• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Hukum Pelaksanaan Alih Fungsi Tanah Pertanian Menjadi Tanah Perumahan Di Kabupaten Serdang Bedagai Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Hukum Pelaksanaan Alih Fungsi Tanah Pertanian Menjadi Tanah Perumahan Di Kabupaten Serdang Bedagai Chapter III V"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

DAMPAK DARI ALIH FUNGSI TANAH PERTANIAN MENJADI TANAH PERUMAHAN DI KABUPATEN

SERDANG BEDAGAI

A. Peraturan Yang Berkaitan Dengan Alih Fungsi Tanah Pertanian

Dalam rangka alih fungsi tanah pertanian ke non pertanian Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Kabupaten Serdang Bedagai mengeluarkan peraturan yang menjadi pegangan dalam pelaksanaannya :

1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok – Pokok Agraria (Pasal 2 dan pasal 14)

Atas dasar ketentuan dalam pasal 33 ayat (3) Undang-undang Dasar, bumi, air dan ruang angkasa, termaksuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh Negara, sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat. Hak menguasai dari Negara memberi wewenang untuk:73

a. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut.

b. Menentukan dan mengatur hubungan – hubungan hukum antara orang – orang dengan bumi, air dan ruang angkasa.

c. Mengatur hubungan hukum antara orang dengan perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa.

Pemerintah membuat suatu rencana umum mengenai persediaan, peruntukan dan penggunaan bumi, air dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Berdasarkan rencana umum tersebut, pemerintah daerah mengatur

(2)

persediaan, peruntukan dan penggunaan bumi, air dan ruang angkaa untuk daerahnya, sesuai dengan keadaan daerah masing – masing dalam peraturan daerah.

2. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (pasal 3, 7 ayat (1) dan (2), 11 ayat (1) dan (2).

Ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang meliputi ruang darat, ruang laut, ruang udara, termaksud ruang di dalam bumi, maupun sebagai sumber daya, perlu ditingkatkan upaya pengelolaannya secara bijaksana, berdaya guna, dan berhasil guna dengan berpedoman pada kaidah penataan ruang sehingga kualitas ruang wilayah nasional dapat terjaga keberlanjutannya demi terwujudnya kesehjateraan umum dan keadilan sosial sesuai dengan landasan konstitusional Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Pasal 3 yang berbunyi :

“Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskanWawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan:

a. terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan; b. terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya

buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan

c. terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

Pasal 7 yang berbunyi :

”(1).Negara menyelenggarakan penataan ruang untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

(2). Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), negaramemberikan kewenangan penyelenggaraan penataan ruang kepada Pemerintah dan pemerintah daerah.

(3)

“(1).Wewenang pemerintah daerah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan penataan ruang meliputi:

a. Pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota dan kawasan strategis kabupaten/kota;

b. Pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota;

c. Pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota; dan d. kerja sama penataan ruang antarkabupaten/ kota.

(2). Wewenang pemerintah daerah kabupaten/kota dalam pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurufmeliputi: a. Perencanaan tata ruang wilayah kabupaten/ kota;

b. Pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota; dan

c. Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan tanah (pasal 1 ayat (1), 3, 4 ayat (3), 7,8, 16.

Penatagunaan tanah adalah sama dengan pola pengelolaan tata guna tanah yang meliputi penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah yang berwujud konsolidasi pemanfaatan tanah melalui pengaturan kelembagaan yang terkait dengan pemanfaatan tanah sebagai satu kesatuan sistem untuk kepentingan masyarakat secara adil.

Penatagunaan tanah diselenggarakan berdasarkan Rencana Tata Ruang Wiilayah Kabupaten / kota. Penggunaan dan pemanfaatan tanahnya harus sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah. Kesesuaian penggunaan dan pemanfaatan tanah ditentukan berdasarkan pedoman, standar dan kriteria teknis . pemegang hak atas tanah wajib menggunakan dan dapat memanfaatkan tanah sesuai RTRW, serta memelihara tanah dan mencegah kerusakan tanah. Apabila terjadi perubahan RTRW, maka penggunaan dan pemanfaatan tanah mengikuti RTRW yang terakhir.

(4)

”(1).Terhadap tanah-tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, penggunaan dan pemanfaatan tanahnya harus sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah.

(2). Kesesuaian penggunaan dan pemanfaatan tanah terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan berdasarkan pedoman, standar dan kriteria teknis yang ditetapkan oleh Pemerintah.

(3) Pedoman, standar dan kriteria teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dijabarkan lebih lanjut oleh Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai dengan kondisi wilayah masing-masing.

(4) Penggunaan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah tidak dapat diperluas atau dikembangkan penggunaannya.

(5) Pemanfaatan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah tidak dapat ditingkatkan pemanfaatannya. Pasal 8 yang berbunyi :

Pemegang hak atas tanah wajib menggunakan dan dapat memanfaatkan tanah sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah, serta memelihara tanah dan mencegah kerusakan tanah.

Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Penatagunaan Tanah ini sebenarnya sudah sangat mengakomodir segala pemanfaatan dari tanah tersebut. Pemilik hak atas tanah harusnya memahami atau menggunakannya sesuai dengan peruntukan yang ia mohonkan pertama sekali terhadap tanah yang ia miliki. Penggunaan tanah tersebut harus sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah, misalnya peruntukan permohonan tanah tersebut untuk pertanian harusnya dipergunakan untuk pertanian jangan dipergunakan peruntukannya untuk yang lain misalnya perumahan ataupun Industri.

(5)

4. Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pangan Berkelanjutan.

Dalam UU Nomor 41 tahun 2009 tersebut diamanatkan dalam pasal 18 tentang penetapan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LPPB), yaitu kawasan pertanian pangan berkelanjutan diatur dalam Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/ Kota.

pasal 44 diterangkan soal alih fungsi lahan yaitu :

“Lahan yang sudah ditetapkan sebagai LPPB dilindungi dan dilarang dialihfungsikan. Kalaupun dialihfungsikan, LPPB dapat dialihfungsikan untuk kepentingan umum. Itu pun dengan syarat harus melalui kajian kelayakan strategis, disusun rencana alih fungsi, dibebaskan dari pemilik, dan disediakan lahan pengganti.”

Tujuan dari undang-undang ini adalah :

a. Menjamin tersedianya lahan pangan berkelanjutan. b. Mewujudkan ketahanan dan kedaulatan pangan.

c. Meningkatkan kesehjateraan dan pemberdayaan masyarakat. d. Mencegah alih fungsi lahan pertanian pangan.

e. Mendorong pengalihan fungsi lahan non pertanian pangan ke pertanian pangan serta mendorong pembukaan lahan baru pertanian pangan abadi.

f. Memperkuat jaringan pengaman sosial ekonomi kerakyatan. g. Memperkuat jaringan penyediaan lapangan kerja produktif. h. Mempertahankan keseimbangan ekologis.

(6)

5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman.

Tujuan dari Peraturan ini adalah :

a. Memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan pemukiman.

b. Mendukung penataan dan pengembangan wilayah

c. Meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya alam bagi pembangunan perumahan dengan tetap mempertahankan kelestarian lingkungan.

d. Memberdayakan para pemangku kepentingan.

e. Menunjang pembangunan bidang ekonomi, sosial dan budaya.

f. Menjamin terwujudnya rumah layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi.

(7)

6. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.

Pasal 2 mengatakan Tujuan dari Penataan ruang wilayah nasional bertujuan agar keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten / kota dalam rangka perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang. Jika pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan RTRW maka akan dapat mengakibatkan terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan.

Hendaknya dalam melakukan alih fungsi tanah juga harus mengacu pada RTRWN agar pemanfaatan kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional dapat terwujud keseimbangan pemanfaatan ruang wilayah.

7. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

(8)

Didalam pasal 35 ayat (1) Lahan yang sudah ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan dilindungi dan dilarang di alih fungsikan. Didalam pasal 36 lebih dipertegas lagi, Alih fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan yang dilakukan dalam rangka pengadaan tanah untuk kepentingan umum juga harus memperhatikan Rencana Tata Ruang Wilayah. Jelaslah bahwa alih fungsi tanah pertanian pangan berkelanjutan menjadi tanah perumahan dilarang keras.

8. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Insentif Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

Yang dimaksud dengan Insentif adalah pemberian penghargaan kepada petani yang mempertahankan dan tidak mengalihfungsikan lahan pertanian pangan berkelanjutan. Didalam pasal 2 pemberian insentif bertujuan untuk

a. Mendorong perwujudan lahan pertanian pangan berkelanjutan yang telah ditetapkan

b. Meningkatkan upaya pengendalian alih fungsi lahan pertanian pangan berkelajutan.

c. Meningkatkan pemberdayaan, pendapatan, dan kesehjatraan bagi petani d. Memberikan kepastian hak atas tanah bagi petani

e. Meningkatkan kemitraan semua pemangku kepentingan dalam rangka pemanfaatan, pengembangan dan perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan sesuai dengan tata ruang.

Jika pemerintah melakukan sesuai dengan ketentuan diatas maka kemungkinan besar petani tidak akan mengalihfungskian tanah pertanian mereka, saat ini umumnya petani ingin menjual tanah pertanian mereka karena tidak ada adanya peran pemerintah untuk mensehjatrakan kehidupan para petani.

(9)

Sistem informasi lahan pertanian yaitu dengan menyelenggarakan system informasi serta administrasi lahan pertanian pangan berkelanjutan dan lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan. Tujuan dari peraturan ini terdapat pada pasal 2 yang berbunyi :

a. Mewujudkan penyelenggaran perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan secara terpadu dan

b. Menghasilkan data dari informasi yang akurat, relevan, dan dapat dipertanggungjawabkan yang digunakan sebagai dasar perencanaan, penetapan, pemanfaatan, dan pengendalian kawasan serta lahan yang dapat di akses oleh masyarakat dan pemangku kepentingan.

Hal ini tentu sangat baik melihat tujuan dari peraturan ini mencari data informasi yang akurat tentang luas lahan pertanian dan siapa pemilik lahan pertanian tersebut, sehingga diharapkan pemerintah dapat mensejahtrakan petani, agar para petani dapat terus mempertahankan lahan pertanian mereka.

10. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2012 Tentang Pembiayaan Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutan.

Didalam pasal 4 ayat (1dan 2) mengatakan tujuan dari peraturan ini ialah: 1. Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah kabupaten kota mengalokasikan

pembiayaan perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan berdasarkan tugas dan wewenangnya.

2. Pengalokasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan mentri, gubernur, bupat//walikota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(10)

11. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

Perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan diselenggarakan berdasarkan asas manfaat, berkelanjutan dan konsisten, produktif, keterpaduan, keterbukaan dan akuntabilitas, kebersamaan dan gotong-royong, partisipatif, keadilan, keserasian, keselarasan, keseimbangan. Peraturan ini bertujuan untuk melindungi kawasan dan lahan pertanian pangan secara berkelanjutan, menjamin tersedianya lahan pertanian pangan secara berkelanjutan.

Tingginya alih fungsi tanah di Sumatera Utara menjadi salah satu kendala untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi 13.937.797 jiwa penduduknya. Untuk mengatasi tingginya alih fungsi tanah pemerintah provinsi Sumatera Utara telah mengeluarkan peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 3 Tahun 2015, perda ini diharapkan menjadi solusi untuk mempertahankan keberadaan lahan pertanian dalam mewujudkan dan menjaga ketahanan pangan di Sumatera Utara. Perda ini turut akan melindungi lahan pertanian seluas 434.464,63 Ha yang terdiri dari lahan sawah seluas 398.913,22 Ha dan lahan cadangan seluas 34.551,41 Ha74

Lahan pertanian pangan yang ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan dapat berupa : lahan beririgasi, lahan tidak beririgasi, dan lahan reklamasi rawa pasang surut dan non pasang surut.

12. Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

74

(11)

Perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan dimaksudkan untuk melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian alih fungsi lahan pertanian pangan guna menjamin ketersediaan lahan pertanian pangan secara berkelanjutan, melalui pemberian insentif kepada petani dan penerapan disinsentif kepada pihak yang melakukan alih fungsi lahan pertanian pangan.

Kabupaten Serdang Bedagai sebagai daerah agraris telah memberikan kontribusi yang besar dalam penyediaan pangan nasional sekaligus menjadi mata pencaharian pokok dan sumber penyediaan lapangan pekerjaan. Semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk, perkembangan ekonomi dan industri mengakibatkan terjadinya degradasi, alih fungsi lahan dan fragmentasi lahan pertanian pangan yang berpengaruh terhadap daya dukung guna menjamin kemandirian, ketahanan dan kedaulatan pangan di daerah.

Peraturan ini bertujuan untuk melindungi :

a. Mempertahankan luas lahan pertanian beririgasi dan tidak beririgasi

b. Mempertahankan dan meningkatkan produksi pertanian untuk mencapai ketahanan pangan di daerah.

c. Melindungi dan memberdayakan petani dan masyarakat sekitar lahan pertanian beririgasi dan tidak beririgasi

d. Meningkatkan kesejahteraan petani dan e. Mempertahankan keseimbangan ekosistem.

(12)

ingin di alih fungsikan menjadi kepentingan umum hanya boleh dilakukan oleh pemerintah daerah atau pemerintah atau dalam hal terjadi bencana alam. Luas lahan pertanian berkelanjutan yang dapat di alihfungsikan untuk kepentingan umum paling luas 10 % (sepuluh persen) dari total luas lahan pangan berkelanjutan di Kabupaten Serdang Bedagai.

13. Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai.

Penataan ruang wilayah Kabupaten Serdang Bedagai bertujuan untuk menjadikan wilayah Kabupaten Serdang Bedagai yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan dengan mengoptimalkan posisi strategis, potensi pertanian dan kelautan yang berwawasan lingkungan. Untuk mencapat tujuan tersebut harus melakukan kebijakan sebagai berikut :

a. Pengoptimalan posisi strategis wilayah Kabupaten Serdang Bedagai terhadap pesatnya perkembangan wilayah sendiri.

b. Pengembangan lahan untuk kegiatan perkotaan dan permukiman.

c. Peningkatan produktivitas wilayah melalui dukungan sumber daya alam yang berkelanjutan.

d. Peningkatan prasarana dan sarana wilayah yang berkualitas untuk mendukung pengembangan potensi ekonomi daerah mitigasi bencana.

(13)

mendapat dukungan dari peraturan-peraturan yang lain yang sesuai dengan tujuannya. Untuk mencapai apa yang dicita-citakan dalam undang-undang ini maka peran serta dari pemerintah selaku pemangku kebijakan serta masyarakat sebagai penyelenggara pembangunan perumahan. Salah satu pemohon hak untuk membangun perumahan harus benar-benar menjalankannya sesuai dengan aturan yang ada. Masyarakat serta pemerintah Serdang Bedagai harus senantiasa menjaga amanah dari peraturan daerah guna membangun dan memajukan kabupaten Serdang Bedagai. Untuk itu perlu adanya kerja sama yang kuat antara pemerintah dan masyarakat dalam hal ini Dinas Tata Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai.

Karena perubahan peruntukan yang tidak sesuai dengan RTRW akan merubah segala pemetaan yang telah ada mengakibatkan dampak yang sangat buruk.

B. Dampak Alih Fungsi Tanah Pertanian di Kabupaten Serdang Bedagai

Alih fungsi tanah pertanian ke penggunaan non pertanian dapat berdampak terhadap turunnya produksi pertanian, serta akan berdampak pada dimensi yang lebih luas dimana berkaitan dengan aspek-aspek perubahan orientasi ekonomi, sosial, budaya, dan politik masyarakat.

