• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi persuasif program pembinaan Muallaf lembaga dakwah Muhtadin Masjid al-Falah Surabaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Komunikasi persuasif program pembinaan Muallaf lembaga dakwah Muhtadin Masjid al-Falah Surabaya."

Copied!
155
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNIKASI PERSUASIF PROGRAM PEMBINAAN MUALLAF LEMBAGA DAKWAH MUHTADIN MASJID AL-FALAH

SURABAYA

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam

Oleh Sri Wahyuni NIM. F12715277

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Di Indonesia tidak diketahui dengan pasti jumlah semua Muallaf. Namun pemeluk agama lain yang pindah ke agama Islam merupakan fenomena sosial yang nyata dan trennya terus meningkat. Diperkirakan setiap tahun Muallaf bertambah 10 sampai 15%. Salah satu bagian dari Masyarakat yang memerlukan bimbingan dan pembinaan adalah Muallaf. Tujuan pembinaan terhadap Muallaf suatu hal yang tidak kalah penting karena sebagai orang yang menjalani keyakinan baru haruslah memahami prinsip-prinsip ajarannnya, sebagi pedoman hidup.

Studi ini bertujuan menjelaskan proses komunikasi persuasif yang di lakukan oleh Pembina Muallaf kepada anggota Muallaf dalam Program pembinaam Muallaf lembaga dakwah Muhtadin Masjid Al-Falah Surabaya.

Pendekatan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan wawancara mendalam, dokumentasi serta pengamatan. Metodenya bersifat deskriptif analisis yaitu memberikan gambaran terhadap subjek dan objek penelitian. Metode ini memungkinkan peneliti untuk menggambarkan secara sistematis dan akurat mengenai pola komunikasi persuasif program pembinaan Muallaf Organisasi Muhtadin Masjid Al-Falah Surabaya.

Dari penelitian yang di lakukan diperoleh kesimpulan bahwa komunikasi yang di lakukan Persuader atau Instruktur pada saat melakukan pembinaan kepada

persuadee atau anggota Muallaf Lembaga Dakwah Muhtadin Masjid Al-Falah

Surabaya sudah menjalankan prinsip-prinisp komunikasi persuasif, antara lain : Pertama, Kredibilitas baik keahlian dan moralitas Pembina Muallaf sudah sesuai dengan kebutuhan dan keinginan Anggota Muallaf. Kedua, Pesan materi yang di sampaikan Pembina Muallaf pada saat program pembinaan baik secara content dan penyusunan pesan sudah menjawab kebutuhan akan pengetahuan anggota Muallaf. Ketiga, Saluran atau media yang di gunakan oleh Pembina Muallaf dalam program pembinaan Muallaf sudah memudahkan bagi anggota Muallaf untuk mencerap materi yang di sampaikan Pembina Muallaf. Ke empat, Proses komunikasi penyampaian materiatau pesan yang di sampaikan Pembina Muallaf pada saat program pembinaan sudah memenuhi prinsip-prinsip persuasif baik hukum pemaparan selektif, Partisipasi khalayak dan teori inokulasi dan juga butuh sebuah repitisi dan simulasi.

(7)

ABSTRACT

In Indonesia it is not known exactly the number of all Muallaf. Yet non moslem converts to moslem are a real social phenomenon and the trend is on the rise. It is estimated that each year Muallaf increases 10 to 15%. One part of the Society that requires guidance and coaching is Muallaf. The purpose of coaching Muallaf is of no less importance because as a person who is living a new faith must understand the principles of his teaching, as a guide for life.

This study is aimed at explaining the persuasive communication process that Muallaf coach to Muallaf members in the Muallaf program of Muhtadin dakwah institute of Al-Falah Mosque Surabaya.

The approach used in this research is qualitative descriptive with interview, documentation and observation. The method is descriptive analysis that provides an overview of the subject and object of research. This method allows researchers to systematically and accurately describe the persuasive communication pattern of Muhtadin Organization Masjid Al-Falah Surabaya's guidance program.

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ... v

MOTTO ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

UCAPAN TERIMAH KASIH ... x

DAFTAR ISI ... xiii

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 8

D. Tujuan Penelitian... 9

E. Signifikansi Penelitian... 9

1. Signifikansi Akademik ... 9

2. Signifikansi praktis ... 10

F. Konseptualisasi... 10

G. Penelitian terdahulu ... 11

H. Sistematika Pembahasan ... 19

BAB II ... 21

(9)

A. Komunikasi Persuasif ... 21

1. Pengertian ... 21

2. Tujuan Komunikasi Persuasif... 24

B. Unsur-Unsur Komunikasi persuasif ... 26

1. Pengirim pesan atau Persuader ... 26

2. Penerima pesan atau Persuadee ... 33

3. Pesan ... 36

4. Saluran ... 42

5. Umpan balik ... 43

6. Efek Komunikasi Persuasif ... 43

C. Prinsip-prinsip komunikasi Persuasif ... 44

1. Prinsip Pemaparan Selektif (Selective Exposure Principle) ... 44

2. Prinsip Partisipasi Khalayak. ... 45

3. Prinsip Inokulasi ... 46

4. Prinsip Besaran Perubahan ... 48

D. Proses Komunikasi Persuasif ... 48

E. Hambatan Komunikasi Persuasif ... 49

F. Konsep Komunikasi Persuasif dalam Al-Quran dan Hadis. ... 50

G. Relevansi teori komunikasi persuasif pada penelitian ... 54

H. Kontekstualisasi teori komunikasi persuasif ... 56

BAB III ... 57

METODE PENELITIAN... 57

A. Jenis Penelitian ... 57

B. Pendekatan Penelitian ... 58

(10)

1. Sumber Data Penelitian ... 58

2. Profil Informan Pembina Muallaf Lembaga Dakwah Muhtadin .. 60

D. Metode Pengumpulan Data ... 62

E. Metode Trianggulasi Data ... 63

F. Teknik Analisa Data ... 64

BAB IV ... 67

GAMBARAN LOKASI PENELITIAN ... 67

A. Profil Lembaga Dakwah Muhtadin Masjid Al-Falah Surabaya ... 67

B. Visi Misi dan Tujuan Lembaga Dakwah Muhtadin ... 70

C. Pembentukan Lembaga Lembaga Dakwah Muhtadin ... 71

D. Pemberian Nama Lembaga Dakwah Muhtadin ... 71

E. Program-program Lembaga Dakwah Muhtadin ... 74

BAB V ... 78

HASIL PENEMUAN DATA ... 78

A. Latar Belakang dan Program Lembaga Dakwah Muhtadin ... 78

B. Tujuan Program Pembinaan Muallaf ... 82

C. Persuader atau Pembina Muallaf ... 84

1. Kriteria menjadi Persuaderr/ Pembina Muallaf ... 84

2. Motivasi para Pembina Muallaf ... 88

D. Persuadee atau Anggota Muallaf ... 90

1. Jumlah... 90

2. Motivasi Anggota Muallaf masuk ke Islam ... 90

3. Factor pendidikan dan kelas ekonomi anggota Muallaf ... 91

4. Kondisi pikiran dan perasaan anggota Muallaf ... 92

(11)

1. Materi Ibadah... 93

2. Materi Akidah ... 96

F. Media ... 97

G. Umpan Balik ... 98

H. Efek Komunikasi ... 99

I. Proses Komunikasi Persuasif Program Pembinaan Muallaf ... 100

1. Proses Penyampaian Materi Akidah ... 100

2. Proses Penyampaian Materi ibadah ... 105

BAB VI ... 108

ANALISA DATA ... 108

BAB VII ... 140

PENUTUP... 140

A. Kesimpulan... 140

B. Rekomendasi ... 141

(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu kebutuhan manusia adalah kebutuhan terhadap agama. Menurut

Rahkmat Agama dalam kehidupan individu dapat berfungsi sebagai suatu sistem

nilai yang berisi norma-norma tertentu, Secara umum, norma-norma tersebut

digunakan sebagai kerangka acuan dalam bertingkah laku dalam kehidupan agar

sesuai dengan keyakinan agama yang dianut. Pada dasarnya, setiap manusia

memiliki bentuk sistem nilai yang bermakna bagi dirinya masing-masing. Sistem

nilai ini terbentuk seiring dengan proses perkembangan manusia, dan merupakan

hasil pembelajaran dan sosialisasi. Informasi-informasi yang didapatkan oleh

setiap individu dari proses-proses tersebut akan meresap dalam dirinya dan

menjadi sistem yang menyatu dalam pembentukan identitas individu. Agama

membentuk sistem nilai dalam diri individu, segala bentuk simbol keagamaan dan

upacara ritual sangat berperan dalam pembentukan sistem nilai pada diri individu.

