• Tidak ada hasil yang ditemukan

nsdnfs,fsa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "nsdnfs,fsa"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

1

USULAN

PENELITIAN DOSEN PEMULA

Efektifitas Pemberian Air Rebusan Daun Salam (

Eugenia

polyantha)

dalam Menurunkan Kadar Kolesterol Darah pada

Hewan Coba Mencit

(Mus musculus)

TIM PENGUSUL:

Ketua : dr. Hasta Handayani Idrus, M.Kes (092058802) Anggota : dr. Rasfayanah (0930128406)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

APRIL 2016

(2)

2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Gaya hidup masyarakat yang semakin maju ikut mempengaruhi kesehatan mereka. Makanan berlemak dan siap saji, kurangnya aktifitas olahraga serta merokok dapat menimbulkan masalah kesehatan yang disebut Hiperlipidemia.1

Sejumlah data epidemiologi telah menekankan adanya hubungan antara kadar kolesterol serum dengan insiden Penyakit Jantung Koroner (PJK). Data klinis juga

mendukung hubungan antara kadar kolesterol serum dengan penyakit jantung. The National Research Council (NRC) Comitee in Diet and Health menetapkan hubungan tersebut sebagai strong, continuous positive dan establish unequivocably. 1

Di Amerika jumlah pasien penyakit kardiovaskular (termasuk hipertensi) sebesar 62 juta orang. 12 juta diantaranya mengalami penyakit jantung iskemik, 6 juta mengalami

angina pektoris, dan 7 juta lainnya mengalami infark miokard. Jadi, total penyakit jantung koroner di Amerika adalah 25 juta orang sehingga prevalensinya sebesar 40, 32% dari total seluruh pasien dengan penyakit kardiovaskular.2

Penyakit kardiovaskuler (PKV) terutama Penyakit Jantung koroner merupakan penyakit revalen dan menjadi pembunuh utama di negara-negara industri. Di Indonesia

(3)

3 Hasil penelitian epidemiologi profil lipid masyarakat di Indonesia, meskipun

belum banyak, memperlihatkan peningkatan prevalensi dislpidemia. Berdasarkan studi MONICA I tahun 1988 dan MONICA II tahun 1993 di Jakarta, terdapat peningkatan

prevalensi hiperkolesterolemia dari 13,4 % menjadi 16,2% pada perempuan dan dari 11,4% menjadi 14% pada laki-laki. Dua studi populasi lain dengan karakteristik sampel yang kurang lebih serupa, di kelurahan Kayu Putih Jakarta Timur tahun 1993 dan di

Kelurahan Jaya Depok tahun 2001 memberikan gambaran serupa, yaitu peningkatan angka rerata kadar kolesterol total dari 173 mgdL menjadi 218 mg/dL, kolesterol LDL dari 106

mg/dL menjadi 133 mg/dL, kolesterol HDL dari 46 mg/dL menjadi 54 mg/dL dan trigliserida dari 108 mg/dL menjadi 137mg/dL.4

Pengobatan tradisional di Indonesia telah ada sejak zaman dahulu. Hal ini

disebabkan karena banyak sekali tanaman yang tumbuh di Indonesia yang dapat digunakan sebagai bahan- bahan baku alami pengobatan. Badan Pengawas Obat dan

Makanan telah menetapkan tanaman obat unggulan yang telah diteliti atau diuji secara klinis. Sembilan tanaman obat itu adalah : sambiloto, jambu biji, jati belanda ,cabe jawa, temulawak, jahe merah, kunyit, mengkudu dan Salam.5

Daun Salam (Eugenia Polyantha) dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai bumbu rempah dalam masakan karena memiliki keharuman khas yang dapat menambah

kelezatan masakan. Daun Salam mempunyai rasa yang kelat dan bersifat astringent. Untuk pengobatan, memang daunlah yang paling banyak digunakan, tetapi akar, kulit, dan buahnya pun berkhasiat sebagai obat.6 Pengobatan secara tradisional menggunakan daun

Salam untuk mengobati kolesterol tinggi, kencing manis, hipertensi, gastritis, dan diare.7 Daun Salam (Eugenia polyantha) mengandung berbagai macam zat kimia yaitu

(4)

4 mengandung beberapa vitamin, di antaranya vitamin C, vitamin A, Thiamin, Riboflavin,

Niacin, vitamin B6, vitamin B12, dan folat. Bahkan mineral seperti selenium terdapat di dalam kandungan daun Salam.9

Mekanisme kerja saponin dalam daun Salam untuk menurunkan kolesterol dengan

cara, saponin berikatan dengan asam empedu dan kolesterol (dari makanan) membentuk ikatan kompleks yang kurang dapat diserap oleh usus. Tanin yang terkandung dalam daun

Salam berfungsi menurunan kadar lemak dan kolesterol. Tanin di dalam tubuh akan berikatan dengan protein tubuh dan akan melapisi dinding usus, sehingga penyerapan

lemak dihambat.10 Flavonoid dalam daun Salam dapat menurunkan kadar kolesterol melalui penghambatan reaksi oksidasi kolesterol LDL dalam darah.11 Dengan adanya berbagai macam zat kimia dalam daun Salam, maka diharapkan tanaman ini dapat

berfungsi menurunkan kadar kolesterol yang tinggi dalam darah.

Berdasarkan dari pernyataan dan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian lebih lanjut dengan harapan penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang manfaat daun Salam (Eugenia polyantha) dalam menurunkan kadar kolesterol darah. Untuk membuktikan kebenaran hal tersebut, peneliti

mengambil judul “Efektifitas Pemberian Air Rebusan Daun Salam (Eugenia polyantha) dalam Menurunkan Kadar Kolesterol Darah pada Hewan Coba Mencit

(Mus Musculus)”.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka peneliti merumuskan

masalah sebagai berikut:

Apakah ada pengaruh pemberian air rebusan daun Salam (Eugenia polyantha)

(5)

5

1.3. TUJUAN PENELITIAN 1.3.1. Tujuan Umum.

Mengetahui efektivitas pemberian air rebusan daun Salam (Eugenia polyantha)

terhadap penurunan kadar kolesterol darah pada mencit (Mus musculus) percobaan.

1.3.2.Tujuan khusus.

1. Membandingkan kadar kolesterol mencit (Mus musculus) yang tidak diberi lemak dan

air rebusan daun Salam (Eugenia polyantha) pada kelompok mencit A (kontrol negatif) pada tiap minggu.

2. Membandingkan kadar kolesterol mencit (Mus musculus) sebelum dan setelah pemberian lemak trans sebanyak 1 gr tiap campuran 7,5 gr pelet pada kelompok mencit B (kontrol positif).

3. Membandingkan kadar kolesterol mencit (Mus musculus) sebelum dan setelah pemberian air rebusan daun Salam (Eugenia polyantha) sebanyak 0,52 ml/20 grBB/hari

pada kelompok mencit C (perlakuan I).

4. Membandingkan kadar kolesterol mencit (Mus musculus) sebelum dan setelah pemberian air rebusan daun Salam (Eugenia polyantha) sebanyak 1,04 ml/20 grBB/hari

pada kelompok mencit D (perlakuan II).

5. Membandingkan kadar kolesterol mencit (Mus musculus) antara kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan sebelum dan setelah perlakuan.

6. Membandingkan kadar kolesterol darah pada mencit kelompok C (perlakuan I) yang diberi air rebusan daun Salam (Eugenia polyantha) sebanyak 0,52ml/20 grBB/hari dan

(6)

6

1.4. MANFAAT PENELITIAN 1.4.1. Manfaat Teoritis.

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas dan memperkaya wawasan ilmu

pengetahuan khususnya tentang pemberian air rebusan daun Salam (Eugenia polyantha) dalam menurunkan kadar kolesterol darah.

2. Dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk mengembangkan penelitian selanjutnya.

1.4.2. Manfaat Praktis.

1. Tenaga Kesehatan/Keperawatan

Memberikan informasi dan wawasan mengenai efektifitas pemberian air

rebusan daun Salam (Eugenia polyantha) dalam menurunkan kadar kolesterol darah. 2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dengan penelitian ini dapat menjadi daftar pustaka tentang pemakaian air rebusan daun Salam (Eugenia polyantha) dalam menurunkan kadar kolesterol darah.

3. Peneliti

Sebagai penerapan mata kuliah Metodologi Penelitian dan Pengabdian

Masyarakat dan menambah pengalaman serta sebagai masukan pengetahuan tentang efektifitas pemberian air rebusan daun Salam (Eugenia polyantha) dalam menurunkan kadar kolesterol darah.

4. Masyarakat

• Menjadikan daun Salam sebagai pencegahan herbal dalam penyakit hiperlipidemia

yang menjadi penyebab PJK, aterosklerosis dan stroke.

