• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Penyuluhan tentang Personal Hygiene dengan Perilaku Remaja Putri pada Saat Menstruasi di SMU Cut Nyak Dhien Langsa Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Penyuluhan tentang Personal Hygiene dengan Perilaku Remaja Putri pada Saat Menstruasi di SMU Cut Nyak Dhien Langsa Tahun 2014"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENYULUHAN TENTANG PERSONAL HYGIENE DENGAN PERILAKU REMAJA PUTRI PADA SAAT MENSTRUASI

DI SMU CUT NYAK DHIEN LANGSA TAHUN 2014

TESIS

Oleh

CUT RITA ZAHARA 127032283/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

THE RELATIONSHIP BETWEEN PERSONAL HYGIENE AND THE BEHAVIOR OF FEMALE TEENAGERS DURING THEIR

MENSTRUAL PERIOD AT CUT NYAK DHIEN AND JAYASENIOR HIGH SCHOOLS LANGSA

IN 2014

THESIS

By

CUT RITA ZAHARA 127032283/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

HUBUNGAN PENYULUHAN TENTANG PERSONAL HYGIENE DENGAN PERILAKU REMAJA PUTRI PADA SAAT MENSTRUASI

DI SMU CUT NYAK DHIEN LANGSA TAHUN 2014

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

CUT RITA ZAHARA 127032283/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(4)

Judul Tesis : HUBUNGAN PENYULUHAN TENTANG PERSONAL HYGIENE DENGAN PERILAKU REMAJA PUTRI PADA SAAT MENSTRUASI DI SMU CUT NYAK DHIEN LANGSA TAHUN 2014

Nama Mahasiswa : Cut Rita Zahara Nomor Induk Mahasiswa : 127032283

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D) (

Ketua Anggota

Ernawati Nasution, S.K.M, M.Kes)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(5)

Telah Diuji

pada Tanggal : 21 Agustus 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Drs. Heru Santoso, M.S, Ph.D

(6)

PERNYATAAN

HUBUNGAN PENYULUHAN TENTANG PERSONAL HYGIENE DENGAN PERILAKU REMAJA PUTRI PADA SAAT MENSTRUASI

DI SMU CUT NYAK DHIEN LANGSA TAHUN 2014

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar magister di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Desember 2014

(7)

ABSTRAK

Hygiene menstruasi merupakan komponen hygiene perorangan yang memegang peran penting dalam menentukan status kesehatan, khususnya terhindar dari infeksi alat reproduksi. Pemilihan penyuluhan pada remaja mengenai personal hygiene saat menstruasi sangatlah penting dalam meningkatakan pengetahuan dan sikap remaja mengenai kesehatan reproduksinya. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan penyuluhan tentang personal hygiene dengan perilaku remaja putri pada saat mentruasi.

Jenis penelitian adalah quasi eksperimen dengan rancangan Non Equivalent Control Group. Varibel dalam penelitian ini adalah pengetahuan, sikap dan tindakan. Populasi adalah seluruh remaja putri di SMU Cut Nyak Dhien Langsa sebanyak 102 orang dan SMU Jaya Langsa sebanyak 65 orang. Sampel berjumlah 84 orang terdiri dari 42 orang kelompok perlakuan dan 42 orang kelompok kontrol dengan teknik simple random sampling. Analisis data menggunakan uji wilcoxon dengan data tidak berdistribusi normal.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rata-rata pengetahuan, sikap dan tindakan sebelum dan sesudah penyuluhan. Ada perbedaan pengetahuan (p=0,0001), sikap (p=0,0001) dan tindakan (p=0,0001) remaja putri tentang personal hygiene saat menstruasi pada kelompok perlakuan sebelum dan sesudah penyuluhan. Pada kelompok kontrol tidak ditemukan perbedaan pengetahuan, sikap dan tindakan.

Diharapkan remaja putri dapat menerapkan dan menjaga personal hygiene pada saat mentruasi dengan rutin dalam kehidupan sehari-hari. Sekolah juga dapat menambah kurikulum untuk kesehatan reproduksi serta pengembangan program keputrian dan UKS sekolah sebagai tempat memperoleh sumber informasi dalam menyadari pentingnya menjaga kebersihan organ genetalia eksterna secara dini.

(8)

ABSTRACT

Menstrual hygiene is a component of individual hygiene that plays an important role in determining her health status, especially being prevented from reproductive infections. The choice of extension on personal hygiene during menestrual period for the female teenagers to improve their knowledge and attitude towards their reproductive health is very important. The purpose of this study was to find out the relationship between extension on personal hygiene and the behavior of female teenagers during menstrual period.

The research variables of this quasi experimental study with non-equivalent control group design were knowledge, attitude and action. The population of this study was all of 102 female teenagers studying at high school Cut Nyak Dhien Langsa and 65 female teenagers studying at high school Jaya Langsa. The sample for this study were 84 female teenagers consisting of 42 for treatment group and 42 for control group selected through simple random sampling technique. The data obtained were analyzed through Wilcoxon tests with the data which were not normally distributed.

The result of this study showed that the knowledge, attitude and action had an average increase before and after extension. There was a difference between knowledge (p = 0.001), attitude (p = 0.001) and action (p = 0.001) of the female teenagers on the personal hygiene during menstrual period in the treatment group before and after the extension. The difference between knowledge, attitude and action were not found in the control group.

The female teenagers are expected to routinely keep their personal hygiene during their menstrual period in their daily life. The school should also add reproductive health and keputrian development program into its curriculum and the school health unit is functioned as the resources of information in realizing the importance of earlier maintaining the hygiene of external genetalia organ.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

rahmat serta pertolonganNya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul “Hubungan Penyuluhan tentang Personal Hygiene dengan Perilaku Remaja Putri pada Saat Menstruasi di SMU Cut Nyak Dhien Langsa Tahun 2014”

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk

menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat

Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

Dalam penulisan tesis ini, penulis mendapat bantuan, dukungan dan

bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk

itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H., M.Sc.(CTM)., Sp.A, (K) selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara yang telah membimbing kami dan memberikan masukan serta saran dalam

(10)

4. Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D dan Ernawati Nasution, S.K.M, M.Kes, selaku

Komisi Pembimbing yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing,

mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari

pengajuan judul hingga penulisan Proposal ini selesai.

5. Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si dan Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M

selaku Komisi Penguji yang telah banyak memberikan arahan dan masukan demi

kesempurnaan penulisan tesis ini.

6. Kepala Sekolah SMU Cut Nyak Dhien Langsa beserta seluruh staf pegawai yang

telah membantu melakukan pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penelitian.

7. Para Dosen dan Staf di Lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Ucapan terima kasih yang tulus saya tujukan kepada Ayahanda T. Anwar Bahrum

dan Ibu Rosmini serta keluarga besar yang telah memberikan dukungan moril

serta doa dan motivasi selama penulis menjalani pendidikan.

9. Teristimewa buat suami tercinta Syarbaini dan berkat merekalah penulis

termotivasi untuk menyelesaikan studi ini.

10.Teman-teman seperjuangan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat,

Universitas Sumatera Utara, atas bantuannya dan memberikan semangat dalam

penyusunan tesis ini.

11.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

(11)

Akhirnya saya menyadari segala keterbatasan yang ada. Untuk itu, saran dan

kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini, dengan

harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan

dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, Desember 2014 Penulis

(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Cut Rita Zahara, lahir pada tanggal 19 September 1981 di

Kota Bakti, kecamatan sakti kabupaten Aceh Pidie Provinsi Aceh, beragama Islam,

bertempat tinggal di Jalan T. Chik Ditunong No. 95 Kp Jawa Tengah Langsa.

Penulis merupakan anak dari pasangan ayahanda T. Anwar Bahrum dan ibunda

Rosmini AB, anak ketiga dari empat bersaudara.

