• Tidak ada hasil yang ditemukan

dewi | Tureni | EJIP BIOL 7397 24611 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "dewi | Tureni | EJIP BIOL 7397 24611 1 PB"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Jenis Jenis dan Keanekaragaman Bivalvia di Perairan Laut Pulau Maputi Kecamatan Sojol Kabupaten Donggala dan Pemanfaatannya Sebagai Media Pembelajaran Biologi

Moh Dahri Kisman1,

Achmad Ramadhan2, Muchlis Djirimu2

1

Bivalvia yang secara khas memiliki dua bagian cangkang, yang kurang lebih simetris. Bivalvia banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber makanan dan mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi. Tujuan penelitian yaitu 1). Untuk mengetahui jenis jenis dan keanekaragaman bivalvia di perairan Laut Pulau Maputi Kecamatan Sojol Kabupaten Donggala 2). Untuk menjadikan hasil penelitian sebagai Media Pembelajaran dalam bentuk buku saku. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Penelitian ini dilakukan di perairan laut Pulau Maputi Kecamatan Sojol Kabupaten Donggala pada bulan Februari 2016pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan bantuan garis transek. Dari hasil penelitian dan identifikasi secara taksonomi didapatkan 14 jenis bivalvia yaitu yaitu Pinna muricata, Septifer bilocularis, Anadara fultoni, Fragum unedo, Vasticardium flavum, Gafrarium tumidum, Mactra veneriformis, Nutricola tantilla, Donax denticulatus, Hippopus hippopus. Tridacna gigas, Tridacna squamosa, Tridacna crocea, danTridacna maxima. Indeks keanekaragaman yang diperoleh yaitu H =1,05 yang menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies Bivalvia berada pada tingkatan sedang. Outputpenelitian yang dihasilkan berupa buku saku yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran Biologi.

Kata Kunci: Keanekaragaman; Bivalvia;Media Pembelajaran

ABSTRACT

Typical of bivalvia has two parts shells, symmetrical shape. Bivalvia commonly used by communities as a source of food and economic value is high enough. These researches aimed are 1) to determine the types of species and diversity of bivalvesin marine Maputi rural districts Sojol district Donggala. 2) to make the results of the research as a learning medium in the form of pocket book. The method used is descriptive method. This research has been conducted in marine Maputi rural districts Sojol district Donggala in February 2016. Sampling using purposive sampling method with help line transect the result of research and taxonomic identification obtained four types of bivalvia that Pinna muricata, septifer bilocularis, Anadara fultoni, Fragum unedo, Vasticardium flavum, Gafrarium tumidun, Mactra veneriformis, Nutricola tantilla, Donax denticulatus, Hipopus hipopus, Tridacna gigas, Tridacna squamosa, Tridacna crocea, dan Tridacna maxima. Diversity of Index value obtained is H = 1,05 that showed diversity of species Bivalvia is medium category. The resulting research outputs in the form of paperback book that can be used as a medium of learning biology.

(2)

.

PENDAHULUAN

Provinsi Sulawesi Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang berada di

wilayah Pulau Sulawesi, memiliki ribuan pulau yang menguntai dari Kabupaten Morowali di

bagian selatan sampai Kabupaten Buol di bagian utara. Luas wilayah darat meliputi 61.841,29

km2 dan luas perairan laut sekitar 189.480 km2 serta jumlah pulau sebanyak 1.134 pulau

(Berdasarkan hasil verifikasi pulau tahun 2008 ) atau sekitar 38 persen dari luas wilayah Sulawesi

(Batubara dkk 2014). Informasi keberadaan pulau pulau kecil mungkin tidak semua diketahui

secara luas oleh masyarakat di Provinsi Sulawesi Tengah, terlebih masyarakat Indonesia bahkan

dunia, padahal ribuan pulau-pulau kecil di Provinsi Sulawesi Tengah mempunyai keunikan,

keindahan alam pulau, posisi yang strategis serta mempunyai keunggulan sumber daya potensial

yang dikembangkan untuk beragam kegiatan ekonomi (Batubara dkk 2014). Selain itu terdapat

keunikan budaya masyarakat yang tinggal di dalamnya, juga biota dan fauna endemik yang hidup

di dalamnya salah satunya adalah Pulau Maputi Kecamatan Sojol Kabupaten Donggala.

