• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Dprd Kota Medan Terhadap Pengawasan Kinerja Pemerintahan Kota Medan Dalam Bidang Pendidikan Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Dprd Kota Medan Terhadap Pengawasan Kinerja Pemerintahan Kota Medan Dalam Bidang Pendidikan Tahun 2012"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Menguraikan kedudukan legislatif daerah atau dalam hal ini Dewan Perwakilan Rakyat Daerah atau disingkat DPRD dalam setiap UU atau peraturan yang berlaku selama ini merupakan panorama yang menarik. Dalam kurun waktu 46 tahun telah terjadi pergeseran kedudukan Pemerintah daerah dan DPRD yang cukup fundamental. Perubahan ketentuan kedudukan DPRD dari satu peraturan ke peraturan lainnya sangat signifikan dan selalu merupakan perubahan total, dan terkadang isi ketentuan tersebut kembali atau mendekati kembali kepada apa yang telah diatur sebelumnya tetapi digeser atau ditiadakan oleh peraturan penggantinya. Dalam setiap setiap perubahan UU yang mengatur tentang pemeritahan daerah, yang otomatis ikut mengatur tentang kedudukan DPRD, titik sentralnya ialah tentang peranan dan ruang lingkup tugas dan hak DPRD serta peranan ketua DPRD dikaitkan dengan peranan pemerintah daerah.1

Dalam setiap perubahan UU tersebut mengacu tentang upaya kemandirian tiap daerah untuk mampu berdiri sendiri dengan mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam tiap-tiap daerah. Kemudian ini menggeser tentang bagaimana konsep sentralisasi selama ini dengan membangun kekuatan tiap-tiap daerah untuk mampu bersaing dengan daerah lainnya. Seiring dengan reformasi politik dan

1

(2)

2

administrasi, terbitnya Undang-undang Pemerintahan Daerah Nomor 22/1999, memindahkan urusan dan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah menyebabkan perubahan sangat besar dalam tata hubungan pemerintah pusat-daerah. Titik berat desentralisasi pada level pemerintah kabupaten/kota meredusir pola kekuasaan berpangku pada pemerintah provinsi. Permasalahan demi permasalahan muncul seiring dengan merebaknya semangat,euphoria,suka cita pemerintah kabupaten/kota menikmati setiap sisi potensial kekayaan alamnya tanpa berpikir bahwa sumber daya alam akan habis suatu waktu, memperluas kewenangannya walaupun untuk itu harus bersinggungan dengan kewenangan daerah lain. Permasalahan tersebut tidaklah belum pelik bila kita telisik lebih jauh, bahwa titik permasalahan paling krusial adalah desentralisasi belum dapat menjamin kesejahteraan rakyat di daerah. Namun demikian, persoalan desentralisasi di masa kini tidaklah khas karena di masa lalu, tepatnya pada periode masa pemerintahan transisi dari Republik Indonesia Serikat ke Negara Kesatuan Republik Indonesia.2

Pemerintah lokal sebagai lembaga yang mengelola urusan – urusan yang berkenaan dengan pelayanan publik. Pelayanan itu dapat dijalankan dengan perumusan dan pelaksanaan pelayanan publik. Perumusan dilaksanakan oleh lembaga legislatif dan pelaksanaan oleh eksekutif. Sebuah kebijakan publik biasanya diawali dengan pengambilan keputusan yang esensinya mewakili kepentingan orang banyak. Hal ini dapat kita kita tinjau ketika perumusan tersebut didkukung oleh mayoritas.

