• Tidak ada hasil yang ditemukan

ALASAN INTERVENSI KEMANUSIAAN UNI AFRIKA TERHADAP NEGARA ANGGOTA (STUDI KASUS: KONFLIK BURUNDI 2015-2016)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ALASAN INTERVENSI KEMANUSIAAN UNI AFRIKA TERHADAP NEGARA ANGGOTA (STUDI KASUS: KONFLIK BURUNDI 2015-2016)"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

DINAMIKA SEJARAH UNI AFRIKA DAN BURUNDI

Organisasi internasional merupakan suatu wadah berkumpulnya anggota-anggota yang memiliki tujuan berbeda namun bersatu untuk mencapai tujuan yang sama. Berbagai macam jenis organisasi internasional yang ada di dunia ini dibentuk dengan tujuan yang berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi dengan latar belakang dibentuknya organisasi internasional tersebut. Secara istilah, organisasi internasional adalah suatu struktur formal yang dibentuk oleh anggota (pemerintah atau non-pemerintah) melalui suatu perjanjian antara dua atau lebih negara yang berdaulat dengan tujuan untuk mengejar kepentingan umum bersama (Archer, 2001, hal. 14-22). Sebagai contohnya adalah ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) yang memiliki fokus di bidang kerjasama politik maupun ekonomi antar negara-negara anggota yang ada di Asia Tenggara. Ada tiga kriteria yang membedakan organisasi internasional satu sama lain yaitu keanggotaan, tujuan dan aktivitas (Archer, International Organisations 3rd Edition, 2001, hal. 3-4).

(2)

A.

Terbentuknya Uni Afrika

Sebelumnya, organisasi ini bernama Organisasi Kesatuan Afrika atau Organization of African Unity (OAU). Organisasi ini berdiri pada tanggal 25 Mei 1963 di Etiopia. Dilatar belakangi oleh kondisi keamanan negara-negara di Afrika yang pada saat itu masih banyak yang belum bisa berdiri sendiri karena negara-negara barat yang mencoba mendominasi. Mereka berlomba-lomba untuk bisa menguasai negara-negara di Afrika, terutama yang belum stabil secara ekonomi. Organisasi Kesatuan Afrika memiliki tujuan yang tertulis di dalam piagam Organization of African Unity yaitu untuk mendorong persatuan dan kesatuan negara-negara di Afrika (Organization of African Unity, 1963). Berdirinya organisasi ini dilatarbelakangi oleh ideologi pan-african, ideologi yang terkenal di abad ke-18. Ideologi ini bertujuan untuk mendorong dan memperkuat ikatan penduduk Afrika.

(3)

menghadapi perubahan dunia. Empat konferensi diadakan untuk menentukan arah Organisasi Kesatuan Afrika yang selanjutnya. Konferensi ini diadakan mulai tahun 1999 hingga 2002. Di pertemuan ini ditentukan constitutive act, penggambaran program-program kerja, dan diresmikannya Uni Afrika pada tahun 2002 sekaligus diadakannya pertemuan sidang pertama Uni Afrika di Addis Ababa (African Union, 2016).

Dengan perubahan nama menjadi Uni Afrika, constitutive act dari organisasi ini juga berkembang menjadi lebih baru meskipun masih mengadaptasi poin-poin serupa seperti pada saat masih menjadi Organisasi Kesatuan Afrika. Salah satu poin tentang prinsip non-interference yang dipegang teguh oleh Organisasi Kesatuan Afrika mengalami modifikasi menjadi “mendukung dan melindungi hak-hak

manusia dan rakyat Afrika yang sesuai dengan piagam Afrika tentang hak manusia

dan instrumen-instrumen hak asasi manusia lainnya(Manby, 2004, hal. 985). Badan-badan Uni Afrika juga mengalami perubahan nama meskipun fungsinya akan tetap sama. Beberapa istilah seperti General Secretariat digantikan dengan Commission seperti yang tertulis di constitutive act. Selain itu di Commission ini akan dipimpin oleh Chairman, yang dulu bernama Secretary-General pada saat masih berada di Organisasi Kesatuan Afrika (Parker, 2002, hal. 370-371).

B.

Kontribusi Uni Afrika Terhadap Afrika

(4)

Rencana ini merupakan wujud dari impian Uni Afrika akan Afrika yang maju dan siap untuk bekerja sama dalam skala global. Usaha yang telah dicapai untuk mewujudkan agenda ini beberapa diantaranya adalah dengan memperluas lapangan pekerjaan, meningkatkan produksi pertanian, investasi di bidang sains, teknologi dan penelitian. Selain itu Uni Afrika juga berupaya untuk mendorong kesadaran masyarakat Afrika akan isu hak asasi manusia, pemberdayaan pemuda dan bantuan terhadap sektor kebutuhan umum seperti kesehatan, pendidikan, kebutuhan air dan kebersihan (Agenda 2063: Africa We Want, 2014, hal. 2-5).