Setelah terbentuk, individu akan mampu menggunakan sistem nilai tersebut dalam

memahami, mengevaluasi serta menafsirkan situasi dan pengalaman.2

Fungsi agama di wahyukan oleh Tuhan kepada Manusia sebagai pedoman

hidup untuk mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan baik di Dunia dan

Akherat. Di Dalam proses menjalankan agama yang sudah ia yakini Mereka

mengalami merasa tidak puas, tidak tenang terhadap agama yang di anutnya

2

(13)

2

sehingga timbul konflik, pertentangan batin serta kegelisahan serta kekecewaaan.

Setelah kekecewaaan memuncak terjadi perubahan sikap yang sering di sebut

Konversi yang membawa perubahan keyakinan pada diri seseorang. Menurut

Zakiah Dradjat konversi berasal dari bahasa inggris conversion yang artinya

berlawanan arah. Secara Istilah konversi agama adalah terjadinya perubahan

keyakinan yang berlawanan arah dengan keyakinan semula.3 Konversi agama

sebenarnya adalah sebuah pengambilan keputusan yang besar bagi seseorang,

karena dengan begitu ia telah siap untuk meninggalkan atribut agama yang ia

percayai sebelumnya. Manusia pada dasarnya dilahirkan untuk mencari suatau

kebenaran dan jawaban yang ideal bagi dirinya sendiri.4

Muallaf berasal dari bahasa Arab yang berarti tunduk, menyerah, dan

pasrah. Sedangkan, dalam pengertian Islam, mualaf digunakan untuk menunjuk

seseorang yang baru masuk agama Islam.5 Di Indonesia tidak diketahui dengan

pasti jumlah semua muallaf. Namun pemeluk agama lain yang pindah ke agama

Islam merupakan fenomena sosial yang nyata dan trennya terus meningkat.

Diperkirakan setiap tahun Muallaf bertambah 10 sampai 15%. 6 Salah satu fakta

respon Muallaf pada saat melakukan konversi agama ke islam yaitu keputusan

partisipan untuk memeluk Islam, memunculkan beragam reaksi dari lingkungan

sosialnya. Respon yang paling umum ditunjukkan oleh keluarga dan komunitas

ialah berupa penolakan social. Keputusan yang di ambil oleh para Muallaf adalah

3

Zakiah Dradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta : PT Bulan Bintang ,1996),137.

4

Khaerul Umam Mohammad PP, Muhammad Syafiq, ‘’Pengalaman Konversi Agama pada

Muallaf Tionghoa’’,Character, Vol. 02, No. 3 ( 2014 ).

5Muallaf Center Indonesia ,’’Pengertian Muallaf ‘’ dalam

http://mualaf.com/tujuan/pengertian-mualaf/ (16 Januari 2017).

6Audi Yudhasmara,’’Data Penduduk terkini Pemeluk Agama Islam di Dunia ‘’ dalam

(14)

3

keputusan yang sulit dalam kehidupan mereka karena menyangkut nasib mereka

di dunia dan juga di akherat. Mereka memilih karena ketekunan dan pengorbanan

serta berbagai tekanan mereka rasakan baik dari kalangan saudara, orang tua,

teman serta lingkungan yang menentang keputusan Muallaf untuk berpindah

agama.

Orang yang mengalami konversi agama bagaikan orang yang masuk

rumah baru. Ia perlu diperkenalkan dengan situasi dan kondisi rumah barunya itu

supaya, selain dapat menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi baru, juga

dimaksudkan dapat mengatasi segala keadaan sesuai dengan tuntutan keadaan

baru itu. Tidak sedikit orang yang mengalami konversi agama masih tetap berada

pada sikap dan perilaku sesuai dengan konsep agama lama yang dipeluknya, dan

belum bisa merubahnya sesuai dengan konsep agama barunya. Kadang-kadang ia

harus mempersepsikan agama barunya sesuai dengan agama lamanya. Hal ini

terjadi bagi orang yang beranggapan bahwa semua agama pada tataran esensinya

adalah hal yang sama dengan hanya pada tataran formalnya yang berbeda. Oleh

karena itu pada tataran konsep-konsep dasar mereka masih tetap berada pada

agama lamanya dan pada tataran formal dan ritualnya tertentu yang mengalami

konversi. Sehingga sinkritisme agama tidak bisa di hindari dengan beranggapan

bahwa semua agama adalah sama, dan mereka beranggapan pula bahwa boleh

memadukan ajaran-ajaran beberapa agama yang berbeda-beda.7

Salah satu bagian dari Masyarakat yang memerlukan bimbingan dan

pembinaan adalah Muallaf. Tujuan Bimbingan tersebut adalah untuk

7Ramlah Hakim,’’ Pola Pembinaan Muallaf di Kabupaten Sidrap Provinsi Sulawesi

(15)

4

meningkatkan kesadaran beragama, menanamkan keyakinan beragama,

menghayati ajaran-ajaran agama, melaksanakan ajaran agama tersebut dalam

kehidupan sehari-hari dan meningkatkan partisipasi dalam kegiatan

kemasyarakatan serta pembangunan pada umumnya.8

Muhtadin Masjid Al-Falah Surabaya adalah suatu lembaga yang di bentuk

didirikan berada dalam naungan dan pengawasan Yayasan Masjid Al-Falah

Surabaya yang di beri tugas amanah dengan bidang garapannya antara lain.

Pertama, Memberikan pelayanan ikrar masuk islam. Kedua, Memberikan

Pelayanan Bimbingan Aqidah –Ibadah dan Baca Al-quran. Ketiga, Pelayanan

Konsultasi Khusus Muallaf dan lain-lain.9

Dibentuknya Organisasi Muhtadin Masjid Al-Falah Surabaya berawal dari

seputar proses pelayanan pengikraran calon Muallaf yang sudah beralngsung

cukup lama ,namun tanpa adanya tindak lanjut pembinaan serta perhatian moral.

Padahal mereka para calon Muallaf ,ikrar masuk Islam dengan berbagai macam

latar belakang antara lain. Pertama, Ada yang masuk islam dengan niat dan tujuan

semata-mata karena hidayah Allah. Kedua, ada ikrar masuk Islam dengan niat dan

tujuan yang tidak baik. Ketiga, Ada yang masuk Islam dengan niat dan tujuan

semata-mata karena hidayah Allah SWT. Namun mereka di hadapkan pada

persoalan yang amat berat (keluarga tidak menyetujui dan bahkan mengusirnya

8

Departemen Agama RI Ditjen Bimas Islam dan urusan Haji Proyek Peningkatan Tenaga

Keagamaan ‘’Pedoman Pembinaan Muallaf ‘’ dalam

http://simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/Pedoman%20Pembinaan%20Muallaf.pdf (16 januari 2017 ).

9

(16)

5

keluar dari rumah, Pimpinan kerja mengetahuinya lalu memutus hubungan kerja

dari tempat ia berkerja) dan lain-lain. Banyak persoalan yang di hadapinya.10

Atas persoalan Muallaf di atas maka, pertama adalah perlunya Pembinaan

Muallaf pasca pengikraran dengan materi Aqidah, Ibadah, dan Bimbingan baca

Al-quran, dengan harapan agar para Muallaf lebih memiliki kemampuan terhadap

islam sebagai agama keyakinan, dan ajaran islam sebagai amalan dalam

kehidupan. Kedua, mengingat sebagaian besar calon Muallaf ikrar masuk islam

karena factor perkawinan dan sebagai besar pula para calon istri Muallaf atau

calon suami Muallaf dari keluarga muslim yang rapuh aqidahnya dan lemah

ibadahnya. Hal demikian iniliah yang menjadi landasan perlunya pembinaan

pasca ikrar masuk islam dan merupakan bagian integral dakwah Islam amar

ma’ruf nahi munkar Yayasan Masjid Al-falah Surabaya dengan Visi Organisasi

Muhtadin adalah Menjadikan Lembaga Pelayanan Pembinaan dan Pemberdayaan

Muhtadin menuju Islam Kaffah. Tercermin oleh salah satu anggota Muallaf yang

bernama I Gede Anak Agung Terry seorang Muallaf atau yang telah memiliki

aqidah yang kuat dan perjalanan ibadahn yang taat dan memiliki kemampuan baca

Al-Quran yang baik, hingga menjadi seorang Mubaliqh dan pendiri Muallaf

foundation di Denpasar bali.11

Sisi lain menurut keterangan Ustadz Achmad Zawawi Hamid jika tiap

tahunnya lembaga mualaf Muhtadin membina 200 Muallaf pertahun, hal ini sudah

membuktikan kontribusi besar dari Lembaga Muhtadin di Masjid Al Falah dalam

10

Ibid,197.