(14)

Berikut beberapa dampak alih fungsi tanah pertanian : 1. Menurunnya Produksi Pangan Nasional.

Akibat lahan pertanian yang semakin sempit, maka hasil produksi juga akan terganggu. Dalam skala besar, stabilitas pangan nasional juga akan sulit tercapai. Mengingat jumlah penduduk yang semakin meningkat tiap tahunnya sehingga kebutuhan pangan juga bertambah, namun lahan pertanian justru semakin berkurang.

2. Mengancam Keseimbangan Ekosistem

Dengan berbagai keanekaragaman populasi di dalamnya, sawah atau lahan-lahan pertanian lainnya merupakan ekosistem alami bagi beberapa binatang. Sehingga jika lahan tersebut mengalami perubahan fungsi, binatang-binatang tersebut akan kehilangan tempat tinggal dan bisa mengganggu ke permukiman warga. Selain itu, adanya lahan pertanian juga membuat air hujan termanfaatkan dengan baik sehingga mengurangi resiko Penyebab Banjir saat musim penghujan.

3. Sarana Prasarana Pertanian Menjadi Tidak Terpakai.

(15)

4. Banyak Buruh Tani Kehilangan Pekerjaan

Buruh tani adalah orang-orang yang tidak mempunyai lahan pertanian melainkan menawarkan tenaga mereka untuk mengolah lahan orang lain yang butuh tenaga. Sehingga jika lahan pertanian beralih fungsi dan menjadi semakin sedikit, maka buruh-buruh tani tersebut terancam akan kehilangan mata pencaharian mereka. 5. Harga Pangan Semakin Mahal

Ketika produksi hasil pertanian semakin menurun tentu saja bahan – bahan pangan di pasaran akan semakin sulit dijumpai. Hal ini tentu saja akan dimanfaatkan sebaik mungkin bagi para produsen maupun pedangan untuk memperoleh keuntungan besar. Maka tidak heran jika kemudian harga – haraga pangan tersebut menjadi mahal.

Di Kabupaten Serdang Bedagai Alih fungsi tanah pertanian juga menimbulkan dampak negatif lain yang kurang menguntungkan. Dampak negatif tersebut antara lain :75

1. Berkurangnya luas sawah yang mengakibatkan turunnya produksi padi, yang mengganggu tercapainya swasembada pangan dan timbulnya kerawanan pangan serta mengakibatkan bergesernya lapangan kerja dari sektor pertanian

ke non pertanian. Apabila tenaga kerja tidak terserap seluruhnya akan meningkatkan angka pengangguran.

2. Investasi pemerintah dalam pengadaan prasarana dan sarana pengairan menjadi tidak optimal pemanfaatannya.

(16)

3. Kegagalan investor dalam melaksanakan pembangunan perumahan maupun industri, sebagai dampak krisis ekonomi, atau karena kesalahan perhitungan mengakibatkan tidak termanfaatkannya tanah yang telah diperoleh, sehingga meningkatkan luas tanah tidur yang pada gilirannya juga menimbulkan konflik sosial seperti penjarahan tanah.

Alih fungsi lahan pertanian bukan hanya sekedar memberi dampak negatif akan tetapi dapat pula membawa dampak positif antara lain:

1. Terhadap tersediaan lapangan kerja barukarena pembangunan perumahan akibat alih fungsi tersebut serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

2. Terpenuhinya kebutuhan masyarakatakan pemukiman tempat tinggal yang semakin meningkat di Kabupaten Serdang Bedagai.

Proses alih fungsi lahan pertanian pada tingkat mikro dapat dilakukan oleh petani sendiri atau dilakukan pihak lain. Alih fungsi lahan yang dilakukan oleh pihak lain secara umum memiliki dampak yang lebih besar terhadap penurunan kapasitas produksi pangan karena proses alih fungsi lahan tersebut biasanya mencakup hamparan lahan yang cukup luas, terutama ditujukan untuk pembangunan kawasan perumahan.76 Alih fungsi lahan yang dilakukan oleh pihak lain tersebut biasanya berlangsung melalui pelepasan hak pemilikan lahan petani kepada pihak lain yang kemudian diikuti dengan, pemanfaatan lahan tersebut untuk kegiatan non pertanian. Dampak alih fungsi lahan pertanian terhadap masalah pengadaan pangan pada

(17)

dasarnya terjadi pada tahap kedua. Namun tahap kedua tersebut secara umum tidak akan terjadi tanpa melalui tahap pertama karena sebagian besar lahan pertanian dimiliki oleh petani. Oleh karena itu pengendalian pemanfaatan lahan untuk kepentingan pengadaan pangan pada dasarnya dapat ditempuh melalui dua pendekatan yaitu:

1. Mengendalikan pelepasan hak pemilikan lahan petani kepada pihak lain, dan 2. Mengendalikan dampak alih fungsi lahan tanaman pangan tersebut terhadap

keseimbangan pengadaan pangan.

Dalam konteks pembangunan di Kabupaten Serdang Bedagai, jumlah keluarga atau rumah tangga yang hidup dari sektor non pertanian mencapai 65%. Beberapa faktor penting yang berpengaruh pada perubahan pola pemanfaatan lahan pertanian di Serdang Bedagai yaitu faktor privatisasi pembangunan pemukiman skala besar dan kota baru, serta deregulasi investasi dan kemudahan perizinan. Tiga kebijakan nasional yang berpengaruh langsung terhadap alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian ialah:

(18)

2. Kebijakan pemerintah lainnya yang sangat berpengaruh terhadap perubahan fungsi lahan pertanian ialah kebijakan pembangunan permukiman skala besar dan kota baru. Akibat ikutan dari penerapan kebijakan ini ialah munculnya spekulan yang mendorong minat para petani menjual lahannya. Sehingga terlihat bahwa sering sekali terjadi ketidakserasian antar kebijakan yang dikeluarkan pemerintah untuk mengatasi alih fungsi yang justru sering sekali justru meningkatkan laju alih fungsi lahan terutama lahan sawah.77

Terbatasnya lahan bagi perumahan tapak dan tingginya permintaan perumahan bagi penduduk telah mendorong terjadinya praktik alih fungsi lahan. Khususnya, lahan pertanian menjadi kawasan perumahan. Hal ini, memiliki dampak positif dan negatif sekaligus. Dampak positifnya, kebutuhan perumahan jelas membutuhkan lahan untuk pembangunannya. Dengan alih fungsi lahan ini maka kebutuhan lahan perumahan tetap tersedia. Sedangkan dampak negatifnya, yaitu semakin berkurangnya lahan pertanian untuk menopang pangan. Banyaknya praktik alih fungsi lahan ini sangat tergantung pada penambahan jumlah penduduk yang akan membuat kebutuhan rumah meningkat. Selain itu, alih fungsi lahan banyak terjadi karena harga lahan untuk lahan pertanian jauh lebih murah dibanding nonpertanian, khususnya untuk perumahan. Meski, kebutuhan pangan dan perumahan sama-sama penting bagi masyarakat Indonesia. Sebagai contoh satu hektare lahan pertanian bisa jadi harganya hanya Rp 1 miliar, namun ketika pengembang masuk dan mengonversi lahan menjadi perumaham, Rp 1 miliar hanya bisa membeli 1 kaveling tanah.