(5)

kesehatan yang terjangkau dan memadai bagi masyarakat, serta menguatkan kerjasama antar negara untuk mengatasi masalah-masalah yang berhubungan dengan industri kesehatan.

Kontribusi Uni Afrika yang tertuang jelas di AHS membuahkan hasil yang cukup signifikan. Negara-negara yang terletak di sahara selatan Afrika, sekarang memiliki akses dalam perawatan HIV yang lebih kondusif. Kasus kematian akibat HIV juga menurun sebanyak 30% di tahun 2015. Kasus yang banyak terjadi di Afrika yaitu kematian anak-anak umur 2-10 tahun menurun sebanyak 26%. Kematian anak-anak ini biasanya disebabkan oleh malaria . sejak tahun 2000 hingga 2015, peran Uni Afrika sanggup menekan angka kematian akibat malaria sebanyak 42% (dalam kasus 1000 orang). Kontribusi ini cukup membawa dampak positif bagi sektor kesehatan di Afrika (African Health Strategy 2016-2030, 2016, hal. 12-18).

Tak hanya di bidang kesehatan, kehadiran Uni Afrika juga dilatarbelakangi oleh berbagai sengketa yang tak kunjung usai. Beragam konflik yang terjadi, memiliki akar yang cukup dalam sehingga membutuhkan penyelesaian yang berbeda. Dalam menanganinya, Uni Afrika membentuk sebuah organ khusus yang bernama Dewan Perdamaian dan Keamanan (Peace and Security Council). Segala hal yang berkaitan dengan penanganan dan pencegahan konflik adalah fokus dari dewan ini. Dewan ini memiliki wewenang atau kuasa sendiri untuk menentukan sikap dan tindakan yang dianggap dalam menanggapi konflik di Afrika (Oguonu, 2014, hal. 326-327).

(6)

Sudan Liberation Movement melawan pemerintah Sudan. Konflik ini menelan korban sebanyak 300.000 jiwa (World Without Genocide, 2012). Uni Afrika, melalui organ Dewan Perdamaian dan Keamanan, kemudian mengirimkan pasukan perdamaian yang dinamakan The African Union Mission in Sudan (AMIS). Pasukan perdamaian yang berjumlah 150 personel ini diterjunkan di tahun 2004 untuk mengawasi dan melakukan operasi perdamaian yang sesuai dengan standar operasional Dewan Perdamaian dan Keamanan. Operasi perdamaian yang dimaksud antara lain memprioritaskan perlindungan warga sipil, memastikan keselamatan bantuan kemanusiaan dan mengawasi perjanjian gencatan senjata yang telah dibuat di Darfur (Luqman, 2012, hal. 63-64). Kontribusi lainnya juga ditunjukkan Uni Afrika dalam penanganan konflik perang sipil di Somalia pada tahun 2007. Untuk membantu jalannya pengiriman bantuan kemanusiaan dan melancarkan rencana keamanan nasional yang dicanangkan oleh pemerintah Somalia, Dewan Perdamaian dan Keamanan membentuk The African Union Mission in Somalia (AMISOM) (United Nations Security Council, 2007).

C.

DINAMIKA KONFLIK BURUNDI

(7)

1. Kolonisasi Jerman dan Belgia

Burundi, salah satu negara di Afrika dan juga salah satu negara anggota dari Uni Afrika. Negara yang terdiri dari 18 provinsi ini berbatasan langsung dengan Rwanda, Tanzania, dan Republik Demokratik Kongo. Jumlah populasi penduduk Burundi berjumlah sekitar 6 juta jiwa. Para penduduk di negara ini berkomunikasi dengan bahasa Kirundi dan sebagian kecil berkomunikasi dengan bahasa Prancis. Etnis yang terkenal menempati negara ini antara lain etnis Hutu, Tutsi, dan Twa. Pasca perang dunia kedua, Belgia mendapat mandat untuk memerintah di Burundi dan Rwanda yang pada saat itu bernama Rwanda-Urundi. Namun setelah Belgia mendapat kemerdekaannya, Rwanda-Urundi saling memisahkan diri untuk menjadi dua negara terpisah yaitu Burundi dan Rwanda di tahun 1962 (Law, 2015).

