• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH KIMIA BAHAN ALAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH KIMIA BAHAN ALAM"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH KIMIA BAHAN ALAM

FLAVONOID

Kelompok V

Sitti Fatimah Nurmila

Fitri Febriani

Rajidah Arsita

Amirah Faizah Anwar

JURUSANBIOLOGI

(2)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Allah Swt. yang mana telah memberikan kita rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik tanpa suatu halangan dan rintangan yang cukup berarti.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah membimbing kita dari jalan kegelapan menuju jalan Islami.

Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah turut membantu hingga terselesaikannya makalah dengan judul Flavonoid

Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah sederhana ini, masih banyak kekurangan yang ada didalamnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi teman- teman sekalian . Amin

Makassar, 24 Maret 2016

(3)

DAFTAR ISI

JUDUL ……….i

KATA PENGANTAR……….ii

DAFTAR ISI ………...iii

BAB I PENDAHULUAN……… A. Latar Belakang ………1

B. Rumusan Masalah………2

C. Tujuan Penulisan………..2

BAB II PEMBAHASAN……….. A. Pengertian Flavonoid………3

B. Struktur Flavonoid dan Klasifikasinya……….6

C. Biosintesis Flavonoid………...14

D. Reaksi Reaksi Flavonoid………..16

E. Penentuan Struktur Flavonoid ……….17

F. Manfaat Flavonoid………23

BAB III PENUTUP………. A. Kesimpulan………26

B. Saran………..26

DAFTAR PUSTAKA...27

BAB I

PENDAHULUAN

(4)

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara tropis yang memiliki berbagai jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan sebanyak sebanyaknya untuk kepentingan manusia. masyarakat indonesia sejak zaman dahulu telah mengenal tanaman yang mempunyai khasiat sebagai obat herbal untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit .tanaman berkhasiat obat tersebut dikenal dengan sebutan tanaman tradisional. tentunya tanaman tersebut mengandung senyawa senyawa kimia yang berguna dan salah satunya adalah senyawa flavonoid yang merupakan senyawa organik .

Sebagian besar senyawa organik bahan alam adalah senyawa-senyawa aromatic. Senyawa-senyawa ini tersebar luas sebagai zat warna alam yang menyebabkan warna pada bunga, kayu pohon tropis, bermacam-macam kapang dan lumut termasuk zat alizarin .Senyawa aromatik ini mengandung cincin karboaromatik yaitu cincin aromatic yang hanya terdiri dari atom karbon seperti benzene, naftalen dan antrasen.

Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok fenol yang terbesar yang ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu dan biru dan sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan.Flavonoid merupakan pigmen tumbuhan dengan warna kuning, kuning jeruk, dan merah dapat ditemukan pada buah, sayuran, kacang, biji, batang, bunga, herba, rempah-rempah, serta produk pangan dan obat dari tumbuhan seperti minyak zaitun, teh, cokelat, anggur merah, dan obat herbal.

Dalam makalah ini akan diuraikan tentang flavonoid, Struktur flavonoid, reaksi- reaksi flavonoid, biosintesis flavonoid, sifat-sifat flavonoid, serta manfaat flavonoid dan penentuan struktur dari flavonoid.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan flavonoid?

2. Bagaimana struktur dan klasifikasinya flavonoid? 3. Bagaimana Biosintesis flavonoid?

4. Bagaimanakah reaksi-reaksi pada flavonoid?

5. Bagaimanakah Penentuan struktur dan manfaat dari flavonoid?

C. Tujuan Penulisan

(5)

1.

Untuk mengetahui pengertian senyawa flavonoid

2.

Untuk mengetahui struktur dan klasifikasinya flavonoid

3.

Untuk mengetahui tumbuh-tumbuhan yang mengandung flavonoid.

4.

Untuk mengetahui penetuan struktur senyawa flavonoid.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Flavonoid

Senyawa flavonoid adalah senyawa polifenol yang mempunyai 15 atom karbon yang tersusun dalam konfigurasi C 6 -C 3 -C 6 , yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh 3 atom karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga. terdiri dari 2 cincin benzena yang dihubungkan menjadi satu oleh

(6)

rantai linier yang terdiri dari tiga atom karbon. Flavonoid terdapat dalam semua tumbuhan hijau sehingga dapat ditemukan pada setiap ekstrak tumbuhan (Markham, 1988).

Kelas-kelas yang berlainan dalam golongan ini dibedakan berdasarkan cincin hetero siklik-oksigen tambahan dan gugus hidroksil yang tersebar menurut pola yang berlainan. Flavonoid sering terdapat sebagai glikosida. Golongan terbesar flavonoid berciri mempunyai cincin piran yang menghubungkan rantai tiga karbon dengan salah satu dari cincin benzene.

Agar mudah, cincin diberi tanda A, B, dan C,atom karbon dinomori menurut sistem penomoran yang menggunakan angka biasa untuk cincin A dan C, serta angka “beraksen” untuk cincin B.Susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis struktur, yaitu flavonoid (1,3-diarilpropana), isoflavonoid(1,2-diarilpropana), neoflavonoid (1,1-diarilpropanaModifikasi flavonoid lebih lanjut (Andayani,2013).

dapat mungkin terjadi pada berbagai tahap dan menghasilkan penambahan atau pengurangan gugus hidroksil, metilasi gugus hidroksil atau inti flavonoid, isoprenilasi gugus hidroksil atau inti flavonoid, metilenasi gugus orto-dihidroksil, dimerisasi (pembentukan biflavonoid), pembentukan bisulfat, dan yang terpenting adalah glikosilasi gugus hidroksil(pembentukan flavonoid O-glikosida) atau inti flavonoid (pembentukanflavonoid C-glikosida) (Markham, 1988).

(7)

Markham (1988) menyatakan bahwa flavonoid pertama yang dihasilkan pada alur biosintesis flavonoid ialah khalkon, dan semua turunan flavon diturunkan darinya melalui berbagai alur. Semua golonganflavonoid saling berkaitan, karena berasal dari alur biosintesis yangsama. Cincin A terbentuk karena kondensasi ekor-kepala dari tiga unit asam asetat-malonat atau berasal dari jalur poliketida. Cincin B serta satuan tiga atom karbon dari rantai propan yang merupakan kerangka dasar C6 – C3 berasal dari jalurasam sikimat (Manitto, 1981).