Pulau Maputi dikenal dengan sebutan Pulau Punteang, yakni nama sejenis burung putih

yang mirip seperti burung merpati. Pulau Maputi mempunyai luas 625 ha. Di sekitar pulau ini

terdapat laut dangkal yang cukup luas dan jauh dari bibir pantai ke arah laut. Warna air lautnya

yang kebiru-biruan dan jernih membuat terumbu karang jelas terlihat. Kondisi terumbu karang ini

masih baik dan layak untuk dikembangan sebagai kawasan wisata.

Sjafraenan dan Umar (2009) menyatakan bivalvia (kerang-kerangan) merupakan salah satu

keanekaragaman hayati yang terdapat di perairan Indonesia. Bivalvia yang secara khas memiliki

dua bagian cangkang, yang keduanya kurang lebih simetris. Kelas ini dalam perkembangannya

dilaporkan memiliki 30.000 jenis. Habitat kerang ini adalah di laut dan payau. Di antaranya ada

yang epifaunal (hidup dipermukaan air) dan infaunal (membenamkan diri didalam pasir) hidup

dalam waktu yang cukup lama. Kerang dikenal juga sebagai umbo, dapat dikenali sebagai punuk

besar pada bagian anterior dan dorsal masing-masing cangkang kerang. Kedua bagian cangkang

kerang dihubungkan di bagian dorsal dengan suatu ligamentum yang terdiri atas tensilium dan

resilium. Yang bekerjasama dalam proses membuka dan menutupnya kedua sisi kerang.

Berdasarkan hasil observasi awal keberadan beberapa spesies bivalvia di Pulau Maputi

secara umum dikatakan melimpah karena terdapat berbagai macam jenis bivalvia. Namun

(3)

pengetahuan masyarakat yang hanya mengetahui bivalvia sebagai lauk dan tidak mengetahui

manfaat lainya. Kurangnya perhatian pengelolaan bivalvia disebabkan karena masih sangat

terbatasnya pengetahuan masyarakat tentang manfaat dan nilai ekonomi bivalvia. Disamping itu

belum adanya informasi tentang jenis-jenis Bivalvia yang terdapat di Perairan Laut Pulau Maputi

Kecamatan Sojol Kabupaten Donggala.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang dilakukan di alam terbuka dengan

tujuan untuk melihat Jenis Jenis dan Keanekaragaman Bivalvia di Perairan Laut Pulau Maputi

Kecamatan Sojol Kabupaten Donggala. Penelitian ini telah dilaksanakan di Pulau Maputi

Kecamatan Sojol Kabupaten Donggala pada bulan Februari 2016. Alat yang digunakan pada

penelitian ini antara lain kertas label, alat tulis menulis, plastik, kamera, termometer, salinometer,

pH meter, Do meter, patok , meteran, tali raffia, besi dan sekop kecil.

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu spesimen Bivalvia, alkohol 70%

dan buku identifikasi bivalvia oleh (Allen dan Steene, 1996).

Pada tahap persiapan ini terdiri dari beberapa kegiatan yakni antara lain sebagai berikut :

1) Tahap survei

Peneliti melakukan survei lapangan atau observasi dan pengamatan awal mengenai

Bivalvia yang berada di Pulau Maputi Kecamatan Sojol Kabupaten Donggala.

2) Menyiapkan Administrasi

Peneliti mempersiapkan administrasi yang diperlukan yaitu surat izin penelitian dari FKIP

yang ditujukan kepada Kantor Desa untuk melakukan kegiatan observasi penelitian aspek

ekologi bivalvia untuk penyelesaian Tugas Akhir (Skripsi).

3) Menyiapkan Alat dan Bahan

Melakukan peminjaman dan pengadaaan alat dan bahan yang akan digunakan pada saat

observasi di Laboratorium Biologi FKIP.

1) Penentuan stasiun

Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive sampling dengan pertimbangan

(4)

.

Penentuan stasiun berdasarkan habitat dari bivalvia dan ditetapkan 3 lokasi sebagai stasiun

penelitian yakni di stasiun I (lamun), stasiun II (pasir) dan stasiun III (karang).

