• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMETAAN DIGITAL PENYAKIT CAMPAK MENGGUNAKAN QUANTUM GIS DI KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN 2012 – 2014 | - | Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia 129 424 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMETAAN DIGITAL PENYAKIT CAMPAK MENGGUNAKAN QUANTUM GIS DI KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN 2012 – 2014 | - | Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia 129 424 1 PB"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

QUANTUM GI S

DI KABUPATEN BONDOWOSO

TAHUN 2012 – 2014

Faiqatul Hikmah

1

, Dahlia I ndah Amareta

2

dan I rfan Ade Febrian

3 1,2,3Politeknik Negeri Jember, Jurusan Kesehatan, Program Studi Rekam M edik

Email : ica2207@gmail.com

Abstract

Based on World Health Organization ( WHO ) 2007 about 242.000 the son of all the world die of measles . Indonesia is a fourth biggest its inhabitants in the world having the digits in pain measles approximately 1 million per year it has 30,000 death. A strategy to this activity was the scope of a routine that high (> 90%) in

the case in bondowoso. The purpose of this research is map distribution incidence to purposes surveillance and awareness to events measles in the Bondowoso. This research in a waterfall integrated with quantum gis. Based on the data obtained, 5 subdistrict area that possesses the the highest in Bondowoso regency namely Bondowoso, Wonosari, Binakal, Tenggarang, and Tapen. Subdistrict with the highest are Bondowoso with 96 cases. The cause of a disease measles that occur in Bondowoso subdistrict caused by density of populations and nutritional status of bad. For the district health Bondowoso need to do evaluation of measles occurring, so that the problem can be immediately handled well.Keywords: Medical RecordFile, acute respiratoryinfections

Keyword: Distribution, Measles, Quantum GIS

Abstrak

Berdasarkan World Health Organization (WHO) tahun 2007 sekitar 242.000 anak seluruh dunia meninggal karena penyakit campak. Indonesia merupakan negara keempat terbesar penduduknya di dunia yang memiliki angka kesakitan campak sekitar 1 juta pertahun dengan 30.000 kematian. Strategi untuk kegiatan ini adalah cakupan rutin yang tinggi (> 90%) di setiap kabupaten/kota serta memastikan semua anak mendapatkan kesempatan kedua untuk imunisasi campak. (Depkes, RI. 2009). Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso pada tahun 2001, 2002, 2005, 2006, dan 2013 penyakit campak merupakan kasus KLB di Bondowoso. Tujuan penelitian ini untuk membuat peta digital persebaran penyakit Campak guna keperluan surveilans dan kewaspadaan dini terhadap kejadian penyakit campak di wilayah Kota Bondowoso. Penelitian ini menggunakan metode waterfall dipadukan dengan aplikasi Quantum GIS 1.8. Hasil dari penelitian ini diperoleh 5 daerah kecamatan yang memiliki jumlah kasus tertinggi di Kabupaten Bondowoso yaitu Kecamatan Bondowoso, Wonosari, Binakal, Tenggarang, dan Tapen. Penyebab penyakit campak yang terjadi di Kabupaten Bondowoso berhubungan dengan kepadatan penduduk dan jumlah gizi buruk yang terjadi. Untuk Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso perlu melakukan evaluasi terhadap penyakit campak yang terjadi, sehingga masalah tersebut bisa segera teratasi dengan baik.

Kata kunci: Penyebaran, Penyakit Campak, Quantum GIS

PENDAHULUAN

Campak adalah penyakit Infeksi pernapasan akibat virus campak atau morbili. Campak dapat menyerang anak-anak maupun orang dewasa muda. Campak bisa menyebabkan penyakit atau akibat yang serius, terutama pada orang dewasa muda, beberapa di antaranya termasuk infeksi telinga bagian tengah, radang paru-paru, radang otak, yang menyebabkan

kerusakan pada otak, bahkan kematian. Campak biasanya menyerang anak berusia 5-10 tahun yang belum pernah mendapatkan imunisasi (Mutaroh A, 2010).

(2)

yang tepat. Anak yang sudah pernah terkena campak umumnya akan mendapat kekebal an permanen sehingga jarang terjadi serangan kedua.

