• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pedoman Monitoring Kualitas (ST2013 MK)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pedoman Monitoring Kualitas (ST2013 MK)"

Copied!
180
0
0

Teks penuh

(1)

Katalog BPS: 1402007

SENSUS PERTANIAN 2013

PENCACAHAN LENGKAP RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN

PEDOMAN MONITORING KUALITAS

(ST2013-MK)

(2)
(3)

i

KATA PENGANTAR

Buku Pedoman Monitoring Kualitas dalam rangka Sensus Pertanian 2013 ini digunakan sebagai petunjuk dan pegangan bagi para petugas dalam melakukan monitoring kualitas.

Kegiatan monitoring kualitas ini dimaksudkan sebagai quality assurance

atau jaminan kualitas pelaksanaan Sensus Pertanian 2013 agar berjalan dengan baik sesuai prosedur. Pelaksanaan lapangan kegiatan ini dilakukan pada bulan Mei 2013. Buku pedoman ini memberikan petunjuk berbagai hal kepada petugas MK, khususnya yang berkaitan dengan tata cara, aturan dan mekanisme monitoring kualitas maupun tata cara pengisian daftar isian.

Mengingat petugas monitoring kualitas mempunyai peran yang cukup penting dalam kegiatan Sensus Pertanian 2013, maka diharapkan petugas monitoring kualitas mengikuti petunjuk yang dijabarkan dalam buku ini agar dapat melaksanakan tugas, fungsi dan perannya dengan baik. Atas kontribusi semua pihak di pusat dan daerah dalam pelaksaanan Monitoring Kualitas Sensus Pertanian 2013 ini diucapkan terima kasih.

(4)
(5)

iii

1.5. Objek dan Karakteristik yang Dimonitoring ... 3

1.6. Jenis Instrumen MK ST2013 ... 4

1.7. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan ... 5

BAB II. Metodologi ... 11

2.1. Petugas Monitoring Kualitas (PMK) ... 11

2.2. Kualifikasi Petugas Monitoring Kualitas (PMK) ST2013 ... 11

2.3. Tanggung Jawab PMK ST2013 ... 12

2.4. Pemilihan Sampel Wilayah Monitoring ... 14

2.5. Beban Tugas PMK ... 15

2.6. Metode Monitoring ... 16

2.7. Metode Analisis ... 18

BAB III. Konsep dan Definisi ... 21

3.1. Sketsa Peta Desa/Kelurahan/Blok Sensus ... 21

3.2. Blok Sensus ... 24

3.3. Rumah Tangga dan Anggota Rumah Tangga ... 25

3.4. Umur ... 27

3.5. Referensi Waktu ... 27

3.6. Kegiatan Pertanian dan Usaha Pertanian ... 28

3.7. Rumah tangga pertanian ... 46

BAB IV. Tata Cara Pengisian Daftar ... 51

4.1. DAFTAR ST2013-MKP ... 51

(6)

iv

BAB V. Panduan SMS sistem Monitoring Kualitas ST2013 MK ... 85

5.1. SOP (Standard Operating Sistem) : Cara Mengirimkan SMS ... 85

5.2. Pendaftaran Petugas MK ... 86

5.3. Nomor SMS Center ... 87

5.4. Format Pengiriman SMS ... 87

5.5. Kesalahan yang Sering Terjadi ... 95

BAB VI. Tahapan Pengolahan Pra Komputer ... 99

6.1. Mekanisme Dokumen ST2013... 99

6.2. Penerimaan Dokumen (receiving) ... 101

6.3. Pengelompokan Dokumen (Batching) ... 102

6.4. Penyimpanan Dokumen ... 104

6.5. Editing dan Coding ... 104

BAB VII. Tata Cara Editing Coding ... 107

7.1. Umum ... 107

7.2. Editing Coding Dokumen ST2013-P ... 109

7.3. Editing Coding Dokumen ST2013-L ... 113

7.4. Konsistensi Dokumen ST2013-P dan ST2013-L ... 135

LAMPIRAN Lampiran 1. Peta ST2013WB/SP2010 WB Hasil Pencacahan ST2013 ... 141

Lampiran 2. DAFTAR ST2013-MKP ... 142

Lampiran 3. DAFTAR ST2013-MKL ... 144

Lampiran 4. DAFTAR ST2013-P [Door to Door] ... 148

Lampiran 5. DAFTAR ST2013-P [Snowball

]

... 150

Lampiran 6. DAFTAR ST2013-L ... 154

Lampiran 7. DAFTAR ST2013-KODE ... 162

Lampiran 8. Form Laporan PMK ... 168

(7)

ST2013 ‐ MK

|

1

1.1. Latar Belakang

Sesuai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1997 Tentang Statistik, penyelenggaraan Sensus Penduduk, Sensus Pertanian, dan Sensus Ekonomi dilakukan 10 tahun sekali. Selanjutnya, dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 51 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Statistik disebutkan bahwa waktu penyelenggaraan Sensus Penduduk adalah pada tahun berakhiran angka 0 (nol), Sensus Pertanian pada tahun berakhiran angka 3 (tiga), dan Sensus Ekonomi pada tahun berakhiran angka 6 (enam). Penyelenggaraan Sensus Pertanian dilakukan oleh BPS sejak tahun 1963, artinya Sensus Pertanian 2013 (ST2013) adalah yang keenam kalinya. Kegiatan pertanian yang dicakup dalam Sensus Pertanian sebelumnya dan dalam ST2013 meliputi 6 subsektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan.

ST2013 merupakan kegiatan besar yang terdiri dari tahapan kegiatan perencanaan, persiapan, pengumpulan data, pengolahan data, penyajian data, analisis data, dan diseminasi hasil. Kegiatan penting lainnya berkaitan dengan pelaksanaan ST2013 adalah monitoring kualitas (MK) ST2013, yang dimaksudkan sebagai quality assurance atau jaminan kualitas pelaksanaan ST2013 agar berjalan dengan baik sesuai prosedur. Selain itu, MK juga meminimalkan terjadinya

nonsampling error akibat kesalahan petugas yaitu berupa kesalahan cakupan

(coverage error) dan kesalahan isian (content error). Kesalahan cakupan dapat diakibatkan kekurangtelitian petugas dalam memahami cakupan wilayah tugasnya, kesalahan peta, dan kinerja tim yang tidak berfungsi secara optimal. Sedangkan kesalahan isian dapat disebabkan kesalahan pemahaman petugas mengenai konsep dan definisi, kesalahan petugas dalam mengisi kuesioner yang tidak sesuai jawaban responden, kesalahan petugas akibat moral hazard, kesalahan responden dalam memahami pertanyaan petugas sehingga salah dalam memberikan jawaban, dll.

(8)

2

|

ST2013‐MK

Oleh karena pentingnya kegiatan MK ini, maka harus direncanakan dengan sangat matang mulai dari awal perencanaan sensusnya sampai dengan sistem pelaporannya sehingga dapat dengan mudah diakses oleh semua pihak yang berwenang dalam memberikan petunjuk/arahan kepada pelaksana di lapangan. Dan segenap pimpinan BPS RI, BPS Provinsi, dan BPS Kabupaten/Kota dapat menentukan kebijakan terkait dengan informasi hasil monitoring di wilayahnya untuk ditindaklanjuti sesegera mungkin. Bersamaan dengan pelaksanaan MK ST2013, juga dilakukan kegiatan editing coding di kabupaten/kota yang dipandu oleh seorang Petugas MK (PMK).

1.2. Tujuan

Tujuan Monitoring Kualitas secara umum adalah:

 Mengetahui kesesuaian antara prosedur yang telah ditetapkan dengan pelaksanaan pencacahan;

 Mengetahui tingkat ketelitian isian (content);

 Memberi masukan cepat melalui short messages service (SMS) pada Kepala BPS Kabupaten/Kota dan pimpinan BPS tentang adanya indikasi pelanggaran SOP dan kesalahan isian untuk segera ditindaklanjuti.

1.3. Landasan Hukum

Pelaksanaan MK ST2013 didasarkan pada:

 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik;  Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan

Statistik;

(9)

ST2013 ‐ MK

|

3

1.4. Cakupan Kegiatan

MK dilakukan terhadap dua kegiatan lapangan ST2013, yaitu monitoring kualitas pemutakhiran rumah tangga (MKP) dan monitoring kualitas pencacahan lengkap rumah tangga usaha pertanian (MKL); baik berupa monitoring implementasi prosedur lapangan/standard operating procedure (SOP), maupun monitoring kesalahan isian karakteristik rumah tangga usaha pertanian yang dilakukan oleh petugas lapangan ST2013. Hasil monitoring digunakan sebagai peringatan dini (early warning) yang harus ditindaklanjuti oleh petugas ST2013 di lapangan.

Temuan adanya pelanggaran sop dan kesalahan isian harus dilaporkan melalui short messages service (SMS) ke server pengendali kegiatan yang dapat dipantau oleh pimpinan BPS RI, BPS Provinsi, BPS Kabupaten/Kota melalui

website http://monitoring.bps.go.id/. Server pengendali kegiatan juga akan

memberikan informasi kepada Kepala BPS Kabupaten/Kota tentang hasil monitoring di wilayahnya untuk ditindaklanjuti sesegera mungkin.

Selain pelaksanaan lapangan MK ST2013, di setiap kabupaten/kota terintegrasi pula kegiatan briefing petugas editing coding oleh petugas MK yang ditunjuk. Pengolahan pra komputer dan editing coding Daftar ST2013-P dan Daftar ST2013-L hasil pencacahan lapangan dilakukan oleh staf/mitra BPS Kabupaten/Kota yang dipandu oleh petugas MK yang ditunjuk.

1.5. Objek dan Karakteristik yang Dimonitoring

Sasaran obyek yang didata adalah: a. Rumah tangga pertanian, dan

b. Rumah tangga bukan pertanian.

Karakteristik yang dimonitor pada pelaksanaan MKP meliputi: a. Monitoring pelanggaran sop,

b. Keberadaan anggota rumah tangga yang memelihara/menguasai/melakukan kegiatan pertanian setiap subsektor,

(10)

4

|

ST2013‐MK

d. Keberadaan anggota rumah tangga yang melakukan usaha jasa pertanian, e. Identifikasi rumah tangga pertanian,

f. Identifikasi rumah tangga bukan pertanian.