(8)

penggembala ternak. Sejarah dari klasifikasi Hutu dan Tutsi masih menjadi perdebatan hingga sekarang dikarenakan keduanya terkadang dibedakan sebagai status sosial, bukan ras keluarga. Seorang Tutsi yang miskin akan tergolong sebagai Hutu dan sebaliknya, Hutu yang memiliki kekayaan diatas Hutu lainnya akan tergolong sebagai Tutsi. Di kerajaan ini, masyarakat memiliki pola kerja yang sama, berbahasa sama dan memiliki keyakinan agama yang sama (Berchmans, 2005, hal. 15-16).

Di abad ke 20 setelah 200 tahun kerajaan ini berdiri, Jerman kemudian datang untuk menduduki wilayah ini (Fortune of Africa, 2016). Tepatnya pada tahun 1856, Jerman menduduki sebagian dari wilayah Afrika, tak hanya di Burundi saja. Rwanda dan Tanzania juga ikut dijajah oleh Jerman yang kemudian dinamakan sebagai German East Africa. Pada saat perang dunia pertama, wilayah Rwanda dan Burundi kemudian beralih ke Belgia di tahun 1916. Dua negara yang sebelumnya merupakan wilayah jajahan Jerman ini kemudian digabung oleh Belgia menjadi Rwanda-Urundi. Belgia kemudian mendapatkan mandat dari Liga Bangsa-Bangsa untuk membuat Rwanda-Urundi menjadi wilayah kekuasaannya. Istilah ini kemudian berubah menjadi wilayah kepercayaan (trust territory) setelah perang dunia kedua dan liga bangsa-bangsa berubah menjadi Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations).

(9)

dinamakan Union for National Progress (UPRONA). Partai yang dipimpin oleh pangeran dari etnis Tutsi, Louis Rwagasore bersaing dengan partai yang dibentuk oleh Belgia yang bernama Christian Democratic Party (PDC) dan dipimpin oleh August de Schryver, seorang menteri dari Belgia (Central Intelligence Agency US, 2015). Pemilu yang diadakan pada 1961 ini dimenangkan oleh UPRONA dengan perolehan suara sebanyak 80% unggul dari partai PDC. Setelah pemilu dimenangkan oleh UPRONA, Burundi memisahkan diri dari Rwanda dan merdeka pada tanggal 1 Juli 1962 (Bamber Gascoigne, 2001).

(10)

menimbulkan adanya kecemburuan sosial dari etnis Hutu yang merupakan mayoritas di Burundi.

2. Genosida Burundi 1972 dan 1993

Pasca kemerdekaan yang diraih Burundi pada 1962, negara ini mengalami dua sejarah kelam terkait genosida dan perang sipil. Genosida pertama terjadi di tahun 1972 dan genosida kedua terjadi pada tahun 1993. Rasa ketidakpercayaan elit-elit politik dari Hutu ke Tutsi dan sebaliknya melatarbelakangi peristiwa yang menelan korban hingga 250.000 jiwa ini. Kebutaan akan buruknya sistem pemerintahan yang dibangun oleh elit Tutsi dan pemberontakan yang dipicu oleh oknum-oknum Hutu yang kemudian juga membuat ribuan nyawa penduduk yang tidak terkait dalam permasalahan juga ikut melayang.

(11)

Mwambutsa IV kepada Léopold Biha, sekretaris pribadi Mwami yang juga berasal dari etnis Tutsi (Eggers, 2006, hal. 27). Diangkatnya Biha sebagai perdana menteri memicu aksi pemberontakan yang dipimpin oleh anggota militer dari etnis Hutu, Gervais Nyangoma dan pasukannya. Aksi kudeta yang membuat Mwami Mwambutsa IV pergi meninggalkan Burundi ke Eropa ini kemudian digagalkan oleh pasukan militer burundi dan para pimpinan pemberontakan dari Hutu dieksekusi mati (Eggers, 2006, hal. 28).

