• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Dedak Padi Sebagai Bahan Baku Pembuatan Metil Ester dengan Proses Ekstraksi dan Esterifikasi dengan Katalis Asam Sulfat (H2So4) dan Asam Sitrat (C6H8O7)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemanfaatan Dedak Padi Sebagai Bahan Baku Pembuatan Metil Ester dengan Proses Ekstraksi dan Esterifikasi dengan Katalis Asam Sulfat (H2So4) dan Asam Sitrat (C6H8O7)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 BIODIESEL

Biodiesel bersifat ramah lingkungan, dapat terurai, memiliki sifat pelumasan

terhadap piston mesin, dan kesinambungan ketersediaan bahan bakunya terjamin jika

dibandingkan dengan bahan bakar solar yang berasal dari minyak dari minyak bumi,

karena itu peggunaan biodiesel baik sebagai pengganti ataupun campuran pada solar

dapat menjawab kebutuhan terhadap semakin menipisnya sumber minyak bumi di

Indonesia. Biodiesel yang memiliki sifat menyerupai minyak solar dapat digunakan baik

secara murni maupun dicampur dengan petrodisel, tanpa menyebabkan terjadinya

perubahan yang berarti pada mesin kendaraan yang ada ( Zullaikah,2005).

Biodiesel adalah energi terbarukan yang tidak menimbulkan polusi bahan bakar

karbon netral dan biodegradabel terbarukan yang dapat dicampurkan dengan minyak

solar atau digunakan langsung dalam mesin diesel dengan sedikit modifikasi. Umumnya

biodiesel dianggap sebagai alternatif yang menjanjikan untuk diesel berbasis bbm yang

digunakan untuk aplikasi transportasi (Zullaikah, 2005).

Bahan bakar biodiesel menjadi lebih menarik karena manfaatnya terhadap

lingkungan. Tanaman dan minyak nabati serta lemak hewani adalah sumber biomassa

yang dapat diperbaharui. Saat ini, sebagian besar biodiesel muncul dari trasesterifikasi

sumber daya yang dapat dimakan, seperti lemak hewan, minyak sayur, dan bahan

limbah minyak goring dengan proses katalis kondisi basa. Namun, konsumsi tinggi

katalis, pembentukan sabun and redahnya hasil panen membuat biodiesel saat ini lebih

mahal daripada bahan bakar yang diturunkan dari minyak bumi (Shui dkk,2010).

(2)

Dedak merupakan produk samping penggilingan gabah menjadi beras. Selama ini,

dedak hanya dimanfaatkan sebagai makanan ternak dan uggas selebihnya dipakai untuk

bahan abu gosok atau dibiarkan begitu saja

(Arsida dkk,2010).

Melihat besarnya jumlah produksi dedak padi dan belum maksimalnya

pemanfaatan dedakpadi di Indonesia maka dilakukan penelitian mengenai dedak padi

untuk meningkatkan nilai ekonomi dedak itu sendiri. Minyak dedak yang diperoleh dari

ekstaksi dedak dengan pelarut volatile, umumnya N-Hexane. Peningkatan kandungan

asam lemak bebas secara cepat pada minyak karena adanya lipase aktif setelah proses

penggilingan menyebabkan minyak dedak padi tidak dapat digunakan sebagai edible-oil. Salah satu pemanfaatan minyak dedak padi yang sedang dikembangkan saat ini adalah

sebagai bahan baku pembuatan biodiesel.

Dedak padi adalah bahan yang cocok untuk produksi biodiesel. Pertama, produksi

biodiesel dari minyak dedak padi memiliki kinerja yang baik dalam tes mesin dan uji

emisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi biodiesel dari minyak dedak padi

mentah yag berkualitas baik dan dapat digunakan sebagai bahan bakar alternative dalam

mesin diesel saat ini tanpa modifikasi mahal. Kedua, stabil pasokan sumber bahan

tersedia bila dedak padi digunakan untuk memproduksi biodieselterutama di cina. Cina

memproduksi lebih dari sepuluh juta ton per tahun dedak padi. Sebagai produk

sampingan dari penggilingan padi, dedak padi mengandung 15- 23 lipid. Karena adanya

(3)

digunakan sebagai pakan ternak atau bahan bakar boiler dan minyak dedak yang

dihasilkan bukan untuk dimakan(Arsida, 2010).

2.3 MINYAK DEDAK PADI

Minyak dedak padi adalah minyak berkandungan gizi tinggi karena asam lemak,

komponen-komponen aktif biologis dan antioksidan (oryzanol, tocopherol,

phytosterol,polyphenol dan squalene) (Arsida, 2010).