(7)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. TINJAUAN UMUM KOLESTEROL DARAH

Jumlah darah pada hewan keberadaannya tergantung pada jenis hewan tersebut, pada manusia jumlah darah adalah 5-8% berat badan. Darah terdiri dari dua bagian, yaitu sel-sel darah (butir-butir darah) dan cairan darah (plasma darah). Sel-sel darah merupakan

bagian yang mempunyai bentuk. Ada tiga macam, yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit).12

Plasma darah merupakan bagian cair dari darah, umumnya terdiri dari 91- 92% air dan 8-9% protein. Protein yang terdapat dalam plasma adalah serum albumin, serum globulin dan fibrinogen; garam-garam anorganik dan substansi organik. Garam-garam

organik terdiri dari kation dan anion. Sedangkan substansi organik adalah, garam ammonium, urea, asam urat, kreatinin, kreatin, asam amino, santin, hiposantin; lipid yaitu

lemak, fosfolipid, kolesterol; karbohidrat. Selain itu dalam plasma terdapat gas-gas diantaranya O2,CO2, dan gas-gas yang dihasilkan oleh usus.12

Kolesterol merupakan salah satu senyawa lemak seperti lilin dan berwarna

kekuningan. Sebagian besar kebutuhan kolesterol tubuh di produksi oleh hati (kurang lebih 1 gr/hari), sedangkan sebagaian kecil sekitar 0,3-0,5 gr/hari berasal dari makanan.

Kolesterol di dalam tubuh berasal dari sintesa sel-sel hati, cortex adrenal, usus, testes, aorta oleh retikulum endoplasma dalam sel. Tubuh mensintesis kolesterol dari bahan acetyl-co-a melalui serangkaian reaksi yang kompleks. Kolesterol merupakan suatu

(8)

8 saja yang mengandung kolsterol, misalnya saja butter, keju, daging, hati, kuning telur.13

Di dalam tubuh, kolesterol mempunyai fungsi penting yang diperlukan dalam berbagai proses metabolisme, seperti untuk bahan pembentuk membran sel, pembentukan

hormon, misal hormon seks, pembungkus jaringan saraf, membuat vitamin D yang penting untuk kesehatan tulang, bahan pembentukan asam dan garam empedu yang berfungsi untuk mengemulsi lemak, juga untuk perkembangan sel-sel otak pada anak-anak.14

Pada tubuh manusia kolesterol terdapat dalam darah, empedu, kelenjar adrenal bagian luar (adrenal kortex) dan jaringan syaraf. Kolesterol dalam keadaan konsentrai

yang tinggi, kolesterol mengkristal dalam bentuk kristal yang tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Kolesterol mempunyai titik lebur 150 -151º C. Endapan kolesterol apabila terdapat pada pembuluh darah dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah

karena dinding pembuluh darah menjadi tebal. Hal ini akan menyebabkan berkurangnya elastisitas atau kelenturan pembuluh darah. Dengan penyempitan pembuluh darah dan

berkurangnya kelenturan pembuluh, maka aliran darah akan terganggu.15 Akibat dari penyempitan oleh kolesterol itu disebut arterosklerosis yang dapat menyebabkan penyakit jantung dan stroke.14

Kolesterol tidak dapat larut dalam darah, oleh karena itu kolesterol berikatan dengan lipoprotein sehingga kolesterol dapat berada dalam aliran darah dan dapat

ditransportasikan menuju jaringan-jaringan tubuh.14

Lipoprotein plasma darah digolongkan berdasarkan densitasnya, yakni: 1. Kilomikron.

Kilomikron ini dibentuk usus berasal dari absorpsi lemak makanan, kemudian masuk ke darah melalui pembuluh lymph ductus thoracicus. Setelah itu melepaskan

(9)

9 akan masuk ke dalam sel-sel hati.13

Kilomikron adalah lipoprotein yang paling besar dan mempunyai densitas paling rendah. Kilomikron mengangkut lipida berasal dari makanan dari saluran cerna ke seluruh

tubuh. Lipid yang diangkut terutama trigliserida. Kilomikron merupakan tetesan besar lipida berupa trigliserida, kolesterol dan fosfolipida dengan sedikit protein (terutama berupa apolipoprotein A dan B) yang membentuk selaput pada permukaannya. Selaput di

sekeliling kilomikron ini memungkinkan lipida di dalamnya mengembang secara bebas di dalam aliran darah yang sebagian besar adalah air. Kilomikron ini berfungsi mengemulsi

lemak sebelum masuk ke dalam aliran darah. Dalam aliran darah trigliserida yang ada pada kilomikron dipecah menjadi gliserol dan asam lemak bebas oleh enzim lipoprotein lipase yang berada pada sel-sel endotel kapiler.16

2. Very Low Density Lipoproteins (VLDL).

Very Low Density Lipoproteins (VLDL) dibentuk oleh hepar dengan bantuan

insulin. VLDL dalam hati berfungsi untuk mentransport lemak trigliserida ke luar hati13 dan membawanya ke jaringan otot untuk disimpan sebagai cadangan energi. VLDL adalah lipoprotein dengan densitas sangat rendah yang terdiri atas trigliserida. Jika VLDL

meninggalkan hati, lipoprotein lipase kembali bekerja dengan memecah trigliserida yang ada pada pada VLDL. kemudian mengikat kolesterol yang ada pada permukaan

lipoprotein lain dalam sirkulasi darah. Dengan berkurangnya trigliserida, VLDL bertambah berat dan menjadi LDL.16

3. Intermediet Density Lipoprotein (IDL).

(10)

10 4. Low Density Lipoproteins (LDL).

Low Density Lipoproteins (LDL) adalah kolesterol lipoprotein berkepadatan rendah. Kolesterol LDL adalah kolesterol jahat karena kolesterol pada LDL mudah

melekat pada dinding arteri dan bisa menyebabkan perkembangan penutupan-penutupan arteri.17 LDL mensuplai kolesterol ke sel-sel jaringan tubuh sehingga kadar LDL yang tinggi dapat menyebabkan risiko terjadinya arterosklerosis.13 LDL bersirkulasi dalam

tubuh dan dibawa ke sel-sel otot, lemak dan sel-sel lain. Trigliserida akan diperlakukan sama dengan yang terjadi pada kilomikron dan VLDL. Kolesterol dan fosfolipid akan

digunakan untuk membuat membran sel, hormon-horman atau disimpan. Reseptor LDL yang ada dalam hati akan mengeluarkan LDL dari sirkulasi. Pembentukan LDL oleh resptor LDL ini penting dalam pengontrolan kolesterol darah.16

5. High Density Lipoproteins (HDL).

High Density Lipoproteins (HDL) merupakan senyawa lipoprotein yang

menguntungkan bagi proses metabolisme, karena kelebihan kolesterol dalam jaringan perifer akan diangkut oleh HDL ke hati untuk kemudian dikeluarkan melalui saluran empedu sebagai lemak empedu.17 Maka jika kadar HDL tinggi dapat mengurangi risiko

arterosklerosis.13

Jika sel-sel lemak telah membebaskan gliserol dan asam lemak, kemungkinan

kolesterol dan fosfolipid pula akan dikembalikan ke dalam aliran darah. Hati dan usus halus akan memproduksi HDL yang masuk ke dalam aliran darah. HDL mengambil kolesterol dan fosfolipid yang ada di dalam aliran darah. HDL akan menyerahkan

(11)

11 Nilai HDL dan LDL mempunyai implikasi terhadap kesehatan jantung dan

pembuluh darah. Jika nilai LDL tinggi seperti telah dijelaskan di atas akan meningkatkan risiko terhadap serangan jantung. Dalam hal ini sebaliknya untuk HDL, jika nilai HDL

tinggi maka risiko serangan jantung akan menurun. Oleh karena iti LDL disebut kolesterol jahat, sedangkan HDL disebut kolesterol baik.16

2.2. TINJUAUAN UMUM HIPERLIPIDEMIA

Dislipidemia atau hiperlipidemia adalah keadaan yang ditandai oleh peningkatan kadar kadar lemak darah. Lemak ikut dalam peredaran darah dengan larut pada

lipoprotein, yaitu suatu ikatan yang larut dalam air dengan berat molekul yang tinggi, terdiri dari lemak (kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid) dan protein yang khusus dapat mengikat protein (apo-protein). Lipoprotein ini dibagi menjadi 5 macam berdasarkan berat

jenisnya, yaitu kilomikron, Very Low Density Lipoprotein (VLDL), Intermediate Density Lipoprotein (IDL), Low Density Lipoprotein (LDL), dan High Density Lipoprotein (HDL).

