• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Asupan Nutrisi Terhadap Kejadian Obesitas dan Non-Obesitas pada Mahasiswa FK USU Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Asupan Nutrisi Terhadap Kejadian Obesitas dan Non-Obesitas pada Mahasiswa FK USU Tahun 2016"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Nutrisi

2.1.1 Definisi nutrisi

Nutrisi dapat didefinisikan sebagai jumlah keseluruhan proses yang terlibat dengan asupan dan penggunaan bahan-bahan makanan. Nutrisi yang cukup dibutuhkan untuk pertumbuhan, perbaikan, dan perawatan aktivitas-aktivitas dalam tubuh. Beberapa fungsi (atau tahapan) terlibat dalam proses perolehan makanan: (i) proses menelan, (ii) pencernaan, (iii) absorpsi, (iv) asimilasi, dan (v) ekskresi.10

Setiap individu memiliki kebutuhan zat gizi yang berbeda-beda, tergantung dari umur, jenis kelamin, beratbadan, dan tinggi badan. Karena itu maka diciptakan suatu ukuran minimal yang dibutuhkan untuk setiap individu, yaitu Angka Kecukupan Gizi (AKG). Nilai AKG ini berfungsi agar tubuh dapat mempertahankan fungsi normalnya pada suatu keadaan tertentu (Sedia oetama, 2006). Menurut Supariasa, Bakri, dan Fajar (2002) klasifikasi tingkat konsumsi asupan energi berdasarkan AKG dibagi menjadi 5 yaitu defisit (<70% AKG), kurang (70-80% AKG), cukup (80-100% AKG), baik (100-110% AKG), dan lebih (>110% AKG). Tabel 2.1. menunjukkan AKG untuk orang Indonesia.11

Tabel 2.1. Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat, dan Air yang Dianjurkan untuk Orang Indonesia

(2)

2.1.2 Energi

Kebutuhan energi (atau kalori) dapat dipenuhi melalui asupan karbohidrat, lemak, dan atau protein dalam makanan. Kebutuhan energi seseorang sehari ditaksir dari kebutuhan energi untuk komponen – komponen sebagai berikut:

1. Angka Metabolisme Basal/AMB (kebutuhan sedang istirahat) 2. Aktivitas fisik

3. Pengaruh dinamik khusus makanan /SDA12.

Kebutuhan energi dapat dihitung berdasarkan kalori per berat badan atau dengan menggunakan persamaan Harris-Benedict10:

Perempuan:

AMB = 655 + 9.6[BB(kg)] + 1.8[TB(cm)] – 4.7(Umur)

Lakilaki:

AMB = 66 + 13.7[BB(kg)] + 5[TB(cm)] – 6.8(Umur)

Perempuan

Usia > 60 tahun: BEE = 9.2[BB(kg)] + 637[TB(m)] – 302

Lakilaki

Usia > 60 tahun: BEE = 8.8 [BB(kg)] + 1,128[TB(m)] – 1,071

AMB: Angka Metabolisme Basal; TB : Tinggi Badan;

BB : Berat Badan.

(3)

tanpa lemak dan tidak memperhitungkan perbedaan-perbedaan metabolisme energi terkait usia dan jenis kelamin pada orang dewasa10.

Persamaan Harris-Benedict memperkirakan penggunaan energi yang tersisa/restingenergy expenditure (REE), yang kemudian harus dimodifikasi berdasarkan pada faktor “stress” atau “aktivitas”. Faktor-faktor stress mencakup kondisi-kondisi seperti operasi minor, retak pada tulang (fraktura), trauma, sepsis, dan luka bakar parah. Faktor-faktor aktivitas melibatkan apakah individu sedang atau tidak dalam kondisi istirahat ranjang. Dengan adanya faktor stress, kebutuhan energi sebagaimana dihitung berdasarkan persamaan Harris-Benedict meningkat sedikitnya 30% (misalnya pada operasi minor dan fraktura) atau sampai dengan 80 hingga 130% (misalnya pada luka bakar parah). Indvidu yang tidak istirahat ranjang memiliki kebutuhan energi 30% lebih besar dari yang dihitung berdasarkan persamaan Harris-Benedict10.

Asupan kalori atau energi yang melebihi energi yang digunakan disimpan dalam cadangan tubuh. Karbohidrat utamanya disimpan sebagai glikogen hati dan otot. Lemak, yang disimpan sebagai trigliserida dalam jaringan adiposa, meliputi cadangan tenaga tubuh terbesar10.

