• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Supervisi Kepala Ruangan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam Malahayati Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Supervisi Kepala Ruangan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam Malahayati Medan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

2.1.1 Definisi Supervisi

Marquis dan Huston (2010), mengemukakan bahwa supervisi adalah kegiatan yang direncanakan untuk membantu tenaga keperawatan dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. Supervisi tidak hanya sekedar mengontrol melihat apakah segala kegiatan sudah dilaksanakan sesuai dengan rencana atau program yang telah ditentukan, tetapi supervisi mencakup penentuan kondisi-kondisi atau syarat-syarat personal maupun material yang diperlukan untuk tercapainya tujuan asuhan keperawatan secara efektif dan efesien.

Supervisi berasal dari kata super berarti diatas dan videre berarti melihat. Dilihat dari asal kata aslinya, supervisi berarti melihat dari atas. Pengertian secara umum adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh kepala ruangan terhadap pekerjaan yang dilakukan perawat pelaksana untuk kemudian bila ditemukan masalah segera diberikan bantuan dan bimbingan yang bersifat langsung guna mengatasinya (Suarli & Bahtiar, 2012).

(2)

bimbingan/pengajaran, dukungan pada perawat pelaksana untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan kebijakan dan prosedur, mengembangkan keterampilan baru, pemahaman yang lebih luas tentang pekerjaan sehingga dapat dengan mudah untuk melakukannya.

Disimpulkan dari berbagai definisi diatas bahwa supervisi adalah pengamatan secara langsung dan berkala oleh kepala ruangan terhadap perawat pelaksana untuk memastikan pekerjaan sesuai dengan seharusnya atau kepala ruangan memberikan bantuan, bimbingan/pengarahan dan dukungan dengan sabar, adil serta bijaksana sehingga setiap perawat dapat memberikan asuhan keperawatan dengan baik, terampil, aman, cepat dan tepat.

2.1.2 Tujuan Supervisi

(3)

Sitorus dan Panjaitan (2011) memaparkan tujuan supervisi adalah untuk mengusahakan lingkungan dan kondisi kerja seoptimal mungkin termasuk suasana kerja di antara perawat pelaksana dan memfasilitasi penyediaan alat-alat yang dibutuhkan baik kuantitas maupun kualitas sehingga memudahkan untuk melaksanakan tugas. Lingkungan kerja harus diupayakan agar perawat pelaksana merasa bebas untuk melakukan yang terbaik yang dapat dilakukan perawat pelaksana. Tujuan supervisi adalah mengorientasikan, melatih, membimbing perawat pelaksana sesuai kebutuhannya serta mengarahkan untuk menggunakaan kemampuan dan mengembangkan keterampilan baru, memfasilitasi perawat pelaksana untuk mengembangkan dirinya, menolong dan mengarahkan perawat pelaksana untuk meningkatkan minat, sikap dan kebiasaan yang baik dalam bekerja, memberikan bimbingan langsung kepada perawat pelaksana dalam melaksanakan asuhan keperawatan, mendorong dan meningkatkan perkembangan professional secara terus menerus dan menjamin standar asuhan.

2.1.3 Manfaat Supervisi

(4)

pelaksana, sehingga pemakaian sumber daya (tenaga, harta dan sarana) yang sia-sia dapat dicegah.

2.1.4 Fungsi Supervisi

Sitorus dan Panjaitan (2011) Supervisi mempunyai empat fungsi dalam upaya untuk mencapai tujuannya. Fungsi tersebut adalah perencanaan, pengorganisasian, pengawasan dan evaluasi. Fungsi supervisi yang pertama adalah perencanaan. Perencanaan merupakan salah satu fungsi dasar dari manajemen yang merupakan proses untuk mencapai tujuan dan misi organisasi, falsafat keperawatan, tujuan unit, sasaran, kebijakan dan prosedur. Supervisor merencanakan untuk menurunkan lama hari rawat pasien atau mengembangkan prosedur untuk perawatan pasien.

Fungsi yang kedua adalan pengorganisasian. Proses supervisi menunjukkan koordinasi terhadap sumber-sumber untuk mencapai tujuan secara efektif dan efesien. Supervisor harus dapat menguasai/memahami fungsi pengorganisasian untuk merestrukturisasi dan mereformulasikan antara perubahan manusia dan sumber-sumber material pada waktu yang pendek.

(5)

tentang tujuan kerja, kegiatan, hasil, dampak, dan biaya. Proses supervisi menggunakan prosedur yang sistematik untuk mengevaluasi kinerja secara periodik.