Di dalam darah, lipoprotein merupakan suatu kompleks yang disebut Lipoprotein Particle yang terdiri dari dua bagian dalam (inti) yang tidak larut, terdiri dari trigliserida dan ester kolesterol, dan bagian luar yang lebih larut, terdiri dari kolesterol bebas, fosfolipid, dan

apoprotein.18

Secara klinis, terutama dalam hubungannya dengan PJK, maka hiperlipidemia

dapat digolongkan menjadi hiperkolesterolemia, hipertrigliseridaemia, dan hiperlipidemia campuran. Didapati bahwa gabungan antara peningkatan kadar kolesterol LDL dan trigliserida disertai dengan penurunan kadar kolesterol HDL, yang dikenal dengan “Triad

Lipid” merupakan faktor risiko terkuat untuk terjadinya PJK.2

Proses aterosklerosis pada penyakit jantung koroner dimulai dengan terbentuknya

(12)

12 struktur lipoprotein yang terdiri dari empat macam, yaitu kilomikron, HDL, LDL, dan

VLDL. Bila kolesterol berikatan dengan HDL, maka akan disebut HDL-C. Bila kolesterol berikatan dengan LDL, maka akan disebut LDL-C. Sedangkan bila kolesterol berikatan

dengan VLDL, maka akan disebut VLDL-C.2

2.3. TINJAUAN UMUM ATEROSKLEROSIS

Aterosklerosis adalah radang pada pembuluh darah manusia yang disebabkan

penumpukan plak ateromatous. Pemahaman hingga saat ini mengenai aterogenesis, lintasan pembentukan aterosklerosis, adalah sebuah peradangan yang terjadi pada dinding

pembuluh darah, yang terjadi dengan beberapa fase dan tahap. Pada fase awal, yang terjadi adalah disfungsi endothelial dengan degradasi ikatan dan struktur mosaik, sehingga memungkinkan senyawa yang terdapat di dalam plasma darah seperti LDL untuk

menerobos dan mengendap pada ruang sub- endothelial akibat peningkatan permeabilitas.19

2.3.1. Patofisiologi.

Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di intima arteri besar. Timbunan ini dinamakan ateroma atau plak yang akan menganggu absorbsi nutrient oleh

sel- sel endotel yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah dan menyumbat aliran darah karena timbunan ini menonjol ke lumen pembuluh darah. Endotel pembuluh

darah yang terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi jaringan parut, selanjutnya lumen menjadi semakin sempit dan aliran darah terhambat. Pada lumen yang menyempit dan berdinding kasar, akan cenderung terjadi pembentukan bekuan darah. Hal ini

menjelaskan bagaimana terjadinya koagulasi intravaskuler, diikuti oleh penyakit tromboemboli, yang merupakan komplikasi tersering aterosklerosis. 20

(13)

13 tidak satu pun yang terbukti secara meyakinkan. Mekanisme yang mungkin, adalah

pembentukan thrombus pad permukaan plak; dan penimbunan lipid terus menerus. Bila fibrosa pembungkus plak pecah, maka febris lipid akan terhanyut dalam aliran darah dan

menyumbat arteri dan kapiler di sebelah distal plak yang pecah. Strktur anatomi arteri koroner membuatnya rentan tehadap mekanisme aterosklerosis. Arteri tersebut terpilin dan berkelok- kelok saat memasuki jantung, menimbulkan kondisi yang rentan untuk

terbentuknya ateroma. 20

2.4. TINJAUAN UMUM PENYAKIT JANTUNG KORONER

Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit yang ditandai dengan adanya endapan lemak yang berkumpul di dalam sel yang melapisi dinding suatu arteri koroner dan menyumbat aliran darah. Endapan lemak (ateroma atau plak) terbentuk secara

bertahap dan tersebar di percabangan besar dari kedua arteri koroner utama, yang mengelilingi jantung dan menyediakan darah bagi jantung. Proses pembentukan ateroma

disebut aterosklerosis. Ateroma bisa menonjol ke dalam arteri dan menyebabkan arteri menjadi sempit. Jika ateroma terus membesar, bagian dari ateroma bisa pecah dan masuk ke dalam aliran darah atau bisa terbentuk bekuan darah di dalam permukaan ateroma

tersebut. Supaya bisa berkontraksi dan memompa secara normal, otot jantung (miokardium) memerlukan pasokan darah yang kaya akan oksigen dari arteri koroner. Jika

penyumbatan arteri semakin memburuk, bias terjadi iskemik (berkurangnya pasokan darah) pada otot jantung, menyebabkan kerusakan jantung. Penyebab utama dari iskemik miokardial adslah penyakit jantung koroner. Komplikasi utama dari penyakit arteri

(14)

14

2.4.1. Etiologi.

Penyakit jantung koroner bisa menyerang semua ras, tetapi angka kejadian paling tinggi ditemukan pada orang kulit putih. Tetapi ras sendiri tampaknya bukan merupakan

bourgeois penting dalam gaya hidup seseorang. Secara spesifik, faktor- faktor yang meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung koroner adalah: 21

• Diet tinggi lemak

• Merokok

• Malas berolahraga

2.4.2. Faktor Risiko.

Kajian epidemiologis menunjukkan bahwa ada berbagai kondisi yang mendahului atau menyertai awitan penyakit jantung koroner. Kondisi tersebut dinamakan bourgeois

risiko karena satu atau beberapa diantaranya, dianggap meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami penyakit jantung koroner. Faktor risiko ada yang dapat dimodifikasi

(modifable) dan ada yang tidak dapat dimodifikasi (non modifable). Faktor risiko modifable dapat dikontrol dengan mengubah gaya hidup atau kebiasaan pribadi; borjuis risiko non modifable merupakan konsekuensi genetik yang tidak dapat dikontrol. 3 Faktor

risiko dapat bekerja sendiri atau bekerja sama dengan bourgeois risiko yang lain. Semakin banyak bourgeois risiko yang dimiliki seseorang, semakin besar kemungkinan terjadinya

(15)

15

2.5. TINJAUAN UMUM TANAMAN SALAM 2.5.1. Nama Daerah. 23

Di beberapa daerah di Indonesia, daun Salam mempunyai beberapa sebutan, yaitu:

Sumatra : Meselangun, ubar serai (Melayu)

Jawa : Salam, gowok (Sunda), Salam (Madura), Manting.

2.5.2. Sistematika Tanaman Salam. 23

Klasifikasi tanaman Salam dalam dunia tumbuhan adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Sub kelas : Dialypetalae

Bangsa : Myrtales Suku : Myrtaceae

Marga : Syzygium

(16)

16

2.5.3. Ekologi

Terdapat di Birma ke arah selatan sampai Indonesia. Di Jawa tumbuh di Jawa Barat sampai Jawa Timur pada ketinggian 5 m sampai 1.000 m di atas permukaan laut.

Pohon Salam dapat tumbuh di dataran rendah sampaipegunungan dengan ketinggian 1800 m; banyak tumbuh di hutan maupun rimba belantara.24

2.5.4. Morfologi.

Pohon atau perdu, daun tunggal, bersilang berhadapan, pada cabang mendatar seakan-akan tersusun dalam 2 baris pada 1 bidang. Kebanyakan tanpa daun penumpu.

Bunga kebanyakan banci, kelopak dan mahkota masing-masing terdiri atas 4-5 daun kelopak dan sejumlah daun mahkota yang sama, kadang- kadang berlekatan. Benang sari banyak, kadang-kadang berkelopak berhadapan dengan daun-daun mahkota. Mempunyai

tangkai sari yang berwarna cerah, yang kadang-kadang menjadi bagian bunga. Yang paling menarik, bakal buah tenggelam, mempunyai 1 tangkai putik, beruang 1 sampai

banyak, dengan 1-8 bakal biji dalam tiap ruang. Biji dengan sedikit atau tanpa endosperm, lembaga lurus, bengkok atau melingkar.Tumbuh liar di hutan dan pegunungan atau dipekarangan di sekitar rumah.24

2.5.5. Kandungan Kimia.

Daun Salam (Eugenia polyantha) mengandung berbagai macam zat kimia yaitu

saponin, flavonoid, polifenol, tanin dan minyak atsiri.8 Selain itu, daun Salam juga mengandung beberapa vitamin, di antaranya vitamin C, vitamin A, Thiamin, Riboflavin, Niacin, vitamin B6, vitamin B12, dan folat. Bahkan mineral seperti selenium terdapat di

dalam kandungan daun Salam.9 1. Tanin

(17)

17 khusus dalam jaringan kayu. Secara kimia terdapat dua jenis utama tanin, yaitu tanin

terkondensasi dan tanin terhidrolisis. Tanin terkondensasi atau flavolan secara biosintesis dapat dianggap terbentuk dengan cara kondensasi katekin tunggal (galokatekin) yang

membentuk senyawa dimer dan kemudian oligomer yang lebih tinggi. Ikatan karbon-karbon menghubungkan satu flavon dengan satuan berikutnya melalui ikatan 4-6 atau 6-8. Kebanyakan flavolan mempunyai 2-20 satuan flavon. Tanin terhidrolisis terdiri atas dua

kelas, yang paling sederhana ialah depsida galoiglukosa. Pada senyawa ini, inti yang berupa glukosa dikelilingi oleh lima atau lebih gugus ester galoil. Pada jenis yang kedua,

inti molekul berupa senyawa dimer asam galat yaitu asam heksahidroksidifenat, yang berikatan dengan glukosa. Bila dihidrolisis, elagitanin ini menghasilkan asam elagat.25 Kandungan zat aktif tanin dalam daun Salam dipercaya dapat menurunkan kandungan

kolesterol dan lemak dalam tubuh. Tanin dapat menyebabkan pemadatan lapisan lendir saluran pencernaan sehingga menghambat penyerapan zat-zat makanan (termasuk lemak

dan kolesterol) oleh saluran pencernaan.26 2. Flavonoid

Flavonoid sebagai suatu senyawa fenol dalam dunia tumbuhan dapat ditemukan

dalam bentuk glikosida maupun aglikonnya. Aglikon flavonoid mempunyai kerangka dasar struktur C6-C3-C6. Berdasarkan tingkat oksidasi serta subsituennya kerangka

flavonoid dibedakan menjadi berbagai jenis seperti flavon, flavonol, khalkon, santon, auron, flavon, antosianidin dan leukoantosianidin. Flavonoid mengandung cincin aromatik yang terkonjugasi dan karena itu menunjukkan pita serapan yang kuat pada daerah

spektrum UV (ultra violet) dan spektrum tampak. Flavonoid umumnya terdapat dalam tumbuhan, terikat pada gula seperti glikosida. Aglikon flavonoid terdapat dalam satu

(18)