2

(3)

3

Kebijakan publik adalah output yang paling nyata dan yang paling utama dari setiap sistem politik dan kebijakan publik.3

Dalam konsep sebuah negara, selain komponen fisik tentang batasan wilayah dan pengakuan kedaulatan dari negara lain, terdapat dua komponen lain yang menjadi prasyarat berdirinya satu negara. Kedua komponen tersebut adalah rakyat dan pemerintah. Pemerintah dalam arti paling dasar diterjemahkan sebagai sekumpulan orang yang memiliki mandat yang absah dari rakyat untuk menjalankan wewenangnya dalam urusan pemerintahan. Disini terdapat hubungan kontrak sosial antara rakyat sebagai pemberi mandat dan pemerintah sebagai pelaksana mandat.4

Pemerintah adalah institusi yang menyelenggarakan kewenangan politik, ekonomi dan administratif untuk mengatur urusan negara di setiap tingkatan. Pemerintahan merupakan mekanisme yang kompleks, yang melibatkan proses dan institusi sebagai wahana warga dan kelompok masyarakat mengartikulasikan kepentingan, menjalankan hak dan kewajiban, dan memediasi perbedaan-perbedaan. Dalam perspektif ini pemerintah mencakup seluruh metode membagikan kekuasaan dan mengatur sumber daya dan masalah publik. Pemerintah yang baik akan akan mengalokasikan sumber daya dan masalah publik secara efisien, memperbaiki kegagalan pasar (market failure), menyusun peraturan yang efektif dan menyediakan kebutuhan publik yang tidak disuplai oleh pasar.5

3

P. Athonius Sitepu, 2012. Teori – Teori Politik, Yogyakarta: Graha Ilmu, hal 6

4

Bayu Suryaningrat,1992. Mengenal Ilmu Pemerintahan, Jakarta: Rineke Cipta, hal 9

5

Dede Mariana & Caroline Paskarina,2008. Demokrasi dan Politik Desentralisasi, Yogyakarta : Graha Ilmu, hal 157

(4)

4

dilakukan atau diselenggarakan atau dilaksanakan oleh pemerintah. Eksekutif adalah cabang kekuasaan dalam negara yang melaksanakan kebijakan publik (kenegaraan dan atau pemerintahan) melalui peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan oleh lembaga legislatif maupun atas inisiatif sendiri.

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah salah satu lembaga yang mewakili seluruh lapisan masyarakat dalam pemerintahan. Namun dalam realitanya selama ini, dalam menjalankan peran dan fungsi sebagai wakil rakyat belum bisa memberikan sumbangsih yang begitu maksimal terhadap kepentingan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dengan adanya kenyataan bahwa seringnya kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan atau diputuskan oleh pemerintah bersama DPRD sama sekali tidak memihak terhadap kepentingan masyarakat ataupun tidak sesuai dengan aspirasi masyarakat.

Fungsi pengawasan merupakan fungsi manejemen yang penting yaitu untuk menunjang kelancaran pelaksanaan program pembangunan nasional, sehingga diharapkan dengan pelaksanaan pengawasan yang efektif akan terwujud tujuan yang dikehendaki. Peranan pengawasan di dalam pelaksanaan pembangunan adalah untuk mendeteksi secara dini terhadap berbagai penyimpangan yang mungkin terjadi. Berawal dari ungkapan tersebut di atas maka fungsi pengawasan patut mendapatkan perhatian demi terselenggaranya pemerintahan yang baik dan bersih.

(5)

5

terabaikan. Dalam hal ini, masyarakat dapat melakukan proses litigasi (penyelesaian sengketa tata pemerintahan) yang diselesaikan melalui proses pengadilan. Di sisi lain adanya freies ermessen atau descreationarie (wewenang yang diberikan kepada pemerintah untuk mengambil tindakan guna menyelesaikan suatu masalah penting yang mendesak, tiba-tiba dan belum ada peraturannya) banyak menimbulkan sengketa antara pemerintah dengan masyarakat, utamanya dalam dikeluarkannya suatu keputusan. Untuk meminimalisasasi penyimpangan yang dilakukan pemerintah (eksekutif), maka dalam menyelenggarakan pemerintahan di daerah perlu diawasi oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

