SNI – PELEK KENDARAAN BERMOTOR – PERUBAHAN 2012
PERMENPERIN NO.113/M-IND/PER/12/2012; BN TH.2012/NO.1281; LL KEMENPERIN: 5 HLM
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN NOMOR 59/M-IND/PER/5/2012 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) PELEK KENDARAAN BERMOTOR KATEGORI M, N, O DAN L SECARA WAJIB
ABSTRAK : - Dalam rangka kelancaran penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) Pelek Kendaraan Bermotor Kategori M ,N, O dan L secara wajib perlu mengubah beberapa ketentuan dalam Permenperin Nomor 59/M-IND/PER/5/2012 dengan menetapkan Peraturan Menteri Perindustrian.
- Dasar Hukum Peraturan Menteri ini adalah : PERMENPERIN No. 59/M-IND/PER/5/2012.
- Dalam Peraturan Menteri ini diatur tentang Perubahan beberapa ketentuan Pasal 1 Permenperin No. 59/M-IND/PER/5/2012 merubah pasal 2 tentang Pemberlakuan SNI Pelek Kendaraan Bermotorsecara wajib terhadap pelek katagori Mi,Ni dan L dengan jenis produk,No. SNI, dan No., HS yang berlaku mulai tanggal 31 Desember 2012 dan Katagori M2,M3,N2,N3 dan O yang mulai berlaku tanggal 1 Juli 2012. Pemberlakuan SNI dengan jenis dan katagori tersebut diatas dikecualikan apabila digunakan sebagai : Contoh uji dalam rangka penerbitan SNI; Contoh uji untuk tujuan validasi desain pada industri pelek dengan jumlah pelek sebanyak-banyaknya 15 (lima belas) buah; Contoh uji untuk tujuan validasi desain pada industri kendaraan dengan jumlah sebanyak-banyaknya 2 (dua) set kendaraan; Barang contoh dalam pemeran; Original Equipmen Manufaktur (OEM) kendaraan tujuan ekspor pada industri kendaraan bermotor dan digunakan untuk kepeluan khusus. Pelek kendaraan bermotor tersebut yang tidak diekspor kembali wajib memenuhiketentuan SNI dan hanya dapat diimpor oleh Importir Produsen (IP) kendaraan bermotor yang memiliki Surat Pertimbangan Teknis dari Direktur Jenderal Pembina Industri. Perubahan pasal 6 yaitu Sertifikasi sistem 1 b digunakan untuk pelek katagori M,N, O atau L yang dimpor oleh importir yang ; Memiliki persyaratan importasi dan termasuk dalam importir resmi di Kementerian Perdagangan dan; atau termasuk dalam daftar yang diajukan oleh pabrik pembuat pelek untuk kepentingan purna jual dengan jumlah maksimum 20 unit setiap kali impor tidak termasuk contoh. Ketentuan Pasal 7 diubah tentang Surat Pertimbangan Teknis.