11

(17)

6

memberikan pelayanan prima dalam hal pembinaan Muallaf secara optimal.12

Menurut keterangan Ustadz Achmad Zawawi Hamid selaku Pimpinan pengelola

Lembaga Muhtadin menerangkan jika keberadaan lulusan Muhtadin bisa

mencapai 180-200 orang pertiap tahunnya sejak didirikan pada 2 Maret 1997

Muharram.13

Untuk mengetahui kebutuhan Muallaf dalam pembinaan agar lebih

Optimal, di perlukan komunikasi persuasif, sehingga komunikasi yang di gunakan

Pembina terhadap Muallaf sangat berpengaruh pada perubahan pandangan dan

adanya penambahan pengetahuan tentang keislaman. Komunikasi yang

berlangsung

antara Pembina kepada Muallaf dalam pelaksanaan pembinaan tentang

pengetahuan islam sangat perlu dengan berkomunikasi maka pesan yang di

sampaikan Pembina kepada Muallaf dapat terealisasikan dengan baik.

Untuk mengetahui kebutuhan Muallaf dalam pembinaan agar lebih

optimal, di perlukan komunikasi persuasif sehingga dapat menjadi daya tertarik

sendiri bagi Muallaf dalam menjalankan system pembinaan yang dilakukan oleh

Lembaga dakwah tersebut. Hal ini sesuai apa yang di utarakan oleh Deddy

Mulyana bahwa Komunikasilah yang memungkinkan individu membangun suatu

kerangka rujukan dan menggunakan sebagai panduan untuk menafsirkan situasi

apa pun yang di hadapi .Komunikasi pula yang memungkinkan mempelajari dan

menerapkan strategi-strategi adaptif untuk mengatasi situasi-situasi problematika

12

Ahmad Zawawi Hamid ,Wawancara, Surabaya, 18 Januari 2017.

13

(18)

7

yang ia masuki.14 Sehingga dari paparan di atas Peneliti sangat tertarik untuk

meneliti Komunikasi persuasife Pembinaan Muallaf Lembaga Dakwah Muhtadin

Masjid Al-Falah Surabaya.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Dari uraian latar belakang tersebut, maka dapat di identifikasi

beberapa permasalahan berikut :

1. Pengaruh komunikator Ustad atau Ustadzah dalam komunikasi

pembinaan Muallaf Organisasi Muhatdin Masjid Al-Falah Surabaya.

2. Strategi komunikasi pembinaan Muallaf Organisasi Muhtadin Masjid

Al-Falah Surabaya.

3. Teknik komunikasi persuasif untuk pembentukan sikap Muallaf pada

Program Pembinaan Muallaf Organisasi Muhtadin Masjid Al-Falah

Surabaya.

4. Komunikasi persuasif program pembinaan Muallaf Lembaga Dakwah

Muhtadin Masjid Al-Falah Surabaya .

Penelitian ini lebih menitikberatkan pada menjelaskan komunikasi

persuasif Pembina Muallaf kepada Anggota Muallaf pada program pembinaan

Muallaf Lembaga Dakwah Muhtadin Masjid Al-Falah Surabaya.

Penelitian ini juga merumuskan formula komunikasi persuasif yang tepat

program pembinaan Muallaf Lembaga dakwah Muhtadin Masjid Al-Falah

Surabaya.

14

(19)

8

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah di paparkan di atas pada latar belakang

masalah, maka peneliti merumukan pemasalahan utama sebagai berikut :

‘’Bagaimana komunikasi persuasif program pembinaan Muallaf Lembaga

Dakwah Muhtadin Masjid Al-Falah Surabaya’’.

Adapun Sub rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana proses penerapan prinsip pemaparan selektif pada

komunikasi program pembinaan Muallaf Lembaga Dakwh Muhtadin

Masjid Al-Falah Surabaya.

2. Bagaimana proses penerapan prinisip partisipasi khalayak pada

komunikasi program pembinaan Muallaf Lembaga Dakwah Muhtadin

Masjid Al-Falah Surabaya.

3. Bagaimana proses penerapan prinisip inokulasi pada komunikasi

program pembinaan Muallaf Lembaga Dakwah Muhtadin Masjid

Al-Falah Surabaya.

D. Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan utama penelitian ini adalah :

Mendeskripsikan proses komunikasi persuasif Pembina Muallaf

dengan Anggota Muallaf pada program pembinaan Muallaf Lembaga Dakwah

Muhtadin Masjid Al-Falah Surabaya.

(20)

9

1. Mendeskripsikan proses penerapan prinsip pemaparan selektif pada

komunikasi program pembinaan Muallaf Lembaga Dakwah Muhtadin

Masjid Al-Falah Surabaya.

2. Mendeskripsikan proses penerapan prinisip partisipasi khalayak pada

komunikasi program pembinaan Muallaf Lembaga Dakwah Muhtadin

Masjid Al-Falah Surabaya.

3. Mendeskripsikan proses penerapan prinisip inokulasi pada komunikasi

program pembinaan Muallaf Lembaga Dakwah Muhtadin Masjid Al-Falah

Surabaya.

E. Signifikansi Penelitian

1. Signifikansi Akademik

a. Signifikansi Akademik

Penelitian tentang komunikasi persuasif pembina

kepada anggota Muallaf ini diharapkan mampu menambah

khazanah ilmu pengetahuan dan referensi di kajian komunikasi

persuasif.

b. Penelitian tentang komunikasi persuasif Pembina dengan

anggota Muallaf dalam melaksankan program pembinaan

Muallaf diharapkan mampu memberikan sumbangan

pemikiran dalam pengembangan dalam ilmu Dakwah dan

(21)

10

2. Signifikansi praktis

a. Penelitian diharapkan dapat dipergunakan sebagai masukan

dan pemahaman bagi Pembina Muallaf kepada Anggota

Muallaf dalam melaksanakan program pembinaan Muallaf

studi komunikasi persuasif.

b. Penelitian ini di harapkan dipergunkan sebagai masukan bagi

Lembaga dakwah dalam melaksanakan program pembinaan

Muallaf studi komunikasi persuasif.

F. Konseptualisasi

1. Komunikasi Persuasif

Istilah Persuasi bersumber dari bahasa latin yang artinya

persuasion, yang berarti membujuk, mengajak atau merayu.15 Menurut

Burgon dan Huffner Komunikasi persuasif adalah yang pertama Proses

komunikasi yang bertujuan mempengaruhi pemikiran dan pendapat orang

lain agar menyesuaikan pendapat dan keinginan komunikator, yang kedua

Proses Komunikasi yang mengajak dan membujuk orang lain dengan

tujuan mengubah sikap,keyakinan dan pendapat sesuai keinginan

komunikator tanpa adanya unsur paksaan.16

Tujuan dari Komunikasi persuasife adalah perubahan sikap. Sikap

pada dasarnya adalah tendensi kita terhadap sesuatu. Sikap adalah rasa

suka atau tidak suka kita atas sesuatu. Sikap sering di anggap memiliki tiga

komponen yang pertama adalah komponen afektif yaitu kesukaan atau

15

Herdiyan Maulana, Gumgum gumelar,Psikologi Komunikasi dan Persuasi (Jakarta : Akademia Permata 2013), 7.

16

(22)

11

perasaan terhadap sebuah objek. Yang kedua adalah komponen kognitif

yaitu keyakinan terhadap sebuah objek dan yang ketiga adalah komponen

perilaku adalah tindakan terhadap objek. intinya sikap adalah rangkuman

evaluasi terhadap objek sikap kita. Evaluasi rangkuman rasa suka atau

tidak suka terhadap objek sikap adalah inti dari sikap.

Maksud Komunikasi persuasif Pembina Muallaf kepada anggota

Muallaf, Proses komunikasi Pembina Muallaf dalam mempengaruhi

pemikiran dan pendapat anggota muallaf agar sesuai dengan maksud atau

tujuan dari Pembina Muallaf.

