• Tidak ada hasil yang ditemukan

29. Survei Magnetotellurik Daerah Panas Bumi Gunung Lawu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "29. Survei Magnetotellurik Daerah Panas Bumi Gunung Lawu"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

SURVEI MAGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI GUNUNG LAWU JAWA TENGAH-JAWA TIMUR

Oleh:

Asep Sugianto1) dan Arif Munandar2) 1)

Kelompok Program Penelitian Bawah Permukaan 2)

Kelompok Program Penelitian Panas Bumi

SARI

Daerah panas bumi Gunung Lawu secara administratif berada di Kabupaten Karang Anyar, Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur. Gejala kenampakan panas bumi di daerah ini dicirikan dengan munculnya fumarol dan mata air panas dengan temperatur antara 32,4oC sampai 94oC. Pada tahun 2010, di daerah ini telah dilakukan pengukuran magnetotellurik (MT) pada 35 titik ukur yang tersebar secara acak dengan interval antara 700 meter hingga 2000 meter. Dari hasil pemodelan MT, tahanan jenis rendah yang diinterpretasikan sebagai batuan penudung tersebar dari permukaan tanah hingga kedalaman 1500 meter dengan ketebalan sekitar 1000 1500 meter. Puncak reservoir diperkirakan berada pada kedalaman sekitar 1500 meter di bawah permukaan tanah. Daerah prospek panas bumi berada di sebelah baratdaya puncak Gunung Lawu dengan pola yang cenderung masih membuka ke arah utara dengan luas sekitar 17 km2.

Kata Kunci: magnetotellurik, Gunung Lawu, Jawa Tengah, dan Jawa Timur

PENDAHULUAN

Secara administratif, daerah panas bumi Gunung Lawu termasuk ke dalam dua kabupaten dan dua provinsi yang berbeda, yakni Kabupaten Karang Anyar, Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur (Gambar 1). Daerah ini merupakan salah satu daerah panas bumi yang berada di sebelah selatan Pulau Jawa. Gejala panas bumi dicirikan dengan munculnya fumarol di dekat puncak Gunung Lawu dan beberapa mata air panas di kaki Gunung Lawu.

Beberapa penyelidikan yang berhubungan dengan panas bumi telah dilakukan di daerah ini, diantaranya adalah penyelidikan panas bumi terpadu geologi dan geokimia dan penyelidikan geofisika terpadu yang dilakukan oleh Pusat Sumber Daya Geologi pada tahun 2009.

Metode magnetotellurik merupakan salah satu metode geofisika yang banyak diaplikasikan dalam eksplorasi panas bumi karena metode ini memiliki penetrasi yang cukup dalam. Hasil dari metode ini berupa nilai

tahanan jenis yang dalam eksplorasi panas bumi dinilai cukup baik untuk mendelineasi daerah prospek. Seperti halnya dalam pengukuran tahanan jenis DC, daerah prospek dari data MT juga ditunjukkan oleh sebaran tahanan jenis rendah yang biasanya berasosiasi dengan batuan ubahan akibat adanya interaksi antara fluida panas dengan batuan di sekitarnya. Nilai tahanan jenis rendah ini biasanya menjadi indikator yang baik dalam melakukan delineasi daerah prospek panas bumi, seperti

GEOLOGI DAN MANIFESTASI PANAS BUMI

(2)

(QJl-1), Lava Gunung Jobolarangan-2 (QJl-2), Aliran Piroklastik Gunung Jobolarangan (QJap), Lava Gunung Jobolarangan-3 (QJl-3), Lahar Gunung Jobolarangan (QJlh), Lava Gunung Lawu-1 (QLl-1), Lava Ceto (QCl), Lava

Struktur-struktur geologi yang berkembang di daerah ini berupa rim kawah, sesar normal, dan sesar mendatar, diantaranya sebagai berikut.

1) Rim kawah di daerah puncak Gunung Jobolarangan merupakan bidang kolaps atau amblas yang diakibatkan oleh terjadinya kekosongan di dalam perut bumi setelah terjadinya erupsi Gunung Jobolarangan.

2) Sesar-sesar normal yang berarah barat-timur dan berarah utara-selatan merupakan sesar yang mengontrol kemunculan manifetasi panas bumi di permukaan. Di beberapa tempat sesar-sesar normal ini membentuk zona depresi, seperti depresi Tawangmangu dan depresi Karangpandan.

3) Sesar-sesar mendatar yang berarah baratdaya-timurlaut memotong beberapa struktur yang sudah ada

sebelumnya, sehingga

mengakibatkan pergeseran pada batuan dan struktur tersebut.