Flavonoid merupakan salah satu produk metabolisme sekunder yang ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggidan mikroorganisme. Senyawa ini terdapat pada semua bagian tumbuhan tingkat tinggi termasuk daun, akar, kulit, kayu, bunga, buah dan biji Flavonoid bagian komponen yang mempunyai berat molekul rendah, dan pada dasarnya merupakan phenylbenzopyrones

(phenylchromones) dengan berbagai variasi pada struktur dasarnya, yaitu tiga cincin utama yang saling melekat(Markham, 1988).

(8)

flavonoid pada golongan tumbuhan yang terbesar, yaitu angiospermae ()

Segi penting dari penyebaran flavonoid dalam tumbuhan ialah adanya kecenderungan kuat bahwa tetumbuhan yang secara taksonomi berkaitan akan menghasilkan flavonoid yang jenisnya serupa. Jadi, informasi yang berguna tentang jenis flavonoid yang mungkin ditemukan pada tumbuhan yang sedang ditelaah sering kali dapat diperoleh dengan melihat pustaka mengenai telaah flavonoid terdahulu dalam tumbuhan yang berkaitan, misalnya dari marga atau suku yang sama (Markham, 1988).

Flavonoid termaksuk dalam senyawa polifenol sehingga bersifat kimia senyawa fenol yaitu agak asam dan dapat larut dalam basa, dan karena merupakan senyawa polihidroksi(gugus hidroksil) maka juga bersifat polar sehingga dapat larut dalan pelarut polar seperti metanol, etanol, aseton, air, butanol, dimetil sulfoksida, dimetil formamida. Disamping itu dengan adanya gugus glikosida yang terikat pada gugus flavonoid sehingga cenderung menyebabkan flavonoid mudah larut dalam air (Sudarma,2010).

Aglikon flavonoid adalah flavonoid yang tidak mengikat gugus gula dan bersifatkurang polar. Contoh flavonoid ini adalah isoflavon, flavonon, flavon, serta flavonol yang termetoksi. Karena sifatnya yang kurang polar maka aglikon cenderung mudah larut dalam pelarut eter dan kloroform. Flavonoid glikosida adalah flavonoid yang mengikat gugus gula. Pada senyawa ini satu gugus hidroksil terikat pada satu gugus gula, flavonoid ini disebut flavonoid O-glikosida. Selain itu juga terdapat flavonoid C-glikosida dimana gula terikat langsung pada inti benzena dengan ikatan karbon - karbon. Pengaruh glikosida menyebabkan flavonoid mudah larut dalam air (Markham, 1988).

Salah satu bagian dari struktur flavonoid adalah Glikosida yang merupakan kombinasi antara gula dan suatu alcohol yang saling berikatan melalui ikatan glikosida.

(9)

kepada aldehid yang dikatalis oleh asam menghasilkan suatu asetal. Pada hidrolisis oleh asam, suatu glikosida terurai kembali atas komponen-komponennya menghasilkan gula dan alcohol yang sebanding dan alcohol yang dihasilkan ini disebut aglokin. Residu gula dari glikosida flavonoid alam adalah glukosa tersebut masinbg-masing disebut glukosida, ramnosida, galaktosida dan gentiobiosida. Flavonoida dapat ditemukan sebagai mono-, di- atau triglikosida dimana satu, dua atau tiga gugus hidroksil dalam molekul flavonoid terikat oleh gula. Poliglikosida larut dalam air dan sedikit larut dalam pelarut organic seperti eter, benzene, kloroform dan aseton (Sonya,2015).

Struktur berbagai tipe atau golongan flavonoid bervariasi sesuai dengan kerangka dasar heterosiklik beroksigen yang dapat berupa gama piron, piran atau pirilium. Kecuali pada auron dan khalkon, siklisasi terjadi antara atom karbon didekat cincin benzen (B) dan satu gugus hidroksil cincin A. Kelas-kelas yang berlainan di flavonoid dibedakan berdasarkan cincin heterosiklik oksigen dan juga hidroksil yang tersebar menurut pola yang berlainan (Robinson, 1991).

B. Struktur dan Klasifikasi Flavonoid

Senyawa-senyawa flavonoid ini mempunyai kerangka 2-fenilkroman, dimana posisi orto dari dari cincin A dan atom karbon yang terikat pada cincin B dari 1,3 diarilpropana dihubungkan oleh jembatan oksigen sehingga membentuk cincin heterosiklik yang baru (cincin C). Senyawa-senyawa flavonoid terdiri dari beberapa jenis tergantung pada tingkat oksidasi dari rantai propane dari system 1,3-diarilpropana. Flavon, flavonol dan antosianidin adalah jenis yang banyak ditemukan di alam sehingga sering disebut sebagai flavonoida utama. Banyaknya senyawa flavonoida ini disebabkan oleh berbagi. Flavonoid mempunyai struktur dasar yang dibagi menjadi 3 macam, yaitu:

(10)

1. Flavonoid yang memiliki cincin ketiga berupa gugus piran. Flavonoid ini disebut flavan atau fenilbenzopiran. Turunan flavan banyak digunakan sebagai astringen (turunan tanin).

2. Flavonoid yang memiiliki cincin ketiga berupa gugus piron. Flavonoid ini disebut flavon atau fenilbenzopiron. Turunan flavon adalah jenis flavonoid yang paling banyak memiliki aktivitas farmakologi.

3. Flavonoid yang memiiliki cincin ketiga berupa gugus pirilium. Flavonoid ini disebut flavilium atau antosian. Turunan pirilium biasa digunakan sebagai

Kerangka dasar karbon pada flavonoid merupakan kombinasi antara jalur sikhimat dan jalur asetat-malonat yang merupakan dua jalur utama biosintesis cincin aromatik. Cincin A dari struktur flavonoid berasal dari jalur poliketida (jalur asetat-malonat), yaitu kondensasi tiga unit asetat atau malonat, sedangkan cincin B dan tiga atom karbon dari rantai propan berasal dari jalur fenilpropanoid (jalur sikhimat) (Sofia,2006).

C. Klasifikasi Flavonoid

(11)

Flavonoid sebenarnya terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, nectar, bunga, buah buni dan biji. Kira-kira 2% dari seluruh karbon yang difotosintesis oleh tumbuh-tumbuhan diubah menjadi flavonoid. Klasifikasinya berdasarkan struktur senyawa flavonoid yaitu:

1)

Flavonoida atau 1,3-diarilpropana

Beberapa senyawa flavonoida yang ditemukan di alam adalah sebagai berikut:

1. Antosianin

Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas dalam tumbuhan. Secara kimia antosianin merupakan turunan suatu struktur aromatik tunggal, yaitu sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin ini dengan penambahan atau pengurangan gugus hidroksil atau dengan metilasi. Sebagian besar antosianin dalam bentuk glikosida, biasanya mengikat satu atau dua unit gula seperti glukosa, galaktosa, ramnosa, dan silosa. Jika monoglikosida, maka bagian gula hanya terikat pada posisi 3, dan pada posisi 3 dan 5 bila merupakan diglikosida dan bagian aglikionnya disebut antosianidin.

