• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN GIZI IBU DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN ANAK TK NURUL BAHRI DESA WUKIR SARI KECAMATAN BATANG KABUPATEN BATANG ipi4646

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN GIZI IBU DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN ANAK TK NURUL BAHRI DESA WUKIR SARI KECAMATAN BATANG KABUPATEN BATANG ipi4646"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

http://jurnal.unimus.ac.id 79

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN GIZI IBU DENGAN TINGKAT

KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN ANAK TK NURUL BAHRI DESA WUKIR SARI KECAMATAN BATANG KABUPATEN BATANG

Erma Handarsari1, Ali Rosidi 2 , Juju Widyaningsih3 1,2,3

Program Studi DIII Gizi Fakultas Ilmu Keperawatan danKesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang

E-mail : erma_handarsari@yahoo.com

ABSTRACT

Background: Children who excel are the investment of valuable human resources for families, homeland, and nation. To realize the dream of the children who excel, in addition to required education of good quality, must also consider the need for adequate nutrition. The adequacy of a child's nutritional needs can be seen from the menu and consumption patterns of children daily. In the field of nutritional science and health, children can be grouped into: Children kindergarten (4-6 years), School

Children (7-12 years), and Youth (13-18 years). Objective: analyze the relationship

between education and knowledge of women with a low consumption of energy and protein kindergartner Nurul Bahri Wukir Sari Village District Batang Batang.

Methods: This research is explanatory research and the study was cross sectional approach. The population in this study are all children enrolled as a pupil TK Nurul Bahri Wukir Sari Village District Batang, Batang, as many as 38 children. The sample is children who are registered as Nurul Bahri kindergarten students who meet the criteria: not being sick which can affect food consumption, Mrs. available for interviews to provide the necessary data. Samples taken from the total population that meets the inclusion of 20 children and the respondent is a mother of a

kindergartner. Results: Showed that: the level of education mostly mothers (85%)

were SD, the mother has nutritional knowledge was (70%), average energy consumption of 1282.25 ± 136.05 kcal, the majority of kindergarten children (40%) mild deficit in the category level, the average protein intake was 34.16 g ± 3.78, kindergarten children (40%) in the category of energy consumption level of a mild deficit, most kindergarten children (45%) in the category of normal levels of protein

consumption. Conclusion:There was no relationship between the educational level of

energy and protein consumption kindergartner, there is a correlation between nutrition knowledge of mothers with children kindergarten level energy consumption, and there is no relationship between nutrition knowledge of mothers with children kindergarten level of protein consumption.

(2)

http://jurnal.unimus.ac.id 80 ABSTRAK

Anak yang berprestasi adalah investasi sumber daya manusia yang berharga bagi keluarga, nusa, dan bangsa. Untuk mewujudkan impian akan anak yang berprestasi, selain diperlukan pendidikan yang baik dan berkualitas, juga harus memperhatikan kebutuhan gizi yang cukup. Tingkat kecukupan pemenuhan kebutuhan gizi anak dapat dilihat dari menu dan pola konsumsi anak sehari-hari. Dalam bidang ilmu gizi dan kesehatan, anak dapat dikelompokkan menjadi: Anak TK (4-6 tahun), Anak

Sekolah (7-12 tahun), dan Remaja (13-18 tahun). Tujuan penelitian : menganalisis

hubungan pendidikan dan pengetahuan ibu dengan tingkat konsumsi energi dan protein anak TK Nurul Bahri Desa Wukir Sari Kecamatan Batang Kabupaten

Batang. Metode : Jenis penelitian ini merupakan explanatory research dan

pendekatan penelitiannya adalah crossectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak yang terdaftar sebagai murid TK Nurul Bahri Desa Wukir Sari Kecamatan Batang, Kabupaten Batang, sebanyak 38 anak. Sampel adalah seluruh anak yang terdaftar sebagai murid TK Nurul Bahri yang memenuhi kriteria: tidak sedang sakit yang dapat mempengaruhi konsumsi makan, Ibu bersedia diwawancarai untuk memberikan data yang diperlukan. Sampel diambil dari total populasi yang

memenuhi inklusi sebanyak 20 anak dan responden adalah ibu anak TK.Hasil:

penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu balita sebagian besar (85%) adalah SD, ibu memiliki pengetahuan gizi sedang (70%), rata-rata konsumsi energi