Fungsi yang keempat adalah pengawasan dan evaluasi terhadap standar organisasi. Standar menggambarkan harapan terhadap ukuran penampilan/kinerja dalam wilayah yang spesifik. Standar menunjukkan nilai-nilai organisasi, dimana nilai-nilai dan standar tersebut merupakan pedoman dari struktur organisasi, praktik keperawatan, sistem keperawatan dan pengembangan SDM keperawatan. 2.1.5 Pelaksanaan Supervisi

(6)

pengetahuan, keterampilan, dan perilaku bawahan yang disupervisi (Suarli & Bahtiar, 2012).

2.1.6 Prinsip Supervisi

(7)

Arwani dan Supriyanto (2006) mengartikan prinsip supervisi harus memiliki syarat antara lain didasarkan atas hubungan profesional dan bukan hubungan pribadi antara kepala ruangan dan perawat pelaksana, kegiatan yang harus direncanakan secara matang, bersifat edukatif, memberikan perasaan aman kepada perawat pelaksana, dan harus mampu membentuk suasana kerja yang demokratis. Prinsip lain yang harus dipenuhi dalam kegiatan supervisi adalah harus dilakukan secara objektif dan mampu memacu terjadinya penilaian diri (self evaluation), bersifat progresif, inovatif, fleksibel, dapat mengembangkan potensi

atau kreatif dalam mengembangkan diri disesuaikan dengan kebutuhan dan supervisi harus dapat meningkatkan kinerja bawahan dalam upaya meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.

2.1.7 Model-model supervisi

(8)

Model klinis atau supervisi klinik yaitu suatu cara untuk mensuport perawat pelaksana dalam menjalankan tugas, dimana mereka harus mempertahankan kompetensi sebagai perawat.

2.1.8 Teknik Supervisi

Supervisi dalam keperawatan memerlukan teknik khusus dan bersifat klinis. Menurut Swansburg (2000), supervisi dalam keperawatan mencakup hal-hal di bawah ini.

1) Proses supervisi dalam praktik keperawatan meliputi tiga elemen yaitu: Pertama, standar praktik keperawatan sebagai acuan. Kedua, fakta pelaksanaan praktik keperawatan sebagai pembanding dalam menetapkan pencapaian atau kesenjangan dan tindak lanjut. Ketiga, upaya mempertahankan kualitas maupun upaya memperbaiki.

2) Area yang disupervisi

Area supervisi dalam keperawatan mencakup pengetahuan dan pengertian tentang tugas yang dilaksanakan, keterampilan yang dilakukan yang disesuaikan dengan standar, sikap dan penghargaan terhadap pekerjaan misalnya kunjungan empati.

(9)

sekelompok pasien. Jika supervisor merasa canggung atau jika perawat membutuhkan bantuan maka supervisor bisa langsung membantu perawat tersebut. Bisa juga dengan supervisor menunjukkan teknis-teknis atau dengan cara-cara tertentu dalam membantu perawat. Supervisor juga dapat menawarkan saran dalam pemecahan masalah keperawatan pasien. Apabila supervisor memutuskan bahwa perawat yang sedang disupervisi memerlukan perbaikan atau petunjuk, maka hal tersebut dilakukan secara terpisah untuk menjaga kepercayaan pasien terhadap perawat untuk menghindari perawat mendapatkan hinaan dari pasien. Supervisor dapat menambahkan keefektifan saran dan perbaikan dengan menuliskan perbaikan dan petunjuk tersebut dengan cara yang bijaksana sehingga menjaga harga diri perawat yang di supervisi dan mengurangi penolakan untuk berubah. Metode lain dalam mensupervisi bawahan adalah memeriksa tempat berlangsungnya kegiatan tertentu pada selang waktu yang tetap.

(10)

menjadi tujuan utama , bukan malah menyibukkan diri mencari kesalahan atau penyimpangan (Arwani & Supriyanto, 2006)

Teknik supervisi dibedakan menjadi dua, supervisi langsung dan supervisi tidak langsung.