G. Penelitian terdahulu

Penelitian Ramlah Hakim dengan Judul Pola Pembinaan Muallaf

di Kabupaten Sidrap Provinsi Sulawesi selatan, hasil penemuan penelitian

tersebut adalah Aktivitas pembinaan yang diprakarsai sejumlah elite

keagamaan melalui berbagai yayasan/ormas keagamaan dan majelis taklim

menyebabkan keberadaan muallaf diakui sebagai satu komunitas muslim

yang secara sistematis mendapatkan perhatian umat Islam di Kabupaten

Sidrap. Beberapa organisasi yang tadinya didirikan untuk merespon

kepentingan muallaf seperti Nahdatul Ulama (NU), Muhammadiyah,

pemerintah daerah bersama Kementerian Agama namun sifatnya temporer

hilang karena politik, sehingga mengakibatkan kecenderungan ideologis

yang dianut para Muallaf masih konsisten dengan doktrin Islam yang

(23)

12

Kementrian Agama dalam membentuk suatu pola pembinan muallaf yang

terstruktur dan terkoordinir sehingga pembinaan yang ada tidak hanya

dilaksanakan secara personil, termasuk pemberdayaan (bantuan

pemerintah) terhadap ormas keagamaan lainnya yang berperan dalam

pembinaan muallaf. Pembinaan muallaf belum terkomodasi baik sehingga

menjadi problem, terkait dengan kurang pedulinya pemerintah dan instansi

terkait dengan alasan belum ada dana dari pusat. Keterlibatan dan

dukungan Kementrian Agama dalam hal tersebut dapat dikatan tetap ada,

namun sangat minim karena belum adanya dana luncuran dari pusat baik

dalam bentuk spiritual maupun material. Pihak Kementrian Agama tetap

berupaya menjalankan tugas sesuai kemampuan dan kondisi dengan

mengingat kiprah Kementrian Agama siap melayani kebutuhan

masyarakat terutama personil-personil penyuluh.17

Penelitian oleh Maike Desyafitri dengan judul Komunikasi

persuasive komunitas hijabers pekanbaru dalam merekrut wanita

berjilbab di kota pekanbaru dengan hasil penelitiannya ialah Pertama, di

dalam merekrut wanita berjilbab di Kota Pekanbaru, Komunitas Hijabers

pekanbaru melakukan proses komunikasi persuasif dengan mengirim

pesan dengan wanita berjilbab melalui media sosial untuk memberi

penjelasan serta informasi kepada wanita berjilbab yang belum bergabung

dikomunitas dengan mengajak atau menghimbau untuk bergabung dalam

kegiatan yang akan dilaksanakan oleh komunitas. Kedua, teknik-teknik

17 Ramlah Hakim,’’ Pola Pembinaan Muallaf di Kabupaten Sidrap Provinsi Sulawesi

(24)

13

komunikasi persuasif yang digunakan Komunitas Hijabers Pekanbaru

dalam merekrut wanita berjilbab di Kota Pekanbaru yaitu menggunakan

teknik penampilan dengan membuat kesan yang menarik, teknik

melakukan perbandingan dengan melakukan perbandingan wanita

berjilbab yang sudah bergabung dengan yang berlum bergabung, teknik

bertanya dan mendengarkan komite mendengankan pertanyan-pertayaan

yang diberikan oleh wanita berjilbab, selanjutnya dengan teknik gaya

komunikasi dengan menggunakan bahasa yang tidak menggurui dan

membangun kredibilitas dengan membangun kepercayaan wanita berjilbab

terhadapat Komunitas Hijabers Pekanbaru, Ketiga, Penggunaan media

yang tepat tentunya memberikan pengaruh kepada tujuan dari komunikasi

persuasif. Komunitas Hijabers Pekanbaru mengunakan media dalam

merekrut wanita berjilbab di Kota Pekanbaru seperti media sosial dan

media massa. Pemilihan media sosial dapat mempermudah komunitas

dalam menginformasikan kegiatan yang dilaksanakan Komunitas Hijabers

pekanbaru. Selain menggunakan media sosial, Komunitas Hijabers

Pekanbaru juga melakukan perekrutan wanita berjilbab melalui media

massa agar wanita berjilbab dapat memahami informasi yang disampaikan

oleh Komunitas Hijabers Pekanbaru melalui berita yang ada diharian lokal

tentang kegiatan komunitas.18

Penelitian oleh Nurjanah dengan judul Peran Komunikasi

Persuasif dalam penyelesaian konflik antara Nelayan dengan hasil

18 Maike Desyafitri,’’ Komunikasi persuasive komunitas hijabers pekanbaru

dalam merekrut

(25)

14

penelitian adalah Konflik tidak terjadi secara mendadak tanpa sebab dan

proses, akan tetapi melalui tahapan-tahapan tertentu, proses terjadinya

konflik bisa melalui peristiwa sehari-hari, adanya tantangan, maupun

timbulnya pertentangan. Peristiwa sehari-hari ditandai adanya individu

merasa tidak puas dan jengkel terhadap lingkungan dimana tempat ia

bekerja. Perasaan tidak puas kadang-kadang muncul saat individu

merasakan adanya gangguan, terjadi masalah, individu saling

mempertahankan pendapat dan saling menyalahkan pihak lain. Faktor

penyebab terjadinya terjadinya konflik antar masyarakat nelayan

tradisional dengan masyarakat nelayan modern di Kecamatan Bantan

Kabupaten Bengkalis dipicu oleh faktor budaya, sosial, ekonomi, dan

hukum.

Komunikasi persuasif yang dilakukan dalam penyelesaian konflik

antar nelayan tradisional atau rawai dengan nelayan modern atau jaring

batu dilakukan melalui mekanisme Alternative Despute Resolution (ADR)

adalah strategi negosiasi, strategi mediasi, fasilitasi dan diplomasi, dan

konfrontatif. Melalui komunikasi persuasif tenyata lebih efektif, baik dari

pihak yang berkonflik maupun pihak pemerintah dan stakeholder.

Walaupun secara keseluruhan penyelesaian konflik yang dilakukan oleh

pesengketa, LSM maupun pemerintah dan pihak lainnya belum memiliki

kerangka yang sistematis dan menyentuh sensitivitas akar permasalahan.

(26)

15

antara pesengketa yang secara substansial belum menyentuh akar

permasalahan.19

Metode penelitian Kesimpulan Keterkaitan

penelitian

(27)
(28)
(29)

Secara umum, Penelitian ini disusun dalam kerangka sebagai berikut :

Bab 1, pendahuluan menjelaskan tentang latar belakang masalah

penelitian meliputi alasan peneliti memfokuskan kajian pada komunikasi

persuasif program pembinaan Muallaf, alasan pemilihan Lembaga

Dakwah Muhtadin Masjid Al-Falah Surabaya sebagai obyek penelitian

serta data-data lain penjelasan kemenarikan penelitian ini. Selain itu di bab

1 juga menjelaskan tentang rumusan masalah yang menjadi focus

penelitian, tujuan, manfaat, konseptualisasi penelitian serta penelitian

(30)

19

Bab 2, kerangka teoritis ini menjelaskan tentang teori-teori yang di

gunakan dalam penelitian ini meliputi: unsur-unsur komunikasi, proses

komunikasi persuasif.

Bab 3, metode Penelitian ini menjelaskan tentang pendekatan dan

jenis metode penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini, sumber data

,teknik pengumpulan data dan analisa data berdasarkan proses penelitian

yang di laksanakan oleh peneliti.

Bab 4, profil Lembaga Dakwah Muhtadin Masjid Al-Falah

Surabaya menjelaskan gambaran sekilas tentang obyek penelitian yang

diteliti meliputi sejarah lahirnya, visi, misi ,struktur organisasi,

program-program pembinaan Muallaf Lembaga dakwah Muhtadin Masjid Al-Falah

Surabaya.

Bab 5, penyajian data memaparkan data yang di butuhkan untuk

menjawab rumusan masalah penelitian meliputi yaitu unsur-unsur

komunikasi yang pertama mulai dari siapa komunikator atau Pembina

Muallaf, yang kedua komunikan atau Anggota Muallaf mulai dari jumlah,

kondisi psikologis komunikan terkait pengetahuan, kebutuhan,

pengalaman, nilai-nilai dan seterusnya, yang ketiga pesan terkait isi materi,

bahasa verbal dan non verbal, yang ke empat metode adalah cara yang di

gunakan oleh Pembina muallaf dalam mentransferkan materi, yang kelima

media, adalah alat bantu yang di gunakan Pembina Muallaf dalam

menyampaikan materi, yang kelima efek komunikasi yang di rasakan oleh

(31)

20

Selain itu pada bab ini juga memaparkan Proses komunikasi

persuasive yang di lakukan Pembina Muallaf kepada anggota Muallaf untuk

mencapai tujuan pembentukan sikap yaitu islam kaffah.

Bab 6, pembahasan di bagian ini peneliti melakukan interpretasi

terhadap data yang sudah di kumpulkan berdasarkan teori Prinsip-prinsip

komunikasi persuasif.