1282,25 Kkal ± 136,05, sebagian besar anak TK (40%) dalam katagori defisit tingkat

ringan, rata-rata konsumsi protein adalah 34,16 gr ± 3,78, anak TK (40%) dalam

katagori tingkat konsumsi energi defisit ringan, sebagian besar anak TK (45%)

dalam katagori tingkat konsumsi protein normal Kesimpulan : Tidak ada hubungan

antara pendidikan dengan tingkat konsumsi energi dan protein anak TK, ada hubungan antara pengetahuan gizi ibu dengan tingkat konsumsi energi anak TK, dan tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi ibu dengan tingkat konsumsi protein anak TK.

Kata kunci : pendidikan,pengetahuan ,tingkat konsumsi energi dan protein, anak TK

PENDAHULUAN

Anak yang berprestasi adalah investasi sumber daya manusia yang berharga bagi keluarga, nusa, dan bangsa. Untuk mewujudkan impian akan anak yang berprestasi, selain diperlukan pendidikan yang baik dan berkualitas, juga harus memperhatikan kebutuhan gizi yang cukup. Hal itu untuk menunjang proses tumbuh kembang anak agar dapat tumbuh dan berkembang lebih optimal. Sehingga lebih mudah dan cepat menerima masukan dalam proses belajar-mengajar anak di sekolah serta meningkatkan konsentrasi belajar.

(3)

http://jurnal.unimus.ac.id 81 dapat dikelompokkan menjadi: Anak TK (4-6 tahun), Anak Sekolah (7-12 tahun), dan Remaja (13-18 tahun). Anak TK (usia 4-6 tahun) rawan terhadap masalah gizi, yaitu gizi buruk dan gizi kurang. Anak usia TK sedang dalam masa pertumbuhan sehingga kebutuhan energi dan protein meningkat dibandingkan dengan kelompok umur yang lain. Anak TK belum bisa memilih menu yang banyak mengandung energi dan protein untuk aktifitas mereka. (Anonim, 2004).

Pemberian menu sangat berhubungan dengan pendidikan dan pengetahuan gizi ibu. Seorang ibu yang pendidikan dan pengetahuan gizinya baik akan sangat berperan dalam menyiapkan menu yang cukup mengandung energi dan protein, serta zat gizi lainnya. Salah satu contoh penyakit defisiensi zat gizi adalah penyakit KEP (Kurang Energi Protein) yang banyak diderita anak-anak dari masyarakat yang tergolong miskin dan berpendidikan rendah.

Kejadian gizi kurang dapat dihindari apabila ibu mempunyai cukup pengetahuan tentang gizi dan mengatur makanan anak. Selain itu pendidikan yang cukup tinggi biasanya mempunyai pengetahuan yang lebih baik dibanding dengan ibu yang mempunyai pendidikan yang cukup atau rendah.

Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh penulis, ditemukan prevalensi status gizi anak TK Nurul Bahri yaitu 4 dari 20 anak (20%) mengalami status gizi kurang. Lebih lanjut diketahui bahwa sebagian besar ibu anak TK berpendidikan rendah (tidak lulus SD dan lulusan SD).

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah : Bagaimana hubungan antara pendidikan dan pengetahuan gizi ibu dengan tingkat konsumsi energi dan protein anak TK Nurul Bahri Desa Wukir Sari Kecamatan Batang Kabupaten Batang.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research ( penelitian penjelasan ) yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan 2 variabel atau lebih. Metode yang digunakan adalah survai dengan wawancara menggunakan kuesioner, pendekatan penelitian adalah cross sectional yaitu variabel sebab dan akibat diambil pada waktu yang bersamaan .

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak yang terdaftar sebagai murid TK Nurul Bahri Desa Wukir Sari Kecamatan Batang, Kabupaten Batang. Populasi penelitian ini sebanyak 38 anak. Adapun sampel adalah seluruh anak yang terdaftar sebagai murid TK Nurul Bahri yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Tidak sedang sakit, yang dapat mempengaruhi konsumsi makan. 2. Ibu bersedia diwawancarai untuk memberikan data yang diperlukan.

Sampel diambil dari total populasi yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 20 anak dan responden adalah ibu anak TK.