Jenjang pendidikan formal penulis dimulai dari SD Negeri Kp jeumpa (19

95), SMP Negeri No.3 Langsa (1998 ), SMU Cut Nyak Dhien Langsa (2001),

Diploma III Kebidanan Politeknik Banda Aceh (2004), Program Studi D-IV Bidan

Pendidik di Politeknik Medan (2010) dan tahun 2012 – 2014 Penulis menempuh

pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat minat

studi Kesehatan Reproduksi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

Pada tahun 2005 penulis bekerja di Rumah Sakit Umum Langsa sebagai

tenaga Honorer dan pada tahun 2006 diangkat menjadi PNS di Rumah Sakit Umum

(13)

DAFTAR ISI

2.2 Personal Hygiene saat Mensturasi ... 12

2.2.1 Siklus Menstruasi ... 16

2.2.2 Mekanisme Terjadinya Perdarahan Haid ... 16

2.2.3 Dampak Personal Hygiene Remaja ... 18

2.3 Penyuluhan Kesehatan ... 19

2.3.1 Tujuan Penyuluhan Kesehatan ... 20

2.3.2 Faktor-faktor Keberhasilan Penyuluhan Kesehatan ... 21

2.3.3 Metode Penyuluhan ... 22

2.4 Perilaku Remaja... 27

2.4.1 Pengetahuan ... 27

2.4.2 Sikap ... 31

2.4.3 Tindakan atau Praktik (Practice) ... 33

(14)

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 43

3.4.1 Data Primer ... 43

3.4.2 Data Sekunder ... 43

3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 43

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 46

3.5.1 Variabel Penelitian ... 46

4.3 Gambaran Pengetahuan Siswi tentang Personal Hygiene pada saat Menstruasi Kelompok Perlakuan dan Kontrol Sebelum Intervensi ... 50

4.4 Gambaran Sikap Siswi tentang Personal Hygiene pada saat Menstruasi Kelompok Perlakuan dan Konstrol Sebelum Intervensi ... 54

4.5 Gambaran Tindakan Siswi tentang Personal Hygiene pada saat Menstruasi Kelompok Perlakuan dan Kontrol sebelum Intervensi ... 59

4.6 Uji Normalitas ... 63

4.7 Hubungan Penyuluhan tentang Personal Hygiene dengan Perilaku (Pengetahuan) Remaja Putri pada saat Menstruasi ... 63

4.8 Hubungan Penyuluhan tentang Personal Hygiene dengan Perilaku (Sikap) Remaja Putri pada saat Menstruasi ... 66

4.9 Hubungan Penyuluhan tentang Personal Hygiene dengan Perilaku (Tindakan) Remaja Putri pada saat Menstruasi ... 68

BAB 5. PEMBAHASAN ... 71

5.1 Gambaran Pengetahuan Remaja Putri tentang Personal Hygiene pada saat Menstruasi Sebelum dan Sesudah Dilakukan Penyuluhan ... 71

5.2 Gambaran Sikap Remaja Putri tentang Personal Hygiene pada saat Menstruasi Sebelum dan Sesudah Dilakukan Penyuluhan 73

5.3 Gambaran Tindakan Remaja Putri tentang Personal Hygiene pada saat Menstruasi Sebelum dan Sesudah Dilakukan Penyuluhan ... 75

5.4 Perbedaan Pengetahuan Remaja Sebelum dan Sesudah Dilakukan Penyuluhan ... 76

(15)

5.6 Perbedaan Tindakan Remaja Sebelum dan Sesudah Dilakukan

Penyuluhan ... 82

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 86

6.1 Kesimpulan ... 86

6.2 Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 89

(16)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1 Distribusi Perhitungan Besar Sampel Penelitian di SMU Cut Nyak Dhien dan SMU Jaya Langsa ... 42

3.2 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Butir Instrumen Variabel Pengetahuan ... 44

3.3 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Butir Instrumen Variabel Sikap ... 45

3.4 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Butir Instrumen Variabel Tindakan 45

4.1 Distribusi Karakteristik Responden ... 50

4.2 Distribusi Frekuensi Item Pernyataan Pengetahuan Siswi tentang Personal Hygiene pada saat Menstruasi Kelompok Perlakuan dan Kontrol Sebelum Intervensi ... 51

4.3 Distribusi Frekuensi Item Pernyataan Pengetahuan Siswi tentang Personal Hygiene pada saat Menstruasi Kelompok Perlakuan dan Kontrol Sesudah Intervensi ... 52

4.4 Distribusi Kategori Pengetahuan Siswi tentang Personal Hygiene pada saat Menstruasi Kelompok Perlakuan dan Kontrol Sebelum dan Sesudah Intervensi ... 53

4.5 Gambran Frekuensi Item Pernyataan Sikap Siswi tentang Personal Hygiene pada saat Menstruasi Kelompok Perlakuan dan Kontrol Sebelum Intervensi ... 54

4.6 Gambaran Frekuensi Item Pernyataan Sikap Siswi tentang Personal Hygiene pada saat Menstruasi Kelompok Perlakuan dan Kontrol Sesudah Intervensi ... 55

(17)

4.8 Gambaran Frekuensi Item Pernyataan Tindakan Siswi tentang Personal Hygiene pada saat Menstruasi Kelompok Perlakuan dan Kontrol Sebelum Intervensi ... 59

4.9 Distribusi Frekuensi Item Pernyataan Tindakan Siswi tentang Personal Hygiene pada saat Menstruasi Kelompok Perlakuan dan Kontrol Sesudah Intervensi ... 61

4.10 Distribusi Kategori Tindakan Siswi tentang Personal Hygiene pada saat Menstruasi Kelompok Perlakuan dan Kontrol Sebelum dan Sesudah Intervensi ... 62

4.11 Uji Normalitas Kelompok Perlakuan dan Kontrol pada Variabel Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Sebelum dan Sesudah Pemberian Perlakuan ... 63

4.12 Hasil Uji Wilcoxon Pengetahuan Siswi pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol ... 64

(18)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

4.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden pada Kelompok Perlakuan di SMU Cut Nya Dhien ... 65

4.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden pada Kelompok Kontrol di SMU Jaya Langsa ... 65

4.3 Distribusi Frekuensi Sikap Responden pada Kelompok Perlakuan di SMU Cut Nyak Dhien ... 67

4.4 Distribusi Frekuensi Sikap Responden pada Kelompok Kontrol di SMU Jaya Langsa ... 67

4.5 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden pada Kelompok Perlakuan di SMU Cut Nyak Dhien ... 69

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kusioner Penelitian ... 93

2. Daftar Nama Remaja Putri ... 97

3. C-Survey ... 99

4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 101

5. Hasil Statistik ... 106

6. Dokumentasi saat Penelitian ... 108

7. Surat Izin Melakukan Penelitian ... 113

(20)

ABSTRAK

Hygiene menstruasi merupakan komponen hygiene perorangan yang memegang peran penting dalam menentukan status kesehatan, khususnya terhindar dari infeksi alat reproduksi. Pemilihan penyuluhan pada remaja mengenai personal hygiene saat menstruasi sangatlah penting dalam meningkatakan pengetahuan dan sikap remaja mengenai kesehatan reproduksinya. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan penyuluhan tentang personal hygiene dengan perilaku remaja putri pada saat mentruasi.

Jenis penelitian adalah quasi eksperimen dengan rancangan Non Equivalent Control Group. Varibel dalam penelitian ini adalah pengetahuan, sikap dan tindakan. Populasi adalah seluruh remaja putri di SMU Cut Nyak Dhien Langsa sebanyak 102 orang dan SMU Jaya Langsa sebanyak 65 orang. Sampel berjumlah 84 orang terdiri dari 42 orang kelompok perlakuan dan 42 orang kelompok kontrol dengan teknik simple random sampling. Analisis data menggunakan uji wilcoxon dengan data tidak berdistribusi normal.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rata-rata pengetahuan, sikap dan tindakan sebelum dan sesudah penyuluhan. Ada perbedaan pengetahuan (p=0,0001), sikap (p=0,0001) dan tindakan (p=0,0001) remaja putri tentang personal hygiene saat menstruasi pada kelompok perlakuan sebelum dan sesudah penyuluhan. Pada kelompok kontrol tidak ditemukan perbedaan pengetahuan, sikap dan tindakan.

Diharapkan remaja putri dapat menerapkan dan menjaga personal hygiene pada saat mentruasi dengan rutin dalam kehidupan sehari-hari. Sekolah juga dapat menambah kurikulum untuk kesehatan reproduksi serta pengembangan program keputrian dan UKS sekolah sebagai tempat memperoleh sumber informasi dalam menyadari pentingnya menjaga kebersihan organ genetalia eksterna secara dini.

(21)

ABSTRACT

Menstrual hygiene is a component of individual hygiene that plays an important role in determining her health status, especially being prevented from reproductive infections. The choice of extension on personal hygiene during menestrual period for the female teenagers to improve their knowledge and attitude towards their reproductive health is very important. The purpose of this study was to find out the relationship between extension on personal hygiene and the behavior of female teenagers during menstrual period.