Bab 7, penutup ini berisikan kesimpulan yang menjawab rumusan

masalah yang di teliti dan memberikan rekomendasi baik secara praktis

(32)

21

BAB II

KERANGKA TEORETIK

A. Komunikasi Persuasif

1. Pengertian

Menurut Carl I.Hovlan komunikasi adalah transmisi informasi,

gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya dengan menggunakan

simbol-simbol (kata-kata, gambar, figur, dan sebagainya).20 Sedangkan menurut

Miller komunikasi adalah situasi-situasi memungkinkan suatu sumber

mentransmisikan suatu pesan kepada seseorang penerima dengan disadari

untuk mempengaruhi perilaku penerima.21

Komunikasi persuasi menurut Larson yaitu adanya kesempatan yang

sama untuk saling mempengaruhi, memberi tahu audiens tentang tujuan

persuasi, dan mempertimbangkan kehadiran audiens. Istilah Persuasi

bersumber dari bahasa latin ,persuasion, yang berarti membujuk, mengajak

atau merayu. Persuasi bisa di lakukan secara rasional dan secara emosional,

biasanya menyentuh aspek afeksi yaitu hal yang berkaitan dengan kehidupan

emosional,biasanya menyentuh aspek afeksi yaitu hal yang berkaitan dengan

20

Onong Uchjana Effendy , Dinamika Komunikasi ( Bandung: PT. Citra Aditya Bakti 2002)

21

(33)

22

kehidupan emosional seseorang. Melalui cara emosional ,aspek simpati dan

empati seseorang dapat di gugah.22

Untuk mengawali tentang definisi komunikasi persuasi ,maka perlu

di ketaui bahwa ada 3 jenis pola komunikasi Menurut Burgon dan Huffner

yaitu Pertama, komunikasi asertif yaitu kemampuan komunikasi yang

mampu menyampaikan pendapat secara lugas kepada orang lain

(komunikan) namun tidak melukai atau menyinggung secara verbal maupun

non verbal (tidak ada agresi verbal dan non verbal). Kedua, komunikasi pasif

yaitu pola komunikasi yang tidak mempunyai umpan balik yang maksimal

sehingga proses komunikasi sering kali tidak efektif. Ketiga, Komunikasi

agresi yaitu pola komunikasi yang menguatarakan pendapat/informasi atau

pesan secara lugas namun terdapat agresi verbal dan non verbal.23

Secara spesifik pada komunikasi persuasi, maka Burgon dan huffner

meringkas beberapa pendapat dari beberapa ahli mengenai definisi

komunikasi persuasi sebagai berikut, Pertama, Proses komunikasi yang

bertujuan mempengaruhi pemikiran dan pendapat orang lain agar

menyesuaikan pendapat dan keinginan komunikator. Kedua, Proses

Komunikasi yang mengajak dan membujuk orang lain dengan tujuan

22

Herdiyan Maulana, Gumgum Gumelar, Psikologi Komunikasi dan Persuasi ( Jakarta : Akademia Permata 2013),7

23

(34)

23

mengubah sikap,keyakinan dan pendapat sesuai keinginan komunikator

tanpa adanya unsur paksaan.24

Menurut olson dan Zanna Persuasi di definisikan sebagai perubahan

sikap akibat paparan informasi dari orang lain.25 Kemudian ada yang

mendefinisikan Persuasi adalah kegiatan psikologis dalam usaha

mempengaruhi sikap,sifat,pendapat dan perilaku seseorang atau orang

banyak, mempengaruhi sikap,sifat, pendapat dan perilaku dapat di lakukan

dengan beberapa cara mulai terror,boikot,pemerasan,penyuapan dan

sebagainya dapat juga memaksa orang lain bersikap atau berprilaku seperti

yang di harapkan. Namun persuasi tidak melakukan cara demikian untuk

mencapai tujuan yang di harapkannya, melainkan menggunakan cara

komunikasi (pernyataan antar manusia) yang berdasar pada argumentasi dan

alasan-alasan Psikologis.26

Lebih lanjut Schacter menjelaskan ada dua jenis persuasive yaitu

persuasi sistematis (systematic persuasion) yang mengacu pada proses

memberikan pengaruh melalui perubahan sikap atau keyakinan dengan basis

pemikiran logika dan pemberian alasan (loqic and reason), Sementara jenis

kedua yaitu persuasi heuristic (heuristic persuasion) adalah proses persuasi

24

Ibid, 8

25

Werner J severin, James W tankard,Jr, Teori Komunikasi Sejarah Metode dan Terapan di Dalam Media Massa,( Jakarta : Kencana Prenada Media Group,Cetakan ke-4 Februari 2009),177.

26

(35)

24

yang di lakukan melalui perubahan berdasarkan penerapan kebiasaan dan

emosional.27

Dari beberapa definisi komunikasi yang di kemukakan oleh para

ahli,tampak bahwa persuasi merupakan proses komunikasi yang bertujuan

untuk mempengaruhi sikap, pendapat dan perilaku seseorang baik secara

verbal maupun non verbal.

2. Tujuan Komunikasi Persuasif

Tujuan komunikasi pesuasif adalah perubahan sikap. Sikap pada

dasarnya adalah tendensi kita terhadap sesuatu. Sikap adalah rasa suka atau

tidak suka kita atas sesuatu. Menurut Murphy dan newcomb sikap pada

dasarnya adalah suatu cara pandang terhadap sesuatu. Sedangkan menurut

Allport sikap adalah kesiapan mental dan system saraf yang di organisasikan

melalui pengalaman, menimbulkan pengaruh langsung atau dinamis pada

respon-respon seseorang terhadap semua objek dan situasi terkait. Sedangkan

menurut kresch,Crutchfield dan ballachey sikap adalah sebuah system

evaluasi positif atau negative yang awet, perasaan-perasaan emosional dan

tendensi tindakan pro atau kontra terhadap sebuah objek social.

Sikap sering di anggap memiliki tiga komponen yang pertama adalah

komponen afektif yaitu perasaan terhadap objek, yang kedua adalah

komponen kognitif yaitu keyakinan terhadap sebuah objek dan yang ketiga

27

(36)

25

adalah komponen perilaku yaitu tindakan terhadap obyek . Intinya sikap

adalah rangkuman terhadap objek sikap kita. Evaluasi rangkuman rasa suka

atau tidak suka terhadap objek sikap intinya adalah inti dari sikap. Ketiga

komponen sikap tersebut adalah manifestasi yang berbeda atas evaluasi inti

itu. Tiga Model Komponen Sikap, sikap memiliki tiga komponen –komponen

afektif, komponen kognitif, dan komponen perilaku. Komponen afektif

terhadap objek sikap. Komponen kognitif berisi keyakinan terhadap objek

sikap. Komponen perilaku berisi perilaku-perilaku atau perilaku di sengaja

terhadap objek sikap. Misalnya, bayangkan seorang siswa yang memiliki

sikap suka terhadap bintang pop Madonna. Ketiga komponen itu dapat

muncul seperti berikut ini yang pertama aspek afektif yaitu menyukai

Madonna , yang kedua kognitif yaitu yakin Madonna adalah penyanyi dan

penari yang baik, yakin bahwa dia adalah model yang baik para wanita muda.

Yang ketiga perilaku yaitu membeli CD music Madonna, mneghadiri

konser-konser Madonna, menonton film –film Madonna.28

28

(37)

26

B. Unsur-Unsur Komunikasi persuasif

Ada 6 unsur-unsur komunikasi persuasif yang harus dipahami dan berkaitan

dengan yang lainnya.29

1. Pengirim pesan atau Persuader

Sumber atau persuader adalah orang dari suatu sekelompok orang yang

menyampaikan pesan dengan tujuan untuk mempengaruhi sikap, pendapat dan

perilaku orang lain baik secara verbal maupun nonverbal. Dalam komunikais

persuasive eksistensi persuader benar-benar di pertaruhkan. Oleh karena itu ia

harus memiliki etos yang tinggi. Etos adalah nilai diri seseorang yang

merupakan paduan dan aspek kognisi, efeksi dan konasi.

Seorang persuader yang memiliki etos yang tinggi di cirikan

kesiapan,kesungguhan,kepercayaan,ketenangan,keramahan dan kesederhanaan.

