• Tidak ada hasil yang ditemukan

01357 RENSTRA 2014 2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "01357 RENSTRA 2014 2019"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Rencana Strategis Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) periode 2015-2019 adalah sebagai panduan pelaksanaan tugas Sekjen DEN untuk 5 (lima) tahun kedepan, yang disusun antara lain berdasarkan hasil evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan periode sebelumnya, analisa terhadap perubahan lingkungan strategis terutama yang terkait dengan kondisi keenergian nasional.Rencana Strategis ini juga disusun dalam rangka upaya mendukung pencapain sasaran dan target yang ada pada Rencana Strategis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

Untuk menjamin keberhasilan implementasinya dalam upaya mendukung Visi

Pemerintah yaitu “Terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri dan

berkepribadian berlandaskan gotong royong”, maka akan dilakukan evaluasi setiap tahun. Dengan memperhatikan kebutuhan dan perubahan lingkungan strategis, maka apabila diperlukan dapat dilakukan perubahan/revisi muatan Renstra termasuk indikator kinerjanya. Namun revisi dilakukan sesuai dengan mekanisme yang berlaku dan tanpa mengubah arti dari visi dan misi yang telah ditetapkan.

Jakarta, Desember 2014

Sekretaris Jenderal,

TTD

(2)

DAFTAR ISI

I PENDAHULUAN

I.1. Kondisi Umum dan Capaian Sektor ESDM ... I.2. Potensi dan Permasalahan... II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STARTEGIS

II.1 .

Visi dan Misi... II.2

.

Tujuan Setjen DEN... II.3

.

Sasaran Strategis Setjen DEN... III ARAH KEBIJAKAN , STARTEGIS, KERANGKA REGULASI

DAN KERANGKA KELEMBAGAAN III.

1.

Arah Kebijakan, Strategis dan Rencana Aksi... III.

2.

Kerangka Regulasi... III.

3.

KerangkaKelembagaan... IV Target Kinerja

IV. 1.

Target Kinerja………. V PENUTUP

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Kondisi Umum Dan Capaian Sektor ESDM

Sampai saat ini, Indonesia masih menghadapi persoalan untuk mencapai target

pembangunan bidang energi. Ketergantungan terhadap energi fosil, terutama

minyak bumi dalam pemenuhan konsumsi di dalam negeri masih tinggi, yaitu

sebesar 96% (minyak bumi 48%, gas 18%, dan batubara 30%) dari total

konsumsi energi nasional, sementara upaya untuk memaksimalkan

pemanfaatan energi terbarukan belum dapat berjalan sebagaimana yang

direncanakan. Tingginya konsumsi energi fosil tersebut diakibatkan oleh

subsidi, sehingga harga energi menjadi murah dan masyarakat cenderung

boros dalam menggunakan energi. Di sisi lain, Indonesia menghadapi

penurunan cadangan energi fosil dan belum dapat diimbangi dengan

penemuan cadangan baru. Keterbatasan infrastruktur energi yang tersedia juga

membatasi akses masyarakat terhadap energi. Kondisi ini menyebabkan

Indonesia rentan terhadap gangguan yang terjadi di pasar energi global, karena

sebagian dari konsumsi tersebut, terutama produk minyak bumi yang dipenuhi

dari impor.

Dalam sepuluh tahun terakhir (2004-2014), konsumsi energi primer mengalami

peningkatan rata rata sebesar 5,5 % per tahun, dari 873 Juta BOE pada tahun

2004 menjadi 1.415 pada tahun 2014. Final di Indonesia mengalami

peningkatan dari 79 juta TOE menjadi 134 juta TOE, atau tumbuh rata-rata

sebesar 5,5% per tahun. Sejalan dengan meningkatnya konsumsi energi

tersebut, penyediaan energi primer juga mengalami kenaikan. Namun, upaya

untuk memenuhi kebutuhan energi di dalam negeri juga terkendala oleh

keterbatasan infrastruktur energi, seperti pembangkit listrik, kilang minyak,

pelabuhan, serta transmisi dan distribusi.

Di dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

(4)

termasuk sumber daya energi diperlukan sebagai masukan, baik itu sebagai

bahan bakar maupun bahan baku, untuk proses produksi yang dapat

menghasilkan nilai tambah yang optimal di dalam negeri. Untuk itu

pemanfaatan sumber daya energi fosil harus dilakukan seefisien mungkin

dengan mempertimbangkan aspek konservasi.

Melihat kondisi pengelolaan energi nasional saat ini, diperlukan pengelolaan

yang dapat menjamin sisi penyediaan energi dalam mendukung pertumbuhan

ekonomi nasional. Dengan mempertimbangkan keinginan untuk memperbaiki

kondisi pengelolaan energi nasional, Pemerintah megeluarkan Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi, dimana pada pasal 12, menyebutkan

bahwa Presiden membentuk Dewan Energi Nasional, yang memiliki tugas :

a. merancang dan merumuskan kebijakan energi nasional untuk ditetapkan

oleh Pemerintah dengan persetujuan DPR;

b. menetapkan rencana umum energi nasional;

c. menetapkan langkah-langkah penanggulangan kondisi krisis dan darurat

energi; serta

d. mengawasi pelaksanaan kebijakan di bidang energi yang bersifat lintas

sektoral.

(5)

Selanjutnya, dalam pelaksanaan tugasnya, Dewan Energi Nasional dibantu

oleh Sekretariat Jenderal, yang secara fungsional bertanggungjawab kepada

Dewan Energi Nasional dan secara administratif bertanggungjawab kepada

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. Sedangkan untuk susunan

organisasi dan tata kerja Sekretariat Jenderal DEN diatur lebih lanjut melalui

Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2009 tentang Susunan Organisasi dan

Tata Kerja Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional.