The research variables of this quasi experimental study with non-equivalent control group design were knowledge, attitude and action. The population of this study was all of 102 female teenagers studying at high school Cut Nyak Dhien Langsa and 65 female teenagers studying at high school Jaya Langsa. The sample for this study were 84 female teenagers consisting of 42 for treatment group and 42 for control group selected through simple random sampling technique. The data obtained were analyzed through Wilcoxon tests with the data which were not normally distributed.

The result of this study showed that the knowledge, attitude and action had an average increase before and after extension. There was a difference between knowledge (p = 0.001), attitude (p = 0.001) and action (p = 0.001) of the female teenagers on the personal hygiene during menstrual period in the treatment group before and after the extension. The difference between knowledge, attitude and action were not found in the control group.

The female teenagers are expected to routinely keep their personal hygiene during their menstrual period in their daily life. The school should also add reproductive health and keputrian development program into its curriculum and the school health unit is functioned as the resources of information in realizing the importance of earlier maintaining the hygiene of external genetalia organ.

(22)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan reproduksi bukan hanya masalah individu yang bersangkutan,

tetapi menjadi perhatian bersama, karena dampaknya luas menyangkut berbagai

aspek kehidupan dan menjadi parameter kemampuan negara dalam

menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Kesehatan reproduksi

mendapat perhatian kusus secara global, pada tahun 1994 di Kairo Mesir, diadakan

Konperensi Internasional tentang kependudukan dan pembangunan yang di ikuti oleh

sekitar 180 negara, termasuk indonesia. Di tingkat Internasional itu disepakati definisi

Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara

utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecatatan dalam suatu hal yang

berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya (Pinem, 2009).

Remaja berasal dari kata adolescence yang berarti tumbuh atau menjadi

dewasa. Masa peralihan dari masa anak – anak dengan masa dewasa disebut masa

remaja. Menurut World Health Organization (WHO) masa remaja dimulai pada usia

antara 12 sampai 24 tahun. Di Indonesia yang disebut remaja menurut Departemen

Kesehatan adalah mereka yang berusia 10 sampai 19 tahun dan pada masa tersebut

terjadi proses pematangan fisik maupun psikologis (Dariyo, 2004).

Masa remaja disebut juga masa puberitas, merupakan masa transisi yang unik

(23)

perubahan organnobiologis yang cepat dan tidak seimbang dengan perubahan mental

emosional (kejiwaan). Keadaan ini dapat membuat remaja bingung. Oleh karena itu

perlu perhatian, bimbingan dan dukungan dari lingkungan disekitarnya sehingga

remaja dapat tumbuh dan berkembang nenjadi manusia dewasa yang sehat baik

jasmani, mental maupun psikososial (Pinem, 2009). Organ reproduksi menunjukkan

perubahan yang dramatis pada saat pubertas, dimulai dengan pertumbuhan folikel

primodial ovarium yang mengeluarkan hormon estrogen. Pengeluaran hormon ini

menumbuhkan tanda seks skunder yang salah satunya terjadi pengeluaran darah

menstruasi pertama yang disebut dengan menarche.

Kata menstruasi berasal dari bahasa latin yang berarti bulan, dan sering

disebut dengan istilah mens atau haid. Menstruasi adalah terjadinya perdarahan

melalui vagina yang bersifat fisiologis karena luruhnya lapisan endometrium dari

dinding rahim. Pada siklus menstruasi endometrium dipersiapkan secara teratur

untuk menerima ovum yang telah dibuahi setelah terjadi ovulasi dibawah pengaruh

hormon ovarium yaitu estrogen dan progesteron. Saat menstruasi perawatan

organ-organ reproduksi sangatlah penting terutama kebersihan daerah kewanitaan, karena

saat menstruasi pembuluh darah dalam rahim mudah terkena infeksi (Kusmiran,

2011).

Alat kelamin wanita berhubungan langsung dengan dunia luar melalui liang

senggama, saluran mulut rahim, rongga/ruang rahim, saluran telur (tuba fallopi) yang

bermuara didalam ruang perut. Karena hubungan langsung ini maka infeksi alat

(24)

hygiene, sehingg infeksi pada bagian luarnya secara berkelanjutan dapat berjalan

menuju ruang perut. Dalam bentuk infeksi selaput dinding perut (peritonitis). Sistem

pertahanan dari alat kelamin wanita cukup baik yaitu mulai dari sistem asam-basanya,

pengeluaran lendir yang selalu mengalir kearah luar menyebabkan bakteri dibuang

dan dalam bentuk mentruasi. Meskipun demikian infeksi sering terjadi dikarenakan

kurangnya perawatan pada alat kelamin wanita.

Angka kejadian infeksi saluran reproduksi (ISR) tertinggi di dunia adalah

pada usia remaja (35%-42% ) dan dewasa remaja (27%-33%). Prevalensi ISR pada

remaja di dunia tahun 2006 yaitu : kandidiasis (25%-50%), vaginosis bekterial

(20%-40%), dan trikomoniasis (5%-15%). Diantara negara-negara di Asia Tenggara, wanita

indonesia lebih rentan mengalami ISR yang dipicu iklim Indonesia yang panas dan

lembab (Puspitaningrum, 2010). Jumlah kasus ISR di Jawa Timur seperti candidiasis

dan servisitis yang terjadi pada remaja putri sebanyak 86,5% ditemukan di Surabaya

dan malang. Penyebab tertinggi dari kasus tersebut adalah jamur candida albican

sebanyak 77% yang senang berkembang biak dengan kelembapan tinggi seperti pada

saat mentruasi. Bila alat reproduksi lembab dan basah, maka keasaman akan

meningkat yang memudahkan pertumbuhan jamur (Kasdu, 2008). Perempuan yang

memiliki riwayat ISR mempunyai dampak buruk untuk masa depannya seperti:

kemandulan, kangker leher rahim, dan kehamilan di luar kandungan (Rahayu, 2011).

Penyebab utama penyakit ISR yaitu imunitas lemah (10%), perilaku kurang

hygiene pada saat menstruasi (30%), dan lingkungan yang tidak bersih serta

(25)

Menurut data pusat statistik (BPS) dan Bappenas tahun 2010, sebagian besar dari 63

juta jiwa remaja di Indonesia rentan berprilaku tidak sehat (Aisyaroh, 2010). Perilaku

buruk dalam menjaga hygiene pada saat mentruasi dapat menyadari pencetus

timbulnya ISR (Ratna, 2010). Hasil penelitian Ariyani tentang aspek biopsikososial

hygiene mentruasi siswa SMP di Jakarta tahun 2009 bahwa remaja putri yang

memiliki perilaku menjaga kebersihan genetalia saat mentruasi yang baik hanya

17,4%. Remaja putri yang melakukan perilaku hygien pada saat menstruasi akan

terhindari dari ISR dan merasa nyaman beraktivitas sehari-hari (Kissanti, 2008).

Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan upaya harus dilakukan secara

komprehensif berupa promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Promosi kesehatan

untuk masalah kesehatan ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu faktor perilaku dan

non perilaku (fisik, sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya). Untuk faktor perilaku

upaya yang dilakukan dapat melalui dua pendekatan, yakni: pendidikan (education)

dan paksaan atau tekanan (coersion). Dalam rangka pembinaan dan peningkatan

perilaku kesehatan masyarakat, pendekatan edukasi (pendidikan kesehatan) lebih

tepat dikarenakan pendidikan merupakan upaya agar remaja berperilaku atau

mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan,

memberikan informasi, memberi kesadaran dan sebagainya. Dengan demikian

pendidikan kesehatan mengupayakan agar perilaku individu, kelompok, atau

masyarakat sangat penting untuk terus dilakukan karena mempunyai pengaruh positif

(26)

Untuk mencapai tujuan pendidikan kesehatan perlu alih pengetahuan dan alih

tehnologi tentang cara kerja, penggunaan alat bantu dalam melaksanakan pendidikan

kesehatan kepada masyarakat, cara pendekatan ke masyarakat merupakan hal-hal

yang memegang peranan penting mencapai keberhasilan. Cara bekerja sambil belajar

(learning by doing), pemahaman dan penghayatan tentang pendidikan kesehatan

kepada masyarakat dan peran pendidik kesehatan (tenaga penyuluh) sebagai anggota

dari tim kesehatan masyarakat desa dapat langsung diterapkan. Karena pendidikan

kesehatan yang berjalan sendiri tidaklah ada artinya. Pendidikan kesehatan baru ada

artinya jika dilaksanakan bersama program kesehatan dan yang terbaik adalah jika

pendidikan kesehatan dilaksanakan bersama program kesehatan dan masyarakat

(Ali,2010).