Minyak mentah dedak padi sulit dimurnikan karena tingginya kandungan asam

lemak bebas dan senyawa tak tersaponifikasi berwarna gelap. Kandungan asam lemak

bebas 4-8 % tetap diperoleh walaupun dedak padi diekstrak sesegera mungkin.

Peningkatan asam lemak bebas secara cepat terjadi karena adanya lipase aktif dalam

dedak, karena alasan tersebut minyak dedak padi tidak dapat digunakan sebagai edible oil. Pengaruh waktu penyimpanan dedak terhadap kandungan FFA dalam minyak dedak dapat dilihat pada tabel 2.1, sedangkan karakteristik dan komposisi asam lemak dalam

minyak dedak padi ditunjukkan pada tabel 2.2 dan tabel 2.3.

Tabel 2.1 Pengaruh Waktu Penyimpanan Dedak Terhadap Kandungan FFA DalamMinyak Dedak Padi

Waktu Penyimpanan FFA (%)

3 jam 3,0

(4)

30 hari 18,2

49 hari 27,0

72 hari 34,3

100 hari 62,6

Sumber : SBP Board of Consulttants and Engineers 1998

Tabel 2.2 Karakteristik Minyak Dedak Padi

Karakteristik Rentang Nilai

Specific gravity pada 20 oC/ 30 oC 0,916-0,921

Refractive index pada 25 oC 1,47-1,473

Bilangan iodine 99-108

Bilangan Penyabunan 181-189

Material tak tersabunkan (%) 3-5

Titer (oC) 24-25

Asam Lemak bebas (%) 3-60

Sumber : SBP Board of Consultants and Engineers 1998

Tabel 2.3 Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Dedak

Jenis Asam Lemak Konsentrasi (%b)

Asam Miristat (C14 : 0) 0,1

Asam Palmitat (C16 : 0) 12-18

Asam stearate ( C18:0) 1-3

Asam Oleat (C18 : 1) 40-50

Asam linoleat (C18 :2) 29-42

Asam Linolenat (C18:3) 1

Asam Palmitoleat (C20 : 0) 0,2-0,4

Sumber : SBP Board of Consultants and Engineers 1998

(5)

Asam sulfat (H2SO4) merupakan cairan yag bersifat korosif, tidak berwarna, tidak berbau, sangat reaktif dan mampu melarutkan berbagai logam. Bahan kimia ini

dapat larut dengan air dengan segala perbandingan, mempunyai titik leleh 10,49 oC dan titik didih pada 340 oC tergantung kepekatan serta pada temperature 300 oC atau lebih terdekomposisi menghasilkan sulfur trioksida.Sifat-sifat asam sulfat ditunjukkan Tabel

2.4

Tabel 2.4 Sifat Fisika dan Kimia Asam Sulfat

Berat molekul 98,08 g/gmol

Titik leleh 10,49 oC

Titik didih 340 oC

Specific gravity 1,834

Warna Tidak berwarna

Wujud Cair

Sumber : Aprilina, 2008

2.5 EKSTRAKSI

Ekstraksi merupakan salah satu cara pmisahan campuran dimana terdapat zat

terlarut dan pelarut. Biasa ekstraksi ini dilakukan untuk mengambil zat terlarut dalam

pelarut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses ekstraksi yaitu :

1. Ukuran bahan

Pengecilan ukuran bertujuan untuk memperluas permukaan bahan sehingga

mempercepat penetrasi pelarut ke dalam bahan yag akan diekstrak dan

mempercepat waktu ekstaksi. Sebenarnya semakin kecil ukuran bahan semakin

luas pula permukaan bahan sehingga semakin banyak oleoresin yang dapat

diekstrak. Tetapi ukuran bahan yang terlalu kecil juga menyebabkan banyak

minyak volatile yang menguap selama penghancuran.

(6)

Secara umum, kenaikan temperature akan meningkat jumlah zat terlarut ke

dalam pelarut. Temperautr pada proses ekstraksi memang terbatas hingga suhu

titik didih pelarut yang digunakan.

3. Pelarut

Pelarut harus yang baik maka tidak akan merusak solute atau residu pelarut,

viskositasnya tidak tinggi (kental) agar sirkulasi bebas dapat terjadi.

Dalam pemilihan pelarut harus memperhatikan beberapa factor diantaranya adalah

pemilihan pelarut pada umumnya dipengaruhi oleh factor-faktor berikut ini

1. Seleksi pelarut hanya boleh melarutkan ekstraksi yang diinginkan, bukan

komponen-komponen lain dari bahan ekstraksi.

2. Kelarutan pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang

besar (kebutuhan pelarut lebih sedikit).