Gambar 1.2. Organisasi Setjen DEN

Adapun tugas Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional adalah untuk

memberikan dukungan teknis dan administratif kepada Dewan Energi Nasional

serta fasilitasi kegiatan Kelompok Kerja. Dalam melakukan tugasnya organisasi

Sekretariat Jenderal DEN didukung oleh 3 (tiga) Biro,yaitu :

a. Biro Umum :

Mempunyai tugas membantu Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional

dalam rangka penyelenggaraan administrasi umum yang meliputi

(6)

dan organisasi, kerumahtanggaan, perlengkapan, dan tata usaha di

lingkungan Dewan Energi Nasional.

b. Biro Fasilitasi Kebijakan Energi dan Persidangan :

Mempunyai ugas membantu Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional

dalam penyelenggaraan persidangan, penyiapan dan pengelolaan bahan

bahan persidangan Dewan Energi Nasional dalam rangka perancangan

dan perumusan kebijakan energi nasional dan penetapan rencana umum

energi nasional, penyelenggaraan hubungan kemasyarakatan serta

fasilitasi kegiatan Kelompok Kerja.

c. Biro Fasilitasi Penanggulangan Krisis dan Pengawasan Energi:

Mempunyai tugas membantu Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional

dalam memfasilitasi penetapan langkah-langkah penanggulangan kondisi

krisis dan darurat energi, serta pengawasan pelaksanaan kebijakan di

bidang energi yang bersifat lintas sektoral.

1.2. POTENSI DAN PERMASALAHAN

Dengan telah ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2004

tentang Kebijakan Energi Nasional (sampai dengan tahun 2050) pada tanggal

17 Oktober 2014, diharapkan dapat menjawab semua tantangan dalam

pengelolaan energi pada masa mendatang,yang sekaligus dapat meningkatkan

ketahanan dan kemandirian energi nasional. Dengan telah selesainya tugas

pertama Dewan Energi Nasional dalam merumuskan Kebijakan Energi

Nasional,maka tugas selanjutnya yang harus segera diselesaikan adalah tugas

penetapan Rencana Umum Energi Nasional, dengan batasan waktu paling

(7)

DEWAN ENERGI NASIONAL

4

PROSES PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RUEN

(Pasal 9 s.d. 13, Perpres Nomor 1 Tahun 2014)

Pembahasan R-RUEN memperhatikan pendapay dan masukan dari masyarakat (Asosiasi di bidang energi, perguruan tinggi, anggota masyarakat kainnya yang mempunyai kompetensi di bidang energi).

D E N

Proses Penetapan RUEN dilaksanakan sesuai dengan tata kerja persidangan DEN.

Dalam hal terdapat perbedaan pendapat dan/atau masukan atas R-RUEN, akan dilakukan pembahasan bersama dengan Kementerian MENTERI ENERGI DAN

SUMBER DAYA

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

R-RUEN

RUEN

Ditetapkan sebagai RUEN oleh Ketua DEN Paling lambat 1 (satu) tahun setelah KEN ditetapkan

Gambar 1.3. Proses penyusunan dan penetapan RUEN

RUEN adalah kebijakan Pemerintah mengenai rencana pengelolaan energi

tingkat nasional yang merupakan penjabaran dan rencana pelaksanaan KEN

yang bersifat lintas sektor untuk mencapai sasaran KEN.

Melihat tugas Sekretariat Jenderal DEN ke depan semakin berat maka sangat

diperlukan perencanaan dan langkah-langkah strategis dalam setiap

pelaksanaan tugas.

POTENSI

A. Potensi Internal

Organisasi merupakan salah satu unsur potensi internal dalam mendukung

pelaksanaan tugas Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional.Potensi ini

berupa dasar hukum pembentukan Sekretariat Jenderal Dewan Energi

Nasional, sumber daya manusia dan organisasi.

Adapun dasar hukum pembentukan Sekretariat Jenderal Dewan Energi

Nasional adalah Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi;

(8)

Kerja Dewan Energi Nasional;serta Peraturan Menteri Energi dan Sumber

Daya Mineral Nomor 14 Tahun 2009 tentang Tugas dan Fungsi Sekretariat

Jenderal Dewan Energi Nasional.

Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional dalam pelaksanaan tugasnya

didukung oleh Pegawai Negeri Sipil sebanyak 97 orang. Dengan rincian

pada gambar dibawah ini.

Gambar 1.4 Kekuatan Pegawai Berdasarkan Penempatan di Unit Eselon II

Gambar 1.5 Kekuatan Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan B. Potensi Eksternal

Kebijakan Energi Nasional disusun sebagai pedoman untuk memberikan

arah pengelolaan energi nasional guna mewujudkan Kemandirian Energi

Nasional untuk mendukung pembangunan nasional berkelanjutan. Dengan 27

26 44

Biro Fasilitasi Kebijakan Energi dan Persidangan

Biro Fasilitasi

Penanggulangan Krisis dan Pengawasan

Biro Umum

1

16

74

5

1 0

10 20 30 40 50 60 70 80

Strata 3 (S3) Strata 2 (S2) Strata 1 (S1) Diploma III (D3) Sekolah

(9)

sasaran bahwa sumber energi dan sumber daya energi ditujukan untuk

modal pembangunan guna sebesar-besar kemakmuran rakyat, dengan cara

mengoptimalkan pemanfaatannya bagi pembangunan ekonomi nasional,

penciptaan nilai tambah di dalam negeri dan penyerapan tenaga kerja.

Sehingga untuk menyiapkan kebijakan dan perencaaan di bidang energi

sangat dibutuhkan kesiapan data dan informasi pengelolaan energi nasional

dan daerah.

Salah satu data yang sangat diperlukan dalam pengelolaan energi adalah

data sumber daya dan cadangan energi, yang terbagi atas 2 kelompok

besar, yaitu sumber daya energi fosil dan sumber daya energi baru dan

sumber daya energi terbarukan.

ENERGI FOSIL

a. Minyak dan Gas Bumi

Cadangan minyak bumi nasional, baik berupa cadangan terbukti

maupun cadangan potensial mengalami peningkatan pada periode

2012-2013. Cadangan potensial minyak pada tahun 2013 sebesar 3,85

miliar barel, sedangkan cadangan terbukti sebesar 3,69 miliar barel.