Bentuk pengawasan yang dilakukan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah pengawasan politik yaitu pengawasan yang dilakukan oleh lembaga legistalif (DPRD) terhadap lembaga eksekutif (kepala daerah, wakil kepala daerah, beserta perangkat daerah) yang lebih bersifat kebijakan strategis dan bukan pengawasan teknis maupun administrasi, sebab Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah lembaga politik. Berdasarkan fungsi, tugas, wewenang dan hak yang dimiliki Dewan Perwakilan Daerah (DPRD), diharapkan DPRD mampu memainkan perannya secara optimal mengemban fungsi kontrol terhadap pelaksanaan peraturan daerah. Tujuannya adalah terwujudnya pemerintahan daerah yang efisien, bersih, berwibawa dan terbebas dari berbagai praktek yang berdedikasi korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).6

Berdasarkan undang – undang nomor 27 tahun 2009 pasal 341, DPRD merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur

(6)

6

penyelenggaraan pemerintahan daerah. Fungsinya adalah antara lain membentuk peraturan daerah bersama kepala daerah yang disebut fungsi legislasi, menyusun dan menetapkan APBD bersama pemerintah daerah yang didalamnya termasuk anggaran untuk pelaksanaan, fungsi, tugas, dan wewenang DPRD yang disebut dengan fungsi anggaran, dan melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang, Peraturan Daerah, keputusan kepala daerah,atau kebijakan yang ditetapkan pemerintah daerah yang dikenal sebagai fungsi pengawasan. Fungsi pengawasa ini dilaksanakan oleh DPRD melalui rapat kerja maupun rapat dengar pendapat. Apabila dipandang perlu DPRD membentuk panitia khusus untuk membahas secara mendalam terhadap suatu permasalahan.

Dalam kenyataan sehari-hari fungsi lembaga DPRD itu biasa disebut sebagai lembaga legislatif. Namun Fungsi utama DPRD adalah untuk mengontrol jalannya pemerintahan di Daerah. Sedangkan fungsi legislatif, posisi DPRD bukanlah aktor yang dominan. Pemegang kekuasaan yang dominan dibidang itu tetap kepala daerah. Bahkan dalam UU.22/1999 kepala daerah diwajibkan mengajukan rancangan peraturan daerah dan menetapkannya menjadi peraturan daerah dengan perseujuan DPRD. Artinya DPRD itu bertindak sebagai lembaga pengendali atau pengontrol yang dapat menyetujui atau menolak atau menyetujui dengan perubahan-perubahan tertentu, dan sekali-sekali dapat mengajukan usul inisiatif sendiri mengajukan rancangan peraturan daerah.

(7)

7

Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang menyatakan bahwa “Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat”. Maka DPRD mempunyai fungsi dan wewenang untuk melihat bagaiamana penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara kontinyu dan berkala dengan mengembangkan setiap aspek-aspek yang menunjang penerapan pendidikan berjalan optimal di daerah.

Dari uraian diatas dapat dimengerti bahwa lembaga parlemen itu adalah lembaga politik. Sifat lembaga politik itu tercermin dalam fungsinya untuk mengawasi jalannya pemerintahan. Sesuai fungsinya sebagai lembaga pengawasan politik yang kedudukannya sederajat dengan pemerintah daerah, maka DPRD juga diberi hak untuk melakukan amandemen dan penolakan terhadap rancangan perda yang diajukan pemerintah apabila perlu. Bahkan DPRD juga diberi hak untuk mengambl inisiatif sendiri guna merancang dan mengajukan rancangan sendiri kepada pemerintah.7

Dengan demikian sudah seharusnya semua anggota DPRD untuk meningkatkan perannya sebagai wakil rakyat yang secara aktif mengawasi jalannya pemerintahan daerah dengn sebaik-baiknya. Instrumen yang dapat digunakan untuk itu adalah segala peraturan perundang-undangan yang berlaku dan rencana angaran yang ditetapkan dan disepakati bersama. Yang mana sudah tentu untuk melaksanakan

7

(8)

8

tupoksi DPRD. Termasuk fungsi legislasi dan anggaran. Setiap anggota DPR juga dapat mengangkat seseorang atau beberapa tenaga ahli untuk membantu pelaksanaan tugasnya.

