• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

3. Definisi Pola Komunikasi dan Jenis-Jenis Komunikasi

a. Definisi Pola Komunikasi

Sebelum kita mengartikan bentuk dari keseluruhan pengertian dari pola komunikasi maka kita harus memisahkan kedua kata tersebut yaitu kata pola dan komunikasi, dimaksudkan untuk kita memudahkan dalam mengartikan kata pola komunikasi tersebut.

Kata pola dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya bentuk atau sistem.39 Pola pada dasarnya adalah sebuah gambaran tentang sebuah proses yang terjadi dalam sebuah kejadian sehingga memudahkan seseorang dalam menganalisa tersebut, dengan tujuan agar dapat meminimalisirkan segala bentuk kekurangan sehingga dapat diperbaiki.

38

Roudhonah, Ilmu Komunikasi, h. 50-51 39

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h.778

Kata komunikasi dalam bahasa Inggris communication berasal dari bahasa Latin, communicatus yang berarti “berbagi” atau menjadikan milik bersama.40

Komunikasi secara etimoligi, bahwa istilah komunikasi berasal dari bahasa Inggris communication, yang berasal dari bahasa Latin communicatio, yang berarti pemberitahuan atau pertukaran pikiran. Makna hakiki dari communication ini adalah communis, yang berarti sama atau kesamaan arti.41 Astrid Susanto mengemukakan, perkataan komunikasi berasal dari kata communicare, yang di dalam bahasa Latin mempunyai arti berpartisipasi, atau memberitahukan. Kata communis berarti milik bersama atau berlaku di mana-mana.42

Sedangkan secara terminologi, komunikasi berarti proses penyampaian suatu pertanyaan oleh seseorang kepada orang lain.43 Di mana, komunikasi yang melibatkan sejumlah orang dan seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain.

Arni Muhammad memberikan definisi mengenai komunikasi manusia yang lebih komprehensif sebagai berikut: “komunikasi manusia adalah suatu proses melalui mana individu dalam hubungannya, dalam kelompok, dalam organisasi dan dalam masyarakat menciptakan, mengirimkan, dan

40 Sasa Djuarsa Sendjaja,Pengantar Komunikasi, h. 7

41

Onong Uchjana Effendy, Spectrum Komunikasi, (Bandung: Mandar Maju, 1992), h. 4 42

Phil Astrid Susanto, Komunikasi Dalam Teori Dan Praktek, h. 1 43

menggunakan informasi untuk mengkoordinasi lingkungannya dan orang lain.44

Dari semua definisi itu, penulis menyimpulkan arti dari pola komunikasi itu merupakan gabungan dua kata antara pola dan komunikasi, sehingga dapat dikatakan sebagai sebuah bentuk penyampaian suatu pesan atau bentuk-bentuk komunikasi yang disampaikan oleh komunikator (pembina) kepada komunikan (muallaf).

Dengan demikian dapat dikatakan seseorang yang berkomunikasi berarti dia mengharapkan perubahan pada dirinya, atau mengharapkan orang lain ikut berpartisipasi, mengikuti, bertindak sesuai dengan harapan dan isi pesan yang disampaikan. Sesuai dengan arti komunikasi yaitu sama makna, maka orang yang melakukan kegiatan komunikasi harus mempunyai kesamaan arti, sama-sama mengetahui hal yang sedang dikomunikasikan. Jika tidak demikian, maka kegiatan komunikasi tersebut tidak bisa berjalan dengan baik.

b. Jenis-jenis Pola Komunikasi

Menurut H.A.W. Widjaja di dalam bukunya ilmu komunikasi pengantar studi, ada empat pola komunikasi, yaitu:

1). Pola roda yakni seseorang berkomunikasi pada banyak orang.

44

2). Pola rantai yakni seseorang berkomunikasi pada seseorang yang lain dan seterusnya.

3). Pola lingkaran yakni hampir sama dengan rantai namun orang terakhir berkomunikasi pula kepada orang pertama.