18 Salam merupakan antioksidan yang dapat menangkap radikal bebas yang dapat

menurunkan kadar kolsterol darah. Flavonoid menghentikan tahap awal reaksi dengan membebaskan satu atom hidrogen dari gugus hidroksilnya yang kemudian berikatan

dengan satu radikal bebas. Dengan ikatan ini maka akan menstabilkan radikal peroksi yang membuat energi aktivasi berkurang, dan selanjutnya akan menghambat atau menghalangi reaksi oksidasi dari kolesterol LDL. Melalui penghambatan reaksi oksidasi

kolesterol LDL ini maka dapat menurunkan kadar kolesterol.11 3. Minyak Atsiri

Minyak atsiri dapat bersumber pada setiap bagian tanaman yaitu dari daun, bunga, biji, batang atau kulit dan akar atau rhizoma. Minyak atsiri disebut juga minyak eteris yaitu minyak yang mudah menguap dan diperoleh dari tanaman dengan cara penyulingan,

biasanya tidak berwarna terutama bila masih dalam keadaan segar, setelah terjadi proses oksidasi dan pendamaran makin lama akan berubah menjadi gelap, untuk menghindarinya

harus disimpan dalam keadaan penuh dan tertutup rapat. Minyak atsiri umumnya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia yang terbentuk dari unsur Karbon (C), Hidrogen (H) dan Oksigen (O) serta berbagai persenyawaan kimia yang mengandung

unsur Nitrogen (N) dan Belerang (S). Beberapa minyak atsiri dapat digunakan sebagai bahan antiseptik internal dan eksternal, bahan analgesik, hemolitik atau enzimatik, sedatif,

stimulan, untuk obat sakit perut, bahan pewangi kosmetik dan sabun.27 4. Saponin

Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol yang telah terdeteksi dalam lebih

dari 90 suku tumbuhan. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun, serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuan membentuk busa dan menghemolisis

(19)

19 saponin dalam tumbuhan telah dirangsang oleh kebutuhan akan sumber sapogenin yang

mudah diperoleh. Saponin dan glikosida sapogenin adalah salah satu tipe glikosida yang tersebar luas dalam tumbuhan.28 Dikenal dua macam saponin, yaitu glikosida triterpenoid

alkohol dan glikosida dengan struktur steroid. Kedua saponin ini larut dalam air dan etanol tetapi tidak larut dalam eter.29

Mekanisme kerja saponin dalam daun Salam untuk menurunkan kolesterol dengan

cara, saponin berikatan dengan asam empedu dan kolesterol (dari makanan) membentuk ikatan kompleks yang kurang dapat diserap oleh usus.

5. Polifenol

Senyawa fenol meliputi aneka ragam senyawa yang berasal dari tumbuhan, yang mempunyai ciri sama yaitu cincin aromatik yang mengandung satu atau dua penyulih

hidroksil. Senyawa fenol cenderung mudah larut dalam air karena umumnya sering kali berikatan dengan gula sebagai glikosida, dan biasanya terdapat dalam vakuola sel.

Beberapa ribu senyawa fenol telah diketahui strukturnya. Flavonoid merupakan golongan terbesar, tetapi fenol monosiklik sederhana, fenil propanoid, dan kuinon fenolik juga terdapat dalam jumlah yang besar. Beberapa golongan bahan polimer penting dalam

tumbuhan seperti lignin, melanin, dan tanin adalah senyawa polifenol.25 6. Alkaloid

Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Pada umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan, sebagai bagian dari sistem siklik alkaloid sering

kali beracun pada manusia dan banyak yang mempunyai kegiatan fisiologi yang menonjol, jadi digunakan secara luas dalam bidang pengobatan. Umumnya alkaloid tidak berwarna,

(20)

20 7. Niasin (Vitamin B3)

Daun Salam mengandung vitamin B3 atau yang biasa di sebut niasin yang di percaya dapat menurunkan kolesterol. Vitamin tersebut berperan sebagai enzim pada

berbagai macam metabolisme di sitosol dimana lemak, karbohidrat, dan protein dibentuk. Niasin dapat menurunkan produksi VLDL di hati, sehingga produksi kolesterol total, LDL dan trigliserida menurun.10 Hal ini disebabkan oleh Apolipoprotein khususnya

ApoB-100 yang sebagai ligan pembawa lipid yang terkandung dalam VLDL dihasilkan di sitosol serta Retikulum Endoplasma (RE) halus dan kasar.30 Jika kadar niasin tinggi, maka

tidak terjadi penumpukan VLDL karena semua bahannya dimetabolisme dengan baik. 8. Vitamin C

Vitamin C sebagai antioksidan yang larut dalam air dapat mencegah terjadinya

oksidasi. Vitamin C sebagai antioksidan berfungsi menangkap radikal peroksil sehingga dapat melindungi LDL dari kerusakan oksidatif. Konsentrasi vitamin C yang tinggi dalam

darah akan menurunkan kadar LDL, trigliserida dan meningkatkan HDL darah.15 Tabel 2.1 Kandungan nutrisi daun Salam (Eugenia polyantha)

Nutrisi Daun Salam (tiap 1sdm = 2gr)

Kalori 5

Karbohidrat 1 gr

Vitamin A 108 IU

Vitamin C 0,8 mg

Folat 3,2 µg

Kalsium 14,6 mg

(21)

21

Mangan 0,1 mg

Sumber: Laboratorium Fakultas MIPA Universitas Indonesia, tahun 2010

Berikut adalah kandungan polifenol yang terdapat di dalam ekstrak daun Salam (Eugenia polyantha) :

Tabel 2.2 Kandungan polifenol dalam ekstrak daun Salam (Eugenia polyantha)

Sumber: Lelono, R.A.A., Tachibana, S, Itoh, K., 2009. In vitro antioxidative activities and polyphenol content of Eugenia polyantha Wight grown in Indonesia. Pakistan Journal of Biological Sciences.

Tabel 2.3 Kandungan flavonoid daun Salam segar

Food Description Class Flavonoid Mean Min Max

Bay leaves (E. polyantha), fresh

Flavones

Apigenin 0,00 0,00 0,00

Luteolin 0,00 0,00 0,00

Myricetin 0,00 0,00 0,00

Flavonols

Kaempferol 4,82 4,82 4,82

Quercetin 3,19 3,19 3,19

(For mean, min and max, units = mg/100, edible portion)

Sumber: USDA Database for the Flavonoid Content of Selected Foods, Release 3, 2011

2.5.6. Kegunaan tanaman.

Tanaman Salam lebih dikenal sebagi bumbu masakan, karena aromanya yang khas. Tetapi tanaman Salam juga merupakan salah satu alternatif obat tradisional. Kegunaan

(22)

22 kulitnya untuk menyamak jala, akarnya untuk obat gatal dan daun digunakan untuk

pengobatan kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi (hipertensi), sakit maag (gastritis), diare dan asam urat. 5

2.5.7. Efek Samping.

Secara keseluruhan, daun Salam memiliki efek samping sangat sedikit, dan kemungkinan aman ketika dikonsumsi dalam jumlah yang digunakan dalam makanan.

Namun, pada beberapa kasus dapat menyebabkan beberapa efek samping seperti : masalah pencernaan karena daun Salam sulit untuk dicerna, juga dapat pada pernapasan untuk

penderita asma. Efek samping lain yang pernah dilaporkan meliputi eksim di tangan dan wajah.

Beberapa praktisi medis menyatakan tidak menganjurkan konsumsi daun Salam untuk ibu hamil dan menyusui dalam jumlah banyak. Namun, karena kurangnya bukti ilmiah mengenai hal tersebut masih menjadi perdebatan. 5

2.6. TINJAUAN UMUM MENCIT (Mus musculus) 2.6.1. Klasifikasi Ilmiah. 31

Klasifikasi mencit dalam dunia hewan adalah sebagai berikut:

Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Kelas : Mammalia

Ordo : Rodentia Famili : Muridae

(23)

23 Spesies : Mus musculus

2.6.2. Asal dan Habitat.

Mencit (Mus musculus) adalah anggota Muridae (tikus-tikusan) yang berukuran kecil. Mencit mudah dijumpai di rumah-rumah dan dikenal sebagai hewan pengganggu

karena kebiasaannya menggigiti mebel dan barang-barang kecil lainnya, serta bersarang di sudut-sudut lemari. 31

Mencit adalah binatang asli Asia, India, dan Eropa Barat. Jenis ini sekarang ditemukan di seluruh dunia karena pengenalan oleh manusia. Mencit peliharaan memiliki aktifitas selama siang dan malam hari. Mencit memakan makanan manusia dan

barang-barang rumah tangga. Hewan ini diduga sebagai mamalia terbanyak kedua di dunia setelah manusia. Mencit sangat mudah menyesuaikan diri dengan perubahan yang dibuat manusia,

bahkan jumlahnya yang hidup liar di hutan barangkali lebih sedikit daripada yang tinggal di perkotaan. Mencit percobaan (laboratorium) dikembangkan dari mencit, melalui proses seleksi. Sekarang mencit juga dikembangkan sebagai hewan peliharaan. 31