(4)

http://jurnal.unimus.ac.id 82 Analisis univariat digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi, nilai rata-rata, nilai maksimal, nilai minimal, dan standar deviasi, yaitu: konsumsi energi, konsumsi protein, pendidikan ibu, dan pengetahuan gizi ibu.

Data hasil penelitian yaitu data pendidikan (dalam tahun), pengetahuan gizi (%), dan konsumsi energi dan protein (%) yang diuji kenormalannya menggunakan

Kolmogorov Smirnov Test. Uji hubungan antar variabel menggunakan uji korelasi

Rank Spearman karena data berdistribusi tidak normal. Analisis dilakukan dengan

alat bantu komputer menggunakan program SPSS Versi 11,5.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.

Gambaran Umum Responden

Pendidikan Ibu

Jenjang pendidikan responden yang paling banyak adalah pendidikan tamat SD (0-6 tahun) sebanyak 17 orang dengan persentase (85,%) dan SLTP sebanyak 3 orang (15%). Di lihat dari tingkat pendidikan ibu masih sangat rendah. Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu, akan lebih mudah mendapat informasi tentang makanan seimbang dan pola makan yang baik. Pada umumnya salah satu faktor yang berperan dalam pengetahuan seseorang adalah tingkat pendidikan. Sehingga dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan semakin baik pengetahuannya, karena dengan pendidikan yang lebih tinggi seseorang lebih mudah menerima hal-hal baru yang berpengaruh pada sikap yang positif (Singarimbun, 1998)

Pengetahuan Ibu

Pengetahuan gizi ibu sangat berpengaruh pada terpenuhinya kebutuhan gizi anak Biasanya, pengetahuan gizi ibu dan status gizi anak berbanding searah. Artinya, bila pengetahuan gizi ibu tinggi, maka status gizi anak juga baik (Roedjito, 1989).

Dari hasil penelitian, diketahui bahwa hampir semua responden masuk dalam katagori pengetahuan gizi sedang yaitu sebanyak 14 orang (70,0 %). Walaupun sebagian besar pendidikan ibu adalah rendah, namun pengetahuan gizi ibu dikatakan lebih baik. Karena ibu-ibu di wilayah ini sering mengikuti penyuluhan-penyuluhan yang biasanya diselenggarakan oleh Kader Posyandu.

(5)

http://jurnal.unimus.ac.id 83 pengaruh gizi dan lingkungan sehingga kecukupan gizi harus terpenuhi untuk proses tumbuh kembang.

Tingkat Konsumsi Energi

Untuk memenuhi kecukupan zat-zat gizi, diperlukan konsumsi makanan yang bergizi untuk pertumbuhan dan perkembangan anak dalam jumlah yang cukup, baik frekuensi dan macamnya. Rata-rata konsumsi energi dari 20 anak TK adalah 1282,25 Kkal ± 136,05. Konsumsi yang terendah adalah 941 Kkal dan tertinggi adalah 1510 Kkal. Responden dengan konsumsi terendah karena menu responden kurang sesuai dengan menu seimbang yang dianjurkan, sedangkan menu responden dengan konsumsi tertinggi yaitu menu lengkap dan susu.

Hasil perhitungan konsumsi energi 20 anak TK, sebagian besar (40%) mengalami tingkat konsumsi energi defisit ringan. Keadaan ini disebabkan karena anak TK kurang mengkonsumsi makanan bergizi atau orang tua yang tidak menyiapkan menu seimbang bagi anak TK. Menu yang biasanya disajikan orang tua yaitu: nasi megono atau mie instan yang menurut orang tua lebih mudah dan cepat disajikan. Adapun distribusi anak TK berdasarkan tingkat konsumsi energi dapat dilihat pada Tabel 1.

Anak TK membutuhkan zat-zat gizi yang mencukupi untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Rata-rata konsumsi protein adalah 34,16 gr ± 3,78. Konsumsi protein terendah adalah 28,4 gr dan tertinggi adalah 42,4 gr. Responden dengan konsumsi terendah karena menu responden kurang sesuai dengan menu seimbang yang dianjurkan, sedangkan menu responden dengan konsumsi tertinggi yaitu menu lengkap dan susu.