Karakteristik yang dimonitor pada pelaksanaaan MKL meliputi: a. Monitoring pelanggaran sop,

b. Identifikasi rumah tangga pertanian,

c. Jenis kegiatan usaha rumah tangga pertanian,

d. Jenis komoditas utama rumah tangga pertanian setiap subsektor,

e. Jumlah anggota rumah tangga (ART) yang mengelola usaha pertanian di setiap subsektor,

f. Keberadaan usaha jasa pertanian di setiap subsektor,

g. Keberadaan usaha pengolahan hasil produksi sendiri di setiap subsektor.

1.6. Jenis Instrumen MK ST2013

Jenis instrumen yang digunakan dalam MK ST2013, yaitu:

Daftar ST2013-P, daftar ini digunakan untuk melakukan pemutakhiran keberadaan rumah tangga hasil SP2010 dan identifikasi rumah tangga yang melakukan usaha pertanian dalam satu blok sensus yang akan dicacah lebih lanjut dengan Daftar ST2013-L.

Daftar ST2013-P digunakan oleh PMK-P sebagai dasar untuk memilih rumah tangga pertanian dan rumah tangga bukan pertanian hasil pencacahan ST2013 dan menyalin isian rumah tangga terpilih ke Daftar ST2013-MKP.  Daftar ST2013-L, daftar ini digunakan untuk mencacah usaha pertanian, baik

rumah tangga biasa oleh Tim maupun non rumah tangga (NRT) oleh petugas TF. Non rumah tangga (NRT) merupakan unit-unit selain rumah tangga biasa dan selain perusahaan berbadan hukum.

(11)

ST2013 ‐ MK

|

5

Sketsa Peta SP2010-WB/ST2013-WB, digunakan sebagai dasar untuk

mengenali wilayah kerja pencacah ST2013 dan PMK. Digunakan oleh PMK sebagai petunjuk lokasi rumah tangga terpilih sampel MK.

ST2013-Kode, daftar ini berisi kode dan nama jenis tanaman, ternak, unggas, ikan, dan satwa liar, serta kode dan nama provinsi, kabupaten, dan kota.  Daftar ST2013-MKP, digunakan untuk pengecekan implementasi SOP,

kesalahan isian pemutakhiran rumah tangga, dan kesalahan identifikasi rumah tangga pertanian, dan rumah tangga bukan pertanian;

Daftar ST2013-MKL, digunakan untuk pengecekan implementasi SOP, dan kesalahan isian karakterisik rumah tangga usaha pertanian;

Pedoman MK ST2013, digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan MK ST2013.

1.7. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

Agar tujuan utama dari kegiatan MK terlaksana dengan baik dan bermanfaat dalam menjaga kualitas data ST2013 yang dihasilkan, PMK harus bertugas pada periode yang tepat yaitu pada saat pemutakhiran rumah tangga dan saat pencacahan lengkap rumah tangga usaha pertanian sedang berlangsung. Untuk itu kegiatan MKP dijadwalkan dimulai pada tanggal 5 Mei 2013, MKL oleh PMK yang juga bertugas sebagai coaching editing coding dapat dimulai pada tanggal 11 Mei 2013. Selanjutnya MKL oleh PMK dari BPS provinsi dapat dimulai pada tanggal 13 Mei 2013. Pada periode tersebut diperkirakan PCL ST2013 sudah menyelesaikan pemutakhiran rumah tangga dan pencacahan lengkap rumah tangga usaha pertanian di sebagian wilayah tugasnya, sehingga Petugas MKP (PMK-P) dan Petugas MKL (PMK-L) dapat memilih sejumlah sampel rumah tangga berdasarkan Daftar ST2013-P maupun Daftar 2013-L yang telah terisi.

Rangkaian kegiatan PMK-P/PMK-L adalah sebagai berikut: No. Hari

penugasan Kegiatan

(1) (2) (3)

(12)

6

|

ST2013‐MK

No. Hari

penugasan Kegiatan

(1) (2) (3)

2. Kedua  PMK-P/PMK-L ke kantor BPS Kabupaten/Kota untuk menginformasikan maksud dan tujuan MK;

 Meminta printout sketsa peta SP2010-WB/ST2013-WB (format A3) blok sensus terpilih;

 Meminjam sketsa peta SP2010-WA/ST2013-WA desa terpilih untuk orientasi posisi blok sensus;

 Mengunjungi Tim ST2013 ke lapangan;

 Memilih sampel 10 rumah tangga berdasarkan Daftar ST2013-P/ST2013-L yang telah terisi;

 Meminjam Daftar ST2013-P/ST2013-L pada blok sensus terpilih untuk 10 rumah tangga yang telah selesai dikerjakan di setiap blok sensus terpilih tersebut;

 Menyalin isian Daftar P/L ke ST2013-MKP /ST2013-MKL;

 Menyalin kesepuluh lokasi rumah tangga terpilih sampel dari sketsa peta SP2010-WB/ST2013-WB yang digunakan oleh PCL ST2013 ke peta SP2010-WB/ST2013-WB yang baru diprint, dan menambahkan nama KRT/nomor urut rumah tangga sampel pada lokasi rumah tangga terpilih.

 Melakukan pencacahan dengan Daftar ST2013-MKP /ST2013-MKL untuk blok sensus pilihan pertama;

 Lakukan pengiriman SMS untuk hasil di blok sensus pilihan pertama apabila telah selesai dilakukan MK. 3. Ketiga  Melanjutkan pencacahan dengan Daftar ST2013-MKP/

ST2013-MKL untuk blok sensus pilihan sebelumnya (apabila belum selesai);

 Mengunjungi Tim ST2013 ke lapangan;

 Memilih sampel 10 rumah tangga berdasarkan Daftar ST2013-P/ST2013-L yang telah terisi,

(13)

ST2013 ‐ MK

|

7

No. Hari

penugasan Kegiatan

(1) (2) (3)

 Menyalin isian Daftar P/L ke ST2013-MKP /ST2013-MKL;

 Menyalin kesepuluh lokasi rumah tangga terpilih sampel dari sketsa peta SP2010-WB/ST2013-WB yang digunakan oleh PCL ST2013 ke peta SP2010-WB/ST2013-WB yang baru diprint, dan menambahkan nama KRT/nomor urut rumah tangga sampel pada lokasi rumah tangga terpilih.

 Melakukan pencacahan dengan Daftar ST2013-MKP/ ST2013-MKL untuk blok sensus pilihan ke-2;

 Lakukan pengiriman SMS untuk hasil di blok sensus tersebut.

4. Keempat  Melanjutkan pencacahan dengan Daftar ST2013-MKP/ ST2013-MKL untuk blok sensus pilihan sebelumnya (apabila belum selesai);

 Mengunjungi Tim ST2013 ke lapangan;

 Memilih sampel 10 rumah tangga berdasarkan Daftar ST2013-P/ST2013-L yang telah terisi,

 Meminjam Daftar ST2013-P/ST2013-L pada blok sensus terpilih untuk 10 rumah tangga yang telah selesai dikerjakan di setiap blok sensus terpilih tersebut;

 Menyalin isian Daftar P/L ke ST2013-MKP /ST2013-MKL;

 Menyalin kesepuluh lokasi rumah tangga terpilih sampel dari sketsa peta SP2010-WB/ST2013-WB yang digunakan oleh PCL ST2013 ke peta SP2010-WB/ST2013-WB yang baru diprint, dan menambahkan nama KRT/nomor urut rumah tangga sampel pada lokasi rumah tangga terpilih.

 Melakukan pencacahan dengan Daftar ST2013-MKP/ST2013-MKL untuk blok sensus pilihan ke-3;  Lakukan pengiriman SMS untuk hasil di blok sensus

(14)

8

|

ST2013‐MK

No. Hari

penugasan Kegiatan

(1) (2) (3)

5. Kelima  Melanjutkan pencacahan dengan Daftar ST2013-MKP/ ST2013-MKL untuk blok sensus pilihan sebelumnya (apabila belum selesai);

 Mengunjungi Tim ST2013 ke lapangan;

 Memilih sampel 10 rumah tangga berdasarkan Daftar ST2013-P/ST2013-L yang telah terisi,

 Meminjam Daftar ST2013-P/ST2013-L pada blok sensus terpilih untuk 10 rumah tangga yang telah selesai dikerjakan di setiap blok sensus terpilih tersebut;

 Menyalin isian Daftar P/L ke ST2013-MKP /ST2013-MKL;

 Menyalin kesepuluh lokasi rumah tangga terpilih sampel dari sketsa peta SP2010-WB/ST2013-WB yang digunakan oleh PCL ST2013 ke peta SP2010-WB/ST2013-WB yang baru diprint, dan menambahkan nama KRT/nomor urut rumah tangga sampel pada lokasi rumah tangga terpilih.

 Melakukan pencacahan dengan Daftar ST2013-MKP/ST2013-MKL untuk blok sensus pilihan ke-4;  Lakukan pengiriman SMS untuk hasil di blok sensus

tersebut.

6. Keenam  Melanjutkan pencacahan dengan Daftar ST2013-MKP/ ST2013-MKL untuk blok sensus pilihan sebelumnya (apabila belum selesai);

 Mengunjungi Tim ST2013 ke lapangan;

 Memilih sampel 10 rumah tangga berdasarkan Daftar ST2013-P/ST2013-L yang telah terisi,

(15)

ST2013 ‐ MK

|

9

No. Hari

penugasan Kegiatan

(1) (2) (3)

 Menyalin isian Daftar P/L ke ST2013-MKP /ST2013-MKL;

 Menyalin kesepuluh lokasi rumah tangga terpilih sampel dari sketsa peta SP2010-WB/ST2013-WB yang digunakan oleh PCL ST2013 ke peta SP2010-WB/ST2013-WB yang baru diprint, dan menambahkan nama KRT/nomor urut rumah tangga sampel pada lokasi rumah tangga terpilih.

 Melakukan pencacahan dengan Daftar ST2013-MKP/ ST2013-MKL untuk blok sensus pilihan ke-5;

 Lakukan pengiriman SMS untuk hasil di blok sensus tersebut.

