa Notaris harus dapat membuktikan kesalahan besar yang dilakukan

oleh Notaris secara intelektual, dalam hal ini kekuatan logika (hukum) yang

diperlukan dalam memeriksa Notaris, bukan logika kekuatan ataupun kekuasaan.

Perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum,

larangan tersebut disertai ancaman (sanksi yang berupa pidana tertentu bagi barang

siapa yang melanggar larangan tersebut). Perbuatan pidana merupakan suatu

(3)

pelanggaran terhadap larangan tersebut maka orang tersebut akan diikuti oleh sanksi

yang berupa pidana tertentu.Dalam menjalankan jabatannya sebagai Notaris maka

pidana yang dimaksudkan adalah pidana yang dilakukan oleh Notaris dalam

kapasitasnyasebagai pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik yang

diamanahkan oleh UUJN.

5. Bentuk Tanggung Jawab Notaris terhadap Akta Otentik yang Dibuatnya

Tanggung jawab menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah keadaan

wajib menanggung segala sesuatunya. Bertanggung jawab menurut kamus umum

bahasa Indonesia adalah “kewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung

segala sesuatunya atau memberikan jawab dan menaggung akibat”77. Tanggung

jawab merupakan suatu bentuk kesadaran manusia akan tingkah laku atau

perbuatannya baik dilakukan dengan disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung

jawab merupakan perwujudan kesadaran dan kewajiban seseorang untuk

menanggung hasil dari perbuatan yang dilakukannya. Setiap manusia memiliki rasa

tanggung jawab dan rasa tanggung jawab itu harus disesuaikan dengan apa yang telah

dilakukannya.

Wujud tanggung jawab juga berupa pengabdian dan pengorbanan dimana

pengabdian dan pengorbanan merupakan perbuatan yang baik untuk kepentingan

manusia itu sendiri. Setiap orang wajib bertanggung jawab tidak terkecuali pada diri

seorang Notaris. Notaris menjalankan tugas jabatannya dengan melakukan tindakan

Ika Damayanti, (tanpa tahun), diakses dari:

(4)

dalam pembuatan akta otentik. Akta tersebut merupakan sebuah kebutuhan bagi

masyarakat (para penghadap) dan diharapkan akta tersebut dapat menjadi suatu bukti

apabila terjadi suatu sengketa dikemudian hari. Dalam hal ini, Notaris berkewajiban

untuk bertanggung jawab terhadap akta otentik yang dibuatnya karena masyarakat

mempercayakan Notaris tersebut sebagai seseorang yang ahli dalam bidang

kenotarisan. Notaris dalam menjalankan jabatannya harus berdasarkan pada

ketelitian, kecermatan dan ketepatan. Tiga unsur sifat pribadi harus mendapatkan

perhatian khusus yang membentuk karakter didalam menjalankan jabatan adalah:

1. Jujur terhadap diri sendiri.

2. Baik dan benar.

3. Profesional.

Salah satu perilaku seorang Notaris dalam menjalankan jabatannya adalah

senantiasa bersikap profesional. Menyandang jabatan selaku Notaris harus jujur

terhadap diri sendiri yang berlandaskan pada spiritual, moral, mental dan akhlak baik

dan benar. Selain mempunyai tingkat intelektual tinggi serta yang mempunyai sifat

netral/tidak memihak, independen, mandiri, tidak mengejar materi, menjunjung

harkat dan martabat Notaris yang profesional.

Perilaku sehari-hari dalam menjalankan jabatannya harus profesional yang

mengandung arti:

a. Sesuai dengan undang-undang, kode etik, anggaran dasar, anggaran rumah

tangga.

(5)

c. Teliti, jeli dan sikap kehati-hatian harus diperhatikan.

d. Tidak terpengaruh dan tidak memihak.

e. Merelatir atau membuat sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.

f. Tidak menghalalkan segala cara atau memaksakan kehendak.

g. Dalam waktu yang cepat dan tepat.