(19)

BAB IV

PERANAN PEMERINTAH DALAM MENGATASI PERCEPATAN ALIH FUNGSI TANAH PERTANIAN MENJADI TANAH

PERUMAHAN DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

A. Upaya Pencegahan Alih Fungsi Tanah Pertanian

1. Peran Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai

Persoalan alih fungsi lahan, tidak semata-mata tanggung jawab pengembang. Pasalnya, pengembang tidak dapat membangun proyek perumahan tanpa adanya izin dari pemerintah daerah. Alih fungsi lahan ini selalu mengikuti perkembangan wilayah. Jadi, alih fungsi lahan sebenarnya dilakukan pemerintah untuk mendapatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) untuk menunjang pengembangan kawasannya. Pemerintah mengeluarkan izin pembangunan perumahan karena membutuhkan PAD untuk pembangunan daerahnya. Harusnya pemerintah menegaskan komitmennya dalam RTRW yang dibuat secara merata. Dengan hanya memfokuskan pembangunan pada wilayah tertentu maka ada kesenjangan akibat perkembangan daerah yang tak merata. Akibatnya, daerah yang perkembangannya pesat akan lebih cepat terjadi alih fungsi lahan dan miskin kawasan pertanian. Sebaliknya, di wilayah tertentu justru menjadi tidak berkembang.78

Alih fungsi lahan hanya terjadi di wilayah perkotaan. Sedangkan di wilayah kabupaten alih fungsi lahan bukan terjadi di lahan pertanian, melainkan di lahan nonagraris. Persoalan perumahan paling krusial terjadi di perkotaan. Sebab, dengan

(20)

semakin menipisnya lahan membuat suplai perumahan di perkotaan menjadi berkurang.

Pemerintah mendorong pembangunan rumah, hal ini sekaligus menekan alih fungsi lahan. Pasalnya, semakin banyak rumah tapak yang dibangun, semakin besar juga kebutuhan lahannya. Padahal, lahan di perkotaan semakin sedikit dan mahal. Pemenuhan kebutuhan rumah di perkotaan rumusnya adalah vertical. Kalau tidak, kota pasti menjadi melebar.

Hal ini antara lain karena kurangnya dukungan data dan minimnya sikap proaktif yang memadai kearah pengendalian alih fungsi tanah pertanian tersebut. Terdapat tiga kendala mendasar yang menjadi alasan mengapa peraturan pengendalian alih fungsi lahan sulit terlaksana, yaitu :79

1. Kendala Koordinasi Kebijakan. Di satu sisi pemerintah berupaya melarang terjadinya alih fungsi lahan, tetapi di sisi lain justru mendorong terjadinya alih fungsi lahan tersebut melalui kebijakan pertumbuhan industri/manufaktur dan sektor nonpertanian lainnya yang dalam kenyataannya menggunakan tanah pertanian.

2. Kendala Pelaksana Kebijakan Perturan-peraturan pengendalian alih fungsi lahan baru menyebutkan ketentuan yang dikenakan terhadap perusahaan-perusahaan atau badan hukum yang akan menggunakan lahan dan atau akan merubah lahan pertanian ke nonpertanian. Oleh karena itu, perubahan penggunan lahan sawah ke

(21)

nonpertanian yang dilakukan secara individual/perorangan belum tersentuh oleh peraturan- peraturan tersebut, dimana perubahan lahan yang dilakukan secara individual diperkirakan sangat luas.

3. Kendala Konsistensi Perencanaan. RTRW yang kemudian dilanjutkan dengan mekanisme pemberian izin lokasi, merupakan instrumen utama dalam pengendalian untuk mencegah terjadinya alih fungsi lahan sawah beririgrasi teknis. Namun dalam kenyataannya, banyak RTRW ysng justru merencanakan untuk mengalihfungsikan lahan sawah beririgrasi teknis menjadi non pertanian. Sudah selayaknya pemerintah melakukan evaluasi perancangan dan tindakan nyata guna melindungi lahan pertanian yang kian hari kian terberangus oleh industrialisasi, urbanisasi dan pola pokir masyarakat sendiri yang berubah.

Pemerintah juga sudah berusaha untuk mencegah alih fungsi tanah pertanian Salah satu dengan mengeluarkan Undang – Undang Nomor 41 tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan pertanian Berkelanjutan

Kabupaten Serdang Bedagai sudah berupaya untuk mencegah alih fungsi tanah pertanian menjadi tanah perumahan yaitu dengan dikeluarkannya Perda No 1 Tahun 2015 Tentang Perlindungan Lahan Pangan Berkelanjutan. Maksud Tujuan dari peraturan ini tertuang pada Pasal 3 dan Pasal 4 yang berbunyi :

”Perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan dimaksudkan untuk melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian alih fungsi lahan pertanian pangan guna menjamin ketersediaan lahan pertanian pangan secara berkelanjutan, melalui pemberian insentif kepada petani dan penerapan disensitif kepada pihak yang melakukan alih fungsi lahan pertanian pangan”.

(22)

a. Mempertahankan luas lahan pertanian beririgasi dan tidak beririgasi.

b. Mempertahankan dan meningkatkan produksi pertanian untuk mencapai ketahanan pangan di daerah.

c. Melindungi dan memberdayakan petani dan masyarakat sekitar lahan pertanian beririgasi dan tidak beririgasi.

d. Meningkatkan kesejahteraan petani.

e. Mempertahankan keseimbangan ekosistem.

Didalam pasal 30 ayat (1 dan 2) dan pasal 31 ayat (1,2 dan 3) lebih dipertegas lagi dalam pelaksanaan alih fungsi tanah pertanian

Pasal 30

(1). Lahan yang telah ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan dilarang dialihfungsikan.

(2). Lahan Pertanian pangan berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dialihfungsikan oleh pemerintah daerah atau pemerintah untuk kepentingan atau dalam hal terjadi bencana alam.

Pasal 31

(1). Alih fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan untuk kepentingan umum dilaksanakan untuk keperluan pembangunan :

a. Jalan umum b. Waduk c. Bendungan d. Irigasi

e. Saluran air minum atau air bersih f. Drainase dan sanitasi.

n. Pembangkit dan jaringan listrik.

(2). Alih fungsi lahan untuk kepentingan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :

(23)

(3). Luas lahan pertanian pangan berkelanjutan yang dapat difungsikan untuk kepentingan umum, paling luas 10% dari total luas lahan pangan berkelanjutan di Kabupaten.

Kemudian diatur dalam Pasal 48 tentang adanya sanksi bagi yang melakukan kegiatan mengalihfungsikan lahan pangan berkelanjutan, berupa sanksi administrasi yaitu :

a. Teguran tertulis b. Paksaan Pemerintah c. Pembekuan izin dan d. Pencabutan izin.

Namun hingga saat ini belum ada pihak-pihak yang dikenai sanksi sesuai dengan yang diatur dalam Peraturan Daerah tersebut, padahal alih fungsi lahan pertanian terus berkelanjutan.80

2. Peran Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Serdang Bedagai.

Untuk mengurangi permasalahan tentang alih fungsi tanah pertanian harus ada kebijakan pertanahan yang diambil dalam alih fungsi tanah pertanian ini, karena kebijakan berupa peraturan yang khusus mengatur perlindungan tanahpertanian produktif belum ada. Adapun instrumen yang harus dimiliki agar kebijakan pengendalian ini dapat berjalan adalah Instrument Yuridis yaitu peraturan perundang – undangan yang mengikat dengan sanksi yang sesuai dengan Instrument Insentif dan Disinsentif bagi pemilik tanah dan pemda setempat pengalokasikan dana dekonsentrasi untuk merangsang pemda melindungi tanah pertanian, terutama sawah.

(24)

Instrumen RTRW dan Perizinan Lokasi dan terakhir adalah Instrument Pengendalian Konversi.

Setiap orang, baik individu maupun kelompok pasti membutuhkan sebidang tanah, baik untuk dipergunakan menjadi rumah tinggal, ataupun untuk tempat usaha. Banyak cara yang dapat kita tempuh untuk merealisasikan untuk kepentingan tersebut, dengan jual-beli misalnya, ataupun kalau sudah memiliki sebidang tanah kita bisa mendirikan langsung sesuai kepentingan kita, namun jika tanah yang kita miliki adalah tanah sawah, maka ada prosedur tertentu untuk merealisasikan kepentingan kita. Dengan cara melakukan permohonan kepada Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya setempat, dan dalam hal ini khususnya Kantor Pertanahan Kabupaten Serdang Bedagai.

