JAKARTA
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
Oleh :
Heldawati
(107051001393)
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
DI MASJID AGUNG SUNDA KELAPA JAKARTA
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Kesarjanaan Sosial Islam (S. Kom. I)
Oleh
HELDAWATI
NIM. 107051001393
Pembimbing,
RUBIYANAH, M.A
NIP. 197308221998032001
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
i
dan mempelajari serta memahami agama yang baru dianutnya. Semakin banyak ilmu pengetahuan agama Islam yang diperolehnya maka akan banyak pula manfaat yang akan diraihnya. Oleh sebab itu, para muallaf dapat mengikuti kegiatan pembinaan yang membantu proses memperkenalkan agama Islam sebagai agama rahmatal lil`alamin yakni agama rahmat bagi seluruh alam. Masjid Agung Sunda Kelapa melayani pengislaman sejak tahun 1992 sampai sekarang dan terdapat 16.024 muallaf. Pembinaan muallaf di Masjid Agung Sunda Kelapa adalah salah satu yang bergerak di bidang dakwah dan pendidikan yang mempunyai strategis dalam meningkatkan pemahaman ajaran agama Islam bagi muallaf. Pembinaan berperan dalam membantu muallaf memberikan pengertian lebih dalam tentang Islam yang mereka yakini dan memantapkan keyakinan mereka dengan hati mereka serta sebagai sarana silaturrahmi kepada para muallaf dan yang mau akan mengenal Islam.
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah pertama, untuk mengetahui pola komunikasi antara pembina dan muallaf. Kedua, untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat komunikasi pembinaan muallaf. Sedangkan pertanyaan peneliti adalah pertama, bagaimana pola komunikasi yang digunakan dalam pembinaan muallaf? Kedua, apa saja faktor pendukung dan penghambat komunikasi pada program pembinaan muallaf?
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu memaparkan seluruh data yang diperoleh dari hasil penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dengan metode pengumpulan data seperti observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dalam hal ini penulis mengadakan observasi langsung ke lapangan dan mewawancarai para muallaf serta mengumpulkan file-file dan buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini guna memperoleh data yang lebih akurat.
iii
9. Ustadz H. Anwar, selaku pembina pada program pembinaan muallaf di
Masjid Agung Sunda Kelapa, yang telah memberikan informasi dan
pengarahan serta memberikan izin untuk langsung mengikuti program
pembinaan muallaf.
10. DR. H. Zaky Mubarak, M.A., selaku prakarsa pembinaan muallaf di Masjid
Agung Sunda Kelapa yang atas bimbingan dan pengarahan dalam
memberikan informasi untuk penulis.
11. Keluarga besar Masjid Agung Sunda Kelapa, ustadz Heri selaku pengurus
Masjid Agung Sunda Kelapa, teman-teman muallaf yang telah memberikan
kesempatan dan kemudahan dalam penyelesaian skripsi ini.
12. Keluarga besar Lembaga Dakwah Kampus (LDK) dan Himpunan Qori dan
Qori`ah Mahasiswa (HIQMA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Serta
kawan-kawan KPI A angkatan 2007 atas anugrah yang begitu indah dapat mengenal
dan bersama kalian.
Semoga Allah SWT meridhoi setiap waktu, langkah dan pengorbanan
yang telah dilakukan selama penyelesaian skripsi ini. Amin.
Jakarta, Maret 2011
iv
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 5
D. Metodologi Penelitian ... 6
E. Tinjauan Pustaka ... 9
F. Sistematika Penulisan ... 9
BAB II KAJIAN TEORI A. Ruang Lingkup Komunikasi ... 12
1. Definisi Komunikasi dan Karakteristik Komunikasi ... 12
2. Unsur-Unsur dan Bentuk Komunikasi ... 18
v
Pembinaan ... 43
C. Definisi Muallaf dan Kedudukan Muallaf Dalam Islam... 49
BAB III GAMBARAN UMUM MASJID AGUNG SUNDA KELAPA DAN PROGRAM PEMBINAAN MUALLAF A. Sejarah dan Perkembangan Masjid Agung Sunda Kelapa ... 55
B. Visi dan Misi Masjid Agung Sunda Kelapa ... 64
C. Struktur Organisasi Masjid Agung Sunda Kelapa... 64
D. Sejarah dan Perkembangan Program Pembinaan Muallaf ... 65
E. Visi dan Misi Program Pembinaan Muallaf ... 66
F. Program Pembinaan Muallaf ... 67
BAB IV DATA DAN ANALISA DATA A. Pola Komunikasi Antara Pembina dan Muallaf ... 68
1. Pola Bintang ... 69
2. Pola Roda ... 72
vi
B. Saran ... 85
DAFTAR PUSTAKA ... 87
DAFTAR LAMPIRAN
1 A. Latar Belakang Masalah
Sebagai orang yang baru masuk Islam sangat penting untuk mengetahui
dan mempelajari serta memahami agama yang baru dianutnya. Semakin banyak
ilmu pengetahuan agama Islam yang diperolehnya, maka akan banyak pula
manfaat yang akan diraihnya. Oleh sebab itu, para muallaf dapat mengikuti
kegiatan pembinaan yang membantu proses memperkenalkan agama Islam
sebagai agama rahmatal lil`alamin yakni agama rahmat bagi seluruh alam.
Banyak lembaga-lembaga seperti masjid maupun majelis taklim yang
menangani permasalahan muallaf hanya sebatas mengadakan prosesi pengislaman
saja tanpa pembinaan muallaf. Pada hal banyak muallaf yang merasa malu atau
tidak percaya diri dalam mempelajari agama Islam. Sebagai orang baru pindah
agama, dari agama non-Islam menjadi agama Islam, muallaf membutuhkan
perhatian, kasih sayang, ajakan, bimbingan dari orang-orang atau lembaga yang
perhatian terhadap kondisi tersebut. Oleh karena itu, dibutuhkan lembaga yang
khusus menangani masalah tersebut.
Masjid Agung Sunda Kelapa melayani pengislaman sejak tahun 1992
sampai sekarang dan terdapat 16.024 muallaf. Pembinaan muallaf di Masjid
pendidikan yang mempunyai peran strategis dalam meningkatkan pemahaman
ajaran agama Islam bagi muallaf. Pembinaan berperan dalam membantu muallaf
memberikan pengertian lebih dalam tentang Islam yang mereka yakini dan
memantapkan keyakinan mereka dengan hati mereka serta sebagai sarana
silaturrahmi kepada para muallaf dan yang mau akan mengenal Islam.
Pada pembinaan muallaf di Masjid Agung Sunda Kelapa tidak hanya
diikuti oleh para muallaf yang dibina, melainkan seseorang yang hatinya bergerak
dan ingin mengetahui serta mempelajari agama Islam. Peserta yang bukan
muallaf, setelah dibina mereka menjadi muallaf.
Pada saat pembinaan berlangsung, pola komunikasi yang terjadi yaitu
pertama, pola roda merupakan seseorang berkomunikasi dengan banyak orang.
Pola roda ini berlaku pada sesi pertama yang merupakan suatu komunikasi tatap
muka, di mana Pembina memberikan materi kepda muallaf dalam jumlah yang
besar. Kedua, pola bintang yakni semua anggota berkomunikasi dengan semua
anggota, maksudnya pembina-muallaf, muallaf-pembina, muallaf-muallaf.
Hubungan ini merupakan hubungan yang paling efektif. Muallaf dapat
mengadakan hubungan yang tidak terbatas. Pembina dapat mengetahui apakah
pelajaran dan bimbingannya dapat dimengerti dan diterima oleh muallaf. Kalau
ada hal yang tidak diterima oleh muallaf dapat didiskusikan, sehingg. Pola bintang
ini menjelaskan bahwa komunikasi terjadi dua arah dan semua pihak terlibat di
dalamnya. Komunikasi yang dilakukan oleh pembina bersifat persuasive dan
Komunikasi di kelompok ini sudah bisa dikatakan efektif karena semua
orang terlibat dalam kelas pembinaan dapat menjadi komunikator maupun
komunikan, meskipun tetap pembina yang menjadi komunikator utama dalam hal
memberikan materi, serta terdapat komunikasi yang bersifat komunikasi verbal
yakni pembina menyampaikan pesan dengan lisan dan tulisan. komunikasi
nonverbal yakni pembina meyampaikan pesan dengan gerakan tubuh. Serta
pembina menggunakan proses komunikasi bermedia yakni komunikasi yang
menggunakan saluran atau sarana untuk meneruskan suatu pesan kepada
komunikan yang banyak jumlahnya dengan menggunakan media.