Salah satu metode pendidikan kesehatan adalah melalui pendidikan teman

sebaya, yang merupakan suatu bentuk pendidikan yang dilakukan oleh penyuluhan.

Penyuluhan merupakan metode pendididkan kesehatan yang bertujuan meningkatkan

kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh dan bersama masyarakat

agar dapat menolong dirinya sendiri serta mengembangkan kegiatan yang bersumber

daya masyarakat dalam upaya kesehatan, sesuai dengan sosial budaya setempat.

Upaya penyuluhan dapat dilakukan dengan menggunakan media cetak seperti leaflet,

ataupun elektronik seperti pemutaran video, maupun media ruang. Dalam hal ini

media digunakan untuk membuat suasana yang kondusif terhadap perubahan perilaku

(27)

Pemilihan penyuluhan pada remaja mengenai personal hygiene saat

menstruasi sangatlah penting dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja

mengenai kesehatan reproduksinya. Pemberian penyuluhan nantinya sangat

diharapkan sebagai metode dalam mengubah perilaku remaja yang selama ini tidak

sadar akan kepentingan kebersihan personal hygiene menjadi sadar dan memahami

pentingnya perilaku menjaga kebersihan personal hygiene. Adapun tujuan dari

penyuluhan kesehatan reproduksi kepada remaja adalah menumbuhkan kesadaran dan

memberi motivasi para remaja untuk memperhatikan kesehatan reproduksi mereka

Perilaku seseorang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pengetahuan.

Pengetahuan seseorang tentang sesuatu dapat menyebabkan perubahan perilaku

(Notoatmodjo, 2010). Tingkat pengetahuan yang kurang dikarenakan beberapa hal,

yaitu penyampaian informasi yang kurang tepat atau kurang lengkap, sumber

informasi yang salah, dan penyampaian informasi yang berlebihan sehingga

menimbulkan sikap diskriminan di kalangan remaja tentang menstruasi

(Sarwono, 2006).

Penerapan pendidikan kesehatan melalui metode promosi kesehatan secara

umum sangat bermanfaat bagi peningkatan pengetahuan siswa tentang kesehatan

reproduksi untuk mereduksi penyimpangan seks, dan terjaganya kesehatan reproduksi

mereka secara utuh, karena siswa adalah kelompok usia yang sangat rentan terhadap

segala informasi yang menyimpang, dan cenderung cepat untuk mengadopsinya.

Kebutuhan informasi kesehatan reproduksi bagi remaja SMU sangat mutlak

(28)

kesehatan di sekolah. Beberapa penelitian mengemukakan bahwa remaja SMU relatif

sedikit memperoleh informasi dari guru di sekolahnya. Hasil penelitian Ramdani dan

Dewi (1996) terhadap 113 siswa SMP di Yogyakarta. Penelitian tersebut

menunjukkan bahwa bagi remaja putri orang tua merupakan sumber informasi

mengenai menstruasi, sedangkan bagi remaja putra sumber informasi mengenai

mimpi basah adalah teman. Informasi tentang kehamilan juga tidak sama antara

remaja putri dan remaja putra. Majalah, surat kabar, rubrik konsultasi ternyata banyak

diminati oleh remaja perempuan untuk memuaskan keingintahuan mengenai resiko

tinggi hubungan seksual. Informasi yang sering digunakan adalah guru, teman dan

majalah. Keadaan ini memberikan suatu fenomena bahwa peran guru dalam

pemberian informasi kesehatan reproduksi sangat penting.

Hasil studi pendahuluan di SMU Cut Nyak Dhien Langsa jumlah Remaja

putri sebanyak 102 siswi dan dilakukan wawancara 20 siswi pada kelas III dengan

hasil hanya 2 orang siswi yang tahu tentang personal hygiene saat menstrusi dan 18

yang lain tidak tahu tentang personal hygiene saat mentruasi. Hal ini disebabkan

berbagai faktor yaitu kurangnya pengetahuan tentang personal hygiene pada saat

menstruasi baik dari institusi maupun dari orang tua.

Berdasarkan data di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “hubungan penyuluhan tentang personal hygiene dengan perilaku

(29)

1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi masalah pada penelitian ini

adalah bagaimana hubungan penyuluhan tentang personal hygiene dengan perilaku

remaja putri pada saat mentruasi Di SMU Cut Nyak Dhien Langsa Tahun 2014.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan penyuluhan tentang personal

hygiene dengan perilaku remaja putri pada saat mentruasi Di SMU Cut Nyak Dhien

Langsa Tahun 2014.

1.4 Hipotesis Penelitian

Ada hubungan penyuluhan tentang personal hygiene dengan perilaku remaja

putri pada saat mentruasi Di SMU Cut Nyak Dhien Langsa Tahun 2014.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Langsa agar lebih aktif dalam

memberikan informasi/penyuluhan berkitan dengan kesehatan remaja putri

2. Bahan masukan bagi pendidikan agar dapat mengadakan seminar di sekolah agar

menambahkan pengetahuan bagi remaja putri kususnya tentang personal hygiene

3. Bahan masukan bagi remaja putri agar sering mencari informasi tentang

(30)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Remaja

Remaja adalah masa transisi/peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa

dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis dan psikososial

(Dariyo, 2004). Perkembangan pada remaja putri ditandai dengan adanya menstruasi

(menarche). Menstruasi pertama menandakan bahwa remaja putri sudah siap untuk

hamil (Sarwono, 2006). Masa remaja merupakan suatu proses tumbuh kembang yang

berkesinambungan, yang merupakan masa peralihan dari kanan-kanak kedewasa

muda.

Menurut Pieter dan Lubis (2010) kata remaja berasal dari bahasa Latin

adolescentia yang berarti remaja yang mengalami kematangan fisik, emosi, mental

dan sosial. Piaget dalam Hurlock (2004) mengatakan bahwa masa remaja ialah masa

berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana individu tidak lagi merasa di

bawah tingkatan orang dewasa akan tetapi sudah dalam tingkatan yang sama.

Menurut Pardede (2002) masa remaja merupakan suatu fase perkembangan

yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi

dari masa anak kemasa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik,

mental, emosional dan sosial yang berlangsung pada dekade kedua kehidupan.

Menurut Soetjiningsih (2004), perkembangan fisik termasuk organ seksual

(31)

maupun pada anak perempuan akan menyebabkan perubahan perilaku seksual remaja

secara keseluruhan. Perkembangan seksual tersebut sesuai dengan beberapa fase

mulai praremaja, remaja awal, remaja menengah, sampai pada remaja akhir.

1. Pra Remaja

Masa praremaja adalah suatu tahap untuk memasuki tahap remaja yang

sesungguhnya. Pada masa praremaja ada beberapa indikator yang telah ditentukan

untuk menentukan identitas jender laki-laki atau perempuan. Beberapa indikator

tersebut ialah indikator biologis yang berdasarkan jenis kromosom, bentuk gonad

dan kadar hormon. Ciri-ciri perkembangan seksual pada masa ini antara lain

perkembangan fisik yang masih tidak banyak berbeda dengan sebelumnya. Pada

masa praremaja ini mereka sudah mulai senang mencari tahu informasi tentang

seks dan mitos seks baik dari teman sekolah, keluarga atau dari sumber lainnya.

Penampilan fisik dan mental secara seksual tidak banyak memberikan kesan yang

berarti.

2. Remaja Awal

Merupakan tahap awal (permulaan), remaja sudah mulai tampak ada

perubahan fisik yaitu fisik sudah mulai matang dan berkembang. Pada masa ini

mereka sudah mulai mencoba melakukan onani (masturbasi) karena telah

seringkali terangsang secara seksual akibat pematangan yang dialami.

Rangsangan ini diakibatkan oleh faktor internal yaitu meningkatnya kadar

testosterone pada laki-laki dan estrogen pada remaja perempuan. Sebagian dari

(32)

mereka justru selama atau sesudah merasakan kenikmatan tersebut kemudian

merasa kecewa dan merasa berdosa.

