• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengasuhan dan regulasi diri anak usia dini Repository UNIKAMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "pengasuhan dan regulasi diri anak usia dini Repository UNIKAMA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

▸ Baca selengkapnya: fase yang paling menantang dalam regulasi diri

(2)
(3)
(4)
(5)

PENGASUHAN DAN REGULASI DIRI ANAK USIA DINI

Rina Wijayanti,M .Psi

Prodi PG PAUD Fakult as Ilmu Pendidikan Universit as Kanjuruhan M alang Em ail: rinawijayantipsi@unikama.ac.id

Abstrak : Sesuai konsep UNESCO bahw a Pendidikan anak usia dini m erupakan “ Life long Educat ion” , sehingga bayi sejak dalam kandungan sudah dapat diberikan pendidikan at au edukasi untuk ket eram pilan hidupnya.karena bayi m em iliki kemam puan m erespon st im ulus dari luar ket ika berada dalam kandungan. Dalam pengasuhan yang posit if akan mam pu mengem bnagkan kem am puan regulasi diri anak usia dini. M engembangkan pengasuhan yang posit if dengan memberikan reinforcem ent , punishm ent dan imit asi, t erhadap perilaku anak yang positif dan m em berikan cont oh perilaku m aka hal ini merupakan st rat egi pengembangan regulasi diri anak usia dini. Pola asuh orangtua merupakan pola int eraksi ant ara orang t ua dan anak karena akan t erjadi penerapan nilai nilai dan aturan , norma, mem berikan kasih sayang, sehingga dijadikan panut an bagi anak. Regulasi diri m erupakan kemam puan anak dalam memanajemen diri dan bersikap sebagai hasil dari kont rol em osi dan sikap yang ada dalam diri anak. regulasi diri merupakan kem am puan anak dalam m em uasat kanperhat ian, m engat ur pikiran dan em osinya sert a m engurangi perilkau dom inan. Regulasi diri m enuntut fleksibilitas dan pengendalian diri unt uk mendapat kan hasil yang diinginkan. Pada banyak anak-anak, perkembangan regulasi diri berkem bang dengan sempurna hingga m em asuki usia anak aw al, m enghabiskan w aktu paling tidak t iga tahun. Anak perlu diasuh dan dibim bing karena m engalam i pert umbuhan dan perkem bangan. Pert um buhan dan perkem bangan itu m erupakan suatu proses yang akan t erus berjalan hingga akhir hayat . Pengasuhan yang positif dan pencipt aan lingkungan pengasuhan yang m endukung akan mendukung berkem banganya kem ampuan regulasi diri anak usia dini dengan baik. Anak usia dini yang m em iliki kem am puan regulasi diri yang optimal akan m em berikan peluang keberhasilan dalam hidupnya yang lebih besar.

Kata Kunci : Pengasuhan, regulasi diri.

A. PENDAHULUAN

(6)

anak usia dini m erupakan “ Life long Educat ion” , sehingga bayi sejak dalam kandungan sudah dapat diberikan pendidikan at au edukasi untuk ket eram pilan hidupnya.karena bayi mem iliki kemam puan merespon st imulus dari luar ket ika beradda dalam kandungan.

Indonesia sendiri t elah memilikist andar PAUD yang dijadkan dasar anak-anak Indonesia mendapat kan pendidikan sebelum di sekolah dasar. Pem belajaran di PAUD merupakanint eraksi ant ara anak, orang tua, atauorang dew asa lainnya dalam suat ulingkungan t ert ent u untuk mencapai t ugasperkem bangan, sesuai dengan pot ensi anak. Vigot sky (dalam Izzat y Eka Rit a, 2005)berpendapat bahw a bahan pengalam anint eraksi sosial m erupakan hal yangpenting bagi perkem bangan ket eram pilanberpikir (t hinking skill). Akt ivit as m ent alyang t inggi pada anak dapat t erbent ukmelalui int eraksi dengan orang lainsehingga pem belajaran dapat efekt if jikaanak dapat belajar m elalui bekerja,bermain, dan hidup b ersama denganlingkungan.