Jika komunikasi persuasive ingin berhasil seorang persuader harus memiliki

sikap reseptif, selektif, digestif, asimilatif, dan transitif. 30

Aristoteles menyebut karakter komunikator sebagai ethos. Ethos terdiri

dari pikiran baik, akhlak yang baikdan maksud yang baik (good sense, good

moral character, good will)

Hovland dan Weiss menyebut ethos ini credibility yang terdiri dari dua

unsur : Expertise( keahlian ) dan trustworthiness (dapat di percaya). Nasihat

29

Herdiyan Maulana, Gumgum gumelar,Psikologi Komunikasi dan Persuasi (Jakarta : Akademia Permata 2013), 12

30

(38)

27

dokter kita ikuti, karena dokter memiliki keahlian,tetapi omongan pedagang

yang memuji barangnya agak sukar kita percayai karena kita meragukan

kejujurannya. Di sini, pedagang tidak memiliki trustworthiness. Ethos atau

factor-2 yang mempengaruhi efektifitas komu nikator terdiri dari kredibilitas,

atraksi dan kekuasaan. Ketiga dimensi ini berhubungan dengan jenis pengaruh

social yang di timbulkannya. Menurut Herbert C. Kelman pengaruh

komunikasi kita pada orang lain ada tigal hal yang pertama internalisasi

(internalization), identifikasi (identification), dan ketundukan (compliance).31

Internalisasi terjadi bila orang menerima pengaruh karena perilaku

yang di anjurkan itu sesuai dengan sistim nilai yang dimilikinya. Kita

menerima gagasan, pikiran atau anjuran orang lain. Karena gagasan, pikiran

dan anjuran tersebut berguna untuk memecahkan masalah,penting dalam

menunjukkan arah, atau di tuntut oleh sistim nilai kita. Internalisasi ketika kita

menerima anjuran orang lain atas dasar rasional. Kita menghentikan rokok

atas saran dokter karena ingin memelihara kesehatan kita atau karena merokok

tidak sesuai dengan nilai-nilai yang kita anut. Dimensi ethos yang paling

relevan disini ialah Kredibilitas yaitu keahlian komunikator atau kepercayaan

kita kepada komunikator .32

Identifikasi terjadi bila individu mengambil perilaku yang berasal dari

orang atau kelompok lain karena perilaku itu berkaitan dengan hubungan yang

31

Ibid, 256

32

(39)

28

mendefinisikan diri secara memuaskan (satisfying self- defining relationship)

dengan orang atau kelompok itu. Hubungannya yang mendefinisikan diri

artinya memperjelas konsep diri. Menurut kelman Dalam identifikasi, individu

mendefinisikan peranannya sesuai dengan peranan orang lain. ‘’He attempts

to be like or actually to be other person’’. ia berusah seperti atau benar-benar

menjadi orang lain. Dengan mengatakan apa yang ia percayai, individu

mendefinisikan dirinya sesuai dengan orang yang mempengaruhinya. Dimensi

ethos yang paling relevan dengan identifikasi ialah atraksi (attractiveness)

daya tarik komunikator.33

Ketundukan (compliance) terjadi bila individu menerima pengaruh

dari orang atau kelompok lain karena ia berharap memperoleh reaksi yang

menyenangkan dari orang atau kelompok tersebut. Ia ingin memperoleh

ganjaran atau menghindari hukuman dari pihak yang mempengaruhinya.

Dalam ketundukan, orang menerima perilaku yang di anjurkan bukan

menghasilkan efek social yang memuaskan. Bawahan yang mengikuti

perintah atasannya karena takut di pecat, petani yang menanam sawahnya,

karena ancaman pamong desa adalah contoh-contoh ketundukan .Dimensi

ethos yang berkaitan dengan ketundukan ialah kekuasaan. Kredibilitas ,

atraksi dan kekuasaan. 34

33

Ibid, 257

34

(40)

29

Kredibilitas adalah seperangkat presepsi komunikan tentang sifat-sifat

komunikator. Dalam definisi ini terkandung dua hal yang pertama adalah

kredibilitas adalah presepsi komunikate jadi tidak inheren dalam diri

komunikator. Kedua, kredibilitas berkenaan dengan sifat –sifat komunikator

yang selanjutnya kita sebut sebagai komponen-komponen kredibilitas. 35

Kredibilitas itu masalah presepsi sehingga bisa berubah bergantung

pada pelaku presepsi (komunikate), topic yang di bahas, dan situasi. Missal

anda mungkin tidak berarti apa-apa di hadapan kawan-kawan anda, orang

yang bermata satu memang dapat menjadi raja di ngeri orang yang buta.

Sehingga kresdibilitas tidak ada pada diri komunikator, tetapi terletak pada

presepsi komunikate, karena itu ia dapat berubah atau di ubah, dapat terjadi

atau di jadikan. Kita dapat menghadirkan ‘’the man –on-the-street’’ di

ruangan kuliah dan mengumumkan pada mahasiswa bahwa orang iu adalah

doctor dalam sosiologi. Di sini ,kita membentuk presepsi orang lain dengan

deskripsi verbal. Tentu saja kita juga bisa menurunkan kredibilitas dengan

memberinya pakaian-pakaian yang lusuh atau menyuruhnya untuk melakukan

perilaku yang menyebalkan. Di sini kita memanipulasi presepsi orang lain

dengan petunjuk nonverbal. 36

Menurut Andersen Hal-hal yang mempengaruhi Presepsi komunikate

tentang komunikator sebelum ia berlakukan komunikasinya di sebut prior

35

Ibid, 257

36

(41)

30

ethos. Sumber komunikasi memperoleh prior ethos karena berbagai macam

hal, kita membentuk gambaran tentang diri komunikator dari pengalaman

langsung dengan komunikator atau dari pengalaman wakilan misalnya karena

sudah lama bergaul dengan komunikator sehingga sudah tahu integritas

kepribadiannya.37

Dua komponen kredibilitas yang paling penting ialah keahlian dan

kepercayaan. Keahlian adalah kesan yang di bentuk komunikan tentang

kemampuan komunikator dalam hubungannya dengan topic yang di bicarakan

.Komunikator yang di nilai tinggi pada keahlian di anggap cerdas,

mampu,ahli, tahu banyak, berpengalaman, atau terlatih. Tentu sebaliknya

komunikator yang di anggap rendah pada keahlian yang di anggap tidak

berpengalaman,tidak tahu, bodoh. Kepercayaan adalah kesan komunikan

tentang komunikator yang berkaitan dengan wataknya. apakah komunikator di

nilai jujur, adil, tulus, bermoral,sopan dan etis atau apakah ia dinilai tidak

jujur, lancing, suka menipu, tidak adil, dan tidak etis. 38

Atraksi fisik menyebabkan komunikator menarik, dan karena menarik

ia memiliki daya persuasive. Chaiken merekrut 110 komunikator yaitu pria

dan wanita dari kalangan mahasiswa University of Massachutsets . Mereka di

latih untuk menyampaikan pembicaraan persuasive tentang seruan agar

universitas tidak lagi melayani makan siang dan makan malam di ruang

37

Ibid

38

(42)

31

makan asrama. Untuk menilai daya tarik fisik 56 penilai di suruh untuk

menilai foto 110 komunikator dengan skala 15 butir. Terpilih 68 orang yang

paling cantik dan yang paling jelek. Komunikator yang terpilih ini di bawa ke

lima lokasi kampus. Mereka di suruh mendekati orang yang lewat dan

memintanya untuk mengisi kuesioner. Bila orang itu bersedia ,komunikator

memberikan uraian singkat tentang penghentian makan pagi dan makan siang

di kamar makan asrama. Setelah itu komunikan di minta mengisi kuesioner

yang menunjukkan pendapatnya. Komunikator juga memintanya untuk

menandatangani petisi di universitas. dengan tingkat signifikansi 0.05 (artinya

kesalahan mungkin terjadi 5 dari 100 kali penarikan sampel), komunikator

yang cantik atau tampan ternyata lebih berhasil menyakinkan responden dan

memintanya untuk menandatangani petisi. Mereka di anggap lebih ramah,

lebih fasih, dan lebih lancar berbicara. 39

Tetapi kita juga tertarik kepada seseorang karena adanya beberapa

kesamaan antara dia dengan kita. Kalau begitu apakah komunikan akan lebih

mudah menerima pesan komunikator bila ia memandang ada banyak

kesamaan di antara keduanya. Simons menerangkan mengapa komunikan

cenderung berkomunikasi lebih efektif. Pertama, kesamaan mempermudah

proses penyandibalikan (decoding) yakni proses menerjemahkan

lambang-lambang yang di terima menjadi gagasan-gagasan . yang kedua kesamaan bisa

membangun premis yang sama mempermudah proses deduktif. Ini berarti bila

39

(43)

32

kesamaan disposisional relevan dengan topic persuasi, orang akan terpengaruh

oleh komunikator. Yang ketiga kesamaan menyebabkan komunikan tertarik

pada komunikator. Seperti sudah berulang kali di sebutkan kita cenderung

menyukai orang-orang yang memiliki kesamaan disposisional dengan kita.

Karena tertarik pada komunikator, kita akan cenderung menerima

gagasan-gagasannya.40

Kekuasaan, Menurut teori kelman, kekuasan adalah kemampuan

menimbulkan ketundukan. Seperti kredibilitas dan atraksi, ketundukan timbul

dari interaksi antara komunikator dan komunikan. Kekuasaan menyebabkan

seseorang komunikator dapat memaksakan kehendaknya kepada orang lain,

karena ia memiliki sumber daya yang sangat penting (critical resources).