 Membuat laporan tentang pelaksanaan MKP/MKL di wilayah tugas masing-masing;

 Melaporkan ke Kepala BPS Kabupaten/Kota atau Kepala Seksi Statistik Produksi di kabupaten setempat tentang hasil MK yang ditemui agar dapat segera ditindaklanjuti.

7. Ketujuh Kembali ke tempat asal (BPS Provinsi).

Rangkaian kegiatan MK yang terintegrasi dengan kegiatan editing coding

adalah sebagai berikut:

(16)

10

|

ST2013‐MK

Mei 2013 Hari

Penugasan Kegiatan

Tgl

(1) (2) (3)

11 8 MKL di kecamatan (bukan kecamatan MKP) 12 9 MKL di kecamatan (bukan kecamatan MKP) 13 10 MKL di kecamatan (bukan kecamatan MKP) 14 11 Coaching di kab

15 12 Coaching di kab 16 13 Coaching di kab 17 14 Coaching di kab

(17)

ST2013 ‐ MK

|

11

2.1. Petugas Monitoring Kualitas (PMK)

Sesuai kegiatan monitoringnya, PMK dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu: i) Petugas monitoring kualitas pemutakhiran rumah tangga dan pencacahan

lengkap rumah tangga usaha pertanian (PMK-PL).

ii) Petugas Monitoring Kualitas Pemutakhiran Rumah Tangga (PMK-P),

iii) Petugas Monitoring Kualitas Pencacahan Lengkap Rumah Tangga Usaha Pertanian (PMK-L).

PMK-PL berasal dari BPS RI dan BPS Provinsi, sedangkan PMK-P dan PMK-L berasal dari BPS Provinsi. Rincian jumlah petugas dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.1. Jumlah Petugas Monitoring Kualitas Menurut Jenis MK dan Asal Petugas

Kegiatan MK Petugas Jumlah Petugas (orang) BPS RI BPS Provinsi Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5)

MKPL PMK-PL 165 332 497

MKP PMK-P - 165 165

MKL PMK-L - 497 497

Jumlah 165 994 1.159

2.2. Kualifikasi Petugas Monitoring Kualitas (PMK) ST2013

Kualifikasi calon PMK ditentukan agar kegiatan di setiap tahapan dapat berjalan dengan sebaik-baiknya, yaitu:

a. Diutamakan Instruktur Nasional Pencacahan Lengkap ST2013;

(18)

12

|

ST2013‐MK

b. Staf/fungsional BPS RI/BPS Provinsi yang telah dilatih atau mengikuti briefing

pencacahan lengkap ST2013 dengan pendidikan minimal D3; c. Pejabat struktural eselon IV BPS RI/BPS Provinsi.

2.3. Tanggung Jawab PMK ST2013

Tugas dan Kewajiban PMK-P: a. Mengikuti briefing MK ST2013.

b. Memilih blok sensus yang sudah selesai pencacahannya pada setiap tim terpilih.

c. Mengenali wilayah kerja berdasarkan informasi dari sketsa peta WB/ST2013-WB, bila perlu gunakan peta desa/kelurahan SP2010-WA/ST2013-WA sebagai orientasi lokasi blok sensus.

d. Melakukan pengecekan lapangan.

e. PMK-P harus memilih sampel 7 rumah tangga pertanian, dan 3 rumah tangga bukan pertanian secara acak dari setiap blok sensus terpilih.

f. Menyalin isian Daftar ST2013-P untuk 10 rumah tangga terpilih ke dalam Daftar ST2013-MKP.

g. Menyalin kesepuluh lokasi rumah tangga sampel dari sketsa peta SP2010-WB /ST2013-WB yang digunakan oleh PCL ST2013 ke peta SP2010-WB /ST2013-WB yang baru diprint, dan tuliskan nomor urut rumah tangga sampel dan nama kepala rumah tangga pada lokasi rumah tangga sampel tersebut untuk kemudahan dalam mengunjunginya.

h. Mengecek pelanggaran SOP dengan Daftar ST2013-MKP Blok III.

i. Mengecek kesalahan isian pemutakhiran rumah tangga dengan Daftar ST2013-MKP Blok IV, yaitu dengan membandingkan isian pada Kolom PMK dan Kolom PCL.

j. Meneliti kelengkapan isian untuk meyakinkan bahwa semua pertanyaan telah diajukan ke responden dan semua jawaban responden telah dicatat dengan benar pada Daftar ST2013-MKP.

(19)

ST2013 ‐ MK

|

13

l. Melaporkan ke Kepala BPS Kabupaten/Kota atau Kepala Seksi Statistik Produksi di kabupaten setempat tentang hasil MK yang ditemui agar dapat segera ditindaklanjuti.

m. Membuat laporan tertulis mengenai temuan hasil MK pada form Laporan PMK. (Lihat Lampiran)

n. Menyerahkan Daftar ST2013-MKP dan peta BS yang sudah diisi ke Direktorat Pengembangan Metodologi Sensus dan Survei untuk PMK BPS RI, dan ke Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik untuk PMK BPS Provinsi.

o. Membuat laporan tertulis pada website monitoring http://monitoring.bps.go.id. p. Mematuhi jadwal waktu yang ditentukan.

Tugas dan Kewajiban PMK-L: a. Mengikuti briefing MK ST2013.

b. Memilih blok sensus yang sudah selesai pencacahannya pada setiap tim terpilih.

c. Mengenali wilayah kerja berdasarkan informasi dari sketsa peta WB/ST2013-WB, bila perlu gunakan peta desa/kelurahan SP2010-WA/ST2013-WA sebagai orientasi lokasi blok sensus.

d. Melakukan pengecekan lapangan.

e. PMK-L harus memilih sampel 10 rumah tangga pertanian secara acak dari setiap blok sensus terpilih.

f. Menyalin isian Daftar ST2013-L untuk 10 rumah tangga terpilih ke dalam Daftar ST2013-MKL.

g. Menyalin kesepuluh lokasi rumah tangga sampel dari sketsa peta SP2010-WB /ST2013-WB yang digunakan oleh PCL ST2013 ke peta SP2010-WB/ ST2013-WB yang baru diprint dan dituliskan nomor urut rumah tangga sampel dan nama kepala rumah tangga pada lokasi rumah tangga sampel tersebut untuk kemudahan dalam mengunjunginya.

h. Mengecek pelanggaran SOP dengan Daftar ST2013-MKL Blok III.

(20)

14

|

ST2013‐MK

j. Meneliti kelengkapan isian untuk meyakinkan bahwa semua pertanyaan telah diajukan ke responden dan semua jawaban responden telah dicatat dengan benar pada Daftar ST2013-MKL.

k. Mengirimkan SMS hasil pengecekan yang diperoleh dari Daftar ST2013-MKP sesuai dengan format yang telah ditentukan.

l. Melaporkan ke Kepala BPS Kabupaten/Kota atau Kepala Seksi Statistik Produksi di kabupaten setempat tentang hasil MK yang ditemui agar dapat segera ditindaklanjuti.

m. Membuat laporan tertulis mengenai temuan hasil MK pada form laporan PMK. (Lihat Lampiran)

n. Menyerahkan Daftar ST2013-MKP dan peta BS yang sudah diisi ke Direktorat Pengembangan Metodologi Sensus dan Survei untuk PMK BPS RI, dan ke Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik untuk PMK BPS Provinsi.

q. Membuat laporan tertulis pada website monitoring http://monitoring.bps.go.id. o. Mematuhi jadwal waktu yang ditentukan.

Tugas dan Kewajiban PMK-PL:

a. Melaksanakan tugas sebagai PMK-P di kecamatan.

b. Melaksanakan tugas sebagai PMK-L di kecamatan yang berbeda dengan kecamatan pelaksanaan MKP.

c. Mengajarkan materi pengolahan pra komputer (receiving, batching, penyimpanan dokumen, dan editing coding) Daftar ST2013-P dan Daftar ST2013-L di BPS Kabupaten.

d. Membina/mengawasi (coaching) pelaksanaan editing coding di BPS Kabupaten.

e. Membawa dokumen yang telah melalui proses editing coding ke BPS Provinsi. f. Membuat laporan tertulis mengenai temuan hasil MK pada form laporan PMK.

(Lihat Lampiran)

(21)

ST2013 ‐ MK

|

15

h. Membuat laporan tertulis pada website monitoring http://monitoring.bps.go.id.

i. Mematuhi jadwal waktu yang ditentukan.

2.4. Pemilihan Sampel

Monitoring kualitas ST2013 dilakukan diseluruh kabupaten di Indonesia. Pemilihan sampel rumah tangga dilakukan secara multi-stage sampling design

dengan prosedur:

 Tahap 1, dari setiap kabupaten dipilih sejumlah kecamatan pada setiap kabupaten secara probability proportional to size (pps) systematic dengan size

jumlah rumah tangga tani hasil pencacahan Sensus Penduduk (SP2010) di setiap kecamatan.

 Tahap 2, dari setiap kecamatan terpilih dipilih sejumlah tim secara acak.

 Tahap 3, dari setiap tim terpilih dipilih 1 blok sensus yang telah berjalan pencacahan sensusnya oleh PMK-P/PMK-L.

 Tahap 4, dari setiap blok sensus terpilih, dipilih 10 sampel rumah tangga secara acak oleh PMK-P/PMK-L. Jumlah sampel rumah tangga per blok sensus untuk MKP adalah 7 rumah tangga pertanian (Daftar ST2013-P Blok V Kolom (20) ada isian nomor urut) dan 3 rumah tangga bukan pertanian; sedangkan untuk MKL, jumlah sampel rumah tangga per blok sensusnya adalah 10 rumah tangga pertanian.

Sebanyak 165 kabupaten yang potensi pertanian dipilih untuk Petugas MK dari BPS RI. Pemilihan kabupaten potensi tersebut didasarkan pada perkiraan rumah tangga pertanian 2013. Keseratus enam puluh lima kabupaten tersebut tersebar di 24 provinsi. Pemilihan sampel kecamatan dan sampel tim dilakukan di BPS RI, sedangkan pemilihan sampel blok sensus dan rumah tangga dilakukan di daerah oleh PMK.

