• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Tingkat Kebisingan di Ruangan Rental Playstation dan Warnet Game (Game Online) Serta Tekanan Darah Operator di Kelurahan Padang Bulan Kota Medan Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Tingkat Kebisingan di Ruangan Rental Playstation dan Warnet Game (Game Online) Serta Tekanan Darah Operator di Kelurahan Padang Bulan Kota Medan Tahun 2016"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bunyi

2.1.1 Defenisi Bunyi

Bunyi adalah perubahan tekanan dalam udara yang ditangkap oleh gendang

telinga dan disalurkan ke otak (Harrington dan Gill, 2005). Bunyi adalah suatu

bentuk gelombang longitudinal yang merambat secara perapatan dan perengganan

terbentuk oleh partikel zat perantara serta ditimbulkan oleh sumber bunyi yang

mengalami getaran (Barsasella, 2010).

Bunyi atau suara didengar sebagai rangsangan pada sel saraf pendengar

dalam telinga oleh gelombang longitudinal yang ditimbulkan getaran dari sumber

bunyi atau suara dan gelombang tersebut merambat melalui media udara atau

penghantar lainnya, dan manakala bunyi atau suara tersebut tidak dikehendaki

oleh karena mengganggu atau timbul diluar kemauan orang yang bersangkutan,

maka bunyi-bunyian atau suara demikian dinyatakan sebagai kebisingan

(Suma’mur, 2014).

2.1.2 Sumber Bunyi atau Suara

Bunyi dapat terjadi karena adanya benda yang bergetar yang menimbulkan

gesekan dengan zat disekitarnya. Sumber getaran dapat berupa objek yang

bergerak dan dapat juga berupa udara yang bergerak. Untuk objek udara yang

bergerak terjadi pada terompet yang ditiup. Getaran tersebut kemudian menyentuh

(2)

Partikel zat yang pertamakali tersentuh (yang paling dekat dengan objek) akan

meneruskan energi yang diterimanya ke partikel disebelahnya.

Demikian seterusnya partikel - partikel zat akan saling bersentuhan sehingga

membentuk rapatan dan renggangan yang dapat digambarkan sebagai gelombang

yang merambat (Mediastika, 2005).

Oleh karena itu, keberadaan zat disekitar objek yang bergetar seringkali disebut juga medium perambat gelombang bunyi. Meski objek yang bergetar yang

disebut sebagai sumber bunyi telah berhenti bergetar, pada keadaan tertentu

perambatan gelombangnya masih terus berjalan sampai pada jarak tertentu dari

objek tersebut. Rambatan gelombang tersebut ditangkap oleh daun telinga

(Mediastika, 2005).

2.2 Anatomi dan Fisiologis Alat Pendengaran 2.2.1 Alat Pendengaran Manusia

Alat pendengaran manusia berupa telinga. Telinga merupakan organ

pendengaran dan juga memainkan peran penting dalam mempertahankan

keseimbangan. Fungsi telinga adalah untuk secara efesien merubah energi getaran

dari gelombang menjadi energi listrik yang dibawa ke otak melalui saraf.

Bagian-bagian yang berperan dalam pendengaran yaitu:

a. Telinga Bagian Luar

Terdiri dari daun telinga, liang atau kanal telinga sampai membrane tympani.

Daun telinga berfungsi sebagai pengumpal energi bunyi dan dikonsentras pada

membrane tympani (Tambunan, 2005). Pada liang telinga (kanal) terdapat wax

(malam) yang berfungsi sebagai peningkatan kepekaan terhadap frekuensi suara

(3)

gelombang suara dan menyebabkan membrane tympani bergetar. Semakin tinggi

frekuensi getaran semakin cepat pula membran tersebut bergetar begitu pula

sebaliknya (Buchari, 2008).

b. Telinga Bagian Tengah

Telinga bagaian tengah merupakan ruang kecil dalam tulang temporal,

dipisahkan oleh membran timpani dari telinga bagian luar, dinding selanjutnya

dibentuk oleh dinding bagian dinding lateral telinga dalam (Watson, 2002). Mulai

dari membrane tympani sampai tube estachius, yang terdiri dari tiga buah tulang

pendengaran (osicles) yaitu tulang malleus, Incus, stapes (Tambunan, 2005).

Martil landasan sanggurdi atau stapes yang berfungsi memperbesar getaran dari

membrane tympani dan meneruskan getaran yang telah diperbesar ke oval window

yang bersifat fleksibel. Oval window ini terdapat pada ujung dari cochlea

(Buchari, 2008).

c. Telinga Bagian Dalam

Telinga dalam berada dibelakang tulang tengkorak kepala terdiri dari cochlea

(rumah siput) dan oval window (tingkat oval). Cochlea berbentuk spiral (seperti

rumah siput) dengan isi cairan didalamnya (Tambunan, 2005), terdapat membran

basiler dan organ corti yang terdiri dari sel-sel rambut yang merupakan reseptor

pendengaran (Buchari, 2008). Organ corti mengandung lebih dari 20.000 sel

sensor, terletak pada membran basiler, sejumlah rambut halus terletak pada ujung

sel sensor tersebut dan berhadapan dengan membran tektorial, dan serat-seratnya

bergabung bersama sel-sel rambut untuk tersambung atau membentuk saraf

pendengaran. Jika suara sampai pada telinga luar maka akan diteruskan

(4)

Tulang tapes melekat pada oval window dan cairan pada saluran membran yang

diubah menjadi gerakan gelombang, dan berbalik kemudian merangsang organ

corti (Tambunan, 2005).

2.2.2 Mekanisme Mendengar

Suara yang berasal dari lingkungan diterima oleh daun telinga dan liang telinga yang termasuk bagaian telinga luar. Semua bunyi yang masuk ketelinga

kita sebenarnya tenaga dari gelombang suara. Kemudian gelombang suara akan

menggetarkan gendang telinga (membrane tympani) berupa selaput tipis yang

transparan. Selanjutanya getaran-getaran tersebut sampai ketelinga tengah yang

terdiri dari tulang-tulang pendengaran (tulang malleus, incus, dan stapes).