2.2 Obesitas

2.2.1 Definisi obesitas

Obesitas adalah suatu penyakit multifaktorial, yang terjadiakibat akumulasi jaringan lemak berlebihan, sehingga dapatmengganggu kesehatan. Obesitas terjadi jika besar dan jumlah sellemak bertambah pada tubuh seseorang. Ukuran sel lemak akan bertambah besar dankemudian jumlahnya bertambah banyak jika seseorang bertambahberat badannya,. Obesitas merupakan suatukelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolisme energiyang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik spesifik. Faktorgenetik diketahui sangat berpengaruh bagi perkembangan penyakitini. Secara fisiologis, obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaandengan akumulasi lemak yang tidak normal

(4)

penyakitkardiovaskular karena keterkaitannya dengan sindrom metabolikatau sindrom resistensi insulin yang terdiri dari resistensiinsulin/hiperinsulinemia, hiperuresemia, gangguan fibrinolisis,hiperfibrinogenemia dan hipertensi 13.

Obesitas terjadi sebagai akibat masukan energi yang melebihi pengeluaran energi. Berat badan akan bertambah jika energi dalam jumlah besar (dalam bentuk makanan) yang masuk ke dalam tubuh melebihi jumlah yang dikeluarkan dan sebagian besar kelebihan energi tersebut akan di simpan sebagai lemak. Oleh sebab itu, kelebihan adipositas (obesitas) disebabkan masukan energi yang melebihi pengeluaran energi. Untuk setiap kelebihan energi sebanyak 9,3 kalori yang masuk ke tubuh, kira-kira 1 gram lemak akan disimpan. Lemak disimpan terutama di adiposit pada jaringan subkutan dan rongga intraperitoneal, walaupun hati dan jaringan tubuh lainnya seringkali menimbun cukup lemak pada orang obesitas. Perkembangan obesitas pada orang dewasa juga terjadi akibat

penambahan jumlah adiposit dan peningkatan ukurannya. Seseorang dengan obesitas yang ekstrem dapat memiliki adiposity sebanyak empat kali normal dan setiap adiposit memiliki lipid dua kali lebih banyak dari orang yang kurus14.

2.2.2 Etiologi obesitas

Penyebab obesitas sangatlah kompleks. Meskipun gen berperan penting dalam menentukan asupan makanan dan metabolisme energi, gaya hidup dan faktor lingkungan dapat berperan dominan pada banyak orang dengan obesitas. Diduga bahwa sebagian besar obesitas disebabkan oleh karena interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan, antara lain aktivitas, gaya hidup, sosial ekonomi dan nutrisional14.

a. Genetik

Obesitas sering dijumpai dalam keluarga, dan pewarisan berat badan serupa dengan tinggi badan. Namun, pewarisan biasanya bukan bersifat mendelian dan peran gen dan faktor lingkungan sulit dibedakan. Orang yang

(5)

genetik. Demikian juga, kembar identik memiliki IMT yang sangat mirip tanpa bergantung apakah mereka dibesarkan bersama atau terpisah, dan IMT mereka jauh lebih berkorelasi dibandingkan pada kembar dizigot. Berbagai efek genetik tersebut tampaknya berkaitan dengan asupan dan pengeluaran energi 1.

Peran genetik yang pasti untuk menimbulkan obesitas masih sulit ditentukan, karena anggota keluarga umumnya memiliki kebiasaan makan dan pola aktivitas fisik yang sama. Akan tetapi, bukti terkini menunjukkan bahwa 20-25% kasus obesitas dapat disebabkan faktor genetik. Gen dapat berperan dalam obesitas dengan menyebabkan kelainan satu atau lebih jaras yang mengatur pusat makan dan pengeluaran energi serta penyimpanan lemak. Penyebab monogenik (gen tunggal) dari obesitas adalah mutasi MCR-4, yaitu penyebab monogenik tersering untuk obesitas yang ditemukan sejauh ini, defisiensi leptin kongenital, yang diakibatkan mutasi gen, yang sangat jarang dijumpai dan mutasi reseptor

leptin, yang juga jarang ditemui. Semua bentuk penyebab monogenik tersebut hanya terjadi pada sejumlah kecil persentase dari seluruh kasus obesitas. Banyak variasi gen sepertinya berinterakasi dengan faktor lingkungan untuk mempengaruhi jumlah dan distribusi lemak 14.

b. Aktivitas fisik

Gaya hidup tidak aktif dapat dikatakan sebagai penyebab utama obesitas. Hal ini didasari oleh aktivitas fisik dan latihan fisikyang teratur dapat meningkatkan massa otot dan mengurangi massa lemak tubuh, sedangkan aktivitas fisik yang tidak adekuat dapat menyebabkan pengurangan massa otot dan peningkatan adipositas. Oleh karena itu pada orang obesitas, peningkatan aktivitas fisik dipercaya dapat meningkatkan pengeluaran energi melebihi asupan makanan, yang berimbas penurunan berat badan 14.