3. Remaja Menengah

Pada masa remaja menengah, para remaja sudah mengalami pematangan

fisik secara penuh yaitu anak laki-laki sudah mengalami mimpi basah sedangkan

anak perempuan sudah mengalami haid. Pada masa ini gairah seksual remaja

sudah mencapai puncak sehingga mereka mempunyai kecenderungan

mempergunakan kesempatan untuk melakukan sentuhan fisik. Namun demikian,

perilaku seksual mereka masih secara alamiah. Mereka tidak jarang melakukan

pertemuan untuk bercumbu bahkan kadang-kadang mereka mencari kesempatan

untuk melakukan hubungan seksual. Sebagian besar dari mereka mempunyai

sikap yang tidak mau bertanggungjawab terhadap perilaku seksual yang mereka

lakukan.

4. Remaja Akhir

Pada masa remaja akhir, remaja sudah mengalami perkembangan fisik

secara penuh, sudah seperti orang dewasa. Mereka telah mempunyai perilaku

seksual yang sudah jelas dan mereka sudah mulai mengembangkannya dalam

bentuk pacaran.

Permasalahan gangguan kesehatan reproduksi yang sering ditemukan pada

remaja saat menstruasi, yaitu pemakaian pembalut dalam rentang yang sangat lama,

(33)

menyebabkan terganggunya sirkulasi oksigendi area organ reproduksi yang dapat

menyebabkan iritasi (Winerungan, 2013).

2.2. Personal Hygiene saat Menstruasi

Mentruasi adalah pendarahan vagina secara berkala akibat terlepasnya lapisan

endometrium uterus. Fungsi mentruasi normal merupakan hasil interaksi antara

hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan perubahan-perubahan terkait pada

jaringan sasaran pada saluran reproduksi normal, ovarium merupakan peranan

penting dalam proses ini, karena tampaknya bertanggung jawab dalam mengatur

perubahan-perubahan siklus maupun lama siklus mentruasi (Hasyim, 2004).

Mentruasi atau haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai

pelepasan (deskuamasi) endometrium (Proverawati dan Misaroh, 2009).

Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya

perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan seseorang adalah suatu tindakan

untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan

psikis. Personal hygiene saat menstruasi adalah tindakan untuk memelihara kesehatan

dan kebersihan pada daerah kewanitaan pada saat menstruasi (Pribakti, 2008).

Hygiene menstruasi merupakan komponen hygiene perorangan yang

memegang peran penting dalam menentukan status kesehatan, khususnya terhindar

dari infeksi alat reproduksi. Oleh karena itu pada saat menstruasi seharusnya

perempuan benar-benar dapat menjaga kebersihan organ reproduksi secara “ekstra”

(34)

menimbulkan mikroorganisme seperti bakteri, jamur dan virus yang berlebih

sehingga dapat mengganggu fungsi organ reproduksi (Indriastuti, 2009).

Salah satu perilaku yang sangat ditekankan bagi perempuan yang tengah

mengalami menstruasi adalah pemeliharaan kebersihan diri. Untuk menjaga

kebersihan dan kesehatan, idealnya penggunaan pembalut selama menstruasi harus

diganti secara teratur 2 sampai 3 kali sehari atau setiap 4 jam sekali, apabila jika

sedang banyak-banyaknya. Setelah mandi atau buang air, vagina harus dikeringkan

dengan tissu atau handuk agar tidak lembab. Selain itu pemakaian celana dalam

hendaknya bahan yang terbuat dari yang mudah menyerap keringat, sedangkan

hygiene adalah pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif untuk memelihara dan

mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit

(Indriastuti, 2009).

Hygiene menstruasi kemungkinan besar dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan

tentang kesehatan reproduksi. Sebagian besar dari mesyarakat di Indonesia

mempercayai mitos-mitos saat menstruasi. Minimnya pengetahuan dan wawasan

masyarakat menjadikan mereka berpola pikir yang mengada-ada, yang kemudian

berkembang menjadi mitos. Meskipun secara medis, mitos yang berkembang tersebut

tidak alamiah, kenyataannya banyak masyarakat yang masih percaya dengan berita

yang mengada-ada tersebut (Andira, 2010).

Perilaku lain yang kurang dari perawatan hygiene menstruasi adalah malas

mengganti pembalut. Beberapa penyakit yang mudah hinggap pada wanita adalah

(35)

wanita dalam masa menstruasi. Salah satu penyebabnya yaitu bakteri yang

berkembang pada pembalut (Andira, 2010).

Mulyati (2007), cara membersihkan daerah kewanitaan adalah :

1. Membasuh tangan dengan sabun, sebelum dan sesudah memegang daerah

kewanitaan

2. Membasuh daerah kewanitaan dengan air bersih

3. Membasuh dari arah depan ke belakang setelah buang air kecil/buang air besar

untuk mencegah masuknya mikroorganisme dari anus

4. Hindari penggunaan tissue toilet terlalu sering

5. Hindari pembalut yang menyebabkan iritasi

Cara perawatan vaginal dan ginekologi yang baik menurut Sheldon (1986)

adalah:

1. Mandi setiap hari dengan sabun dan air hangat .jangan pakai sabun yang

mengandung zat-zat kimia tertentu .pada waktu mencuci, renggangkan bibir

vagina dan bersihkan baik-baik, jangan lupa membersihkan daerah clitoris,

douche (penyemprotan) sesungguhnya tidak perlu.

2. Sesudah buang air besar, bersihkan daerah dubur dari depan kebelakang. Anus

letaknya dekat pembukaan vagina, maka cara pembersihan yang kurang baik bias

memindahkan bakteri dari dubur dan kotoran kedalam vagina atau saluran

(36)

3. Dikamar mandi umum, sebaiknya pakai penutup tempat duduk toilet yang dapat

langsung kamu buang sesudah kamu pakai sendiri. Jangan lupa cuci tangan

sesudahnya.

4. Vulva harus cukup mendapatkan udara dan harus selalu kering. Lebih baik pakai

celana dalam yang terbuat dari kain katun, karena nilon tidak menghisap air dan

tidak tembus udara yang diperlukan untuk aliran udara bebas ke bagian luar alat

kelamin.

5. Selama haid, gantilah pembalut sesering mungkin. Minimal 2x sehari, meskipun

jumlah darah hanya sedikit.

6. Selama ovulasi ada pengeluaran cairan dari vagina lebih dari biasanya.

Kadang-kadang ada pendarahan. Ini disebabkan oleh produksi estrogen yang meningkat

disertai perubahan hormon-hormon tertentu. Mencuci dengan air dan sabun

sudah cukup.

7. Jangan pakai deodoran khusus untuk daerah vagina. Ini tambah merangsang dan

sama sekali tidak ada gunanya. Karena deodorant itu sendiri bisa menimbulkan

infeksi

8. Jangan lupa memeriksakan diri secara teratur. Gejala yang lain daripada yang

biasa terjadi sehari-hari, misalnya:pengeluaran luaran lender dari vagina, bau

ataupun tidak bau, haid yang banyak dan berkepanjangan, perdarahan diantara

(37)

9. Berusahalah selalu menambah pengetahuanmu, mengenal tubuhmu, segala fungsi

dan anatominya. Banggalah akan segala milikmu ini, suatu pemberian alami

yang indah sekali.

2.2.1. Siklus Menstruasi

Pada wanita siklus menstruasi rata-rata terjadi sekitar 28 hari, walaupun hal

ini berlaku umum, kadang-kadang siklus terjadi setiap 21 hari hingga 30 hari.

Biasanya menstruasi rata-rata terjadi 5 hari, kadang-kadang menstruasi juga dapat

terjadi sekitar 2 hari sampai 7 hari. Umumnya darah yang hilang akibat menstruasi

adalah 10 ml hingga 80 ml perhari tetapi biasanya dengan rata-rata 35 ml perharinya

(Proverawati dan Misaroh, 2009).

2.2.2. Mekanisme Terjadinya Perdarahan Haid

Ditinjau dari segi medis mekanisme perdarahan haid dari seorang wanita ini

terjadi selama lebih kurang satu minggu, diakibatkan oleh pengaruh aktivitas

hormonal tubuh dan dapat disertai dengan timbulnya beberapa keluhan yang

menyertainya, yaitu keputihan, perasaan nyeri atau panas (terutama disekitar perut

bagian tengah-bawah dan kemaluan), ketidakstabilan emosi, lemas, tidak bergairah,

dan penambahan atau penurunan nafsu makan (Hendrik, 2006).