Di Indonesia penyakit campak masih menjadi masalah, karena berdasarkan data jumlah penderita sampai saat ini masih tinggi (Widoyono, 2008). I ndonesi a merupakan negara keempat terbesar penduduknya di duni a yang memi l i ki angka kesakitan campak sekitar 1 juta pertahun dengan 30.000 kematian, yang menyebabkan Indonesia menjadi salah satu dari 47 negara prioritas yang di identi fi kasi oleh Wor l d Heal th Organi zati on

dan Uni ted Nati ons Chi l dren’s Fundd (UNICEF) untuk mel aksanakan aksel erasi dan menj aga kesinambungan dari reduksi campak. Strategi untuk kegiatan ini adalah cakupan rutin yang tinggi (> 90%) di setiap Kabupaten/kota serta memastikan semua anak mendapatkan kesempatan kedua untuk imunisasi campak. (Depkes, RI. 2009).

Kepala Bidang Pengendalian Penyakit Dinkes Jawa Timur dr A Jaely MPPM mengatakan pada tahun 2011 di Jawa Timur sekitar 433.186 atau 73% bayi rentan terinfeksi penyakit campak. Jika tidak segera diberikan dosis kedua, diperkirakan akan banyak terjadi wabah campak. Pasalnya, sepanjang tahun 2011 ini sudah tujuh Kabupaten/kota dinyatakan status kejadian luar biasa campak. M enurut para ahl i kejadi an luar bi asa (K LB) adalah kej adian yang melebihi keadaan biasa, pada satu/sekelompok masyarakat tertentu. (Mac Mahon and Pugh, 1970; Last, 1983, Benenson, 1990).

Bahkan, sembilan daerah di Jawa Timur dinyatakan rawan penyakit campak. Data Dinas K esehatan (Dinkes) 2011 Jawa Timur menyebutkan sembilan K abupaten/kota rawan campak tersebut adalah Sidoarjo, Lamongan, Kediri, Kota Malang, Tuban, Pamekasan, Sampang, Sumenep, dan yang tertinggi adalah Pasuruan. K endati sej auh ini belum ada laporan adanya pasien meninggal dunia.

Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso pada tahun 2001, 2002, 2005, 2006, dan 2013 penyaki t campak merupakan K asus L uar Bi asa (KL B) di Bondowoso. Berdasarkan Data Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso pada tahun 2013 penyakit campak masuk dalam 10 besar penyakit. Penyakit campak berada di posisi 3 setelah penyakit DBD dan Diare.

M enurut data dari di nas kesehatan K abupaten Bondowoso pada tahun 2011 terdapat 31 kasus. Pada tahun 2012 meningkat menjadi 59 kasus, kemudian pada tahun 2013 penyebaran penyakit campak meningkat dengan pesat dengan 161 kasus yang terjadi. Sedangkan di tahun 2014 mengalami sedikit penurunan menjadi 147 kasus. Hal ini membuat kita harus semakin waspada pada penyebaran penyakit campak yang terjadi di Kabupaten Bondowoso. Dengan berkembang pesatnya teknol ogi di era modern saat kini, kita harus bisa memanfaatkannya. Sal ah satu teknol ogi i nf ormasi berkembang dengan pesat yai tu si stem i nf ormasi geograf is yang bermanfaat untuk memantau daerah-daerah yang ingin diteliti, sehingga penyebaran penyakit campak dapat dimonitoring. Salah satunya yaitu menggunakan aplikasi Quantum GIS.

(3)

M ETODE

Jeni s penel i ti an dal am tugas akhi r i ni adal ah penelitian deskriptif kualitatif. Instrumen penelitian yang di gunakan adal ah l aporan penyebaran penyakit campak, hasil Imunisasi bayi, laporan sensus penduduk, l aporan gi zi buruk.M etode penelitian terdapat beberapa tahapan diantaranya

Requi rements anal ysi s and defi ni ti on), System Design, Implementation and unit tasting, Integration & Testi ng, Oper ati on & M ai ntenance.K egiatan pengumpulan dan penyajian data dalam penelitian sel al u berhubungan. Di kel ompokkan menj adi merupakan data kualitatif maka dalam teknik ini pengujian hipotesis bertitik tolak dari data yang terkumpul kemudian disimpulkan.