Tingkat pengeluaran energi tubuh sangat peka terhadap pengendalian berat tubuh. Pengeluaran energi tergantung dari dua faktor: 1) tingkat aktivitas dan olahraga secara umum; 2) angka metabolisme basal atau tingkat energi yang

(6)

energi orang normal. Meski aktivitas fisik hanya mempengaruhi sepertiga pengeluaran energi seseorang dengan berat normal, tapi bagi orang yang memiliki kelebihan berat badan aktivitas fisik memiliki peran yang sangat penting. Pada saat berolahraga kalori terbakar, makin banyak berolahraga maka semakin banyak kalori yang hilang. Kalori secara tidak langsung mempengaruhi sistem metabolisme basal. Orang yang duduk bekerja seharian akan mengalami penurunan metabolisme basal tubuhnya. Kekurangan aktifitas gerak akan menyebabkan suatu siklus yang hebat, obesitas membuat kegiatan olahraga menjadi sangat sulit dan kurang dapat dinikmati dan kurangnya olahraga secara tidak langsung akan mempengaruhi turunnya metabolisme basal tubuh orang tersebut. Jadi olahraga sangat penting dalam penurunan berat badan tidak saja karena dapat membakar kalori, melainkan juga karena dapat membantu mengatur berfungsinya metabolisme normal14.

c. Perilaku makan

Faktor lain penyebab obesitas adalah perilaku makan yang tidak baik. Perilaku makan yang tidak baik disebabkan oleh beberapa sebab, diantaranya adalah karena lingkungan dan sosial. Hal ini terbukti dengan meningkatnya prevalensi obesitas di negara maju. Sebab lain yang menyebabkan perilaku makan tidak baik adalah psikologis, dimana perilaku makan agaknya dijadikan sebagai sarana penyaluran stress. Perilaku makan yang tidak baik pada masa kanak-kanak sehingga terjadi kelebihan nutrisi juga memiliki kontribusi dalam obesitas, hal ini didasarkan karena kecepatan pembentukan sel-sel lemak yang baru terutama meningkat pada tahun-tahun pertama kehidupan, dan makin besar kecepatan penyimpanan lemak, makin besar pula jumlah sel lemak. Oleh karena itu, obesitas pada kanak-kanak cenderung mengakibatkan obesitas pada dewasanya nanti 14.

d. Neurogenik

Telah dibuktikan bahwa lesi di nukleus ventromedial hipotalamus dapat

(7)

obesitasyang progresif. Hal ini memperlihatkan bahwa, obesitas padamanusia juga dapat timbul akibat kerusakan pada hipotalamus.Dua bagian hipotalamus yang mempengaruhi penyerapan makanyaitu hipotalamus lateral (HL) yang menggerakkan nafsumakan (awal atau pusat makan) dan hipotalamus ventromedial (HVM) yang bertugas meintangi nafsu makan (pemberhentianatau pusat kenyang). Dan hasil penelitian didapatkan bahwa bilaHL rusak/hancur maka individu menolak untuk makan atauminum, dan akan mati kecuali bila dipaksa diberi makan danminum (diberi infus). Sedangkan bila kerusakan terjadi padabagian HVM, maka seseorang akan menjadi rakus dankegemukan. Dibuktikan bahwa lesi pada hipotalamus bagianventromedial dapat menyebabkan seekor binatang makan secaraberlebihan dan obesitas, serta terjadi perubahan yang nyata padaneurotransmiter di hipotalamus berupa peningkatan oreksigenikseperti NPY dan penurunan pembentukan zat anoreksigenikseperti leptin dan α-MSH pada hewan obesitas yang dibatasimakannya 14.

e. Sindrom spesifik lain yang berkaitan dengan obesitas

Faktor terakhir penyebab obesitas adalah karena dampak/sindroma dari penyakit lain. Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan obesitas adalah sindrom cuhsing, hipotiroidisme, insulinoma, kraniofaringioma dan penyakit lain yang mengenai hipotalamus. Beberapa anggapan menyatakan bahwa berat badan seseorang diregulasi baik oleh endokrin dan komponen neural. Berdasarkan anggapan itu maka sedikit saja kekacauan pada regulasi ini akan mempunyai efek pada berat badan1.