Komunikasi yang digunakan pembina terhadap muallaf sangat
berpengaruh pada perubahan pandangan dan adanya penambahan pengetahuan
tentang keislaman. Interaksi yang berlangsung antara pembina dengan muallaf
dalam pelaksanaan pembinaan tentang pengetahuan Islam sangat perlu, dengan
berkomunikasi maka pesan yang disampaikan pembina kepada muallaf dapat
terealisasikan dengan baik. Serta terjadi interaksi dan pertukaran informasi seperti
saling tanya jawab antara pembina dengan muallaf atau sebaliknya.
Untuk mengetahui kebutuhan muallaf dalam pembinaan agar lebih
optimal, diperlukan strategi dan metode yang baik dengan strategi komunikasi
yang efektif, sehingga dapat menjadi daya tertarik sendiri bagi muallaf dalam
sistem pembinaan. Hal ini sesuai apa yang diungkapkan Deddy Mulyana, dalam
bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, bahwa komunikasilah yang
memungkinkan individu membangun suatu kerangka rujukan dan
dihadapi. Komunikasi pula yang memungkinkan mempelajari dan menerapkan
strategi-strategi adaptif untuk mengatasi situasi-situasi problamatik yang ia
masuki.1
Menurut Onong Uchyana Effendy dalam bukunya Dinamika Komunikasi,
komunikasi yang efektif adalah komunikasi dalam makna yang distimulasikan
serupa atau sama dengan yang dimaksudkan komunikator, pendeknya komunikasi
efektif adalah makna bersama.2
Melihat pembinaan muallaf di Masjid Agung Sunda Kelapa memiliki
konsep yang berbeda untuk membimbing dan mengajar para muallaf, maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dalam penulisan skripsi: “POLA
KOMUNIKASI ANTARA PEMBINA DAN MUALLAF PADA PROGRAM
PEMBINAAN MUALLAF DI MASJID AGUNG SUNDA KELAPA
JAKARTA”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi hanya pada muallaf yang berikrar pada tahun
2009-2010 berikrar pada agama Islam karena mereka lebih paham
mengenai program pembinaan muallaf di Masjid Agung Sunda Kelapa
Jakarta.
1
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), h. 6
2
Onong Uchyana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2. Perumusan Masalah
a. Bagaimana pola komunikasi yang digunakan pada program pembinaan
muallaf di Masjid Agung Sunda Kelapa Jakarta?
b. Apa saja faktor pendukung dan penghambat komunikasi pada program
pembinaan muallaf di Masjid Agung Sunda Kelapa Jakarta?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui pola komunikasi yang digunakan pada program
pembinaan muallaf di Masjid Agung Sunda Kelapa Jakarta.
b. Untuk mengetahui apa saja faktor pendukung dan penghambat pada
program pembinaan muallaf di Masjid Agung Sunda Kelapa
Jakarta.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Diharapkan penelitian ini dapat memperkaya dan
mengembangkan ilmu pengetahuan yang diterapkan di bidang Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Khususnya Jurusan Komunikasi dan
b. Manfaat Praktis
Diharapkan penelitian ini dapat menambah informasi dan
wawasan bagi peneliti, pembaca, praktisi dakwah, tokoh masyarakat
dan pemikir komunikasi dalam pola komunikasi pembinaan muallaf.
D. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian
yang memberikan gambaran secara objektif suatu masalah. Sedangkan
metodenya bersifat deskriptif analisis, yaitu memberikan gambaran
terhadap subjek dan objek penelitian. Metode ini memungkinkan peneliti
untuk menggambarkan secara sistematis dan akurat mengenai pola
komunikasi yang ada dalam pembinaan muallaf di Masjid Agung Sunda
Jakarta.
2. Objek dan Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah pembinaan muallaf di Masjid Agung
Sunda Kelapa Jakarta. Sedangkan objek penelitian ini adalah Pembina dan
muallaf pada program pembinaan muallaf di Masjid Agung Sunda Kelapa
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dari penelitian ini, penulis menggunakan
beberapa teknik sebagai berikut:
a. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik
terhadap fenomena-fenomena yang sedang diselidiki.3 Pengamatan
yang dilakukan yakni penulis langsung mendatangi serta ikut dalam
pembinaan muallaf, guna memperoleh data yang lebih akurat tentang
hal-hal yang menjadi objek penelitian. Waktu penelitian bulan
November 2010-bulan Februari 2011.
b. Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara tanya jawab antara penanya dengan responden.4 Peneliti
mengadakan wawancara langsung kepada ustadz Anwar selaku
pembina muallaf dan muallaf yang berikrar pada agama Islam tahun
2009-2010 pada program pembinaan muallaf di Masjid Agung Sunda
Kelapa Jakarta, guna mendapatkan informasi tentang pola komunikasi
yang ada.
c. Dokumentasi yakni dalam hal ini dikumpulkan file-file dan
dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini, guna untuk melengkapi
teori yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini dan juga dilakukan
melalui buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini.
3
Dedy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif, h. 81
4
4. Teknik Analisa Data
Data yang diperoleh melalui pengamatan, observasi dan wawancara
dijadikan sebagai bahan untuk menggambarkan objektifitas dari pembinaan
muallaf di Masjid Agung Sunda Kelapa, kemudian diolah menjadi uraian
pembahasan.
Dokumentasi, sebagai bahan kerangka analisis dalam menimbang
dan memperkuat hasil penelitian.
Setelah data terkumpul dari hasil observasi, wawancara dan
dokumntasi, maka data-data tersebut kemudian diolah menjadi bentuk
verbal (kata-kata) sehingga kata-kata tersebut menjadi bermakna dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Analisis data merupakan proses mengatur urutan data
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan dasar
sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerjanya.
Teknik yang digunakan peneliti adalah analisis deskriptif, dengan
jalan ini dari data yang terkumpul, peneliti jabarkan dengan memberikan
analisa-analisa berupa paparan yang didapat dari hasil penelitian dan
wawancara kebeberapa muallaf berkaitan dengan pola komunikasi yang
terjadi selama mengikuti pembinaan muallaf di Masjid Agung Sunda Kelapa
5. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian di Masjid Agung Sunda Kelapa beralamat Jln.
Taman Sunda Kelapa No. 16, Menteng, Jakarta Pusat. Sedangkan waktu
penelitian dimulai sejak November 2010 – Februari 2011.
E. Tinjauan Pustaka
Penulis meninjau beberapa tulisan, buku dan skripsi yang membahas
tentang pola komunikasi. Dan beberapa skripsi yang penulis temukan diantaranya:
1. Agus Ratina, berjudul pola komunikasi dalam pembinaan akhlak siswa
MAN 4 Model Pondok Pinang Jakarta Selatan.
2. Rosalina, berjudul pola komunikasi pada lembaga bimbingan belajar
bintang pelajar.
3. Washilatur Rahmi, berjudul bentuk komunikasi pembinaan muallaf di
Daarut Tauhid Jakarta.
Dari ketiga di atas perbedaannya dengan penulis mengambil judul pola
komunikasi antara Pembina dan muallaf pada program pembinaan muallaf di
Masji Agung Sunda Kelapa Jakarta.
F. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini bersifat sistematis, maka penulis membaginya
menjadi lima bab yang pada tiap-tiap babnya terdiri dari sub-sub bab. Adapun
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan masalah dan
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan
sistematika penelitian.
BAB II KAJIAN TEORI
Berisi tentang pertama, kajian teori komunikasi, yang terdiri dari definisi
komunikasi dan karakteristik komunikasi, unsur-unsur komunikasi dan
bentuk-bentuk komunikasi, definisi pola komunikasi dan jenis-jenis komunikasi,
teknik-teknik komunikasi. Kedua, definisi pembinaan dan program pembinaan serta
metode pembinaan. Ketiga, definisi muallaf dan kedudukan muallaf dalam Islam.