4). Pola bintang yakni semua anggota berkomunikasi dengan semua anggota.45

4.Teknik-teknik Komunikasi

Istilah-istilah teknik berasal dari bahasa Yunani Technikos yang berarti keterampilan.46 Berdasarkan keterampilan berkomunikasi yang dilakukan komunikator, teknik komunikasi diklasifikasikan menjadi:47

a). Komunikasi informatif adalah memberikan keterangan-keterangan (fakta-fakta), kemudian komunikan mengambil kesimpulan dan keputusan sendiri. Dalam situasi tertentu pesan informatif justru berhasil dari persuasif.

b). Komunikasi persuasif adalah berisikan bujukan, yakni membangkitkan pengertian dan kesadaran manusia bahwa apa yang kita sampaikan akan memberikan perubahan sikap, tetapi perubahan

45

H.A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, h. 32. 46

Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, h. 55 47

ini adalah atas kehendak sendiri (bukan dipaksakan). Perubahan tersebut diterima atas kesadaran sendiri.

c). Komunikasi koersif adalah dengan menggunakan sanksi-sanksi. Bentuknya terkenal dengan agitasi, yakni dengan penekanan-penekanan yang menimbulkan tekanan batin di antara sesamanya dan pada kalangan publik.

d). Hubungan manusia, bila ditinjau dari ilmu komunikasi hubungan manusia itu masuk ke dalam komunikasi antarpersona sebab berlangsung pada umumnya antara dua orang secara dialogis. Dikatakan bahwa hubungan manusiawi itu komunikasi karena bersifat oction oriented, mengandung kegiatan untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang.

B. Definisi Pembinaan dan Program Pembinaan serta Metode Pembinaan

1. Definisi pembinaan

Pembinaan menurut bahasa adalah latihan, pendidikan. Secara istilah, pembinaan adalah suatu proses belajar dengan melepaskan hal-hal yang baru yang belum dimiliki, dengan tujuan membantu orang yang menjalaninya, untuk membetulkan dan mengembangkan pengetahuan dan kecakapan yang sudah ada serta mendapatkan pengetahuan dan kecakapan baru untuk mencapai tujuan hidup yang sedang dijalani secara lebih efektif.48

48

Pembinaan merupakan program di mana para peserta berkumpul untuk memberi, menerima dan mengolah informasi, pengetahuan dan kecakapan, entah dengan memperkembangkan yang sudah ada dengan menambah yang baru. Pembinaan diikuti oleh sejumlah peserta.

Ada tiga fungsi pokok pembinaan, diantaranya:

a. Penyampaian informasi dan pengetahuan

b. Perubahan dan pengembangan sikap

c. Latihan dan pengembangan sikap.49

2. Program Pembinaan

Program pembinaan merupakan prosedur yang dijadikan landasan untuk menentukan isi dan urutan acara-acara pembinaan yang akan dilaksanakan. 50 Program pembinaan diantaranya; sasaran, isi, pendekatan, metode pembinaan.

a. Sasaran Program

Sering terjadi bahwa sasaran, objektif, program pembinaan tidak dirumuskan dengan tegas dan jelas. Hal ini terjadi karena berbagai sebab, antara lain:

1). Pembinaan tidak tahu kepentingan perumusan sasaran program pembinaan, sehingga dia tidak membuat.

49

Mangunhardjana, Pembinaan Arti dan Metodenya, h. 11 50

2). Pembina terlalu yakin diri, sehingga dia tidak merasa perlu untuk membuatnya.

3). Penyelenggara tidak mampu membedakan antara isi dan sasaran program pembinaan.

4). Program pembinaan sudah biasa dijalankan, tahun demi tahun sehingga sudah menjadi tujuan tersendiri dan tidak lagi dipersoalkan sasarannya.

Dari berbagai alasan di atas, dalam pembinaan yang tidak mempunyai sasaran yang jelas, mengandung bahaya besar, tidak mempunyai arah dan tujuan yang jelas. Suatu pembinaan sulit dinilai berhasil tidaknya. Oleh karena itu sasaran harus dirumuskan dengan jelas dan tegas. Agar sungguh menjadi sasaran pembinaan, sasaran itu harus ada hubungan dengan minat dan kebutuhan para peserta.51

Dalam penelitian ini, penulis mengambil sasaran pada program pembinaan muallaf di Masjid Agung Sunda Kelapa Jakarta diantaranya; para muallaf dan yang belum muallaf tapi berniat mempelajari agama Islam.

b. Isi Program

Isi program pembinaan berhubungan dengan sasarannya. Maka bagaimanapun baiknya suatu acara itu sebagai isi program pembinaan

51

yang dipimpinnya, kalau tidak mendukung tercapainya sasaran program, waktu merencanakan isi program, Pembina sebaiknya memperhatikan hal-hal berikut:

1). Isi dengan sesuai dengan tingkat perkembangan dan pengetahuan para peserta muallaf dan berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman mereka.