2.6.3. Penggunaan.

Mencit kadang-kadang dimanfaatkan sebagai hewan peliharaan. Namun, sebagian

besar tikus diperoleh dari peternak hewan laboratorium untuk digunakan dalam penelitian biomedis, pengujian, dan pendidikan. Bahkan, tujuh puluh persen dari semua hewan yang digunakan dalam kegiatan biomedis tikus. Melebihi dari 1000 jenis dan strain tikus telah

dikembangkan, serta ratusan mutan yang digunakan sebagai model penyakit manusia. Dalam hal genetika, mencit adalah mamalia dicirikan paling lengkap dengan manusia. 31

(24)

24 Mencit harus diberi makan pelet tikus atau hewan pengerat dan air. Menu yang

bergizi lengkap dan tidak memerlukan suplemen. Makanan asupan sekitar 15g/100g BB / hari; asupan air sekitar 15 ml/100g BB / hari. 31

2.6.5. Anatomi dan Fisiologi.

a.Dewasa berat badan : 20 – 35 gr (betina); 20-40 gr (jantan)

b. Pubertas : 35 hari

c. Masa beranak : sepanjang tahun d. Hamil : 19-20 hari

e. jumlah sekali lahir : 4-12 (biasanya 6-8) f. Lama hidup : 2-3 tahun

g. masa laktasi : 21 hari

h. Frekwensi kelahiran/tahun : 4 kali i. Suhu tubuh : 37,9-39,20C

j. Kecepatan respirasi : 136-216 kali/menit k. Denyut jantung : 325- 780 kali/ menit

l. Tekanan darah : 130-160 mmHg sistol; 102-110 mmHg diastol

m. Volume darah : 75% BB n. Hemoglobin : 8 g/dL

o. Kolesterol darah : 26- 82,4 mg/ dL p. Gula darah : 25- 40 mg/ dL

q. Rumus gigi adalah 2 (I 1 / 1, M 3 / 3) = 16. Terbuka di gigi seri- berakar dan tumbuh

terus menerus. Tikus akan menggigit atau mengerat dengan gigi seri tajam.

r. Perut dibagi menjadi bagian nonglandular proksimal dan bagian distal kelenjar. Kedua

(25)

25 s. Paru-paru kiri terdiri dari satu lobus, sedangkan paru kanan terdiri dari empat lobus.

t. Memiliki lima pasang kelenjar susu. Distribusi jaringan mammae menyebar, membentang dari garis tengah ventral atas panggul, dada, dan bagian leher.

u. Sangat berkonsentrasi urin diproduksi; jumlah besar protein diekskresikan dalam urin. v. Memiliki zona thermoneutral sempit mamalia apapun sejauh diukur. Mencit

menanggapi penurunan suhu oleh non shivering thermogenesis, dan dengan kenaikan

temperatur lingkungan dengan mengurangi laju metabolik dan meningkatkan vascularization dari telinga. Non shivering thermogenesis dapat menghasilkan

peningkatan tiga kali lipat tingkat metabolisme dasar, dan untuk sebagian besar terjadi pada lemak cokelat. Konsentrasi tertinggi lemak cokelat ditemukan dalam jaringan subkutan antara scapulae. Brown lemak juga disebut kelenjar berhibernasi, walaupun

mencit tidak berhibernasi.

w. Pengalas kandang harus diganti dua kali seminggu. Tanah tongkol jagung yang paling

(26)
(27)

27 Keterangan:

: Variabel yang diteliti

: Hubungan antar variabel

OH* : Radikal hidroksil (Radikal bebas)

R* : Radikal lipid

FL- OH : Senyawa golongan flavonoid FL- O* : Radikal flavonoid

(28)

28

2.8. KERANGKA KONSEP

Keterangan:

: Variabel independen

: Variabel dependen : Hubungan antar variabel

Mencit diberi lemak trans

Penurunan Kolesterol Darah Mencit Pemberian Air Rebusan

Daun Salam Peningkatan Kolesterol

(29)

29

2.9. HIPOTESIS

Berdasarkan rumusan masalah yang ada di atas, maka peneliti menguraikan beberapa hipotesis sebagai berikut:

(30)

30

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian clinical trial. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratory dengan rancangan acak lengkap petak terbagi.

3.2. TEMPAT & WAKTU PENELITIAN

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilakukan pada laboratorium IPA Terpadu Fakultas Kedokteran

Universitas Muslim Indonesia. 2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan selama tiga minggu tertanggal 01 Oktober 2016 hingga

22 Oktober 2016.

3.3. POPULASI & SAMPEL PENELITIAN

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah mencit betina dewasa yang memiliki berat antara 20 – 35 gr, umur sekitar 4- 8 bulan yang diperoleh dari hasil ternakan peneliti sendiri.

(31)

31 Penentuan besar sampel berdasarkan WHO, dimana besar sampel tiap kelompok

minimal 5 ekor. Jumlah sampel minimal ditentukan menggunakan rumus Federer, yaitu:28

(k-1) (n-1) ≥ 15 Keterangan:

k= jumlah kelompok

n= jumlah sampel tiap kelompok

Dalam penelitian ini, sampel dibagi menjadi 4 kelompok sehingga berdasarkan rumus Federer didapatkan jumlah minimal sampel masing-masing kelompok sebagai berikut:28

(k-1) (n-1) ≥ 15

(4-1) (n-1) ≥ 15

3 (n-1) ≥ 15

3n ≥ 18

n ≥ 6

Jadi, jumlah sampel untuk masing- masing kelompok adalah 6 ekor mencit (Mus

musculus). sehingga total mencit yang dibutuhkan minimal sebanyak 24 ekor. Dalam penelitian ini populasi sampel yang digunakan berjumlah 28 ekor, sehingga tiap kelompok berjumlah 7 ekor.

(32)

32 - Mencit betina dewasa

- Berat badan 20 -35 gr - Usia 4- 8 bulan

- Sehat (aktif dan tidak cacat) Kriteria Eksklusi:

- Mencit mati dalam masa penelitian

3.4. VARIABEL PENELITIAN 3.4.1. Variabel Independen.

Air Rebusan Daun Salam

3.4.2. Variabel Dependen.

Kadar kolesterol darah mencit

3.5. DEFENISI OPERASIONAL & KRITERIA OBJEKTIF

• Kadar kolesterol darah

Kadar kolesterol darah adalah jumlah kolesterol total pada darah mencit yang diukur dengan menggunakan alat pemeriksaan kolesterol darah NESCO.

Kriteria Objektif:

- Normal: Jika hasil pengukuran kadar kolesterol darah mencit sebesar 26,0 mg/dL – 82,4 mg/dL yang diukur dengan alat pengukur kolesterol darah

NESCO.

- Hiperkolesterolemia: Jika hasil pengukuran kadar kolesterol darah mencit >82,4 mg/dL yang diukur dengan alat pengukur kolesterol darah NESCO.

3.6. ALAT & BAHAN

3.6.1. Alat.

(33)

33 - Kandang hewan beserta kelengkapan pemberian makanan

- Timbangan kue

- Alat ukur kolesterol darah NESCO

- Gelas ukur - Pipet hisap 2 ml

3.6.2. Bahan.

a. Hewan coba berupa mencit betina yang memenuhi kriteria inklusi. b. Bahan perlakuan berupa :

- Air rebusan daun Salam - Margarin 8 %

-

Makanan standar menggunakan pelet

3.7. TATA CARA PENELITIAN

A. Pelet

Pelet adalah makanan mencit yang terdiri dari nasi yang dilumatkan dengan

ikan. Kandungan kalori 115 kkal/ 100 gr dan lemak 109, 59 mg/ 100 gr. Pelet akan diberikan pada semua kelompok perlakuan.

Alat ukur: Timbangan kue

Cara mengukur: Pelet dinaikkan di atas timbangan sebanyak 7,5 gr untuk mencit seberat 50 gr, yang selanjutnya dibagi tiga untuk tiga kali makan.

B. Margarin 8%

Margarin 8% dicampurkan ke dalam pelet yang kemudian diberi 3x1 per hari

(34)

34 Cara mengukur: Margarin dinaikkan ke atas timbangan kue yang kemudian diukur 1gr

tiap campuran 7,5 gr pelet. C. Air Rebusan Daun Salam

Air rebusan daun Salam diperoleh dengan cara merebus 700 ml air atau setara dengan tiga gelas air kemudian ditambahkan 15 gr daun Salam sehingga nantinya akan tersisa 200 ml air rebusan daun Salam (setara 1 gelas). Air rebusan daun Salam diberi

secara peroral (sonde) pada mencit. Alat ukur: Gelas ukur

Pipet hisap 2 ml

Cara mengukur: 200 ml air rebusan daun Salam dikalikan dengan faktor konversi dosis manusia dengan berat badan 70 kg pada mencit dengan berat badan 20 gr yaitu 0,0026.

Sehingga dosis air rebusan daun Salam pada mencit adalah 0, 52 ml/ 20 grBB/ hari. Jumlah kadar daun Salam (n) di dalam 200 ml air rebusan diperoleh dengan

(35)

35

• Untuk kelompok C, dosis 0,52 ml/20 grBB/ hari direbus dengan 15 gr daun

Salam.

• Untuk kelompok D, dosis 1,04 ml/20 grBB/ hari direbus dengan 30 gr daun

Salam.

