KATA PENGANTAR
Rencana Strategis Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) periode 2015-2019 adalah sebagai panduan pelaksanaan tugas Sekjen DEN untuk 5 (lima) tahun kedepan, yang disusun antara lain berdasarkan hasil evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan periode sebelumnya, analisa terhadap perubahan lingkungan strategis terutama yang terkait dengan kondisi keenergian nasional.Rencana Strategis ini juga disusun dalam rangka upaya mendukung pencapain sasaran dan target yang ada pada Rencana Strategis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Untuk menjamin keberhasilan implementasinya dalam upaya mendukung Visi
Pemerintah yaitu “Terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri dan
berkepribadian berlandaskan gotong royong”, maka akan dilakukan evaluasi setiap tahun. Dengan memperhatikan kebutuhan dan perubahan lingkungan strategis, maka apabila diperlukan dapat dilakukan perubahan/revisi muatan Renstra termasuk indikator kinerjanya. Namun revisi dilakukan sesuai dengan mekanisme yang berlaku dan tanpa mengubah arti dari visi dan misi yang telah ditetapkan.
Jakarta, Desember 2014
Sekretaris Jenderal,
TTD
DAFTAR ISI
I PENDAHULUAN
I.1. Kondisi Umum dan Capaian Sektor ESDM ... I.2. Potensi dan Permasalahan... II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STARTEGIS
II.1 .
Visi dan Misi... II.2
.
Tujuan Setjen DEN... II.3
.
Sasaran Strategis Setjen DEN... III ARAH KEBIJAKAN , STARTEGIS, KERANGKA REGULASI
DAN KERANGKA KELEMBAGAAN III.
1.
Arah Kebijakan, Strategis dan Rencana Aksi... III.
2.
Kerangka Regulasi... III.
3.
KerangkaKelembagaan... IV Target Kinerja
IV. 1.
Target Kinerja………. V PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Kondisi Umum Dan Capaian Sektor ESDM
Sampai saat ini, Indonesia masih menghadapi persoalan untuk mencapai target
pembangunan bidang energi. Ketergantungan terhadap energi fosil, terutama
minyak bumi dalam pemenuhan konsumsi di dalam negeri masih tinggi, yaitu
sebesar 96% (minyak bumi 48%, gas 18%, dan batubara 30%) dari total
konsumsi energi nasional, sementara upaya untuk memaksimalkan
pemanfaatan energi terbarukan belum dapat berjalan sebagaimana yang
direncanakan. Tingginya konsumsi energi fosil tersebut diakibatkan oleh
subsidi, sehingga harga energi menjadi murah dan masyarakat cenderung
boros dalam menggunakan energi. Di sisi lain, Indonesia menghadapi
penurunan cadangan energi fosil dan belum dapat diimbangi dengan
penemuan cadangan baru. Keterbatasan infrastruktur energi yang tersedia juga
membatasi akses masyarakat terhadap energi. Kondisi ini menyebabkan
Indonesia rentan terhadap gangguan yang terjadi di pasar energi global, karena
sebagian dari konsumsi tersebut, terutama produk minyak bumi yang dipenuhi
dari impor.
Dalam sepuluh tahun terakhir (2004-2014), konsumsi energi primer mengalami
peningkatan rata rata sebesar 5,5 % per tahun, dari 873 Juta BOE pada tahun
2004 menjadi 1.415 pada tahun 2014. Final di Indonesia mengalami
peningkatan dari 79 juta TOE menjadi 134 juta TOE, atau tumbuh rata-rata
sebesar 5,5% per tahun. Sejalan dengan meningkatnya konsumsi energi
tersebut, penyediaan energi primer juga mengalami kenaikan. Namun, upaya
untuk memenuhi kebutuhan energi di dalam negeri juga terkendala oleh
keterbatasan infrastruktur energi, seperti pembangkit listrik, kilang minyak,
pelabuhan, serta transmisi dan distribusi.
Di dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
termasuk sumber daya energi diperlukan sebagai masukan, baik itu sebagai
bahan bakar maupun bahan baku, untuk proses produksi yang dapat
menghasilkan nilai tambah yang optimal di dalam negeri. Untuk itu
pemanfaatan sumber daya energi fosil harus dilakukan seefisien mungkin
dengan mempertimbangkan aspek konservasi.