Sebaran cadangan minyak bumi Indonesia sebagian besar terdapat di

wilayah Sumatera yang mencapai 62,1% dari total cadangan minyak

bumi nasional atau sebesar 5,02 miliar barel. Sedangkan Jawa dan

Kalimantan masing-masing memiliki cadangan minyak bumi sebesar

1,81 miliar barel dan 0,57 miliar barel. Sisanya sebesar 0,14 miliar barel

terdapat di daerah Papua, Maluku, dan Sulawesi.

Pangsa cadangan minyak bumi Indonesia hanya berkisar 0,5% dari total

cadangan minyak bumi dunia. Dilain sisi, laju konsumsi BBM sebagai

produk hasil olahan terus mengalami peningkatan, sedangkan laju

produksi dalam 18 tahun terakhir terus mengalami penurunan. Hal ini

mengindikasikan bahwa Indonesia rentan terhadap perubahan kondisi

global yang dapat berpengaruh pada ketahanan energi nasional sebagai

(10)

Sumber : Kementerian ESDM, diolah oleh DEN, 2013

Gambar 1.5. Sumber Daya Minyak dan Gas Bumi

Cadangan gas bumi nasional tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Total cadangan gas bumi pada tahun 2012 sebesar 150,39 TSCF,

dimana cadangan terbukti berkisar 101,54 TSCF, sedangkan cadangan

potensial berkisar 48,85 TSCF. Dibandingkan dengan tahun

sebelumnya, cadangan gas bumi nasional mengalami penurunan

berkisar 0,2% akibat dari laju produksi pertahun yang tidak dapat

diimbangi oleh penemuan cadangan baru. Total cadangan gas bumi

pada tahun 2012 berkisar 150,7 TSCF, artinya terjadi penurunan sekitar

0,2% atau sebesar 0,31 TSCF pada tahun 2013.

b. Batubara

Cadangan batubara Indonesia sampai dengan 2013 mencapai sebesar

31,36miliar ton, sedangkan sumber daya batubara mencapai

120,53miliar ton dengan rincian sumberdaya terukur sebesar 39,45

miliar ton, terindikasi sebesar 29,44 miliar ton, tereka sebesar 32,08

miliar ton dan hipotetik sebesar 19,56 miliar ton. Jika melihat tingkat

produksi batubara yang mencapai 449 juta ton, dan apabila diasumsikan

bahwa tidak ada peningkatan cadangan terbukti, maka produksi

batubara diperkirakan dapat bertahan dalam jangka waktu 70 tahun

mendatang.

CADANGAN MINYAK BUMI (MMSTB)

TERBUKTI (Proven) = 3.692,49 POTENTIAL (Potential) = 3.857,31 TOTAL = 7.549,81

CADANGAN GAS BUMI (TSCF) TERBUKTI (Proven) = 101,54 POTENTIAL (Potential) = 48,85 TOTAL = 150,39

CADANGAN MINYAK BUMI (MMSTB) CADANGAN GAS BUMI (TSCF) 8.06

Comment [L1]: Angka baru dari Handbook yg sudah dipublish

Comment [L2]: Angka baru dari Handbook yg sudah dipublish

Comment [L3]: Ini kalau dijumlahin =120.53.

Comment [L4]: Angka baru dari Handbook yg sudah dipublish

Comment [L5]: Pembagian 31360

(11)

Pemerintah perlu mendorong peningkatan eksplorasi dan teknologi

untuk meningkatkan status sumberdaya menjadi cadangan melalui

pemberian insentif serta menciptakan regulasi yang dapat mengatasi

hambatan dalam investasi di bidang eksplorasi batubara. Dikhawatirkan,

jika permasalahan ini tidak diselesaikan, maka Indonesia akan berbalik

menjadi importir batubara mengingat kebutuhan dalam negeri yang

semakin meningkat.

Secara global, cadangan batubara Indonesia hanya sebesar 0,8% dari

total cadangan batubara dunia (BP Statistical Review). Namun Indonesia

merupakan pengekspor batubara terbesar, dimana hampir 79,5%

produksi batubara untuk keperluan ekspor.

Sumber : Kementerian ESDM, diolah oleh DEN, 2013

Gambar 1.6. Sumber Daya Batubara

ENERGI BARU TERBARUKAN

Total potensi panas bumi Indonesia mencapai 28.910 MW yang terdiri atas

cadangan dan sumber daya yang tersebar di 312 lokasi (93 di Sumatera, 71

di Jawa, 12 di Kalimantan, 70 di Sulawesi, 33 di Bali dan Nusa Tenggara, 33

(12)

Potensi tenaga hidro di Indonesia yang tersedia saat ini mencapai 75.000

MW yang tersebar di seluruh wilayah kepulauan Indonesia. Sampai dengan

saat ini, kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga air(termasuk

PLT-Minihidro dan PLT-Mikro Hidro) mencapai 7.573 MW. Hampir seluruh

waduk di Indonesia merupakan bagian dari pembangkit listrik tenaga air

yang berumur relatif tua, dimana terbatasnya anggaran perawatan,

kurangnya kepedulian dari Pemerintah, dan masyarakat menyebabkan

terjadinya sedimentasi waduk yang dapat mengurangi produksi listrik

mencapai 30% dari produksi normalnya.