Bayi lahir dengan beberapa kem am puan untuk m engat ur diri sendiri, nam un mereka t idak selalu m ampu unt ut k mengendalikan emosi yang begit u kuat . M ereka bergant ung pada bantuan dari luar sepert i dari pengasuhnya at au perat uran yang ada di luar. Bayi m ulai m engembangkan kemampuan ini ket ika berhubungan dengan orang dew asa. Kemampuan mengatur diri at au dikenal dengan regulasi diri akan diperlukan sepanjang hidup. Kem am puan regulasi diri m erupakan kem am puan anak untuk mengendalikan fungsi tubuh , m engatur emosi, focus perhatian anak. perkem bnagan regulasi diri merupakan landasan aw al m asa kanak-kanak pada sem ua bidang perilaku. Baum eist er, at all (2006) dalam ( grolnick, farkas, 2002) beranggapan bahwa regulasi diri merupakan kem am puanuntuk m erencanakan, mengarahkan, dan memonit ori perilaku unt uk mencapai suatu tujuan t ert ent u dengan melibat kan unsur fisik, kognit if,

em osional, dan sosial agar sesuai dengan nilai, m oral, dan aturan yang berlaku dalam lingkungan m asyarakat , sert a regulasi diri juga merupakan kemampuan menghasilkan

fikiran, perasaan, dan t indakan sert a kem am puan adapt asi secara t erus m en erus agar t ercapai tujuan yang diinginkan set iap individu.

M enurut Kochanska (dalam Papalia,2010), sebagian anak t ersosialisasi lebihsiap dibandingkan yang lain. Cara orang t ua menangani pekerjaanmereka dan

(7)

anak.Beberapa fakt or dalam kesuksesansosialisasi dapat mencakup keamananket erikat an orang tua-anak (M accoby,dalam Papalia:2010).M enurut Sant rock (2008:526)Regulasi diri (Self-Regulat ory) adalahsuatu t ujuan dalam pencipt aan pemikiransendiri, perasaan sendiri dan perilakusendiri. sedangkan menurut Eisenberg(dalam Papalia, 2010), regulasi diri (Selfregulat ion) adalah kem ampuan mengont rolperilaku seseorang dalam kondisi t idakadanya kont rol ekst ernal, set elah berulangkali berhubungan dengan ukuranperkem bangan kat a hat i, sepert i menolakgodaan dan m em perbaiki t indakan yangsalah. Jadi regulasi diri merupakan pondasi bagi perkem bangan fisik, kognitif, sosial, dan em osional. Apabila kit a m elihat perilaku anak usia din disekolah yang m enginginkan kue yang dibaw a t emannya, kem udian kue akan diambil namun t idak jadi dilakukan , hal ini mencerminkan regulasi diri yang dim iliki oleh anak t ersebut . Untuk melakukan hal ini anak harus secara sadar dan paham t erhadap aturan yang t elah diberikan oleh lingkungan yang t elah didapat kan dari orang tua at aupun guru, yang mem berikan bat asan t ent ang perbuat an mengambil barang milik orang lain t anpa ijin (kesadaran kognit if), sedangkan kemampuanya tidak mengambil kue m em butuhkan kont rol emosi.

Anak usia dini belajar regulasi diri dalam m engatur pikiran, perasaan, perilaku dan em osinya dengan melihat dan m enanggapi orang dew asa. Bantuan dari orang dew asa sangat m em bant u dalam perkembangan regulasi anak usia dini. M emberikan contoh posit if pada anak usia dini yang dilakukan orang dew asa baik dirumah mupun di sekolah maka m ereka akan m engingat dan m erespon tindakan dari orang dewasa. M emberikan rew ard dan m engapresiasi perilaku anak bila m ereka bertindak positif akan mengembangkan kem am puan regulasi dirinya.

Orangt ua akan m enerapkan pola asuh yangm enurut nya benar agar anak

menjadicerdas dan disiplin sesuai dengan keinginan orang tua. Penerapan pola asuhyang t epat menjadi sangat pent ing dalam pembent ukan perilaku anak. Pola

asuhorang t ua adalah suatu cara t erbaik yang dapat dit em puh orang t ua dalam m endidik anak sebagai perw ujudan dari rasa t anggung jaw ab kepada anak. Orang tua harus

menerapkan pola pengasuhan yang t epat dan sesuai bagi diri anak agar dapat menunjang kesuksesan regulasi diri padaanak (Papalia, W endkos, & R.Feldman,2010).

(8)

Pola asuh orang t ua adalah pola perilaku yang dit erapkan pada anak dan bersifat relat ive konsist en dari wakt u ke w akt u. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak, dari segi negat if maupun positif. Beberapa definisi t ent ang pengasuhan dari para ahli m enyat akan M enurut Supriyanto (dalam Yusiana, 2012) pola asuh merupakan pola int eraksi ant ara orang tua dan anak,yait u bagaim ana cara sikap at au perilaku orang t ua saat berint eraksi dengan anak,t erm asuk cara penerapan at uran,mengajarkan nilai at au norm a,memberikan perhat ian dan kasih sayang sert a menunjukkan sikap dan perilaku baik sehingga dijadikan panut an bagi anaknya.