Melihat kondisi pengelolaan energi nasional saat ini, diperlukan pengelolaan
yang dapat menjamin sisi penyediaan energi dalam mendukung pertumbuhan
ekonomi nasional. Dengan mempertimbangkan keinginan untuk memperbaiki
kondisi pengelolaan energi nasional, Pemerintah megeluarkan Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi, dimana pada pasal 12, menyebutkan
bahwa Presiden membentuk Dewan Energi Nasional, yang memiliki tugas :
a. merancang dan merumuskan kebijakan energi nasional untuk ditetapkan
oleh Pemerintah dengan persetujuan DPR;
b. menetapkan rencana umum energi nasional;
c. menetapkan langkah-langkah penanggulangan kondisi krisis dan darurat
energi; serta
d. mengawasi pelaksanaan kebijakan di bidang energi yang bersifat lintas
sektoral.
Selanjutnya, dalam pelaksanaan tugasnya, Dewan Energi Nasional dibantu
oleh Sekretariat Jenderal, yang secara fungsional bertanggungjawab kepada
Dewan Energi Nasional dan secara administratif bertanggungjawab kepada
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. Sedangkan untuk susunan
organisasi dan tata kerja Sekretariat Jenderal DEN diatur lebih lanjut melalui
Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2009 tentang Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional.
Gambar 1.2. Organisasi Setjen DEN
Adapun tugas Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional adalah untuk
memberikan dukungan teknis dan administratif kepada Dewan Energi Nasional
serta fasilitasi kegiatan Kelompok Kerja. Dalam melakukan tugasnya organisasi
Sekretariat Jenderal DEN didukung oleh 3 (tiga) Biro,yaitu :
a. Biro Umum :
Mempunyai tugas membantu Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional
dalam rangka penyelenggaraan administrasi umum yang meliputi
dan organisasi, kerumahtanggaan, perlengkapan, dan tata usaha di
lingkungan Dewan Energi Nasional.
b. Biro Fasilitasi Kebijakan Energi dan Persidangan :
Mempunyai ugas membantu Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional
dalam penyelenggaraan persidangan, penyiapan dan pengelolaan bahan
bahan persidangan Dewan Energi Nasional dalam rangka perancangan
dan perumusan kebijakan energi nasional dan penetapan rencana umum
energi nasional, penyelenggaraan hubungan kemasyarakatan serta
fasilitasi kegiatan Kelompok Kerja.
c. Biro Fasilitasi Penanggulangan Krisis dan Pengawasan Energi:
Mempunyai tugas membantu Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional
dalam memfasilitasi penetapan langkah-langkah penanggulangan kondisi
krisis dan darurat energi, serta pengawasan pelaksanaan kebijakan di
bidang energi yang bersifat lintas sektoral.
1.2. POTENSI DAN PERMASALAHAN
Dengan telah ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2004
tentang Kebijakan Energi Nasional (sampai dengan tahun 2050) pada tanggal
17 Oktober 2014, diharapkan dapat menjawab semua tantangan dalam
pengelolaan energi pada masa mendatang,yang sekaligus dapat meningkatkan
ketahanan dan kemandirian energi nasional. Dengan telah selesainya tugas
pertama Dewan Energi Nasional dalam merumuskan Kebijakan Energi
Nasional,maka tugas selanjutnya yang harus segera diselesaikan adalah tugas
penetapan Rencana Umum Energi Nasional, dengan batasan waktu paling
DEWAN ENERGI NASIONAL
4
PROSES PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RUEN
(Pasal 9 s.d. 13, Perpres Nomor 1 Tahun 2014)
Pembahasan R-RUEN memperhatikan pendapay dan masukan dari masyarakat (Asosiasi di bidang energi, perguruan tinggi, anggota masyarakat kainnya yang mempunyai kompetensi di bidang energi).
D E N
Proses Penetapan RUEN dilaksanakan sesuai dengan tata kerja persidangan DEN.