2.5. Beban Tugas PMK

(22)

16

|

ST2013‐MK

tangga per blok sensus adalah 10 rumah tangga. Beban tugas blok sensus dan rumah tangga untuk setiap PMK seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.2 Jumlah Sampel Blok Sensus dan Rumah Tangga yang Menjadi Tanggung Jawab Petugas MK ST2013

Unit

2.6. Metode Monitoring

a. Monitoring pelanggaran SOP:

Topik Pertanyaan Interaksi/Prosedur

Monitoring

(1) (2) (3)

SP2010-WB/ ST2013-WB

Apakah Tim menggunakan sketsa peta blok sensus (SP2010-WB/ ST2013-WB) cacah maupun tercacah dua kali.

(23)

ST2013 ‐ MK

|

17

Topik Pertanyaan Interaksi/Prosedur

Monitoring

(1) (2) (3)

Jika “Ya”, apakah blangko SP2010-WB/ST2013-WB tersebut sudah cukup jelas dalam memandu pencacahan

SOP: PCL harus mengikuti pelatihan petugas.

Daftar ST2013-P Apakah PCL menggunakan Daftar ST2013-P sebagai

Apakah PCL juga mencari rumah tangga yang belum tercetak pada Daftar ST2013-P dengan metode

snowball

SOP: untuk BS dengan metode pencacahan

snowball, PCL harus mencari rumah tangga tani

berdasarkan informasi dari narasumber dengan proses

snowball. Koordinasi Apakah pada periode

pencacahan dilakukan rapat antara kortim dan pencacah?

SOP: Sebelum dilaksanakan pencacahan lapangan, perlu diadakan rapat persiapan antara Kortim dan PCL untuk

membahas: strategi lapangan, pengecekan kelengkapan dokumen dan perlengkapan petugas, penyusunan jadwal kerja tim dan jadwal pertemuan di lapangan, serta strategi untuk menyelesaikan tugas sesuai jadwal.

Untuk blok sensus snowball,

apakah pemutakhiran rumah tangga dalam 1 blok sensus dilakukan secara tim?

SOP: Pemuktahiran rumah tangga dalam 1 blok sensus dilakukan secara tim.

(24)

18

|

ST2013‐MK

Topik Pertanyaan Interaksi/Prosedur

Monitoring

(1) (2) (3)

rumah tangga dalam satu blok sensus dilakukan secara tim?

dilakukan secara tim. Satu blok sensus dicacah bersama-sama PCL. Kortim mendampingi PCL ketika mencacah di salah satu rumah tangga secara bergantian.

b. Monitoring isian (Content):

Topik Perlakuan Interaksi/Prosedur

Monitoring untuk informasi yang terkait dengan apakah ada anggota rumah tangga yang

PCL harus wawancara dengan responden untuk memperoleh data, TIDAK BOLEH “MENGARANG” .  PCL harus melakukan

(25)

ST2013 ‐ MK

|

19

Topik Perlakuan Interaksi/Prosedur

Monitoring PMK, untuk informasi yang terkait dengan jenis kegiatan rumah tangga pertanian, jumlah ART yang pengelola usaha pertanian, keberadaan usaha jasa pertanian, pengolahan hasil produksi sendiri menjadi produk lain.

SOP:

PCL harus wawancara dengan responden untuk memperoleh data, TIDAK BOLEH “MENGARANG” . PCL harus melakukan

probing agar diperoleh data yang sebenarnya.

2.7. Metode Analisis

Ukuran yang digunakan dalam analisis statistik MK ST2013 adalah Gross

Difference Rate (GDR). GDR merupakan jumlah diskrepansi antara respon ST2013

dan respon MK ST2013 relatif terhadap total jumlah orang yang match. GDR ini mengukur persentase dari respon yang dilaporkan berbeda terhadap pertanyaan yang sama yang ditanyakan pada responden ST2013 dan MK ST2013. GDR sama dengan total penjumlahan seluruh sel di luar diagonal, untuk seluruh kategori, atau merupakan komplemen dari total penjumlahan sel diagonal, yaitu:

(26)

20

|

ST2013‐MK

Layout tabulasi jumlah kasus dengan respon yang berbeda antara respon ST2013 dan respon MK ST2013 untuk penghitungan GDR seperti pada tabel berikut:

Tabel 2.3. Notasi Umum untuk Menghitung Ukuran Kesalahan Isian

Jumlah kasus

Klasifikasi yang dicacah pada ST2013

Total

Hasil ukuran GDR dikelompokkan dalam 3 (tiga) kategori inkonsistensi, yaitu:

(27)

ST2013 ‐ MK

|

21

3.1. Sketsa Peta Desa/Kelurahan/Blok Sensus

Dalam pelaksanaan lapangan ST2013, petugas dibekali dengan sketsa peta wilayah kerja. Sketsa peta wilayah kerja ini berupa sketsa peta desa/kelurahan (SP2010-WA atau ST2013-WA) dan sketsa peta blok sensus (SP2010-WB atau ST2013-WB). Sketsa peta blok sensus SP2010-WB yang digunakan dalam kegiatan ini adalah sketsa peta blok sensus sebelum pelaksanaan listing Sensus Penduduk 2010. Dengan berbekal peta, seorang petugas lapangan diharapkan mengetahui secara pasti wilayah kerjanya. Pengenalan wilayah kerja ini sangat penting untuk menghindari kesalahan cakupan yang merupakan salah satu ukuran utama keberhasilan suatu sensus/survei. Kesalahan cakupan yang dimaksud dapat berupa lewat cacah atau ganda cacah.

Sketsa peta desa/kelurahan SP2010-WA adalah sketsa peta desa/kelurahan yang dibuat dalam rangka pelaksanaan Sensus Penduduk 2010. Sedangkan sketsa peta desa/kelurahan ST2013-WA adalah sketsa peta desa/kelurahan SP2010-WA yang diupdate dalam kegiatan Pemutakhiran Peta ST2013. Dalam sketsa peta desa/kelurahan SP2010-WA dan ST2013-WA terdapat :

1. Judul peta; 2. Arah mata angin; 3. Skala;

4. Kode wilayah administrasi; 5. Identitas wilayah administrasi; 6. Legenda;

7. Keterangan wilayah administrasi; 8. Keterangan pembuat peta;

9. Pengesahan peta oleh Kepala Desa / Kelurahan;

10. Minimal satu titik koordinat (lintang – bujur) kantor kepala desa / kelurahan atau satu titik lokasi di dalam wilayah desa/kelurahan;

11. Batas, identitas, dan perkiraan muatan satuan lingkungan setempat (SLS);

(28)

22

|

ST2013‐MK

12. Batas, identitas, dan perkiraan muatan blok sensus (BS); 13. Landmark pada batas-batas SLS dan BS yang tidak jelas;

14. Informasi bangunan penting berupa landmark yang terdapat dalam desa/kelurahan;

15. Batas-batas alam/buatan (jalan, sungai, dan lain-lain); 16. Informasi wilayah yang berbatasan.

Contoh sketsa peta SP2010-WA :

Gambar 1. Contoh Sketsa Peta SP2010-WA

(29)

ST2013 ‐ MK

|

23

blok sensus ST2013-WB adalah sketsa peta blok sensus SP2010-WB yang

di-update dalam kegiatan Pemutakhiran Peta ST2013. Dalam sketsa peta blok

sensus SP2010-WB dan ST2013-WB terdapat: 1. Judul peta;

2. Arah mata angin; 3. Skala;

4. Kode wilayah administrasi dan BS; 5. Identitas wilayah administrasi dan BS; 6. Legenda;

7. Keterangan BS;

8. Keterangan pembuat peta;

9. Batas, identitas, dan perkiraan muatan SLS; 10. Batas, identitas, dan perkiraan muatan BS;

11. Landmark pada batas-batas SLS dan BS yang tidak jelas;

12. Informasi bangunan penting berupa landmark yang terdapat dalam BS; 13. Batas-batas alam/buatan (jalan, sungai, dan lain-lain);

14. Informasi wilayah yang berbatasan.

(30)

24

|

ST2013‐MK

3.2. Blok Sensus

Blok Sensus (BS) adalah wilayah kerja pencacahan yang merupakan bagian dari suatu wilayah desa/kelurahan. Syarat BS adalah sebagai berikut:

1 Membagi habis desa menjadi beberapa blok sensus.

2 BS dibentuk berdasarkan SLS. Satu BS bisa terdiri dari satu SLS utuh (Gambar 3.), bagian dari suatu SLS (Gambar 4.) atau gabungan dari beberapa SLS utuh (Gambar 5.) dengan mempertimbangkan batas jelas dan muatan. SLS yang dibagi menjadi dua BS atau lebih, batas BS harus merupakan batas yang jelas dan mudah dikenali, baik batas alam maupun buatan.

3 Satu blok sensus harus terletak pada satu hamparan, tidak boleh terpisah oleh blok sensus lain

Gambar 3. Satu BS terdiri dari satu

SLS utuh

Gambar 4. Satu BS merupakan bagian dari suatu SLS

Gambar 5. Satu BS gabungan dari

beberapa SLS utuh

Jenis BS dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu: a. BS Biasa

BS Biasa memiliki muatan sekitar 100 (minimum 80 dan maksimum 120) kepala keluarga (KK)/bangunan sensus bukan tempat tinggal (BSBTT)/bangunan sensus tempat tinggal kosong (BSTT kosong) atau kombinasi ketiganya dalam satu hamparan (tidak dipisahkan oleh blok sensus lain), dan diperkirakan tidak akan berubah dalam jangka waktu lebih kurang 10 tahun.

b. BS Khusus.

(31)

ST2013 ‐ MK

|

25

umum, misalnya asrama/barak militer, asrama perawat/pelajar/mahasiswa, pondok pesantren, panti asuhan dengan 100 penghuni atau lebih, dan lembaga pemasyarakatan (tidak dibatasi muatannya).

c. BS Persiapan.

BS Persiapan adalah wilayah kosong yang terpisah dari pemukiman seperti sawah, perkebunan, hutan, rawa, termasuk wilayah kosong yang telah direncanakan akan digunakan untuk daerah pemukiman penduduk atau tempat usaha. Untuk sawah, ladang, tanah kosong yang tidak terlalu luas dan mempunyai batas jelas serta berdampingan atau satu hamparan dengan pemukiman (BS biasa), dimasukkan ke dalam BS biasa.