D. Mencit

Penelitian menggunakan 28 ekor mencit. Sampel penelitian yang berjumlah 28 ekor mencit dibagi dalam 4 kelompok, sehingga jumlah sampel tiap kelompok berjumlah 7

ekor. Ikhtisar perlakuan tiap kelompok adalah sebagai berikut : 1. Kelompok A (kontrol negatif)

Diberikan pakan standar yaitu pelet sebanyak 7,5 gr per hari tanpa pemberian

margarine 8% dan air rebusan daun Salam. 2. Kelompok B ( kontrol positif)

Diberikan campuran pelet sebanyak 7,5 gr per hari dan margarin 8% tanpa pemberian air rebusan daun Salam.

Minggu I : dilakukan adaptasi (pelet 7,5 gr/ hari)

Minggu II : pelet 7,5 gr/ hari + margarine 8% Minggu III : pelet 7,5 gr/ hari

3. Kelompok C (Perlakuan I)

Diberikan perlakuan, yaitu pelet 7,5 gr/ hari + margarin 8% + air rebusan daun Salam 0,52 ml/ 20 grBB/ hari.

(36)

36 Minggu III : pelet 7,5 gr/ hari + air rebusan daun Salam 0,52ml/20grBB/hari

4. Kelompok D (Perlakuan II)

Diberikan perlakuan, yaitu pelet 7,5 gr/ hari + margarin 8% + air rebusan daun

Salam 1,04 ml/ 20 grBB/ hari.

Minggu I : dilakukan adaptasi (pelet 7,5 gr/ hari) Minggu II : pelet 7,5 gr/ hari + margarine 8%

Minggu III : pelet 7,5 gr/ hari + air rebusan daun Salam 1,04ml/20grBB/hari Perlakuan terhadap hewan percobaan:

1. Menghitung tiap kadar kolesterol dan nilai mean kadar kolesterol darah pada semua mencit.

2. Semua mencit diberi minum air dan makanan standar berupa pelet yang

mengandung kolesterol 109, 59 mg/ 100 gr secara ad- libitum.

3. Semua mencit kelompok B, C dan D diberi margarin 8% yang dicairkan dan

dicampur ke dalam pelet.

4. Semua mencit kelompok C dan D diberi air rebusan daun Salam sesuai dosis yang ditentukan.

5. Mengambil darah mencit pada daerah pangkal ekor kemudian teteskan pada alat tetes.

6. Ukur kadar kolesterol darah vena dengan alat pengukur kadar kolesterol darah NESCO.

7. Mencari rata- rata kadar kolesterol tiap kelompok.

3.8. PENGOLAHAN DATA

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk grafik

(37)

37 normalitas menggunakan Shapiro-Wilk test. Apabila hasil sebaran data normal (p>0,05),

maka untuk perbedaan kadar dari masing - masing kelompok perlakuan dianalisis dengan uji statistik Repeated Measured Anova, kemudian dilanjutkan dengan uji statistik Post Hoc

(LSD). Apabila sebaran data tidak normal (p<0,05), dilanjutkan dengan uji statistic Kruskal-Wallace. Sedangkan untuk mengetahui hasil dari efektivitas pemberian Air Rebusan Daun Salam (Eugenia polyantha) antar kelompok dilakukan dengan uji statistik

(38)

38

• ARDS: Air Rebusan Daun Salam (Eugenia polyantha).

L1

Diberi Pakan Standar Pelet Minggu

Diberi Pakan Standar Pelet

Pelet

Adaptasi 1 minggu

(39)

39

• L1 : Pengambilan darah dan pemeriksaan kolesterol I (pemeriksaan

awal).

• L2 : Pengambilan darah dan pemeriksaan kolesterol II (mencit

hipekolesterolemia).

• L3 : Pengambilan darah dan pemeriksaan kolesterol III (mencit telah

(40)

40

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. GAMBARAN SINGKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UMI

Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia didirikan pada tahun 1992. Tanggal 16 April 1986 berdasarkan SK Rektor UMI Nomor 1381/H.20/UMI/IV/1986

(41)

41 hal ini Dirjen DIKTI Depdikbud No270 /Dikti/Kep/1992, tertanggal 8 Juni 1992 tentang

pendirian Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia setelah mendapat rekomendasi dari Komisarium Ilmu Kesehatan.

4.2. KEADAAN GEOGRAFIS FAKULTAS KEDOKTERAN UMI

Fakultas Kedokteran UMI ini bertempat di Kampus UMI yang terletak di jalan

Urip Sumoharjo Km.5 Kecamatan Panakkukang Kota Makassar dengan Batas Wilayah sebagai berikut :

• Sebelah selatan berbatasan dengan dengan jalan Urip Sumoharjo, PT.BOSOWA dan

Rumah Sakit Ibnu Sina.

• Sebelah utara berbatasan dengan Sungai Pampang dan Perkampungan Penduduk.

• Sebelah timur berbatasan dengan bekas tanah Terminal Panaikang.

(42)

42

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1.HASIL

Dari hasil penelitian yang dilakukan selama tiga minggu berturut-turut, diperoleh

data kadar kolesterol darah masing- masing kelompok mencit tiap-tiap waktu pengambilan darah yang disajikan pada tabel 5.1, yaitu setelah masa adaptasi (kolesterol minggu-I),

setelah pemberian lemak trans (kolesterol minggu-II) dan setelah pemberian air rebusan daun Salam (Eugenia polyantha) (kolesterol minggu-III).

Tabel 5.1 Kadar kolesterol darah masing- masing kelompok mencit tiap-tiap waktu pengambilan darah

Kelompok Mencit Kadar Kolesterol darah (mg/ dL)

(43)

43

Kelompok Mencit Kadar Kolesterol darah (mg/ dL)

Minggu I Minggu II Minggu III

Sumber : Data primer penelitian, Oktober 2012

Dari kontrol (-) didapatkan rerata kadar kolesterol darah mencit minggu-I sebesar 120,43 mg/dL; minggu-II sebesar 119,29 mg/dL; minggu-III sebesar 123,00 mg/dL.

Dari kontrol (+) didapatkan rerata kadar kolesterol darah mencit minggu-I sebesar

121,86 mg/dL; minggu-II sebesar 133,71 mg/dL; minggu-III sebesar 129,14 mg/dL. Dari perlakuan (I) didapatkan rerata kadar kolesterol darah mencit minggu-I

(44)

44 Dari perlakuan (II) didapatkan rerata kadar kolesterol darah mencit minggu-I

sebesar 123,43 mg/dL; minggu-II sebesar 137,71 mg/dL; minggu-III sebesar 99,71 mg/dL.

Berdasarkan uji Shapiro-Wilk diketahui bahwa hasil sebaran data normal p>0,05

(tabel 5.2) sehingga dilanjutkan dengan uji statistik Repeated Measured Anova, kemudian dilanjutkan dengan uji statistik Post Hoc (LSD). Pada uji Repeated Measured Anova yang

dilanjutkan dengan uji statistik Post Hoc (LSD) dapat diketahui nilai kemaknaan perbedaan kadar kolesterol darah mencit antara akhir minggu ke-I dan minggu ke-II serta akhir minggu ke-II dan minggu ke-III dalam tiap-tiap kelompok perlakuan, dimana

terdapat perbedaan yang bermakna (Minggu I- Minggu II: kontrol (+) p= 0,001; perlakuan I p= 0,000; perlakuan II p= 0,001), (Mingu II- Minggu III: perlakuan I p= 0.000;

perlakuan II p= 0,000) . Untuk mengetahui efektivitas pemberian air rebusan daun Salam (Eugenia polyantha) pada akhir minggu ke-III antar kelompok maka digunakan uji statistik T-tidak berpasangan. Berdasarkan uji tersebut, didapatkan adanya perbedaan

kadar kolesterol darah mencit yang bermakna (p<0,05) antar kelompok kontrol (-) dan perlakuan II p= 0,009; kontrol (+) dan perlakuan I p= 0,029; kontrol (+) dan perlakuan II

p= 0,000; perlakuan I dan perlakuan II p= 0,011).

Berikut ini adalah rerata (mean) dan simpang baku (standar deviasi) kadar kolesterol darah mencit tiap kelompok yang disajikan pada tabel 5.2.

Tabel 5.2 Rerata kadar kolesterol darah mencit (mg/dL)

Kelompok Mencit Kontrol (-) Kontrol (+) Perlakuan I Perlakuan II Minggu-I 120,43±14,98 121,86±12,58 121,43±15,59 123,43±6,90

Minggu-II 119,29±14,90 133,71±11,64 135,00±14,21 137,71±7,93

Minggu-III 123,00±18,15 129,14±9,70 115,29±11,19 99,71±8,05 Δ Rerata

Minggu II-Minggu I -1,14 11,83 13,57 14,28

(45)

45

Minggu III-Minggu II

p1 0,644 0,001* 0,000* 0,001*

p2 0,476 0,232 0,000* 0,000*

Ket : p1 uji signifikan kadar kolesterol Minggu-I & Minggu-II p2 uji signifikan kadar kolesterol Minggu-II & Minggu-III *p<0,05 perbedaaan bermakna

Sumber : Data primer penelitian, Oktober 2012

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa pemberian lemak trans selama satu minggu (pada minggu-II) dapat meningkatkan kadar kolesterol darah mencit pada kelompok

kontrol (+) sebesar 11,83 mg/dL; perlakuan I sebesar 13,57 mg/dL; perlakuan II sebesar 14,28 mg/dL. Setelah dilakukan uji statistik menggunakan uji Repeated Measured Anova

diketahui bahwa terdapat perbedaan bermakna pada masing-masing kelompok mencit yang diberi lemak trans (kontrol (+) p= 0,001; perlakuan I p= 0,000; perlakuan II p= 0,001), sedangkan pada kelompok mencit yang tidak diberi lemak trans yaitu kontrol (-)

perbedaan tidak bermakna (p= 0,644).