HASI L DAN PEM BAHASAN

gizi buruk

1. Data Kasus Penyebaran Penyakit campak Di Kabupaten Bondowoso

Tabel 1 kasus penyebaran campak

No Nama 1 Bondowoso 17 42 37 96 2 Tenggarang 2 22 19 43 3 Tegalampel 0 0 2 2

Berdasarkan hasil data laporan penyebaran penyaki t campak sel ama 3 tahun terakhi r. Tahun 2013 merupakan tahun dengan jumlah penyebaran penyakit campak terbanyak, dengan jumlah sebanyak 161 kasus . Kemudian pada tahun 2014 mengalami penurunan kej adian kasus campak sebanyak 147 kasus. Jika dilihat dari jumlah kasus selama 3 tahun terakhir, daerah kecamatan Bondowoso memiliki kasus penyakit campak yang paling tinggi jika dibandingkan dengan daerah lainnya. Kecamatan Bondowoso merupakan kecamatan kota, yang posisinya tepat berada di pusat kota.

2. L aporan Hasi l I muni sasi Bayi K abupaten Bondowoso

Tabel 2 Laporan hasil imunisasi

No Puskesmas Target 1 Nangkaan 364 412 113,2 2 Kota kulon 396 322 81,3 3 Kademangan 273 292 107,0 4 Tenggarang 569 618 108,6 5 Tegalampel 319 278 87,1 6 Taman krocok 240 233 97,1 7 Wringin 568 585 103,0 8 Pakem 321 325 101,2 9 Binakal 241 186 77,2 10 Curahdami 428 451 105,4 11 Grujugan 452 571 126,3 12 M aesan 639 832 130,2 13 Tamanan 508 530 104,3 14 Jambesari 460 521 113,3 15 Pujer 540 501 92,8 16 Tlogosari 643 562 87,4 17 Wonosari 538 592 110,0 18 Tapen 493 462 93,7 19 Sukosari 209 182 87,1 20 Sumber wringin 459 411 89,5 21 Klabang 278 232 83,5 22 Botolinggo 421 430 102,1 23 Sempol 173 137 79,2 24 Prajekan 351 321 91,5 25 Cermee 605 645 106,6

(4)

3. L aporan K ej adi an K asus Gi zi Buruk Di Kabupaten Bondowoso

Tabel 3 kasus gizi buruk

No Puskesmas Balita dengan Gizi Buruk 1 Nangkaan 11

No Puskesmas Balita dengan Gizi Buruk 16 Tlogosari 3

Berdasarkan laporan rekapitulasi balita dengan gi zi buruk yang terdapat pada K abupaten Bondowoso tahun 2014 tidak merata. Kecamatan dengan angka kasus terbanyak terdapat pada kecamatan Kademangan dengan 24 kasus gizi buruk, diikuti oleh kecamatan Sumber wringin dengan 23 kasus. Sedangkan untuk kecamatan Sempol pada tahun 2014 tidak terjadi kasus gizi buruk.

Wilayah Kabupaten Bondowoso

Tabel 4 data luas wilayah dan sesnsus penduduk

No Nama

Berdasarkan tabel 4 diatas didapat data bahwa untuk kecamatan yang memili ki kepadatan penduduk pal i ng banyak yai tu kecamatan Bondowoso dengan kepadatan penduduk sebanyak 3.347 per 1 km2. Sedangkan kecamatan

Sempol yang memiliki luas sekitar 217,20 km2

hanya memiliki kepadatan penduduk sebanyak 53 per 1 km2. Mungkin hal ini dikarenakan letak

kecamatan Bondowoso yang berada di pusat kota sehingga orang cenderung lebih memilih bertempat tinggal di kecamatan Bondowoso. Membuat peta digital penyebaran penyakit campak 1. Tahap

Tahap i ni merupakan tahap penentuan hal -hal yang penting sebagai dasar permasalahan yang akan dianalisis dalam pembuatan peta digital sebaran penyakit canpak di Kabupaten Bondowoso. Tahap ini merupakan tahap untuk mengkaji permasalahan yang akan diterapkan pada sistem ini. Sehingga setiap masalah yang sebai k mungki n. Tahap def i ni si masal ah dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data secara tertulis maupun mengamati masalah pada suatu sistem yang telah ada.