Pola asuh orang t ua adalah pola perilaku yang dit erapkan pada anak dan bersifat relat ive konsist en dari wakt u ke w akt u. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak, dari segi negat if maupun positif. Pola asuh orang t ua merupakan gam baran t ent ang sikap dan perilaku orang t ua dengan anak dalam berint eraksi, sert a berkom unikasi selama m engadakan kegiat an pengasuhan. Dalam pengasuhannya, m em erlukan sejumlah kem am puan int erpersonal dan m empunyai t untut an em osional yang besar (M onks dalam Safit ri, 2013). Bahrul Khairil Am al (dalam Nurw ahyuni, 2013) yang m endefinisikan pola asuh orang t ua sebagai suatu cara at au sist em pendidikan

dan pembinaan orang tua t erhadap anPola asuh orang tua m erupakangambaran t ent ang sikap dan perilaku orang tua dengan anak dalam berint eraksi, sert a berkomunikasi selama m engadakan kegiat an pengasuhan.

Kamus bahasa Indonesia (2008) pengasuhan berart i hal (cara, perbuat an, dan sebagaianya) m engasuh. Dalam mengasuh mengandung m akna menjaga/ m eraw at / m endidik, m em bimbing, m em bant u, m elat ih, mem impin/ m engepalai/ m enyelenggarakan. Dalam perkembanganya juga dieknal dengan

ist ilash assh, asih, dan asuh. Pola asuh orang tua m erupakansalah satu fakt or penting dalam m engem bangkan at aupun m engham batpert um buhan anak. Seorang anak yang

dibiasakan dengan suasana keluarga yang t erbuka, saling m enghargai, saling menerim a, dan mendengarkan pendapat anggot a keluarga lainnya maka ia akan

t umbuh m enjadi generasi yang t erbuka, fleksi bel, penuh inisiat if, dan percaya diri. Kondisi keluarga yang posit if t empat t umbuh kem bang anak dalam set iap aspek

(9)

Perilaku kreat if dapat t um buh dan berkem bang dengan baik. Kehidupan keluarga merupakan lingkungan pert am a dan ut am a bagi anak. Keluarga merupakan kelompok sosial yang memiliki karakt erist ik t inggal bersam a, t erdapat kerja sam a ekonomi, dan t erjadi proses reproduksi (Lest ari, 2012:13).

Dapat disimpulkan dari berbagai pendapat bahw a pengasuhan m erupakan kom it men dari orang dewasa yait u orang tua, at au pendidik dalam menjaga/ m eraw at / m endidik, mem bim bing, membant u, m elatih, m em impin/ mengepalai/ m enyelenggarakan peran t erhadap tumbuh kembang anak usia dini.

M enurut t eori ekologi yang ungkapkan oleh Bronfenbenner (2000) dalam lest ari (2012) m engat akan pengasuhan anak t idak t erlepas dari sist em-sist em yang melingkupinya yaitu macrosyst em (politik, budaya, ekonom i, nilai sosial), mesosyst em (sekolah dan komunit as), microsyst em (int erkasi orang t ua dan anak dalam pengasuhan ) , chronosyst em.(kondisi ort u dahulu dan sekarang yang berbeda). Kondisi polit ik , budaya, ekonomi, dan nilai-nilai sosial berkont ribusi t erhadap proses sosialisasi dan perkembangan anak melalui pengasuhan orangt ua, pendidikan di sekolah m aupun masyarakat .

Dalam hal ini t eori ekologi m enjelaskan bahwa pengasuhan pada anak khususnya usia dini melibat kan berbagai komponen yang m asuk dalam sist em . Peran orangt ua dalam pengasuhan dan pihak diluar keluarga juga m em pengaruhi pengasuhan yang dilakukan pada anak usia dini.

Pola pengasuhan ornagt ua pada anak yang dikenal pada masyarakat luas dikenal dengan gaya pengasuhan. Pola asuh dibedakan m enjadi beberapa j enis, salah sat unya menurut Sant rock (1998), yaitu: Pola asuh aut horit arian, yait u pola asuh yang penuh pembat asan dan hukuman (kekerasan) dengan cara orang tua m em aksakan

kehendaknya sehingga orang tua dengan pola asuhauthorit arian memegang kendali penuh dalam mengont rol anak-anaknya.

Pola asuh aut horit at ive, yaitu pola asuh yang m emberikan dorongan pada anak unt uk mandiri nam un t et ap m enerapkan berbagai bat asan yang akan m engont rol

perilaku mereka. Adanya saling memberi dan saling menerima, m endengarkan dan didengarkan.Pola asuh perm issive, M accoby dan M art in (dalam Sat rock, 1998)