Pemberian air rebusan daun Salam (Eugenia polyantha) selama satu minggu (pada

minggu-III) dapat menurunkan kadar kolesterol darah mencit pada kelompok perlakuan I sebesar 19,71 mg/dL dan perlakuan II sebesar 38,00 mg/dL. Setelah dilakukan uji statistik menggunakan uji Repeated Measured Anova diketahui bahwa terdapat perbedaan

bermakna pada masing- masing kelompok mencit yang diberi Air Rebusan Daun Salam (Eugenia polyantha) dengan dosis bertingkat (perlakuan I p= 0.000; perlakuan II p=

0,000), sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak diberi Air Rebusan Daun Salam, perbedaan tidak bermakna ( kontrol (-) p= 0,476; kontrol (+) p= 0,232). Sehingga hipotesis penelitian bahwa “Terjadi penurunan kadar kolesterol darah pada hewan coba

(46)

46 Hasil uji statistik uji T- tidak berpasangan untuk melihat kadar kolesterol darah

mencit antar kelompok perlakuan pada minggu-III (setelah pemberian Air Rebusan Daun Salam) disajikan pada tabel 5.3 .

Tabel 5.3 Hasil analisis uji T- tidak berpasangan kadar kolesterol darah mencit antar kelompok perlakuan pada minggu-III (setelah pemberian Air Rebusan Daun Salam) Ket : *p<0,05 perbedaaan bermakna

Sumber : Data primer, Oktober 2012

Berdasarkan tabel 5.3, hasil analisis T- tidak berpasangan menunjukkan perbedaan

bermakna (p<0,05) pada minggu III setelah pemberian air rebusan daun Salam antar kelompok kontrol (-) dan perlakuan II p= 0,009; kontrol (+) dan perlakuan I p= 0,029;

kontrol (+) dan perlakuan II p= 0,000). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian air rebusan daun Salam (Eugenia polyantha) pada mencit kelompok perlakuan menyebabkan penurunan kadar kolesterol darah yang bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Perbedaan yang bermakna juga diperlihatkan antar dua kelompok perlakuan (perlakuan I dengan dosis 0,52 ml/20grBB/hari dan perlakuan II dengan dosis

1,04ml/20grBB/hari p= 0,011). Dimana pada dosis pertama hanya mampu menurunkan kadar kolesterol darah mencit sebesar 19,71 mg/dL sedangkan pada dosis kedua mampu menurunkan kadar kolesterol darah mencit sebesar 38,00 mg/dL. Dengan demikian,

(47)

47 kesimpulan bahwa semakin tinggi dosis air rebusan daun Salam yang diberikan, maka

semakin rendah kadar kolesterol darah mencit.

5.2. PEMBAHASAN

5.2.1. Peningkatan Kadar Kolesterol Darah Mencit (Mus musculus)

Pemberian pakan tinggi lemak sangat besar pengaruhnya terhadap kadar kolesterol

darah mencit. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil penelitian dimana kadar kolesterol darah mencit percobaan mengalami peningkatan yang signifikan setelah diberi pakan tinggi lemak selama satu minggu, yaitu pada kelompok kontrol (+) meningkat sebesar

11,83 mg/dL, perlakuan I meningkat sebesar 13,57 mg/dL, dan perlakuan II meningkat sebesar 14,28 mg/dL (tabel 5.2).

LDL merupakan lipoprotein pengangkut kolesterol terbesar pada manusia. Kadar LDL kolesterol dalam darah akan meningkat seiring dengan tingginya kandungan lemak dalam diet, karena banyaknya kolesterol yang akan diangkut. 16 Diet tinggi asam lemak

jenuh menyebabkan LDL kolesterol meningkat, yang juga akan meningkatkan kadar kolestrol total ditunjang pula dengan aktifitas fisik hewan coba yang terbatas di dalam

kandang.

5.2.2. Efektifitas Pemberian Air Rebusan Daun Salam (Eugenia polyantha)

Penurunan kadar kolesterol setelah pemberian air rebusan daun Salam (Eugenia polyantha) membuktikan bahwa terdapat senyawa-senyawa aktif dalam Eugenia

(48)

48 hasil penelitian dimana pada kelompok perlakuan yang diberi air rebusan daun Salam

kadar kolesterol darahnya menurun secara signifikan (perlakuan I p= 0,000; perlakuan II p= 0,000) dibandingkan dengan kelompok kontrol (tabel 5.2). Kelompok perlakuan I yang

diberi dosis air rebusan daun Salam 0,52ml/20grBB/hari mampu menurunkan kadar kolesterol darah mencit sebesar 19,71 mg/dL dan perlakuan II yang diberi dosis 1,04ml/20grBB/hari mampu menurunkan kadar kolesterol darah mencit sebesar 38,00

mg/dL tabel (5.2). Sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak diberi air rebusan daun Salam tidak mampu menurunkan kadar kolesterol darah mencit secara bermakna (kontrol

(-) p= 0,476; kontrol (+) p= 0,232) (tabel 5.2).

Berdasarkan data hasil penelitian, didapatkan bahwa kelompok mencit perlakuan II yang diberi air rebusan daun Salam dengan dosis 1,04ml/20grBB/hari mengalami

penurunan kadar kolesterol darah yang paling tinggi, yakni sebesar 38,00 mg/dL dibandingkan dengan kelompok mencit perlakuan I yang diberi dosis sebesar

0,52ml/20grBB/hari yang hanya mampu menurunkan kadar kolesterol darah sebesar 19,71 mg/dL. Hal ini disebabkan pada dosis 1,04ml/20grBB/hari tingkat konsentrasinya lebih besar dibanding dosis 0,52ml/20grBB/hari sehingga senyawa- senyawa aktif yang

terkandung di dalam daun Salam (Eugenia polyantha) seperti flavonoid akan lebih banyak melepaskan antioksidan dan menangkap radikal bebas lebih banyak pula, sehingga kadar

kolesterol dalam darah akan semakin rendah.11 Maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi dosis air rebusan daun Salam yang diberikan, maka semakin rendah kadar kolesterol darah mencit. Namun masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui

dosis maksimal pemberian air rebusan daun Salam.

Selain flavonoid, senyawa-senyawa lain yang diduga mampu menurunkan kadar

(49)

49 tanin, saponin dan vitamin C. Kandungan zat aktif tanin dalam daun Salam menyebabkan

pemadatan lapisan lendir saluran pencernaan sehingga menghambat penyerapan zat-zat makanan (termasuk lemak dan kolesterol) oleh saluran pencernaan.26

Saponin menurunkan kadar kolesterol darah dengan cara berikatan dengan asam empedu dan kolesterol (dari makanan) sehingga akan membentuk suatu ikatan kompleks yang kurang dapat diserap oleh usus.29

Vitamin C yang terkandung di dalam daun Salam berfungsi sebagai antioksidan yang akan menangkap radikal peroksil sehingga dapat melindungi LDL dari kerusakan

(50)

50

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kadar kolesterol darah mencit (Mus musculus) kelompok A (kontrol negatif) yang tidak diberi lemak dan air rebusan daun Salam (Eugenia polyantha) cenderung

berfluktuatif tipis.

2. Terjadi peningkatan kadar kolesterol darah mencit (Mus musculus) kelompok B (kontrol positif) setelah pemberian lemak trans.

3. Terjadi penurunan kadar kolesterol darah mencit (Mus musculus) kelompok C (perlakuan I) setelah pemberian air rebusan daun Salam (Eugenia polyantha) dengan

dosis 0,52ml/20grBB/hari.

4. Terjadi penurunan kadar kolesterol darah mencit (Mus musculus) kelompok D (perlakuan II) setelah pemberian air rebusan daun Salam (Eugenia polyantha) dengan

(51)

51 5. Terdapat perbedaan yang bermakna kadar kolesterol darah antara mencit kelompok A

(kontrol -), B (kontrol +) yang tidak diberi air rebusan daun Salam dengan kelompok mencit C (perlakuan I), D (perlakuan II) yang diberi air rebusan daun Salam (Eugenia

polyantha). Dimana penurunan kadar kolesterol darah pada kelompok kontrol tidak bermakna sedangkan kelompok perlakuan mengalami penurunan kadar kolesterol darah secara bermakna.

6. Penurunan kadar kolesterol darah mencit (Mus musculus) paling bermakna didapatkan pada kelompok mencit D (perlakuan II) yang diberi dosis air rebusan daun Salam

(Eugenia polyantha) sebesar 1,04ml/20grBB/hari.

6.2. SARAN

Mengacu pada hasil penelitian, maka penulis menyarankan untuk :

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh pemberian air rebusan daun Salam (Eugenia polyantha) yang diperoleh dari Eugenia polyantha segar terhadap

kadar kolesterol darah dengan jangka waktu yang lebih lama (>1 minggu), untuk melihat penurunan kadar kolesterol darah yang mungkin lebih besar jika dibandingkan

dengan penelitian yang telah ada.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh pemberian air rebusan daun Salam (Eugenia polyantha) terhadap mencit (Mus musculus) hiperkolesterolemia dengan dosis yang lebih bervariasi sehingga diperoleh dosis maksimal.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang zat- zat aktif yang terkandung di dalam ekstrak daun Salam (Eugenia polyntha) untuk mengetahui jenis zat aktif yang paling

(52)

52 4. Membudidayakan tanaman Salam (Eugenia polyantha) sebagai TOGA (tanaman obat

keluarga).