(25)

prosesnya dilaksanakan di Kantor Pertanahan. Karena semakin menurunnya luas tanah pertanian di Indonesia khususnya di Kabupaten Serdang Bedagai.

Permohonan izin perubahan tanah pertanian ke non pertanian diajukan dengan cara mengisi formulir yang tersedia di kantor pertanahan Kabupaten/Kota setempat di sertai kelengkapan sebagai lampiran yang terdiri dari :81

1. Tanda bukti pemilikan/penggarapan tanah. 2. Rencana penggunaan tanah.

3. Surat pernyataan untuk menggunakan tanah yang sesuai dengan permohonan yang dibuat di atas kertas bermaterai seharga Rp.

6000,-4. Identitas pemohon.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam mengajukan permohonan pengalihan fungsi tanah pertanian ke non pertanian adalah surat permohonan harus dilampiri dengan :82

1. Keterangan identitas pemohon dan kelengkapan data yuridis yang terdiri dari : a. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP)

b. Fotokopi sertifikat tanah atau bukti pemilikan lain yang sah. 2. Keterangan fisik tanah untuk :

a. Perorangan

i. Sketsa letak lokasi

81Wawancara dengan Bapak Buchori, SE Kepala Seksi Pengendalian Tanah Kabupaten

(26)

ii. Pernyataan rencana penggunaan dan pemanfaatan tanah yang akandilaksanakan dalam jangka waktu 36 bulan.

b. Badan Hukum dan Instansi Pemerintah i. Sketsa letak lokasi

ii. Proposal yang memuat rencana penggunaan dan pemanfaatan tanah dan tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam jangka waktu 36 bulan iii. Rekomendasi dari instansi teknis terkait.

3. Surat pernyataan.

Surat pernyataan ini berisi tentang kesanggupan pihak pemohon untuk melaksanakan persyaratan yang diberikan BPN apabila permohonannya disetujui. Persyaratan tersebut antara lain adalah sebagai berikut :

1. Dalam 12 ( dua belas ) bulan sejak berlakunya keputusan tersebut adalah sebagai berikut

a. Tanah tersebut harus sudah digunakan sesuai dengan maksud permohonannya b. Keputusan yang bersangkutan harus didaftarkan ke Kantor Pertanahan

Kabupaten Serdang Bedagai untuk keperluan merubah penggunaan tanah pertanian ke non pertanian pada sertifikat tanah tersebut

c. Keberadaan bangunan yang dimohon tidak mengganggu tanah pertanian di sekitarnya.

(27)

3. Melaksanakan Persyaratan sebagaimana tersebut dalam Pertimbangan Teknis Penatagunaan Tanah dari Kantor Pertanahan Kabupaten Serdang Bedagai.

Hal lain yang perlu diperhatikan untuk penyediaan tanah sesuai dengan peraturan menteri dalam negeri No. 5 tahun 1974 adalah sebagai berikut :

a. Sejauh mungkin dihindarkan pengurangan areal tanah pertanian yang subur b. Sedapat mungkin dimanfaatkan tanah-tanah yang semula tidak/ kurang produktif c. Dihindarkan pemindahan penduduk dari tempat kediamannya

d. Diperhatikan persyaratan untuk mencegah terjadinya pengotoran/ pencemaran bagi daerah lingkungan yang bersangkutan.

Dalam permohonan pemberian hak atas tanah, pihak pemohon juga harus memberikan pernyataan tentang kesanggupan untuk menjaga kualitas tanah agar tetap lestari dan terjaga sumber daya alamnya. Dengan penggunaan tanah yang semakin banyak di berbagai faktor pembangunan sedangkan disisi lain kita ketahui bahwa luas tanah bersifat statis/tetap maka penggunaannya perlu diatur. Pengaturan ini bertujuan agar pengalihan fungsi tanah pertanian ke non pertanian dapat terkendali sehingga tidak mengganggu produksi pangan. Persyaratan dalam permohonan pengalihan fungsi tanah pertanian ke non pertanian harus dipenuhi.

(28)

Prosedur dalam mengajukan permohonan pengalihan fungsi tanah pertanian ke non pertanian adalah sebagai berikut :83

1. Pemohon mengajukan permohonan izin alih fungsi tanah pertanian ke non pertanian kepada Gubernur Sumatera Utara Cq. Kepala Kantor Wilayah BPN Propinsi Sumatera Utara / Bupati Kabupaten Serdang Bedagai melalui kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Serdang Bedagai dilampiri :

a. Salinan surat kewarganegaraan/KTP

b. Surat Keterangan Pemilikan Tanah (SKPT)/ bukti pemilikan tanah dari kepala Desa/Lurah

c. Surat Pengesahan Badan Hukum bagi pemohon perusahaan d. Akte Pendirian Badan Hukum

e. SK izin lokasi

f. Surat Pernyataan dari pemohon yang berisi : bahwa apabila permohonan perubahan penggunaan tanah pertanian ke non pertanian dikabulkan, maka pemohon bersedia/berjanji untuk :

- Melaksanakan pembangunan sesuai dengan permohonan selambat lambatnya tahun setelah keluar izin perubahan penggunaan tanah

- Melaksanakan hal-hal yang dipersyaratkan dalam risalah aspek Pengaturan dan Penataan Pertanahan. Dan apabila tidak melaksanakan ketentuan tersebut pemohon bersedia membongkar kembali usaha yang

(29)

bersangkutan di atas tanah tersebut serta SK Pemberian Izin Perubahan Penggunaan Tanah Pertanian ke Non Pertanian batal demi hukum.

2. Panitia Pertimbangan Perubahan Penggunaan Tanah Kabupaten Serdang Bedagai melakukan pemeriksaan dan peninjauan ke lapangan atas permohonan izin perubahan penggunaan tanah dimaksud, yang hasilnya dituangkan dalam berita acara pemeriksaan panitia perubahan penggunaan tanah pertanian ke non pertanian

3. Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Serdang Bedagai berdasarkan berita acara tersebut selanjutnya mengirim konsep SK Bupati Kabupaten Serdang Bedagai tentang Izin Perubahan Penggunaan Tanah Pertanian ke Non Pertanian kepada Bupati Kabupaten Serdang Bedagai.

4. Bupati Kabupaten Serdang Bedagai menerbitkan SK Izin Perubahan Penggunaan Tanah pertanian ke non pertanian.

5. Setelah menerima SK tersebut pemohon harus mendaftarkan ke Kantor Pertanahan Kabupaten Serdang Bedagai.

Untuk itu dalam mengatasi percepatan alih fungsi tanah pertanian oleh dinas Pertanian yaitu dengan menambahkan syarat-syarat pengajuan perubahan peruntukan tanah dengan meminta rekomendasi atau izin perubahan Dari Badan Pertanahan Serdang Bedagai.

(30)

Badan Pertanahan Nasional Propinsi dan kepala kantor Pertanahan kabupaten/kotamadya di seluruh Indonesia agar dalam penanganan izin lokasi, peninjauan RTRW Propinsi dan RTRW Kabupaten/Kotamadya.

Usaha efisiensi penggunaan tanah berpedoman kepada keputusan Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional, yang isinya sebagai berikut :84

1. Proses izin lokasi yang diajukan berdasarkan RTRW yang telah ada bagi penggunaan tanah sawah beririgasi teknis. Untuk penggunaan di luar pertanian untuk wilayah perkotaan yaitu :

a. Jika sudah ada izin lokasi, maka:

- Untuk lahan yang sudah dibangun dan lahan sudah dibebaskan meskipun belum dibangun, izin yang sudah ada diberlakukan.