(10)

peduli). Pola asuh ini m enghasilkan anak-anak yang kurang mem iliki kompet ensi sosial t erut am a karena adanya kecenderungan kont rol diri yang kurang. Pola asuh yang indulgent yaitu bila orang tua sangat t erlibat dalam kehidupan anak, namun hanya mem beri kan kont rol dan tuntut an yang sangat m inim (selalu m enurut i at au t erlalu mem bebaskan) sehingga dapat m engakibat kan kom pet ensi sosial yang t idak akurat karena umumnya anak kurang m ampu untuk melakukan kont rol diri dan m enggunakan kebebasannya t anpa rasa t anggung jaw ab sert a m emaksakan kehendaknya.Pola asuh juga m emiliki berbagai cirri-ciri m enurut beberapa pakar, salah sat unya menurut Hurlock (1993) yang mengem ukakan ciri - ciri pola asuh sebagai berikut :Pola asuh otorit er m em punyai ciri sepert i anak harus t unduk dan pat uh pada kehendak orang t ua,pengont rolan orang t ua pada t ingkah laku anak sangat ket at ham pir t idak pernah mem beri pujian,

sering memberikan hukum an fisik jika t erjadi kegagalan mem enuhi st andar yang t elah ditet apkan orang t ua, pengendalian t ingkah laku m elalui kont rol ekst ernal.Pola asuh demokrat is m em punyai cirri-ciri yait u, anak diberi kesempat an unt uk m andiri dan mengembangkan kont rol int ernal, anak diakui sebagai pribadi oleh orang tua dan turut dilibat kan dalam pengambilan keputusan, m enet apkan perat uran sert a m engat ur kehidupan anak. Pola asuh perm isif m em punyai ciri yait u, kont rol orang t ua kurang, bersifat longgar at au bebas, anak kurang dibim bing dalam mengatur dirinya, hampir t idak m enggunakan hukum an, anak diijinkan m embuat keputusan sendiri dan dapat berbuat sekehendaknya sendiri.

Keluarga m erupakan lingkungan sosial pert am a dan ut ama bagi anak sehingga mem beri pengaruh t erbesar bagi perkem bangan anak.Keluarga t erut am a ayah dan ibu mem berikan dasar pem bent ukan t ingkah laku, w at ak, moral dan pendidikan

anak.Pengalaman int eraksi di dalam keluarga akan m enent ukan pola dan tingkah laku anak t erhadap orang lain dalam masyarakat (Soet jiningsih dalam List riana,2012).

Anak usia dini memerlukan pengasuhan dan pengaw asan sert a arahan dari orang dew asa. Peran orangt ua sangat dibutuhkan untuk m encipt akan linfkungan yang kondusif

dalam pengasuhan anak usia dini. Pola assuh sangat dipengaruhi oleh kualit as int eraksi ant ara orangt ua dan anak. t erbentunya anak didapat kan dari pem biasaan –pembiasaan

(11)

REGULASI DIRI

Dalam perkem bangan anak usia dini regulasi diri menjadi hal penting. Erikson (dalam syafrida,2014) m enjelaskan regulasi diri pada anak adalah bagaimana anak –anak meraih kont rol t erhdapa em osi dan perilaku sosial anak dalam m enentukan perannya sebagai makhluk sosial dalamlingkungan masyarakat . Piant a,(2012) menjelaskan regulasi diri sebagai ket eram pilan unt k m engat ur sikap, em osi, dan pikiran sesuai dengan keadaan. Thompson dalam Piant a(2012) menjabarkan lebih det ail t ent ang regulasi diri yang m engascu pada ket eram pilan int rinsik, dan ekst rinsik yang bert angungjaw ab dalam mem ant au, mengevaluasi, sert a memodifikasi reaksi emosi yang akan ditunjukakn dalam mencapai suatu tujuan..

Pada banyak anak-anak,perkem bangan regulasi diri penuh berkem bang dengan sempurna hingga anak m emasuki usia anak aw al,m enghabiskan w akt u paling t idak t igat ahun. Charleswort h (dalam Wahyuningt yas, 2015) berpendapat bahwa regulasi diri m erupakan t he abilit y t o cont rol emot ions, int eract in posit ivew ays w it h ot hers, avoid inappropriat e or aggressive act ions, and become a self direct ed learner. Pendapat t ersebut berart i kemampuan mengendalikan em osi,berint eraksi secara posit if dengan oranglain, m enghindari perbuat an yang t idak pant as at au agresif, dan diarahkan m enjadi pem belajar mandiri.Dari t eori-t eori diat as, dapat disimpulkan bahwa regulasi diri merupakan pengendalian diri pada anak untuk mengelola, mengarahkan dan m enyesuaikan perilaku, proses berpikir,dan em osi sesuai dengan lingkungan sosialnya. Regulasi diri pada anak m erupakan ket eram pilan yang dim iliki anak dalam mem anajem en diri dan bersikap sebagai hasil dari kont rol em osi dan sikap yang ada di

dalam diri anak, kemudian diekspresikan m elalui em osi dan tindakan-t indakan dalam menjalin hubungan sosial dengan anak