Suatu akta otentik khususnya yang dibuat oleh Notaris (akta notaris) dapat

berakibat batal demi hukum. Sebagai pejabat umum, Notaris mempunyai tanggung

jawab terhadap akta yang telah dibuatnya tersebut. Apabila akta yang dibuat Notaris

dikemudian hari mengandung sengketa maka hal ini perlu dipertanyakan, apakah akta

ini merupakan kesalahan Notaris atau kesalahan para pihak yang tidak mau jujur

dalam memberikan keterangannya terhadap Notaris. Adapun contohnya yaitu seperti

adanya kesepakatan yang telah dibuat antara Notaris dengan salah satu pihak yang

menghadap sehingga merugikan pihak lainnya. Jika akta yang di buat Notaris

mengandung cacat hukum yang terjadi karena kesalahan Notaris baik karena

kelalaiannya maupun karena kesengajaan Notaris itu sendiri maka Notaris dapat

dimintakan pertanggungjawaban. Akta notaris yang hanya mempunyai kekuatan

pembuktian sebagai akta dibawah tangan atau batal demi hukum dapat menjadi

alasan bagi pihak yang menderita kerugian untuk menuntut penggantian biaya, ganti

rugi dan bunga kepada Notaris yang membuat akta tersebut.

Mengenai persoalan pertanggungjawaban pejabat menurut Kranenburg dan

(6)

a. Teori fautes personalles, yaitu teori yang menyatakan bahwa kerugian terhadap

pihak ketiga dibebankan kepada pejabat yang karena tindakannya itu telah

menimbulkan kerugian. Dalam teori ini beban tanggung jawab ditujukan pada

manusia selaku pribadi.

b. Teori fautes de services, yaitu teori yang menyatakan bahwa kerugian terhadap

pihak ketiga dibebankan pada instansi dari pejabat yang bersangkutan. Menurut

teori ini tanggung jawab dibebankan kepada jabatan. Dalam penerapannya,

kerugian yang timbul itu disesuaikan pula apakah kesalahan yang dilakukan itu

merupakan kesalahan berat atau kesalahan ringan, dimana berat dan ringannya

suatu kesalahan berimplikasi pada tanggung jawab yang harus ditanggung.

Berkaitan dengan permasalahan tentang tanggung jawab Notaris terhadap akta

otentikyang berakibat batal demi hukum yang dibuatnya maka berdasarkan teori

fautes personalles maka Notaris bertanggung jawab secara perorangan (individu) atau

pribadi terhadap akta yang dibuatnya.

Apabila akta otentik yang dibuat dihadapan Notaris berakibat batal demi

hukum dan karenanya para penghadap merasa dirugikan maka Notaris wajib

mempertanggungjawabkan tindakannya. Seharusnya seorang Notaris berhati-dan

cermat dalam membuat akta-aktanya. Pengertian tanggung jawab disini adalah

kesadaran yang ada dalam diri seseorang bahwa setiap tindakannya akan mempunyai

pengaruh bagi orang lain maupun bagi dirinya sendiri. Dengan menyadari bahwa

tindakannya berpengaruh terhadap orang lain ataupun diri sendiri maka “ia akan

(7)

orang lain dari diri sendiri dan menghindari tindakan-tindakan yang dapat merugikan

orang lain ataupun diri sendiri.Sebagai pejabat umum, Notaris harus independen.

Dalam istilah sehari-hari istilah independen ini sering disama artikan dengan mandiri.

Dalam independensi ini ada 3 (tiga) bentuk yaitu :

1. Struktuctural Independen, yaitu independen secara kelembagaan (institusional)

yang dalam bagan struktur (organigram) terpisah dengan tegas dari institusi lain.

Dalam hal ini meskipun Notaris diangkat dan diberhentikan oleh Menteri

Kehakiman, secara kelembagaan tidak berarti menjadi bawahan Menteri

Kehakiman atau berada dalam struktur Departemen Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia.

2. Functional Independen, yaitu independen dari fungsinya yang disesuaikan

dengan peraturan perundang-undangan yang mengaturnya tugas, wewenang dan

Jabatan Notaris.

3. Financial Independen, yaitu independen dalam bidang keuangan yang tidak

pernah memperoleh anggaran dari pihak manapun juga. Independensi atau

kemandirian seorang Notaris sebagai pejabat umum atas segala bentuk intervensi

(tekanan) baik dari pihak lain maupun instansi lain harus diimbangi pula dengan

konsep akuntabilitas (accountability) atau pertanggungjawaban dari Notaris itu

sendiri.

Dengan kata lain, konsep independen Notaris harus diimbangi dengan adanya

konsep akuntabilitas. Konsep Akuntabilitas mempersoalkan tentangketerbukaan

(8)

yang merupakan produk Notaris itu sendiri serta tanggung jawabnya terhadap pihak

terkait akta yang dibuatnya tersebut.