- Untuk lahan yang belum dibebaskan, pemilik izin diperingatkan untuk membebaskan lahan tersebut sampai batas waktu tertentu dan bilamana tidak dilakukan, izin tidak diperpanjang.

b. Jika belum ada izin lokasi, maka:

- Untuk lahan yang sudah dibangun izin dapat diberikan, setelah memenuhi kelengkapan persyaratan izin lokasi yang tetapkan.

-

Untuk lahan yang telah dibebaskan tetapi belum dibangun, dan telah

memenuhi semua persyaratan izin lokasi, izin dapat diberikan. - Untuk lahan yang belum dibebaskan, izin tidak diberikan.

(31)

2. Membantu Pemda Propinsi dan Pemda Kabupaten/Kotamadya dalam menyusun dan/atau merevisi RTRW Propinsi dan RTRW Kabupaten /Kotamadya yaitu : a. Tidak memasukkan sawah beririgasi teknis untuk penggunaan non pertanian. b. Mengubah peruntukan tanah sawah beririgasi teknis untuk penggunaan non

pertanian dalam RTRW yang ada ke dalam penggunaan tanah tetap sebagai sawah beririgasi teknis.

3. Izin lokasi untuk perusahan pembangunan perumahan :

a. Agar dilakukan penyaringan yang ketat tentang pemberian izin lokasi untuk perumahan.

b. Jika izin-izin lokasi yang telah diberikan telah cukup untuk menopang pembangunan perumahan rakyat, untuk semntara tidak diberikan izin lokasi baru. Jika terpaksa harus diberikan izin lokasi baru, agar jangan di atas tanah sawah beririgasi teknis.

Tanah yang dapat dialih fungsikan adalah tanah yang pada peta Rencana Tata Ruang Wilayah memang diperuntukan bukan untuk tanah pertanian, sedang tanah yang tidak dapat dialih fungsikan adalah tanah yang pada peta Rencana Tata Ruang Wilayah diperuntukan untuk tanah pertanian, yang intinya bahwa setiap pengajuan alih fungsi tanah pertanian ke non pertanian syarat yang utama adalah letak tanah harus sesuai peta Rencana Tata Ruang Wilayah

(32)

tidak sesuai dengan tujuan dari pembangunan berkelanjutan, yang mana tetap memperdulikan kwalitas lingkungan hijau yang ada disekitar kita (tanah pertanian salah satunya), walaupun kemajuan teknologi menuntut kita untuk selalu mengikuti perkembangan, salah satunya adalah pembangunan untuk sarana dan prasarana umum yang peruntukanya untuk masyarakat Indonesia sendiri.

Saat ini ada beberapa ketentuan tentang peraturan-peraturan yang melindungi alih fungsi tanah pertanian, antara lain :

a. UU Nomor 56 Prp 1960 (Luas tanah maksimum dan minimum)

b. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan tanah. c. Kepres 53/1989 Jo. 41/1996 Jo. 98/1998 tentang Kawasan Industri

d. Undang-Undang Nomor 41 tahun 2009 tentang Perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan.

e. UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang

f. Berbagai surat edaran Meneg Agraria/KaBPN, Meneg PPN/KaBappenas, Mendagri tentang larangan konversi sawah irigasi teknis untuk penggunaan lain85.

Adapun tata cara yang harus dilakukan pemohon untuk merubah fungsi peruntukan tanah harus sesuai dengan syarat-syarat dari BPN Kabupaten Serdang Bedagai, Dalam hal ini Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Serdang Bedagai berperan sangat penting dalam melaksanakan izin perubahan peruntukan tanah karena dalam alih fungsi tersebut BPN harus mengeluarkan surat izin perobahan

(33)

peruntukan yang dikeluarkan oleh Pengendalian, Pengaturan Tanah Pertanian (Seksi III). Setelah izin tersebut keluar barulah petugas Seksi III tersebut meninjau kelokasi untuk melihat kebenaran yang dimohonkan izin tersebut.

Peninjauan tersebut dilakukan oleh Seksi III hanyalah untuk melihat apakah tanah pertanian yang dimohonkan izin perubahan peruntukan tersebut sesuai atau tidak dengan rencana tata ruang kota tersebut.

Setelah sesuai dengan rencana tata ruang maka setelah itu barulah pemohon tersebut memohon berkas untuk tindakan selanjutnya, seperti permohonan pemecahan dan lain-lain.

Berdasarkan hal tersebut. Badan Pertanahan Nasional (BPN) berperan penting untuk mempertahankan lahan pertanian dan tidak akan memberikan izin perubahan penggunaan tanah yang bertentangan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Namun yang terjadi dilapangan alih fungsi lahan pertanian terus berkelanjutan. Apakah hal ini karena ada penyimpangan dari oknum aparat pemerintah pemberi izin.

3. Peran Notaris/PPAT

(34)

Objek jual beli adalah hak atas tanah (tanah). Tanahnya dapat berupa tanah Perumahan atau tanah pertanian. Dalam jual beli tanah Pertanian maka harus diperhatikan tentang ketentuan-ketantuan dalam Undang-Undang landreform (UU No.56 Prp tahun 1960 tentang landreform Indonesia) dan Peraturan Pemerintah No. 224 tahun 1960 tentang Prosedur jual beli tanah yang harus diperhatikan adalah harus memperhatikan Pasal 37 Peraturan Pemerintah no. 24 tentang pendaftaran tanah, bahwa jual beli tanah harus dilakukan di hadapan PPAT agar jual belinya dapat didaftarkan di Kantor Pertanahan. Prosedur lebih lanjut dalam jual beli tanah diatur dalam PMA No.3 tahun 1997 tentang Peraturan Pelaksanaan PP no 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.86

Dalam hal ini tanah yang dijual apakah tanah pertanian ataukah tanah perumahan atau bangunan. Untuk jual beli tanah dan bangunan maka harus diperjanjikan dan dinyatakan secara tegas bahwa yang dijual adalah tanah dan bangunan dituangkan dalam akta jual beli tanah, maka sebelum dibuat akte jual beli harus jelas apakah bangunan atau tanaman di atas tanah itu turut dijual (dibeli) atau tidak. Hal itu nanti disebut secara tegas dalam akte jual beli. Kalau tentang bangunan dan atau tanaman itu tidak disebut dalam akte jual beli, maka tanaman dan atau bangunan itu tidak ikut dijual, karena kini berlaku asas pemisahan horisontal. Sedangkan untuk tanah pertanian maka harus memperhatikan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam landreform, yaitu antara lain : tentang ketentuan batas maksimal

86http://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/prosiding/mflp2001/bambang

(35)

kepemilikan tanah secara absentee dan larangan fragmentasi tanah kurang dari 2 hektar. Tanah pertanian menjadi dibawah 2 hektar, bila dilanggar akan menimbulkan kesulitan bagi pembeli, antara lain kesulitan dalam balik nama sertipikat, karena tidak diperolehnya ijin jual beli atau haknya akan menjadi hapus.

Dalam hal ini peran PPAT dalam hal ini yaitu tidak dapat memberikan Akta Peralihan hak yang diminta oleh para pihak apabila tanah yang akan dijual merupakan tanah pertanian dan pembelinya adalah bertempat tinggal di luar kecamatan letak tanah (absente) dan menolak mengurus pemecahan bidang tanah pertanian yang kurang dari 2 Hektar dan juga menolak apabila tanah pertanian akan di alihfungsikan menjadi perumahan melalui pengkaplingan tanah.