3.3. Rumah Tangga dan Anggota Rumah Tangga

Rumah tangga adalah sekelompok orang yang biasanya tinggal bersama dalam suatu bangunan serta pengelolaan makannya dari satu dapur. Satu rumah tangga dapat terdiri dari hanya satu anggota rumah tangga.

Anggota rumah tangga (ART) adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal di suatu rumah tangga (KRT, suami/istri, anak, menantu, cucu, orang tua/mertua, famili lain, pembantu rumah tangga yang menginap atau ART lainnya), baik yang sedang berada di rumah maupun yang sementara tidak berada di rumah. Termasuk ART:

1. Bayi yang baru lahir.

2. Tamu yang sudah tinggal 6 bulan atau lebih, meskipun belum berniat untuk menetap (pindah datang). Termasuk tamu menginap yang belum tinggal 6 bulan tetapi sudah meninggalkan rumahnya 6 bulan atau lebih.

3. Orang yang tinggal kurang dari 6 bulan tetapi berniat untuk menetap (pindah datang).

4. Pembantu rumah tangga, tukang kebun atau sopir yang tinggal dan makannya bergabung dengan rumah tangga majikan.

(32)

26

|

ST2013‐MK

6. KRT yang bekerja di tempat lain (luar BS), tidak pulang setiap hari tapi pulang secara periodik (kurang dari 6 bulan) seperti pelaut, pilot, pedagang antar pulau, atau pekerja tambang.

Tidak termasuk ART:

1. Anak yang tinggal di tempat lain (luar BS) misalnya untuk sekolah atau bekerja, meskipun kembali ke orang tuanya seminggu sekali atau ketika libur, dianggap telah membentuk rumah tangga sendiri atau bergabung dengan rumah tangga lain di tempat tinggalnya sehari-hari.

2. Seseorang yang sudah bepergian 6 bulan atau lebih, meskipun belum jelas akan pindah.

3. Orang yang sudah pergi kurang dari 6 bulan tetapi berniat untuk pindah. 4. Pembantu rumah tangga yang tidak tinggal di rumah tangga majikan. 5. Orang yang mondok tidak dengan makan.

6. Orang yang mondok dengan makan (indekos) lebih dari 10 orang.

Contoh:

Windi Maulina tinggal di Pisangan Baru, Jakarta Timur. Dia bekerja di BPS Pusat. Setiap hari Sabtu dan Minggu, Windi Maulina "pulang" ke rumah orang tuanya di Depok. Dalam kasus ini, Windi Maulina dicatat sebagai ART Pisangan Baru, Jakarta Timur.

Kepala rumah tangga (KRT) adalah salah seorang dari ART yang bertanggung jawab atas pemenuhan kebutuhan sehari-hari di rumah tangga atau orang yang dituakan/dianggap/ ditunjuk sebagai KRT.

Penjelasan:

1) KRT yang mempunyai tempat tinggal lebih dari satu, hanya dicatat di salah satu tempat tinggalnya dimana ia berada paling lama.

2) KRT yang mempunyai kegiatan/usaha di tempat lain dan pulang ke rumah istri dan anak-anaknya secara berkala (setiap minggu, setiap bulan, setiap 3 bulan, Seseorang yang tinggal kurang dari 6 bulan dan tidak berniat menetap,

(33)

ST2013 ‐ MK

|

27

asalkan masih kurang dari 6 bulan), tetap dicatat sebagai KRT di rumah istri dan anak-anaknya.

3) KRT yang berprofesi sebagai pelaut yang bekerja di kapal berbendera asing dan lamanya melaut lebih dari 6 bulan, tidak dicatat sebagai KRT di rumah istri dan anak-anaknya.

Contoh:

Febrim Sipayung adalah KRT yang bekerja dan tinggal di Jakarta selama hari kerja. Istri dan anak-anaknya tinggal di Cirebon. Setiap hari Jumat sore ia pulang ke Cirebon dan kembali ke Jakarta pada Senin pagi. Maka Febrim Sipayung tetap dicatat sebagai KRT di Cirebon.

Catatan:

Jika diketahui seorang suami mempunyai istri lebih dari satu, maka ia harus dicatat di salah satu rumah tangga istri dimana dia lebih lama tinggal. Bila diketahui lamanya tinggal bersama istri-istrinya sama, maka ia dicatat di rumah istri yang paling lama dinikahi.

3.4. Umur

Umur dihitung dalam tahun dengan pembulatan ke bawah atau sama dengan umur pada waktu ulang tahun yang terakhir. Contoh: umur 27 tahun 9 bulan, dicatat 27 tahun, umur kurang dari 1 tahun, dicatat 0 tahun. Kegunaan: Penentuan kebijakan yang berkaitan dengan umur tunggal dan atau kelompok umur.

3.5. Referensi Waktu

Referensi waktu yang digunakan untuk identifikasi rumah tangga yang memiliki usaha pertanian menurut subsektor sebagai berikut:

a. Tanaman pangan (padi dan palawija), referensi waktunya adalah dari 1 Mei 2012 s.d. 30 April 2013,

(34)

28

|

ST2013‐MK

c. tanaman tahunan (hortikultura, perkebunan, dan kehutanan) referensi waktunya pada saat pencacahan,

d. peternakan/perunggasan referensi waktunya pada 1 Mei 2013, kecuali ayam ras pedaging referensi waktunya setahun yang lalu,

e. budidaya ikan dan penangkapan ikan referensi waktunya selama setahun yang lalu,

f. penangkaran satwa/tumbuhan liar, penangkapan satwa liar, dan atau pemungutan hasil hutan referensi waktunya selama setahun yang lalu,

g. kegiatan usaha jasa pertanian referensi waktunya selama setahun yang lalu.

3.6. Kegiatan Pertanian dan Usaha Pertanian

1) Kegiatan Pertanian adalah kegiatan yang meliputi:

a. budidaya tanaman: padi, palawija, hortikultura (sayuran, buah-buahan, tanaman hias, dan tanaman obat), perkebunan, kehutanan (antara lain: kayu-kayuan),

b. pemeliharaan ternak/unggas, c. budidaya dan penangkapan ikan,

d. perburuan, penangkapan atau penangkaran satwa liar, pemungutan hasil hutan,

e. jasa pertanian.

2) Usaha pertanian adalah kegiatan yang menghasilkan produk pertanian dengan tujuan sebagian atau seluruh hasil produksi dijual/ditukar atas risiko usaha (bukan buruh tani atau pekerja keluarga).

 Jika pada saat pencacahan rumah tangga tidak ada kegiatan usaha pertanian karena sedang menunggu musim/pergiliran tanaman/ pengosongan kandang, maka tetap dianggap melakukan kegiatan usaha pertanian.

(35)

ST2013 ‐ MK

|

29

Penjelasan:

1. Komoditas pertanian yang biasanya tidak dilakukan perawatan atau jumlahnya sedikit, maka umumnya responden cenderung menjawab “Jika ada yang membeli hasilnya akan dijual”. Untuk memperoleh informasi bahwa hasil produksi benar-benar dijual/ditukar bisa dilakukan dengan menanyakan biasanya hasil produksi dijual/ditukar oleh responden.

2. Untuk rumah tangga yang baru mengusahakan komoditas pertanian ditanyakan apakah hasil dari usaha tersebut akan dijual.

3. Konsep “memelihara” hanya berlaku untuk pemeliharaan ternak sapi dan kerbau meskipun tidak dijual/diperdagangkan.

4. Konsep “menguasai” adalah menguasai usaha pertanian, baik milik sendiri maupun milik orang lain.

3) Usaha Tanaman Pangan

Usaha tanaman pangan adalah kegiatan pertanian yang menghasilkan produk tanaman pangan (padi dan palawija) dan bukan sebagai buruh tani atau pekerja keluarga selama setahun yang lalu. Usaha pembibitan tanaman pangan tidak dicakup dalam kegiatan ini.

Tanaman padi meliputi padi sawah dan padi ladang. Tanaman palawija meliputi:

a. Biji-bijian seperti: jagung, sorghum/cantel,dan gandum.

b. Kacang-kacangan seperti: kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau. c. Umbi-umbian seperti: ubi kayu/ketela pohon, ubi jalar/ketela rambat,

talas, garut, dan ganyong.

Khusus tanaman pangan (padi dan palawija) meskipun tidak untuk dijual (dikonsumsi sendiri) tetap dicakup sebagai usaha.

(36)

30

|

ST2013‐MK

Penjelasan:

1. Tanaman pangan (padi dan palawija) yang ditanam di galengan dan hanya sebaris (tidak bisa dihitung luas tanamnya) tidak termasuk dalam cakupan ST2013.

2. Kedelai rebus (masih muda), jagung rebus, dan jagung bakar tidak termasuk kegiatan pengolahan hasil produksi sendiri.

3. Untuk sektor tanaman pangan yang tidak ditanam pada periode 1 Mei 2012 sampai 30 April 2013 dan berumur pendek seperti padi tidak dicatat, sedangkan untuk tanaman yang berumur panjang seperti ubi kayu jika pada saat pencacahan ada tanamannya maka tetap dicatat.

4. Tanaman palawija yang ditanam di lahan perhutani dimasukkan dalam lahan tegal.

5. Tanaman ubi kayu yang panennya lebih dari satu tahun dan tanamannya masih ada maka dicatat sebagai hasil dari usahanya.

4) Usaha tanaman hortikultura

Usaha tanaman hortikultura adalah kegiatan hortikultura yang menghasilkan produk tanaman sayuran, tanaman buah-buahan, tanaman hias dan tanaman obat dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya dijual/ditukar atas risiko usaha. Usaha pembibitan tanaman holtikultura tidak dicakup dalam kegiatan ini.

Tanaman hortikultura meliputi tanaman buah-buahan, tanaman sayuran, tanaman obat, dan tanaman hias.

1. Tanaman buah-buahan adalah tanaman yang menghasilkan buah segar sebagai sumber vitamin, mineral dan lain-lain. Pada umumnya buah yang dihasilkan dapat dikonsumsi tanpa dimasak terlebih dahulu. Tanaman dapat berbentuk pohon, rumpun, menjalar dan berbatang lunak.