Antosianidin adalah senyawa flavonoid secara struktur termasuk kelompok flavon. Glikosida antosianidin dikenal sebagai antosianin. Nama ini berasal dari bahasa Yunani antho-, bunga dan kyanos-, biru. Senyawa ini tergolong pigmen dan pembentuk warna pada tanaman yang ditentukan oleh pH dari lingkungannya. Senyawa paling umum adalah antosianidin, sianidin yang terjadi dalam sekitar 80 persen dari pigmen daun tumbuhan, 69 persen dari buah-buahan dan 50 persen

dari bunga.

(12)

Kebanyakan warna bunga merah dan biru disebabkan antosianin. Bagian bukan gula dari glukosida itu disebut suatu antosianidin dan merupakan suatu tipe garam flavilium. Warna tertentu yang diberikan oleh suatu antosianin, sebagian bergantung pada pH bunga. Warna biru bunga cornflower dan warna merah bunga mawar disebabkan oleh antosianin yang sama, yakni sianin. Dalam sekuntum mawar merah, sianin berada dalam bentuk fenol. Dalam cornflower biru, sianin berada dalam bentuk anionnya, dengan hilangnya sebuah proton dari salah satu gugus fenolnya. Dalam hal ini, sianin serupa dengan indikator asam-basa(Sjahid,2008).

2. Flavonol

flavonol lazim sebagai konstituen tanaman yang tinggi, dan terdapat dalam berbagai bentuk terhidroksilasi. Flavonol alami yang paling sederhana adalah galangin, 3,5,7 –tri-hidroksiflavon; sedangkan yang paling rumit, hibissetin adalah 3,5,7,8,3’,4’,5’ heptahidroksiflavon. Bentuk khusus hidroksilasi (C6(A)-C3-C6(B), dalam mana C6 (A) adalah turunan phloroglusional, dan cincin B adalah 4-atau 3,4-dihidroksi, diperoleh dalam 2 flavonol yang paling lazim yaitu kaempferol dan quirsetin. Hidroksiflavonol, seperti halnya hidroksi flavon, biasanya terdapat dalam tanaman sebagai glikosida. Flavonol kebanyakan terdapat sebagai 3-glikosida. Meskipun flavon, flavonol, dan flavanon pada umumnya terdistribusi melalui tanaman tinggi tetapi tidak terdapat hubungan khemotakson yang jelas. Genus Melicope mengandung melisimpleksin dan ternatin, dan genus citrus mengandung nobiletin, tangeretin dan 3’,4’,5,6,7-pentametoksiflavon(Redha,2010).

(13)

4. Flavon

Flavon mudah dipecah oleh alkali menghasilkan diasil metan atau tergantung pada kondisi reaksi, asam benzoate yang diturunkan dari cincin A. flavon stabil terhadap asam kuat dan eternya mudah didealkilasi dengan penambahan HI atau HBr, atau dengan aluminium klorida dalam pelarut inert. Namun demikian, selama demetilasi tata ulang sering teramati; oleh pengaruh asam kuat dapat menyebabkan pembukaan cincin pada cara yang lain. Sebagai contoh demetilasi 5,8-dimetoksiflavon dengan HBr dalam asam asetat menghasilkan 5,6 dihidroksiflavon.(Rahmat,2009).

5. Khalkon

Polihidroksi khalkon terdapat dalam sejumlah tanaman, namun terdistribusinya di alam tidak lazim. Alasan pokok bahwa khalkon cepat mengalami isomerasi menjadi flavanon dalam satuan keseimbangan. Bila khalkon 2,6-dihidroksilasi, isomer flavanon mngikat 5 gugus hidroksil, dan stabilisasi mempengaruhi ikatan hydrogen 4-karbonil-5-hidroksil maka menyebabkan keseimbangan khalkon-flavon condong ke arah flavanon. Hingga khalkon yang terdapat di alam memiliki gugus 2,4-hidroksil atau gugus 2-hidroksil-6-glikosilasi.Struktur Khalkon

(14)

Beberapa khalkon misalnya merein, koreopsin, stillopsin, lanseolin yang terdapat dalam tanaman, terutama sebagai pigmen daun bunga berwarna kuning, kebanyakan terdapat dalam tanaman Heliantheaetribe, Coreopsidinae subtribe, dan family Compositea (Marliana,2006).

6. Dihidrokhalkon

Meskipun dihidrokhalkon jarang terdapat di alam, namun satu senyawa yang penting yaitu phlorizin merupakan konstituen umum family Rosaceae juga terdapat dalam jenis buah-buahan seperti apel dan pear. Phlorizin telah lama dikenal dalam bidang farmasi, ia memiliki kesanggupan menghasilkan kondisi seperti diabetes.

Phlorizin merupakan β-D-glukosida phloretin. Phloretin mudah terurai oleh alkali kuat menjadi phloroglusional dan asam p-hidroksihidrosinamat. Jika glukosida phlorizin dipecah dengan alkali dengan cara yang sama, maka ternyata sisa glukosa tidak dapat terlepas dan dihasilkan phloroglusinol β-O-glukosida.

7. Auron

Auron berupa pigmen kuning yang terdapat pada bunga tertentu dan Bryofita. Auron ditandai dengan adanya struktur 2-benzilidenekumaranon.

1. Isoflavonoida atau 1,2-diarilpropana.

(15)

Isoflavon terdiri atas struktur dasar C6-C3-C6, secara alami disintesa oleh tumbuh-tumbuhan dan senyawa asam amino aromatik fenilalanin atau tirosin. Biosintesa tersebut berlangsung secara bertahap dan melalui sederetan senyawa antara yaitu asam sinnamat, asam kumarat, calkon, flavon dan isoflavon. Berdasarkan biosintesa tersebut maka isoflvon digolongkan sebagai senyawa metabolit sekunder. Isoflavon termasuk dalam kelompok flavonoid (1,2-diarilpropan) dan merupakan kelompok yang terbesar dalam kelompok tersebut. Meskipun isoflavon merupakan salah satu metabolit sekunder, tetapi ternyata pada mikroba seperti bakteri, algae, jamur dan lumut tidak mengandung isoflavon, karena mikroba tersebut tidak mempunyai kemampuan untuk mensintesanya. Jenis senyawa isoflavon di alam sangat bevariasi.