B. Masalah Dalam Pengendalian Alih Fungsi Tanah Pertanian

(36)

Sei Bamban, Perbaungan dan Pantai Cermin. Di Kecamatan Pantai Cermin luas tanah pertanian yang tidak beririgasi teknis seluas 4.002 Ha, hal ini lah yang menyebabkan alih fungsi terus terjadi di kecamatan pantai cermin apalagi di Serdang Bedagai di kecamatan inilah yang paling banyak penduduk yaitu 43.189 jiwa. Agar terus dapat dipertahankan luas tanah pertanian maka seharusnya dilakukan starategi sebagai berikut :

1. Kebijakan Pemerintah

(37)

hanya pemborosan saja. .Jika hal demikian ini tidak dimanage / dikendalikan dengan baik dapat menimbulkan kecemburuan sosial yang tinggi, akhirnya rakyat mengambil jalan pintas atau mudah tergerak untuk mengadakan upaya alih fungsi lahan pertanian, akibatnya terjadilah penyempitan lahan pertanian.

2. Instrumen Hukum

Perlu diupayakan secara kongkrit dalam hal:

a. Mencabut sekaligus mengganti Peraturan per UU yang tidak sesuai kondisi kebutuhan petani serta dengan mencantumkan sanksi yang tegas dan berat bagi pelanggaranya

b. Penerapan pengendalian secara ketat khususnya tentang perijinan perubahan alih fungsi lahan pertanian dan pengelolaannya harus sesuai RTRW

c. Menerapkan sangsi yang tegas dan berat bagi pelanggarnya misal pelanggaran RTRW dll

d. Memberikan sangsi yang jauh lebih berat bagi pelanggarnya dari kalangan aparat pemerintah/penegak hukum antara lain yang menyangkut perijinan, perubahan status tanah,

3. Instrumen Ekonomi

(38)

sesuai dan kecil kemungkinan tanah pertanian yang mereka miliki tersebut tidak dijual karena kehidupan mereka sudah cukup baik. Lebih lanjut pemerintah juga melakukan secara kongkrit dalam hal pembuatan :

a. Kebijakan yang menyangkut jaminan kestabilan harga dan keberadaan stok barang kebutuhan petani.

b. Kebijakan yang menyangkut jaminan kestabilan system distribus (penyaluran) barang kebutuhan petani

c. Kebijakan yang menyangkut jaminan sosial tenaga kerja (asuransi kerugian hasil pertanian sepertti gagal panen atau anjloknya harga, asuransi kecelakaan kerja pertanian, asuransi pendidikan keluarga petani, asuransi kesehatan keluarga petani dll.

d. Kebijakan yang menyangkut: pemberian insentif setiap panen hasil pertanian bagi petani penggarap atau buruh tani; dan pemberian desinsentifbagi fiihak yang berminat dalam alih fungsi lahan pertanian

e. Kebijakan yang menyangkut pemberian keringanan pajak khususnya sarana produksi pertanian dan penjualan hasil pertanian dalam negeri.

4. Instrumen Sosial dan Politik

Perlu diupayakan secara kongkrit dalam hal pembuatan:

(39)

b. Kebijakan pemasyarakatan dan upaya pemakaian kembali produk alam Indonesia, khususnya produk pertanian ke semua lapisan (seluruh) masyarakat c. Kebijakan pemasyarakaran, bahaya dan pencegahannya dalam pembuatan dan

pemakaian produk yang merugikan kehidupan petani beserta keluarganya bahkan dapat merusak lingkungan

e. Pemeloporan secara pro aktif gerakan penghijauan setiap jengkal tanah oleh pemerintah dan tokoh/lembaga swadaya masyarakat.

f. Pemeloporan gerakan secara pro aktif dan pembentukan satgas sadar lingkungan dimulai dari RT hingga ke pusat dll

g. Kebijakan Pendampingan dan upaya penerapannya agar petani dengan secepatnya sadar dan pulih dari pengalaman kerugian yang diderita menyangkut kehilangan hasil pertanian (pengelolaan yang tidak berhasil).

5. Istrumen Pendidikan dan IPTEKS

Perlu dupayakan secara kongkrit dalam hal penerapan:

a. Pemberian pendidikan bermoral bangsa Indonesia, ilmu, ketrampilan dan seni yang memadai dan efektif tentang pengelolaan usaha pertanian yang prospektif yang dapat dimanfaatkan dan dinikmati bagi konsumen; dan

b. Pemberian ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna yang sesuai dan terjangkau oleh kemampuan petani seperti budidaya tanaman hias, sayuran, belut dll di lahan sempit.

(40)

1. Obyek lahan pertanian yang dilindungi dari proses alih fungsi ditetapkan berdasarkan kondisi fisik lahan, padahal kondisi fisik lahan tersebut relative mudah direkayasa, sehingga alih fungsi lahan dapat berlangsung tanpa melanggar peraturan yang berlaku.

2. Peraturan yang ada cenderung bersifat himbauan dan tidak dilengkapi sanksi yang jelas, baik yang menyangkut dimensi maupun yang dikenai sanksi.

3. Jika terjadi alih fungsi lahan pertanian yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku, maka sulit ditelusuri pihak mana yang paling bertanggungjawab, mengingat izin alih fungsi lahan merupakan keputusan kolektig berbagai instansi. 4. Peraturan perundang-undangan yang berlaku kadang kala bersifat paradoksal dan dualistik. Disatu sisi bermaksud untuk melindungi alih fungsi lahan sawah, namun di sisi lainnya pemerintah cenderung mendorong pertumbuhan industri yang notabene basisnya membutuhkan lahan.87

C. Tata Cara Pemberian Izin Perubahan Penggunaan Tanah Pertanian Ke

Non Pertanian Di Kantor Pertanahan Kabupaten Serdang Bedagai.

Berdasarkan surat edaran Menteri Dalam Negeri tanggal 29 Oktober 1984 nomor 590/11108/SJ tentang perubahan tanah pertanian ke non pertanian ialah : 1. Prosedur perubahan penggunaan tanah pertanian ke non pertanian

a. Mengisi blanko

b. Pendaftaran permohonan dilampiri persyaratan – persyaratan

87Simatupang dan Bambang Irawan, Pengendalian Konversi Lahan Pertanian : Tinjauan

(41)

c. Pemberitahuan Rapat koordinasi dan peninjauan lapangan. d. Proses penerbitan surat keputusan.

e. Pemberitahuan Surat Keputusan. f. Pengambilan surat keputusan.

2. Pemberian izin perubahan penggunaan tanah pertanian ke non pertanian dan waktu pemberian izin perubahan penggunaan tanah.

Waktu pemberian izin perubahan penggunaan tanah pertanian ke non pertanian 13 (tiga belas) hari kerja terhitung sejak berkas permohonan diterima lengkap. Izin perubahan penggunaan tanah adalah izin penggunaan tanah yang wajib dimiliki orang pribadi yang akan mengubah penggunaan tanah pertanian menjadi non pertanian guna pembangunan rumah tempat tinggal pribadi atau perseorangan, dengan ukuran seluas-luasnya 5.000 M2(lima ribu meter persegi).

Terjadinya perubahan penggunaan lahan dapat disebabkan karena adanya perubahan rencana tata ruang wilayah, adanya kebijaksanaan arah pembangunan dan karena mekanisme pasar. Pada masa lampau yang terjadi adalah lebih banyak karena dua hal yang terakhir, karena kurangnya pengertian masyarakat maupun aparat pemerintah mengenai tata ruang wilayah, atau rencana tata ruang wilayah yang sulit diwujudkan.

(42)

a. Pemohon merupakan pemilik tanah.

b. Tanah yang diajukan izin perubahan penggunaan tanah tersebut termaksud tanah pertanian tidak produktif, lerengnya landai, dan keadaan sekarang berupa tanah tegalan.

c. Perubahan penggunaan tanah tersebut tidak menganggu kestabilan swasembada pangan.

d. Jarak tanah yang dimohon dari pemukiman kurang lebih 0 meter dan jarak dengan jalan terdekat kurang lebih 0 meter.

e. Dengan perubahan tanah ini kemungkinan terjadinya pencemaran udara, air, sungai tidak ada.

f. Dengan perubahan penggunaan tanah ini kemungkinan terjadinya kekeringan sumur disekitarnya tidak ada.