2) Pengambilan Sampel

Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Pengambilan sampel bivalvia mengggunakan 3 stasiun dengan teknik jelajah.

b) Transek ditarik tegak lurus dari pinggir pantai kearah daerah pasang surut air laut sepanjang

50 meter.

c) Jarak tiap transek yaitu 5 meter kekiri dan 5 meter kekanan dari garis transcek

d) Jarak antar transek di tiap stasiun yaitu 10 meter

Menentukan kondisi fisik-kimia perairan Pulau Maputi, dilakukan dengan melakukan

pengukuran kondisi fisik kimia air pada tiap stasiun. Parameter yang diukur di lapangan adalah

suhu air dengan menggunakan termometer, Salinitas menggunakan salinometer, DO Terlarut

menggunakan DO (Dissolved Oxygen) Meter dan pH air dengan menggunakan pH-meter.

Teknik Analisis Data

Analisis Keanekaragaman

Untuk mengetahui keanekaragaman jenis bivalvia di Perairan Pulau Maputi Kecamatan

Sojol Kabupaten Donggala, Menggunakan rumus indeks keanekaragaman jenis dari

Shannon-Wienner ( Odum,1996 ) :

H’= - ni N log (

ni N)

Keterangan :

H = Indeks keanekaragaman Shannon-Wienner

Ni = Jumlah individu satu jenis

N = Jumlah total individu

Berdasarkan indeks keanekaragaman jenis menurut Shannon-Wienner di definisikan

sebagai berikut :

a. Nilai H > 3 menunjukan bahwa keanekaragaman adalah tinggi.

b. Nilai H 1 H 3 menunjukan bahwa keanekaragaman adalah sedang.

(5)

Analisis Media Pembelajaran

Rata − rata = jumlah keselur uhan presentase Jumlah item aspek penilaian

Tabel 1. Persentase kelayakan media pembelajaran

Presentase Kelayakan Media

76% -100% Layak

56% - 75% Cukup Layak

40% -55% Kurang Layak

0% - 39% Tidak Layak

Sumber: Arikunto (1996).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Perairan laut Pulau Maputiadalah salah satu perairan yang terdapat di Kecamatan Sojol,

Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah. Perairan ini merupakan salah satu perairan yang

masih jarang dikunjungi oleh masyarakat. Kondisi lingkungan sekitar menggambarkan perairan

ini memiliki tingkat kecerahan yang tinggi. Substrat yang dimiliki berupa pasir, pasir berlumpur

dan dengan hamparan karang.

Pulau Maputi mempunyai luas 625 ha. Di sekitar pulau ini terdapat laut dangkal yang

cukup luas dan jauh dari bibir pantai ke arah laut. Warna air lautnya yang kebiru-biruan dan

jernih membuat terumbu karang jelas terlihat. Kondisi terumbu karang ini masih baik dan layak

untuk dikembangan sebagai kawasan wisata. Sebagian pesisir Pulau Maputi ditumbuhi mangrove

dan sebagian lagi hamparan pantai pasir putih yang indah.Perairan ini belum banyak digunakan

(6)

.

Hasil Pengukuran Kondisi Fisik dan Kimia Perairan

Tabel 2. Hasil pengukuran kondisi fisik dan kimia perairan

Faktor fisik

Hasil Pengamatan Bivalvia di Perairan Laut Pulau Maputi Kecamatan Sojol Kabupaten

Donggala.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tigastasiun pengamatan, secara

keseluruhan ditemukan 14 jenis bivalvia yang terdiri dari 8 Famili, 5 Ordo.

Analisis Keanekaragaman

Analisis mengenai tingkat keanekaragaman jenis bivalvia di perairan laut Pulau Maputi

menggunakan indeks keanekaragaman Shannon-Wienner. Dari hasil yang diperoleh, terlihat

tingkat keanekaragaman yang sedang dapat dilihat sebagai berikut :

(7)

Tabel 3. Analisis Keanekaragaman

Ket :H = - (Pi ln Pi)

= - (-1,05)

= 1,05

Jadi, Tingkat Keanekaragaman Sedang

Hasil Uji Coba Media Pembelajaran

Persentase Penilaian Kelayakan Media Pembelajaran Dalam Bentuk Buku Saku Oleh Tim

Ahli

Berdasarkan hasil penilaian media pembelajaran tentang buku saku, yang dilakukan oleh ahli

isi (Dosen) menyatakan bahwa media pembelajaran berupa buku saku tersebut layak digunakan

sebagai media pembelajaran dan dapat menunjang proses pembelajaran, jumlah persentase yang

diperoleh adalah 84 %.