a. Supervisi Langsung

Arwani dan Supriyanto (2006) menyebutkan dalam supervisi langsung dilakukan pada kegiatan yang sedang berlangsung. Supervisor dapat terlibat pada kegiatan secara langsung agar proses pengarahan dan pemberian petunjuk tidak dirasakan sebagai suatu perintah, pada kondisi ini umpan balik dan perbaikan dapat sekaligus dilakukan tanpa bawahan merasakan sebagai suatu beban. Proses secara langsung dapat dilakukan dengan cara perawat pelaksana melakukan secara mandiri suatu tindakan keperawatan didampingi supervisor. Selama proses supervisi, supervisor dapat memberikan dukungan, reinforcement dan petunjuk, kemudian supervisor dan perawat pelaksana

melakukan diskusi untuk menguatkan yang telah sesuai dengan apa yang direncanakan dan memperbaiki segala sesuatunya yang dianggap masih kurang. Pengarahan, petunjuk dan reinforcement dikatakan efektif harus memenuhi beberapa syarat yaitu seperti pengarahan harus lengkap tidak terputus dan bersifat partial, mudah dipahami, menggunakan kata-kata yang tepat, menggunakan alur yang logis dan jangan terlalu kompleks.

(11)

supervisi dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang berlangsung. Pada supervisi modern diharapkan supervisor terlibat dalam kegiatan agar pembimbingan dan pengarahan serta pemberian petunjuk tidak dirasakan sebagai perintah. Cara memberikan bimbingan dan pengarahan yang efektif adalah pengarahan diberikan dengan lengkap, mudah dipahami, menggunakan kata-kata yang tepat, berbicara dengan jelas dan tidak terlalu cepat, berikan arahan yang logis, hindari memberikan banyak arahan pada satu saat, pastikan bahwa arahan yang diberikan dipahami, yakinkan bahwa arahan yang diberikan dilaksanakan atau perlu tindak lanjut.

Kurniadi (2013) memaparkan teknik langsung dalam supervisi yaitu melakukan inspeksi mendadak oleh supervisor, melakukan observasi pada satu tempat yang kritis/bermasalah (on the spot observation), atau bisa melihat catatan pelaporan yang dibuat perawat (on the report observation) sehingga bisa langsung mengambil keputusan.

(12)

yang tidak terstandarisasi dapat mengganggu objektivitas, untuk mencegah keadaan yang seperti ini, maka pengamatan langsung perlu dibantu dengan suatu daftar isi (check list) yang telah dipersiapkan. Daftar isi tersebut ditunjukkan untuk setiap sasaran pengamatan secara lengkap dan apa adanya. Ketiga adalah pendekatan pengamatan. Pengamatan langsung sering menimbulkan beberapa dampak dan kesan negatif, misalnya rasa takut, tidak senang atau kesan mengganggu kelancaran pekerjaan, untuk mencegah keadaan ini pengamatan langsung tersebut harus dilakukan sedemikian rupa sehingga berbagai dampak kesan negatif tersebut tidak sampai muncul. Sangat dianjurkan pengamatan tersebut dapat dilakukan secara edukatif dan suportif, bukan menunjukkan kekuasaan dan otoritas.

b. Supervisi tidak langsung

Sitorus dan Panjaitan (2011) didalam supervisi tidak langsung supervisi dilakukan melalui laporan tertulis maupun lisan. Supervisor tidak melihat kejadian di lapangan sehingga mungkin terjadi kesenjangan fakta. Umpan balik dapat diberikan secara tertulis.

(13)

umpan balik diberikan agar tidak terjadi salah persepsi dan masalah segera dapat diselesaikan (Suyanto, 2008).

Pernyataan yang dipaparkan oleh Arwani dan Supriyanto (2006) tidak jauh berbeda dengan pernyataan sebelumnya bahwa supervisi tidak langsung dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan. Cara tidak langsung ini memungkinkan terjadinya salah pengertian (misunderstanding) dan salah persepsi (misperpection) karena supervisor tidak melihat secara langsung kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Kurniadi (2013) Tekhnik tidak langsung yaitu memantau dari jarak jauh, baik dilakukan secara lisan dengan bertanya tentang kondisi saat ini maupun secara tertulis dengan meminta catatan pelaporan.

2.1.9 Supervisor Keperawatan

(14)

dengan baik, diperlukan berbagai keterampilan, bukan saja keterampilan teknis, tetapi juga keterampilan supervisi (Simamora, 2012).

2.1.10 Peran dan Fungsi Supervisor

Sitorus dan Panjaitan (2011) memaparkan peran dan fungsi supervisor didalam keperawatan. Supervisor bertanggung jawab dalam manajemen sesuai lingkup/area tanggung jawabnya, karena itu supervisor harus memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kegiatan untuk mencapai tujuan sesuai dengan perannya. Supervisor dapat berperan sebagai monitoring, power perspevtive dan network.