Mekanisme terjadinya perdarahan haid secara singkat dapat dijelaskan melalui

proses-proses yang terjadi dalam satu siklus haid yang terdiri atas empat fase, yaitu :

1. Fase Proliferasi

Dinamakan juga fase folikuler, yaitu suatu fase yang menunjukkan waktu (masa)

(38)

uterus berakfitas menumbuhkan lapisan endometriumnya yang mulai pulih dan

dibentuk pada fase regenerasi atau pascahaid.

2. Fase Luteal

Dinamakan juga fase sekresi atau fase prahaid, yaitu suatu fase yang

menunjukkan waktu (masa) ketika ovarium beraktivitas membentuk korpus

luteum dari sisa-sisa folikel-folikel matangnya (folikel de Graaf) yang sudah

mengeluarkan sel ovumnya pada saat terjadinya ovulasi dan menghasilkan

hormone progesterone yang akan digunakan sebagai penunjang lapisan

endometrium uteri untuk bersiap-siap menerima hasil konsepsi (jika terjadi

kehamilan) atau melakukan proses deskuamasi dan penghambatan masuknya sel

sperma (jika tidak terjadi kehamilan). Pada hari ke-14 (setelah terjadinya proses

ovulasi) sampai hari ke-28, berlangsung fase luteal.

3. Fase Menstruasi

Dinamakan juga fase deskuamasi atau fase haid, yaitu suatu fase yang

menunjukkan waktu (masa) terjadinya proses deskuamasi pada lapisan

endometrium uteri disertai pengeluaran darah dari dalam uterus dan dikeluarkan

melalui vagina.

4. Fase Regenerasi

Di namakan juga fase pasca haid, yaitu suatu fase yang menunjukkan waktu

(masa) terjadinya proses awal pemulihan dan pembentukan kembali lapisan

endometrium uteri setelah mengalami proses deskuamasi sebelumnya.

(39)

menstruasi tersebut, lapisan endometriun uteri juga melepaskan hormone

prostaglandin E2 dan F2a, yang akan mengakibatkan berkontraksinya lapisan

miometrium uteri sehingga banyak pembuluh darah yang terkandung di

dalamnya mengalami vasokontriksi, akhirnya akan membatasi terjadinya proses

perdarahan haid yang sedang berlangsung.

2.2.3 Dampak Personal Hygiene Remaja

Keluhan yang dialami oleh remaja adalah gatal-gatal pada daerah kemaluan

saat menstruasi. Gatal-gatal saat menstruasi ini disebut juga dengan pruritus vulvae.

Pruritus vulvae adalah iritasi atau rasa gatal disekitar vulva dan lubang vagina yang

bisa terjadi pada malam hari. Pruritus vulva bisa disebabkan oleh adanya keputihan

pada vagina (Misery, 2010). Banerjee dan Chazal (2006) menyatakan bahwa

penyebab umum pruritus vulvaginal adalah infeksi fungi (jamur), sedangkan Harris

(1996) menjelaskan bahwa kebanyakan wanita mengalami keputihan berulang dan

iritasi vulva bukan karena infeksi jamur atau penggunaan pembalut tersebut, namun

disebabkan oleh penggunan sabun yang berlebihan pada vagina. Namun, sebagian

besar mereka menginformasikan bahwa hal ini terjadi karena efek sabun, krim, lotion,

panty-liners, pakaian, panas, iritasi dan perawatan iritasi vagina.

Hal ini sesuai dengan teori menurut Pribakti (2008) bahwa salah satu dampak

yang bisa terjadi bila tidak menjaga kebersihan tubuh diantaranya muncul bau khas

dari daerah vagina, karena dinding vagina serta leher rahim mengeluarkan cairan.

Apabila cairan ini berwarna putih atau kekuningan adalah sehat dan normal.

(40)

Biasanya para wanita maupun remaja putri mengalami keputihan pada saat menjelang

haid dan sesudah haid.

2.3 Penyuluhan Kesehatan

Penyuluhan adalah proses perubahan perilaku dikalangan masyarakat agar

mereka tahu, mau dan mampu melakukan perubahan demi tercapainya peningkatan

produksi, pendapatan atau keuntungan dan perbaikan kesejahteraannya

(Notoatmodjo, 2007).

Menurut Vandenban dan Hawkins (1999) penyuluhan adalah keterlibatan

seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan

membantu sesamanya memberikan pendapat sehingga bisa membuat keputusan yang

benar.

Penyuluhan kesehatan sama dengan pendidikan kesehatan masyarakat (Public

Heslth Education), yaitu suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan

kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan harapan bahwa

dengan adanya pesan tersebut atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang

kesehatan yang lebih baik. Akhirnya pengetahuan tersebut diharapkan dapat

berpengaruh terhadap perilakunya. Dengan kata lain, dengan adanya pendidikan

tersebut dapat membawa akibat terhadap perubahan perilaku sasaran (Notoatmodjo,

2007).

Penyuluhan kesehatan juga suatu proses, dimana proses tersebut mempunyai

(41)

menuju tercapainya tujuan pendidikan yakni perubahan perilaku dipengaruhi oleh

banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu proses pendidikan disamping

masukannya sendiri juga metode materi atau pesannya, pendidikan atau petugas yang

melakukannya,dan alat-alat bantu atau alat peraga pendidikan. Agar dicapai suatu

hasil optimal, maka faktor-faktor tersebut harus bekerja sama secara harmonis. Hal

ini berarti, bahwa untuk masukan (sasaran pendidikan) tertentu, harus menggunakan

cara tertentu pula, materi harus juga disesuaikan dengan sasaran, demikian pula alat

bantu pendidikan disesuaikan. Untuk sasaran kelompok, metodanya harus berbeda

dengan sasaran masa dan sasaran individu (Notoatmodjo, 2010)

2.3.1 Tujuan Penyuluhan Kesehatan

Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan

seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau

mempengaruhi perilaku manusia baik secara individu, kelompok maupun masyarakat

untuk meningkatkan kesadaran akan nilai kesehatan sehingga dengan sadar mau

mengubah perilakunya menjadi perilaku hidup sehat (Muninjaya, 2004). Tujuan

penyuluhan adalah mengubah perilaku masyarakat ke arah perilaku sehat sehingga

tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal, untuk mewujudkannya,

perubahan perilaku yang diharapkan setelah menerima pendidikan tidak dapat terjadi

sekaligus. Oleh karena itu, pencapaian target penyuluhan dibagi menjadi tujuan

jangka pendek yaitu tercapainya perubahan pengetahuan, tujuan jangka menengah

(42)

yang akan mengubah perilaku ke arah perilaku sehat, dan tujuan jangka panjang

adalah dapat menjalankan perilaku sehat dalam kehidupan sehari-harinya.

2.3.2 Faktor-faktor Keberhasilan Penyuluhan Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2007) Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam

keberhasilan penyuluhan kesehatan pada sasaran adalah sebagai berikut :

1. Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandangan seseorang terhadap informasi

baru yang diterima maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat

pendidikannya, semakin mudah seseorang menerima informasi didapatnya.

2. Tingkat Sosial Ekonomi

Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah pula dalam

menerima informasi baru

3. Adat Istiadat

Pengaruh dari adat istiadat dalam menerima informasi baru merupakan hal yang

tidak dapat diabaikan, karena masyarakat kita masih sangat menghargai dan

menganggap sesuatu yang tidak boleh diabaikan.

4. Kepercayaan Masyarakat

Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh orang-orang

yang sudah mereka kenal, karena sudah timbul kepercayaan masyarakat dengan

(43)

5. Ketersediaan Waktu Masyarakat

Waktu menyampaikan informasi harus memperhatikan tingkat aktifitas

masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat dalam penyuluhan.

2.3.3 Metode Penyuluhan

Menurut Notoatmodjo (2007), metode penyuluhan merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal.

Metode yang dikemukakan antara lain :

1. Metode Penyuluhan Perorangan (Individual)

Dalam penyuluhan kesehatan metode ini digunakan untuk membina perilaku baru

atau seseorang yang telah mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku atau

inovasi. Dasar digunakan pendekatan individual ini karena setiap orang

mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan

penerimaan atau perilaku baru tersebut. Bentuk dari pendekatan ini antara lain :

a. Bimbingan dan Penyuluhan

Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap

masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikoreksi dan dibantu penyelesaiannya.