Sebagian tulang malleus melekat pada bagian dalam gendang telinga dan akan

bergetar apabila membrane tympani bergetar. Tulang stapes berhubungan dengan

selaput ovalwindow (tingkat oval) yaitu telinga bagian dalam. Ketiga tulang

penengaran saling bersendi satu sama lain sehingga dapat menjembatani getaran

dari gendang telinga, memperkeras dan menyampaikan ke telinga dalam.

(Watson, 2002).

Cochlea termasuk telinga dalam berisi cairan elektrolik yang mempunyai

struktur pipa dengan daun setengah lingkaran yang mirip rumah siput. Pergerakan

tulang-tulang pendengaran akan menggetarkan selaput ival window yang

menyebabkan aliran cairan cohlea. Aliran tersebut akan menggerakkan sel-sel

rambut yang halus yang melekat pada saluran cochlea, pada saat inilah terjadi

perubahan gelombang suara menjadi gelomabang listrik. Potensial listrik yang

timbul akan diteruskan ke otak untuk diolah atau diterjemahkan melalui saraf

(5)

melalui tulang-tulang pendegaran ini dinamakan sebagai gejala sensai bunyi atau

borne conduction. Proses terjadinya getaran pada gendang telinga dan kemudian

sampai pada tulang pendengaran dianamakan air conduction, sehingga gelombang

yang datang dari telinga luar sampai ke telinga dalam berlangsung secara borne

conduction (Watson, 2002).

2.3 Kebisingan atau Polusi Suara 2.3.1 Definisi

Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996

menyatakan bahwa kebisingan adalah bunyi yang tidak di inginkan dari suatu

usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan

gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.

Berdasarkan Permenkes No 718 Tahun 1987, kebisingan adalah terjadinya

bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu dan membahayakan

kesehatan. Profesor Phoan Way On (Singapura 1975) mengatakan bahwa di

negara industri misalnya Amerika Serikat, peningkatan kebisingan setiap

tahunnya diperkirakan 1 dB.

Menurut Chandra (2007) kebisingan dapat mempengaruhi kesehatan

terhadap fungsi tubuh yang menyebabkan peningkatan tekanan darah dan berupa

peningkatan sensitivitas tubuh seperti peningkatan sistem kardiovaskuler dalam

bentuk kenaikan tekanan darah dan peningkatan denyut jantung.

2.3.2 Sumber Bising

Kebisingan yang terjadi di sekitar kita dapat berasal dari berbagai sumber.

Sumber ini dibedakan menjadi sumber yang diam dan bergerak. Contoh dari

(6)

Sedangkan contoh dari sumber yang bergerak misalnya kendaraan bermotor,

kereta api, dan pesawat terbang (Mediastika, 2005).

Sumber bising yang dilihat dari bentuk sumber suara yang dikeluarkannya ada dua, sebagai berikut :

1. Sumber kebisingan yang berbentuk sebagai suatu titik/bola/lingkaran.

Contohnya sumber bising dari mesin-mesin industri atau mesin yang tak

bergerak.

2. Sumber bising yang berbentuk sebagai suatu garis, contohnya kebisingan

yang timbul karena kendaraan-kendaraan yang bergerak di jalan.

Sumber bising utama dalam hal pengendalian bising lingkungan

diklasifikasikan dalam dua kelompok, yaitu :

1. Bising Interior/dalam, berasala dari manusia, alat-alat rumah tangga, mesin

gudang dan aktivitas didalam ruangan atau gedung.

2. Bising Ekterior/luar, bising yang dikategorikan berasal dari aktivitas diluar

ruangan seperti transportasi udara, termasuk bus, mobil, sepeda motor,

transportasi air, kereta api, pesawat terbang dan bising yang berasal dari

indutri.

Sumber kebisingan dapat dibagi sebagai berikut (Soesanto, 1990) ;

1. Industri

2. Lalu lintas darat, udara, laut

3. Sekolah (pada waktu istirahat atau pulang sekolah), anak bermain di

halaman/jalan

(7)

5. Diskotik, tempat hiburan, pesta

6. Perancangan tiang (pondasi), pembongkaran bangunan, bongkar muat

bahan, bor pneumatic.

7. Pidato, ceramah dengan pengeras suara yang berlebihan.

8. Pedagan yang menawarkan dagangannya dengan pengeras suara.

9. Mesin

10.Stadion dengan banyak penonton.

11.Terminal bus, stasiun kereta apai, pelabuhan laut dan udara.

12.Peternakan ayam, anjing dan kebun binatang.

2.3.3 Jenis-jenis Kebisingan

Berdasarkan frekuensi, tingkat bunyi, dan tenaga bunyi maka bising dibagi

dalam 3 kategori: (Gabriel, 1996)

1. Audible noise (bising pendengaran)

Bising ini disebabkan oleh frekuensi bunyi antara 31,5-8.000 Hz

2. Occupational noise (bising yang berhubungan dengan pekerjaan)

Bising ini disebabkan oleh bunyi mesin di tempat kerja, bising dari mesin

ketik.

3. Impuls noise (Impact noise = bising impuls)

Bising yang terjadi akibat adanya bunyi yang menyentak, misalnya pukulan

palu, ledakan meriam tembakan bedil.

Menurut Buchari (2008) bising dikelompokkan menurut pengaruhnya

terhadap kesehatan, diantaranya sebagai berikut:

1. Bising yang mengganggu (irriating noise)

Bising jenis ini tidak memiliki intensitas yang tidak terluas keras.

(8)

2. Bising yang menutupi (masking noise)

Bising jenis ini menutupi pendengaran yang jelas. Secara tidak langsung

bunyi ini akan membahayakan kesehatan dan keselamatan pekerja karena

teriakan atau isyarat tanda bahaya tenggelam dalam bising dari sumber

lain.

3. Bising yang merusak (damaging/injuries noise)

Bising ini memiliki intensitas yang melampaui nilai ambang batas. Bunyi

jenis ini akan merusak atau menurunkan fungsi pendengaran.