(37)

ST2013 ‐ MK

|

31

durian lai, durian lainnya, jambu air, jambu air citra, jambu air dalhari, jambu biji, jambu biji putih, jambu biji merah, jambu bol, jeruk siam, jeruk keprok, jeruk besar, jeruk manis/baby pacitan, jeruk lainnya, kedondong, kesemek, langsat, lengkeng, mangga arumanis, mangga cengkir indramayu, mangga gedong gincu, mangga gedong, mangga kweni/kebembem, mangga manalagi, mangga lainnya, manggis, markisa konyal, markisa siuh, markisa lainnya, matoa buah, nangka, nenas queen, nenas smooth cayenne, nenas lainnya, pepaya besar/dampit, pepaya sedang/calina/carissa, pepaya kecil/hawaii, pepaya lainnya, pisang mas/lampung, pisang ambon, pisang kepok, pisang raja, pisang lainnya, rambutan binjai, rambutan rapiah, rambutan lainnya, salak pondoh/nglumut, salak gula pasir, salak lainnya, sawo, sirsak, sukun, terong brastagi, dan lain-lain.

Tanaman buah-buahan semusim adalah tanaman buah yang berumur kurang dari 1 tahun, seperti: blewah, melon lainnya, rock

melon/melon berjaring, melon/melon tidak berjaring, mentimun suri,

semangka, stroberi, dan lain-lain.

2. Tanaman sayuran adalah tanaman yang bermanfaat sebagai sayur sebagai sumber vitamin, mineral, dan lain-lain. Pada umumnya bagian yang digunakan sebagai sayur berupa daun, bunga, buah, dan umbi.

Tanaman sayuran semusim adalah tanaman sayur yang berumur kurang dari 1 tahun, seperti: asparagus, bawang daun, bawang merah, bawang putih, bayam, brokoli, buncis, cabai hijau, cabai merah besar, cabai merah keriting, cabai rawit, jagung manis, jamur kuping, kacang merah, kacang panjang, kailan, kangkung, kembang kol, kentang sayur, kubis, labu siam, lobak, ketimun, oyong/gambas, paprika, paria/pare, petsai/sawi putih, sawi, seledri, slada, terung, tomat, wortel, dan lain-lain.

(38)

32

|

ST2013‐MK

3. Tanaman obat adalah tanaman yang bermanfaat untuk obat-obatan, kosmetik, dan kesehatan yang dikonsumsi atau digunakan dari bagian-bagian tanaman seperti daun, batang, bunga, buah, umbi (rimpang) ataupun akar. Tanaman obat meliputi:

Tanaman obat tahunan adalah tanaman obat yang berumur 1 tahun atau lebih, seperti: daun ungu, dlingo, jati belanda, jojoba, kapulaga, lavender, mahkota dewa, mengkudu/pace, paliasa, salam, sereh, sembung, sirih, tribulus, zodia dan lain-lain.

Tanaman obat semusim adalah tanaman obat yang berumur kurang dari 1 tahun, seperti: artemia, brotowali, jahe putih besar (jahe gajah), jahe putih kecil (jahe emprit), jahe merah, jamur lingzi, keji beling, kemangi, kencur, kepel, kunyit, kumis kucing, lempuyang, lengkuas, lidah buaya, pegagan, pulepandak, purwoceng, sambiloto, selasih, tapak dara, tapak liman, tempuyung, temu giring, temu ireng (temu hitam), temu kunci, temu wiyang, temulawak, temumangga, temuputih, dan lain-lain.

4. Tanaman hias adalah tanaman yang mempunyai nilai keindahan dan estetika baik karena bentuk tanaman, warna dan bentuk daun, tajuk maupun bentuk pohon/batang, warna dan keharuman bunganya, sering digunakan sebagai penghias pekarangan, taman, atau ruangan di rumah-rumah, gedung perkantoran, hotel, restauran maupun untuk kelengkapan upacara adat dan keagamaan.

Tanaman hias meliputi:

Tanaman hias tahunan adalah tanaman hias yang berumur 1 tahun atau lebih, seperti: anthurium bunga, anthurium daun, bambu hias, bougenvillea spp, caladium, dieffenbachia, euphorbia, kaktus, phylodendron, ponix, polyscias, soka/ixora, tabulampot (tanaman buah dalam pot), dan lain-lain.

(39)

ST2013 ‐ MK

|

33

kastuba, kecombrang, krisan/seruni, lantana, mawar, melati, monstra, nanas-nanasan/bromelia, palm jepang, palm kuning, palm merah, peperonia, pisang-pisangan/heliconia, pohon dollar, pakis-pakisan, pedang-pedangan, rose bombay, rumput peking, scindapsus, sirih-sirihan, sedap malam, spathipylum, talas-talasan, vanda, dan lain-lain.

Yang dicakup dalam kegiatan ST2013 adalah kegiatan budidaya tanaman hortikultura meliputi pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan. Usaha perdagangan hortikultura tidak dikategorikan sebagai usaha tanaman hortikultura.

Kegiatan budidaya tanaman hias meliputi usaha pembesaran tanaman dan usaha pengembangbiakan tanaman.

Tanaman buah dalam pot (tabulampot) adalah tanaman buah-buahan yang ditanam dalam pot yang fungsinya untuk keindahan dan termasuk dalam kelompok tanaman hias.

Contoh: tabulampot mangga, sawo, jeruk, kedondong, dan lain-lain. Kode tanaman tetap 2713. Untuk tanaman yang ditanam di dalam drum karena memang sesuai dengan cara budidaya di wilayah tersebut, harga relatif sama dengan tanaman aslinya dan hasilnya untuk dijual/ditukar, maka kode jenis tanaman masuk ke tanaman aslinya.

Contoh usaha pembesaran tanaman hias:

Pak Amin membuka kios tanaman anggrek di Taman Mini Indonesia Indah. Pak Amin membeli bibit anggrek dari Taiwan. Biasanya tanaman anggrek tersebut dipelihara terlebih dahulu hingga siap untuk dijual. Dengan demikian, Pak Amin dikategorikan sebagai petani anggrek. Contoh usaha pengembangbiakan tanaman hias:

(40)

34

|

ST2013‐MK

budidaya tersebut kemudian dijual (dalam bentuk masih bibit). Dengan demikian, Pak Toyo dikategorikan sebagai petani Agloenema.

Contoh usaha perdagangan tanaman hias:

Pak Udin membuka kios yang menjual berbagai jenis tanaman hias di pinggir jalan wilayah Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Pak Udin biasanya membeli tanaman hias yang sudah siap dijual (bukan dalam bentuk bibit) dari petani-petani tanaman hias di daerah kecamatan Parung, kabupaten Bogor. Dengan demikian, Pak Udin dikategorikan sebagai pedagang, walaupun pak Udin setiap hari melakukan pemeliharaan dengan memberi pupuk dan menyirami tanaman tersebut.

Penjelasan :

1. Kegiatan usaha yang menyangkut buah-buahan dapat dikategorikan sebagai usaha hortikultura atau kehutanan tergantung dari jenis usahanya. Sebagai contoh: buah merah yang dibudidayakan dikategorikan sebagai kegiatan hortikultura, sedangkan usaha pemungutan buah merah yang dilakukan di dalam kawasan hutan/hutan dimasukkan pada kegiatan pemungutan hasil hutan.

2. Budidaya tanaman hias yang dikategorikan sebagai usaha budidaya (bukan perdagangan) adalah kegiatan usaha yang mengandung unsur pengembangbiakan baik secara generatif maupun vegetatif, dan ada unsur pembesaran. Misalnya rumah tangga membeli bibit anggrek yang masih dalam botol, kemudian dipisahkan ke dalam pot-pot dan dipelihara dengan tujuan untuk dibesarkan kemudian dijual. Dalam hal ini RT melakukan budidaya.

5) Usaha tanaman perkebunan

Usaha tanaman perkebunan adalah kegiatan perkebunan yang menghasilkan produk tanaman perkebunan dengan tujuan sebagian atau

(41)

ST2013 ‐ MK

|

35

seluruh hasilnya dijual/ditukar atas risiko usaha. Usaha pembibitan tanaman perkebunan tidak dicakup dalam kegiatan ini.

Tanaman perkebunan tahunan, yaitu: cengkeh, karet, kelapa, kelapa sawit, kina, kopi, lada, vanili, sagu, teh, pala, dan lainnya.

Tanaman perkebunan semusim, yaitu: kapas, rosella, tebu, tembakau, dan lainnya.

Penjelasan dan contoh:

1. Yang termasuk dalam usaha tanaman perkebunan juga apabila tanaman perkebunan yang diusahakan tidak diambil produk utamanya. Misalnya pohon kelapa produk utamanya adalah buah kelapa dan nira. Jika yang diambil hasilnya hanya daun muda/janurnya (produk ikutan) saja, maka tetap dicakup, asalkan sebagian/seluruh produknya dijual/ditukar. Contoh lain, pohon lontar yang hanya diambil daunnya tidak bisa diambil niranya masuk usaha tanaman perkebunan.

2. Kebun kelapa warisan (3 anak) yang dikelola secara bergiliran setiap triwulan, maka yang dicatat sebagai pengusahanya pada ST2013 adalah anak yang mengusahakan pada saat pencacahan.

6) Usaha peternakan/perunggasan

Usaha peternakan adalah kegiatan pemeliharaan ternak (meliputi penggemukan/ pembibitan/pengembangbiakan/pemacekan) yang menghasilkan produk peternakan dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya dijual/ditukar atas risiko usaha.

Pengembangbiakan adalah usaha pemeliharaan ternak dengan tujuan memperbanyak anak.

Penggemukan adalah usaha pemeliharaan ternak dengan tujuan meningkatkan bobot/berat badan ternak dengan cara membeli bakalan/anak ternak dan kemudian menjualnya bila sudah cukup umur.

(42)

36

|

ST2013‐MK

Pemacekan adalah pemeliharaan ternak dengan tujuan digunakan sebagai pejantan.