Terkait peran DPRD kota Medan sebagai badan pengawas penyelenggara pemerintahan harus dilakukan secara bertanggung jawab. Artinya pengawasan terhadap kinerja pemerintahan dituntut secara profesional. Dalam menjalankan tugasnya, pengawas pemerintahan harus sadar untuk tidak hanya berorientasi pada hasil tetapi juga pada kebenaran dan kewajaran dalam proses pencapaiannya. Penyelenggaraan pemerintahan daerah yang bertanggung jawab dan transparan akan menumbuhkan rasa percaya masyarakat pada pemerintah daerah.

Dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik di suatu daerah, penyelenggara pemerintahan dituntut harus mengelola sumber daya seefektif dan seefisien mungkin. Efektif berarti setiap upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah harus tepat sasaran dan sesuai dengan tujuan. Efisien artinya pemerintah daerah harus bersikap rasional dengan mempertimbangkan dari setiap sumber daya yang dipakai. Dengan praktek yang baik dari konsep efekti dan efisien tersebut, pemerintah daerah dapat berharap banyak akan sebuah tata kepemerintahan yang baik di daerahnya.

(9)

9

kotamadya yang maju dan sejahtera. Oleh karena itu dibutuhkan pemerintahan yang dapat memaksimalkan potensi tersebut. Hal yang tidak dapat dikesampingkan adalah adanya peran DPRD kota Medan dalam memahami pemerintahan di kota Medan dengan baik.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik meneliti dan mengangkat judul “Politik Lokal: Peran DPRD Kota Medan terhadap kinerja Pemerintah Kota Medan Dalam Bidang Pendidikan Tahun 2012 “.

I. 2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah di atas maka dalam penelitian ini yang menjadi rumusan masalah adalah : “Bagaimana peran DPRD Kota Medan terhadap pengawasan kinerja Pemerintah Kota Medan dalam bidang pendidikan tahun 2012?”.

I. 3. Pembatasan Masalah

(10)

10

I. 4 . Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :.

1. Melihat bagaimana mekanisme DPRD Kota Medan dalam mengawasi kinerja pemerintah Kota Medan dalam bidang pendidikan tahun 2012. 2. Menjelaskan hambatan dan solusi terhadap penerapan kinerja

pemerintah Kota Medan tahun 2012

I. 5 . Manfaat Penelitian

Setiap penelitian diharapkan mampu memberikan manfaat, terlebih lagi untuk perkembangan ilmu penegetahuan. Adapaun yang menjadi manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan terhadap perkembangan dan pendalaman tentang peran pengawasan.

2. Secara kelembagaan, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat kepada Penyelenggara pemerintahan (DPRD kota Medan) dalam mewujudkan pemerintahan yang tranparansi, efektif dan efisien.

(11)

11

I. 6 . Kerangka Teori

Dalam sebuah penelitian dibutuhkan kerangka teori sebagai landasan atau pedoman berpikir. Teori merupakan serangkaian asumsi, konsep dan konstruksi defenisi dan proposis untuk menerangkan fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara konsep. Ringkasnya, teori adalah hubungan suatu konsep dengan konsep lainnya untuk menjelaskan fenomena tertentu.8 Konsep merupakan generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat digunakan untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama. Atau konsep adalah suatu kata atau lambangyang menggambarkan kesamaan-kesamaan dalam berbagai gejala walaupun berbeda.9

Dalam menyoroti politik lokal perlu dipakai kerangka konseptual tentang sistem politik. Sistem politik itu sendiri merupakan pendekatan baru yang dipakai oleh para ahli ilmu sosial dalam meneliti fenomena sosial, khususnya fenomena politik. Dikatakan baru karena sebelumnya para ahli menggunakan terminologi seperti negara dan bangsa dalam mengadakan penelitian tentang gejala-gejala politik. Almond and Powel dalam bukunya mengatakan bahwa “One of the basic units of political system, then is the political role. We refer to particular sets of roles which

are related to one another as structures” .