3. Kemampuan untuk tidak saling bercampur pada ekstraksi cair-cair, pelarut tidak

boleh atau hanya secara terbatas larut dalam bahan ekstraksi.

4. Kerapatan terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaan

kerapatan yang besar antara pelarut dan bahan ekstraksi.

5. Reaktifitas pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara

kimia pada komponen-komponen bahan ekstraksi.

6. Titik didih karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara

penguapan, destilasi atau reaktifikasi, maka titik didih kedua bahan ini tidak boleh

terlalu dekat (Aprilina, 2008).

2.6 ESTERIFIKASI

Esterifikasi adalah tahap konversi dari asam lemak bebas menjadi ester.

Esterifikasi mereaksikan minyak lemak dengan alkohol. Katalis-katalis yang cocok

adalah zat berkarakter asam kuat, dankarena ini asam sulfat, asam sulfonat organic atau

resin penukar kation asam kuat merupakan katalis-katalis yag biasa terpilih dalam

praktek industrial. Untuk mendorong agar reaksi bias berlangsung ke konversi yang

sempurna pada temperature rendah (misalnya paling tinggi 120 oC), reaktan metanol harus ditambahkan dalam jumlah yang sangat berlebih (biasanya lebih besar dari 10 kali

nisbah stoikhiometrik) dan air produk ikutan harus disingkirkan dari fasa reaksi, yaitu

fasa minyak. Melalui kombinasi-kombinasi yang tepat dari kondisi-kondisi reaksi dan

(7)

dituntaskan dalam waktu 1 sampai beberapa jam. Reaksi esterifikasi dari asam lemak

menjadi metil ester adalah :

RCOOH + CH3OH RCOOH3 + H2O

Asam Lemak Metanol Metil Ester Air

Esterifikasi biasanya dilakukan untuk membuat biodiesel dari minyak berkadar

asam lemak bebas tinggi. Pada tahap ini, asam lemak bebas akan dikonversi menjadi

metil ester. Tahap esterifikasi biasanya diikuti dengan tahap trasesterifikasi. Namun

sebelum produk esterifikasi diumpankan ke tahap transesterifikasi, air dan bagian

tersbesar katalis asam yang dikandungnya harus disingkirkan terlebih dahulu (Shui

dkk,2010).

2.6.1 Hal-Hal Yang Mempengaruhi Reaksi Esterifikasi

Factor-faktor yang berpengaruh pada reaksi esterifikasi antara lain :

a. Waktu reaksi

Semakin lama waktu reaksi maka kemungkinan kontak antar zat semakin

besar sehingga akan menghasilkan konversi yang besar. Jika kesetimbangan

reaksi sudah tercapai maka dengan bertambahnya waktu reaksi tidak akan

menguntungkan karena tidak memperbesar hasil.

b. Pengadukan

Pengadukan akan menambah frekuensi tumbukan antara molekul zat

pereksi dengan zat yang bereaksi sehingga mempercepat reaksi dan reaksi terjadi

sempurna. Sesuai dengan persamaan Archenius :

K = A e(-Ea/RT)

Semakin besar tumbukan maka semakin besar harga konstanta kecepatan reaksi.

Sehingga dalam hal ini pengadukan sangat penting mengingat larutan

minyak-katalis methanol merupakan larutan immiscible.

(8)

Katalisator berfungsi untuk mengurangi tenaga aktifasi pada suatu reaksi

sehingga pada suhu tertentu harga konstanta kecepatan reaksi semakin besar.

Pada reaksi esterifikasi yang suah dilakukan biasanya menggunakan konsentrasi

katalis antara 1-4 % berat sampai 10 % berat campuran pereaksi.

d. Suhu Reaksi

Semakin tinggi suhu yang dioperasikan maka semakin banyak konversi

yang dihasilkan hal ini sesuai dengan persamaan Archenius. Bila suhu naik maka

harga k semakin besar sehigga reaksi berjala cepat dan hasil konfersi semakin

besar ( Aprillina, 2008).

Reaksi esterifikasi merupakan reaksi pembentukan ester dengan reaksi langsung

antara suhu asam karboksilat dengan suatu alcohol. Suatu reaksi pemadatan untuk

membentuk suatu ester disebut esterifikasi. Eserifikasi dapat dikatalis oleh kehadiran

ion H+. asam belerang sering digunakan sebagai suatu katalisator untuk reaksi ini.

Pada skala industry etil asetat di produksi dari reaksi esterifikasi antara sam asetat

(CH3COOH) dan etanol (C2H5OH) dengan bantuan katalis berupa asam sulfat (H2SO4) (Aprillina, 2008).