Manifestasi panas bumi permukaan ditemukan di daerah ini berupa fumarol, mata air panas, dan batuan ubahan. Fumarol muncul di lereng selatan Gunung Lawu dengan temperatur sekitar 93 oC disertai dengan adanya sublimasi belerang, alterasi yang kuat, dan munculnya mata air panas kawah Candradimuka dengan temperatur 94 oC, pH asam, dan debit sekitar 10 liter/detik. Mata air panas lain umumnya muncul di kaki Gunung Lawu sebelah barat daya, barat, dan barat laut dengan temperatur antara 32,4 oC

sampai dengan 40 oC, pH netral, dan debit antara 0,2 liter/detik hingga 4 liter/detik (Tim Survei Terpadu, 2009, tidak publikasi).

PENGUKURAN MT

Pengukuran MT telah dilakukan di daerah ini pada tahun 2010. Titik ukur MT tersebar secara acak dengan interval antara 700 meter hingga 2000 meter dan didesain sedemikian rupa agar dapat melingkupi seluruh daerah prospek panas bumi (Gambar 3). Pengukuran MT dilakukan dari sore hingga pagi hari dengan selang waktu pengukuran antara 12 jam hingga 15 jam.

PETA TAHANAN JENIS

Hasil pengukuran MT disajikan dalam bentuk peta tahanan jenis. Peta ini dibuat berdasarkan hasil pemodelan MT 2D yang disayat per kedalaman. adanya sebaran tahanan jenis rendah yang membuka ke arah puncak Gunung Lawu. Nilai tahanan jenis rendah ini terlihat pada kedalaman 500 m dan 1000 m. Nilai ini diinterpretasikan sebagai respon dari batuan ubahan yang berfungsi sebagai batuan penudung pada sistem panas bumi di daerah ini. Pada kedalaman 1500 m dan 2000 m sebaran tahanan jenis rendah ini tidak terlihat lagi dan yang terlihat hanya nilai tahanan jenis sedang yang diinterpretasikan sebagai zona dari reservoir panas bumi.

MODEL TAHANAN JENIS 2D

(3)

fumarol Candradimuka, dan fumarol Tamansari Bawah.

Pada hasil pemodelan tersebut (Gambar 6) terlihat adanya sebaran tahanan jenis rendah (< 20 Ohm-m) di sekitar lokasi kemunculan fumarol. Tahanan jenis rendah ini diperkirakan berasosiasi dengan batuan ubahan berupa lempung yang berfungsi sebagai batuan penudung pada system panas bumi di daerah ini. Tahanan jenis rendah ini cenderung menipis ke arah baratlaut dan menebal kea rah tenggara. Nilai tahanan jenis rendah yang cenderung menipis ke arah baratlaut ini diinterpretasikan sebagai respon dari bagian batuan ubahan yang diakibatkan oleh adanya interaksi fluida panas dengan batuan disekitarnya yang semakin melemah, sedangkan tahanan jenis rendah yang tebal di sebelah tenggara diinterpretasikan sebagai respon dari aquifer air tanah yang berfungsi sebagai sumber air Telaga Sarangan. Di sebelah baratlaut bagian bawah juga terlihat adanya sebaran tahanan jenis tinggi yang diinterpretasikan sebagai respon dari batuan intrusi yang tidak muncul ke permukaan.

Pada penampang ini juga diinterpretasikan terdapat enam buah struktur yang berupa sesar normal. Struktur yang terdapat di sekitar MTGL-03 dan MTGL-27 diinterpretasikan sebagai dua buah struktur yang membatasi sistem panas bumi di daerah ini, sedangkan dua struktur yang berada diantaranya diperkirakan merupakan struktur-struktur yang mengontrol sistem panas bumi di daerah Gunung Lawu ini.

DISKUSI

Berdasarkan data MT ini, sistem panas bumi yang berkembang di daerah ini diperkirakan menyerupai sistem panas bumi di lingkungan vulkanik pada umumnya, dimana batuan penudungnya berupa batuan alterasi yang biasanya memberikan respon nilai tahanan jenis rendah, sedangkan reservoir panas buminya berada di bawah batuan penudung dan memberikan respon nilai tahanan jenis relatif lebih tinggi dari batuan penudung (Johnston, J.M., et.al.,

1992). Dari survei MT, sebaran tahanan jenis rendah yang diinterpretasikan sebagai batuan penudung tersebar di sekitar fumarol dan menerus ke arah barat puncak Gunung Lawu dengan pola sebaran yang cenderung membuka ke arah puncak. Sebaran tahanan jenis rendah ini tersebar dari permukaan tanah hingga kedalaman 1500 meter dengan ketebalan sekitar 1000 – 1500 meter (Gambar 5).

Reservoir panas bumi diperkirakan berada di bawah batuan penudung dan dicirikan dengan respon tahanan jenis yang lebih tinggi dari batuan penudung. Puncak reservoir ini diperkirakan berada di bawah fumarol Candradimuka dimana puncaknya berada pada ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut. Puncak reservoir ini semakin mendalam ke arah barat mengikuti lereng topografi Gunung Lawu (Gambar 6).