Akhirnya klien akan dengan sukarela, berdasarkan kesadaran dan penuh

pengertian akan menerima perilaku tersebut.

b. Wawancara

Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan.

Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi

(44)

menerima perubahan, untuk mempengaruhi apakah perilaku yang sudah atau

akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat,

apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.

2. Metode Penyuluhan Kelompok

Dalam memilih metode penyuluhan kelompok harus mengingat besarnya

kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran. Untuk kelompok

yang besar, metodenya akan berbeda dengan kelompok kecil. Efektifitas suatu

metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran penyuluhan. Metode ini

mencakup :

a. Kelompok besar, yaitu apabila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang. Metode

yang baik untuk kelompok ini adalah ceramah dan seminar.

b. Kelompok kecil, yaitu apabila peserta penyuluhan kurang dari 15 orang.

Metode yang cocok untuk kelompok ini adalah diskusi kelompok, curah

pendapat, bola salju, memainkan peranan, permainan simulasi.

3. Metode Penyuluhan Massa

Dalam metode ini penyampaian informasi ditujukan kepada masyarakat yang

sifatnya massa atau public. Oleh karena sasaran bersifat umum dalam arti tidak

membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status ekonomi, tingkat

pendidikan dan sebagainya, maka pesan kesehatan yang akan disampaikan harus

dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut. Pada

umumnya bentuk pendekatan masa ini tidak langsung, biasanya menggunakan

(45)

melalui media massa, simulasi, dialog antara pasien dan petugas kesehatan,

sinetron, tulisan dimajalah atau koran, bill board yang dipasang di pinggir jalan,

spanduk, poster dan sebagainya.

Menurut Mubarak (2007), macam-macam metode belajar yang dapat

digunakan dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat adalah:

1. Metode Ceramah

Metode ceramah adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan

komunikasi lisan. Metode ceramah ekonomis dan efektif untuk keperluan

penyampaian informasi dan pengertian. Metode ceramah hanya cocok:

a. Untuk menyampaikan informasi.

b. Bila bahan ceramah langka.

c. Kalau organisasi sajian harus disesuaikan dengan sifat penerima.

d. Bila perlu membangkitkan minat.

e. Kalau bahan cukup diingat sebentar.

f. Untuk memberi pengantar atau petunjuk bagi format lain.

Kelemahan metode ceramah yaitu, pembicaraan hanya satu arah,

membosankan, materi yang terlalu panjang susah dimengerti dan peserta didik yang

pasif.

2. Metode Tanya-jawab

Dalam proses belajar-mengajar, bertanya memegang peranan yang penting,

sebab pertanyaan yang tersusun baik dengan teknik pengajuan yang tepat akan:

(46)

b. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap masalah yang sedang

dibicarakan.

c. Mengembangkan pola berpikir dan belajar aktif siswa, sebab berpikir itu sendiri

adalah bertanya.

d. Menuntut proses berpikir siswa, sebab pertanyaan yang baik akan membantu siswa

agar dapat menentukan jawaban yang baik.

e. Memusatkan perhatian murid terhadap masalah yang sedang dibahas.

f. Memberi kesempatan murid untuk mengajukan pertanyaan.

g. Merangsang motivasi murid dalam proses belajar.

h. Meningkatkan proses dalam pengajaran.

i. Membangkitkan minat dan dapat menilai penguasaan murid tentang bahan

pelajaran.

j. Mendorong berpikir untuk memecahkan masalah.

Kelemahan metode ini yaitu, sering peserta menjadi tegang dan takut, tidak

mudah untuk membuat pertanyaan.

3. Metode Demostrasi

Metode demostrasi merupakan metode mengajar dengan memperagakan suatu

kejadian dengan bantuan alat dan media untuk mempermudah diterimanya informasi

dari pembicara/pengajar. Kelebihan metode ini adalah penyampaian lebih jelas , lebih

menarik dan peserta dapat lebih aktif. Sedangkan kelemahan metode ini yaitu,

memerlukan keterampilan khusus pengajar, harus tersedia fasilitas yang memadai

(47)

4. Kerja Kelompok sebagai Salah Satu Strategi Belajar Mengajar

Kerja kelompok adalah salah satu strategi belajar mengajar yang memiliki

kadar Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Tetapi pelaksanaannya menuntut kondisi

serta persiapan yang jauh berbeda dengan format belajar mengajar yang

menggunakan pendekatan ekspositori, misalnya ceramah. Bagi mereka yang belum

terbiasa dengan penggunaan metode ini, dan masih terbiasa dengan pendekatan

ekspositorik, memerlukan waktu untuk berlatih.

5. Discovery sebagai Salah Satu Strategi Belajar Mengajar

Menurut Sund dalam Mubarak(2007), discovery adalah proses mental dimana

siswa mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Yang dimaksud proses mental

tersebut antara lain, mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan,

menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya.

Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitik beratkan studi

individual, manipulasi objek-objek, dan eksperimentasi oleh siswa sebelum membuat

generalisasi sampai siswa menyadari suatu konsep atau suatu komponen dari praktek

pendidikan yang sering disebut sebagai heuristic teaching, yakni suatu tipe

pengajaran yang meliputi metode-metode yang didesain untuk memajukan rentang

yang luas dari belajar aktif, berorientasi pada proses, membimbing diri sendiri

(self-directed), inkuiri, dan modal belajar reflektif. Semua strategi yang merangsang siswa

untuk menyelidiki sendiri lebih lanjut tanpa bantuan guru digolongkan heuristic

(48)

Strategi discovery adalah suatu metode yang unik dan dapat disusun oleh guru

dalam berbagai cara yang meliputi pengajaran keterampilan inkuiri dan pemecahan

masalah (problem solving) sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan-tujuan

pendidikan.

6. Metode Simulasi sebagai Salah Satu Strategi Belajar Mengajar

Simulasi adalah tingkah laku seseorang untuk berlaku seperti orang yang

dimaksudkan, dengan tujuan agar orang itu dapat mempelajari lebih mendalam

tentang bagaimana orang itu merasa dan berbuat seperti apa adanya.

Metode simulasi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran melalui kegiatan

praktek langsung tentang pelaksanaan nilai-nilai penerapan pengetahuan dan

keterampilan yang berlangsung dalam kehidupan sehari-hari. Simulasi adalah tiruan

atau perbuatan yang hanya pura-pura saja (dari fakta simulate yang artinya pura-pura

atau berbuat seolah-olah, dan simulation artinya tiruan atau perbuatan yang pura-pura

saja. Kelemahan metode ini yaitu, membutuhkan persiapan yang matang,

membutuhkan adaptasi peran dan menyita waktu.

2.4Perilaku Remaja 2.4.1 Pengetahuan

Pengetahuan adalah kesan didalam fikiran manusia sebagai hasil penggunaan

panca indranya. Yang berbeda sekali dengan kepercayaan (beliefs), takhayul

(superstition), dan penerangan-penerangan yang keliru (misinformation) (Mubarak

(49)

Berikutnya Wahit dalam Mubarak dkk (2007) mendefinisikan pengetahuan

adalah merupakan hasil mengungat sesuatu hal, termasuk mengingat kembali

kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak disengaja dan ini

terjadi setelah seseorang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek

tertentu.