2.

Neoflavonoida atau 1,1-diarilpropana

Neoflavonoid meliputi jenis-jenis 4-arilkumarin dan berbagai dalbergoin Penggolongan Flavonoid Berdasarkan Jenis Ikatan yaitu:

a. Flavonoid O-Glikosida

Pada senyawa ini gugus hidroksil flavonoid terikat pada satu gula atau lebih dengan ikatan hemiasetal yang tidak tahan asam, pengaruh glikosida ini nenyebabkan flavonoid kurang reaktif dan lebih mudah larut dalam air. Gula yang paling umum terlibat adalah glukosa disamping galaktosa, ramilosa, silosa, arabinosa, fruktosa dan kadang-kadang glukoronat dan galakturonat. Disakarida juga dapat terikat pada flavonoid misalnya soforosa, gentibiosa, rutinosa dan lain-lain (Matsjeh,2004).

b. Flavonoid C-Glikosida

(16)

atom C nomor 6 dan 8 dalam inti flavonoid. Jenis gula yang terlibat lebih sedikit dibandingkan dengan O-glikosida. Gula paling umum adalah galaktosa, raminosa, silosa, arabinosa.

c. Flavonoid Sulfat

Senyawa flavonoid yang mengandung satu ion sulfat atau lebih yang terikat pada OH fenol atau gula, Secara teknis termasuk bisulfate karena terdapat sebagai garam yaitu flavon O-SO3K. Banyak berupa glikosida bisulfat yang terikat pada OH fenol yang mana saja yang masih bebas atau pada guIa. Umumnya hanya terdapat pada Angiospermae yang mempunyai ekologi dengan habitat air.

d. Biflavonoid

Senyawa ini mula-mula ditemukan oleh Furukawa dari ekstrak daun G. biloba berupa senyawa berwarna kuning yang dinamai ginkgetin (I-4’, I-7-dimetoksi, II-4’, I-5, II-5, II-7-tetrahidroksi [I-3’, II-8] biflavon). Biflavonoid (atau biflavonil, flavandiol) merupakan dimer flavonoid yang dibentuk dari dua unit flavon atau dimer campuran antara flavon dengan flavanon dan atau auron. Struktur dasar biflavonoid adalah 2,3-dihidroapigeninil-(I- 3′,II-3′)-apigenin. Senyawa ini memiliki ikatan interflavanil C-C antara karbon C-3′ pada masing-masing flavon. Beberapa biflavonoid dengan ikatan interflavanil C- O-C juga ada. Biflavonoid terdapat pada buah, sayuran, dan bagian tumbuhan lainnya.. Hingga kini jumlah biflavonoid yang diisolasi dan dikarakterisasi dari alam terus bertambah, namun yang diketahui bioaktivitasnya masih terbatas. Biflavonoid yang paling banyak diteliti adalah ginkgetin, isoginkgetin, amentoflavon, morelloflavon, robustaflavon, hinokiflavon, dan ochnaflavon. Senyawa- senyawa ini memiliki struktur dasar yang serupa yaitu 5,7,4’-trihidroksi flavanoid, tetapi berbeda pada sifat dan letak ikatan antar flavanoid.

D. Biosintesis Flavonoid

Biosintesis flavonoid sudah mulai diteliti sejak tahun 1936. Pada awalnya para peniliti mengkaitkan C6-C3-C6 dari flavonoid merupakan hasil dari fenil propanoid. Secara umum sintesis flavonoid terdiri dari dua jalur yaitu jalur poliketida, dan jalur fenil propanoid. Jalur poliketida ini

(17)

merupakan serangkaian reaksi kondensasi dari tiga unit asetat atau malonat. Sedangkan jalur fenilpropanoid atau biasa disebut jalur shikimat (Markham,K.R 1988).

A. Jalur Poliketida

Reaksi yang terjadi pada jalur ini diawali dengan adanya reaksi antaraasetilCoA dengan CO yang akan menghasilan malonat CoA. Setelah itu malonatCoA akanbereaksi dengan asetilCoA menjadi asetoasetilCoA. AsetoaseilCoA yang terbentuk akan bereaksi dengan malonatCoA dan reaksiini akan berlanjut sehingga membentuk poliasetil. Poliasetil yang terbentukakan berkondensasi dan berekasi dengan hasil dari jalur fenilpropanoid akanmembentuk suatu flavonoid. Jenis flavonoid yang terbentuk dipengaruhi daribahan fenilpropanoid.

B. Jalur Fenilpropanoid.

Jalur ini merupakan bagian dari glikolisis tetapi tidak memperolehsuatu asam piruvat melainkan memperoleh asam shikimat. Reaksi inimelibatkan eritrosa dan fosfo enol piruvat. Asam shikimat yang terbentukakan ditransformasikan menjadi suatu asam amino yaitu fenilalanin dantirosin. Fenilalanin akan melepas NH3 dan membentukasam sinamatsedangkan tirosin akan membentuk senyawa turunan asam sinamat karenaadanya subtitusi pada gugus benzennya

(18)

Flavonoid memiliki 2 cincin benzene yang dihubungkan oleh 3 buah atom karbon (C6-C3-C6). Cincin benzene B dan jembatan C3 pada flavonoid berasal dari p-koumaril CoA yang merupakan produk turunan dari asam 3-dehidrosikimat dari jalur shikimate .produk jalur melonat (Poliketida) yaitu malonil –CoA , digunakan sebagai cincin A Flavonoid. Malonil –CoA dari jalur asam malonate di dapat dari asetil CoA. Perubahan asetil-CoA karboksilase.sebenarnya asetil CoA dapat terbentuk di berbagai bagian sel tumbuhan , seperti mitokondria,plastid,peroksisom, dan sitosol. Namun demkian , asetil –CoA untuk sintesis malonil-CoA pada biosintesis flavonoid dan Stibilen terbentuk di sitosol. Di sitosol, enzim ATP-sitrat liase mengonversi sitrat, ATP, dan CoA menjadi asetil-CoA, oksaloasetat,ADP, dan inoorganik fosfat (Davies dan Schwinn,2006).