(6)

http://jurnal.unimus.ac.id 84 pesisir pantai yang menyebabkan masyarakatnya mudah untuk mendapatkan bahan makanan sumber protein terutama protein hewani. Menu yang biasanya disajikan adalah ikan yang didapat dari hasil melaut sang ayah.

Winarno (1997) menyatakan bahwa tingkat pendidikan dan kemampuan sosial yang rendah pada masyarakat mempengaruhi kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi. Pendidikan ibu yang rendah akan mengakibatkan ibu tidak mengetahui bagaimana susunan makanan yang baik dan telah mencukupi kebutuhannya. Bila pendidikan dan kemampuan sosial ibu rendah, penggunaan makanan akan rendah pula. Sehingga balita yang memiliki ibu berpendidikan rendah, besar kemungkinan konsumsi energi juga rendah. Ada kecenderungan semakin tinggi pendidikan ibu, maka akan semakin baik pula konsumsi energinya.

(7)

http://jurnal.unimus.ac.id 85 misalnya: kemiskinan, lingkungan yang kurang sehat, asupan gizi yang kurang, penyakit infeksi, dan pelayanan kesehatan yang kurang memadai.

4.

Hubungan Pendidikan Ibu dengan Tingkat Konsumsi Protein

Anak TK

Pendidikan yang tinggi akan berpengaruh maka dalam pemilihan bahan makanan karena pendidikan merupakan faktor penting dalam menentukan kualitas makanan. Sehingga dalam pemilihan bahan makanan yang baik, ibu berpendidikan tinggi seharusnya akan memilih bahan makanan berprotein tinggi pula. Bila pendidikan seseorang rendah, kemampuan dalam menerima pembaharuan juga kurang. Sehingga balita yang memiliki ibu berpendidikan rendah, besar kemungkinan konsumsi proteinnya juga rendah. Ada kecenderungan semakin tinggi pendidikan ibu, maka akan semakin baik pula konsumsi proteinnya.

lama tahun pendidikan ibu (p>0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan pendidikan ibu dengan tingkat konsumsi protein. Hal ini diduga yang menyebabkan tingkat konsumsi protein kurang tidak hanya dipengaruhi oleh faktor pendidikan tetapi ada faktor lain misalnya: kemiskinan, lingkungan yang kurang sehat, asupan gizi yang kurang, penyakit infeksi, dan pelayanan kesehatan yang kurang memadai.

(8)

http://jurnal.unimus.ac.id 86 pemilihan, pembelian, dan pengolahan bahan bahan makanan juga baik. Ada kecenderungan semakin tinggi pengetahuan gizi ibu, maka akan semakin baik pula tingkat konsumsi energinya. Dari hasil recall diketahui bahwa anak TK banyak Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan tingkat pengetahuan gizi ibu dengan tingkat konsumsi energi. Pada hasil penelitian ini menerangkan bahwa semakin baik pengetahuan ibu diikuti dengan tingkat konsumsi energi yang baik pula. Hal ini dapat terjadi karena pengetahuan ibu yang baik diterapkan dalam menyajikan menu seimbang baik keluarga, terutama anak TK.

(9)

http://jurnal.unimus.ac.id 87 (p>0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan tingkat pengetahuan gizi ibu dengan tingkat konsumsi protein. Pada hasil penelitian ini menerangkan bahwa semakin baik pengetahuan ibu tidak selalu diikuti dengan tingkat konsumsi protein yang baik pula. Hal ini dapat disebabkan karena ibu tidak memberikan makanan berprotein tinggi kepada anak TK yang sedang dalam masa pertumbuhan. Dari hasil recall, diketahui bahwa sebagian besar anak TK makan dengan lauk-pauk seadanya seperti: tahu, tempe, bahkan snack dijadikan lauk untuk makan. Hal inilah yang membuat anak TK mengalami defisit pada ingkat konsumsi proteinnya. Selain faktor makanan, ada pula faktor lain misalnya: pola pengasuhan, kesehatan lingkungan, dan mutu pelayanan kesehatan.

SIMPULAN

1. Tingkat pendidikan ibu balita sebagian besar (85%) adalah tamat SD. 2. Sebagian besar ibu memiliki pengetahuan gizi sedang (70%).