Potensi biomassa mencapai 32.654 MW, dengan kapasitas terpasang 1.716

MW yang berasal dari tanaman pangan, perkebunan dan hewan yang

potensial untuk dikembangkan. Sedangkan untuk energi terbarukan lainnya

seperti energi surya, energi angin, energi laut dan uranium memiliki potensi

untuk di kembangkan di masa mendatang. Sumberdaya energi surya

sebesar 4,80 KWh/M2/day, sedangkan energi angin sebesar 3-6 m/s, energi

laut sebesar 49 GW dan potensi listrik dari uranium sebesar 3.000 MW,

terlihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Sumber Daya Energi Baru Terbarukan

Sumber : Kementerian ESDM, diolah kembali oleh DEN, 2013

*) Sebagai pusat penelitian, non-energi(Pilot Project)

**) Hanya di Kalan –Kalimantan Barat

***) Sumber: Dewan Energi Nasional

****) Prototype BPPT

PERMASALAHAN

Kondisi pengelolaan energi Indonesia masih belum menunjukkan peningkatan

(13)

tantangan yang dihadapi sektor energi saat ini diantaranya adalah

ketergantungan pada energi fosil yang masih cukup tinggi, harga energi yang

belum terjangkau, penggunaan energi yang belum efisien dan keterbatasan

infrastruktur.

a. Ketergantungan Pada Energi Fosil Yang Masih Cukup Tinggi

Ketergantungan yang besar terhadap minyak bumi, disebabkan masih

adanya kebijakan pemerintah tentang subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM)

yang menjadikan harga BBM menjadi murah, sehingga masyarakat pengguna

energi sulit untuk beralih kepada jenis bahan bakar lainnya. Kondisi ini akan

berdampak pada impor minyak bumi dan BBM yang semakin tinggi,dimana

permasalahan lain akan timbul dikarenakan kompetisi dan kesulitan untuk

mendapatkannya. Penggunaan BBM juga dapat berdampak kepada

ketahanan energi dan perubahan iklim.

b. Harga Energi Yang Belum Mencapai Harga Keekonomian

Pemberian subsidi dimaksudkan untuk membantu masyarakat agar dapat

mengkonsumsi energi yang diperlukan guna mendukung kegiatan

sosial-ekonomi mereka. Pertumbuhan persosial-ekonomian nasional masih sangat

tergantung kepada bahan bakar fosil. Kondisi ini sangat didukung dengan

adanya pemberian subsidi harga BBM. Di lain sisi ketergantungan pada

energi fosil ini juga akan berdampak pada inflasi, yang disebabkan oleh

ketidakstabilan harga minyak bumi.

Harga energi yang sesuai dengan keekonomian akan meningkatkan

kesadaran masyarakat terhadap nilai energi, yang akan mendorong

penghematan di dalam pemanfaatannya.

c. Penggunaan Energi Yang Belum Efisien

Sejalan dengan meningkatnya laju pembangunan dan pola kualitas hidup

masyarakat, konsumsi energi di Indonesia terus mengalami peningkatan dari

tahun ke tahun. Peningkatan terjadi hampir di semua sektor yang mencakup

sektor industri, transportasi, komersial dan rumah tangga. Selama ini

konsumsi energi final Indonesia masih didominasi oleh BBM.

Selama kurun waktu 10 tahun kebelakang terjadi in-efisiensi dalam

(14)

energi menjadi energi final, serta terjadi nya rugi-rugi (losses) selama proses

transmisi dan distribusi energi,khususnya energi listrik.

d. Infrastruktur Energi Yang Terbatas

Saat ini Infrastruktur energi masih sangat terbatas, yang menyebabkan

proses penyediaan dan pendistribusian energi menjadi terhambat.

Keterbatasan infrastruktur ini dapat mengakibatkan pasar dalam negeri

menjadi kurang menarik bagi investasi di berbagai sektor, yang dapat

berakibat pada pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah menjadi

terhambat. Diharapkan kedepan nya prioritas pembangunan infrastruktur

(15)

BAB II

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGI

2.1. Visi dan Misi

Dalam melaksanakan tugas Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional

mendukung Visi, Misi dan Program Pemerintah yang dituangkan dalam bentuk

program operasional, sasaran kebijakan dan strategi. Adapun Visi Presiden

dan Wakil Presidenadalah :“Terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong royong”, dengan Misi Presiden dan Wakil Presiden, adalah:

1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,

menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumberdaya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan

2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan dan demokratis

berlandaskan negara hukum

3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jatidiri sebagai

negara maritim

4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan

sejahtera

5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing

6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional

7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

Dalam upaya menterjemahkan Visi dan Misi tersebut, disusun Nawacita atau 9

(16)

1. Menghindarkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan

memberikan rasa aman pada seluruh warga negara.

2. Membuat Pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola

Pemerintah yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya.

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah

dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan

hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya.

5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.

6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik

8. Melakukan revolusi karakter domestik

9. Memperteguh ke-bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

Dari Nawacita tersebut yang berkaitan langsung dengan sektor energi adalah

agenda prioritas ke-7 yaitu “mewujudkan kemandirian ekonomi dengan

menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik”, yang terdiri dari:

 Membangun kedaulatan pangan

Mewujudkan kedaulatan energi

 Mewujudkan kedaulatan keuangan

 Mendirikan Bank Petani/Nelayan dan UMKM termasuk gudang dengan

fasilitas pengolahan paska panen di tiap sentra produksi tani/nelayan.

 Mewujudkan penguatan teknologi melalui kebijakan penciptaan sistem

inovasi nasional

Untuk mewujudkan Visi dan Misi Presiden terkait sektor energi khususnya,

Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional ESDM secara operasional dalam

bentuk konkrit yang tercermin dalam tujuan, sasaran, kebijakan dan strategi.

(17)

Tujuan yang ingin diwujudkan oleh Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional

selama periode 5 (lima) tahun adalah :

1. Terwujudnya perumusan kebijakan di bidang energi yang bersifat lintas

sektor, penyusunan perencanaan energi, penyelenggaraan hubungan

kemasyarakatan dan persidangan Dewan Energi Nasional.

2. Terwujudnya perumusan identifikasi dan penetapan langkah-langkah

penanggulangan kondisi krisis dan darurat energi serta pengawasan

pelaksanaan kebijakan di bidang energi yang bersifat lintas sektor.

3. Terwujudnya pengelolaan administrasi umum untuk mendukung

pelaksanaan tugas Dewan Energi Nasional.

Adapun sasaran strategis dan indikator kinerja sebagaimana pada tabel

berikut:

Tabel 1.2. Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja

Sebagaimana diketahui bahwa Tujuan adalah merupakan suatu kondisi

yang ingin diwujudkan dalam kurun waktu 5 tahun kedepan sesuai dengan

(18)

masing-masing tujuan memiliki sasaran dan indikator kinerja yang harus

dicapai melalui strategi yang tepat serta juga harus dapat menjawab

tantangan permasalahan.