2.2.3 Klasifikasi obesitas

IMT Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan petunjuk dasar untuk memantaustatus gizi, baik yang kekurangan berat badan maupun yang kelebihan beratbadan. Untuk pengukurannya sendiri digunakan indeks Quetelet, yaitu berat badan dalam kilogram (kg) dibagi tinggi dalam meter kuadrat (m2). Karena IMT

(8)

proporsi tubuh, sehingga dengan demikian IMT belum tentu memberikan kegemukan yang sama bagi semua populasi 13.Tabel dibawah ini merupakan klasifikasi berat badan berlebih dan obesitas pada orang dewasa ( > 20 tahun) berdasarkan IMT menurut Kriteria Asia Pasifik 16:

Tabel 2.2 Klasifikasi Berat Badan Lebih dan ObesitasBerdasarkan IMT Menurut Kriteria Asia Pasifik.

Sumber : WHO WPR/IASO/IOTF dalam The Asia-Pasific Perspective: Redefinig Obesity and its Treatment (2000)

IMT berdasarkan umur (2 – 20 tahun) dan jenis kelamin mengunakan IMT menurut United State Department of Health and Human Service Tahun 2000 dan diplotkan dalam grafik Centers for Disease Control andPrevention (CDC)20.Kategori IMT berdasarkan umur dan jenis kelamin menurut United State

Department of Health and Human Service Tahun 2000, adalah :

Tabel 2.3 Kategori IMT menurut Umur dan Jenis Kelamin

Kategori Status Gizi IMT

Gizi Kurang < 5 percentile Gizi Normal 5 – 84 percentile Gizi Lebih 85 – 94 percentile

Obesitas ≥ 95 percentile

(9)
(10)
(11)

Indeks massa tubuh (IMT) adalah ukuran yang menyatakan komposisi tubuh, perimbangan antara berat badan dengan tinggi badan. IMT digunakan untuk mengukur kegemukan, sebagai dampak dari perubahan pola hidup, kebiasaan mengkonsumsi makanan siap saji yang tinggi lemak dan protein, serta rendah karbohidrat. IMT tidak dapat membedakan otot dengan lemak, selain itu pula tidak memberikan distribusi lemak di dalam tubuh yang merupakan factor penentu utama risiko gangguan metabolisme yang dikaitkan dengan kelebihan berat badan. Pola penyebaran lemak tubuh tersebut dapat ditentukan oleh rasio lingkar pinggang dan pinggul atau mengukur lingkar pinggang. Pinggang diukur pada titik yang tersempit, sedangkan pinggul diukur pada titik yang terlebar, lalu ukuran pinggang dibagi dengan ukuran pinggul 17.

2.2.4 Jenis obesitas

Jaringan adiposa tidak terisolasi pada area tertentu di tubuh, melainkan tersebar menyeluruh. Pada wanita 18% berat badan adalah lemak sedangkan pada pria 16% berat badan adalah lemak. Pada tubuh manusia, lemak didistribusikan menjadi 2 kategori yaitu disimpan pada area panggul dan kaki (“pear-shaped” – obesitas perifer) atau disimpan terpusat disekitar abdomen (“apple-shaped” – obesitas sentral18.

(12)

Gambar 2.3 Obesitas Apple-shaped dan Obesitas Pear-shaped.

http://www.healthcentral.com/common/images/2/23229_598329_5.jpg

2.2.5 Teknik pengukuran Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP)

Teknik pengukuran lingkar pinggang menurut Riskesdas (2013) yaitu sebagai berikut :

a. Responden diminta dengan cara yang santun untuk membuka pakaian bagian atas atau menyingkapkan pakaian bagian atas dan raba tulang rusuk terakhir responden untuk menetapkan titik pengukuran.

b. Tetapkan titik batas tepi tulang rusuk paling bawah.

c. Tetapkan titik ujung lengkung tulang pangkal paha/panggul.

d. Tetapkan titik tengah di antara diantara titik tulang rusuk terakhir titik ujung lengkung tulang pangkal paha/panggul dan tandai titik tengah tersebut dengan alat tulis. Minta responden untuk berdiri tegak dan bernafas dengan normal (ekspirasi normal).

(13)

f. Apabila responden mempunyai perut yang gendut kebawah, pengukuran mengambil bagian yang paling buncit lalu berakhir pada titik tengah tersebut lagi.

g. Pita pengukur tidak boleh melipat dan ukur lingkar pinggang mendekati angka 0,1 cm6.