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

panca indera manusia, yakni melalui mata dan telinga. Pada dasarnya pengetahuan

terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang dapat memahami

sesuatu gejala dan memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan juga dapat

diperoleh dari pengalaman orang lain yang disampaikan kepadanya, dari buku, teman,

orang tua, guru, radio, televisi, foster majalah dan surat kabar. Pengetahuan yang ada

pada diri manusia bertujuan untuk dapat menjawab masalah-masalah kehidupan yang

dihadapinya sehari-hari dan digunakan untuk menawarkan berbagai kemudahan bagi

manusia. Dalam hal ini pengetahuan dapat diibaratkan sebagai suatu alat yang dipakai

manusia dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapinya (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Notoatmodjo (2003), domain kognitif pengetahuan mempunyai 6

(enam) tingkatan, yaitu: 1) tahu, yaitu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya. Termasuk di dalam pengetahuan ini ialah mengingat

kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari

atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu .tahu. merupakan tingkat

(50)

kemampuan orang tersebut menyebutkannya, menguraikan, dan mendefinisikan; 2)

memahami, diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menguraikan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara

benar. Orang telah paham terhadap suatu objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, terhadap objek yang dipelajari; 3)

aplikasi, yaitu diartikan sebagai kemampuan untuk mempergunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan

sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks atau

situasi lain; 4) analisis, yaitu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut,

dan masih ada kaitannya satu sama lain; 5) sintesis, yaitu menunjukkan kepada suatu

kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan

untuk menyusun formalisasi dari formulasi-formulasi yang telah ada; 6) evaluasi,

yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi

atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Menurut Wilopo dalam Indriastuti (2009), kesehatan reproduksi sebagaimana

tercantum dalam konvensi kependudukan dan pengembangan ICPD tahun 1994 di

Cairo, yakni keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh bukan hanya

tidak adanya penyakit atau kekurangan sesuatu yang berhubungan dengan sistem

(51)

reproduksi adalah banyaknya informasi yang diperoleh tentang keadaan seksualitas

sehat, baik secara fisik, psikis dan sosial yang berhubungan dengan fungsi serta

proses sistem reproduksi.

Hasil penelitian Permatasari dkk (2012) di SMA Negeri 9 Semarang

menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang

personal hygiene dengan tindakan pencegahan keputihan pada remaja putri. Hal ini

dapat diasumsikan bahwa semakin baik pengetahuan yang dimiliki oleh remaja putri

tentang personal hygiene maka tindakan pencegahan keputihan pada remaja putri

juga akan semakin baik. Sebaliknya jika remaja putri kurang memiliki pengetahuan

tentang personal hygiene maka tindakan pencegahan keputihan juga berlangsung

kurang baik. Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak

terpelihara kebersihan perseorangan dengan baik.

Pengetahuan yang kurang tentunya akan meningkatkan risiko terganggunya

keseimbangan kelembaban di daerah vagina terlebih saat mentsruasi jika perempuan

tidak memperhatikan kebersihan daerah vagina dengan baik akan muncullah beragam

keluhan yang dapat menyebabkan terjadinya iritasi vagina (Winerungan, 2013).

Pemberian pengetahuan yang baik tentang kesehatan reproduksi terhadap

remaja khususnya remaja yang baru mendapatkan haid pertama (menarche) tentunya

akan berdampak baik dalam mencegah terjadinya iritasi vagina. Banyak pengetahuan

kebersihan organ genetalia yang dapat dilakukan dalam menjaga kebersihan vagina

(52)

Menurut Notoatmodjo (2007) tindakan yang didasari pengetahuan akan lebih

langgeng dibandingkan tanpa didasari pengetahuan. Hasil yang didapat dari

penelitian ini ternyata sebagian besar responden sudah memiliki pengetahuan yang

cukup (55,9%) mengenai kebersihan alat kelamin luar dan hal itu tidak sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2011) di SLTP Jakarta Timur

tahun 2003 yang mendapatkan hasil sebagian besar siswi SLTP di sana memiliki

pengetahuan kurang sebanyak (93,4%), dan ada penelitan lain tentang menjaga

kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi yang dilakukan oleh Rejaningsing di

Madrasah Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta tahun 2004 yang mendapatkan hasil

sebagian besar remaja putri disana memiliki pengetahuan baik (53,4%) dan kurang

(46,6%). Perbedaan berbagai hasil tersebut mungkin disebabkan oleh beberapa faktor

seperti informasi yang bisa didapatkan dari orang tua,teman maupun media-media

sumber informasi yang lainnya.

Pengetahuan remaja perempuan mengenai kesehatan reproduksi cenderung

belum adekuat, ini salah satunya yang menyebabkan mereka memiliki perilaku

kesehatan reproduksi yang kurang sehat, sebab pengetahuan yang positif dan negatif

akan mempengaruhi perilaku seseorang.

2.4.2 Sikap

Menurut Notoatmodjo (2003) sikap adalah reaksi atau respon yang masih

tertutup dari seorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak

(53)

yang tertutup. Dengan kata lain sikap merupakan reaksi atau respon yang masih

tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.

Menurut Ahmadi (2004) sikap dibedakan menjadi: a) sikap positif, yaitu:

sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan menerima, menyetujui terhadap norma

-norma yang berlaku di mana individu itu beda; b) sikap negatif, yaitu: menunjukkan

penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku di mana

individu itu berbeda.

Menurut Allport dalam (Notoatmodjo, 2007) membagi sikap itu terdiri atas 3

(tiga) komponen pokok yakni :

1. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek, artinya bagaimana

keyakinan, pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana

penilaian (terkandung didalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap objek.

3. Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap adalah merupakan

komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah

merupakan ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka (tindakan).

Ketiga komponen tersebut diatas secara bersama-sama membentuk sikap yang

utuh (total attitude). Dalam menentukan sikap yang utuh itu, pengetahuan,

pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

Sikap Menurut Notoatmodjo (2007) adalah reaksi atau respon seseorang yang

masih tertutup terhadap suatu objek, belum merupakan suatu aktifitas akan tetapi

(54)

Handayani (2011) ternyata sebagian besar responden memiliki sikap yang kurang

(43.1%) mengenai kebersihan organ genitalia eksterna dan hal itu tidak sejalan

dengan penelitian yang dilakukan Rejaningsih (2004) di Madrasah Pondok Pesantren

Darunnjah Jakarta sebagian remaja putri disana memiliki sikap positif atau baik

(62,8%) dan negatif atau kurang (37,2%), penelitian lain tentang perawatan

kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi yang dilakukan Ardani (2010) di SMPN

3 Pulau Rakyat Kabupaten Asahan sebagian remaja putri disana memiliki sikap baik

(75,2%), cukup (23,3%) dan kurang (0,8%). Perbedaan berbagai hasil tersebut

mungkin disebabkan oleh beberapa faktor seperti informasi yang bisa didapatkan dari

orang tua,teman maupun media-media sumber informasi yang lainnya.

2.4.3 Tindakan atau Praktik (Practice)

Tindakan adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf

dan otot (neuromuscular) yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti

menulis, mengetik, olah raga dan sebagainya. Meskipun sifatnya motorik, namun

tindakan itu membutuhkan koordinasi gerak teliti dan kesadaran yang tinggi. Dengan

demikian objek yang melakukan gerakan motorik dengan koordinasi dan kesadaran

yang rendah dapat dianggap kurang atau tidak terampil.

Menurut Notoatmodjo (2010), praktik atau tindakan ini dapat dibedakan

menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya, yaitu :

a. Praktik Terpimpin (Guided Response)

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung

Gambar

Gambar 2.1 Landasan Teori
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
Gambar 3.1. Desain Penelitian
Tabel 3.1 Distribusi Perhitungan Besar Sampel Penelitian  di SMU Cut Nyak Dhien dan SMU Jaya Langsa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bagian-bagian yang dikaji dalam penelitian ini diantaranya adalah penggunaan bahan dan energi selama tahapan berlangsung, serta dampak lingkungan yang terjadi

Kontroler Fuzzy pada Pengaturan Perbandingan Udara Bahan Bakar pada Spark Ignition Mesin dapat diterapkan. Saat mesin bekerja tanpa beban, kontroler bisa menyesuaikan

Titik akhir titrasi adalah suatu kondisi dimana warna pada indikator berubah.20 Analisis titrimetri yang sering disebut titrasi volumetrik adalah metode penentuan kadar suatu zat

Tingkat libido dan pubertas (berdasar standart bobot badan dan lingkar skrotum) sapi PO jantan muda dengan pengelolaan kandang kelompok lebih baik dari pada kandang

Perubahan yang terjadi pada proses automation yaitu proses pengecekan jadwal bentrok secara otomatis yang diprogram pada perangkat lunak serta proses pencarian jadwal

534 (lima ratus tiga puluh empat) kapal dan SSCC sejumlah 13 kapal atau tercapai 68% dari target yang ditetapkan, yaitu 808 (delapan ratus delapan) kapal. Rendahnya capaian hasil

NM → Nista ning madia adalah zone nista kedua yang diperuntukkan untuk Bale untuk ruang keluarga dan juga diperuntukkan untuk Paon yaitu bangunan yang berfungsi

Ini menegaskan bahwa nilai-nilai ergonomi menjadi pertimbangan utama dalam menentukan proporsi bangunan rumah tinggal yang ideal, hanya saja gegulak yang lahir