BAB III GAMBARA UMUM PROGRAM PEMBINAAN MUALLAF
DI MASJID AGUNG SUNDA KELAPA JAKARTA
Berisi tentang pertama, sejarah dan perkembangan Masjid Agung Sunda
Kelapa. Kedua, visi dan misi Masjid Agung Sunda Kelapa. Ketiga, struktur
organisasi Masjid Agung Sunda Kelapa. Keempat, sejarah dan perkembangan
program pembinan muallaf di Masjid Agung Sunda Kelapa Jakarta. Kelima, visi
dan misi program pembinaan muallaf di Masjid Agung Sunda Kelapa Jakarta.
BAB IV ANALISA HASIL PENELITIAN
Berisi tentang pola komunikasi antara Pembina dan muallaf, faktor
pendukung dan penghambat komunikasi pembinaan muallaf.
BAB V PENUTUP
Berisi kesimpulan dan saran-saran berkaitan dengan program pembinaan
12 A. Ruang Lingkup Komunikasi
1. Definisi Komunikasi dan Karakteristik Komunikasi
a. Definisi Komunikasi
Kata istilah “komunikasi” merupakan terjemahan dari bahasa Inggris
Communication yang dikembangkan di Amerika Serikat dan komunikasi
pun berasal dari unsur persurat kabaran, yakni journalism. Adapun definisi
komunikasi dapat dilihat dari dua sudut, yaitu sudut bahasa (etomologi)
dan dari sudut istilah (terminologi).
Secara etimologis atau bahasa kata komunikasi berasal dari bahasa
Latin yaitu communicatio yang berarti sama atau sama makna mengenai
suatu hal. Komunikasi akan berlangsung apabila antara komunikan dan
komunikator terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang
dikomunikasikan.1
Dedy Mulyana menjelaskan, kata komunikasi atau communication
dalam bahasa Inggris dari kata Latin communis yang berarti sama,
communico, communictio, atau communicare yang berarti membuat sama
1
(to make common). Istilah communis adalah istilah yang paling sering
disebut sebagai asal-usul kata komunikasi yang merupakan akar kata dari
bahasa Latin yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran,
suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama.2
Sedangkan secara terminologis komunikasi merupakan proses
menyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.3
Adapun menurut Carl I Hovland, komunikasi adalah proses di mana
seorang individu mengoper stimuli (biasanya lambang kata-kata) untuk
merubah tingkah laku individu lainnya.4 William Albiq, komunikasi
adalah proses penyampain dan penerimaan lambang-lambang yang
mengandung makna diantara individu-individu.5 Everett M. Rogers,
komunikasi merupakan proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber
kepada satu penerima atau lebih dengan maksud untuk mengubah tingkah
laku mereka. 6
Bila kita fahami dari semua pendapat yang mewakili di atas, maka
komunikasi adalah suatu proses di mana seseorang menyampaikan
pesannya, baik dengan lambang bahasa maupun dengan isyarat, gambar,
gaya, yang antara keduanya sudah terdapat kesamaan makna, sehingga
2
Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, h. 46
3
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, h. 4
4
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, h. 3
5
Phil. Astris S. Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, (Bandung: Bina Cipta,
1998), h. 1
6
keduanya dapat mengerti apa yang sedang dikomunikasikan. Dengan kata
lain, jika lambangnya tidak dimengerti oleh salah satu pihak, maka
komunikasinya akan tidak lancar dan tidak komunikatif. 7
Komunikasi juga juga berarti upaya yang disengaja serta mempunyai
tujuan dan juga menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari para
pelaku yang terlibat. Demikian juga komunikasi pada dasarnya merupakan
tindakan yang dilakukan dengan menggunakan lambang-lambang, baik
berupa kata-kata, angka-angka, tanda-tanda yang lainnya, yang semuanya
itu tentu harus ada kesamaan makna dan pengertian. Komunikasi akan
berhasil jika orang yang diajak bicara dapat memberi makna sesuai dengan
yang diharapkan komunikator.
Dengan demikian dalam komunikasi akan timbul empat tindakan bagi
setiap pelakunya, yaitu:
1). Membentuk pesan, artinya menciptakan sesuatu idea atau gagasan, yang
terjadi dalam benak kepala seseorang melalui proses kerja sistem
syaraf.
2). Menyampaikan, artinya pesan yang telah dibentuk kemudian
disampaikan kepada orang lain, baik secara langsung ataupun tidak
langsung. Bentuk pesannya dapat berupa pesan-pesan verbal dan non
verbal.
7
3). Menerima, artinya disamping membentuk dan menyampaikan pesan,
seseorang akan menerima pesan yang disampaikan oleh orang lain.
4). Mengolah, artinya pesan yang telah diterima, kemudian akan diolah
melalui sistem syaraf dan diinterpretasikan. Setelah diinterpretasikan
pesan dapat menimbulkan tanggapan atau reaksi dari si orang tersebut.8
b. Karakteristik Komunikasi
Dari beberapa definisi di atas, diperoleh gambaran bahwa pengertian
komunikasi memiliki karakteristik, yaitu sebagai berikut:
1). Komunikasi adalah suatu proses. Yakni bahwa “komunikasi merupakan
serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan,
serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu. Sebagai
suatu proses, komunikasi tidak statis, tetapi dinamis, dalam arti akan
selalu mengalami perubahan dan berlangsung terus menerus.
2). Komunikasi melibatkan beberapa unsur, seperti yang diungkapkan
Lasswell, secara eksplisit dan kronologis menjelaskan lima unsur yang
terlibat dalam komunikasi, yakni Who, Says What, In Which Channel,
To Whom, With What Effect ? Who, yaitu Siapa (pelaku komunikasi
pertama yang mempunyai inisiatif sebagai sumber). Says What, yaitu
mengatakan apa (isi pesan yang disampaikan baik secara verbal
maupun non verbal). In Which Channel, yaitu melalui saluran apa
8
(media atau alat yang digunakan untuk berkomunikasi). To Whom,
yaitu kepada siapa (penerima pesan, yang disebut sebagai receiver
atau sasaran komunikasi). Dan With What Effect ? yaitu efek apa
(hasil yang terjadi pada penerima akibat komunikasi). Namun,
unsur-unsur tersebut dapat ditambah dengan yang lainnya sesuai kebutuhan.
3). Komunikasi bersifat transaksional, karena pada dasarnya komunikasi
menuntut tindakan memberi dan menerima. Dua tindakan tersebut
tentunya perlu dilakukan secara seimbang oleh masing-masing pelaku
yang terlibat dalam komunikasi. Pengertian “transaksional” juga
menunjuk pada suatu kondisi bahwa keberhasilan komunikasi tidak
hanya ditentukan oleh salah satu pihak, tetapi oleh kedua belah pihak
yang terlibat dalam komunikasi. Ini berarti bahwa komunikasi akan
berhasil apabila kedua belah pihak yang terlibat mempunyai
kesepakatan tentang hal-hal yang dikomunikasikan”.9
4). Komunikasi adalah upaya yang disengaja dan mempunyai tujuan,
yakni bahwa komunikasi yang dilakukan seseorang sepenuh berada
dalam kondisi mental psikologis yang terkendali dan terkontrol bukan
dalam keadaan ‘mimpi’. Disengaja juga maksudnya komunikasi yang
dilakukan memang sesuai dengan kemauan dari pelakunya. Dan
mempunyai tujuan berarti komunikasi menunjuk pada hasil atau
akibat dari komunikasi yang diinginkan.
9
5). Komunikasi menuntun adanya partisipasi dan kerja sama dari para
pelakunya. Yakni komunikasi akan berlangsung, apabila pihak-pihak
yang terlibat komunikasi sama-sama mempunyai perhatian yang sama
terhadap topik atau pesan yang dikomunikasikan. Jadi kedua belah
pihak harus partisipasi dan kerja sama.
6). Komunikasi bersifat simbolis. Komunikasi yang dilakukan pada
dasarnya menggunakan lambang-lambang atau simbol-simbol.