I. 6. 1. Teori Politik Lokal

10

8

Masri Singarimbun & Sofian Effendi,1989. Metode Penelitian Survey, Jakarta : LP3ES, hal 37

9

Rianto Adi,2004. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Jakarta : Granit, hal 27

10

Almond & Powell. 1966. Comparative Politics, A Developmental Approach. Little Brown: Boston, Hal: 21

(12)

12

peran-peran yang berinteraksi dan berkaitan. Himpunan dari peran-peran itu membentuk struktur di dalam suatu sistem politik. Dalam melakukan atau memainkan suatu peran terjadilah aktivitas-aktivitas yang dapat dilihat dan dianalisa sebagai sebuah struktur.

Peranan dari DPRD dalam politik lokal dapat dilihat dari fungsinya yaitu: legislasi, budgeting, pengawasan dan fungsi-fungsi lainnya. Melalui fungsi-fungsi legislatif yang dimiliki DPRD dapat diarahkan untuk mempengaruhi proses penyusunan rencana pembangunan dan anggaran sehingga dapat membawa perubahan signifikan dalam berbagai sektor kehidupan masyarakat, kinerja pemerintahan dan pertumbuhan ekonomi.

(13)

13

1.6.2. Konsep Pengawasan

Berbagai fungsi manajemen politik dilaksanakan oleh para pimpinan dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Fungsi-fungsi yang ada didalam manajemen diantaranya adalah fungsi perencanaan (Planning), fungsi pengorganisasian

(Organizing), fungsi pelaksanaan (Actuating) dan fungsi pengawasan (Controlling)

menurut Griffin. Keempat fungsi manajemen tersebut harus dilaksanakan oleh seorang manajer secara berkesinambungan, sehingga dapat merealisasikan tujuan organisasi. Pengawasan merupakan bagian dari fungsi manajemen yang berupaya agar rencana yang sudah ditetapkan dapat tercapai dengan efektif dan efisien.

Konsep pengawasan merupakan sebagai proses dalam menetapkan ukuran kinerja dalam pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan ukuran yang telah ditetapkan tersebut. Pengawasan sebagai proses pemantauan kinerja karyawan berdasarkan standar untuk mengukur kinerja, memastikan kualitas atas penilaian kinerja dan pengambilan informasi yang dapat dijadikan umpan balik pencapaian hasil yang dikomunikasikan ke para karyawan. Defenisi ini tidak hanya terpaku pada apa yang direncanakan, tetapi mencakup dan melingkupi tujuan organisasi. Hal tersebut akan mempengaruhi sikap, cara, sistem,dan ruang lingkup pengawasan yang akan dilakukan oleh seorang manajer. 11

Pengawasan sangat penting dilakukan oleh perusahaan dalam kegiatan operasionalnya untuk mencegah kemungkinan terjadinya penyimpangan– penyimpangan dengan melakukan tindakan koreksi terhadap penyimpangan tersebut

11

(14)

14

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan sebelumnya. Pengawasan adalah keseluruhan sistem, teknik, cara yang mungkin dapat digunakan oleh seorang atasan untuk menjamin agar segala aktivitas yang dilakukan oleh dan dalam organisasi benar-benar menerapkan prinsip efisiensi dan mengarah pada upaya mencapai keseluruhan tujuan organisasi. Sedangkan menurut Maringan pengawasan adalah proses dimana pimpinan ingin mengetahui hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan bawahan sesuai dengan rencana, perintah, tujuan, kebijakan yang telah ditentukan.