2). Isi tidak selalu teoritis, tetapi praktis dalam arti dapat dibahas dan dikembangkan dari berbagai pandangan dan pengalaman para muallaf, serta dapat dipraktekkan dalam hidup nyata.

3). Isi tidak terlalu banyak, tetapi disesuaikan dengan ‘daya tangkap’ para muallaf dan waktu yang tersedia.52

c. Pendekatan Program

Beberapa pendekatan utama dalam program pembinaan, antara lain:

1). Pendekatan Informatif

Dengan pendekatan informatif, informative approach, pada dasarnya orang menjalankan program dengan meyampaikan informasi kepada para peserta. Dengan pendekatan informatif biasanya program pembinaan diisi dengan ceramah atau kuliah oleh berbagai pembicara tentang berbagai hal yang dianggap perlu bagi para peserta. Dengan

52

pendekatan itu partisipasi para peserta dalam pembinaan kecil saja. Partisipasi para peserta terbatas pada permintaan penjelasan atau penyampaian pertanyaan mengenai hal yang belum dimengerti benar-benar.

2). Pendekatan Partisipatif

Pendekatan partisipatif, participative approach, berlandaskan kepercayaan bahwa para peserta sendiri merupakan sumber pembinaan yang utama. Maka dalam pembinaan, pengetahuan, pengalaman, dan keahlian mereka dimanfaatkan lebih merupakan situasi belajar bersama, di mana pembina dan para peserta belajar satu sama lain. Pendekatan ini banyak melibatkan para peserta, pembina tidak sebagai guru, sebagai koordinator dalam proses belajar, meskipun dia juga wajib memberikan masukan, input, sejauh dibutuhkan oleh tujuan program.

3). Pendekatan Eksperiensial

Pendekatan eksperiensial, experiencial approach, berkeyakinan bahwa belajar yang sejati terjadi karena pengalaman pribadi dan langsung. Dalam pendekatan eksperiensial para peserta langsung dilibatkan dalam situasi dan pengalaman dalam bidang yang dijadikan pembinaan. Untuk itu dituntut keahlian tinggi dari pembinaannya.53

53

d. Metode-metode Pembinaan

1). Metode perkenalan merupakan metode untuk membantu para peserta agar mengenal satu sama lain mengenai pribadi dan latar belakang kehidupan mereka. Dengan tujuan sebagai langkah awal untuk membentuk kekompakkan kelompok.

2). Metode pemasaran merupakan acara pembinaan berupa kegiatan atau permainan yang bertujuan menarik perhatian, membantu untuk sebagai permulaan aktif terlibat pada acara, membantu melepaskan beban mental pada keikutsertaannya dan membantu para peserta terlibat satu sama lain.

3). Metode informatif merupakan metode yang menekankan penyampaian informasi dari Pembina kepada peserta.

4). Metode partisipatif merupakan metode yang dapat melibatkan para peserta, yang termasuk dalam metode ini, antara lain; pernyataan, pengumpulan gagasan, audio visual, diskusi kelompok, kelompok berbincang-bincang, kuis, studi kasus, peragaan peran, dan lain-lain.

5). Metode partisipatif-eksperisial merupakan metode-metode ini pada dasarnya menyangkut permainan peran yang menghubungkan langsung para peserta dengan pengalaman, mempergunakan metode yang mendukung. Maka unsur eksperiensalnya tergantung dari keterlibatan peserta pada proses permainan peran yang ada.

Metode ini antara lain; pertemuan, latihan stimulasi, demonstrasi dan lain-lain.

6). Metode eksperisial merupakan metode yang memberikan kemungkinan kepada para peserta untuk ‘belajar’ melaui pengalaman langsung dan nyata, antara lain; ungkapan, kreatif, berjalan buta, kerja proyek kunjungan kelapangan, lokakarya, tinggal di tempat, dan lain-lain.54

Dokumen terkait