Perilaku anak usia dini dapat dikendalikan secara ekst ernal m elalui proses sep ert i m odeling, konsekuensi (reinforcement dan punishment ), dan inst ruksi

langsung. Hal t ersebut sejalan dengan pendapat Sant rock (dalam Dessy,2015) yait u proses reinforcement ,punishm ent, dan im it asi dianggap dapat m enjelaskan cara

(12)

sesuai dengan lingkungan sosialnya, maka akan lebih mungkin untuk m engulangi perilaku t ersebut . Apabila anak m enerim a punishm ent at as perilakunya yang tidak baik, m aka perilaku t ersebut dapat dihilangkan. Jadi unt uk membentuk perilaku anak sesuai dengan harapan orang tua, dibutuhkan pola yang t epat yang dapat mem beri kan anak reinforcem ent sepert i rew ard dan punishm ent.

Regulasi diri merupakanproses psikologis yang dapat menentukan seseorang unt uk melakukan t indakan, sert a juga regulasi diri bisadiat ur m ekanism enya pada set iap individu untuk menghasilkan perilaku yang positif agar t ercapai cit a – cit a yangdiinginkan. M cCullough & Willoughby dalam Grolnick,farkas(2002) beranggapan bahw a regulasi diri bukan sesuat u yang ada sejaklahir akan t et api dapat dipelajari, biasanya pem belajaran awal dari orang t ua, sert a biasanya regulasi diri berasaldari agama at aupun nilai yang didapat dalam masyarat . Regulasi diri juga penting bagi anak karena anak pada

proses pert um buhan akan belajar bagaiman cara m engendalikan em osi yang baik misalnya ket ika dalam kelas dapat t enang dan m engangkat t angan ket ika izin atau bicara, at aupun m engendalikan kemarahan m ereka sepert i m enangis yang berlebihan.

M aka regulasi diri m erupakan proses individu untuk m engat ur dan mem perbaiki diri sert a m em punyai tujuan yagn ingin dicapai. Dukungan regulasi diri yang baik akan mendorong berbagai keberhasilan yang t erjadi pada prosespert umbuhan dan perkembangan .

Adapun t ahapan pada proses regulasi diri diant aranya meliput i receiving, evaluat ing, searching, formulating, implem ent ing, assesing. Sedangkan pada aspek regulasi diri meliput i aspek m et akognit if, M otivasi, dan t indakan positif. Regulasi diri yang baik akan berdampak pada masyarakat , karena individu dengan regulasi diri yang

baik akan cenderung m em at uhi perat uran yang dit et apkan oleh nirma, nilai dan hukum yang berlaku pada m asyarakat dan dapat meredam konflik yang t erjadi (Johnstone &

Sarrne, dalam grolick dan farkas,2002).

b.1.TAHAPAN REGULASI DIRI

Pada ilmu psikologi sebenarnya akar dari t eori regulasi diri adalah t eori

(13)

lingkungan. Kont rol at as berbagai ransangan dari luar dinam akan regulasi diri. Tahapan – t ahapan pem bentukan regulasi diri set iap individu, ada beberapa proses yang dilew at i dan m endasarinya agar set iap individu dapat m encapai tujuan yang diharapkan. Adapun t ahapan regulasi diant aranya yaitu manab(2016):

1. Receiving

M erupakan langkah yang dilakukan individu ket ika m enerim a inform asi aw al. Inform asi aw al yang didapat kan selayaknya rel evan dan baik. Adanya informasi yang didapat kan m em buat individu menghubungkan dengan inform asi yang t elah didapatkan sebelumnya ataupun hubungan dengan aspek –aspek lainnya. M isalnya pada anak dalam t ahap bermain dim ana anak akan mendapat kan t ant angan dari perm ainan t ersebut sert a dapat dinilai apakah anak dapat menyelesaikan dan ini akan berdampak pada regulasi diri anak pada t ahapan penerim aan informasi (Bodrova, Germ erot h, & Leong, 2013). M asalah yang didapat kan adalah ket ika anak t erlahir premat ur at aupun m em iliki kekurangan lainnya m aka informasi yang didapat kan t idak sepert i anak lainnya. Pada penelitian Lynn et all (2011) t ent ang anak yang t erlahir prem at ur menghasilkan t ent ang adanya perbedaan yang signifikan ant ara anak yang lah ir pemat ur dan anak yang lahir normal. Kesulit an anak dalam m enerima informasi sangat penting, dan berguna untuk pengembangan regulasi diri anak t ersebut .