2 Tahap Tahap System and Software Design

Pada tahapan system and software desi gn

(5)

Pada tahapan desain pemetaan digital ini aplikasi yang digunakan adalah quantum GIS versi 1.8.0. Tahapan ini mulai memasukkan data-data yang didapat saat melakukan penelitian. Data-data yang dibutuhkan meliputi data penyakit campak, hasil imunisasi bayi, jumlah gizi buruk, luas wilayah, dan kepadatan penduduk di Kabupaten Bondowoso.

Gambar 1 Hasil digitasi

Langkah kedua adalah membuat titik atau Point

pada proses didigitasi peta. Langkah pertama untuk memulainya adalah dengan mengklik lapisan kemudian pilih baru lalu klik lapisan vektor baru dengan memilih titik pada kotak dialognya seperti dibawah ini. Kemudian isi nama titik yang akan digunakan, misalnya nama kecamatan kemudian tentukan lebar dari jumlah huruf. Jika selesai tekan OK. Otomatis atribute akan disimpan sesuai dengan lokasi yang kita inginkan. Untuk pemberian titik harus mengaktifkan toogl e edi tingng terlebih dahulu, kemudian bisa melakukan pemberian titik.

Gambar 2 Hasil Pemberian titik

Langkah awal yang dilakukan dalam desain warna pada peta digital yaitu dengan mengaktifkan lapisan/layerer area bondowoso. Lapisan tersebut akan merubah warna kecamatan berdasarkan jumlah kasus penyebaran penyakit campak di Kabupaten Bondowoso. Dengan adanya warna

diharapkan pembaca dapat mudah memahami daerah-daerah yang memiliki kasus tinggi pada penyebaran penyakit campak di K abupaten Bondowoso.

Gambar 3 Hasil Pemberian warna

3. Tahap I mplementation and TT Unit testing Setel ah peta di gi tal di beri warna sesuai dengan penyebaran penyakit campak, langkah berikutnya adalah menampilkan atribut peta yang telah dimasukkan sebelumnya seperti jumlah kasus campak, target imunisasi, kasus gizi buruk dan kepadatan penduduk. Hal ini berguna sebagai media mempermudah petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso untuk meneliti dan menangani daerah yang rawan dengan penyebaran penyakit campak.

Gambar 4 Atribut peta

(6)

Layout pada peta digital ini berfungsi menyimpan gambar dalam bentuk JPG atau BMP. Ini bermanfaat untuk melakukan penelitian saat presentasi atau penyeluhan. Namunpada penelitian yang dilakukan masih terdapat kelemahan ,peneliti masih belum terlalu menguasai tentang aplikasi quantum GIS . Saran untuk peneliti berikutnya adalah format gambar yang di hasil kanseharusnyalebihbai kdanlebi hmenari k, sehinggapembacamudahdalammenganalisisdaerah yang memilikipenyebaranpenyakitcampak. Contoh bentuk gambar seperti format 3 dimensi. Saran lain bagi peneliti berikutnya dapat mengkoneksi kan hasil peta digital denganjaringan internet. Sehingga informasi dapat dengan mudah diperoleh. Diharapkan kelemahan penulis dapat menjadi masukan bagi peneliti lainnya, khususnya bagi penel iti dalam pembuatan peta digital.

Pada legenda tersebut menunjukkan identitas dari simbol yang ada, seperti nama kecamatan dan juga puskesmas yang ada pada peta tersebut. Untuk pemberian warna disesuai kan dengan tingkatan penyebaran penyakit campak pada setiap kecamatan. Warna tersebut memiliki tingkatan kejadian sebagai berikut :

1. Untuk warna 0 kasus Campak 2. Untuk warna antara 1 sampai 10

kasus Campak

3. Untuk warna antara 11 sampai 20 kasus Campak 4. Untuk warna antara 21

sampai 100 kasus Campak

Adanya legenda peta digital tersebut diharapkan memudahkan dalam membaca dan menganalisis permasalahan tentang penyakit campak pada peta tersebut. Hal ini menentukan kebijakan yang harus diambil dalam penyelesaiannya.