TUJUAN 1 - Terwujudnya perumusan kebijakan di bidang energi yang bersifat lintas sektor, penyusunan perencanaan energi, penyelenggaraan hubungan kemasyarakatan dan persidangan Dewan Energi Nasional

Tujuan ini merupakan pelaksanaan tugas Dewan Energi Nasional dalam

penyiapan rumusan kebijakan energi nasional dan penetapan Rencana

Umum Energi Nasional (RUEN). Sebagaimana diketahui bahwa Kebijakan

Energi Nasional telah ditetapkan pada tanggal 17 Oktober 2014 melalui

Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014. Akan tetapi tugas dari

Dewan Energi Nasional tidak hanya selesai dengan telah diselesaikannya

Kebijakan Energi Nasional (KEN), karena harus ditindaklanjuti dengan

menyelesaikan beberapa penyiapan rumusan kebijakan energi

sebagaimana yang diamanatkan didalam KEN. Sedangkan tugas ke-dua

DEN adalah menetapkan Rencana Umum Energi Nasional, dimana terkait

dengan tugas ke-dua ini, Setjen DEN melaksanakan tugas penyiapan

bahan perencanaan energi lintas sektor sebagai bahan masukan dalam

proses penetapan dan review RUEN. Disamping itu juga sebagaiman

fungsi dari Setjen DEN juga melakukan pendampingan dalam penyusunan

Rencana Umum Energi Daerah (RUED).

Sesuai dengan Pasal 19 ayat 1 dan 2, Peraturan Presiden Nomor 26

Tahun 2008 tentang Pembentukan Dewan Energi Nasional dan Tata Cara

Penyaringan Calon Anggota DEN, bahwa DEN melakukan persidangan

secara berkala, baik pelaksanaan Sidang Anggota maupun Sidang

Paripurna. Pelaksanaan Sidang Anggota dilaksanakan minimal 2 bulan

sekali atau sewaktu-waktu jika diperlukan. Sedangkan Sidang Paripurna

dilaksanakan minimal 2 kali dalam setahun. Untuk menyiapkan dan

memperlancar pelaksanaan tugas persidangan DEN diperlukan strategi

(19)

Untuk mencapai Tujuan 1, Setjen DEN menetapkan sasaran strategis

sebagai berikut :

1. Menyiapkan bahan untuk perumusan kebijakan energi lintas sektor

sesuai Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi

2. Menyiapkan bahan penetapan dan review Rencana Umum Energi

Nasional (RUEN)

3. Menyusun Outlook Energi Indonesia

4. Meningkatkan layanan humas dan persidangan DEN

TUJUAN 2 - Terwujudnya perumusan identifikasi dan penetapan langkah-langkah penanggulangan kondisi krisis dan darurat energi serta pengawasan pelaksanaan kebijakan di bidang energi yang bersifat lintas sektor.

Tujuan ini merupakan pelaksanaan tugas DEN yang ke-3 yaitu

menetapkan langkah-langkah penanggulangan kondisi krisis dan darurat

energi, dan tugas ke-4 : mengawasi pelaksanaan kebijakan di bidang

energi yang bersifat lintas sektor.

Dengan telah diselesaikannya Kebijakan Energi Nasional, maka tugas

pengawasan kebijakan energi akan semakin besar. Khususnya dalam

mengawasi substansi yang terkandung di dalam KEN. Hal ini akan

bertambah lagi dengan telah ditetapkannya RUEN yang merupakan

penjabaran dari KEN.

Adapun pokok-pokok dalam penetapan langkah-langkah kondisi krisis dan

darurat energi adalah sebagai berikut :

a. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral akan diberi kewenangan

untuk menetapkan kriteria teknis operasional kondisi krisis dan darurat

energi, untuk jenis energi yang dikonsumsi oleh publik secara nasional

yaitu Bahan Bakar Minyak, Tenaga Listrik, LPG dan Gas Bumi.

b. Kriteria kondisi krisis dan darurat energi yang berdampak skala

nasional mengikuti ketentuan dalam Pasal 6 ayat (3) Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 2007 yaitu terganggunya fungsi pemerintahan,

(20)

penetapannya dilakukan oleh Dewan Energi Nasional dimana Presiden

sebagai Ketua.

c. Pemerintah wajib melakukan tindakan penanggulangan kondisi krisis

dan darurat energi sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 6 ayat (3)

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007.

d. Pemerintah Daerah diminta untuk mengalokasikan anggaran tersendiri

yang menjadi kewajibannya apabila terjadikondisi krisis dan darurat

energi, untuk antara lain melakukan tindakan koordinasi, perbaikan

sarana dan prasarana sebatas yang menjadi tanggungjawabnya.

e. Badan usaha energi diwajibkan menyediakan anggaran tersendiri

untuk penyediaan energi dalam rangka menanggulangi kondisi krisis

dan darurat energi di wilayah usahanya.

Untuk lebih jelasnya mengenai mekanisme penetapan kondisi krisis energi

dapat dilihat pada gambar 4.1 pada di bawah ini :

(21)

Disamping 4 tugas utama DEN, terdapat satu tugas lainnya sebagaimana

ketentuan pasal 5 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang energi,

yaitu pengaturan mengenai cadangan penyangga.

Untuk mencapai tujuan 2, Sasaran strategis yang ditetapkan adalah

sebagai berikut :

1. Menyiapkan rumusan langkah-langkah penanggulangan kondisi krisis

dan darurat energi.

2. Melaksanakan Pengawasan dan menyiapkan rekomendasi hasil

pengawasan pelaksanaan kebijakan di bidang energi.

3. Menyelesaikan rumusan kebijakan cadangan penyangga energi

nasional

TUJUAN 3 - Terwujudnya pengelolaan administrasi umum untuk mendukung pelaksanaan tugas Dewan Energi Nasional.