Lambang yang paling umum digunakan dalam komunikasi antar
manusia adalah bahasa verbal dalam bentuk kata-kata,
kalimat-kalimat, angka-angka dan lain-lain. Dan juga lambang-lambang yang
bersifat non verbal, seperti; gerakan tubuh, tangan, kaki dan lain-lain,
warna, gambar, pakaian simbolik, signal dan lain-lain. Bersifat
simbolik, maksudnya adalah “salah satu kebutuhan pokok manusia
yaitu simbolisasi, seperti yang dikatakan Susanne K. Langer, adalah
kebutuhan simbolisasi atau penggunaan lambang”.10
7). Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu. Yakni bahwa para
peserta yang terlibat dalam komunikasi tidak harus hadir pada waktu
serta tempat yang sama, karena adanya berbagai produk teknologi
komunikasi, seperti telepon, faksimili, dan lainya. Demikian juga
adanya televise, dunia terasa sempit. Apa yang terjadi dibelahan
dunia, secara cepat diketahui ditempat lainnya dan tanpa kita pergi ke
10
Hayakawa, “Symbols” dalam Wayne Austin Shrope, Experience In Communication,
suatu tempat, maka kita pun tahu tentang tempat itu. Semuanya karena
adanya teknologi yang canggih.
2. Unsur-unsur dan Bentuk Komunikasi
a. Unsur-unsur Komunikasi
Proses komunikasi merupakan proses penyampaian suatu pesan yang
dilakukan seorang komunikator kepada komunikan. Pesan yang
disampaikan komunikator adalah pernyataan sebagai panduan pikiran dan
perasaan, dapat berupa ide, informasi, keluhan, keyakinan, imbauan, anjuran
dan sebagainya.11Pernyataan tersebut dibawakan oleh lambang, umumnya
bahasa, lambang lain yang sering dipergunakan untuk menyatakan suatu
pernyataan ialah gerakan anggota tubuh, gambar, warna dan sebagainya.
Dari berbagai pengertian komunikasi di atas, tampak adanya komponen
atau unsur-unsur yang mencakup di dalamnya yang merupakan syarat
terjadinya komunikasi. Unsur-unsur komunikasi tersebut adalah:
1). Komunikator
Komunikator adalah orang yang menyampaikan pesan. Komunikator
memiliki fungsi sebagai encoding yakni orang yang memformulasikan
pesan atau informasi yang kemudian akan disampaikan kepada orang lain.
Komunikator sebagai bagian yang paling menentukan dalam
berkomunikasi dan unutk menjadi seorang komunikator itu harus
11
mempunyai persyaratan dalam memberikan komunikasi untuk mencapai
tujuan. Sehingga dari persyaratan tersebut mempunyai daya tarik tersendiri
komunikan terhadap komunikator.
Komunikator sebagai unsur yang sangat menentukan proses
komunikasi harus punya persyaratan dan menguasai bentuk, model dan
strategi komunikasi untuk mencapai tujuannya. Faktor-faktor tersebut akan
dapat menimbulkan kepercayaan dan daya tarik komunikan kepada
komunikator.
Komunikator berfungsi sebagai encoder yakni sebagai orang yang
memformulasikan pesan yang kemudian menyampaikan kepada orang
lain, orang yang menerima pesan ini adalah komunikasi yang berfungsi
sebagai decoder yakni menerjemahkan lambang-lambang pesan ke dalam
konteks pengertiannya sendiri.12
Syarat-syarat yang diperlukan oleh komunikator diantaranya:
a). Memiliki kredibilitas yang tinggi bagi komunikan.
b). Kemampuan berkomunikasi.
c). Mempunyai pengertahuan yang luas.
d). Sikap.
12
Onong Uchjana Effendy, Kepemimpinan dan Komunikasi, (Yogyakarta: al-Amin
e). Memiliki daya tarik, dalam arti memiliki kemampuan untuk
melakukan perubahan sikap atau perubahan pengetahuan pada
diri komunikan.13
Dari beberapa syarat dan pengertian komunikator di atas, tentunya
seorang komunikator harus dapat memposisikan dirinya sesuai dengan
karakter yang dimilikinya. Dalam menghadapi komunikan, seorang
komunikator harus bersikap empatik, artinya ketika ia sedang
berkomunikasi dengan komunikan yang sedang sibuk, bingung, marah,
sedih, sakit, dan lain sebagainya maka ia tetap harus menunjukkan sikap
empatiknya tersebut.
2). Pesan
Pesan adalah keseluruhan dari pada apa yang disampaikan oleh
komunikator. Pesan harus mempunyai inti pesan sebagai pengarah di
dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan.
Pesan yaitu pernyataan yang disampaikan oleh komunikator yang
didukung oleh lambang. Pada dasarnya pesan yang disampaikan oleh
komunikator itu mengarah pada usaha mencoba mempengaruhi atau
mengubah sikap dan tingkah laku komunikannya. Penyampaian pesan
dapat dilakukan secara lisan atau melalui media.
Pesan yang disampaikan komunikator adalah pernyataan sebagai
paduan pikiran dan perasaan, dapat beruapa ide, informasi, keluhan,
13
keyakinan, imbauan, anjuran, dan lain sebagainya. Pesan seharusnya
mempunyai inti pesan (tema) sebagai pengarah di dalam usaha mengubah
sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat disampaikan secara
panjang lebar, tetapi perlu diperhatikan dan diarahkan kepada tujuan akhir
dari komunikasi.14
Adapun pesan yang dianggap berhasil disampaikan oleh komunikator
harus memenuhi beberapa syarat berikut ini:15
a). Pesan harus direncanakan (dipersiapkan) secara baik serta sesuai
dengan kebutuhan pembaca.
b). Pesan dapat menggunakan bahasa yang dapat dimengerti kedua belah
pihak.
c). Pesan harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima serta
menimbulkan kepuasan.
Pendapat lain mengatakan syarat-syarat pesan harus memenuhi:16
a). Umum: berisikan hal-hal umum dan mudah dipahami oleh komunikan
atau audiense, bukan soal-soal yang hanya dipahami oleh seorang atau
sekelompok tertentu.
14
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, h. 6
15
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, h. 15
16
b). Jelas dan gamblang: pesan yang disampaikan tidak samar-samar. Jika
mengambil perumpamaan diusahakan contoh yang senyata mungkin,
agar tidak ditafsirkan menyimpang dari yang dikehendaki.
c). Bahasa yang jelas: sejauh mungkin menggunakan istilah-istilah yang
mudah dipahami oleh si penerima atau pendengar. Bahasa yang
digunakan jelas dan sederhana yang cocok dengan komunikan, daerah
dan kondisi di mana komunikator berkomunikasi.
d). Positif: secara kodrati manusia tidak ingin mendengarkan dan melihat
hal-hal yang tidak menyenangkan dirinya. Oleh karena itu, setiap
pesan agar diusahakan dalam bentuk positif.
e). Seimbang: pesan yang disampaikan oleh komunikator pada komunikan
dirumuskan sesuai dengan kemampuan komunikan menafsirkan pesan
tersebut. Artinya agar komunikan bisa menafsirkan pesan tersebut
seperti yang dimaksudkan oleh pengirim pesan, sehingga pesan tidak
berubah maknanya.
f). Penyesuaian dengan keinginan komunikan: orang-orang yang menjadi
sasaran dari komunikasi yang disampaikan oleh komunikator selalu
mempunyai keinginan tertentu. Misalnya; pesan yang ditujukan
kelompok petani yang buta huruf, haruslah dirumuskan sedemikian
rupa, sehingga para petani tersebut mampu menafsirkannya, seperti
yang diharapkan oleh pengirim pesan. Untuk itu, maka pengirim
Ada beberapa bentuk pesan, diantaranya:
a). Informatif, adalah memberikan keterangan-keterangan dan kemudian
komunikan dapat mengambil kesimpulan sendiri.
b). Persuasif, adalah dengan bujukan untuk membangkitkan pengertian
dan kesadaran seseorang bahwa apa yang kita sampaikan akan
memberikan berupa pendapat atau sikap sehingga ada perubahan,
namun perubahan ini adalah kehendak sendiri.
c). Koersif, adalah dengan menggunakan sanksi-sanksi. Bentuknya
terkenal dengan agitasi, yakni dengan penekanan-penekanan yang
menimbulkan tekanan batin di antara sesamanya dan pada kalangan
publik. 17
3). Media
Media merupakan sarana atau saluran yang digunakan oleh
komunikator untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada
komunikan. Atau sarana yang digunakan untuk memberikan feedback dari
komunikan kepada komunikator. Media sendiri merupkan bentuk jamak
dari kata medium, yang artinya perantara, penyampai atau penyalur.18
a). Komunikan
Komunikan merupakan orang yang menerima pesan. Fungsinya
sebagai decoding, yaitu orang yang menginterpretasikan, menerjemahkan
dan menganalisis isi pesan yang diterimanya. Jika komunikan dapat
memberikan reaksi atau umpan balik, maka akan terjadi komunikasi dua
arah.
b). Efek
Efek komunikasi yang timbul pada diri komunikan bergantung pada
tujuan komunikasi yang dilakukan oleh komunikator. Efek merupakan
dampak atau hasil sebagai pengaruh dari pesan. Komunikasi dapat
dikatakan berhasil apabila sikap dan tingkah laku komunikan sesuai
dengan apa yang diharapkan.