Berdasarkan sumber daya di milikinya, Frech dan Raven menyebutkan

jenis-jenis kekuasaan.41

Klasifikasi ini kemudian dimodifikasikan oleh Raven dan

menghasilkan lima jenis kekuasaan 1) Kekuasan koersif (coersive power).

Kekuasaan koersif menunjukkan kemampuan komunikator untuk

mendatangkan ganjaran atau memberikan hukuman pada komunikan.

Ganjaran dan hukuman itu dapat bersifat personal misalnya benci atau kasih

sayang atau impersonal missal kenaikan pangkat atau pemecatan. 2)

Kekuasaan keahlian (expert power). Kekuasan ini berasal dari pengetahuan,

40

Ibid

41

(44)

33

pengalaman, keterampilan atau kemampuan yang dimiliki komunikator.

3)Kekuasaan informasional (informational power). Kekuasan ini berasal dari

isi komunikasi tertentu atau pengetahuan baru yang dimiliki komunikator. 4)

kekuasan rujukan (referent power). Disini komunikan menjadikan

komunikator sebagai kerangka rujukan untuk menilai dirinya. Komunikator

berhasil menanamkan kekaguman pada komunikan. Sehingga seluruh

perilakunya diteladani. 5) Kekuasan legal (legitimate power). Kekuasaan ini

berasal dari seperangkat peraturan atau norma yang menyebabkan

komunikator berwewenang untuk melakukan suatu tindakan.42

Berikut ini di sampaikan berbagai hasil penelitian yang berkenaan

dengan penggunaan kekuasaan dalam mempenagruhi perilaku orang lain

menurut Heilman dan Garner komunikan akan lebih baik di yakkinkan untuk

melakukan perilaku yang tidak di sukai dengan di janjikan ganjaran daripada

diancam dengan hukuman. Ancaman yang kuat bahkan dapat menimbulkan

efek boomerang, alih-alih tunduk malah melawan. Menurut heilman dan

Garner efektivitas ancaman dapat di tingkatkan bila komunikator memberikan

alternative perilaku ketundukan, sehingga komunikan masih dapat melakukan

pilihan walaupun terbatas.43

2. Penerima pesan atau Persuadee

42

Ibid, 265

43

(45)

34

Persuadee adalah orang yang menjadi tujuan pesan itu tersampaikan di

saluran oleh persuader baik secara verbal maupun nonverbal.44 Persuadee

sebelum melakukan perubahan dirinya, sebenarnya melakukan suatu aktivitas

yang fundamental, aktivitas yang sifatnya intern, di dalam diri yakni belajar.

Belajar biasanya tidak hanya merupakan suatu proses sesaat. Setiap persuadee

menerima stimulus, menafsirkan, memberikan respons, mengamati akibat

respons,menafsirkan kembali, memberikan respons baru, menafsirkan

seterusnya. Hal ini di lakukan terus menerus sehingga persuade mendapat

kebiasaan memberikan respon dalam suatu cara tertentu terhadap suatu

stimulus tertentu terhadap suatu stimulus tertentu.45

Ada lima factor yang mempengaruhi perkembangan kekuatan

kebiasaan yakni Pertama, sering terjadi pengulangan respons yang

mendapatkan ganjaran. Kedua, isolasi hubungan stimulus-respons. Ketiga,

jumlah ganjaran. Ke empat, waktu antara respons dan ganjaran. Kelima,

usaha yang di kehendaki untuk melakukan respons. Persuadee tidak akan

memberikan respons kecuali jika ia mengaharap bahwa responsnya akan

menguntungkan.46

Konsep pengaruh berawal dari asumsi yang di kemukakan oleh teori

tentang tingkah laku manusia, yang menyatakan bahwa manusia bertindak di

44 Herdiyan Maulana, Gumgum gumelar,Psikologi Komunikasi dan Persuasi (Jakarta :

Akademia Permata 2013),12

45

Ibid, 27

46

(46)

35

bawah ketegangan fisiologis karena adanya ambiguitas dan ketiadaan bentuk,

sehingga dengan demikian keinginannya untuk mempengaruhi adalah suatu

keinginan untuk mengurangi ketegangannya sendiri, dengan mengurangi

ambiguitas atau dengan mengurangi ketidakpastian tentang hakikat

lingkungannya.47

Secara fisiologis, indra keseimbangan memungkinkan persuade untuk

menyesuaikan dirinya dengan lingkungan fisiknya. Secara psikologis indra

tersebut dapat menghasilkan keinginan untuk ketetapan struktur dalam

pengamatannya. Akibat suatu respons tidak selamanya bersifat positif.

Respons yang sama dapat pula menghasilkan akibat yang negative.48

Pengaruh komunikasi persuasive atas perubahan perilaku persuadee

dapat di lihat dari dua pendekatan yakni pendekatan tradisional dan

pendekatan teori kognitif. Persuasibilitas dapat di artikan sebagai kerentanan

audiensi terhadap pesan perusasi yang di terimanya. Istilah lain untuk

persuasibilitas adalah communication-free persuasibility atau communication

bound persuasibility.49

Menurut Simons, terdapat banyak factor yang berkaitan dengan

perusuasibilitas di antaranya, Pertama adalah usia dan jenis kelamin, Kedua

adalah Intelegensi dan tingkat pendidikan, Ketiga adalah harga diri,

47

Ibid

48

Ibid

49

(47)

36

Keempat adalah Autoritarianisme dan dogamtisme, kelima adalah sturktur

sikap,ke enam adalah kejelasan kognitif, dan ketujuh adalah penghindaran

peniruan. 50

Di tinjau dari komponen komunikan, seorang dapat dan akan

menerima sebuah pesan hanya kalau terdapat empat kondisi berikut ini

secara simultan yang Pertama adalah komunikan dapat benar-benar

mengerti pesan komunikasi. Kedua, pada saat komunikan mengambil

keputusannya, komunikan sadar bahwa keputusannya itu sesuai dengan

tujuannya. Ketiga, Pada saat komunikan mengambil keputusan,ia sadar

bahwa keputusannya itu bersangkutan dengan kepentingan pribadinya.

Keempat, Komunikan mampu menepatinya baik secara mental maupun

secara fisik. 51

3. Pesan

Isi pesan persuasif juga perlu di perhatikan karena isi pesan persuasif

harus berusaha untuk mengkondisikan, menguatkan, atau membuat

pengubahan tanggapan sasaran. Wilbur Schramm menampilkan apa yang di

sebut ‘’the condition of success in communication, yakni kondisi yang harus

di penuhi jika kita menginginkan agar suatu pesan membangkitkan

tanggapan yang kita khendaki. Kondisi tersebut dapat di rumuskan sebagai

berikut yang Pertama, Pesan harus di rancang dan di sampaikan sedemikian

50

Ibid

51

(48)

37

rupa sehingga dapat menarik perhatian komunikan. Kedua, pesan harus

menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman yang sama

antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama mengerti. Ketiga,

Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunkan dan menyarankan

beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut. Ke empat, Pesan harus

menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi yang layak bagi

situasi kelompok di mana komunkan berada pada saat ia di gerakkan untuk

memberikan tanggapan yang di khendaki.52

Menurut Blake dan Haroldsen pesan merupakan symbol yang di

arahkan secara selektif yang di peruntukkan dalam mengkomunikasikan

informasi. Dalam Proses komunikasi, pesan yang di sampaikan dapat berupa

verbal dan non verbal. Dapat di sengaja (intentional), dapat pula tidak di

sengaja (unintentional). Pesan verbal merupakan salah satu factor yang

paling penting menentukan dalam keberhasilan komunikasi persuasive. Di

dalamnya terdapat aspek rangsangan wicara dan penggunaan kata-kata.53

Tidak setiap rangsangan wicara dapat di terima secara langsung oleh

sasaran, paling tidak hal ini tergantung pada sistim pengindraan, presepsi,

perhatian, memori dan berpikir. Pesan Non verbal terdiri atas body notion

atau kinesics behavior,paralanguage,proxemics, olfaction, skin sensitivity to

touch , temperature , dan use the artifacts. Suatu pesan di katakana efektif

52

Ibid, 43

53

(49)