Untuk memperlancar pelaksanaan tugas Setjen Dewan Energi Nasional

yang berhubungan dengan tugas dan fungsi pelaksanaan tugas DEN,

perlu untuk dilakukan pengelolaan administrasi umum, diantaranya adalah

penerapan manajemen berbasis kinerja, sumber daya manusia,

pengelolaan sistem informasi, peningkatan kapasitas SDM, penyusunan

rancangan peraturan perundang-undangan, serta kerja sama di bidang

energi.

Adapun sasaran strategis untuk mencapai Tujuan 3 adalah Meningkatkan

kualitas pengelolaan administrasi umum, dan kapasitas sumber daya

manusia, kerjasama di bidang energi serta mewujudkan pengelolaan

(22)

BAB III

ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI

DAN KELEMBAGAAN

3.1. Arah Kebijakan

Arah kebijakan Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional adalah :

a. Mengintensifkan pelaksanaan sosialisasi Kebijakan Energi Nasional;

b. Penetapan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN);

c. Pengawasan pelaksanaan kebijakan di bidang energi yang bersifat lintas

sektoral;

d. Identifikasi pada daerah yang berpotensi mengalami krisis energi;

e. Penyusunan ketentuan mengenai jenis, jumlah, waktu, dan lokasi cadangan

penyangga energi;

f. Pelaksanaan Sidang Anggota DEN dan Sidang Paripurna DEN dapat

dilaksanakan dengan ketentuan yang ada.

g. Penguatan kelembagaan Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional

dalam mendukung kelancaran pelaksanaan tugas Dewan Energi Nasional,

3.2. Strategi

Strategi yang dilakukan dalam mewujudkan arah kebijakan yang diambil adalah

sebagai berikut :

a. Program Sosialisasi KEN dilakukan melalui media massa, dialog dengan

stakeholders yang dilakukan dengan bekerjasama berbagai Perguruan

Tinggi, Instansi Pemerintah Pusat/ Daerah, Organisasi Masyarakat serta

Lembaga Swadaya Masyarakat.

b. Dalam proses Penetapan RUEN, dilakukan penyelarasan dengan substansi

Kebijakan Energi Nasional dan, menjaring pendapat dari berbagai unsur

yang terkait agar semua kepentingan dapat diakomodasikan dalam RUEN.

c. Pengawasan pelaksanaan kebijakan di bidang energi yang bersifat lintas

sektoral dilakukan dengan berpedoman pada target – target yang tercantum

(23)

d. Identifikasi pada daerah yang berpotensi mengalami krisis energi dilakukan

dengan memetakan permasalahan – permasalahan di bidang keenergian di

berbagai daerah.

e. Penyusunan ketentuan mengenai jenis, jumlah, waktu, dan lokasi cadangan

penyangga energi dilakukan dengan melibatkan stakeholders terkait.

f. Pelaksanaan Sidang Anggota DEN dan Sidang Paripurna DEN dilakukan

dengan penyiapan bahan materi sidang dan berkoordinasi dengan instansi

terkait.

g. Penguatan kelembagaan Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional

dilakukan dengan, dilakukan reorganisasi Sekretariat Jenderal DEN,

rekruitmen SDM yang berkualitas serta penyediaan sarana dan prasarana

yang memadai.

3.3. Kerangka Regulasi

Untuk mendukung kebijakan dan strategi Sekretariat Jenderal DEN, perlu

didukung oleh peraturan perundang-undangan baik berupa Undang-undang,

Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, dan Peraturan Dewan Energi

Nasional. Beberapa peraturan-perundangan yang direncanakan untuk

diselesaikan pada periode 5 tahun kedepan, antara lain:

1. Pengaturan mengenai Rencana Umum Energi Nasional, sebagai

penjabaran dari Kebijakan Energi Nasional

2. Pengaturan mengenai perubahan organisasi Sekretariat Jenderal DEN,

yang saat ini dirasa sudah sangat mendesak, mengingat tugas dan fungsi

pengaturan pengelolaan energi nasional

3. Pengaturan mengenai Pedoman Penetapan langkah-langkah

penanggulangan krisis dan darurat energi

4. Pengaturan tentang tata cara/pedoman pengawasan pelaksanaan

kebijakan energi yang bersifat lintas sektor

5. Pengaturan pengelolaan energi lainnya sebagaimana yang tertuang di

dalam Kebijakan Energi Nasional.

(24)

3.4. Kerangka Kelembagaan

KONDISI SAAT INI

Setjen DEN merupakan unsur pembantu DEN, yang secara fungsional berada

di bawah dan bertanggung jawab kepada DEN dan secara administratif

bertanggung jawab kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Menteri

ESDM). Setjen DEN dipimpin oleh seorang Sekretaris Jenderal (selanjutnya

disebut Sekjen). Tugas Setjen DEN adalah memberikan dukungan teknis dan

administratif kepada DEN serta fasilitasi kegiatan Kelompok Kerja. Berikut

adalah struktur organisasi Setjen DEN saat ini :

Dalam melaksanakan tugasnya, Sekjen, Kepala Biro, Kepala Bagian dan

Kepala Subbagian serta pejabat lainnya, saling menerapkan prinsip koordinasi,

integrasi dan sinkronisasi baik di lingkungan Setjen DEN maupun dengan

instansi lain sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing. Setiap pimpinan

(25)

mengkoordinasikan bawahannya masing-masing serta arahan bagi

pelaksanaan tugas bawahannya.