Hal yang penting dalam komunikasi ialah bagaimana caranya agar
suatu pesan yang disampaikan komunikator itu menimbulkan efek atau
dampak tertentu pada komunikan. Dampak yang ditimbulkan dapat
diklasifikasikan menurut kadarnya, yaitu:
a). Dampak kognitif adalah yang timbul pada komunikan yang
menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkat intelektualitasnya.
b). Dampak afektif lebih tinggi kadarnya daripada dampak kognitif. Tujuan
komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu, tetapi
bergerak hatinya menimbulkan perasaan tertentu, misalnya perasaan
c). Dampak behavioral yang paling tinggi kadarnya, yakni dampak yang
timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan atau
kegiatan.19
b. Bentuk-bentuk Komunikasi
Komunikasi dapat digolongkan dalam empat bentuk, yaitu; komunikasi
pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi massa dan komunikasi medio.20
Maka dari segi sasaranya komunikasi ditujukan atau diarahkan ke dalam:
1). Komunikasi Pribadi (Personal Communication)
Komunikasi pribadi, terbagi dua macam, diantaranya:
a). Komunikasi Intrapersona
Menurut Wilbur Schrarmm, yang dikutip oleh Phil. Astrid S.
Susanto, bahwa manusia apabila dihadapi dengan suatu pesan
untuk mengambil keputusan menerima ataupun menolaknya akan
mengadakan terlebih dahulu suatu ‘komunikasi dengan dirinya’.
Khusunya menimbang untung rugi usul yang diajukan oleh
komunikator.21
19
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, h. 7
20
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2002), h. 7
21
Komunikasi akan berhasil apabila pikiran disampaikan dengan
menggunakan perasaan yang disadari, sebaliknya komunikasi akan
gagal jika sewaktu menyampikan pikiran, perasaan tidak terkontrol.
b). Komunikasi antarpersona
Menurut Onong Uchjana Effendy, komunikasi antarpersona
adalah komunikasi antara komunikator dengan seorang komunikan.
Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam hal mengubah
sikap, pendapat, atau perilaku seseorang, karena sifatnya dialogis,
berupa percakapan.22 Komunikasi antarpersona dampaknya dapat
dirasakan pada waktu itu juga oleh pihak yang terlibat.23
Hubungan antarpersona adalah hubungan yang langsung,
keuntungan dari padanya ialah bahwa reaksi atau arus balik dapat
diperoleh segera. Dalam hubungan antarpersona, proses
komunikasi semakin jelas dan dalam komunikas antarpersona,
komunikan dapat memberi arus balik secara langsung kepada
komunikator.
22
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, h. 23
23
Maria Assumpte Rumanti, Dasar-dasar Publik Relations Teori dan Praktis, (Jakarta:
2). Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok adalah komunikasi antara seseorang
(komunikator) dengan sejumlah orang (komunikan) yang berkumpul
bersama-sama dalam bentuk kelompok.24
Komunikasi kelompok terbagi dua, yaitu:
a). Komunikasi Kelompok Kecil
Komunikasi kelompok kecil adalah kelompok komunikan yang
dalam situasi komunikasi terdapat kesempatan untuk memberi
tanggapan secara verbal dengan lain perkataan dalam komunikasi
kelompok kecil. Komunikator dapat melakukan komunikasi
intrapersonal dengan salah satu anggota kelompok.25 Banyak kalangan
menilai komunikasi kelompok kecil ini sebagai tipe komunikasi
antarpribadi karena; pertama, anggota-anggotanya terlibat dalam suatu
proses komunikasi yang berlangsung secara tatap muka. Kedua,
pembicaraan berlangsung secara terpotong-potong di mana semua
peserta bisa berbicara dalam kedudukan yang sama, dengan kata lain
tidak ada pembicara tunggal yang mendominasi situasi. Dan ketiga,
sumber dan penerima sulit diidentifikasi, dalam artian semua anggota
bisa menjadi sumber dan juga sebagai penerima.
24
Onong Uchjana Effendy, Dimensi-Dimensi Komunikasi, (Bandung: Alumni, 1986), h. 5
25
Dalam situasi kelompok kecil, seorang komunikator haruslah
memperhatikan umpan balik dari komunikan sehingga ia dapat segera
mengubah gaya komunikasinya. Karena komunikasi kelompok kecil
bersifat tatap muka, maka tanggapan komunikan dapat segera
diketahui.
b). Komunikasi Kelompok Besar
Komunikasi kelompok besar adalah proses komunikasi di mana
pesan-pesan disampaikan oleh pembicara dalam situasi tatap muka di
depan khalayak yang lebih besar.
Komunikasi kelompok besar mempunyai ciri-ciri yaitu; dalam
komunikasi ini penyampaian pesan berlangsung secara kontinyu,
dapat diidentifikasi siapa yang pembicara dan siapa pendengarnya.
Interaksi antara sumber dan penerima sangat terbatas, dan jumlah
khalayak relative besar. Sumber sering kali tidak dapat
mengidentifikasi satu persatu pendengarnya.26
3). Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa
atau komunikasi yang menggunakan media massa, misalnya: pers, radio,
film dan televisi.27
26
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 34-35
27
Komunikasi massa sangat efisien, karena dapat menjangkau daerah
yang luas dan audiensi yang praktis tidak terbatas, namun komunikasi
massa kurang effektif dalam pembentukan sifat personal.
Komunikasi massa mempunyai ciri-ciri, yaitu; komunikasi massa
berlangsung satu arah, komunikator pada komunikasi massa lembaga,
pesan pada komunikasi massa bersifat umum, media komunikasi massa
menimbulkan keserempakan komunikan, komunikasi massa bersifat
heterogen. 28
Komunikasi massa mempunyai beberapa karakteristik, antara lain:
a). Pesan komunikasi massa sifatnya, yakni pesan komunikasi sifatnya
terbuka untuk semua orang menyangkut kepentingan orang banyak.
b). Audience komunikasi massa bersifat heterogen.
c). Penyampaian pesan komunikasi massa menimbulkan keserempakan,
yakni kontak dengan sejumlah besar penduduk tersebut dalam jarak
yang sangat jauh, dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada
dalam keadaan tempat terpisah.
d). Hubungan komunikan dengan komunikator bersifat non pribadi,
maksudnya diantara mereka tidak ada saling kenal, karena teknologi
dari penyebaran yang massal.
28
e). Biasanya komunikasi massa berlangsung satu arah.
f). Kegiatan komunikasi melalui media massa dilakukan secara terencana,
terjadwal dan terorganisir.
g). Penyampaian pesan komunikasi massa dilakukan secara berkala.29
4). Komunikasi Medio
Komunikasi medio adalah komunikasi yang maknanya sama dengan
media umum, yaitu media yang dapat digunakan oleh segala bentuk
komunikasi. Contohnya; surat, telepon, pamphlet, poster, spanduk, brosur,
telegraf, telex. 30
a). Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan
simbol-simbol atau kata-kata, baik yang dinyatakan secara lisan maupun secara
tulisan.31 Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang
menggunakan satu kata atau lebih.