Tahta pemimpin negara yang saat itu ditinggalkan oleh Mwambutsa kemudian secara sepihak diwariskan terhadap anaknya yakni Charles Ndizeye atau Ntare V pada tanggal 8 Juli 1966. Kepemimpinan Ntare V kemudian dikenal sebagai masa kepemimpinan yang paling singkat dalam sejarah Burundi dikarenakan Ntare V terbunuh oleh pasukan pemberontak Hutu di tahun yang sama setelah berkunjung ke Uganda. Sesaat setelah kepergian Ntare V, tahta kepemimpinan jatuh kepada Michael Micombero yang juga berasal dari etnis Tutsi pada Desember 1966 (Lemarchand, 2008, hal. 3). Micombero terkenal sebagai diktator di Burundi yang menekankan martial law, yaitu sebuah aturan yang dilakukan setelah otoritas militer mengambil alih kekuasaan dari pemerintahan secara resmi. Rezim Micombero juga dikenal sebagai rezim dimana Tutsi berkuasa penuh dan cukup dominan baik di kursi pemerintahan maupun militer Burundi. Orang-orang yang berasal dari etnis Hutu pun tidak diberikan kesempatan yang sama dalam berkontribusi di dalam pemerintahan dan militer Burundi.

(12)

Republik Martyazo (Eggers, 2006, hal. 29). Meletuslah berbagai tindakan pembunuhan besar-besaran yang dilakukan oleh pemberontak Hutu ini terhadap masyarakat etnis Tutsi. Tidak hanya Tutsi, masyarakat yang berasal dari etnis Hutu yang menolak untuk bergabung dengan kelompok pemberontakan tersebut juga mengalami nasib yang serupa. Sebanyak lebih dari 800 jiwa terbunuh pada peristiwa itu (Lemarchand, 2008, hal. 4). Respon Micombero selanjutnya yang kemudian menorehkan sejarah kelam bagi Burundi. 30 April, semua pasukan militer bersenjata dikerahkan oleh Micombero untuk membinasakan semua Hutu yang terlibat dengan aksi pemberontakan yang dilakukan sebelumnya. Genosida ini dilakukan secara sistematis, membunuh semua kalangan Hutu baik dari kaum pelajar, elit politik, maupun tentara-tentara. Sebanyak lebih dari 100.000 jiwa mengungsi ke negara tetangga seperti Tanzania dan Zaire. Peristiwa Genosida pertama di Burundi antara etnis Tutsi dan Hutu ini menelan korban hingga mencapai 210.000 jiwa (White, 2011).

(13)

satu partai yang dinamakan Front pour la Démocratie au Burundi atau FRODEBU. Ndadaye merupakan kepala negara pertama yang berasal dari etnis Hutu dan ia segera menyusun rancangan kerja untuk rakyat Hutu yang selama ini belum pernah mendapatkan peluang yang sama dengan Tutsi di dalam pemerintahan (Eggers, 2006, hal. 34). Terpilihnya Ndadaye membuat Burundi terbagi menjadi beberapa kelompok-kelompok kecil. Kelompok ini terdiri dari Hutu yang senang karena mendapatkan peluang yang sama besar dan Tutsi yang tidak terima dengan diangkatnya Ndadaye sebagai Presiden Burundi. Ketegangan ini kian hari kian meningkat dengan munculnya berbagai laporan aksi perkelahian kelompok-kelompok kecil Hutu dan Tutsi, terutama di Bujumbura, ibukota dari Burundi.

(14)
(15)

memenangkan pemilihan parlemen pada akhir November 2005. Beberapa bulan kemudian, Pierre Nkurunziza yang berasal dari partai Hutu FDD terpilih sebagai Presiden Burundi oleh parlemen yang sebagian besar berasal dari etnis Hutu (The World Factbook : Burundi, 2015). Diangkatnya Nkurunziza sebagai presiden mengakhiri konflik perang etnis antar Hutu-Tutsi yang telah berlangsung selama 12 tahun. Burundi mulai tumbuh memperbaiki beberapa ketidakstabilan yang telah terjadi di negara tersebut semenjak peristiwa terbunuhnya Presiden Melchior Ndadaye.

D.

Respon Organisasi Internasional Terhadap Konflik Burundi

1972 dan 1993

1.Perserikatan Bangsa-Bangsa

(16)

sekretaris jenderal PBB pada saat itu, Kofi Annan, mengirimkan utusan ke Burundi untuk mengevaluasi kembali mekanisme perjanjian Arusha dan memberikan beberapa saran untuk menangani konflik yang terjadi (Schweiger, hal. 655-656).

Selain itu, PBB juga mengimplementasikan apa yang tertuang dalam piagam PBB VII mengenai tindakan yang berkaitan dengan ancaman terhadap kedamaian, dibentuklah United Nations Operation in Burundi (ONUB) pada 1 Juni 2004. Misi PBB ini pada dasarnya untuk memastikan dan mengawasi implementasi perjanjian Arusha (United Nations, 2006). Selain itu, ONUB juga diizinkan untuk bertindak secara penuh dalam melindungi penduduk Burundi dari segala keterlibatan konflik yang terjadi. Di dalam operasi ini, PBB mengerahkan sebanyak 5.500 personel bersenjata termasuk diantaranya adalah 1.000 penduduk lokal yang bersedia membantu. Secara detail, tugas dari ONUB berada langsung dibawah mandat sekretaris jenderal PBB yang mengadopsi resolusi tahun 1545 (Jackson, 2006, hal. 13-14).