Namun demikian, masih terdapat satuan organisasi yang ruang lingkupnya

tidak dipisahkan antara yang sifatnya administratif (supporting) maupun teknis

(core). Hal ini disebabkan adanya keterbatasan lingkup tugas sehingga ada

satuan organisasi yang belum dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara

optimal. Mengingat lingkup tugas dan fungsi Setjen DEN dalam memberikan

dukungan teknis dan administratif kepada DEN, maka perlu melakukan

pemetaan pola struktur organisasi agar terdefinisi dengan baik. Pemetaan serta

penyusunan pola struktur yang belum terdefinisi dengan baik membawa

konsekuensi terhadap fungsi yang ada, terutama yang masuk dalam kategori

tugas dukungan teknis terbatas hanya pada kegiatan fasilitasi, namun dalam

pelaksanaannya dituntut untuk menyiapkan bahan-bahan yang telah diolah

untuk pengambilan keputusan DEN. Sebagai contoh, pada Biro Fasilitasi

Kebijakan Energi dan Persidangan, melaksanakan tugas administrasi dan

tugas teknis keenergian yang dilaksanakan dalam 1 (satu) Biro, yaitu tugas

teknis terkait perumusan kebijakan energi dan perencanaan energi nasional

juga melakukan tugas adminstrasi dalam rangka koordinasi pelaksanaan

persidangan, kehumasan, keprotokolan dan dokumentasi.

Selain itu masih adanya tumpang tindih tugas dan fungsi dari unit kerja, yang

pada akhirnya dapat berpotensi sebagai sumber masalah dikemudian hari

(misalnya terkait tugas dan fungsi perencanaan serta monitoring evaluasi yang

dilakukan oleh satu biro yang sama). Hal ini juga berkaitan dengan peran

pengawasan serta tanggung jawab dari tiap unit kerja dalam melaksanakan

tugas dan fungsinya. Dengan pemetaan serta terdefinisinya penyusunan pola

struktur organisasi Setjen DEN dengan baik, diharapkan masalah-masalah

terkait hal tersebut dapat teratasi serta koordinasi dari setiap unit kerja dapat

dilaksanakan dengan baik.

KONDISI YANG DIHARAPKAN

Sekretariat Jenderal DEN diharapkan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun

kedepan dapat mempunyai peran dan posisi bukan hanya sebagai supporting

unitsaja, namun dapat juga berperan sebagai “think tank”serta berperan dalam

(26)

ini akan membawa konsekuensi, bahwa struktur organisasi yang ada sekarang

harus disesuaikan, mengingat struktur organisasi saat ini belum memadai untuk

menjalankan peran tersebut.

Dalam rangka mendukung kegiatan fasilitasi terhadap pelaksanaan tugas DEN

sekaligus menjalankan perannya sebagai lembaga think tank, diperlukan

adanya penambahan sejumlah fungsi penting dalam organisasi seperti data

dan informasi, pusat kajian, cadangan penyangga energi serta kerja sama. Hal

ini sangat penting, mengingat posisi strategis dari Setjen DEN dalam

membantu tugas DEN yang bersifat lintas sektoral. Dengan kata lain,

dibutuhkan unit atau satuan organisasi yang secara eksplisit bertanggung

jawab terhadap fungsi sebagaimana tersebut di atas.

Khusus untuk kerja sama terdapat 2 (dua) aspek penting yaitu :

a. pemberian dukungan teknis dan administrasi serta analisis dalam

penyelenggaraan hubungan dengan lembaga negara, lembaga daerah,

lembaga non struktural, lembaga swadaya masyarakat, dan organisasi

kemasyarakatan;

b. penyelenggaraan koordinasi pelaksanaan kerja sama di bidang energi

antara pemerintah Indonesia dengan pihak luar negeri.

Selain itu, penyelenggaraan dalam rangka kerja sama juga sudah

dilaksanakan, hal ini dapat tergambar dari beberapa aktivitas kerja sama yang

dilakukan terkait dengan pelaksanaan dari Keputusan Menteri ESDM Nomor

2522 K/05/MEM/2015 tentang Unit Koordinator (Focal Point) Penanganan

Forum Dialog/Kerja Sama Luar Negeri di Lingkungan KESDM, dimana Setjen

DEN merupakan unit koordinator forum dialog/kerja sama sebagai berikut:

1. Asia Cooperation Dialogue (ACD) Energy Forum;

2. Regional Energy Policy and Planning Sub Sector Network (REPP-SSN);

3. ASEAN + 3 Energy Policy Governing Group (EPGG);

4. Energy Charter (EC);

5. World Summit on Sustainable Development (WSSD/CSD); dan

6. Indonesia-Swedia

Dengan penambahan sejumlah fungsi tersebut di atas, diharapkan Setjen DEN

dapat menjalankan perannya bukan hanya sebagai supporting unit, melainkan

(27)

BAB IV

TARGET KINERJA DAN PENDANAAN

Untuk mencapai tujuan dan sasaran kinerja Setjen DEN maka dibutuhkan

target kinerja yang sudah ditetapkan khususnya untuk 5 tahun kedepan. Target

Kinerja ini merupakan Indikator Kinerja Utama (IKU) Setjen DEN yang akan

harus dicapai. Pada renstra ini target kinerja telah ditetapkan sesuai dengan

perecanaan dan perkiraan yang telah dibuat selama tahun 2015-2019,

sehingga kemungkinan besar akan terdapat perubahan perencanaan pada

tahun berjalan seiring dengan penetapan APBN dan APBN-P.

4.1. Target Kinerja

Target kinerja merupakan Indikator Kinerja Utama (IKU) yang harus dicapai

oleh Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional. Pada dokumen Renstra ini,

target kinerja telah ditetapkan berdasarkan perencanaan dan perkiraan yang

dibuat pada periode tahun 2014/2015, sehingga tidak menutup kemungkinan

dalam pelaksanaannya terdapat perubahan sesuai dengan penetapan APBN

tahun berjalan, Rencana Umum Energi Nasional serta dokumen perencanaan

lainnya.