Tahap biosintesis flavonoid terdapat Kalkons sintase yang merupakan enzim dan dapat mengkatalisis reaksi antara 1 molekul p-koumaril-CoA dengan 3 molekul malonil-CoA yang membentuk narigenin-kalkon. Pada beberapa tanaman, meskipun sangat jarang , malonil-CoA yang digunakan untuk mensintesis kalkon ini dapat digantikan oleh kafeoil-CoA atau feruloil-CoA (Davies dan Schwinn,2006).

Jika enzim kalkon sintase berinteraksi dengan enzim kalkon reductase, maka produk yang di hasilkan 2-isoliquiritigenin perbedaan antara kedua senyawa

(19)

tersebut yaitu tidak terdapatnya gugus 2-hidroksi pada 2-isoliquiritinigen. Narigenin-kalkon dikonversi menjadi Narigenin oleh enzim kalkon isomerase (CHI) tipe 1. Terdapat 2 jenis kalkon isomerase (CHI) pada tanaman , yaitu CHI tipe 1 dan CHI tipe 2 . CHI tipe 1adalah enzim yang terdapat di semua jenis tanaman,baik itu kacang –kacangan. Enzim ini hanya dapat mengonversi narigenin-kalkon menjadi narigenin .sedangkan CHI tipe 2 tidak hanya dapat mengonversi narigenin –kalkon menjadi narigenin tapi juga dapat mengonversi 2 isoliquiritigenin menjadi liquiritigenin( Ersham,2001)

Enzim- enzim yang terlibat dalam biosintesis flavonoid pada umumnya merupakan enzim yang berlokasi di sitosol tanaman. Produk akhir dari biosintesis flavonoid tersebut kemudian di angkut menuju subseluler atau extraseluler. Flavonoid yang terlibat sebagai pigmen dalam tanaman kebanyakan di angkut menuju vakuola(Joko,2003 ). hidroksiflavon. Flavon : R = H Flavonol : R = OH Oleh karena flavon adalah juga benzopiranon, maka flavon dan flavonol dengan asam mineral menghasilkan garam benzopirilium yang berwarna, yang disebut juga garam flavilium. Garam ini bila diperlakukan dengan basa menghasilkan kembali senyawa flavon semula. Dengan adanya gugus hidroksil (atau metoksil) pada posisi 5, 7, atau 4’ yang mampu menampung muatan positif pada posisi-posisi ini, maka struktur yang terlibat dalam resonansi dari garam flavilium akan bertambah .Dengan kata lain, dengan adanya gugus O O R hidroksil (atau metoksil) pada posisi-posisi tersebut, maka ion flavilium akan menjadi stabil, yang berarti pula bahwa kebasaan flavon tersebut akan bertambah. Reaksi pembentukannya yaitu:

Bila flavon (atau flavonol) direduksi menjadi senyawa 4-hidroksi yang sebanding, dan selanjutnya diperlakukan dengan asam mineral, dihasilkan garam

(20)

flavilium atau antosianidin. Flavon yang mengandung gugus metoksil (atau hidroksil) pada posisi 5, bila dipanaskan dengan asam iodide akan mengalami demetilasi, diikuti oleh penataan ulang sebagai akibat terbukanya cincin flavon dan resiklisasi. Proses ini disebut penataan ulang Wessley-Moser. Selanjutnya bila cincin B dari flavon mengandung gugus metoksil (atau hidroksil) pada posisi 2’, maka penataan ulang wessley-moser dari senyawa flavon ini akan menghasilkan suatu flavon, dimana cincin B dari flavon semula berubah menjadi cincin A dari flavon yang baru terbentuk (Robinson,1955).

F. Penentuan Struktur Senyawa Flavonoid

1. Isolasi Flavonoid

Isolasi flavonoid umumnya dilakukan dengan metode ekstraksi, yakni dengan cara maserasi atau sokletasi menggunakan pelarut yang dapatmelarutkan flavonoid. Flavonoid pada umumnya larut dalam pelarutpolar, kecuali flavonoid bebas seperti isoflavon, flavon, flavanon,dan flavonol termetoksilasi lebih mudah larut dalam pelarut semipolar.

Oleh karena itu pada proses ekstraksinya, untuk tujuanskrining maupun isolasi, umumnya menggunakan pelarut methanol atauetanol. Hal

(21)

ini disebabkan karena pelarut ini bersifat melarutkan senyawa–senyawa mulai dari yang kurang polar sampai dengan polar. Ekstrak methanol atau etanol yang kental, selanjutnya dipisahkankandungan senyawanya dengan tekhnik fraksinasi, yang biasanyaberdasarkan kenaikan polaritas pelarut (). Glikosida meningkatkan kelarutan ke air dan alkohol-air. Flavonoid dapat dideteksi dengan berbagai pereaksi, antara lain:

a. Sitroborat

b. AlCl3

c. NH3

a) Ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu proses atau metode pemisahan dua atau lebih komponendengan menambahkan suatu pelarut yang hanya dapat melarutkan salahsatu komponennya saja. Dalam prosedur ekstraksi, larutan berair biasanya dikocok dengan pelarutorganik yang tak dapat larut dalam sebuah corong pemisah. Zat – zatyang dapt larut akan terdistribusi diantara lapisan air dan lapisanorganik sesuai dengan (perbedaan) kelarutannya. Padaekstraksi senyawa – senyawa organik dari larutan berair, selain airatau eter, biasanya digunakan pula etil asetat, benzena, kloroform dan sebagainya. Ekstraksi lebih efisien bila dilakukan berulang kali dengan jumlah pelarut yanglebih kecil dari pada bila jumlah pelarutnya banyak tapi ekstraknyahanya sekali (Markham, 1988).

Metode ekstraksi terdiri atas dua jenis yakni ekstraksi panas dan ekstraksi dingin. Ekstraksi panas menggunakan cara refluks dan destilasi uap sedangkan ekstraksi secara dingin menggunakan cara maserasi,perkolasi dan soxhletasi.

1. Ekstraksi Secara Panas

a) Ekstraksi Secara Refluks.

Ekstraksi secara refluks adalah cara berkesinambungan dimana cairan penyari secara kontinyu menyari zat aktif dalam sampel.

b) Ekstraksi Secara Destilasi Uap

Ekstraksi secara destilasi uap adalah cara yang digunakan untuk menyaring saampel yang mangandung minyak yang mudah menguap ataumengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih tinggi padatekanan udara normal.Destilasi merupakan metode ekstraksi yang

(22)

memanfaatkan perbedaan titik didih dari senyawa. Biasa digunakan untuk mengisolasi minyak atsiri (Hakim,2011).