Kemampuan menggunakan komunikasi verbal secara efektif adalah
penting bagi Pembina dan muallaf. Dengan adanya komunikasi verbal
memungkinkan pengidentifikasian tujuan, pengembangan strategi dan
tingkah laku untuk mencapai tujuan. Suatu sistem kode verbal disebut
29
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, h. 113-114
30
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, h.7
31
bahasa. Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan
aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan
dan dipahami suatu komunitas. Bahasa verbal adalah sarana utama untuk
menyatakan pikiran, perasaan, dan maksud kita. Bahasa verbal
menggunakan kata-kata mempresentasikan berbagai aspek realitas
individual kita.
Komunikasi verbal dapat dibedakan atas komunikasi lisan dan
komunikasi tulisan. Komunikasi lisan dapat didefinisikan sebagai suatu
proses seorang pembicara berinteraksi secara lisan dengan pendengar
untuk mempengaruhi tingkah laku penerima. Adapun komunikasi tulisan
yaitu komunikasi yang disampaikan berupa simbol-simbol. Komunikasi
tertulis dapat berupa surat, memo, buku petunjuk, gambar. Sedangkan
komunikasi lisan dapat berupa percakapan interpersonal secara tatap
muka, dan bisa juga melalui telepon, radio, televisi dan lain-lain.
b). Komunikasi Non verbal
Komunikasi non verbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan
dengan tidak menggunakan kata-kata seperti komunikasi yang
menggunakan gerakan tubuh, sikap tubuh, vokal yang bukan kata-kata,
kontak mata, ekspresi muka, kedekatan jarak dan sentuhan. Atau dapat
juga dikatakan bahwa semua kejadian disekeliling situasi komunikasi yang
Dengan komunikasi nonverbal orang dapat mengekspresikan perasaannya
melalui ekspresi wajah dan nada atau kecepatan berbicara.32
Ada beberapa bentuk komunikasi non verbal, diantaranya:
(1). Kinesik, adalah yang berkaitan dengan bahasa tubuh, yang terdiri dari
posisi tubuh, orientasi tubuh, penampilan wajah, gambaran tubuh,
dan lain-lain. Tampaknya ada perbedaan antara arti dan makna dari
gerakan-gerakan tubuh atau anggota tubuh yang ditampilkan
tersebut.
(2). Okulesik, adalah studi tentang gerakan mata dan posisi mata.
(3). Haptik, adalah tentang perabaan atau memperkenankan sejauh mana
seseorang memegang atau merangkul orang lain.
(4). Proksemik, adalah tentang hubungan antar ruang, antar jarak dan
waktu komunikasi.
(5). Kronemik, adalah tentang konsep waktu
(6). Tampilan, adalah cara bagaimana seseorang menampilkan diri telah
cukup menunjukkan atau berkolerasi sangat tinggi dengan evaluasi
tentang pribadi
(7). Posture, adalah tampilan tubuh waktu sedang berdiri atau duduk
32
(8). Pesan-pesan para linguistic antar pribadi adalah pesan komunikasi
yang merupakan gabungan antar perilaku verbal dan non verbal.33
Ada tiga fungsi yang diperankan pesan non verbal, yaitu:
(1). Sebagai pengganti pesan verbal, seperti aba-aba yang dipakai dalam
melaksanakan upacara-upacara, pesta olah raga.
(2). Sebagai fungsi memperkuat pesan verbal, contoh selain diucapkan
mohon perhatian dan pengertian terhadap persoalan tersebut seraya
bersalaman atau menundukkan kepala.
(3). Mempunyai tujuan menidakkan kata-kata yang diucapkan, contoh
seorang bapak yang memberi komentar terhadap nilai buruk anaknya
“kamu ini memang anak yang rajin sekali belajar! Tetapi wajah
bapak merah dan menakutkan.”
Berlangsungnya komunikasi itu adalah jika antara komunikator dan
komunikan mengadakan kesamaan makna atau arti dengan orang yang
diajak berkomunikasi. Karena pada hakekatnya adalah membuat
komunikator dan komunikan sama-sama sesuai dalam memberi arti
lambang yang dikomunikasikan. Sama atau sesuai di sini dalam arti pesan
yang sedang dibahas berdua, bukan pada keseluruhan pengalaman atau
pengetahuan keduanya.
33
Alo liliweri, Dasar-Dasar Komunikasi Antar Budaya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
Wilbur Schramm dalam karyanya, “ Communication Research In The
United States” menyatakan, bahwa; komunikasi akan berhasil apabila
pesan yang disampaikan komunikator cocok dengan frame of reference
yakni pengalaman dan pengertian (collection of experience and meanings)
yang pernah diperoleh komunikan. 34
Adapun proses pelaksanaan komunikasi, dapat berlangsung secara:
(1). Primer, yakni proses penyampaian pikiran dan perasaan seseorang
kepada orang lain dengan menggunakan lambang (simbol) sebagai
media, seperti bahasa, isyarat, gambar, warna dan lain-lain. Yang
dilakukan secara langsung, tanpa ada media lain atau yang kedua
sebagai alat penyampai. Pikiran dan perasaan seseorang baru akan
diketahui oleh dan akan ada dampaknya kepada orang lain, apabila
ditransmisikan dengan menggunakan media primer tersebut, yakni
lambang-lambang. Lambang bahasa yang paling banyak
dipergunakan dalam komunikasi, karena hanya bahasalah yang
mampu ‘menerjemahkan’ pikiran seseorang yang abstrak sekalipun.
Isyarat, gambar dan yang lainnya, memang dapat menerjemahkan
pikiran seseorang, sehingga terekspresikan secara fisik. Namun
melambaikan tangan, memainkan jari jemari, atau mengedipkan mata,
hanya dapat mengkomunikasikan hal-hal tertentu saja sesuai dengan orang
yang mempunyai kesamaan makna.
34
Wilbur Schramm menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil,
apabila pesan yang disampaikan komunikator cocok dengan kerangka
acuan (frame of reference), yakni paduan pengalaman dan pengertian yang
pernah diperoleh komunikan. Bidang pengalaman merupakan faktor yang
paling penting dalam komunikasi. Jika bidang pengalaman komunikator
sama dengan bidang pengalaman komunikan, maka komunikasi akan
berlangsung lancar.
(2). Sekunder, yakni proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada
orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua
setelah menggunakan lambang sebagai media pertama. Penggunaan
media kedua ini, bisa dikarenakan sasarannya berada di tempat yang
relatif jauh atau jumlahnya banyak. Media tersebut bisa berupa: surat,
telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, TV, dan lain sebagainya. 35
Tujuan dari proses sekunder menurut Edward Safir adalah untuk:
(a). Mencapai masyarakat lebih luas, artinya mencapai komunkan yang
lebih luas daripada yang dimungkinkan oleh komunikasi langsung.
(b). Memungkinkan imitasi lebih banyak orang (secara tidak langsung),
yaitu jumlah komunikan lebih luas daripada dalam proses primer.
(c). Mengatasi batas-batas komunikasi yang dapat diadakan oleh adanya
batas ruang (geografis) dan batas ruang serta waktu. Dengan demikian
35
maka menurut Safir komunikasi sekunder mengadakan proses primer
yang baru, memperbaiki dan mengatasi kekurangan-kekurangan
proses primer dan memperbanyak proses komunikasi yang akan
terbatas kalau hanya mempergunakan komunikasi langsung.
Secara teknis hal ini berarti bahwa:
(a). Komunikasi dengan generasi-generasi yang belum dilahirkan sudah
dimungkinkan (dokumentasi dalam film pita rekaman, piring hitam
dan lain-lain yang dapat dipancarkan melalui media massa waktu
siaran).
(b).Mengadakan komunikasi dengan daerah-daerah yang geografis
berjauhan.
(c). Memungkinkan adanya akulturasi.
(d). Mengadakan dan memungkinkan integrasi kaum terpelajar, khususnya
dalam bidang ilmiyah yang sama dan karenanya membentuk suatu
masyarakat ilmiyah.36
Karena media mempunyai kemampuan-kemampuan ini, maka
akhirnya media dapat mempunyai akibat yang sangat luas bagi kehidupan
manusia, melalui media (dokumentasi), maka kemampuan untuk
mengubah melalui komunikasi makin besar. Dan dengan media manusia
36
semakin merasa mempunyai kesempatan untuk memperluas
pengetahuannya.