2.Uni Afrika

(17)

mengenai penanganan yang tepat dan cepat dalam menekan konflik yang terjadi serta melakukan pengamanan yang responsif terhadap warga Burundi yang tidak terlibat. Berikut adalah kutipan pernyataan Sekretaris Jenderal OAU pada kunjungannya ke Burundi:

The OAU being essentially an organization based on solidarity, my

presence here signifies the total solidarity of the Secretariat with the

President of Burundi, with the government and the fraternal people of

Burundi” (The Burundi Genocide, 2009).

Tertuang di dalam pembukaan piagam OAU yang menggarisbawahi tanggung jawab masing-masing negara anggota untuk membangun, memelihara dan mempertahankan perdamaian dan keamanan di Afrika, namun OAU juga sangat menjaga prinsip non-intervensi sebelum berganti nama menjadi Uni Afrika. prinsip inilah yang kemudian menghalangi OAU untuk bisa bertindak secara langsung dalam menangani konflik Burundi 1972 (African Union and Conflict Resolution in Africa , 2014, hal. 326).

(18)

berawal ketika Uni Afrika secara resmi membentuk sebuah organ yang memiliki fokus terhadap keamanan Afrika yang dinamakan Dewan Perdamaian dan Keamanan (PSC).

Pada konflik perang etnis yang meletus antara Hutu dan Tutsi, PSC mengirimkan pasukan perdamaian yang dinamakan Peace Operation in Burundi (AMIB) pada bulan April 2003 (Oguonu & Dr Christian Chukwuebuka Ezeibe, 2014). Misi dari penerjunan AMIB ke Burundi adalah untuk melindungi penduduk yang tidak terlibat ke dalam perang, melucuti senjata dan berintegrasi dengan para tentara Burundi untuk mempertahankan wilayah. AMIB juga bertugas untuk melindungi para elit politik yang berusaha kembali masuk ke wilayah Burundi dan bergabung dengan pasukan perdamaian yang dikirim oleh PBB. Peran Uni Afrika yang berupa pasukan AMIB ini kemudian sangat berpengaruh dalam penanganan konflik 2003 dan juga berpengaruh besar dalam berbagai perjanjian gencatan senjata di tahun yang sama. Sebagian besar wilayah Bujumbura kembali pulih setelah misi AMIB selesai di tahun 2004, membuktikan peran Uni Afrika yang cukup berpengaruh dalam konflik besar ini (African Union and Conflict Resolution in Africa , 2014, hal. 329).

E.

Konflik Burundi 2015-2016

(19)

mengembangkan potensi ekonomi, kesehatan, pendidikan dan lain-lain. Para pasukan pemberontak yang sempat berseteru menerapkan apa yang sudah mereka sepakati dalam perjanjian Arusha yakni bergabung dengan pasukan keamanan dan militer, melindungi penduduk Burundi tanpa terkecuali. Untuk pertama kalinya, segala hal-hal yang bersinggungan antara Tutsi dan Hutu mereda (Berwouts, 2015).

Referensi

Dokumen terkait

Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap

KAJIAN STRUKTUR, NILAI MORAL, DAN REPRESENTASI BUDAYA JAMBI PADA KUMPULAN CERPEN NEGERI CINTA BATANGHARI SERTA PEMANFAATAN CERPEN SEBAGAI MODUL SISWA SMP..

Penelitian ini dilakukan untuk mengamati tingkat kelahiran kembar pada 20 ekor kambing data Peranakan Etawah (PE) yang telah disinkronisasi birahi dengan menggunakan spon

• Excel spreadsheet dynamic model example of a simple loan calculation of monthly payments and effects of prepayment (Figure 5.4).3. Decision Analysis of

Lack of adolescent awareness about the dangers of promiscuity, the orientation of seeking pleasure and curiosity triggers the behavior of teen promiscuity by

Results: ​ The types of bullying most experienced by adolescents was verbal bullying by 47.3%, physical bullying by 29.8%, social bullying by 20.2% and cyber bullying

[r]

gaskan kembali apa yang menjadi kehendak dan keinginan dewa laut sehingga apa yang akan dilakukan oleh manusia mendapatkan persetujuan dan restu dari sang dewa dan dengan itu