Persentase Penilaian Kelayakan Media Pembelajaran dalam Bentuk Buku Saku oleh Ahli

Desain (Dosen)

Berdasarkan hasil penilaian media pembelajaran berupa buku saku, yang dilakukan oleh ahli

desain (Dosen) menyatakan bahwa media pembelajaran berupa buku saku tersebut layak

digunakan sebagai media pembelajaran dan dapat menunjang proses pembelajan, jumlah

presentase yang diperoleh adalah 93,33%.

Presentase Penilaian Kelayakan Media Pembelajaran dalam Bentuk Buku Saku oleh Ahli

Media (Dosen)

Berdasarkan hasil penilaian media pembelajaran berupa buku saku, yang dilakukan oleh ahli

media (Dosen) menyatakan bahwa media pembelajaran berupa buku saku tersebut layak

digunakan sebagai media pembelajaran dan dapat menunjang proses pembelajan, jumlah

presentase yang diperoleh adalah 94.28%.

Persentase Penilaian Kelayakan Media Pembelajaran Dalam Bentuk Buku Saku Oleh

Kelompok Mahasiswa

(8)

.

Setelah dilakukan validasi oleh tim ahli/dosen yang meliputi ahli desain, ahli media dan ahli

isi. Selanjutnya media pembelajaran dalam bentuk buku saku ini diisi oleh kelompok mahasiswa

yang terbagi atas mahasiswa kelompok besar (berjumlah 20 orang) dan mahasiswa kelompok

kecil (berjumlah 10 orang). Mereka menyatakan bahwa media pembelajaran berupa buku saku

tersebut layak digunakan sebagai media pembelajaran dan dapat menunjang proses pembelajaran,

jumlah presentase yang diperoleh adalah 90.03 %.

Jenis-jenis Bivalvia yang ditemukan di Perairan Laut Pulau Maputi

Penelitian yang dilakukan terhadap Jenis Jenis dan Keanekaragaman Bivalvia di Perairan

laut Pulau Maputi Kecamatan Sojol Kabupaten Donggala yang diperoleh dari 3 stasiun yang

diletakkan secara purposive sampling atau dengan pertimbangan tertentu menemukan 14 jenis

bivalviayaitu Pinna muricata, Septifer bilocularis, Anadara fultoni, Fragum unedo,

Vasticardium flavum, Gafrarium tumidum, Mactra veneriformis, Nutricola tantilla,Donax

denticulatus, Hippopus hippopus. Tridacna gigas, Tridacna squamosa, Tridacna crocea,

Tridacna maxima. Jenis-jenis bivalvia tersebut diperoleh berdasarkan habitat dan kondisi fisik

kimia lingkungan perairan.

Pada stasiun 1 ditemukan 7 jenis bivalvia yaitu Pinna muricata, Septifer bilocularis,

Anadara fultoni, Fragum unedo, Vasticardium flavum, Gafrarium tumidum, danMactra

veneriformis dengan habitat Lamun dan substrat lumpur berpasir. Jenis bivalvia yang

mendominasi stasiun ini adalah Pinna muricata dengan jumlah individu sebanyak 54 individu.

Hal ini disebabkan karena kondisi substrat yang lebih didominasi oleh lumpur dan habitat yang

stabil sangat mendukung kehidupan di perairan, hal ini sesuai dengan pendapat (Dahuri, 2004)

yang menyatakan bahwa jenis bivalvia ini merupakan jenis yang banyak ditemukan pada substrat

yang berlumpur.Selain itu, kisaran suhu yang masih dalam batas normal yaitu 28,9oC

menyebabkan bivalvia ini dapat beradaptasi dengan baik, hal ini sesuai dengan pendapat

(Parenrengi dkk, 1998) menjelaskan bahwa suhu sesuai untuk bivalvia berkisar antara 280

C-310C.

Fragum unedomerupakan jenis bivalvia yang paling sedikit didapatkan pada stasiun 1

(9)

berkembangbiak dengan baik pada substrat berpasir sedangkan pada stasiun ini substratnya yaitu

lumpur berpasir.