Selain itu menurut Dessler menyatakan bahwa pengawasan (Controlling)

merupakan penyusunan standard seperti kuota penjualan, standar kualitas, atau level produksi; pemeriksaan untuk mengkaji prestasi kerja aktual dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan; mengadakan tindakan korektif yang diperlukan Berdasarkan penjelasan para ahli diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengawasan merupakan suatu tindakan pemantauan atau pemeriksaan kegiatan perusahaan untuk menjamin pencapaian tujuan sesuai dengan rencana yang ditetapkan sebelumnya dan melakukan tindakan korektif yang diperlukan untuk memperbaiki kesalahan- kesalahan yang ada sebelumnya. Pengawasan yang efektif membantu usaha dalam mengatur pekerjaan agar dapat terlaksana dengan baik. Fungsi pengawasan merupakan fungsi terakhir dari proses manajemen. Fungsi ini terdiri dari tugas- tugas memonitor dan mengevaluasi aktivitas perusahaan agar target dalam pemerintahan tercapai.12

12

(15)

15

Terselenggaranya pengawasan dalam sebuah pemerintahan yakni untuk menilai kinerja suatu institusi dan memperbaiki kinerja sebuah institusi. Oleh karena itu dalam setiap perusahaan mutlak, bahkan rutin adanya sistem pengawasan. Dengan demikian pengawasan merupakan instrument pengendalian yang melekat pada setihap tahapan opersional perusahaan. Fungsi pengawasan dapat dilakukan setiap saat, baik selama proses manajemen atau administrasi berlangsung maupun setelah berakhir untuk mengetahuai tingkat pencapaian tujuan suatu organisasi atau kerja.

Fungsi pengawasan dilakukan terhadap perencanaan dan kegiatan pelaksanaannya. Kegiatan pengawasan sebagai fungsi manajemen bermaksud untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan kegagalan yang terjadi setelah perencanaan dibuat dan dilaksanakan. Keberhasilan perlu dipetrtahankan dan jika mungkin ditingkatkan dalam perwujudan manajemen/administrasi berikutnya dilingkungan suatu organisasi/ unit krja tertentu. Sebaliknya setiap kegagalan harus diperbaiki dengan menghindari penyebabnya baik dalam menyusun perencanaan maupun pelaksanaannya. Untuk itulah, fungsi pengawasan dilaksanakan, agar diperoleh umpan balik (feed back) untuk melaksanakan perbaikan bila terdapat kekeliruan atau penyimpangan sebelum menjadi lebih buruk dan sulit diperbaiki.

1.6.2.1 Jenis Pengawasan

Menurut Schermerhorn (2001), Tahapan pengawasan dapat dibagi dalam 4

jenis:

(16)

16

Pengawasan ini dilakukan sebelum aktivitas dimulai yang bertujuan untuk menjamin

kejelasan sasaran; tersedianya arahan yang memadai; ketersediaan sumber daya yang

dibutuhkan. Dan memfokuskan pada kualitas sumber daya.

• Pengawasan concurrent (pengawasan bersamaan)

Pengawasan ini memfokuskan pada apa yang terjadi selama proses berjalan yang

bertujuan untuk memonitor aktivitas yang sedang berjalan untuk menjamin segala

sesuatu sesuai rencana dan juga untuk mengurangi hasil yang yang tidak diinginkan.

• Pengawasan feedback (pengawasan umpan balik)

Pengawasan ini dilakukan setelah aktivitas selesai dilaksanakan. Dengan tujuan untuk

menyediakan informasi yang berguna untuk meningkatkan kinerja di masa depan dan

memfokuskan pada kualitas hasil.

• Pengawasan internal-external.

Pengawasan internal memberikan kesempatan untuk memperbaiki sendiri sedangkan

pengawasan eksternal melalui supervisi dan penggunaan administrasi formal.