Supervisor sebagai mentor berperan sebagai model peran yang secara aktif mengajar, melatih, mengembangkan, dan memberikan bimbingan dan fasilitas untuk peningkatan karir staf. Proses mentoring dapat formal dan non formal. Supervisor yang berperan sebagai mentor memiliki karakteristik khusus yaitu keahlian klinis, pengetahuan, pengalaman, keinginan untuk mengasuh, dan komitmen untuk profesinya.

Supervisor sebagai pemegang kekuasaan. Kekuasaan adalah kemampuan untuk merubah perilaku seseorang sesuai perilaku yang diharapkan. Supervisor yang berhasil, akan menggunakan semua sumber yang dimilikinya dalam merubah perilaku perawat pelaksana.

(15)

sama dapat dibangun dengan formal maupun informal. Supervisor yang efektif mengenal penggunaan yang bermamfaat terhadap pemaksaan, tujuan, individual, strategis formal sebagai pendekatan dalam tugas. Mengidentifikasi dan memperkuat kekuatan/kelebihan staf dapat membantu supervisor untuk mencapai tujuan.

Kurniadi (2013) memaparkan peran seorang supervisor adalah sebagai berikut melakukan koordinasi tugas dengan unit terkait dan atasan, membuat keputusan tentang kegiatan perencanaan dan pengorganisasian serta evaluasi yang akan dipakai, memberikan pengarahan langsung dan tidak langsung, dan melakukan penilaian kinerja staf, mempelajari dokumen laporan, catatan perkembangan organisasi dan penggunaan sumber daya. melakukan pemantauan kegiatan keperawataan dan non keperawatan bawahan, melakukan evaluasi dan koreksi terhadap penyimpangan.

2.1.11 Kegiatan Supervisor

(16)

Kegiatan supervisor yang kedua adalah pengorganisasian, didalam pengorganisasian perlu menetapkan sistem pemberian asuhan keperawatan pasien, mengatur pekerjaan personil, koordinasi sumber-sumber untuk mencapai tujuan pelayanan secara efektif dan efesien.

Kegiatan supervisor yang ketiga adalah membimbing dan mengarahkan seperti menjadi role model dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dan keluarga, membangun hubungan yang positif dengan staf melalui komunikasi yang efektif, mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan perawat pelaksana, mengajar/membimbing, mengarahkan, melatih, mengembangkan perawat pelaksana untuk memberikan asuha keperawatan (tindakan dan dokumentasi askep) sesuai kebutuhan, memberikan bimbingan untuk meningkatkan keterampilan perawat pelaksana, melatih perawat pelaksana untuk pengambilan keputusan klinis, membantu perawat pelaksana dalam pemecahan masalah, memfasilitasi perawat pelaksana dalam menyelesaikan maslaah, mendelegasi tugas kepada perawat pelaksana sesuai kemampuan yang dimiliki, memberikan bantuan atau hal-hal lain terkait dengan pelayanan sesuai kebutuhan.

(17)

pelaksana dan kemajuan perawat pelaksana dalam melaksanakan pekerjaan, mengawasi dan evaluasi kualitas asuhan keperawataan pasien yang dilakukan oleh perawat pelaksana.

Referensi

Dokumen terkait

Bagian Perlengkapan Sekretariat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Departemen Keuangan RI Tahun Anggaran 2009 akan melaksanakan pelelangan umum secara elektronik

DINAS PERTANIAN DAN PERIKANAN KABUPATEN WONOSOBO TAHUN ANGGARAN

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pengadaan Langsung Pekerjaan Pengadaan Bahan dan Perlengkapan Kegiatan Budidaya dan Pasca Panen Sayuran Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pengadaan Langsung Pekerjaan Pengadaan Bahan dan Perlengkapan Kegiatan Pelatihan Pengolahan Gula Kelapa Dinas Pertanian dan Perikanan

Pada hari ini Selasa tanggal Enam bulan Maret tahun Dua ribu sepuluh, pada pukul 12.00 WIB yang merupakan batas akhir waktu penyampaian dokumen penawaran

Penggunaan metode ini menyebabkan router booting sequence dapat dianalisis dengan mudah secara tahap demi tahap, sehingga apabila ada keanehan atau malfungsi. pada proses,

Tantangan untuk menghadapi masa depan dalam pendidikan desain terletak pada persiapan para mahasiswa desain untuk hidup berkarir profesional dalam dunia yang penuh dengan

Dari penafsiran berbagai pendapat yang dikemukakan, dapat ditarik dua kesimpulan: (1) adanya “laba” kenangan menjadi sebuah nilai tambah yang penting bagi para murid