Tanggung jawab Notaris lahir dari adanya kewajiban dan kewenangan yang

diberikan kepadanya. Notaris bertanggung jawab terhadap kebenaran formil dari akta

yang dibuatnya, namun Notaris juga dapat bertanggung jawab atas kebenaran materiil

apabila Notaris tersebut terbukti melakukan kelalaian atau kesengajaan sehingga

menyebabkan kerugian bagi para pihak.Ruang lingkup pertanggung jawaban Notaris

meliputi kebenaran materiil atas akta yang dibuatnya. Mengenai tanggung jawab

Notaris selaku pejabat umum yang berhubungan dengan kebenaran materiil,

dibedakan menjadi empat poin, yakni78:

1. Tanggung jawab Notaris secara perdata terhadap kebenaran materiil terhadap

akta yang dibuatnya.

2. Tanggung jawab Notaris secara pidana terhadap kebenaran materiil dalam akta

yang dibuatnya.

3. Tanggung jawab Notaris berdasarkan peraturan jabatan Notaris (UUJN) terhadap

kebenaran materiil dalam akta yang dibuatnya.

4. Tanggung jawab Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya berdasarkan kode

etik notaris.

Tanggung jawab Notaris secara perdata terhadap kebenaran materiil terhadap

akta yang dibuatnyadapat dilihat dari konstruksi perbuatan melawan hukum yang

78

(9)

dilakukan oleh Notaris. Menurut Wirjono Prodjodikoroyang dikutip oleh Wardani

Rizkianti disebutkan bahwa :

Pertanggungjawaban atas perbuatan seseorang biasanya praktis baru ada arti

apabila orang itu melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak diperbolehkan oleh

hukum. Sebagian besar perbuatan-perbuatan seperti ini merupakan suatu perbuatan

yang didalam KUH Perdata dinamakan perbuatan melawan hukum.79

Perbuatan melawan hukum diatur pada Pasal 1365 KUH Perdata yang

berbunyi sebagai berikut: “Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa

kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan

kerugian itu, mengganti kerugian tersebut”.

Orang yang melakukan perbuatan melawan hukum harus dapat

dipertanggungjawabkan perbuatannya. Perbuatan melawan hukum dalam arti luas

apabila perbuatan tersebut :

a. Melanggar hak orang lain Hukum memberikan hak kepada setiap orang, hak

yang dimaksudkan dalam hal ini adalah hak subjektif recht yang pada prinsipnya

diberikan untuk melindungi kepentingannya. Berdasarkan yurisprudensi hak-hak

yang paling penting berkenaan dengan perbuatan melawan hukum adalah

hak-hak pribadi seperti hak-hak atas kebebasan, hak-hak atas kehormatan dan nama baik dan

hak-hak kekayaan.

79

(10)

b. Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku Kewajiban hukum merupakan

kewajiban yang diberikan berdasarkan hukum. Kewajiban ini mencakup yang

tertulis maupun tidak tertulis, kewajiban hukum bukan hanya berbuat tetapi juga

tidak berbuat sesuatu berdasarkan hukum. Apabila melakukan perbuatan atau

tidak melakukan perbuatan tersebut bertentangan dengan apayang diamanahkan

oleh hukum maka itulah yang disebut dengan bertentangan dengan kewajiban

hukum si pelaku.

c. Bertentangan dengan kesusilaan yang baik Norma kesusilaan adalah norma yang

berlaku sesuai dengan pergaulan hidup dalam masyarakat, karena pergaulan

hidup dalam masyarakat bersifat dinamis maka tolak ukur kesusilaan juga tidak

tetap (selalu mengalami perubahan). Hal-hal yang dahulu dianggap tidak layak

saat ini dapat dianggap. layak, begitu pula hal-hal yang dianggap tidak layak saat

ini dapat pulanantinya dianggap sebagai sesuatu yang layak.

d. Bertentangan dengan kepatutan dalam memperhatikan kepentingan diri dan harta

orang lain dalam pergaulan hidup sehari-hari. Setiap orang memiliki hak yang

sama dimata hukum, oleh karena itu sepatutnya saling menghargai dalam

menikmati hak masing-masing dalam pergaulan hidup sehari-hari. Suatu

perbuatan yang dilakukan dengan mengabaikan kepentingan orang lain

terlanggar maka dapat dikatakan telah bertentangan dengan kepatutan. Kepatutan

merupakan hal yang sangat penting diperhatikan oleh Notaris dalam membuat

(11)