2. Evaluat ing

M erupakan pengolahan informasi, ket ika t elah melew at i t ahap receiving. pada Proses evaluat ing t erdapat masalah yang didapat, maka individu dapat mem bandingkan masalah dari lingkungan (ekst ernal) t ersebut dengan

pendapat diri pribadi (int ernal) yang t elah didapat kan sebelumnya. Evaluating merupakan t ahapan penting dalam proses regulasi diri karena dal am t ahapan

ini individu akan mengumpulkan hasil informasi dan melihat perbedaan pada lingkungan luar yang akan m enjadi sumbangan paling besar pada proses

t indakan yang akan diambil nant inya (M cNam ara, & O’ Hara, 2008). 3. Searching

(14)

maka individu akan mencari solusi untuk menekan perbedaan m asalah t ersebut . Pencarian solusi at as m asalah yang didapat kan individu sebaiknya mem presepsikan t erlebih dahulu masalah t ersebut t erhadap dirinya kem udian hubungannya dngan orang lain at au lingkungan m asyarakat , sert a m encari kesulit an yang paling minim al didapat kan ket ika m elakukan t indakan (Baum eister,1987).

4. Formulat ing

M erupakan penet apan tujuan atau rencana yang m enjadi t arget sert a mem perhit ungkan m asalah sepert i wakt u, t empat , media ataupun aspek lainnya yang menjadi pendukung yang dapat m encapai t ujuan secara efekt if m aupun efisien. Pedoman pada t ahapan ini biasanya m enggunakan t eknologi yang digunakan pendidik untuk m emacu regulasi diri sisw a untuk lebih maksimal misalnya komunikasi facebook dan jejaring sosial lainnya yang dapat mengarahkan sisw a untuk lebih efekt if dalam belajar, dan juga m ot ivasi bagi siswa unt uk berkom unikasi dengan t em an at aupun para pendidik lainnya, sert a juga media t ersebut m enjadi formula ataupun media dalam menet apkan t ujuan yang ingin dicapai (Kit sant as, 2013). Penet apan t ujuan adalah komponen yang pent ing dalam t ahapan regulasi diri, dalam penet apan tujuan jangka panjang maka adapula sub bagian yang disebut tujuan jangka pendek yang berguna untuk mem ant au seberapa besar kemajuan yang berhasil diraih, sert a berguna juga unt uk m enyesuaikan st raregi apa yang dapat dit erapkan untuk m enjadi kunci ut ama agar dapat m eraih keberhasilan yang lebih baik (Schunk, 2001)

5. Implem ent ing

Tahapan pelaksanaan rencana yang t elah dirancang sebelumnya. Tindakan yang

dilakukan sebaiknya t epat dan m engarah pada t ujuan, w alaupun dalam sikap cenderung dim odifikasi agar t ercapai t ujuan yang diinginkan. Tujuan yang

t erlalu tinggi biasanya t idak menjam in pencapaian yang m aksim al dikarenakan oleh berbagai fakt or yang m enjadi pengham bat, maka dalam t ahapan

im plem ent ing, individu selayaknya m enyadari bahw a kegagalan regulasi diri pada tahapan ini adalah sesuat u yang biasanya t erjadi (Oet t ingen, Honig, &

(15)

Tahapan akhir untuk m engukur seberapa m aksim al rencana dan t ind akan yang t elah dilakukan pada proses seb elumnya dalam m encapai tujuan yang diinginkan. Tujuan yang ingin dikelola biasanya mengalam i pergeseran nilai, akan t et api pergeseran nilai t ujuan dapat diatasi dengan lebih memant apkan priorit as t ujuan ut am a (Carver & Scheier, 2011). Penilaian t ent ang seberapa maksimal t indakan yang dilakukan akan m emberikan efek ket ika m elakukan t indakan selanjutnya, assesing adalah bagian dari proses int ropeksi diri individu dan dapat berefek juga pada penilaian diri t ent ang seberapa besar kont ribusi perilaku yang t elah dilakukan (Kayler & Weller, 2007).

b.2. ASPEK REGULASI DIRI

Regulasi diri berart i juga ket ahanan diri t erhadap ransangan dari lingkungan yang mem aksa individu untuk melakukan tindakan baik it u tindakan yang posit if ataupun negat if. M aka ada beberapa aspek yang mendasari pada regulasi diri pada set iap individu yaitu (manab,2016):