M enganalisa Hasil Peta Digital Penyebaran Penyakit Campak di Kabupaten Bondowoso dari Tahun 2012, Tahun 2013, dan Tahun 2014

Peta di gital i ni merupakan peta yang memi li ki unsur kesehatan, dikarenakan data yang terdapat dalam peta digital tersebut merupakan data penyakit campak dengan disertai data sekunder sebagai pendukungnya. Peta digital tersebut merupakan peta digital penyebaran penyakit campak di Kabupaten Bondowoso. Warna yang ada pada peta menunjukkan tingkatan jumlah penyebaran penyakit yang terjadi di Kabupaten Bondowoso. Warna pada peta tersebut dapat berubah maupun di update sesuai dengan

tersebut juga terdapat data sekunder yang mendukung penyebaran penyakit campak

Pada penelitian tersebut terdapat data tentang target imunisasi yang tercapai pada seti ap kecamatan. Laporan tersebut di dapat dari puskesmas pada setiap setiap kecamatan di Kabupaten Bondowoso. Dengan cakupan Campak yang rata-rata setiap kecamatan mencapai lebih dari 90% dan merata sampai ke tingkat desa diharapkan j umlah kasus Campak akan menurun oleh karena terbentuknya kekebalan kel ompok (herd i mmuni ty). Dengan membawa anaknya untuk mendapatkan imunisasi, seorang ibu telah memberikan sumbangan bagi kekebalan kel ompok. Dengan kata l ai n, sel ai n memberi perlindungan kepada anaknya agar tidak terkena penyakit menular, tapi juga memberikan kontribusi sosi al yang ti nggi . anak yang tel ah mendapat kekebal an setelah i muni sasi akan menghambat perkembangan penyakit di kalangan masyarakat. Di harapkan dengan adanya kegiatan imunisasi, kekebalan kelompok (herd Immunity) akan terjadi agar virus tidak mendapatkan kesempatan untuk berkembang biak dalam tubuh manusia yang telah di vaksi nasi sehingga penyebaran kuman dapat dihentikan bahkan dapat diberantas.

Beri kut hasi l wawancara kepada petugas Di nas Kesehatan Kabupaten Bondowoso mengenai faktor lain penyebab penyakit campak.

“ ...Banyak sekali faktor yang menyebabkan anak terkena campak dik. Selain status imunisasinya ada juga lainnya toh,Diantaranya Hygiene Perorangan, lingkungan, serta statuz gizi dari anak tersebut. Penge-tahuan ibunya tentang campak juga mempengaruhi”

Responden 1

(7)

“ ...Lah, kn adik tau sendiri faktor penyebabnya kan bukan hanya imunisasi. Meskipun status imunisasinya lengkap, tapi Masih banyak faktor penyebab lainnya, seperti pendapatan keluarga juga bisa,status gizinya juga di cek. Ada j uga faktor yang lebih penting, pemberian ASI secara langsung. Sekarang banyak balita yang terkena campak sebelum mendapatakan imunisasi campak. Ya mungkin dikarenakan anak tersebut ti dak mendapatkan ASI secara l angsung sehingga daya tahan tubuhnya lemah.”

Responden 1

Berdasarkan hasi l wawancara tersebut di dapat bahwa status imunisasi bukanlah faktor utama dalam penyebaran penyakit campak, masih ada f aktor lainnya. Misalnya status gizi dari anak tersebut, oleh karena itu peneliti memasukkan data kasus gizi buruk yang terjadi di Kabupaten Bondowoso. Berdasarkan data gizi buruk yang di dapat, jumlah penyebaran penyakit campak banyak terjadi di daerah dimana di daerah tersebut j uga memi liki jumlah kasus gizi buruk yang tinggi. “ Seseorang dengan status gizi yang baik akan mempunyai ketahanan tubuh yang baik terhadap suatu penyakit serta proses penyembuhan yang cepat( Purnomo 1996)” .

“ ...Banyaknya penduduk berpengaruh dik dalam hal ini. Semakin banyak tetangga maka potensi tertular juga tinggi kan,apalagi di Bondowoso sekarang udah

banyak perumahan baru. Ibu-ibu biasa membawa anaknya ketika sedang mengobrol, mungkin mereka tidak tau kalau anak tetangga sedang sakit campak sehi ngga menular. Campak kan bi sa menularnya lewat udara sehingga tanpa bersentuhan campak bisa menular loh. Kalo di kota juga kan banyak penitipan anak, bisa juga tertular di tempat itu. Kalo di desa kan ga’ ada dik mungkin kalo ortunya kerja mungkin yang ngerawat neneknya.” Responden 1