38

bila makna pesan yang di kirim persuader berkaitan erat dengan makna

pesan di terima atau di tangkap serta di pahami oleh sasaran.54

Pesan merupakan hasil dari usaha manusia di dalam menyandikan

gagasan-gagasannya. Arti atau makna tidak ada di dalam pesan. Arti

bukanlah sesuatu yang di dapatkan. Arti ada di dalam diri orang, dan

merupakan respons yang tidak tampak. Kita memperoleh ‘’arti’’dari dunia

pada awalnya berdasarkan proses ‘’pembiasaan’’atau conditioning . Kita

memperoleh arti dari pengalaman kita. 55

Arti denotative menyatakan suatu hubungan yang memerlukan

hadinrya baik tanda kata maupun bendanya. Jadi arti denotative dapat di

tunjukkan dengan mengacu pada objek yang di maksudkan . Kawasan arti

denotative adalah realitas fisik. Sedangkan arti structural dapat di peroleh

ketika suatu tanda (symbol ) kata membantu kita untuk meramalkan

tanda-tanda lain atau bilamana urutan dari dua tanda-tanda kata menceritakan sesuatu

mengenai hubungannya yang tidak diperoleh dari masing-masing kata itu

sendiri. Arti structural adalah suatu hubungan antara tanda dengan dengan

tanda. Adapaun arti secara kontekstual bersifat cangkokan dan melalui arti

ini kita akan memperoleh kejelasan tentang istilah-istilah tertentu yang

sebenarnya belum di ketahui artinya. Sementara itu arti konotatif merupakan

54

Ibid

55

(50)

39

hubungan antara suatu tanda dengan suatu objek. Hal itu melibatkan lebih

dari sekedar pelibatan orang-orang pada arti yang lain.56

Terdapat tiga tujuan pesan komunikasi persuasife yang pertama

membentuk tanggapan, yang kedua memperkuat tanggapan, yang ketiga

mengubah tanggapan. Dalam proses pembentukan sikap dan tanggapan,

persuader harus mampu mempertalikan antara gagasan atau produk baru

dengan nilai-nilai yang telah melekat dalam sistim masyarakat atau sasaran.

Penguatan tanggapan adalah terdapatnya kesinambungan perilaku yang

sedang beralngsung saat ini terhadap beberapa produk, gagasan dan isu.

Pengubahan tanggapan adalah perubahan tanggapan sasaran persuasi untuk

mengubah perilaku mereka terhadap suatu produk, konsep dan gagasan.57

Dalam komunikasi persuasife menggayakan pesan merupakan

aspek yang paling penting karena dapat membungkus pesan lebih menjadi

menarik dan enak di konsumsi. Seorang persuader harus memiliki gaya

perolehan perhatian yang mengesankan, yang dapat diperoleh dengan cara

penggunaan bahasa yang jelas, luas dan tepat. Bahasa yang efektif

mengandung tiga unsur yaitu kejelasan, kelugasan dan ketepatan.58

Ada beberapa cara yang dapat di gunakan dalam penyusunan pesan

(execution message) yang memakai teknik persuasi, antara lain :

56

Ibid,25

57

Ibid,25

58

(51)

40

Pertama, Fear appeal (pesan yang menakutkan) ialah metode

penyusunan pesan yang dapat menimbulkan rasa ketakutan kepada khalayak.

Kedua, Emotional appeal (pesan yang penuh dengan emosi) ialah cara

penyusunan pesan yang berusaha menggugah emosi khalayak, misalnya

dengan mengungkapkan masalagh agama, etnis, kesenjangan ekonomi,

diskriminasi,dan semacamnya. Dari hasil penelitian yang pernah di lakukan

oleh Hartmann di temukan bahwa penyusunan pesan yang membakar

emosional sangat berpengaruh dalam pemungutan suara pemilihan presiden

amerikan serikat. Oleh karena itu emotional apple bisa di golongkan sebagai

bentuk komunikasi propaganda.59

Ketiga Reward appeal (Pesan yang penuh dengan janji-janji ) ialah

cara penyusunan pesan yang berisi janji-janji kepada khalayak. Dalam

berbagai studi yang di lakukan dalam hubungannya dengan reward appeal ,

ditemukan bahwa dengan menjanjikan uang Rp 1 juta seseorang cenderung

merubah sikap daripada menerima janji Rp 50 ribu. Di Indonesia metode

penyampaian pesan-pesan pembangunan dengan janji-janji telah banyak di

lakukan dengan berhasil. Misalnya janji naik haji bagi petani yang sukses

atau pemberian beasiswa bagi peserta keluarga berencana yang hanya

memiliki dua orang anak. Mengenai penyusunan dan penyampaian pesan

dengan metode reward appeal . Menurut Hielman dan gerbner dalam

59

(52)

41

risetnya menemukan bahwa khalayak cenderung menerima pesan atau ide

yang penuh janji-janji daripada pesan yang di sertai dengan ancaman. 60

Ke-empat, Motivasional appeal (penyusunan pesan yang penuh

dorongan) ialah teknik penyusunan pesan yang di buat bukan karena

janji-janji. Tetapi di susun untuk menumbuhkan pengaruh internal psikologis

khalayak sehingga mereka dapat mengikuti pesan-pesan yang di sampaikan

itu, misalnya menumbuhkan rasa nasionalisme atau gerakan memakai

produksi dalam negeri. Di korea selatan misalnya, hampir semua perlatan

mesin dan otomotif bermerek Hyundai, sangat jarang di temui mobil buatan

eropa atau amerika seperti mercy,Renault, fiat, ford, apalagi Toyota, sekalipun

korea selatan sangat dekat dengan jepang. 61

Kelima, Humorius Appeal ( penyusunan pesan yang penuh humor)

ialah teknik penyusunan pesan yang berusaha membawa khalayak tidak

merasa jenuh. Pesan yang di sertai humor mudah di terima enak, dan

menyegarkan. Hanya saja dalam penyampaian pesan yang di sertai humor di

usahakn jangan samapi humor yang lebih dominan daripada subtansi materi

yang ingin di sampaikan. Dalam praktik penjualan juga banyak di lakukan

dalam bentuk humor. Di kota semarang konon jamu sidomuncul pada awalnya

kurang untuk diminati pembeli, tetapi ketika ada yang menganjurkan agar

60

Ibid

61

(53)

42

menampilkan mascot berupa orang kate (pendek) yang menari-nari di atas

mobil, calon pembeli berkerumun untuk menonton sekaligus membeli jamu.62

4. Saluran

Saluran merupakan perantara di antara orang-orang yang

berkomunikasi, bentuk saluran tergantung dengan jenis komunikasi yang di

lakukan. Saluran komunikasi adalah media yang di gunakan untuk membawa

pesan. Hal ini berarti bahwa saluran merupakan jalan atau alat untuk

perjalanan pesan antara komunikator (sumber atau pengirim) dengan

komunikan (penerima). Saluran memiliki tujuh dimensi yang memungkinkan

untuk mengevaluasi efektifitas saluran yang berbeda. Dimensi-dimensi

tersebut adalah kredibilitas saluran, umpan balik saluran, keterlibatan saluran,

tersedianya saluran, daya tahan salurannya, kekuatan multiguna, dan

komplementer saluran. Komunikasi tatap muka berlangsung manakala

persuader dan persuade saling berhadapan muka, dan di antara mereka dapat

saling melihat. Komunikasi tatap muka di sebut pula komunikasi langsung

(direct communication).63

Saluran atau media ialah atau sarana yang digunakan oleh para

komunikator dalam menyampaikan pesan-pesannya. Misalnya media cetak

yaitu surat kabar, tabloid, majalah,buku. Media eletronika misalnay film,

radio, televise, video, computer, internet. Media format kecil, misalnya

62

Ibid, 331

63

(54)

43

leaflet,brosur, selebaran,stiker, buletin. Media luar ruang misalnya out door

media, misalnya baliho, spanduk, reklame, electronic board, bendera, jumbai,

pin, logo,topi, rompi, kaos oblong. Saluran komunikasi kelompok misalnya

organisasi profesi, ikatan alumni organisasi social keagamaan, karang taruna,

kelompok pengajian. Saluran Komunikasi public misalnya pameran, balai

desa, aula, alun-alun, pasar, swalayan. Saluran komunikasi social misalnya

pesta perkawinan, acara sunatan, arisan, pertunjukan wayang, pesta

perkawinan.64

5. Umpan balik

Umpan balik Balasan dari prilaku yang di perbuat, umpan balik bisa

dalam bentuk eksternal dan internal. Umpan balik internal adalah reaksi

persuader atas pesan yang di sampaikan sedangkan umpan balik eksternal

adalah reaksi penerima atas pesan yang di sampaikan.65

6. Efek Komunikasi Persuasif

Efek komunikasi persuasif adalah perubahan yang terjadi pada diri

persuade sebagai akibat dan diterimanya pesan melalui proses komunikasi,

efek yang terjadi dapat berbentuk perubahan sikap, pendapat dan tingkah

laku.66

64

Hafied Cangara, Komunikasi politik : Konsep,Teori,dan Strategi (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada 2009), 38

65

Herdiyan Maulana, Gumgum gumelar,Psikologi Komunikasi dan Persuasi (Jakarta : Akademia Permata 2013),12

66

Gambar

Tabel Penelitian terdahulu
Tabel Hasil Analisa Data

Referensi

Dokumen terkait