Tabel 1.3 Target Kinerja 2015-2019

PROGRAM SASARAN

INDIKATOR KINERJA

UTAMA (IKU) / TARGET

INDIKATOR KINERJA

KEGIATAN (IKK) 2015 2016 2017 2018 2019

1 2 3 4 5 6 7 8

PROGRAM DUKUNG MANAJEMEN DAN

PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS

Terwujudnya fasilitasi perumusan kebijakan energi lintas sektor, bahan penetapan

1 Presentase (%) kelancaran kegiatan fasilitasi perumusan dan implementasi kebijakan energi nasional

(28)

PROGRAM SASARAN lintas sektor dan daerah dalam rangka perumusan kebijakan energi

1 1 1 1 1

b. Pembahasan isu-isu energi, evaluasi kebijakan energi lintas sektor

1 1 1 1 1

c. Melaksanakan kajian kebijakan energi lintas sektor

4 3 4 4 4

d. Penyelenggaraan dialog energi

1 1 1 1 1

e. Melaksanakan dan memfasilitasi energi nasional

1 1 1 1 1 pengguna energi

(29)

PROGRAM SASARAN

d. Menyusun kajian terkait dan raker dengan DPR

1 1 1 1 1

b. Menyiapkan dokumentasi pelaksanaan dan hasil sidang serta kegiatan DEN lainnya

1 1 1 1 1

c. Menyelenggaraka n kegiatan yang terkait dengan kebijakan energi

1 1 1 1 1

4 Persentase (%) publikasi isu keenergian

(30)

PROGRAM SASARAN n kegiatan yang terkait dengan lintas sektor

4 4 4 4 4

c. Menyiapkan publikasi kegiatan DEN serta hasil dari tugas dan fungsi DEN dalam berbagai bentuk (buku/ majalah/ jurnal/ leaflet/ digital file)

1 2 2 2 2 kondisi krisis dan darurat energi kondisi krisis dan darurat energi

100% 100% 100% 100% 100%

b. Pengembangan Pemetaan Penanggulangan Krisis Energi

1 1 1 1 1 Energi Nasional

(31)

PROGRAM SASARAN kondisi krisis dan darurat energi

(32)
(33)

PROGRAM SASARAN

Barang dan Jasa 156 Unit/ 400M2

1 1 1 1

4.2. Pendanaan

Untuk mencapai tujuan dan sasaran Sekretariat Jenderal DEN, didukung oleh

(34)

dan kegiatan yang ada di lingkungan Sekretariat Jenderal DEN. Adapun rencana

pendanaan program adalah sebagaimana pada tabel 1.4

Tabel 1.4 Kebutuhan Anggaran 2015-2019

PROGRAM SASARAN

INDIKATOR KINERJA sektor dan daerah dalam rangka perumusan kebijakan energi

599 574 660 759 873 Energi Nasional

695 601 691 794 914 energi nasional

(35)

PROGRAM SASARAN energi daerah dan sektor pengguna Negeri dan Luar Negeri dan raker dengan DPR hasil sidang serta kegiatan DEN lainnya

(36)

PROGRAM SASARAN n kegiatan yang terkait dengan kebijakan energi

9.431 855 984 1.131 1.301 n kegiatan yang terkait dengan lintas sektor

1.862 3.279 3.770 4.336 4.986

c .

Menyiapkan publikasi kegiatan DEN serta hasil dari tugas dan fungsi DEN dalam berbagai bentuk kondisi krisis dan darurat energi kondisi krisis dan darurat energi

5.933 3.375 3.881 4.463 5.133 Krisis dan Darurat Energi

(37)

PROGRAM SASARAN Krisis Energi

1.249 650 748 860 989

c .

Kajian

Penanggulangan Krisis dan Darurat Energi Ketahanan Energi Nasional kondisi krisis dan darurat energi

1,203 1,825 2,099 2,414 2,776

a .

Identifikasi Daerah Berpotensi Krisis energi yang bersifat lintas sektoral Energi Fosil yang Bersifat Lintas Sektoral

(38)
(39)

PROGRAM SASARAN Barang dan Jasa

(40)

BAB V

PENUTUP

Rencana Strategis Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional disusun

berdasarkan Rencana Strategis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

2015 - 2019 dan berpedoman dari hasil pembahasan bersama dilingkungan

Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional serta memperhatikan potensi dan

permasalahan Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional yang kemudian

dituangkan kedalam Rencana Strategis Sekretariat Jenderal Dewan Energi

Nasional yang didalamnya memuat Visi, Misi, Kebijakan dan Strategi serta

Program dan Kegiatan. Selanjutnya diharapkan Rencana Strategis Sekretariat

Jenderal Dewan Energi Nasional ini dapat digunakan sebagai acuan dan

pedoman dalam penyusunan rencana kerja/program Sekretariat Jenderal

DewanEnergi Nasional Tahun 2015 - 2019.

Gambar

Gambar 1.1.  Struktur Organisasi DEN
Gambar 1.2.  Organisasi Setjen DEN
Gambar 1.3. Proses penyusunan dan penetapan RUEN
Gambar 1.4 Kekuatan Pegawai Berdasarkan Penempatan di Unit Eselon II
+6

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini perlu dilakukan untuk melihat kajian kualitas air fisika, kimia dan biologi di perairan rawa pasang surut pada kondisi air

Dalam karangan populer yang tidak berpretensi ilmiah, judul umumyan judul hanya digunakan untuk membayangkan isi karangan dan tidak sepenuhnya mengungkapkan

Peserta diwajibkan untuk menaati semua perarturan/tata tertib yang telah ditentukan oleh panitia selama lomba ber-

Hal ini sangat berkaitan bagaimana dengan cara anggota HmC membentuk kesamaan persepsi di dalam kelompoknya, image yang ingin dibentuk oleh kelompok ini adalah

Jika dilihat dari hasil pengujian kadar kalsium yang berkisar antara 2 - 2,16%, jumlah kandungan kalsium dan fosfor tersebut memiliki perbandingan sebesar ± 8 : 1 pada

Penelitian ini membahas materi tajwid pada mata pelajaran qur’an hadist penelitian ini menggunakan data-data kualitatif yang akan mengetahui bagaimana

Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk kelompok satu yang terdiri dari 26 responden pilot berusia < 30 tahun kondisi yang paling terbebani adalah saat

1) Monitor dan catat status neurologis dengan menggunakan metode GCS. Refleks membuka mata menentukan pemulihan tingkat kesadaran. Respon motorik menentukan kemampuan