M enurut A chmadi dalam M anaj emen Penyaki t Berbasis Wilayah mengatakan “ Kepadatan penduduk yang di dukung kepadatan huni an merupakan persemaian subur bagi virus. Hunian yang padat dapat mempermudah penul aran yang terj adi melalui udara.” Berdasarkan hasil wawancara dan kutipan yang ada, didapatkan bahwa kepadatan

penduduk berpengaruh dalam penyebaran penyakit campak. Hal ini membuktikan bahwa virus campak dapat menularkan melalui udara tanpa harus ada kontak langsung. Dapat dil ihat pada data yang ada, kecamatan Bondowoso yang kepadatan penduduk sebanyak 3.347 per 1 km2 memi li ki

jumlah kasus sangat tinggi. Ini berbanding terbalik dengan kecamatan Sempol yang hanya kepadatan penduduknya sekitar 53 per 1 km2, tidak terjadi kasus

campak pada 3 tahun terakhir.

Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Casaeri, menurut Casaeri dalam jurnalnya yang berjudul faktor-faktor kejadian penyakit campak di K abupaten K endal tahun 2007 mengatakan bahwa “ hasi l anal i si s hubungan f aktor resi ko kepadatan hunian dengan kejadian penyakit campak, menunjukkan bahwa kej adian penyaki t campak dengan padat penghuni (63,2%) lebih besar di banding tidak padat penghuni (36,8%)” .

Penelitian ini juga didukung peneliti sebelumnya, penelitian yang dilakukan oleh Dian Sari Nurani (2012), menyatakan bahwa campak merupakan salah satu dari lima penyakit penyebab utama kematian anak Indonesia, termasuk di Kota Cirebon. Kasus campak terjadi sepanjang tahun di Cirebon, setiap bulan selalu ada l aporan suspek kasus campak. Berdasarkan tempat yang sering terjadi kejadian kasus campak adal ah tempat dengan cakupan i munisasi rendah.Ti ngginya i nsiden campak di Kecamatan Kesambi pada tahun 2004, 2005, 2007, dan 2009 diperkirakan karena kepadatan penduduk yang tinggi. Yaitu sebesar 8.827,30 penduduk per km2. Dikatakan tinggi karena kepadatan penduduk

kecamatan lebih tinggi daripada kepadatan daerah lainnya. Diketahui bahwa penularan penyakit campak lebih mudah terjadi pada perumahan rakyat yang padat, daerah yang kumuh dan miskin, serta populasi padat. Sedangkan untuk kecamatan Harjamukti di Kota Cirebon insiden campak yang tinggi disebabkan cangkupan imunisasi yang belummemenuhi target UCI pada salah satu kelurahannya. UCI merupakan keadaan tercapai nya cakupan i muni sasi dasar

Dapat disimpulkan kemungkinan anak yang tinggal di rumah padat penghuni akan mudah tertular atau terinfeksi penyakit akibat kontak, apalagi bila dalam rumah tersebut ada penderita. Hal ini menandakan kepadatan berpengaruh terhadap penyebaran penyakit campak.

(8)

negara yang sedang berkembang, disebabkan oleh penyaki t i nf eksi yang bi asanya tidak penting, tetapi menjadi berat karena anak kurang gizi. Suatu penyakit misalnya campak(morbi li), cacar air atau bahkan pilek, tidak dapat sembuh karena daya tahan (Berg,A. dan Robert J.muscat, 1987). Penelitian yang dilakukan Casaeri dalam jurnalnya berjudul Faktor-faktor risiko kejadian penyakit campak di Kabupaten Kendal tahun 2002 mengatakan, “ besarnya risiko kejadian penyakit campak pada anak dengan status gizi kurang 2,3 kali lebih tingi dibandingkan pada anak dengan status gizi sedang/baik.”

Berkai tan dengan status gi zi di K abupaten Bondowoso, penyebaran campak di kecamatan yang memiliki kasus campak tinggi juga terdapat jumlah kasus gizi buruk yang tidak sedikit. Menandakan terdapat hubungan antara kasus campak dan statuz gizi dari sang penderita. Penelitian yang dilakukan Casaeri juga mengatakan memungkinkan dengan rendahnya status gizi mempengaruhi respon tubuh berupa pembentukan antibodi dan limfosit terhadap adanya i nf eksi suatu penyaki t,di mana untuk pemberntukan antibodi dan limf osit dibutuhkan bahan baku berupa protein dan karbohidrat, pada anak dengan status gi zi buruk kadar protei n dan karbohi drat dal am tubuh sedi ki t sehi ngga pembentukan antibodi dan limfosit akan terhambat yang beraki bat tubuh rentan terhadap i nf eksi penyakit.