Pada stasiun 2 didapatkan 3 jenis bivalvia yaituNutricola tantilla, Gafrarium tumidum,

dan Donax denticulatusYang diperoleh dari substrat berpasir. Jenis bivalvia yang mendominasi

stasiun ini adalah Nutricola tantilla dengan jumlah individu sebanyak 263 individu. Hal ini

disebabkan karena kondisi perairan pada stasiun ini cocok untuk kehidupan jenis bivalvia

Nutricola tantilla. Stasiun 2 merupakan perairan yang bebas terbuka, keberadaan subsrat berpasir

menyebabkan bivalvia ini dapat berkembangbiak dengan baik. Nilai salinitas yang diperoleh

dalam kisaran normal yaitu 33.00/00. (Setiobudiandi, 2000) menyatakan bahwa salinitas yang

berkisar antara 32- 35 0/00 merupakan salinitas yang optimal bagi kerang untuk hidup secara

normal. Demikian pula dalam memperoleh makanan, karena pada daerah substrat berpasir

tersedia sumber makanan untuk kehidupannya yang berasal dari penumpukan detritus yang

terbawah oleh hempasan ombak. (Nontji, 1993) menyatakan bahwa family Veneridae

mempunyai sifon yang panjang sehingga mampu membenamkan diri dalam substrat sampai

kedalaman kurang lebih 10 cm.Gafrarium tumidummerupakan jenis bivalvia yang paling sedikit

didapatkan pada stasiun 2 dengan total individu sebanyak 8. Hal ini disebabkan karena adanya

persaingan antar spesies.

Pada Stasiun 3 didapatkan 5 Jenis bivalvia yaituHippopus hippopus, Tridacna gigas,

Tridacna squamosa, Tridacna crocea dan Tridacna maximadengan habitat atau substrat Karang.

Jenis bivalvia yang mendominasi yaitu Tridacna maximadengan jumlah individu sebanyak 43

individu. Hal ini disebabkan karena kondisi substrat dimana stasiun 3 ini dikelilingi oleh

hamparan karang masif, karang mati dan patahan patahan karang. Tridacna maxima sebagian

besar hidup pada substrat batuan (Rock), namun demikian kerang jenis ini juga dapat ditemukan

pada tipe substrat karang masif dan karang mati. Ini disebabkan karena kerang jenis ini

membutuhkan substrat yang keras untuk membenamkan cangkangnya (Hernawan, 2011). Nilai

salinitas yang diperoleh masih dalam kisaran normal yaitu 33.3 %o. (Sadarun et, al 2006)

menyatakan bahwa salinitas optimum bagi kehidupan karang berkisar antara 30-35 ppm, oleh

karena itu karang jarang ditemukan pada perairan dengan kadar garam yang tinggi. Hal ini

tentunya dapat memberikan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan kerang kima, karena

(10)

.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, menunjukkan bahwa substrat dari jenis bivalvia

yang ditemukan berbeda-beda yaitu ada yang ditemukan pada substrat berpasir, lumpur

berpasir,pasir berlumpurdan puing karang.(Moore, 2006) menyatakan bahwa bivalvia atau

pelecypoda umumnya hidup menetap (sedentary) dan memerlukan substrat yangpadat karena

kebanyakan jenis ini memerlukan substrat keras untuk menempel melalui byssus.Selain itu,

kondisi fisik kimia lingkungan perairan juga menjadi salah satu faktor penting yang menunjang

kehidupan bivalvia di setiap stasiun. Perbedaan jumlah jenis yang ditemukan untuk tiap stasiun

disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik jenis, substrat, daya adaptasi kejernihandan

kondisi fisik kimia lingkungan di sekitar perairan.

Adapun nilai suhu yang diperoleh dari ke tiga stasiun masih dalam keadaan normal pada

stasiun I yaitu 28.90C, stasiun II 29.10C dan stasiun III 290C. Sesuai dengan pendapat Parenrengi,

dkk. (1998) menjelaskan bahwa suhu yang sesuai untuk bivalvia berkisar antara 280C-310C.

Salinitas yang diperoleh pada stasiun I yaitu 34.0, %0, stasiun II 33.0%0 dan stasiun III 33.3%0.

Hal ini sesuai dengan pendapat Ritniasih dan Widianingsih (2007) bahwa kisaran salinitas 5-35

merupakan kondisi yang optimal bagi kelangsungan hidup bivalvia. pH air yang diperoleh pada

stasiun I yaitu 7,5, stasiun II 7,6 dan stasiun III 7,5. hal ini sesuai dengan pendapat Suwondo

(2012), kisaran pH air yang mendukung kehidupan bivalvia adalah berkisar 6-9. Oksigen terlarut

yang diperoleh pada stasiun I yaitu 3.70 mg/l, stasiun II 3.31 mg/l dan stasiun III yaitu 3.25

mg/l.Prihatini (1999) menyatakan bahwa kerang menyukai lingkungan dengan kandungan

oksigen terlarut antara 3,8 12,5 mg/l. Ketersediaan oksigen yang cukup membuat metabolisme

tubuh kerang berjalan dengan optimum.