2.3.4 Intensitas Kebisingan

Kualitas bunyi ditentukan oleh dua hal yaitu frekuensi dan intensitasnya.

Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran per detik yang disebut Hertz (Hz),

yaitu jumlah gelombang-gelombang yang sampai ditelinga setiap detiknya

(Suma’mur, 2014).

Intensitas Kebisingan (bunyi) adalah arus energi per satuan luas yang

dinyatakan dalam satuan desibel (dB), membandingkannya dengan kekuatan dasar

0,0002 dyne/cm2 yaitu kekuatan dari bunyi dengan frekuensi 1000 Hz yang tepat

dapat didengar oleh manusia normal. Desibel adalah per sepuluh bel, sebuah

satuan yang dinamakan untuk menghormati Alexender Graham Bell. Satuan bel

terlalu besar untuk digunakan dalam kebanyakan keperluan, maka digunakan

(9)

Tabel 2.1 Skala Gangguan Pendengaran dan Kesulitan Dalam Mendengar

Sumber : WHO, 1980, ISO; R. 389- 1970 (International Calibration of Audiometers)

Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.48/MENLH/II/1996,

menteri menetapkan baku tingkat kebisingan untuk usaha atau kegiatan diluar

peruntukan kawasan atau lingkungan kegiatan sebagaimana dapat dilihat pada

(10)

Tabel 2.2 Nilai Tingkat Kebisingan Pada Kawasan

Kawasan / Lingkungan Tingkat Kebisingan (dBA) Peruntukan Kawasan :

1. Rumah Sakit dan sejenisnya 55 2. Sekolah dan sejenisnya 55 3. Tempat Ibadah dan sejenisnya 55 Sumber : Kep.Men-48/MEN.LH/11/1996

2.3.5 Nilai Ambang Batas (NAB) Kebisingan

Nilai Ambang Batas (NAB) atau baku tingkat kebisingan adalah intensitas

tertinggi dan merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima oleh manusia

tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk untuk waktu yang

cukup lama/terus-menerus, selanjutnya ditulis NAB pada suatu level atau

intensitas tertentu, tidak akan menjamin bahwa semua orang yang terpapar pada

level tersebut secara terus menerus akan terbebas dari gangguan pendengaran,

karena hal itu tergantung pada respon masing-masing individu (Keputusan

MENLH, 1996).

Beberapa negara telah membuat ketentuan tentang NAB dalam

undang-undang, seperti di Amerika Serikat, Inggris, Jerman Barat, Yugoslavia dan Jepang

menetapkan nilai ambang batas 90 dBA, Belgia dan Brazilia 80 dBA, Denmark,

Finlandia, Italia, Swedia, Switzerland dan Rusia 85 dBA (Suheryanto, 1994). Di

(11)

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:

1405/MENKES/SK/XI/2002.

Tabel 2.3 Nilai Ambang Batas Kebisingan Berdasarkan Waktu Pemaparan

Batas Suara (dBA) Waktu Pemaparan

kebisingan dibagi atas zona lingkungan yang terdiri dari zona A, B, C, dan zona D

(Tabel 2.4).

Tabel 2.4 Tingkat Kebisingan Dibagi Atas Zona Lingkungan No. Zona Tingkat Kebisingan Maksimum

Sumber : Dirjen P2M dan PLP, 1993

Keterangan :

1. Zona A adalah yang diperuntukkan bagi tempat penelitian, rumah sakit,

tempat perawatan kesehatan atau sosial dan sejenisnya.

2. Zona B adalah zona yang diperuntukkan bagi perumahan, tempat penelitian,

pendidikan, rekreasi dan sejenisnya.

3. Zona C adalah zona yang diperuntukkan bagi perkantoran, pertokoan,

(12)

4. Zona D adalah zona yang diperuntukkan bagi industri pabrik, stasiun kereta

api, terminal bus dan sejenisnya.

2.3.6 Pengukuran Kebisingan

Beberapa alat yang digunakan untuk mengukur kebisingan yaitu:

1. Audiometer, alat ini berfungsi untuk mengukur kebisingan dengan cara

membandingkan suara yang intensitasnya telah diketahui (Soesanto,

1990).

2. Noismeter, alat ini memperoleh suara dalam sebuah mikrofon dan

memindahkan energinya ke impuls listrik. Hasil pengukurannya berupa

energi total dicatat sebagaialiran listrik yang hampir sama dengan

kebisingan yang ditangkap (Soesanto, 1990).

3. The Equivalent Continous Level, alat ini berfungsi untuk meganalisa

suatu kebisingan yang sangat fluktuatif, misalnya lalu lintas (Soesanto,

1990).

4. Octave Band Analizer, alat ini berfungsi untuk menganalisa suatu

kebisingan dengan spectrum frekuensi yang luas (Oloan, 2005).

5. Sound Level Meter, alat ini berfungsi untuk mengukur kebisingan

antara 30-130 dB dan dari frekuensi 20-20.000 Hz. Sound Level Meter

terdiri dari mikrofon, amplifer, dan sirkuit attenuator dan beberapa

lainnya. Sound Level Meter dilengkapi dengan tombol pengakuran

skala pembobotan seperti A, B, C, dan D. Skala A contohnya adalah

rentang skala pembobotan yang melingkupi frekuensi suara rendah dan

frekuensi tinggi yang masih dapat diterima oleh telinga manusia

(13)

keperluan-keperluan khusus, misalnya pengukuran kebisingan yang dihasilkan

oleh pesawat terbang bermesin jet (Tambunan, 2005).