Ternak yang dicakup meliputi:

 ternak besar (kuda, kerbau, sapi perah, dan sapi potong),  ternak kecil (babi, domba, dan kambing),

 unggas (ayam kampung, ayam ras pedaging, ayam ras petelur, itik, dan itik manila), dan

 ternak/unggas lainnya (angsa, ayam lokal lainnya, burung merpati, burung puyuh, kalkun, dan kelinci)

Perdagangan ternak adalah kegiatan memperjualbelikan ternak yang bukan hasil pemeliharaan sendiri dengan tujuan memperoleh keuntungan dengan jangka waktu pemeliharaan kurang dari 2 (dua) bulan. Khusus untuk ternak besar dan kecil, jika ternak yang diperdagangkan belum terjual selama 2 (dua) bulan atau lebih, maka ternak tersebut dicatat sebagai ternak yang diusahakan dan kegiatannya dianggap sebagai pengusahaan/pemeliharaan ternak.

Penjelasan:

1. Kasus bagi-hasil yang pembagiannya tidak separuh-separuh tetapi “bergiliran” (misalnya usaha sapi potong, lahir pertama untuk pemilik, lahir berikutnya untuk pemelihara, begitu seterusnya), tetap dikategorikan sebagai “bagi hasil”. Rumah tangga yang dianggap sebagai pengelola adalah yang menggarap/pemelihara.

Rumah tangga peternakan yang dicakup adalah:

1. Rumah tangga yang mengusahakan/memelihara ternak pada tanggal 1 Mei 2013.

2. Rumah tangga yang memelihara ayam ras pedaging selama setahun yang lalu meskipun pada tanggal 1 Mei 2013 sedang tidak melakukan pemeliharaan (pengosongan kandang).

(43)

ST2013 ‐ MK

|

37

2. Ternak yang diusahakan sudah dibeli tetapi masih dalam pengiriman (belum sampai ke si pembeli) juga dicakup dalam ST2013. Ternak tersebut dicatat sebagai milik si pembeli.

3. Untuk perdagangan ternak (sapi dan kerbau) yang transaksinya terjadi pada 1 Mei 2013, yang dicatat sebagai pemilik sapi dan kerbaunya adalah si pembeli terakhir pada tanggal tersebut.

4. Usaha peternakan dimana lokasi pemilik ternak berbeda kabupaten dengan pemelihara ternaknya, maka pemilik ternak dikategorikan memiliki usaha pertanian yang dikelola orang lain dengan memberi upah, sedangkan pemelihara dikategorikan mengelola usaha pertanian dengan menerima upah.

5. Ternak sapi yang dilepas di lahan terbuka dan peternaknya tidak setiap saat mengunjungi lokasi ternaknya, tetap dianggap mengelola usaha pertanian milik sendiri.

Jika ternak liar tersebut posisinya berada di kabupaten lain, tetap di catat di wilayah tempat tinggal responden.

6. Blengong (persilangan antara itik dan itik manila) dikelompokkan ke itik.

7) Usaha budidaya ikan

Usaha Budidaya ikan adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan dan atau membiakkan (pembenihan) ikan dengan menggunakan lahan, perairan dan fasilitas buatan serta memanen hasilnya dengan tujuan sebagian atau seluruhnya untuk dijual/ditukar atas risiko usaha.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1985 tentang Perikanan, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan “Ikan” adalah: 1. Pisces (ikan bersirip).

2. Crustacea (udang, rajungan, kepiting dan sejenisnya).

3. Mollusca (kerang, tiram, cumi-cumi, gurita, siput dan sejenisnya). 4. Coelenterata (ubur-ubur dan sejenisnya).

5. Echinodermata (teripang, bulu babi dan sejenisnya). 6. Amphibia (kodok dan sejenisnya).

7. Reptilia (buaya, kura-kura, penyu dan sejenisnya).

8. Mammalia (paus, lumba-lumba, pesut, duyung dan sejenisnya).

9. Algae (rumput laut dan tumbuhan lain yang hidup di dalam air).

(44)

38

|

ST2013‐MK

Kegiatan pemeliharaan/budidaya ikan dapat dilakukan di laut, tambak air payau, kolam air tawar, sawah, dan perairan umum (danau/waduk, sungai, rawa, dsb.), juga termasuk budidaya khusus ikan hias.

Penjelasan :

1. Rumah tangga yang melakukan budidaya ikan dan sebagian atau seluruhnya untuk dijual bukan untuk dikonsumsi sendiri maka termasuk rumah tangga perikanan. Misalnya rumah tangga yang memiliki rumah makan menjual ikan goreng/ikan bakar diambil dari hasil pemeliharaannya sendiri, maka rumah tangga tersebut dicatat sebagai rumah tangga pertanian.

2. Budidaya tanaman hias air untuk hiasan di aquarium termasuk subsektor perikanan.

3. Budidaya keramba ikan di danau toba (parapat) yang dimilki oleh orang medan dan dikelola oleh orang parapat, maka si pemilik (orang medan) dicatat sebagai punya usaha budi daya ikan dengan status memilki usaha pertanian dikelola orang lain dengan memberi upah; sedangkan yang mengelola yaitu orang parapat dicatat sebagai punya usaha budi daya ikan dengan status mengelola usaha pertanian dengan bagi hasil.

4. Buaya dapat dikategorikan usaha perikanan ataupun kehutanan tergantung dari jenis usahanya. Perbedaan antara penangkapan dan budidaya di subsektor perikanan, dengan penangkapan satwa liar dan penangkaran buaya di subsektor kehutanan adalah :

‐ Buaya di subsektor perikanan hanya ada budidaya pembesaran atau pembenihan

‐ Buaya di subsektor kehutanan:

‐ Penangkapan dilakukan terhadap satwa-satwa liar buaya termasuk komoditas satwa liar

Rumah tangga yang melakukan pemeliharaan ikan hanya sebagai hobi, khusus untuk konsumsi sendiri atau sebagai buruh (bukan pengelola) tidak

(45)

ST2013 ‐ MK

|

39

‐ Penangkaran satwa: pemeliharaan untuk jenis satwa liar yang

bertujuan untuk kemurnian galur dan kelestarian satwanya.

8) Usaha penangkapan ikan

Penangkapan ikan adalah kegiatan menangkap/mengumpulkan ikan/binatang air lainnya/tanaman air yang hidup di laut/perairan umum secara bebas dan bukan milik perseorangan.

Usaha Penangkapan Ikan di Laut adalah suatu kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan di laut dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya dijual untuk memperoleh pendapatan/keuntungan dengan menanggung risiko usaha (sebagai pengusaha/bukan sebagai buruh).

Usaha Penangkapan Ikan di Perairan Umum adalah suatu kegiatan penangkapan ikan dilakukan di perairan umum (sungai, danau, waduk, rawa, dll) dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya dijual untuk memperoleh pendapatan/keuntungan dengan menanggung risiko usaha (sebagai pengusaha/bukan sebagai buruh).

Petugas agar berhati-hati dalam menggali informasi untuk mengidentifikasikan suatu rumah tangga apakah masuk dalam kategori melakukan usaha penangkapan atau bukan. Pada kenyataan di lapangan, petugas sering kali sulit membedakan apakah rumah tangga/anggota rumah tangga yang ditemui masuk kategori melakukan usaha penangkapan ikan atau hanya sebagai buruh penangkapan (nelayan buruh). Oleh karena itu untuk setiap kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan oleh rumah tangga, perlu ditanyakan lebih lanjut apakah kegiatan tersebut dilakukan bersama rumah tangga lain atau tidak.

Penjelasan :

 Usaha penangkapan ikan tidak termasuk yang dilakukan dengan cara dekstruktif (merusak/mengebom),

(46)

40

|

ST2013‐MK

Berikut ini beberapa contoh kasus yang sering ditemui pada kegiatan penangkapan ikan kiranya bisa menambah pemahaman petugas dalam menentukan/mengidentifikasikan suatu rumah tangga masuk kategori usaha penangkapan atau hanya sekedar buruh penangkapan (nelayan buruh).

Contoh:

1. Rumah Tangga Ali, Badu, Cecep, dan Dedy bersama-sama melakukan penangkapan ikan di laut dengan menggunakan kapal motor milik Eman. Rumah tangga Eman menanggung semua biaya operasional selama melaut dan Eman tidak ikut melaut. Dari seluruh hasil tangkapan setelah dikurangi biaya operasional, dibagi dua, yaitu 40 persen untuk Ali, Badu, Cecep, dan Dedy dan sisanya (60 persen) untuk Eman. Dalam kasus ini yang dikatakan melakukan usaha penangkapan ikan adalah rumah tangga Eman (dicatat/diisikan kode 1 di Kolom (13) Daftar ST2013-P), sedangkan Ali, Badu, Cecep, dan Dedy adalah buruh penangkapan/nelayan buruh dan diisikan tanda “-“ di kolom (13) pada masing-masing rumah tangga yang bersangkutan.

2. Rumah tangga Farhan dan Gerald bersama-sama pergi melaut untuk menangkap ikan. Farhan sebagai pemilik perahu mendapat bagian 40 persen sedangkan Gerald yang menanggung biaya operasional mendapat bagian 60 persen dari hasil tangkapan. Dalam kasus ini, rumah tangga Farhan dan Gerald melakukan penangkapan ikan sebagai usaha bersama, karena masing-masing mempunyai andil (sharing) dalam pembiayaan/ permodalan pada kegiatan tersebut. Dengan demikian, yang dicatat pada kolom (13) dengan isian kode 1 adalah dipilih salah satu rumah tangga, yaitu penanggung jawab dari kegiatan tersebut.

Bila dalam satu kegiatan usaha penangkapan ikan dilakukan secara bersama-sama oleh dua rumah tangga atau lebih, dan masing-masing rumah tangga ikut andil dalam permodalan/pembiayaan (usaha bersama), maka yang dicatat adalah dipilih satu rumah tangga saja yang merupakan penanggung jawab dari kegiatan penangkapan tersebut, yaitu yang memiliki

(47)

ST2013 ‐ MK

|

41

3. Dengan menggunakan kapal motor milik E, rumah tangga A, B,C dan D

bersama-sama pergi ke laut untuk menangkap ikan di Bagan Tancap (Bangunan tempat menangkap ikan di tengah laut) milik masing-masing dari rumah tangga tersebut. Kapal tersebut digunakan secara bersama-sama untuk mengunjungi/menuju ke masing-masing bagan dan untuk mengangkut hasil tangkapan. Dalam kasus ini setiap rumah tangga A, B, C, dan D dikategorikan sebagai rumah tangga yang melakukan usaha penangkapan ikan.