Sementara untuk mengukur keberhasilan komunikasi yang dilakukan,
maka harus ada arus balik yang diberikan oleh komunikan, yang dalam
bahasa Inggris arus balik itu disebut dengan istilah feedback yang
diterjemahkan dengan arus balik atau umpan balik atau respon, istilah ini
berasal dari teori sibernetika yaitu, suatu cabang dari ilmu teknik mesin
yang berhubungan dengan sistem kontrol. Sistem ini mengontrol suatu
operasi dengan menggunakan informasi mengenai efek.
Dengan demikian, kedudukan feed back dalam komunikasi
mempunyai peranan yang sangat penting, sebab ia menerangkan kepada
komunikator bahwa pesannya dapat diterima dan ditanggapi oleh
komunikan. Jika tidak diketahui feed backnya maka sulit untuk mengukur,
apakah pesan dapat diterima atau tidak dan yang pasti akan terus
menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang sulit untuk dijawab. Feed back
yang dapat diartikan sebagai respons, umpan balik dan peneguhan adalah
pesan dikirim kembali dari penerima ke sumber, memberi tahu sumber
tentang reaksi penerima dan memberikan landasan kepada sumber untuk
menentukan pelilaku selanjutnya. 37
Adapun feed back ini mempunyai beberapa kategori, yakni:
37
Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1985), h.
(1). Feed back menurut bentuknya, terbagi dua, yakni:
(a). Secara verbal, yaitu sesuatu yang diungkapkan atau dinyatakan
dengan secara tertulis atau dengan lisan.
(b). Secara non verbal, yaitu sesuatu yang diungkapkan dengan tidak
tertulis dan lisan, melainkan dengan isyarat, kode-kode signal
dan lain-lain.
(2). Feed back menurut macamnya, terbagi dua, yakni:
(a). Positif, yaitu sesuatu yang diinginkan oleh komunikator tercapai.
(b). Negatif, yaitu sesuatu yang diinginkan oleh komunikator tidak
tercapai.
(3). Feed back menurut prosesnya, terbagi dua, yakni:
(a). Segera (Immediate), yaitu umpan balik yang diberikan secara
langsung, tidak hambatan. Dan komunikasinya disebut two way
communication.
(b). Tertunda (Delayed), yaitu umpan balik yang diberikan tertunda,
karena biasanya menggunakan media massa. Dan komunikasinya
disebut dengan one way communication.
(a). Internal, yaitu feed back yang diberikan oleh komunikator
sendiri, karena komunikasi belum berjalan atau disampaikan
kepada komunikan.
(b). Eksternal, yaitu feed back yang datangnya dari komunikan (lawan
bicara komunikator).38
3. Definisi Pola Komunikasi dan Jenis-jenis Komunikasi
a. Definisi Pola Komunikasi
Sebelum kita mengartikan bentuk dari keseluruhan pengertian dari pola
komunikasi maka kita harus memisahkan kedua kata tersebut yaitu kata
pola dan komunikasi, dimaksudkan untuk kita memudahkan dalam
mengartikan kata pola komunikasi tersebut.
Kata pola dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya bentuk atau
sistem.39 Pola pada dasarnya adalah sebuah gambaran tentang sebuah
proses yang terjadi dalam sebuah kejadian sehingga memudahkan
seseorang dalam menganalisa tersebut, dengan tujuan agar dapat
meminimalisirkan segala bentuk kekurangan sehingga dapat diperbaiki.
38
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, h. 50-51
39
Kata komunikasi dalam bahasa Inggris communication berasal dari
bahasa Latin, communicatus yang berarti “berbagi” atau menjadikan milik
bersama.40
Komunikasi secara etimoligi, bahwa istilah komunikasi berasal dari
bahasa Inggris communication, yang berasal dari bahasa Latin
communicatio, yang berarti pemberitahuan atau pertukaran pikiran. Makna
hakiki dari communication ini adalah communis, yang berarti sama atau
kesamaan arti.41 Astrid Susanto mengemukakan, perkataan komunikasi
berasal dari kata communicare, yang di dalam bahasa Latin mempunyai
arti berpartisipasi, atau memberitahukan. Kata communis berarti milik
bersama atau berlaku di mana-mana.42
Sedangkan secara terminologi, komunikasi berarti proses penyampaian
suatu pertanyaan oleh seseorang kepada orang lain.43 Di mana, komunikasi
yang melibatkan sejumlah orang dan seseorang menyatakan sesuatu
kepada orang lain.
Arni Muhammad memberikan definisi mengenai komunikasi manusia
yang lebih komprehensif sebagai berikut: “komunikasi manusia adalah
suatu proses melalui mana individu dalam hubungannya, dalam kelompok,
dalam organisasi dan dalam masyarakat menciptakan, mengirimkan, dan
40 Sasa Djuarsa Sendjaja,Pengantar Komunikasi, h. 7
41
Onong Uchjana Effendy, Spectrum Komunikasi, (Bandung: Mandar Maju, 1992), h. 4
42
Phil Astrid Susanto, Komunikasi Dalam Teori Dan Praktek, h. 1
43
menggunakan informasi untuk mengkoordinasi lingkungannya dan orang
lain.44
Dari semua definisi itu, penulis menyimpulkan arti dari pola
komunikasi itu merupakan gabungan dua kata antara pola dan komunikasi,
sehingga dapat dikatakan sebagai sebuah bentuk penyampaian suatu pesan
atau bentuk-bentuk komunikasi yang disampaikan oleh komunikator
(pembina) kepada komunikan (muallaf).
Dengan demikian dapat dikatakan seseorang yang berkomunikasi
berarti dia mengharapkan perubahan pada dirinya, atau mengharapkan
orang lain ikut berpartisipasi, mengikuti, bertindak sesuai dengan harapan
dan isi pesan yang disampaikan. Sesuai dengan arti komunikasi yaitu sama
makna, maka orang yang melakukan kegiatan komunikasi harus
mempunyai kesamaan arti, sama-sama mengetahui hal yang sedang
dikomunikasikan. Jika tidak demikian, maka kegiatan komunikasi tersebut
tidak bisa berjalan dengan baik.
b. Jenis-jenis Pola Komunikasi
Menurut H.A.W. Widjaja di dalam bukunya ilmu komunikasi
pengantar studi, ada empat pola komunikasi, yaitu:
1). Pola roda yakni seseorang berkomunikasi pada banyak orang.
44
2). Pola rantai yakni seseorang berkomunikasi pada seseorang yang
lain dan seterusnya.
3). Pola lingkaran yakni hampir sama dengan rantai namun orang
terakhir berkomunikasi pula kepada orang pertama.
4). Pola bintang yakni semua anggota berkomunikasi dengan semua
anggota.45
4.Teknik-teknik Komunikasi
Istilah-istilah teknik berasal dari bahasa Yunani Technikos yang berarti
keterampilan.46 Berdasarkan keterampilan berkomunikasi yang dilakukan
komunikator, teknik komunikasi diklasifikasikan menjadi:47
a). Komunikasi informatif adalah memberikan keterangan-keterangan
(fakta-fakta), kemudian komunikan mengambil kesimpulan dan
keputusan sendiri. Dalam situasi tertentu pesan informatif justru
berhasil dari persuasif.
b). Komunikasi persuasif adalah berisikan bujukan, yakni
membangkitkan pengertian dan kesadaran manusia bahwa apa yang
kita sampaikan akan memberikan perubahan sikap, tetapi perubahan
45
H.A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, h. 32.
46
Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, h. 55
47
ini adalah atas kehendak sendiri (bukan dipaksakan). Perubahan
tersebut diterima atas kesadaran sendiri.
c). Komunikasi koersif adalah dengan menggunakan sanksi-sanksi.
Bentuknya terkenal dengan agitasi, yakni dengan
penekanan-penekanan yang menimbulkan tekanan batin di antara sesamanya
dan pada kalangan publik.
d). Hubungan manusia, bila ditinjau dari ilmu komunikasi hubungan
manusia itu masuk ke dalam komunikasi antarpersona sebab
berlangsung pada umumnya antara dua orang secara dialogis.