2.3.7 Dampak Kebisingan Terhadap Kesehatan

Dampak utama dari kebisingan kepada kesehatan adalah kerusakan

terhadap indera-indera pendengar. Pada awalnya dampak kebisingan pada

pendengaran adalah sementara dan pemulihan terjadi secara cepat sesudah

pemaparan dihentikan. Tetapi pemaparan secara terus-menerus mengakibatkan

kerusakan menetap terhadap indera-indera pendengaran. Selain gangguan

kesehatan kerusakan terhadap indera-indera pendengar, kebisingan juga dapat

menyebabkan: gangguan kenyamanan, kecemasan dan gangguan emosional,

stress, denyut jantung bertambah dan gangguan-gangguan lainnya. Dampak

kebisingan terhadap kesehatan adalah sebagai berikut (Prabu, 2006) :

a) Gangguan Fisiologis

Pada umumnya bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila

terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan

tekanan darah, peningkatan nadi, konstruksi pembuluh darah perifer terutama

pada tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.

b) Gangguan Psikologis

Gangguan psikolgis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi,

kejengkelan, kecemasan ketakutan, dan cepat marah. Bila diterima dalam waktu

lama dapat menyebabkan penyakit psikomatrik berupa gastritis, jantung, stress,

kelelahan.

(14)

Kebisingan bisa mengganggu komunikasi yang sedang berlangsung (tatap

muka/via telepon). Tingkat kenyaringan suara yang dapat mengganggu

percakapan dapat diperhatikan dengan seksama karena suara yang mengganggu

komunikasi tergantung konteks suasana. Kriteria gangguan komunikasi yang

terjadi pada ruangan (Sasongko, 2000).

d) Gangguan Tidur

Kebisingan bisa menyebabkan gangguan dalam bentuk perubahan tahap

tidur. Standar kebisingan yang berhubungan dengan gangguan tidur sulit

ditetapkan karena selain tergantung faktor-faktor antara lain motivasi bangun,

kenyaringan, lama kebisingan, fluktuasi kebisingan, dan umur manusia. Gangguan

kebisingan terhadap tidur juga berhubungan dengan karakteristik individual.

Environmental protection Agency menetapkan bahwa tingkat kebisingan harian

45 dBA cukup untuk melindungi seseorang dari pengaruh kesehatan karena tidak

bisa tidur (Sasongko, 2000).

Kebisingan menimbulkan beberapa dampak pada kesehatan. Selain

berdampak terhadap gangguan pendengaran intensitas bising yang tinggi juga

dapat mengakibatkan hilangnya konsentrasi, hilangnya keseimbangan dan

disorientasi, kelelahan, gangguan komunikasi, gangguan tidur, gangguan

pelaksanaan tugas, gangguan faal tubuh, serta adanya efek viseral, seperti

perubahan frekuensi jantung/peningkatan denyut nadi, perubahan tekanan darah

dan tingkat pengeluaran keringat (Harrington & Gill, 2005). Hasil penelitian

tersebut menyebutkan bahwa masyarakat yang terpapar kebisingan, cenderung

memiliki emosi yang tidak stabil. Ketidakstabilan emosi tersebut akan

(15)

penyempitan pembuluh darah, sehingga memacu jantung untuk bekerja lebih

keras memompa darah ke seluruh tubuh (Babba, 2007).

Bising yang cukup keras, diatas sekitar 70 dB dapat menyebabkan

kegelisahan (nervousness), kurang enak badan, kejenuhan mendengar, sakit

lambung dan masalah peredaran darah. Bising yang sangat keras, diatas 85 dB

dapat menyebabkan kemunduruan yang serius pada kondisi kesehatan sesorang

pada umumnya dan bila berlangsung lama, kehilangan pendengaran sementara

atau permanen dapat terjadi. Bising yang berlebihan dan berkepanjangan terlihat

dalam masalah-masalah kelainan seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi,

dan luka perut (Prasetio, 1993).

2.3.8 Pengendalian Kebisingan

Mengingat dampak negatif dari pemaparan kebisingan bagi masyarakat,

sebisa mungkin diusahakan agar tingkat kebisingan yang memapari masyarakat

lebih rendah dari baku tingkat kebisingan. Hal ini dapat dilakukan sebagai berikut

(Sunu, 2001):

1. Pengurangan Sumber Kebisingan

Hal ini dapat dilakukan dengan menempatkan peredam suara pada sumber

kebisingan, melakukan modifikasi mesin atau bangunan, dan mengganti mesin

dan menyusun perencanaan bangunan baru.

2. Penempatan Penghalang pada Jalan Transmisi Suara

Isolasi antara ruangan kerja dengan ruangan mesin merupakan upaya yang

cepat dan baik untuk mengurangi kebisingan. Agar efektif, harus disusun rencana

(16)

cukup berat dan dilapisi oleh bahan yang dapat menyerap suara agar tidak

menimbulkan getaran yang kuat.

3. Perlindungan dengan Sumbat atau Tutup Telinga

Tutup telinga biasanya lebih efektif dari penyumbat telinga. Alat seperti itu

harus diseleksi agar terpilih yang paling tepat. Alat semacam ini dapat

mengurangi intensitas kebisingan sampai sekitar 20-25 dB. Selain itu, sebagai

akibat penggunaan alat tersebut, upaya perbaikan komunikasi harus dilakukan.

Masalah utama pemakaian alat perlindungan pendengaran adalah kedesiplinan

pekerja dalam menggunakannya. Masalah ini dapat diatasi dengan

menyelenggarakan pendidikan pekerja tentang kegunaan alat itu.

2.4 Game Playstation dan Warnet Game (Game Online) 2.4.1 Game Playstation

Game atau permainan adalah sesuatu yang dapat dimainkan dengan aturan

sehingga ada yang menang dan ada yang kalah, biasanya dalam konteks tidak

serius atau dengan tujuan refreshing. Permainan merupakan kesibukan yang

dipilih sendiri oleh pemain tanpa unsur paksaan, tanpa didesak oleh rasa tanggung

jawab dan tidak mempunyai tujuan tertentu (Pertiwi, 2006).