2. Ekstraksi Secara Dingin

a. Ekstraksi Secara Maserasi

Secara harfiah berarti merendam. Ekstraksi secara maserasi merupakan cara penyarian yang palingsederhana yang dilakukan dengan cara merendam serbuk sampel dalamcairan penyari. Metode ini merupakan metode yang paling sederhana. Tidak ada batas pelarut dalam metode ini. Jika menggunakan metode ini, simplisia dibasahkan terlebih dahulu, jika tidak di khawatirkan akan ada simplisia yang tidak teraliri pelarut. Proses maserasi sendiri dilakukan secara berulang dengan memisahkan cairan perendam dengan cara penyaringan, dekantir atau di peras, selanjutnya ditambahkan lagi penyari segar kedalam ampas hingga warna rendaman sama dengan warna pelarut.

b. Ekstraksi Secara Perkolasi

Perkolasi adalah suatu cara penarikan dengan memakai alat yang yang disebut perkolator, dimana simplisia terendam dalam cairan penyari sehingga zat-zatnya terlarut dan larutan tersebut akan menetes secara beraturan keluar sampai memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan. Ekstraksi secara perkolasi merupakan cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk sampel yang telah dibasahi.

c. Ekstraksi Secara Soxhletasi

Merupakan metode ekstraksi yang memanfaatkan pemanasan untuk destilasi pelurut sehingga terjadi sirkulasi pelarut melalui serbuk simplisia. Metode ini efisiensi dalam pemanfaatan pelarut tetapi berisiko pembentukan artefak akibat penggunaaan panas. Ekstraksi secara soxhletasi merupakan carapenyarian sampel secaraberkesinambungan, cairan penyari dipanaskan sehingga menguap, uapcairan penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul cairan oleh pendingin balik dan turun menyari sampel di dalam klonson dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa siphon.

(23)

b) Kromatografi

Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fase yaitu fasa tetap (stationary) dan fasa gerak (mobile), pemisahan tergantung pada gerakan relatif dari dua fasa tersebut. Kromatografi secara garis besar dapat dibedakan menjadi kromatografi kolom dankromatografi planar. Kromatografi kolom terdiri atas kromatografi gas dan kromatografi cair, sedangkan kromatografi planar terdiri ataskromatografi lapis tipis dan kromatografi kertas (Hostettemann,1995).

1. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Kromatografi lapis tipis adalah suatu metode pemisahan yang menggunakan plat atau lempeng kaca yang sudah dilapiskan adsorben yang bertindak sebagaifasa diam. Fase bergerak ke atas sepanjang fase diam danterbentuklah kromatogram. Metode ini sederhana, cepat dalam pemisahandan sensitif (Khopkar, 1990). Kromatografi lapis tipis adalah metode pemisahan fitokimia. Lapisan yang memisahkan terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam), ditempatkan pada penyangga berupa pelat gelas, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah, berupa larutan, ditotolkan berupa bercak atau pita (awal), kemudian pelat dimasukkan di dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok (fase gerak). Pemisahan terjadi selama perambatan kapiler (pengembangan) dan selanjutnya senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan (Hostettemann 1995).

a. KLT Preparatif

Kromatografi Lapis Tipis Preparatif merupakan proses isolasi yang terjadi berdasarkan perbedaan daya serap dan daya partisi serta kelarutan dari komponen-komponen kimia yang akan bergerak mengikuti kepolaran eluen oleh karena daya serap adsorben terhadap komponen kimia tidak sama, maka komponen bergerak dengan kecepatan yang berbeda sehingga hal inilah yang menyebabkan pemisahan.

(24)

b. KLT 2 Dimensi

KLT 2 arah atau 2 dimensi bertujuan untuk meningkatkan resolusi sampel ketika komponen-komponen solute mempunyai karakteristik kimia yang hampir sama, karenanya nilai Rf juga hampir sama sebagaimana dalam asam-asam amino. Selain itu, 2 sistem fase gerak yang sangat berbeda dapat digunakan secara berurutan sehingga memungkinkan untuk melakukan pemisahan analit yang mempunyai tingkat polaritas yang berbeda .

2. Kromatografi Kolom

Kromatografi kolom adalah suatu metode pemisahan dan pemurnian senyawa dalam skalapreparative. Kromatografi kolom dapat dilakukan pada tekanan atmosferatau dengan tekanan lebih besar dengan menggunakan bantuan tekananluar (Khopkar, 1990). Kromatografikolom prinsipnya mudah memilih ukuran, kemasan (packing), dan isikolom sesuai jenis serta jumlah cuplikan yang akan dipisahkan. Kolomyang digunakan dan kromatografi ini dapat berupa gelas, plastik ataunilom. Ukuran kolom yang lazim digunakan mempunyai diameter 2 cm danpanjang 45 cm. Untuk memilih kemasan (Packing) yang akan digunakandalam kolom biasanya menggunakan selulosa, silika gel, alumina, arang(charcoal) (Hostettemann, 1995).

Adapun cara kerja dari kromatografi kolom yakni langkah pertama mengemas kolom(packing) dilakukan dengan hati-hati agar dihasilkan kolom kemas yangserba sama. Selanjutnya kemasan kolom dijadikan bubur dalam gelaspiala memakai pelarut yang sama, lalu dituangkan hati-hati ke dalamkolom. (Markham, 1988).

3. High Pressure Liquid Chromatography (HPLC)

High Pressure Liquid Chromatography (HPLC) atau Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) merupakan salah satu metode kimia dan fisikokimia. KCKT termasuk metode analisis terbaru yaitu suatu teknik kromatografi dengan fasa gerak cairan dan fasa diam cairan atau padat. Banyak kelebihan metode ini jika dibandingkan dengan metode lainnya (Done dkk, 1974; Snyder dan Kirkland, 1979; Hamilton dan Sewell, 1982; Johnson dan Stevenson, 1978).

(25)

c. Metode Spektroskopi

Spektroskopi merupakan suatu metode untuk penentuan rumus struktur dari suatu senyawa. Menurut Anwar (1994) bahwa spektroskopi bila dibandingkandengan metode kimia konvensional (metode basah), spektroskopi memiliki beberapa keuntungan, diantaranya : Jumlah zat yang diperlukan untuk analisis relatif kecil dan zat tersebut sering kali dapat diperoleh kembali dan gelombang 200– 400 nm (Anwar, 1994). Pada umumnya spektrofotometri UV umumnyahanya menunjukkan jumlah peak (puncak ) yang kecil jumlahnya.Puncak-puncak dilaporkan sebagai panjang gelombang.