9) Usaha tanaman kehutanan dan kegiatan kehutanan lainnya

Usaha tanaman kehutanan adalah kegiatan kehutanan yang menghasilkan produk tanaman kehutanan (kayu, daun, getah, dsb) termasuk usaha pembibitan dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya dijual/ditukar atas resiko usaha.

Tanaman Kehutanan adalah tanaman tahunan yang berumur panjang, berbatang keras, dan biasanya bagian yang diambil atau dipanen adalah kayunya (kecuali rotan, bambu, dan kayu putih). Jenis tanaman kehutanan yang dicakup meliputi sengon, mahoni, akasia, suren, sungkai, dsb.

Kegiatan Kehutanan lainnya, terdiri dari kegiatan sebagai berikut : 1. Usaha penangkaran satwa/tumbuhan liar

Usaha penangkaran satwa/tumbuhan liar adalah kegiatan yang menghasilkan produk/melakukan pemeliharaan satwa/tumbuhan liar dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya dijual/ditukar atau memperoleh pendapatan/keuntungan atas resiko usaha.

Kelompok ini mencakup usaha penangkaran, pembesaran, penelitian untuk pelestarian satwa/tumbuhan liar, baik yang hidup di darat maupun yang di laut.

Rumah tangga yang melakukan kegiatan penangkapan ikan hanya sebagai buruh penangkapan (buruh nelayan) atau hanya sekedar untuk hobi tidak

(48)

42

|

ST2013‐MK

Penangkaran adalah upaya perbanyakan melalui pengembangbiakan dan pembesaran tumbuhan dan satwa liar dengan tetap mempertahankan kemurnian jenisnya.

Penangkaran dilakukan untuk tujuan menjaga kemurnian suatu galur atau ras serta menjaga kelestarian populasi hewan dan tumbuhan yang terancam punah di alam liar.

Satwa liar adalah semua binatang yang hidup di darat, di air, atau di udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar dan yang hidup bebas. Contoh satwa liar sebagai berikut: ayam hutan, biawak, musang, harimau, ular dsb.

Tumbuhan liar adalah semua tumbuhan yang hidup di darat, di air yang masih mempunyai sifat-sifat alami dan dilindungi, seperti: anggrek hutan, gaharu, dsb.

2. Usaha pemungutan hasil hutan

Usaha pemungutan hasil hutan adalah kegiatan untuk mengambil kayu dan hasil hutan lainnya, dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual/ditukar atau memperoleh pendapatan/keuntungan atas risiko usaha. Jenis hasil hutan yang dipungut seperti kayu bakar, kayu pertukangan, bambu, rotan, damar, jelutung, jamur, lumut, madu, sarang burung, telur dan kotoran burung.

Contoh : Rumah tangga Pak Yadi tinggal di dekat kawasan hutan, Pak Yadi biasa mengambil kayu bakar dari hutan untuk keperluan sehari juga untuk dijual. Dengan demikian, rumah tangga Pak Yadi termasuk memungut hasil hutan.

3. Usaha penangkapan satwa liar

Usaha penangkapan satwa liar adalah kegiatan penangkapan satwa liar dan atau mengambil bagian-bagiannya, dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual/ditukar atas risiko usaha, misalnya, penangkapan ular, penangkapan buaya, penangkapan ayam hutan

(49)

ST2013 ‐ MK

|

43

Penjelasan :

1) Pemungutan tanaman atau hasil hutan harus lokasinya di kawasan hutan.

(Khusus untuk burung walet, termasuk yang telah di buatkan rumah/ bangunan di cakup sebagai kegiatan pemungutan hasil hutan walaupun lokasinya bukan di kawasan hutan).

2) Untuk penangkapan satwa liar tidak melihat lokasi penangkapannya (di dalam/di luar kawasan hutan). Dengan ketentuan :

a) Untuk penangkapan di dalam kawasan hutan tidak melihat jenis komoditasnya, seluruh hasil yang diambil dari hutan atau dalam kawasan hutan tetap dimasukkan sebagai penangkapan satwa liar. b) Tetapi bila penangkapan satwa liar di luar hutan/kawasan hutan

maka satwa yang ditangkap harus komoditas kehutanan yang masih mempunyai sifat liar.

‐ Contoh berburu babi hutan di kebun sawit masuk penangkapan satwa liar, karena babi hutan termasuk komoditas hutan,

‐ Tetapi berburu tikus liar di sawah tidak termasuk penangkpan satwa liar karena tikus bukan komoditas hutan.

3) Pengambilan Sarang semut dan buah merah tergolong memungut hasil hutan, jika lokasinya di hutan atau kawasan hutan atau yang dianggap oleh masyarakat sebagai hutan.

‐ Buah merah : 6499

‐ Sarang semut : 6499

4) Rumah tangga yang mengumpulkan sagu yang tumbuh liar, tidak termasuk perkebunan. Tapi masuk ke dalam pemungutan hasil hutan jika lokasi pengambilannya di dalam hutan/kawasan hutan.

5) Pohon sagu yang diambil di hutan dicakup dalam subsektor kehutanan (pemungutan hasil hutan).

6) Rumah tangga yang melakukan pengambilan sarang lebah di dekat rumahnya (bukan kawasan hutan) untuk dijual (diambil madunya), tidak dikategorikan pemungutan hasil hutan karena bukan di kawasan hutan. 7) Penangkaran buaya termasuk Kehutanan (penangkaran satwa/

(50)

44

|

ST2013‐MK

8) Sarang walet yang ada di daerah perkotaan yang dengan sengaja disediakan tempat (bangunan) untuk sarang burung walet, dikategorikan sebagai pemungutan hasil hutan. Sarang burung walet adalah produk kehutanan yang diperoleh dengan menangkap burung walet dengan cara menjebak dengan suara-suara dalam satu bangunan tidak ada unsur pemeliharaan untuk dibesarkan maka tetap dianggap sebagai pemungutan hasil hutan.

9) Pemungutan hasil hutan pada HTI yang dikuasai oleh perhutani tetap dicakup sebagai kegiatan pemungutan hasil hutan, dengan syarat sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual.

10) Memungut kayu bakar di kebun karet tidak termasuk memungut hasil hutan karena lokasinya di luar kawasan hutan/hutan.

11) Untuk penangkapan kodok, jika lokasi penangkapan kodok di dalam kawasan hutan/hutan maka masuk dalam kegiatan pemungutan hasil hutan, jika di luar kawasan hutan tidak dicakup.

12) Mencari sarang walet di goa dicakup di kehutanan.

13) Batasan kawasan hutan ada SKnya, dan kalau tidak tahu sesuai dengan persepsi masyarakat saja.

14) Lebah yang dipelihara tidak dicakup.

10) Usaha jasa pertanian

Usaha jasa pertanian adalah kegiatan usaha atas dasar balas jasa atau kontrak/secara borongan, seperti: melayani usaha di bidang pertanian.

Penjelasan:

a. Jasa pertanian tanaman pangan/hortikultura/perkebunan, meliputi: jasa pengolahan lahan, penanaman, pemupukan, pengendalian jasad pengganggu, pemanenan, pasca panen, penyelenggaraan irigasi, penyewaan alat pertanian dengan operatornya, dan penyebaran bibit/benih. b. Jasa peternakan, meliputi: jasa pelayanan kesehatan ternak, pemacekan

ternak (penyewaan pejantan), penetasan telur, pelayanan pencari rumput untuk makanan ternak, penggembalaan ternak, pencukuran bulu ternak. c. Jasa perikanan, meliputi: jasa pengolahan lahan, pengendalian jasad

(51)

ST2013 ‐ MK

|

45

dengan operatornya, dan uji mutu.

d. Jasa kehutanan, meliputi: jasa penebangan, penanaman pohon, pemangkasan ranting, dan lain-lain.

e. Perbedaan yang jelas antara buruh tani dengan jasa pertanian yaitu sistem kerjanya. Jasa pertanian bekerja berdasarkan kontrak/borongan/paket pekerjaan (baik menurut luasan ataupun waktu) dan biasanya memiliki alat pertanian sendiri sedangkan pertanian bekerja berdasarkan upah saja. f. Penebangan illegal di Papua tidak termasuk jasa kehutanan.

g. Jasa pemotongan atau penebangan kayu dari tegalan ke gelondongan menjadi papan termasuk jasa penebangan kayu.

h. Pengolahan batang sengon yang dikuliti kemudian dipotong-potong, termasuk jasa pengolahan kayu.

i. Suatu jasa penanaman dikoordinasi oleh A, dengan anggota B, C, D, E. Tetapi, terkadang B yang menerima order. Jika A dan B menerima pekerjaan secara borongan (paket pekerjaan) maka A dan B dikategorikan sebagai pemilik usaha jasa pertanian, sedangkan C, D, dan E sebagai buruh.

j. Juru taksir untuk pembelian secara ijon (menaksir harga) tidak termasuk jasa pertanian karena tidak ada hubungannya dengan peningkatan produksi.

k. Mantri hewan yang menyuntik hewan (vaksin) dicatat pada jasa peternakan jika kegiatan yang dilakukan bukan merupakan tugas sebagai PNS tetapi kegiatan perorangan dengan menerima balas jasa dari pelayanan yang diberikan.

Kegiatan usaha pembibitan yang hanya menghasilkan bibit meskipun hasilnya dijual/ ditukar tidak termasuk jasa pertanian.

Khusus tanaman pangan (padi dan palawija) meskipun tidak untuk dijual (dikonsumsi sendiri) tetap dicakup sebagai usaha.

Gambar

Tabel 2.1. Jumlah Petugas Monitoring Kualitas
Tabel 2.2 Jumlah Sampel Blok Sensus dan Rumah Tangga yang
Tabel 2.3. Notasi Umum untuk Menghitung Ukuran Kesalahan Isian
Gambar 1. Contoh Sketsa Peta SP2010-WA
+6

Referensi

Dokumen terkait

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,