Playstation berasal dari bahasa inggris: Play (permainan dan bermain) dan

Station (stasiun/tempat), yang diartikan sebagai ‘stasiun bermain’ atau bisa juga

sebagai ‘tempat bermain’. Playstation adalah jenis game elektronik yang

dihubungkan ke televisi dengan memasukkan kompak CD ke dalam peralatan itu

dan muncul berbagai jenis permainan, dimana pemakainnya juga harus

menggunakan stick yang berisi sejumlah tombol untuk mengendalikan permainan

(17)

Permainan ini disukai karena permainan ini dari segi interaktif, grafis dan

aneka game nya sangat menarik dan memuaskan. Bagi sebagian orang permainan

sejenis komputer ini dianggap dapat meningkatkan kreativitas, karena para

pemainnya dilatih kemampuannya untuk mencegah masalah, dapat berpikir logis,

meningkatkan koordinasi mata dan telinga dan tentunya agar tidak buta teknologi.

Dari sisi negatifnya Playstation dapat membuat lupa waktu, kelelahan mata,

waktu belajar terganggu khusunya bagi para pelajar karena lupa waktu (Ruskin,

2001), tidak ketinggalan bising yang dihasilkan terutama di ruangan rental

Playstation dapat menyebabkan gangguan kesehatan.

Peralatan-peralatan Playstation antara lain terdiri dari satu set TV, 1 set unit

Program Playstation , CD atau DVD jenis-jenis permainan, kontrol pengendali

(analog controller) dan perangkat lainnya yang mendukung

2.4.2 Warnet Game (Game Online)

Game Online adalah jenis permainan komputer yang memanfaatkan

jaringan komputer. Jaringan yang biasanya digunakan adalah jaringan internet dan

yang sejenisnya serta selalu menggunakan teknologi yang ada saat ini, seperti

modem dan koneksi kabel. Sebuah game online bisa dimainkan secara bersamaan

dengan menggunakan komputer yang terhubung ke dalam sebuah jaringan

tertentu. Menurut Andrew Rolling dan Ernest Adams, game online lebih tepat

disebut sebagai sebuah teknologi, dibandingkan sebagai sebuah genre permainan,

sebuah mekanisme untuk menghubungkan permainan bersama, dibandingkan pola

tertentu dalam sebuah permainan (Nilwan, 2007).

Adanya game online mungkin memunculkan masalah-masalah dari

(18)

ketergantungan dengan teknologi tersebut. Para gamer bermain sampai larut

malam, bahkan ada yang sampai menginap dipusat game online. Selain masalah

uang yang sering dianggap terbuang sia-sia, masalah kesehatan dan

perkembangan mental karena terus-terusan bermain game dianggap sebagai salah

satu indikator gangguan serius. Ketergantungan game online yang dialami pada

masa remaja, dapat mempengaruhi aspek sosial remaja dalam menjalani

kehidupan sehari-hari, karena banyak waktu yang dihabiskan di dunia maya

mengakibatkan remaja kurang berinteraksi dengan orang lain. Hal ini tentu

memengaruhi kegiatan sosial yang biasa dilakukan oleh kebanyakan orang.

Menurut Fauzan (2009) pada prinsipnya, game memiliki sifat seductive, yaitu

membuat orang menjadi kecanduan untuk terpaku di depan monitor selama

berjam-jam.

2.5 Tekanan Darah 2.5.1 Definisi

Tekanan darah adalah tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung

memompakan keseluruh tubuh (Beevers, 2002). Tekanan darah adalah kekuatan

darah mengalir di dinding pembuluh darah yang keluar dari jantung (pembuluh

arteri) dan kembli ke jantung (pembuluh balik) (Vitahealth, 2000).

Tekanan darah juga sering disebut sebagai suara dimana detak jantung

pertama kali didengar dengan bantuan alat stetoskop. Tekanan darah dapat dilihat

dengan mengambil dua ukuran dan biasanya ditunjukkan dengan angka seperti

berikut : 120/80 mmHg, angka 120 mmHg menunjukkan tekanan pada pembuluh

(19)

Angka 80 mmHg menunjukkan ketika jantung sedang berelaksasi disebut tekanan

darah diastolik (Ganong, 2002).

Menurut Guyton (1997) antara tekanan sistol dan diastole ada yang

dinamakan tekanan darah rata-rata, yang angkanya lebih mendekati tekanan

diastolik daripada tekanan sistolik. Karena sistolik lebih pendek daripada diastole.

Tekanan darah rata-rata sedikit kurang daripada nilai- nilai tengah antara tekanan

sistol dan diastole. Tekanan rata-rata menurun dengan cepat sampai kira-kira 5

mmHg pada akhir arteriol. Besarnya penurunan tekanan sepanjang arteriol sangat

berbeda-beda tergantung apakah terjadi kontriksi/ dilatasi. Besar nilai pada orang

dewasa kira-kira 90 mmHg yang sedikit lebih kecil dari rata-rata tekanan sistol

120 mmHg dan tekanan diastole 80 mmHg. Tekanan arteri rata-rata dirumuskan

sebagai berikut : TR = TD + 1/3 ( TS – TD ) mmHg. Tekanan rata-rata inilah yang sesungguhnya menjadi pendorong mengalir darah yang lebih lama terpengaruh

untuk tekanan diastolic daripada tekanan sistolik. Peningkatan/ penurunan darah

rata-rata akan mempengaruhi homeostatis dalam tubuh. Jika sirkulasi darah

menjadi tidak memadai lagi, maka terjadilah gangguan pada system transpor

oksigen, karbondioksida dan hasil - hasil metabolisme lainnya.

2.5.2 Sistem Sirkulasi Tekanan Darah

Darah memperoleh oksigen dari dalam paru-paru. Darah yang mengandung

oksigen ini masuk kedalam jantung lalu dipompakan keseluruh bagian tubuh

melalui pembuluh darah yang dinamakan dengan pembuluh darah arteri.

Pembuluh darah yang lebih besar bercabang-cabang menjadi pembuluh-pembuluh

darah yang lebih kecil hingga berukuran mikroskopik, yang akhirnya membentuk

(20)

dengan pembuluh darah kapiler. Jaringan ini mengalirkan darah yang

mengandung oksigen ke seluruh sel-sel tubuh untuk menghasilkan energi yang

dibutuhkan demi kelangsungan hidup. Kemudian darah yang sudah tidak

mengandung oksigen kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena , dan

dipompa kembali ke paru-paru untuk mengambil oksigen kembali (Beevers,

2002).