Keanekaragaman Jenis Bivalvia di Perairan Laut Pulau Maputi

Indeks keanekaragaman (H ) dapat diartikan sebagai suatu penggambaran secara

sistematik yang melukiskan struktur komunitas dan dapat memudahkan proses analisa

informasi-informasi mengenai macam dan jumlah organisme. Selain itu keanekaragaman dan keseragaman

biota dalam suatu perairan sangat tergantung pada banyaknya spesies dalam komunitasnya.

Semakin banyakjenis yang ditemukan maka keanekaragaman akan semakin besar, meskipun nilai

ini sangat tergantung dari jumlah inividu masing-masing jenis (Wilhm dan Doris 1986). Pendapat

ini juga didukung oleh Krebs (1985) yang menyatakan bahwa semakin banyak jumlah anggota

individunya dan merata, maka indeks keanekaragaman juga akan semakin besar.Indeks

(11)

keanekaragaman akan tinggi jika nilai H mendekati 3, sehingga hal inimenunjukkan kondisi

perairan baik. Sebaliknya jika nilai H mendekati 0 maka keanekaragaman rendah dan kondisi

perairan kurang baik (Odum, 1993).

Berdasarkan hasil penelitian yang ada, menunjukkan bahwa kondisi lingkungan yang ada

di perairan laut Pulau maputi masih sesuai dengan kondisi lingkungan yang normal untuk

perkembangan jenis bivalvia, dengan hasil analisis keanekaragaman bivalvia dengan

menggunakan indeks keanekaragaman Shannon-Wienner, dengan nilai H = 1 H 3 yaitu 1,05

. Berdasarkan hal tersebut dapat dinyatakan bahwa kriteria keanekaragaman bivalvia yang

ditemukan pada perairan Laut Pulau maputi yaitu keanekaragaman sedang, penyebaran jumlah

individu tiap jenis sedang dan kestabilan komunitas sedang dimana indeks keanekaragaman

berkisar antara 1 3 (Odum, 1994).yang berarti bahwa kondisi lingkungan perairan tersebut

masih dapat ditolerir oleh bivalvia dan mendukung untuk keberhasilan hidup dan reproduksi

bivalvia. Apabila dibandingkan dengan daerah lain seperti di Pantai Enu Kabupaten Donggala

Sulawesi Tengah yang sudah di teliti (Tungko, 2006) yang memiliki tingkat

keanekaragaman lebih rendah yaitu berkisar 0,144 0,76. Menurut Yuniarti (2012)

keanekaragaman rendah, karena ekosistem mengalami tekanan atau kondisinya menurun akibat

adanya gangguan-gangguan secara alami maupun aktivitas manusia.

Menurut Odum (1993), keanekaragaman jenis bukan hanya sinonim dengan banyaknya

jenis, melainkan sifat komunitas yang ditentukan oleh banyaknya jenis serta kemerataan

kelimpahan individu tiap jenis. Keanekaragaman jenis atau spesies tergantung dari kestabilan

habitat, semakin baik dan stabil kondisi suatu habitat akan lebih banyak ragam spesies dan

kekayaan biota yang hidup di dalamnya. Sebaliknya keanekaragaman cenderung berkurang

dalam komunitas biotik yang tertekan/labil.Menurut Clark (1974) menyatakan bahwa

keanekaragaman mengekspresikan variasi spesies yang ada dalam suatu ekosistem. Ketika suatu

ekosistem memiliki indeks keanekaragaman yang tinggi maka ekosistem tersebut cenderung

seimbang. Sebaliknya jika suatu ekosistem memiliki indeks keanekaragaman yang rendah maka

mengindikasikan ekosistem tersebut dalam keadaan tertekan atau terdegradasi.