3. Sebagian besar anak TK (40%) dalam katagori tingkat konsumsi energi defisit ringan.

4. Sebagian besar anak TK (45%) dalam katagori tingkat konsumsi protein normal.

5. Tidak ada hubungan pendidikan ibu dengan tingkat konsumsi energi anak TK ( p=0,098).

6. Tidak ada hubungan pendidikan ibu dengan tingkat konsumsi protein anakTK(p =0,0997)

7. Ada hubungan pengetahuan gizi ibu dengan tingkat konsumsi energi anak TK ( p=0,029).

(10)

http://jurnal.unimus.ac.id 88 ( p=0,825).

SARAN

1. Perlu kebijakan dari Kepala Sekolah untuk memasukan program PMT (Pemberian Makanan Tambahan) bagi anak TK.

2. Memberikan penyuluhan kepada ibu untuk menyediakan makanan yang bergizi bagi anaknya dengan cara memberikan makanan bergizi.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita, 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta BPS,Unicef, Bappeda,2000. Peningkatan Kemasyarakatan Propinsi Profil

Kesehatan Propinsi Jateng, 1999.Semarang: Proyek Jawa Tengah

Budiyanto, Agus.2001, Dasar-Dasar Ilmu Gizi, Edisi Revisi, Malang

Dainur, 1995. Ilmu Kesehatan Masyarakat KIA di Puskesmas dan Permasalahannya

Jakarta: EGC

Depkes RI. Pedoman Tata Laksana KEP pada Anak di Puskesmas dan di Rumah Tangga

Hidayat Syarif, Asep Rustiawan; Vandal Julia, 1992. Petunjuk Laboratorium Kaji

TindakPartisipatif dalam Pangan dan Gizi Masyarakat, Bogor: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tingkat Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, IPB Bogor

Khomsan, Ali, 2002, Pangan dan Gizi untuk Kesehatan, PT, Rajagafrindo Persada: Jakarta

Kodyat, AB, Minarto R, Golopong S, Iryonis, 1996. Status Konsumsi Gizi di

Indonesia, Gizi Indonesia. Persagi ;Bogor

Notoatmojo, Suekidjo, 2002. Metode Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta: Jakarta Notoatmojo Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-Prinsip Dasar,

Rineka Cipta: Jakarta

Roedjito, 1989, Kajian Penelitian Gizi, Mediyatama Sarana Perkasa: Jakarta Singarimbun, Masri.1998. Penduduk dan Perubahan. Pustaka Pelajar: Yogyakarta Supariasa, Bakrie, dan Fajar. 2002. Penilaian Status Gizi, EGC; Jakarta

Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 2004. Angka Kecukupan Gizi. Lembaga IlmuPengetahuan Indonesia : Jakarta

Gambar

TABEL 2 DISTRIBUSI ANAK TK BERDASARKAN
GAMBAR 2 HUBUNGAN PENDIDIKAN IBU DENGAN
GAMBAR 3 HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN
GAMBAR 4 HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini yaitu mengenai hubungan tingkat pendidikan ibu, pengetahuan gizi, dan pendapatan keluarga dengan konsumsi kalori serta status gizi balita dengan melalui Uji

HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI DAN PENGETAHUAN GIZI IBU DENGAN ASUPAN GIZI ANAK USIA 1-3 TAHUN DI DESA SANGGE, KECAMATAN KLEGO, KABUPATEN BOYOLALI.. Latar Belakang : Anak

Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah “apakah ada hubungan antara status sosial ekonomi dan pengetahuan gizi ibu dengan asupan gizi

Berdasarkan latar belakang tersebut maka permasalahan yang akan dikemukakan dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan gizi dengan konsumsi serat

Kesimpulan penelitian ini adalah ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu, pendapatan keluarga dan pengetahuan gizi ibu dengan status kadarzi, tidak ada hubungan antara

Permasalahan yang akan dibahas yaitu adakah hubungan antara pengetahuan gizi ibu dengan status gizi balita di Desa Jatisari Kecamatan Subah Kabupaten Batang tahun 2010 dan

Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah ini adalah Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu serta pendapatan orang tua dengan status gizi

Ada hubungan antara tingkat konsumsi energi dengan status gizi anak sekolah, sedangkan jumlah anggota keluarga dan pengetahuan gizi tidak terdapat hubungan yang