Pemberian izin perubahan penggunaan tanah pertanian ke non pertanian di Kabupaten Serdang Bedagai dari tahun 2011 sampai 2015 sudah mencapai kurang lebih 250 permohonan.88Sebenarnya, menyangkut pihak-pihak lain sebagai pemberi kebijakan bukan hanya Badan Pertanahan Kabupaten Serdang Bedagai, akan tetapi Dinas Tata Ruang Wilayah dan Pemukiman mempunyai andil yang sangat besar. Dalam hal ini rekomendasi dari dinas pertanian sangat diperlukan karena dinas pertanian yang mempunyai data-data yang akurat daerah atau wilayah tanah yang merupakan pertanian. Maka perubahan penggunaan tanah pertanian ke non pertanian yang luas wilayah tanah pertanian menurun drastis dalam kurun waktu lima tahun, di

(43)

tahun 2011 luas tanah pertanian di Kabupaten Serdang Bedagai mencapai 41.057 hektar, dan pada tahun berikutnya 2011 – 2015 luas tanah pertanian semakin menurun drastis yaitu 38.502 hektar, dimana antara tahun 2011-2015 tanah pertanian berkurang 2.555 hektar atau berkurang 13 % dalam kurung waktu 5 tahun, dimana penggunaan tanah pertanian berkurang karena di alih fungsikan untuk perumahan, industri, maupun untuk kepentingan umum. Luas kawasan perumahan di Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2011 adalah 12.907 Ha dan pada tahun 2015 luas kawasan perumahan adalah 14.250 Ha. Dalam hal ini dapat kita lihat bahwa luas kawasan perumahan terus meningkat yaitu dengan penambahan luas mencapai 1.343 Ha dan dominan yang di alih fungsikan menjadi tanah perumahan adalah tanah sawah dikarenakan tanah sawah memiliki bidang tanah yang datar dan relatif lebih murah dan pada umumnya tanah sawah sering berdampingan dengan kawasan pemukiman.89 Luas lahan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Serdang Bedagai adalah 45% (70,160 Ha) dari luas wilayah Kabupaten Serdang Bedagai yang terdiri atas pertanian sawah (41,057 Ha) dan luas tanah pertanian kering adalah 29,103 HA termaksud tanaman palawija, ubi kayu, dan lain sebagainya. Jadi misalnya lahan pertanian yang diingin dialihkan untuk perumahan harus dilihat terlebih dahulu apakah tanah pertanian itu sudah tidak produktif sehingga harus dirubah ke non pertanian, sedangkan dalam hal ini Dinas Tata Ruang Wilayah dan Pemukiman sangat diperlukan karena menyangkut pemetaan wilayah daerah pemukiman, agraria, industry dan lainnya merupakan kewenangan Dinas Tata Ruang Wilayah dan

(44)

Pemukiman. Perubahan peruntukan yang tidak sesuai dengan rencan tata ruang wilayah akan merubah segala pemetaaan yang telah ada yang apabila tidak sesuai akan mengakibatkan dampak yang sangat buruk, dampak tersebut antara lain :

a. seperti Ruang Terbuka Hijau yang seharusnya didominasi oleh tumbuhan atau budidaya pertanian menjadi kawasan perumahan atau industri,

b. Kerusakan hutan dan lahan yang menyebabkan terjadinya banjir, erosi.

c. Dampak terhadap udara dan iklim, pembangunan industry yang tidak sesuai dengan tata ruang akan menyebabkan polusi udara di suatu tempat, karena pembangunan sektor industry harus disesuaikan dengan daerah lokasi dimana seharusnya industry tersebut.

d. Kerusakan terhadap tanah, tanah yang seharusnya tanah pertanian kemudian di alihfungsikan seperti pembangunan rumah toko maka dapat merusak kesuburan tanah tersebut, karena pada saat pembangunan akan dilakukan penimbunan yang seterusnya tanah pertanian disekitarnya juga berkurang kesuburannya.

(45)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Terjadinya percepatan alih fungsi tanah pertanian disebakan karna Pemerintah terkesan membiarkan alih fungsi tanah pertanian, pertumbuhan penduduk, kebutuhan masyarakat untuk pemukiman, mahalnya biaya penyelenggara pertanian, tidak stabilnya harga pertanian, kurangnya minat generasi muda dalam mengelola lahan pertanian, pergantian ke sector yang dianggap lebih menjanjikan, lemahnya regulasi pengendalian alih fungsi lahan, rendahnya nilai sewa tanah, lemahnya peraturan-peraturan yang dibuat dan tidak tegas oleh lembaga terkait.

2. Dampak alih fungsi lahan pertanian antara lain berkurangnya lahan pertanian, menurunnya produksi pangan nasional, mengancam keseimbangan ekosistem, sarana prasarana pertanian menjadi tidak terpakai, banyak buruh tani kehilangan pekerjaan, harga pangan semakin mahal, tingginya angka urbanisasi

(46)

B. Saran

1. Agar tidak terjadi percepatan alih fungsi tanah pertanian pada tanah terlantar dengan mengembangkan prinsip hemat lahan untuk industri, perumahan dan perdagangan, membatasi konversi tanah pertanian yang produktif, menyerap tenaga kerja, mengarahkan konversi pada tanah kurang produktif, membatasi luas konversi dengan mengacu pada penyediaan pangan mandiri di kabupaten, menetapkan kawasan pangan abadi dengan insentif bagi pemilik tanah dan pemda setempat.

2. Hendaknya obyek lahan pertanian yang dilindungi dari proses alih fungsi ditetapkan berdasarkan penetapan zonasi tanah pertanian yang tidak dapat dirubah walaupun tanah pertanian tersebut sudah dikeringkan saat ini objek yang dilindungi berdasarkan kondisi fisik lahan, padahal kondisi fisik lahan tersebut relative mudah direkayasa, sehingga alih fungsi lahan dapat berlangsung tanpa melanggar peraturan yang berlaku, peraturan yang ada cenderung bersifat himbauan dan tidak dilengkapi sanksi yang jelas, baik yang menyangkut dimensi maupun yang dikenai sanksi.

Referensi

Dokumen terkait

Suatu penelitian lapangan telah dilakukan di PTPN IT Kebun Tandem Hulu Kabupaten Deli Serdang untuk mempelajari kajian sifat tanah akibat alih fungsi laban Tembaklau Deli meniadi

PELAKSANAAN ALIH FUNGSI TANAH PERTANIAN MENJADI NON PERTANIAN DI WILAYAH PEMERINTAH KOTA SALATIGA.. S K R I P

Puji syukur penulis ucapkan kepada, Tuhan Yang Maha Esa, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Analisis Yuridis Alih Fungsi Lahan Pertanian

Pelaksanaan alih fungsi tanah pertanian ke non pertanian untuk tempat tinggal di Kabupaten Bantul, sebagian besar telah menjalankan alih fungsi tanah pertanian ke non

Proses alih fungsi lahan pertanian menjadi perumahan di Kelurahan Beru tidak terlepas dari aktor utama jual beli lahan yang berperan dalam menentukan harga lahan

Pembangunan perumahan dan kawasan permukiman selalu menghadapi permasalahan pertanahan khususnya wilayah perkotaan, apalagi jika tanah tersebut merupakan tanah pertanian

Proses alih fungsi lahan pertanian menjadi perumahan di Kelurahan Beru tidak terlepas dari aktor utama jual beli lahan yang berperan dalam menentukan harga lahan

Tesis ini membahas tentang pelaksanaan izin alih fungsi tanah pertanian ke nonpertanian, baik mengenai mekanisme perizinan, prosedur pendaftaran tanah, biaya yang timbul,