I. 7. Metodologi Penelitian

I. 7. 1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan penulis dala penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Metode penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan suatu situasi atau arena populasi tertentu yang bersifat faktual secara sistematis dan akurat.13

13

Sudarwan Danin, 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif ; Ancangan Metodologi, Presentasi dan publikasi Hasil Penelitian Untuk Mahasiswa dan Peneliti Pemula Bidang Ilmu-Ilmu Sosial, Pendidikan dan Humaniora, Bandung : Pustaka Setia, hal 41

(17)

17

diselidiki dengan menggambarkan atau menerangkan keadaan sebuah objek maupun subjek penelitian seseorang, lembaga maupun masyarakat pada saat sekarang dengan berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya.14

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif bermaksud untuk memberi makna atas fenomena secara holistik dan harus memerankan dirinya secara aktif dalam keseluruhan proses studi. Penelitian kualitatif berorientasi pada upaya memahami fenomena secara menyeluruh. Penelitian deskriptif kualitatif berakar pada latar alamiah sebagai keutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, mengandalkan analisis data secara induktif, bersifat deskriptif, membatasi studi dengan fokus.

I. 7. 2. Jenis Penelitian

15

1. Data Primer, yaitu sejumlah data atau keterangan yang secara langsung diperoleh melalui penelitian di lapangan, meliputi keterangan dari orang-orang yang diteliti yang berhubungan dengan obyek penelitian. Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara dengan anggota DPRD kota Medan dalam upaya mendukung data serta menguatkan analisisis yang dilakukan oleh peneliti.

I. 7. 3. Teknik Pengumpulan Data

Terdapat 2 teknik data yang akan digunakan dalam penelitian ini.

14

Hadari Nawawi, 1987. Metodologi Penelitian Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, hal 63

15

(18)

18

2. Data Sekunder, Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui sumber data dan informasi dan melalui buku-buku, jurnal, internet, majalah, surat kabar dan lain sebagainya yang relevan denga topik penelitian.

I. 7. 4. Teknik Analisa Data

Sesuai dengan metode penelitian dalam menganalisis data, pada penelitian ini teknik analisi data yang digunakan adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif, yaitu teknik tanpa menggunakan alat bantu dengan rumus statistik. Metode kulaitatif dapat didefinisikan sebagai proses penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang mengkaji masalah secara kasus per kasus. Teknik ini mendeskripsikan data-data yang ada dan dilakukan analisis sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang akan diteliti dan kemudian dilakukan penarikan kesimpulan.16

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, kerangka teori, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

I. 8 . Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan penjabaran rencana penulisan untuk lebih mempermudah dan terarah dalam pembahasan karya ilmiah ini. Maka penulis membagi sistematiaka penulisan ini menjadi empat bab, yaitu :

BAB I : PENDAHULUAN

16

(19)

19

BAB II : DESKRIPSI DAN PROFIL DPRD KOTA MEDAN

Bab ini akan menguraikan tentang peran DPRD kota Medan serta profil DPRD kota medan untuk membantu memahami dengan jelas tentang bagaimana kondisi badan legislatif kota medan.

BAB III : PERAN PENGAWASAN DPRD KOTA MEDAN TERHADAP

KINERJA PEMERINTAH DAERAH

Bab ini nantinya akan membahas secara garis besar hasil penelitian sekaligus menganalisis data yang diperoleh untuk mendapatkan hasil dari rumusan permasalahan serta analisis terhadap peran DPRD kota Medan dalam mengawasi kinerja pemerintah sebagai lembaga legislatif.

BAB IV : PENUTUP

Referensi

Dokumen terkait

Keuntungan dan kerugian aktuarial yang timbul dari program imbalan pasti diakui sebagai pendapatan atau beban apabila akumulasi keuntungan atau kerugian aktuarial

[r]

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Basyuni dkk., (2016) melaporkan bahwa dolichol mendominasi dalam enam belas dari dua puluh satu jaringan mangrove yang

*Hosting support database adalah tempat penyimpanan file-file di web server dan support untuk penyimpanan data di database MySQL, untuk permintaan kapasitas hosting yang

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adaptasi atau penyesuaian diri yang dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di Rusunawa Kota Binjai, dan hubungan yang tercipta

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adaptasi atau penyesuaian diri yang dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di Rusunawa Kota Binjai, dan hubungan yang tercipta