Notaris harus menghindari membuat akta yang didalamnya lebih membela

kepentingan salah satu pihak dengan melanggar kepentingan pihak lainnya. Notaris

hanya bertanggung jawab secara formalitas terhadap suatu akta otentik yang

dibuatnya, oleh karena itu Notaris wajib bersikap netral terhadap para pihak yang

menghadap di hadapannya (client). Ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam UUJN

dapat dilihat hanya memberikan sanksi kepada pelanggaran Notaris yang bersifat

formil saja, seperti ketentuan penulisan akta dan sebagainya. Namun, ada kalanya

Notaris juga bertanggung jawab terhadap materi dari suatu akta yang dibuatnya.

Seperti pada kewenangan Notaris dalam memberikan nasihat hukum kepada para

penghadap (Pasal 15 huruf e UUJN). Apabila Notaris salah dalam memberikan

penyuluhan hukum kepada para penghadap berkaitan dengan akta yang dibuatnya

maka 109 Notaris bertanggung jawab secara perdata terhadap kebenaran materiil

terhadap akta yang dibuatnya. Tanggung jawab Notaris secara pidana terhadap

kebenaran materiil terhadap akta yang dibuatnyadapat dilihat dari adanya suatu

perbuatan pidana yang dilakukan oleh seorang Notaris.

Dalam UUJN diatur bahwa pada saat Notaris menjalankan tugas jabatannya

terbukti melakukan pelanggaran maka Notaris tersebut dapat dijatuhkan sanksi

berupa sanksi perdata, sanksi administrasi dan kode etik notaris. Sanksi-sanksi

tersebut telah diatur sedemikian rupa baik sebelum lahirnya PJN hingga sekarang

yaitu UUJN dan kode etik notaris yang didalamnya tidak mengatur mengenai sanksi

(12)

dikualifikasikan menjadi suatu perbuatan pidana. Pengkualifikasian tersebut berkaitan

dengan aspek-aspek seperti :

a. Kepastian hari, tanggal, bulan, tahun dan pukul menghadap.

b. Pihak (siapa-orang) yang menghadap Notaris.

c. Tanda tangan penghadap.

d. Salinan akta tidak sesuai dengan minuta akta.

e. Salinan akta ada, tanpa dibuat minuta akta; dan

f. Minuta akta tidak ditandatangani secara lengkap, tapi minuta akta dikeluarkan.

Hal-hal yang sering terjadi dalam praktik yang menyebutkan bahwa seorang

Notaris dikualifikasikan melakukan perbuatan pidana adalah antara lain:

a. Pemalsuan surat, yaitu diatur dalam Pasal 263 ayat (1) KUHP.

b. Pemalsuan dalam akta otentik, yaitu diatur dalam Pasal 264 ayat (1) angka 1

KUHP.

c. Pencantuman keterangan palsu dalam akta otentik, yaitu diatur dalam Pasal 266

Referensi

Dokumen terkait

Sampel diambil pada bulan agustus karena pada bulan tersebut merupakan musim kemarau, dimana pada musim kemarau kandungan logam berat dalam sedimen umumnya rendah

[r]

Hal ini bertentangan dengan teori yang menyatakan bahwa semakin banyak frekuensi melaut yang dilakukan oleh nelayan, maka jumlah hasil tangkapan kapal yang diperoleh juga

The book will address a variety of topics and tech- nology concepts ranging from the latest development in smokeless biomass pyroly- sis, Fischer–Tropsch hydrocarbons synthesis

Rancang program, mencari rata-rata nilai beberapa matakuliah dari tiap mahasiswa, dimana jumlah mahasiswanya juga lebih dari satu (kalau tidak salah untuk program yang ini

Dengan nilai yang diperoleh siswa tersebut menunjukkan telah tecapainya KKM yang di tetapkan di Kelas V SDN 009 Air Emas Kecamatan Ukui Kabupaten Pelalawan, yang mana

Bapak Damhir Anugrah, S.T,, M.T, selaku dosen pembimbing pendamping Tugas Akhir, yang dengan sabar juga telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan masukan

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan stres kerja dengan kepuasan kerja perawat di ruang rawat inap RSD Mardi Waluyo Kota Blitar.. Metode: Penelitian ini