Saat jantung berdetak, otot jantung berkontraksi untuk memompakan darah

ke seluruh tubuh. Tekanan tinggi berkontraksi disebut sebagai tekanan sistolik

(Beevers, 2002). Tekanan darah sistolik dihasilkan oleh otot jantung yang

mendorong isi ventrikel masuk ke dalam arteri yang telah merenggang (Pearce,

1993). Kemudian otot jantung rileks sebelum kontraksi berikutnya, dan tekanan

ini merupakan tekanan terendah, yang dikenal sebagai tekanan diastolik (Beevers,

2002). Selama diastolik arteri masih tetap menggembung karena tahanan perifer

dari arteriol-arteriol yang menhalangi semua darah mengalir kedalam jaringan

(Pearce, 1993). Tekanan sistolik dan diastolik ini di ukur ketika seseorang

memeriksakan tekanan darah (Beevers, 2002).

2.5.3 Jenis - Jenis Tekanan Darah

Tekanan darah terdiri dari 2 (dua) bagian besar, yaitu:

1. Tekanan darah Sistolik

Tekanan darah sistolik adalah tekanan yang terjadi pada pembuluh darah

yang lebih besar ketika jantung berkontraksi (Beevers, 2002). Tekanan darah

sistolik menyatakan puncak tekanan yang dicapai selama jantung menguncup.

(21)

darah keluar melalui pembuluh darah arteri. Tekanan ini berkisar antara 95-140

mmHg (Vitahealth, 2000).

2. Tekanan darah Diastolik

Tekanan darah diastolik adalah tekanan yang terjadi ketika jantung rileks

diantara tiap denyutan (Beevers, 2002). Tekanan diastolik meyatakan tekanan

terendah selama jantung mengembang melalui pembuluh darah vena . tekanan ini

berkisar antara 60-95 mmHg (Vitahealth, 2000). Perbedaan tekanan darah antara

sistolik dan diastolik disebut tekanan nadi dan normalnya adalah 30-50 mmHg

(Pearce, 2009).

2.5.4 Klasifikasi Tekanan Darah

Tekanan darah diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu:

1. Tekanan darah normal

Seseorang dikatakan mempunyai tekanan darah normal bila tekanan darah

untuk sistolik 120-140 mmHg dan diastolik 80-90 mmHg (WHO). Menurut

National Heart, Lung and Blood Institute (NHLBI) dari National Institute Of

Health (NIH), mendefinisikan tekanan darah normal adalah tekanan darah sistolik

kurang dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik kurang dari 80 mmHg.

Nilai tekanan darah normal dapat dilihat pada tabel 2.5

Tabel 2.5 Nilai Tekanan Darah Normal

No Usia (umur) Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg) 1 15 – 29 90 – 120 60 – 80

2 30 – 49 110 – 140 70 – 90 3 >50 120 – 150 70 – 90 Sumber: (Guyton, 1997)

(22)

Seseorang dikatakan mempunyai tekanan darah rendah bila tekanan darah

untuk sistolik <100 mmHg dan diastolik <60 mmHg (Watson, 2002).

3. Tekanan darah tinggi

Seseorang dikatakan mempunyai tekanan darah tinggi apabila untuk

tekanan darah sistolik >140 mmHg dan diastolik >90 mmHg (Watson, 2002).

2.5.5 Pengukuran Tekanan Darah

Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu

metode langsung dengan menggunakan jarum atau kanula yang dimasukkan ke

dalam pembuluh darah dan dihubungkan dengan manometer. Metode tidak

langsung dengan menggunakan sphygmomanometer atau tensimeter.

Sphygmomanometer adalah istilah teknis yang digunakan mengukur tekanan

darah (manometer adalah alat untuk mengukur tekanan cairan;’sfigmos’ adalah

kata Yunani untuk menyebut denyut). Sphygmomanometer dalam pemakaian

sehari-hari di tempat praktik dokter terdiri atas alat untuk mengukur tekanan darah

yang dihubungkan ke manset yang dapat digembungkan, yang nantinya dililitkan

ke lengan bagian atas, Sphygmomanometer terdiri dar tiga jenis ( Hart, 2003):

1. Sphygmomanometer air raksa

Jenis Sphygmomanometer ini masih tetap digunakan oleh sebagain besar

dokter. Alat pengukur tekanannya berbentuk tabung kaca panjang yang berlubang

dengan tempat air raksa di bagian bawahnya. Tekanan darah akan mendorong air

raksa di dalam tabung bergerak ke atas dan tingkat yang dicapai air raksa ini akan

dapat dibaca pada skala.

(23)

Keseimbangan tekanan darah terhadap tekanan dalam kapsul logam tipis

yang mengandung udara (‘aneroid’ adalah kata Yunani yang artinya ‘tanpa memakai cairan’). Tekanan darah ditunjukkan oleh posisi jarum pada tombol

bundar.

3. Sphygmomanometer elektronik

Pada alat pengukur tekanan ini diletakkan sensor pada mansetnya. Sensor

ini adalah mikrofon yang mengenali ketika bunyi denyut yang teratur muncul dan

menghilang, atau sebuah transduser yang mengenali gelombang denyut.

Transduser lebih efisien (tetapi lebih mahal), kurang rentan terhadap sinyal-sinyal

yang tidak relevan, dan sekarang ini digunakan hampir secara universal.

Mikroprosesor (‘chip’ yang ada dimana-mana dari kalkulator poket sampai

komputer) akan mengubah informasi yang diterima oleh sensor ke dalam ukuran

tekanan darah yang nantinya dicetak atau ditunjukkan pada layar mesin pengukur.