Implementasi Dalam Bentuk Sumber Belajar

Belajar merupakan kebutuhan setiap manusia terutama pelajar. Belajar yang

(12)

.

dilandasi penelitian berdasarkan fakta yang ada di lingkungan sehingga tujuan pembelajaran

dapat tercapai. Untuk itu diperlukan sumber belajar yang baik dalam proses transformasi ilmu

pengetahuan. Sumber belajar memiliki peranan penting dalam menunjang kualitas proses belajar

mengajar. Sumber belajar juga mampu memotivasi siswa dalam mencari ilmu, memberikan

pengalaman dalam rangka pemecahan permasalahan serta mempermudah siswa dalam

memahami materi yang disampaikan. Salah satu klasifikasi sumber belajar menurut Nana(1989)

yaitu sumber belajar tercetak berupa buku saku yang sedang berkembang saat ini.

Pembuatan sumber belajar tercetak berupa buku saku awalnya dilakukan dengan tahap

persiapan, observasi sampai tahap penelitian di Pulau Maputi Kecamatan Sojol Kabupaten

Donggala. Selanjutnya dilakukan penelitian jenis jenis dan keanekaragaman bivalvia, Setelah

data diperoleh, proses selanjutnya adalah mendesain sumber belajar berupa buku saku. Setelah

itu, dilakukan validasi oleh tim ahli, yaitu ahli isi, ahli desain dan ahli media untuk mengetahui

kelemahan kelemahan dari buku saku tersebut dan selanjutnya diperbaiki. Desain media

pembelajaran yang telah diperbaiki kemudian diujicobakan kepada mahasiswa Program Studi

Pendidikan Biologi sebanyak 30 orang. Berdasarkan hasil penilaian buku saku yang dilakukan

oleh mahasiswa yang menyatakan bahwa sumber belajar berupa buku saku tersebut layak

digunakan sebagai sumber belajar dan dapat menunjang proses pembelajaran dengan persentase

90,03%.

Persentase kelayakan yang didapatkan diharapkan mampu memenuhi peran sumber belajar

dalam proses pembelajaran bagi peserta didik seperti yang diungkapkan Suhardi (2012) yaitu (1)

membangkitkan produktivitas pembelajaran dengan cara mempercepat laju belajar dan

menggunakan waktu secara lebih baik, mengembangkan gairah belajar, memberikan kegiatan

lebih ke arah individual dan memberikan kesempatan untuk berkembang sesuai dengan

kemampuannya. (2) memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pengajaran dengan cara

perencanaan secara lebih sistematik dan pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi

penelitian berdasarkan fakta yang ada di lingkungan. (3) Lebih memantapkan pengajaran dengan

cara meningkatkan kemampuan dengan fasilitas berbagai media komunikasi, penyajian informasi

(13)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Pulau Maputi Kecamatan Sojol

Kabupaten Donggala, dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Jenis bivalvia yang terdapat di Pulau Maputi Kecamatan Sojol Kabupaten Donggala adalah14

jenis bivalvia yaitu Pinna muricata, Septifer bilocularis, Anadara fultoni, Fragum unedo,

Vasticardium flavum, Gafrarium tumidum, Mactra veneriformis, Nutricola tantilla, Donax

denticulatus, Hippopus hippopus. Tridacna gigas, Tridacna squamosa, Tridacna crocea,

Tridacna maxima Jenis-jenis bivalvia tersebut diperoleh berdasarkan habitat dan kondisi fisik

kimia lingkungan perairan.Keanekaragaman jenis bivalvia berada pada tingkat

keanekaragaman spesies sedang yaitu H =1,05.

2. Gambar spesimen bivalvia yang telah di identifikasi dapat digunakan sebagai media

pembelajaran dalam bentuk buku saku.

Saran

Perlu dilaksanakan penelitian lebih lanjut di Pulau Maputi mengenai studi komunitas dan

aspek ekologi lainnya agar dapat melengkapi informasi tentang bivalvia di kawasan ini. Selain

itu, diharapkan bagi masyarakat, pemerintah dan instansi terkait diharapkan dapat menjaga

dengan baik kondisi perairan yang ada di Pulau Maputi dan perlu adanya budidayabivalvia di

kawasan pesisir pulau Maputi.

DAFTAR PUSTAKA

Allen, G.R dan Steene, R. (1996). Indo pacific Coral Reef Field Guide. Australia : ang Mo Kio Industrial Park 2

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Edisi Revisi V. Jakarta : Rineka Cipta

Batubara R. M. S. Yusuf M, Sidqi M, Sinaga S. B, Anang YB (2014). Selat Sulawesi dan Selat Makassar.Jakarta: Kompas

Clark, 1974. Ecology: Indeks of Organism Biodiversity. Harper and Row Publishers. New York

(14)

.