DAFTAR

PUSTAKA

1. Kertohoesodo, S. 1997. Pengantar Kardiologi. UI- Press: Jakarta.

2. Mardi, S., Susan, Jovita. 2004. Hubungan antara Dislipidemia dengan Penyakit Jantung Koroner pada Pasien Penyakit Jantung Periode Oktober 2000- 2004. Meditek.Vol. 12 No. 31: Hal. 28.

3. Bahri, AT. 2004. Dislipidemia sebagai Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara.

4. Subekti, Imam. 2005. Pengelolaan Dislipidemia pada Tingkat Pelayanan Primer. Majalah Kedokteran Indonesia. Vol. 55: Hal. 285.

5. Badan Pengawas Obat dan Makanan. Kandungan kimia pada Tanaman Obat

Unggulan. 2007. http://www.beritabumi.or.id. Diakses pada 27 Maret 2012.

6. Dalimartha S. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. 2007. http://www.pdpersi.co.id/?.

Diakses pada 27 Maret 2012.

(53)

53 8. Saputra, Rio. 2008. Efek Fraksi Etil Asetat Ekstrak Etanol Daun Salam (Syzygium

polyanthum) Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Darah Mencit Jantan Galur Balb-C yang Diinduksi Kalium Oksonat. Skripsi. Surakarta: Universitas

Muhamadiyah Surakarta.

9. Asiamaya. Kandungan Nutrisi Daun Salam. 2007. http: //www. asiamaya. com/nutrients/daunSalam. htm. Diakses pada 28 Maret 2012

10. Kurnia, Yustina, et. Al. 2010. Pengaruh Pemberian Air Rebusan Daun Pare (Momordica charantia L.) Terhadap Kadar Kolesterol Total Serum Darah Tikus

Putih (Rattus norvegicus) Dengan Induksi Hiperkolestemia. Program Kreativitas Mahasiswa. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

11. Nurwahyunani, Atip. 2006. Efek Ekstrak Daun Sambung Nyawa Terhadap

Kolesterol LDL dan Kolesterol HDL Darah Tikus Diabetik Akibat Induksi Streptozotocin. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

12. Kartolo, W. 1993. Prinsip – prinsip Fisiologi Hewan. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan: Jakarta.

13. Kurnadi, AK. 2001. Dasar-Dasar Anatomi Dan Fisiologi Tubuh Manusia. jilid I.

Gramedia Pustaka Utama: Bandung.

14. Sun H. Mengendalikan kolesterol tinggi dengan herba & pola hidup Sehat. 2006.

http://www.cbnportal.com. Diakses 29 maret 2012

15. Poedjiadi, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press. Jakarta.

16. Almatsier, S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

(54)

54 18. Adam, JM. Dislipidemia, dalam: Siti Setiati. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. 2006.

Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Hal: 1948.

19. Safety (MSDS) data for cholesterol. 2010. http: //physchem. ox.ac.uk/MSDS/

cholestrol. html. Diakses pada 29 Maret 2012.

20. Wojewodzki Szpital Zespolony, University of Barcelona Faculty of Medicine, et al; Robert A Schwartz, Elzbieta Klujszo, et al. Effects of other agents on XIII, 4th

paragraph. 2010. http://emedicine.medscape.com/article/209179-overview. Diakses pada 29 Maret 2012

21. Michelle A, Hopkins J, et Al. 1993. Human Biology and Health. Prentice Hall: New Jersey, USA.

22. Emma Leah. Cholesterol and Lipidomics Gateway. 2009. http: //www. lipidmaps.

org/ update/ 2009/090501/full/lipidmaps.html. diakses 29 Maret 2012.

23. Dalimartha, S., Soedibyo.1998. Awet Muda Dengan Tumbuhan Obat Dan Diet

Suplemen. Trubus Agriwidya: Jakarta.

24. Wijoyo, P. 2008. Sehat Dengan Tanaman Obat. Bee Media Indonesia: Jakarta.

25. Harborne, JB., Mabry T. 2000. The Flavonoid Advance Research. Chapman and

hall ltd: New york.

26. Agustina, I. 2008. Penggunaan Ramuan Herbal sebagai Feed Additive untuk Meningkatkan Performans Broiler. Makassar: Fakultas Peternakan Universitas

Hasanuddin.

(55)

55 28. Harborne, JB. 2002. Metode fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan. Edisi II. Terjemahan oleh Kosaih Padmawinata dan Iwang Soediro. ITB Bandung: Bandung. Hal. 47- 50.

29. Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Terjemahan oleh Kosaih Padmawinata. ITB Bandung: Bandung. Hal. 139-145.

30. Murray, Robert K, et. Al. 2003. Biokimia Harper. Edisi 25. Alih bahasa Andry

Hartono. EGC: Jakarta.

31. Amori, G. Mus musculus IUCN Red List of Threatened Species. 2007. http: www.

(56)

56

LAMPIRAN

Lampiran tabel hasil uji normalitas data Shapiro- Wilk

Tests of Normality

kelompok_mencit Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

(57)

57 Sumber : Data primer penelitian, Oktober 2012

RIWAYAT HIDUP

Penulis 1

UMUM

NAMA : Inna Mutmainnah Musa

STAMBUK : 1102090084

TTL : Ujung Pandang, 5 Juli 1990

AGAMA : Islam

ALAMAT : Jl. Dg. Tata I Blok IV No. 48, Makassar

ORANG TUA

Ayah : Ir. H. Usman Musa, M.Si Ibu : Dra. Hj. S. Salmiah Sari, M.Pd

PENDIDIKAN FORMAL

TK : TK Aisiyah Parang Tambung (1996-1997)

SD : SD. Inpres Mallengkeri Bertingkat (1997- 2003)

kontrol positif .120 7 .200* .983 7 .973

perlakuan I .187 7 .200* .941 7 .643

perlakuan II .199 7 .200* .974 7 .923

a. Lilliefors Significance Correction

(58)

58 SMP : MTs. Neg. Model Makassar (2003-2006)

SMA : SMA Neg. 02 Makassar (2006-2009) UNIVERSITAS : Universitas Muslim Indonesia (2009-

sekarang)

RIWAYAT HIDUP

Penulis 2

UMUM

NAMA : Monica Desy Ratnasari

STAMBUK : 1102090134

TTL : Jayapura, 19 Januari 1991

AGAMA : Islam

ALAMAT : Jln. Borong Raya 1 Lrg 2 No. 16 A, Makassar

ORANG TUA

Ayah : Achmadi, SE

Ibu : Debora Lungan Allopaa

PENDIDIKAN FORMAL

TK : TK Kartika VII-9 (1995-1997)

SD : SDN 1 Merauke (1997-2003)

(59)

59

SMA : SMAN 1 Merauke (2006-2009)

UNIVERSITAS : Universitas Muslim Indonesia (2009-

sekarang)

DAFTAR GAMBAR

“Efektifitas Pemberian Air Rebusan

Daun Salam (

Eugenia polyantha)

dalam Menurunkan Kadar Kolesterol

Darah pada Hewan Coba Mencit

(Mus

musculus)”

(60)

60

Gambar 1

Mencit kelompok A (kontrol (-))

Gambar 2

(61)

61

Mencit kelompok C (perlakuan I)

Gambar 3

Gambar 4

(62)

62

Alat dan bahan

Gambar 5

Gambar 6

(63)

63

Pengukuran kolesterol darah “NESCO”

Gambar 7

Gambar 8

Gambar

Tabel 2.1 Kandungan nutrisi daun Salam (Eugenia polyantha)
Tabel 2.2 Kandungan polifenol dalam ekstrak daun Salam (Eugenia polyantha)
Tabel 5.1 Kadar kolesterol darah masing- masing kelompok mencit tiap-tiap waktu pengambilan darah
Tabel 5.2 Rerata kadar kolesterol darah mencit (mg/dL)
+6

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Strategi seroadatasi termasuk &#34;serosorting murni&#34; (dengan mitra seroconcordant), &#34;serosorting oral seks&#34; (dengan mitra seroconcordant, oral seks dengan

Tumbuhan air makrofita yang ditemukan di Perairan Rawa Danau Panggang ada 11 jenis, dengan 3 jenis diantaranya merupakan pakan yang disukai oleh kerbau rawa (Bubalus

Apabila sebuah logam yang massanya 6 kg mempunyai suhu 20°C dicelupkan ke dalam 1.000 gram air yang suhunya 100 °C dan suhu akhir campuran 80°C, logam yang dicelupkan ke dalam

Bertitik tolak daripada perbincangan di atas, pengkaji berpendapat bahawa penggunaan poligraf dalam kajian tingkah laku agresif dalama kalangan penghuni sekolah tunas

Judul Karya Tulis Ilmiah : Pengaruh Diet Lakto Vegetarian Terhadap Faktor Risiko Sindrom Metabolik (Studi Rasio Lingkar Pinggang Panggul) pada Komunitas

Tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa besar curah hujan yang terjadi pada lokasi studi dan berapa besar kapasitas saluran drainase

If you paraphrase or quote specific, retrievable information from social media, provide an in-text citation (with the author and date) and a reference list entry (with the