Spektrofotometri ini biasanya juga digunakan untuk mendeteksi konjugasi. Molekul-molekul yang tidak mempunyai ikatan rangkap atau hanya mempunyai satu ikatan tidak menyerap sinar 200-800 nm. Lainhalnya dengan senyawa-senyawa yang mempunyai sistem konyugasi yang dapat menyerap sinar pada daerah ini, semakin panjang sistem konyugasinya maka makin besar panjang gelombang absorpsi (Robinson,1955).

3. Spektroskopi FT

Spektroskopi FT suatu senyawa memberikan gambaran mengenai berbagai gugus fungsional dalam molekul organik berdasarkan bilangan gelombang, misalnya O-H, C-H dan N-H menyerap di daerah 3.800 - 2700 cm-1, C=O, C=C, C=N dan N=O menyerap pada daerah 1.900 - 1.500 cm-1 dan C, O dan C-N menyerap pada daerah 130 - 800 cm-1. Daerah antara 4000 - 1.300 cm-1 merupakan daerah yang khusus berguna untuk identifikasi gugus fungsional. daerah ini menunjukkan absorbsi yang disebabkan oleh vibrasi uluran. Daerah antara 1.300-900 cm-1 adalah daerah sidik jari, sering kali sangat rumit karena menunjukkan absorbsi yang disebabkan oleh vibrasi uluran dan tekukan. Daerah sidik jari merupakan daerah frekuensi spesifik untuk pengenalan suatu senyawa.

(26)

4. Spektrofotometer inframerah (IR)

Intensitas serapan infra merah menurut Justik, 2010 bahwa daerah puncak serapan yang tinggi dan transmitannya berkisar antara 0-35% , maka intensitasnya kuat. Sedangkan puncak serapan yang sedang dan transmitanna berkisar pada 75-35% intensitas serapanya sedang. Sertadaerah serapan dengan puncak yang pendek dan transmitannya berkisar pada 90-75% intensitasnya lemah. Serapan uluran C-H alifatik yang tajam dan lemahmuncul pada daerah bilangan gelombang 2947,22 cm-1 dan 2832,89 cm

-F. Manfaat Flavonoid

1. Flavonoid sebagai antioksidan

Stavric dan Matula(1992) melaporkan bahwa di negara-negara Barat, konsumsi komponen flavonoid bervariasi dari 50 mg sampai 1 g per hari dengan 2 jenis flavonoid terbesar berupa quersetin dan kaempferol. Flavonoid dikatakan antioksidan karena dapat menangkap radikal bebas dengan membebaskan atom hidrogen dari gugus hidroksilnya. Aksi radikal memberikan efek timbulnya berbagai penyakit yang berbahaya bagi tubuh. Tubuh manusia tidak mempunyai sistem pertahanan antioksidatif yang lebih sehingga apabila terkena radikal bebas yang tinggi dan berlebih, tubuh tidak dapat menanggulanginya. Saat itulah tubuh manusia membutuhkan antioksidan dari luar (eksogen) yang dapat dilakukan dengan asupan senyawa yang memiliki kandungan antioksidan yang tinggi melalui suplemen, makanan, dan minuman yang dikonsumsi.

2. Flavonoid sebagai bahan obat herbal

Flavonoid dapat menghambat fosfodiesterase,

(27)

mengobati kerapuhan pembuluh kapiler pada manusia (Andayani,2013).

3. Senyawa Flovonoid sebagai Antikanker

Senyawa bioaktif flavonoid yang merupakan ekstrak metanol ini dikatakan sebagai antikanker karena dapat menghambat tumbuhnya sel-sel kanker itu sendiri. Sebagai antioksidan, senyawa flavonoid dapat mencegah reaksi bergabungnya molekul karsinogen dengan DNA sel sehingga mencegah kerusakan DNA sel. Di sini lah komponen bioaktif flavonoid dapat mencegah terjadinya proses awal pembentukan sel kanker. Bahkan flavonoid dapat merangsang proses perbaikan DNA sel yang telah termutasi sehingga sel menjadi normal kembali. Selain itu, dapat mencegah pembentukan pembuluh darah buatan sel kanker (proses angiogenesis) sehingga sel-sel kanker tidak dapat tumbuh menjadi besar karena saluran untuk pertumbuhannya terhambat (Sonya.2015)

4. Mencegah penyakit kardiovaskuler

Beberapa studi epidemiologis menunjukan bahwa konsumsi flavonoid dapat menurunkan resiko . Namun penelitian ini perlu dikaji lebih dalam lagi. Namun, secara biologis flavonoid dapat mencegah penyakit jantung koroner dengan berbagai cara yaitu sebagai berikut: 1). Mengurangi peradangan 2). Penurunan ekspresi molekul adhesi sel vaskular 3). Meningkatkan aktivitas oksida nitrat sintase endotel untuk menjaga relaksasi arteri (vasodilatasi) 4). Penurunan agregasi platelet atau bekuan darah yang dapat menyumbat arteri koroner, yang menyebabkan infark miokard atau stroke (Ersham,2001).

5. Mencegah penyakit degenerasi syaraf

Asupan kaya flavonoid telah ditemukan dapat mencegah kerusakan kognitif yang terkait dengan penuaan dan peradangan pada beberapa studi hewan. Peradangan, stres oksidatif, dan transisi akumulasi logam tampaknya memainkan peran dalam patologi beberapa penyakit neurodegeneratif termasuk penyakit Parkinson dan penyakit Alzheimer. Karena flavonoid memiliki , antioksidan, dan sifat pengikat logam, para ilmuwan tertarik pada potensi

(28)

neuroprotektif flavonoid. Meskipun para ilmuwan tertarik pada potensi flavonoid untuk melindungi otak penuaan, masih belum jelas bagaimana flavonoid konsumsi mempengaruhi risiko penyakit neurodegenerative pada manusia.

6. Anti-virus dan anti-alergi

Percobaan secara klinis menunjukkan bahwa senyawa flavonoida tersebut berpotensi untuk penyembuhan pada penyakit demam yang disebabkan oleh rhinovirus, yaitu dengan cara pemberian intravena dan juga terhadap penyakit hepatitis B. Berbagai percobaan lain untuk pengobatan penyakit liver masih terus berlangsung.