Penel i ti mel akukan kunjungan ul ang ke Di nas Kesehatan Kabupaten Bondowoso dan mendapatkan info tentang masalah campak. Berikut merupakan beberapa masalah campak yang masih terjadi di Kabupaten Bondowoso :

1. Sasaran target bayi untuk imunisasi tidak sesuai dengan data yang di dapat dari Badan Pusat Statistik Daerah

2. Petugas ti dak terlalu mengetahui secara pasti jumlah sasaran bayi yang seharusnya mendapatkan imunisasi

3. Hanya masyarakat yang datang ke posyandu yang mendapat imunisasi

4. M asi h di temukan masyarakat yang kurang mendukung kegiatan imunisasi

5. M asih ditemukan kasus campak dengan status imunisasi lengkap

6. Masih ada anggapan campak merupakan penyakit biasa sehingga masih menggunakan pengobatan tradisi onal , sehi ngga kemungkinan masih ada kasus tidak terlaporkan.

Berdasarkan masalah-masalah diatas yang masih terjadi di Kabupaten Bondowoso, pada poin terakhir dapat menjelaskan bahwa terdapat kemungkinan daerah-daerah pinggiran atau pedesaan yang ada di Kabupaten Bondowoso masih banyak tersebar penyakit campak. M isalnya pada daerah Wringin terdapat 7 kasus gi zi buruk dengan kepadatan penduduk 700 per 1 km2, kemudian daerah Jambesari

dengan 5 kasus gizi buruk dan kepadatan penduduk sekitar 1.260 per 1 km2, dan daerah Pujer dengan

Kasus gizi buruk sebanyak 9 kasus dengan kepadatan penduduk cukup banyak sekitar 1.083 per 1 km2. Dari

3 daerah tersebut tidak ditemukan kejadian kasus penyakit campak, hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa di daerah tersebut terjadi namun kasus tidak terlaporkan. Kemungkinan 3 daerah tersebut masih beranggapan bahwa penyakit campak dapat sembuh sendi ri bil a ruam sudah kel uar, sehingga anak yang sakit campak tidak perlu diobati. Sehingga dapat disimpul kan dal am penel itian i ni , f aktor status gizi dan kepadatan penduduk berpengaruh terhadap penyebaran penyakit campak di Kabupaten Bondowoso. Sehingga untuk Di nas K esehatan Kabupaten Bondowoso perlu melakukan evaluasi untuk menyelesaikan beberapa masalah yang masih ada, sehingga dapat mengurangi penyebaran penyakit campak.

SI M PULAN

Dari hasil penelitian yang berjudul “ Gambaran Penyebaran Penyaki t Campak di K abupaten Bondowoso Tahun 2012-2014 menggunakan quantum GIS” dapat disimpulkan bahwa:

1. Terdapat 5 kecamatan yang memiliki jumlah kasus sangat tinggi, diantaranya kecamatan Bondowoso, Wonosari, Binakal, Tenggarang, dan Kecamatan Tapen. Sedangkan hasi l i munisasi kecamatan dengan target i muni sasi tertinggi terdapat di Kecamatan M aesan dengan 130 %, dan terendah di Kecamatan Bi nakal dengan 77,2%. Untuk kasus gizi buruk terbanyak terdapat di Kecamatan Kademangan dengan 24 kasus.

2. Kebutuhan peta digital persebaran penyakit campa di Kabupaten Bondowoso dengan menggunakan Quantum GIS 1.8 mel iputi : Data penyebaran penyakit campak. Laporan hasil Imunisasi bayi, Data Kasus gizi buruk, Data sensus penduduk, dan Luas wilayah.

(9)

Binakal, Tenggarang, dan Kecamatan Tapen adalah kecamatan dengan tingkat penyakit campak yang tinggi. Bondowoso 96 kasus Campak, Wonosari 66 kasus Campak, Bi nakal 52 kasus Campak, Tenggarang 43 kasus Campak, dan Kecamatan Tapen 35 kasus Campak. Penyebaran penyakit campak dipengaruhi gizi buruk dan kepadatan.

DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodj o, S. 2005. M etodol ogi Penel i ti an Kesehatan Cetakan III. Jakarta: Rineka Cipta. Nugroho, E. 2008. Sistem Informasi Manajemen.

Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Sugiyono. 2012. M etode Penelitian K uanti tati f Kualitatif dan R& D. Cetakan XVII. Bandung : Alfabeta

Tata sutabri, 2004. Analisis sistem informasi.jakarta. penerbit andi (sumber metode waterfall) Setiawan, I made. 2008. Penyakit campak. Jakarta.

Penerbit Sagung Seto

Ikatan Dokter Anak Indonesia. Satgas imunisasi. 2014. Pedoman I muni sasi di I ndonesi a, Jakarta.penerbit satgas imunisasi , i katan dokter anak Indonesia.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen K esehatan RI . 2007. Ri set Kesehatan Dasar (Riskesda) Provinsi Jawa Timur. Jakarta.

Statistik Daerah Kabupaten Kabupaten Bondowoso, e-Books. 2014. Bondowoso. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bondowoso.

Eka Chandra, Olivia. 2014. Perbedaan Predisposing, Enabling, dan Reinforcing Factors Perilaku

Ibu Dalam Memberikan Imunisasi Campak antara Desa Non Klb Campak Di Kecamatan Cermee K abupaten Bondowoso, Skripsi . Progr am pendi di k an st rata, Fak ul t as Kesehatan Masyarakat Universitas Jember. Anisa. 2008. Pemetaaan Penyakit Demam Berdarah

(DBD) K ota M akassar Dengan Penduga Empi ri cal B ayes. M ak assar. Jurusan Matematika FMIPA Universitas Hasanuddin. Sari N urani , D i an. dk k . 2012. Gambar an

Epi demi ol ogi K asus Campak D i K ota Cirebon Tahun 2004-2011. (Studi Kasus Data Surveilans Epidemiologi Campak di Dinas Kesehatan Kota Cirebon). Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

Aaby, P. Bukh, dkk, 1984. Measles Vaccination and reduction in Child Mortality, A Community Study f rom Gui nca-Bi ssau, Journal of Infection 8: 13 – 21

Suardiyasa M ade. Faktor-faktor Risiko Kejadian Penyaki t Campak pada A nak bal i ta di Kabupten Tolitoli Provinsi Sulawesi Tengah. Yogyakart a: U ni versi tas Gaj ah M ada Yogyakarta; 2008.

Purnomo. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan terhadap Kejadian Penyakit Campak pada Anak Usia 12-24 bulan di Kodya Jaksel Tahun 1996. Jakarta: Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat . Program Pascasarjana UI;1996 A chmadi U. F. M anaj emen Penyaki t Berbasi s

Wi l ayah, Seri Desentral i sasi K esehatan Masyarakat. Jakarta; UI Press; 2008

Gambar

Tabel 4 data luas wilayah dan sesnsus penduduk
Gambar 2 Hasil Pemberian titik

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian tersebut ditemui bahwa pelaku pernikahan usia dini di sebabkan dari ekonomi rendah dan yang menyebabkan seseorang menikah di usia dini

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Salena sebagai wilayah hinterland kota, memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan permukiman wisata karena beberapa hal, yaitu;

Tabung hampa umumnya merupakan suatu komponen aktif yang bekerja pada aras tegangan tinggi (ratusan volt), namun pada aras tegangan tinggi penguat tabung

Pilih Shapetool yang terdapat di toolbox – Buatkan titik (node) pada sisi garis dengan melakukan klik kiri 1 (satu) kali – Pilih model tarikan di properties bar – tarik

Perkawinan di Indonesia diatur melalui Undang-Undang No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 16 Tahun 2019 dan untuk

Bentuk pelayanan publik yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah antara lain adalah .... Pengaturan pedagang

129 tentang SPM Rumah Sakit Bidang Farmasi, waktu tunggu pelayanan obat jadi <30 menit dan obat racikan <60 menit, sehingga waktu tunggu di pelayanan farmasi IFRS

Dan pelanggan menilai rendah terhadap para staf karena kurang mengathui dan memahami kebutuhan apa saja yang dibutuhkan oleh pelanggan ketika melakukan perawatan, maka dari itu hal