Berdasarkan hasil survei MT ini, daerah prospek panas bumi Gunung Lawu terletak di sebelah baratdaya puncak Gunung Lawu dimana daerah prospek ini dibatasi oleh struktur geologi di sebelah utara dan kontras tahanan diperkirakan berasosiasi dengan batuan ubahan yang berfungsi sebagai batuan penudung pada sistem panas bumi di daerah ini tersebar cukup luas di sebelah baratdaya puncak Gunung Lawu dengan pola yang cenderung membuka ke arah puncak. Batuan ini terlihat dari mulai dekat permukaan tanah hingga kedalaman sekitar 1500 meter di bawah permukaan tanah dengan ketebalan antara 1000 – 1500 meter.

Reservoir panas bumi diperkirakan berada di bawah batuan penudung yang puncaknya berada di bawah fumarol Candradimuka dengan kedalaman sekitar 1500 meter di bawah permukaan tanah atau berada pada ketinggian sekitar 1000 meter di atas permukaan laut.

(4)

sebelah baratdaya puncak Gunung Lawu dengan luas sekitar 17 km2.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada Kelompok Program Penelitian Bawah Permukaan yang telah memberikan ijin dalam penggunakan data untuk penulisan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Tim Survei Terpadu 2009 yang telah banyak berdiskusi dengan penuis.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson E., Crosby D., and Ussher G (2000). Bull-Eye Simple Resistivity Imaging to Reliably Locate the Geothermal Reservoir. Proceeding World Geothermal Congress 2000.

Johnston, J.M., Pellerin, L., dan Hohmann, G.W. 1992. Evaluation of Electromagnetic Methods for Geothermal Reservoir Detection. Geothermal Resources Council Transactions, Vol. 16. pp 241 – 245.

Rodi, W., Mackie, R.L., 2001, Nonlinear Conjugate Gradients Algoritm for 2-D Magnetotellurics Inversion, Geophysics, 66, 174-187.

Sugianto, A., Kholid, M., dan Suhanto, E., 2009, Survei Magnetotellurik Daerah Panas Bumi Danau Ranau, Lampung – Sumatera Selatan, Kumpulan Makalah Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi 2009.

Suhanto, E. dan Kasbani. 2007.

Deliniation of Prospest Area and Reservoir Structures of Jaboi Geothermal Area as Mapped from Resistivity. Proceedings Joint Convention Bali 2007.

Tim Survei Terpadu, 2009, Survei Panas Bumi Terpadu Geologi dan Geokimia Daerah Panas Bumi Gunung Lawu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah – Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Ushijima, K., et.al. 2000. 2D Inversion of

VES and MT Data in a Geothermal Area. Proceedings World Geothermal Congress 2000. pp 1909 – 1914

Ushijima, K., Mustopa, E.J., Jotaki, H., and Mizunaga, H., 2005, Magnetotelluric Soundings in the Takigami Geothermal Area, Japan, Proceedings World Geothermal Congress 2005, Antalya, Turkey.

(5)

Gambar 2 Peta geologi daerah panas bumi Gunung Lawu (Tim Survei Terpadu, 2009)

(6)
(7)
(8)

Gambar 6. Pemodelan tahanan jenis 2D

Gambar

Gambar 1. Peta indeks lokasi survei
Gambar 2 Peta geologi daerah panas bumi Gunung Lawu (Tim Survei Terpadu,
Gambar 4. Peta tahanan jenis daerah panas bumi Gunung Lawu
Gambar 5. Sebaran tahanan jenis per kedalaman ( layered)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian identifikasi sistem panas bumi menggunakan metode Magnetotellurik di daerah penelitian telah terpenuhi unsur suatu sistem panas bumi yang

Manifestasi panas bumi yang muncul berupa fumarol, mata air panas, dan batuan ubahan di daerah Candradimuka (lereng selatan Gunung Lawu) dengan temperatur antara 93 - 94 0 C,

Tahanan jenis rendah yang berada di sebelah baratlaut Gunung Telomoyo diperkirakan berasosiasi dengan batuan ubahan dan berfungsi sebagai batuan penudung (cap

Sistem panas bumi daerah Kepahiang erat kaitannya dengan sistem vulkanik Gunung Kaba, dimana sumber panasnya berasal dari kegiatan vulkanisme Gunung Kaba

Tahanan jenis rendah yang diakibatkan oleh adanya interaksi antara fluida panas dengan batuan disekitarnya tersebar di sekitar mata.. air panas Sempiang dan melebar ke arah mata

Sistem panas bumi Non-vulkanik adalah sistem panas bumi yang tidak berkaitan secara langsung dengan vulkanisme dan umumnya berada di luar jalur vulkanik Kuarter. Fluida panas

hidrotermal yang terbentuk pada litologi breksi dan lava andesit di sumur CBD-1 ini diperkirakan sebagai bagian dari batuan penudung (caprock) sistem panas bumi Cubadak

Sedangkan di bagian selatan didominasi batuan produk Bilungala dan batuan vulkanik Pinogoe berumur Tersier Atas-Kuarter Bawah (Andesit, piroklastik). 3) Terdapat dua sistem