7. Anti-kolestrol

Dapat dijelaskan melalui pengaruh peningkatan katabolisme sel lemak untuk pembentukan energi yang berakibat pada penurunan kandungan kolesterol

BAB III

PENUTUP

A.

Kesimpulan

o

Flavonoid adalah senyawa polifenol yang banyak terdapat di alam. Flavonoid merupakan golongan senyawa bahan alam dari senyawa fenolik yang banyak merupakan pigmen tumbuhan. lavonoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon, dimana dua cincin benzen (C6) terikat pada suatu rantai propana (C3) sehingga bentuk susunan C6-C3-C6. susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis struktur senyawa yaitu:

a.

Flavonoida atau 1,3-diarilpropana

b.

Isoflavonoid atau 1,2- diarilpropana

c.

Neoflavonoida atau 1,1-diarilpropana

o Biosintesis dari flavonoid terdiri dari 2 jalur yaitu jalur poliketida dan jalur fenilpropanoid

(29)

o Penentuan struktur dengan beberapa cara yaitu berupa ekstraksi, kromatografi, dan spektografi

o Manfaat dari senyawa flavonoid yaitu sebagai anti kanker,anti alergi, antivirus, antioksidan , sebagai bahan obat herbal,dan sebagai pencegah penyakit degenerasi syaraf serta mencegah penyakit kardiovaskuler.

B. Saran

1. Untuk lebih memahami meteri ini, golongan yang termasuk di dalamnya dan manfaatnya, perlu dilakukan pembelajaran lanjutan tentang materi ini.

2. Sebaiknya menambah referensi berupa buku-buku yang relevan, jurnal penelitian, gambar, atau referensi lain dari internet

DAFTAR PUSTAKA

Andayani,2013. Analisis Senyawa Flavonoid Hasil Fraksinasi Ekstrak Diklometana Daun Keluwih (A. Camansi). Program Studi Magister IPA: Universitas Mataram

Anonim.2010.Biflavonoid.Online:http://www.scribd.com/doc/12754372/D090115 AHMBifavonoidxxx, diakses tanggal 30 Maret 2016.

Davies .Schwinn ,2006. Kimia Anorganik Dasar.UI pres. Universitas Indonesia

Ersam T. 2001. Senyawa kimia mikromolekul beberapatumbuhan Artocarpus hutan tropika Sumatera Barat [Disertasi]. Institut Teknologi Bandung

Hakim,Alifman.2011.Keanekaragaman metabolit sekunder Genus Artocarpus (Moraceae). 8 (2):86-90

Hostettemann, K., Hostettemann, M., Maston, A., 1995. Cara KromatografiPreparatif, Bandung : Institut Teknologi Bandung

Ikawati M dkk. 2004. Pemanfaatan Benalu Sebagai Agen Anti Kanker. Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

(30)

Joko,Ferdinal.2013

.

Sintesis Enzimatis Flavonoid-glikosida dari Gambir (Uncaria gambir) menggunakan Enzim CGT-ase dari Bacillus Licheniformis. FMIPA :Universitas Lampung

Marliana, Soerya Dewi., Venty Suryanti., Suyono. 2006.Skrining Fitokimia Dan Analisis Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium Edule Jacq. Swartz.) Dalam Ekstrak Etanol. Biofarmasi 3 (1): 26-31.Musthapa, I., Lia, D., Juliawati, Euis.

Markham,K.R 1988.Cara Mengidentifikasi Flavonoid.Terjemahan Padmawinata Penerbit ITB:Bandung

Matsjeh S. 2004. Sintesis Flavonoid: Potensi Metabolit Sekunder Aromatik Dari Sumber Daya Alam Nabati Indonesia. Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Manitto,1981.Biosyntesis of Natural Product. Terjemahan

Rahmat,Ardiansah.2009.Identifikasi Senyawa Flavonoid Pada Sayuran IndigenousJawa Barat .Fakultas Teknologi Pertanian IPB: Bogor

Redha,Abdi 2010. Flavonoid Struktur serta Sifat Antioksidatif dan Perananya dalam Sistem Biologis. Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Negeri Pontianak : Pontianak

Robinson, Trevor, diterjemahkan Kosasih Padmawinata, 1995.

KandunganOrganik Tumbuhan Tinggi, Edisi ke-6, Bandung : Institut TeknologiBandung.

Sjahid,2008. Isolasi dan Identifikasi Flavonoid dari Daun Dewaru (Eugenia uniflora.L).Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah : Surakarta

Sofia,Lenny.2006. Senyawa Flavonoid, Fenil Propanoid dan Alkaloid.Jurusan Kimia FMIPA Universitas Sumatera Utara : Medan

Sonya,Wina.2015.Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Daun Tumbuhan Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz&Puv).Prodi Farmasi FMIPA UNISBA: Bandung

Sudarma, Made. 2009. Kimia Bahan Alam. Fakultas MIPAUniversitas Mataram

(31)

Sudarma, Made. 2010. Uji Fitokimia, Ekstraksi, Isolasi dan Transpormasi Senyawa Bahan Alam. FakultasMIPA. Universitas Mataram.

Referensi

Dokumen terkait

Sebagian rahmat Allah kepada umat ma- nusia adalah bahwa Dia tidak membaiarkan mereka dalam kebimbangan tentang hukum halal dan haram. Yang jelas-jelas halal tidak

Menurut Indriana (2011:27) dasar pertimbangan dalam memilih media adalah terpenuhinya kebutuhan dan tercapainya tujuan pembelajaran. Jika tidak sesuai dengan

• Sebagai sarana yang efektif untuk menunjukkan produk dan membangun kredibilitas industri besar dalam waktu yang relatif singkat. • Kehadiran di pameran juga dapat dianggap dari

Sehubungan dengan situasi pandemi Corona di mana kita masih harus membatasi diri untuk berjumpa satu dengan yang lain, Bidang Pengembangan Wilayah melalui Komisi Perlawatan

selaku Dosen Wali beserta seluruh Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan pengetahuan kepada penulis selama proses pembelajaran di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka yang menjadi permasalahan utama dalam pengerjaan tugas akhir ini adalah dengan kemampuan penglihatan

Sementara itu kata “itsbat nikah” memiliki arti yaitu “penetapan pernikahan”.27 Itsbat nikah dapat juga dipahami dengan permohonan penetapan hakim atau permohonan pengesahan

Untuk mengisi data rekening tidak dapat langsung mengisikannya pada form yang telah tampil, hal pertama yang harus dilakukan adalah dengan klik tombol Tambah