Dikatakan bahwa hubungan manusiawi itu komunikasi karena
bersifat oction oriented, mengandung kegiatan untuk mengubah
sikap, pendapat atau perilaku seseorang.
B. Definisi Pembinaan dan Program Pembinaan serta Metode Pembinaan
1. Definisi pembinaan
Pembinaan menurut bahasa adalah latihan, pendidikan. Secara istilah,
pembinaan adalah suatu proses belajar dengan melepaskan hal-hal yang baru
yang belum dimiliki, dengan tujuan membantu orang yang menjalaninya,
untuk membetulkan dan mengembangkan pengetahuan dan kecakapan yang
sudah ada serta mendapatkan pengetahuan dan kecakapan baru untuk
mencapai tujuan hidup yang sedang dijalani secara lebih efektif.48
48
Pembinaan merupakan program di mana para peserta berkumpul untuk
memberi, menerima dan mengolah informasi, pengetahuan dan kecakapan,
entah dengan memperkembangkan yang sudah ada dengan menambah yang
baru. Pembinaan diikuti oleh sejumlah peserta.
Ada tiga fungsi pokok pembinaan, diantaranya:
a. Penyampaian informasi dan pengetahuan
b. Perubahan dan pengembangan sikap
c. Latihan dan pengembangan sikap.49
2. Program Pembinaan
Program pembinaan merupakan prosedur yang dijadikan landasan untuk
menentukan isi dan urutan acara-acara pembinaan yang akan dilaksanakan. 50
Program pembinaan diantaranya; sasaran, isi, pendekatan, metode pembinaan.
a. Sasaran Program
Sering terjadi bahwa sasaran, objektif, program pembinaan tidak
dirumuskan dengan tegas dan jelas. Hal ini terjadi karena berbagai sebab,
antara lain:
1). Pembinaan tidak tahu kepentingan perumusan sasaran program
pembinaan, sehingga dia tidak membuat.
49
Mangunhardjana, Pembinaan Arti dan Metodenya, h. 11
50
2). Pembina terlalu yakin diri, sehingga dia tidak merasa perlu untuk
membuatnya.
3). Penyelenggara tidak mampu membedakan antara isi dan sasaran
program pembinaan.
4). Program pembinaan sudah biasa dijalankan, tahun demi tahun
sehingga sudah menjadi tujuan tersendiri dan tidak lagi
dipersoalkan sasarannya.
Dari berbagai alasan di atas, dalam pembinaan yang tidak mempunyai
sasaran yang jelas, mengandung bahaya besar, tidak mempunyai arah dan
tujuan yang jelas. Suatu pembinaan sulit dinilai berhasil tidaknya. Oleh
karena itu sasaran harus dirumuskan dengan jelas dan tegas. Agar sungguh
menjadi sasaran pembinaan, sasaran itu harus ada hubungan dengan minat
dan kebutuhan para peserta.51
Dalam penelitian ini, penulis mengambil sasaran pada program
pembinaan muallaf di Masjid Agung Sunda Kelapa Jakarta diantaranya;
para muallaf dan yang belum muallaf tapi berniat mempelajari agama
Islam.
b. Isi Program
Isi program pembinaan berhubungan dengan sasarannya. Maka
bagaimanapun baiknya suatu acara itu sebagai isi program pembinaan
51
yang dipimpinnya, kalau tidak mendukung tercapainya sasaran program,
waktu merencanakan isi program, Pembina sebaiknya memperhatikan
hal-hal berikut:
1). Isi dengan sesuai dengan tingkat perkembangan dan pengetahuan
para peserta muallaf dan berhubungan dengan pengetahuan dan
pengalaman mereka.
2). Isi tidak selalu teoritis, tetapi praktis dalam arti dapat dibahas dan
dikembangkan dari berbagai pandangan dan pengalaman para
muallaf, serta dapat dipraktekkan dalam hidup nyata.
3). Isi tidak terlalu banyak, tetapi disesuaikan dengan ‘daya tangkap’
para muallaf dan waktu yang tersedia.52
c. Pendekatan Program
Beberapa pendekatan utama dalam program pembinaan, antara lain:
1). Pendekatan Informatif
Dengan pendekatan informatif, informative approach, pada
dasarnya orang menjalankan program dengan meyampaikan informasi
kepada para peserta. Dengan pendekatan informatif biasanya program
pembinaan diisi dengan ceramah atau kuliah oleh berbagai pembicara
tentang berbagai hal yang dianggap perlu bagi para peserta. Dengan
52
pendekatan itu partisipasi para peserta dalam pembinaan kecil saja.
Partisipasi para peserta terbatas pada permintaan penjelasan atau
penyampaian pertanyaan mengenai hal yang belum dimengerti
benar-benar.
2). Pendekatan Partisipatif
Pendekatan partisipatif, participative approach, berlandaskan
kepercayaan bahwa para peserta sendiri merupakan sumber pembinaan
yang utama. Maka dalam pembinaan, pengetahuan, pengalaman, dan
keahlian mereka dimanfaatkan lebih merupakan situasi belajar bersama,
di mana pembina dan para peserta belajar satu sama lain. Pendekatan ini
banyak melibatkan para peserta, pembina tidak sebagai guru, sebagai
koordinator dalam proses belajar, meskipun dia juga wajib memberikan
masukan, input, sejauh dibutuhkan oleh tujuan program.
3). Pendekatan Eksperiensial
Pendekatan eksperiensial, experiencial approach, berkeyakinan
bahwa belajar yang sejati terjadi karena pengalaman pribadi dan
langsung. Dalam pendekatan eksperiensial para peserta langsung
dilibatkan dalam situasi dan pengalaman dalam bidang yang dijadikan
pembinaan. Untuk itu dituntut keahlian tinggi dari pembinaannya.53
53
d. Metode-metode Pembinaan
1). Metode perkenalan merupakan metode untuk membantu para
peserta agar mengenal satu sama lain mengenai pribadi dan latar
belakang kehidupan mereka. Dengan tujuan sebagai langkah awal
untuk membentuk kekompakkan kelompok.
2). Metode pemasaran merupakan acara pembinaan berupa kegiatan
atau permainan yang bertujuan menarik perhatian, membantu untuk
sebagai permulaan aktif terlibat pada acara, membantu melepaskan
beban mental pada keikutsertaannya dan membantu para peserta
terlibat satu sama lain.
3). Metode informatif merupakan metode yang menekankan
penyampaian informasi dari Pembina kepada peserta.
4). Metode partisipatif merupakan metode yang dapat melibatkan para
peserta, yang termasuk dalam metode ini, antara lain; pernyataan,
pengumpulan gagasan, audio visual, diskusi kelompok, kelompok
berbincang-bincang, kuis, studi kasus, peragaan peran, dan
lain-lain.
5). Metode partisipatif-eksperisial merupakan metode-metode ini pada
dasarnya menyangkut permainan peran yang menghubungkan
langsung para peserta dengan pengalaman, mempergunakan
metode yang mendukung. Maka unsur eksperiensalnya tergantung
Metode ini antara lain; pertemuan, latihan stimulasi, demonstrasi
dan lain-lain.
6). Metode eksperisial merupakan metode yang memberikan
kemungkinan kepada para peserta untuk ‘belajar’ melaui
pengalaman langsung dan nyata, antara lain; ungkapan, kreatif,
berjalan buta, kerja proyek kunjungan kelapangan, lokakarya,
tinggal di tempat, dan lain-lain.54
C. Definisi Muallaf dan Kedudukan Muallaf Dalam Islam
1. Definisi Muallaf
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian muallaf, antara lain:
a. Dalam Ensiklopedi Dasar Islam, muallaf adalah seseorang yang
semula kafir dan baru memeluk Islam.55
b. Dalam Ensklopedi Hukum Islam, muallaf (Ar.: mu`allaf qalbuh;
jamak; mu`allaf qulubuhum = orang yang hatinya dibujuk dan
dijinakkan). Orang yang dijinakkan hatinya agar cenderung kepada
Islam. 56
54 Mangunhardjana, Pembinaan Arti dan Metodenya, h. 37
55
Ahmad Roestandi, Ensiklopedi Dasar Islam, (Jakarta: PT. Pradaya Paramita, 1993), h. 173
56
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT. Ictiar Baru Van Hoeve,