Ester adalah subuah asam karboksilat mengandung gugus COOH, dan pada

sebuah ester hindrogen pada gugus ini digantikan dengan sebuah gugus hidrokarbon

dari berbagai jenis. Gugus ini bias berupa gugus alkil seperti metil atau etil, atau gugus

yang megandung sebuah cincin benzene seperti fenil.

Ester dapat terhidrolisis dengan pengaruh asam membentuk alcohol dan asam

karboksilat. Reaksi hidrolisis tersebut merupakan kebalikan dari pengesteran. Disini

senyawa karbon mengikat gugus fungsi-COOR adalah alkilalkanoat. Ester diturunkan

dari alcohol dan asam karboksilat. Untuk ester turunan dari asam karboksilat paling

sederhana, nama-nama tradisional digunakan, seperti formate, asetat dan propionate.

Proses esterifikasi adalah suatu reaksi refersibel antara suatu asam karboksilat

dengan suatu alcohol. Produk esterifikasi disebut ester yang mempunyai sifat yang khas

yaitu baunya yang harum sehingga pada umumnya digunakan sebagai pengaharum

(Essence) sintesis. Reaksi esterifikasi merupakan reaksi refersibel yang sangat lambat.

(9)

akan tercapai dalam beberapa jam. Esterifikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantara nya adalah : struktur molekul dari alkohol, suhu proses dan konsentrasi katalis

maupun reaktan.

Ester diturunkan dari asam karboksilat dengan mengganti gugus OH dengan gugus

OR ( R adalah gugus alkil atau aril). Ester merupakan senyawa organik yang bersifat

netral, tidak beeraksi dengan logam NA dan PCL3.Ester termasuk salah satu turunan

asam karboksilat yang diperoleh dengan mereaksikan suatu asam (karboksilat dengan

alkohol atau phenol.Rumus nya RCOOR dimana R dan R adalah gugus organic

(Aprillina, 2008).

2.7 Transesterifikasi

Transesterifikasi (biasa disebut dengan alkoholisis) adalah tahap konversi

daritrigliserida (minyak nabati) menjadi alkil ester, melalui reaksi dengan alkohol,

danmenghasilkan produk samping yaitu gliserol. Di antara alkohol-alkohol monohidrik

yangmenjadi kandidat sumber/pemasok gugus alkil, metanol adalah yang paling umum

digunakan,karena harganya murah dan reaktifitasnya paling tinggi (sehingga reaksi

disebut metanolisis).Jadi, di sebagian besar dunia ini, biodiesel praktis identik dengan

ester metil asam-asamlemak (Fatty Acids Metil Ester). Reaksi transesterifikasi trigliserida menjadi metilester adalah :

O O

H2C - O - C - R1 R1 - C - OCH3 H2COH

O Katalis O

HC - O - C - R2 + 3CH3OH R2 - C - OCH3 + HCOH

O O

H2C - O - C - R3 R3 - C - OCH3 H2COH

Trigliserida Metanol Metil Ester Gliserol

Transesterifikasi juga menggunakan katalis dalam reaksinya. Tanpa adanya

katalis, konversiyang dihasilkan maksimum namun reaksi berjalan dengan lambat.

Katalisyang biasa digunakan pada reaksi transesterifikasi adalah katalis basa, karena

(10)

Reaksi transesterifikasi sebenarnya berlangsung dalam 3 tahap yaitu sebagai berikut:

1. Trigliserida (TG) + ROH Katalis Digliserida (DG) + R’COOR

2. Digliserida (DG) + ROH Katalis Monogliserida (MG) + R’’COOR

3. Monogliserida (MG) + ROHKatalisGliserol (GL) + R’’’COOR

Produk yang diinginkan dari reaksi transesterifikasi adalah ester metil asam-asam

lemak.Terdapat beberapa cara agar kesetimbangan lebih ke arah produk, yaitu:

a. Menambahkan metanol berlebih ke dalam reaksi.

b. Memisahkan gliserol.

c. Menurunkan temperatur reaksi (transesterifikasi merupakan reaksi eksoterm).