Pada beberapa jenis Sphygmomanometer elektronik, manset digembungkan

melalui pompa elektrik dan dikempiskan secara ototmatis. Tekanan darah dapat di

ukur dengan dua cara, yaitu:

1. Cara perabaan (Palpasi)

Pengukuran tekanan darah secara palpasi hanya dapat menetapkan sistolik

saja. Cara pengukurannya sebagai berikut: manset dibalutkan pada lengan sampel,

dengan cara memompa bola karet ditiupkan udara kedalamnya sambil memegang

nadi sampel, pada suatu tekanan tertentu dimana nadi tidak teraba lagi, tekanan

manometer diturunkan perlahan-lahan dengan jari tetap meraba nadi, pada suatu

saat tertentu akan teraba nadi lagi, ini disebut tekanan sistolik dengan mencatat

(24)

2. Cara pendengaran (Auskultasi)

Cara auskultasi memerlukan tensimeter dan stetoskop dalam pemeriksaan.

Cara pengukurannya adalah pompakan udara kedalam manset sehingga kolom air

raksa naik dan tangan pemeriksa yang meraba nadi sudah tidak merasakan denyut

lagi. Sesudah itu ujung stetoskop diletakkan pada Fossa cubiti. Udara dikeluarkan

secara perlahan-lahan, sehingga suatu saat terdengar suara yang dapat dibedakan

dalam lima fase, yaitu: Fase I: Suara gelombang nadi yang pertama yang melalui

manset, menyerupai suara pertama jantung yang lemah. Fase II: Suara menjadi

lebih keras dan di ikuti oleh desingan seperti tiupan. Fase III: Suara menjadi

maksimal dan desingan mulai hilang. Fase IV: Sekonyong-konyong suara menjadi

kurang nyata, menjadi suara tertutup. Fase V: Suara hilang (Oktia, 2005).

2.5.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah yaitu:

a) Usia

Semakin tua umur seseorang tekanan sistoliknya semakin tinggi. Biasanya

dihubungkan dengan timbulnya arteriosclerosis (Guyton dan Hall, 2008).

Tekanan darah sistolik meingkat sesuai dengan peningkatan usia, akan tetapi

tekanan darah diastolik meningkat seiring tekanan darah sistolik sampai sekitar

usia 55 tahun, yang kemudian menurun oleh karena terjadinya proses kelakuan

arteri akibat arteriosclerosis (Perpustakaan UNS, 2011).

b) Jenis Kelamin

Faktor gender berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi, dimana pria lebih

banyak menderita hipertensi dibandingkan wanita, dengan risiko sekitar 2,29

untuk kenaikan tekanan darah sistolik dan 3,76 untuk kenaikan tekanan darah

(25)

tekanan darah dibandingkan dengan wanita. Namun setelah memasuki

menopause, prevalensi pada wanita tinggi. Bahkan setelah umur 65 tahun,

terjadinya hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang

diakibatkan oleh faktor hormonal (Depkes, 2006).

c) Masa Kerja

Masa kerja adalah jangka waktu orang sudah bekerja pada suatu organisasi,

lembaga dan sebagainya. Masa kerja seseorang perlu diketahui karena masa kerja

merupakan salah satu indikator tentang kecenderungan para pekerja dalam

melaksanakan aktivitas kerjanya.

Masa kerja dapat dikategorikan menjadi 2, yaitu:

1. Masa kerja baru (< 2 tahun)

2. Masa kerja lama (> 2 tahun)

Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia terpapar bahaya

yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut (Suma’mur, 2014). d) Olahraga

Meningkatnya curah jantung karena olahraga atau aktivitas mengakibatkan

tekanan darah naik pada menit-menit awal. Selanjutnya sistem regulasi tubuh

akan berusaha untuk mengkompensasi kenaikan ini, sehingga tekanan darah akan

cenderung tetap atau justru turun (Perpustakaan UNS, 2011). Tekanan darah juga

dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan

aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga

berbeda; palig tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam

hari (Perpustakaan UNS, 2011).

(26)

Rokok mempunyai pengaruh terhadap sistem pembuluh yaitu darah jantung

akan terlihat dengan adanya denyut jantung yang meningkat. Tekanan darah dan

pengerutan otot jantung meningkat akibat kebutuhan oksigen meningkat. Bahaya

yang akan terjadi, seseorang menderita tekanan darah tinggi sehingga dapat

mempercepat terjadi kerusakan otak, ginjal, mata dan pembuluh darah (Eni,

2011).

f) Genetik

Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga

mempertinggi risiko terkena hipertensi, terutama hipertensi primer (esensial).

Faktor genetik juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan yang lain, yang

kemudian menyebabkan seseorang menderita hipertensi. Faktor genetik juga

berkaitan dengan metabolisme pengaturan garam dan renin membran sel. Bila

kedua orangtua menderita hipertensi maka sekitar 45% turun ke anak-anaknya dan

bila salah satu orangtua yang menderita hipertensi maka sekitar 30% turun ke

anak-anaknya (Depkes, 2006).

g) Minum Kopi

Minum kopi yang mengandung kafein disebut dapat menghasilkan

perubahan dalam hemodinamik diantaranya dapat meningkatkan tekanan darah

(Lane, 2002). Dalam tubuh manusia senyawa kafein dapat memacu hormon

adrenalin, yang berpengaruh terhadap peningkatan tekanan darah dan detak

jantung, sekresi asam lambung, senyawa gula pada aliran darah dan otot dalam

kondisi siap beraktivitas. Pada sebagian orang, minum kopi dapat menimbulkan

jantung berdebar-debar, denyutnya bisa melebihi 80 kali per menit. Hal itu

(27)

meningkatkan tekanan darah yang berpotensi mempercepat terjadinya penyakit

jantung koroner (PJK). Otot jantung mendapat makanan dari pembuluh darah nadi

korona kiri dan kanan, bila pembuluh darah korona tersumbat terjadilah PJK

(Afian, 2010).