1. M et akognit if

M erupakan bagian dari kem ampuan individu ket ika m emikirkan untuk merancang at au merencanakan t indakan yang ingin dilakukan. Pada penelitian yang dilakukan Romera (2009) m enghasilkan bahw a met akognisi yang dilakukan oleh anak usia dini ketika diberikan inform asi dengan menggunakan pert anyaan set elah diberikan pert anyaan at au t ugas – t ugas maka aspek yang banyak berperan dalam menent ukan regulasi dirinya adalah met akognit if maka m enim bulkan kesim pulan bahwa regulasi diri dalam

st rat egi penerimaan inform asi m aupun pem belajaran yang baik berkorelasi dengan kem am puan met akognit if. Pada penelit ian araujo (2013) yang

mem bandingkan beberapa aspek yang m endasari pembent ukan regulasi diri, didapat kan bahwa m et akognitif memainkan peranan penting sebagai pem bent uk

regulasi diri seseorang. 2. M otivasi

(16)

dari individu sendiri, m otivasi bisa berupa hadia at aupun hukum an (Zuhm run et all, 2011). Penelit ian yang dilakukan Pint rich & De Grot (1990) menghasilkan bahw a motivasi m erupakan serapan dari serangkaian kognit if individu. M otivasi yang baik m enghasilkan prest asi. Keluarga at au orang tua merupakan unsur pent ing dalam membangun m ot ivasi pada regulasi diri anak maupun remaja (Grolnick & Ryan, 1989). Adapun pada penelit ian Effeny, Carroll, & Bahr (2013) menemukan bahwa dalam membangun regulasi diri rem aja (sisw a), peran guru sangat penting pada aw al – aw al pendidikan ket ika masuk sekolah baru karena sisw a akan sangat bergant ung pada apa yang dikat akan oleh guru, dan selayaknya guru mem berikan mot ivasi penguat an dalam mencapai tujuan dan cit a – cit a yang ingin dicapai.

3. Tindakan posit if

merupakan t indakan yang dilakukan individu ketika t elah m enyeleksi dan menghasilkan perilaku yang dapat dit erim a oleh lingkungan m asyarakat at aupun sesuai dengan tujuan yang diharapkan, sem akin besar dan optim al yang dikerahkan individu dalam m elakukan suat u akt ivit as m aka akan meningkat kan regulasi individu itu t ersebut . Pada penelitian schneider (2014) menghasilkan bahw a t indakan positif yait u dengan meningkat kan int ensit as belajar pada sisw a dalam upaya m enghasilkan prest asi belajar mendapat kan hasil sem akin tinggi regulasi siswa, artinya bahw a t indakan positif yang dilakukan siswa akan m enghasilkan regulasi diri yang baik.

M enurut uraian diat as pengem bangan regulasi diri ini akan berkem bang dengan baik t idak t erlepas dari adanya pengasuhan yang kondusif.

Pengasuhan yang positif Sem ent ara beberapa penelitian m enunjukkan adanya hubungan yang serupa ant ara karakt erist ik parent ing dan regulasi diri.,Baldwin, Baldwin, dan Cole

(1990) m enem ukan bahw a, bagi anak –anak yang hidup dalam keadaan kurang berunt ung,perhatian orang tua yang lebih besar dikait kan dengan anak yang lebih baik

keberhasilanya.Sedangkan bagi m ereka yang hidup dalam situasi dengan t ingkat keinganan yang lebih rendah maka anak lebih adapt if. Kedua jenis keluarga t ersebut ,

(17)

ant ara pem buat an keput usan nondem okrat is dan penyesuaian yang buruk di Eropa Am erika daripada Afrika Amerika rem aja.

B3. REGULASI DIRI ANAK USIA DINI

Pengem bangan regulasi diri pada anak dan t erlihat di semua bidang perilaku (Shonkoff & Phillips 2000). Perm asalahan regulasi diri akan dialam i oleh anak. hal ini t erjadi apabila anak usia dini mendapat lingkungan penagsuhan yang kurang kondusif. St rat egi untuk m em bantu anak usia dini agar mampu m elakukan regulasi diri (Bronson 2000) harus disesuaikan unt uk set iap anak . st rat egi yang dilakukan adalah sebagai berikut . Ket ika m eraw at bayi at au balit a, orang t ua dan anak berint eraksi unt uk mem beri kan dukungan.Am at i dengan cermat . Bayimengirim isyarat yang m emberit ahu kapan mereka lapar, lelah, at au siap berm ain. Bayi yang berum ur empat bulan, m em beri isyarat kebutuhannya akan m akanan yang kurang , maka bayi akan sedikit m erint ih. Pengasuhnya t ahu isyarat ini, berart i pengasuh m emberikan botol dot yang berisi susu.Hal ini m enunjukkan adanya tanggapan terhadap kebutuhan individu untuk ket erat uran, dan int eraksi.

Pada set ing sekolah anak usia dini yang membutuhkan mainan angin favorit nya maka anak t ersebut akan melet akkannya di t em pat t idurnya dan m enutupinya dengan selimut . Orang tua yang m emiliki bayi memberikan susu ke mulutnya dan mneyelimut i ket ika t idur. Hal ini menunjukkan rut init as yang konsiist en untuk mendukung regulasi diri unt uk m em bantu anak m emahami harapan m ereka.