Teknik pengukuran lingkar panggul menurut Riskesdas (2013) yaitu sebagai berikut :

a. Responden diminta berdiri tegap dengan kedua kaki dan berat merata pada setiap kaki.

b. Palpasi dan tetapkan daerah trochanter mayor pada tulang paha.

c. Posisikan pita ukur pada lingkar maksimum dari bokong, untuk wanita biasanya di tingkat pangkal paha, sedangkan untuk pria biasanya sekitar 2 - 4 cm bawah pusar.

d. Lingkarkan pita ukur tanpa melakukan penekanan. e. Ukur lingkar pinggul mendekati angka 0,1cm6.

2.2.6 Komplikasi obesitas

Obesitas memiliki dampak merugikan yang besar pada kesehatan. Obesitas berhubungan dengan meningkatnya mortalitas, hal ini karena meningkatnya 50 sampai 100% resiko kematian dari semua penyebab dibandingkan dengan orang yang normal berat badannya, dan terutama oleh sebab kardiovaskular. Berikut beberapa efek patologis dari obesitas adalah resistensi insulin dan diabetes melitus tipe 2, gangguan pada sistem reproduksi, penyakit kardiovaskular, penyakit paru, Gallstones (batu empedu), kanker, penyakit tulang, sendi dan kulit1.

2.3 Hubungan Asupan Nutrisi Terhadap Kejadian Obesitas

Beberapa penelitian sebelumnya menemukan bahwa asupan nutrisi memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian obesitas di Provinsi Jawa

(14)

dewasa di Kota Pekan Baru21, Christina dkk yang meneliti karyawan perusahaan migas22, Pujiati dkk yang meneliti pada polisi pria di Purworejo23. Dengan berbagai latar belakang yang berbeda, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa prevalensi obesitas lebih banyak dijumpai pada responden dengan asupan energi yang berlebih.

Penelitian yang dilakukan oleh Arora dkk menunjukkan bahwa konsumsi makanan berlemak dapat meningkatkan berat tubuh17.Garaulet dkk terhadap 85 sampel obesitas tingkat 1 dan tingkat 2 berumur 30-70 tahun menunjukkan bahwa konsumsi makanan berlemak merupakan faktor yang berhubungan denganobesitas24. Asupan lemak memiliki densitas energi lebih tinggi dibandingkan zat gizi makro lain. Satu gram lemak menyumbang 9 kilokalori. Efek stimulasi makanan berlemak pada asupan energi karena rasa enak di mulut ketika mengonsumsi makanan berlemak. Makanan berlemak mengatur sinyal

yang mengontrol rasa kenyang dengan cara melemahkan, menunda, dan mencegah pada waktu seseorang mengonsumsi makanan berlemak 16 .

Gambar

Tabel 2.1. Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat, dan Air yang Dianjurkan untuk   Orang Indonesia
Gambar 2.1 Kurva IMT CDC untuk laki-laki
Gambar 2.2 Kurva IMT CDC untuk perempuan
Gambar 2.3 Obesitas Apple-shaped dan Obesitas Pear-shaped.

Referensi

Dokumen terkait

Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, termasuk aset keuangan untuk diperdagangkan dan aset keuangan yang ditetapkan pada saat pengakuan awal

• Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang potensial, interaksi obat dengan obat lain dan makanan harus dijelaskan kepada pasien. • Reaksi obat yang tidak diinginkan (Adverse

Pada saat penghentian pengakuan atas aset keuangan secara keseluruhan, maka selisih antara nilai tercatat dari jumlah dari (i) pembayaran yang diterima, termasuk setiap aset baru

Dengan adanya buku saku “ Pharmaceutical Care Untuk Pasien Penyakit Jantung Koroner : Fokus Sindrom Koroner Akut” ini diharapkan agar apoteker yang bekerja di sarana

Pada Gambar 7 menunjukkan bahwa state AA adalah state proses untuk melakukan pengecekan, semua input yang telah terbaca pada state akan dihitung, jika jumlah input

Teori ini menyatakan bahwa meskipun kalimat ini sering digunakan untuk memberitahukan perihal keadaan dalam keadaan tertentu harus dianggap sebagai suatu

Sistem persediaan ini dirancang menggunakan F ram ework C odeIgniter yang merupakan kerangka kerja PHP yang dapat membantu mempercepat developer dalam pengembangan

D engan demikian dibutuhkan solusi untuk menangani transaksi barang masuk dan keluar untuk menghasilkan laporan persediaan yang akurat, lengkap, tepat waktu dan