Hermawan, U.E. (2011) Taxonomy of Indonesian giant Clams (Cardidae, Tridacninae). Bonorowo. Wetlands.

Krebs, C. J., 1985. Ecology: indeks of organism biodiversity. Harper and Row Publishers. New York.

Moore, J. (2006). An Introduction to The Invertebrates.SecondEditon. United States of America Cambride :University Press Newyork.

Nana, S. (1989).Teknologi Pengajaran.Bandung: Sinar Baru.

Nontji, A. (1993).Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan

Odum, E. P. (1993). Dasar-Dasar Ekologi. Terjemahan dari Fundamental of Ecology oleh T. Samingan. 1994. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Odum, E. P. (1994).Dasar Dasar Ekologi; Gajah Mada University Press

Odum, E. P. (1996). Dasar-Dasar Ekologi. Terjemahan dari Fundamental of Ecology oleh T. Samingan. 1994. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Parenrengi, A. Syarifuddin. T. dan Sri.I. (1998). Studi Jenis Kelimpahan Plankton Pada Berbagai Kedalaman dan Hubunganya dengan komposisi makanan Tiram mabe (Pteria penguin) Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. Vol IV. No V. Jakarta

Riniatsih, I. dan Widianingsih. (2007). Kelimpahan dan Pola Sebaran Kerang-kerangan (Bivalve) di Ekosistem Padang Lamun Perairan Jepara .Jurnal Kelautan. [Online]. Vol 12 (1). Tersedia : http://download.portalgaruda.org/article.php?article=20231&val=1242. pdf [23 Desember 2014]

Sadarun, B.,Nezon, E., Wardono, S., Afandy, Y.A., Nuriadi, L. 2006. Petunjuk Pelaksanaan Transplantasi Karang. Departemen Ke-lautan dan Perikanan. Jakarta 36 hal

Suhardi. (2012).Pengembangan Sumber Belajar Biologi. Yogyakarta: UNY Press.

Setyobudiandi, 2000. Sampling dan Analisis, Data Peri-kanan dan Kelautan. IPB. Bogor,

Wilhm,J,L, Doris (1986). Biological indicators of pollution, dalam B.A Whitton (Ed) River Ecologi Blackwell Scientifice Publication,Oxpord. London

Yuniarti, N. (2012).Keanekaragaman dan distribusi Bivalvia dan Gastropoda ( Moluska) di pesisir Glayem Juntinyuat Indramayu, Jawa barat,SkripsiSarjana padaFMIPA IPB Bogor:

Gambar

Tabel 2. Hasil pengukuran kondisi fisik dan kimia perairan

Referensi

Dokumen terkait

yayasan untuk tidak menahan guru, Jadi sekolahan mengalah dalam. kontek ini, lebih menyerahkan urusan ini kepada

Perkebunan kakao di Sumatera Utara berkembang dengan pesat setelah Jawa. Hal itu ditandai dengan adanya pendirian Balai Penelitian dan Pengembangan Buah Kakao

Abon ikan adalah produk olahan hasil perikanan yang dibuat dari daging ikan, melalui kombinasi dari proses penggilingan, penggorengan, pengeringan dengan cara menggoreng,

Data pada Tabel III menunjukkan bahwa kandungan asam benzoat dari semua sampel yang diteliti memenuhi Permenkes RI No.722/Menkes/Per/ IX/88 (Anonim, 1988) tentang bahan tambahan

Senin II Tar/PAI Pendidikan Kewarganegaraan/B 39 3 I A1 Siti Malaiha Dewi, M.Si 01 ; 44.. Senin II Tar/PAI Bahasa Indonesia/C 39 2 I

'i bagian tepi luar (korteks) terdapat substansia grisea, lalusemakin ke dalam dibatasi dengan luar (korteks) terdapat substansia grisea, lalusemakin ke dalam dibatasi dengan

Saat ini sebenarnya sudah diinisiasi beberapa bentuk lembaga yang mengarah pada tata kelola REDD+, seperti DNPI (Dewan Nasional Perubahan Iklim), Satgas REDD+ dan di beberapa

Analisis Pengaruh Komunikasi Organisasi (X1) dan Kompensasi (X2) terhadap Kepuasan Kerja Guru (Y) Pada Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah Swasta di Cimahi