2.6 Tingkat Kebisingan dan Tekanan Darah

Kebisingan direspon oleh otak yang merasakan pengalaman ini sebagai

ancaman atau stress yang kemudian berhubungan dengan pengeluaran hormon

stress seperti epinepfrin, norepinefrin dan kortisol. Stress akan mempengaruhi

sistim saraf yang kemudian berpengaruh pada detak jantung, akan berakibat

perubahan tekanan darah. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan dalam

hukum Poiseuille yaitu kecepatan aliran darah berbanding lurus dengan pangkat

empat dari radius pembuluh darah. Jadi, diameter pembuluh darah mempunyai

peran paling besar dalam menentukan konduktans/kecepatan aliran darah. Saat

terjadi vasokonstriksi pembuluh darah menyebabkan jari-jari pembuluh darah

menyempit menyebabkan berkurangnya aliran darah. Oleh sebab itu, jantung

bekerja lebih keras untuk memompa darah, sehingga menyebabkan tekanan akan

lebih meningkat (Hastuti, 2004).

Tingkat kebisingan mencapai 60 desibel dapat meningkatkan kadar hormon

stress, seperti epinerin, non-epinerin dan kortisol tubuh yang mengakibatkan

terjadinya perubahan irama jantung dan tekanan darah. Bising yang terus menerus

diterima seseorang akan menimbulkan gangguan proses fisiologis jaringan otot

dalam tubuh dan memicu emosi yang tidak stabil. Ketidakstabilan emosi tersebut

(28)

tubuh dalam waktu yang lama tekanan darah akan naik sehingga menyebabkan

hipertensi (Tambunan, 2005).

Menurut getaran suara ditangkap oleh daun telinga yang diteruskan ke liang

telinga dan mengenai membran timpani. Lalu di telinga tengah, gelombang

getaran yang dihasilkan tadi diteruskan melewati tulang - tulang pendegaran

sampai ke cairan di kanalis semisirkulasiris, adanya ligamen antar tulang

mengamplikasikan getaran yang dihasilkan dari gendang telinga. Lalu ditelinga

dalam merupakan tempat ujung-ujung pengeruh kebisingan terhadap kesehatan

selain berhubungan dengan faktor psikologis seperti gangguan emosional,

gangguan tidur, dan hilangnya konsentrasi, juga mengakibatkan kerusakan pada

indera pendengaran yang menimbulkan rasa tidak nyaman atau stress, sehingga

dapat meningkatkan sistem jantung dan peredaran darah (Susanto, 2006).

Pemaparan bising menimbulkan rangsangan dan meningkatkan aktivitas

saraf simpatis. Jika rangsangan tersebut bersifat sementara maka tubuh akan pulih

dalam waktu beberapa menit atau jam. Tetapi bila pemaparan berlangsung lama

dan berulang dapat menimbulkan perubahan sistem sirkulasi darah yang menetap.

Syaraf simpatis memepengaruhi fungsi jantung dan pembuluh darah dan

pemacunya menyebabkan naiknya frekuensi jantung, bertambah kuatnya kontriksi

otot jantung dan vasokontriksi pembuluh darah resisten (Guyton, 1997).

Ketika denyut jantung meningkat disebabkan sistem saraf yang dirangsang

oleh kebisingan, maka pembuluh darah kurang bisa melebar disebabkan oleh

elastisitasnya, sehingga kenaikan tekanan darah akan tinggi. Tekanan darah

(29)

tajam setelah usia 40 tahun, sedangkan tekanan darah diastolik akan tetap naik

perlahan-lahan sampai usia 60 tahun kemudian cenderung menurun setelah itu

(Semple, 1996).

Pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah terpapar kebisingan ada

yang meningkat, menurun, dan stabil. Tekanan darah yang meningkat, disebabkan

intensitas kebisingan yang tinggi akan meningkatkan tekanan darah pada tenaga

kerja, hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Melamed dalam

Vano, bahwa kebisingan yang melebihi ambang batas memiliki pengaruh terhadap

fisiologi (detak jantung) dan akan menaikkan tekanan darah seseorang (Vano,

(30)

2.7 Kerangka Konsep Rental Playstation &

Warnet Game (Game Online)

2.8 Hipotesis Penelitian

Ho : Tidak ada perbedaan paparan kebisingan dan karakteristik operator game

terhadap tekanan darah di Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2016

Ha : Ada perbedaan paparan kebisingan dan karakteristik operator game terhadap

tekanan darah di Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2016

Tingkat Kebisingan

KepMenLH Nomor: KEP-48/MENLH/11/1996

Tekanan Darah (Sebelum, Saat, Setelah Lama Paparan)

Karakteristik Ruangan : - Luas Pintu

- Luas ruangan

Karakteristik Operator - Usia

- Jenis Kelamin - Lama paparan

Kebisingan - Masa Kerja

- Kebiasaan minum Kopi

Gambar

Tabel 2.1 Skala Gangguan Pendengaran dan Kesulitan Dalam Mendengar Pembicaraan
Tabel 2.2 Nilai Tingkat Kebisingan Pada Kawasan
Tabel 2.3 Nilai Ambang Batas Kebisingan Berdasarkan Waktu Pemaparan
Tabel 2.5 Nilai Tekanan Darah Normal

Referensi

Dokumen terkait

0 s/d 16.00 tor Dinas P oros Langar ohon memb umen penaw. ad/diunggah es pelelanga

Akibatnya laba bank meningkat, modal bank meningkat, dan CAR juga meningkat.Hasil penelitian yang telah dilakukan Evi Dwi Agustin (2011) secara empiris membuktikan

Radang pada Telinga Luar adalah radang pada kulit atau kartilago aurikula, liang telinga atau lapisan epitel membran timpani yang disebabkan oleh bakteri, jamur dan virus..

Refusals need to be performed in such a way; moreover, if they have to be performed by students, who have a lower power, to their teachers, who have a greater

Tidak adanya hubungan antara kepatuhan ibu hamil trimester III dalam mengonsumsi tablet zat besi selama kehamilan dengan kejadian anemia menunjukkan bahwa banyak faktor yang

Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Minat Beli Konsumen Sepeda Motor Honda Blade Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.. BAB I

[r]

Sifat inderawi seperti rasa, warna, aroma dan tekstur suatu bahan merupakan sifat- sifat yang muncul karena menyangkut selera seseorang.Ketertarikan konsumen terhadap bahan