Proses pemberian m akan membut uhkanbeberapa aspek regulasi diri. Secara fisik, bayi mengisap, menelan, dan bernafas. Secara em osional, isyarat t angisan bayi. Dukungan yang diberikan orang dewasa akan m enjadi landasan aw al pert um buhan

regulasi diri .Kepedulian dalam hubungan yang harmonis dan konsist en dengan orang dew asa/ pengasuh akan m em berikan dukungan bagi pengem bangan dasar regulasi diri

(18)

PENUTUP

Berdasarkan pada pembahasan yang t elah diuraikan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pengasuhan m erupakan int eraksi ant ara orang t ua dan anak yang akan m emberikan dampak pada perkembanaggna regulasi diri.M engembangkan pengasuhan yang positif dengan m emberikan reinforcem ent , punishment dan imit asi, t erhadap perilaku anak yang positif dan m em berikan cont oh perilaku m aka hal ini m erupakan st rat egi pengem bangan regulasi diri anak usia dini.

2. Tahapan regulasi diri m eliputi receiving, evaluat ing, searching, form ulating, im plem ent ing, assesing. Regulasi diri yang baik dapat menghasilkan tindakan yang mengarah pada tindakan positif.

3. Aspek dari regulasi meliput i m et akognit if, mot ivasi, dan tindakan posit if. Jika ket iga aspek regulasi diri dapat m aksim al maka regulasi diri yang didapat kan akan m engarah pada regulasi diri yang baik.

4. Regulasi diri yang t idak baik pada anak usia dini akan berdampak pada perilakunya yang menyim pang .M eminim alisasi dampak yang t erjadipada akibat regulasi diri yang baik dapat dilakukan dengan m emaksim alkan peran orang t ua dan guru di sekolah unt uk bert anggungjawab secara bersam a m elalui pendekat an form al disekolah dan lingkungan sosialnya yang dilakukan secara berkesinambungan.

Saran

Berdasarkan pada kesim pulan yang t elah di uraikan m aka penulis m em berikan saran-saran sebagi berikut :

1. M em aksim alkan aspek regulasi diri yaitu met akognit if, mot ivasi, sert a t indakan posit if agar regulasi diri dapat t ercapai.

2. Pihak orang tua dan guru sert a lingkungan berperan akt if dalam m engont rol perilaku anak di sekolah dan lingkungan sosialnya dirum ah agar dapat

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Grolic and Farkas 2002, pa renting and development of children’s self regula tion, Handbook of parenting, London, lawrence erlbaum assosiation publisher

Hurlock, Elizabeth B. 2005. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

Izzaty Eka Rita 2005, M engenali Permasalahan Perkembangan Anak Usia TK, Jakart a, Departemen Pendidikan nasional Dirjen pendidikan tinggi

Lestari Sri, 2014, Psikologi Keluarga, Jakarta, Prenadamedia Group

M anab abdul , 2016,M emahami Regulasi Diri: Sebuah Tinjauan Konsept ual, m alang,UM M

Sa ntrock, J. W . 2010. Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua. Ja karta : Kenca na.

Sa ntrock, J.W . 2007. Perkemba ngan Ana k, Edisi Kesebelas. Jakarta: Penerbit

Erlangga .

Syafrida Rina, 2014, Regulasi Diri dan Intensita s Penggunaan Smartphone terha dap ketera mpilan sosial, Jurnal pendidikan anak usia dini, vol 8 edisi 2, nov 2014, Jakart a.

W ahyunintyas, Dessy Putri. 2015. ”M engembangkan Regulasi Diri M elalui Pemberian

Penghargaa n”. Universitas M uha mmadiyah Surabaya, Volume 9, Edisi 1

Referensi

Dokumen terkait

Informasi mengenai tumbuhan liar (gulma) yang dapat menjadi inang alternatif bagi virus tungro, pada waktu tidak ada pertanaman padi, perlu diketahui untuk mengantisipasi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam pengembangan penelitian di bidang kultur jaringan tumbuhan, khususnya melalui teknik embriogenesis somatik

Adalah Muhammad Quthb, saudara kandung Sayyid Quthb yang juga merupakan ulama terkemuka, mencoba meluruskan beberapa kesalahfahaman para pembaca yang tidak

Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam pengurusan akta kelahiran sebanyak 63% dilakukan oleh responden secara spontan atau atas dasar kesadaran diri

Informasi tersebut ditampilkan pada masing-masing baris data pendukung yang berisi isian data tidak valid.. Jika Tanggal tidak valid , aka pada aris terse ut aka ta pil tulisa

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelimpahan epifauna yang berasosiasi dengan lamun pada kerapatan yang berbeda di Pantai Pulau Panjang Jepara,

 Rekening Kas Umum Negara adalah rekening tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara untuk menampung seluruh penerimaan