2.7.1 Hal-hal yang Mempengaruhi Reaksi Transesterifikasi

Tahapan reaksi transesterifikasi pembuatan biodiesel selalu menginginkan

agardidapatkan produk biodiesel dengan jumlah yang maksimum. Beberapa kondisi

reaksi yangmempengaruhi konversi serta perolehan biodiesel melalui transesterifikasi

adalah sebagai berikut :

a. Pengaruh air dan asam lemak bebas

Minyak nabati yang akan ditransesterifikasi harus memiliki angka asam yang

lebih kecildari 1. Banyak peneliti yang menyarankan agar kandungan asam lemak

bebas lebih kecildari 0.5% (<0.5%). Selain itu, semua bahan yang akan digunakan

harus bebas dari air.Karena air akan bereaksi dengan katalis, sehingga jumlah

katalis menjadi berkurang. Katalis harus terhindar dari kontak dengan udara agar

tidak mengalami reaksi dengan uapair dan karbon dioksida.

b. Pengaruh perbandingan molar alkohol dengan bahan mentah

Secara stoikiometri, jumlah alkohol yang dibutuhkan untuk reaksi adalah 3

mol untuksetiap 1 mol trigliserida untuk memperoleh 3 mol alkil ester dan 1 mol

gliserol.Perbandingan alkohol dengan minyak nabati 4,8:1 dapat menghasilkan

konversi 98%. Secara umum ditunjukkan bahwa semakin banyak jumlahalkohol

yang digunakan, maka konversi yang diperoleh juga akan semakin bertambah.Pada

rasio molar 6:1, setelah 1 jam konversi yang dihasilkan adalah 98-99%,

sedangkanpada 3:1 adalah 74-89%. Nilai perbandingan yang terbaik adalah 6:1

karena dapatmemberikan konversi yang maksimum.

(11)

Pada rasio 6:1, metanol akan memberikan perolehan ester yang tertinggi

dibandingkan dengan menggunakan etanol atau butanol.

d. Pengaruh Jenis Katalis

Alkali katalis (katalis basa) akan mempercepat reaksi transesterifikasi bila

dibandingkandengan katalis asam. Katalis basa yang paling populer untuk reaksi

transesterifikasi adalahnatrium hidroksida (NaOH), kalium hidroksida (KOH),

natrium metoksida (NaOCH3),dan kalium metoksida (KOCH3). Katalis sejati bagi reaksi sebenarnya adalah ion metilat(metoksida). Reaksi transesterifikasi akan

menghasilkan konversi yang maksimum denganjumlah katalis 0,5-1,5%-b minyak

nabati. Jumlah katalis yang efektif untuk reaksi adalah0,5%-b minyak nabati untuk

natrium metoksida dan 1%-b minyak nabati untuk natriumhidroksida.

e. Metanolisis Crude dan Refined Minyak Nabati

Perolehan metil ester akan lebih tinggi jika menggunakan minyak nabati

refined. Namunapabila produk metil ester akan digunakan sebagai bahan bakar

mesin diesel, cukup digunakan bahan baku berupa minyak yang telah dihilangkan

getahnya dan disaring.

f. Pengaruh temperatur

Reaksi transesterifikasi dapat dilakukan pada temperatur 30 - 65° C (titik

didih methanolsekitar 65° C). Semakin tinggi temperatur, konversi yang diperoleh

akan semakin tinggiuntuk waktu yang lebih singkat.

Ester yang terdiri dari asam-asam yag berat molekul rendah dan alkohol

merupakan senyawa-senyawa cair yang tidak berwarna, sedikit larut dalam air dengan

bau semerbak, dan mudah menguap. Ester dari beberapa asam karboksilat dengan rantai

panjang terdapat secara alamiah di dalam lemak, lilin dan minyak.

Gambar

Tabel 2.1 Pengaruh Waktu Penyimpanan Dedak Terhadap Kandungan FFA DalamMinyak Dedak Padi Waktu Penyimpanan FFA (%)
Tabel 2.2 Karakteristik Minyak Dedak Padi Karakteristik

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukkan bahwa kesu- litan belajar merupakan problem yang dialami oleh semua siswa karena adanya gangguan, baik berasal dari faktor internal siswa

Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dan Dana Perimbangan Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris Pada Kabupaten Dan Kota Di Provinsi Sumatera Barat)..

Positional candidate cloning of a QTL in dairy cattle: identification of a missense mutation in the bovine DGAT1 gene with major effect on milk yield and composition.. Identification

Predictors: (Constant), Pendapatan Pajak, Leverage, Intergovernmental Revenue,

Pada penulisan ilmiah ini penulis membuat aplikasi profile, album, history group musik Larc-en-ciel dengan menggunakan Macromedia Flash MX sebagai alat pengabung elemen-elemen

Dalam penulisan ilmiah ini penulis akan menjelaskan tentang pembuatan tes IQ yang diletakkan di Jaringan Internet dengan menggunakan ASP sebagai listing scripnya, Dreamweaver MX

[r]

Adapun tujuan dari game ini adalah Mengolah pola pikir user,melatih respond dan tingkat kecekatan user,user dapat mengembangkan cara berfikir cepat untuk menentukan jalur mana