Dalam hal terdapat perbedaan pendapat dan/atau masukan atas R-RUEN, akan dilakukan pembahasan bersama dengan Kementerian MENTERI ENERGI DAN
SUMBER DAYA
MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
R-RUEN
RUEN
Ditetapkan sebagai RUEN oleh Ketua DEN Paling lambat 1 (satu) tahun setelah KEN ditetapkan
Gambar 1.3. Proses penyusunan dan penetapan RUEN
RUEN adalah kebijakan Pemerintah mengenai rencana pengelolaan energi
tingkat nasional yang merupakan penjabaran dan rencana pelaksanaan KEN
yang bersifat lintas sektor untuk mencapai sasaran KEN.
Melihat tugas Sekretariat Jenderal DEN ke depan semakin berat maka sangat
diperlukan perencanaan dan langkah-langkah strategis dalam setiap
pelaksanaan tugas.
POTENSI
A. Potensi Internal
Organisasi merupakan salah satu unsur potensi internal dalam mendukung
pelaksanaan tugas Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional.Potensi ini
berupa dasar hukum pembentukan Sekretariat Jenderal Dewan Energi
Nasional, sumber daya manusia dan organisasi.
Adapun dasar hukum pembentukan Sekretariat Jenderal Dewan Energi
Nasional adalah Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi;
Kerja Dewan Energi Nasional;serta Peraturan Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral Nomor 14 Tahun 2009 tentang Tugas dan Fungsi Sekretariat
Jenderal Dewan Energi Nasional.
Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional dalam pelaksanaan tugasnya
didukung oleh Pegawai Negeri Sipil sebanyak 97 orang. Dengan rincian
pada gambar dibawah ini.
Gambar 1.4 Kekuatan Pegawai Berdasarkan Penempatan di Unit Eselon II
Gambar 1.5 Kekuatan Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan B. Potensi Eksternal
Kebijakan Energi Nasional disusun sebagai pedoman untuk memberikan
arah pengelolaan energi nasional guna mewujudkan Kemandirian Energi
Nasional untuk mendukung pembangunan nasional berkelanjutan. Dengan 27
26 44
Biro Fasilitasi Kebijakan Energi dan Persidangan
Biro Fasilitasi
Penanggulangan Krisis dan Pengawasan
Biro Umum
1
16
74
5
1 0
10 20 30 40 50 60 70 80
Strata 3 (S3) Strata 2 (S2) Strata 1 (S1) Diploma III (D3) Sekolah
sasaran bahwa sumber energi dan sumber daya energi ditujukan untuk
modal pembangunan guna sebesar-besar kemakmuran rakyat, dengan cara
mengoptimalkan pemanfaatannya bagi pembangunan ekonomi nasional,
penciptaan nilai tambah di dalam negeri dan penyerapan tenaga kerja.
Sehingga untuk menyiapkan kebijakan dan perencaaan di bidang energi
sangat dibutuhkan kesiapan data dan informasi pengelolaan energi nasional
dan daerah.
Salah satu data yang sangat diperlukan dalam pengelolaan energi adalah
data sumber daya dan cadangan energi, yang terbagi atas 2 kelompok
besar, yaitu sumber daya energi fosil dan sumber daya energi baru dan
sumber daya energi terbarukan.
ENERGI FOSIL
a. Minyak dan Gas Bumi
Cadangan minyak bumi nasional, baik berupa cadangan terbukti
maupun cadangan potensial mengalami peningkatan pada periode
2012-2013. Cadangan potensial minyak pada tahun 2013 sebesar 3,85
miliar barel, sedangkan cadangan terbukti sebesar 3,69 miliar barel.
Sebaran cadangan minyak bumi Indonesia sebagian besar terdapat di
wilayah Sumatera yang mencapai 62,1% dari total cadangan minyak
bumi nasional atau sebesar 5,02 miliar barel. Sedangkan Jawa dan
Kalimantan masing-masing memiliki cadangan minyak bumi sebesar
1,81 miliar barel dan 0,57 miliar barel. Sisanya sebesar 0,14 miliar barel
terdapat di daerah Papua, Maluku, dan Sulawesi.
Pangsa cadangan minyak bumi Indonesia hanya berkisar 0,5% dari total
cadangan minyak bumi dunia. Dilain sisi, laju konsumsi BBM sebagai
produk hasil olahan terus mengalami peningkatan, sedangkan laju
produksi dalam 18 tahun terakhir terus mengalami penurunan. Hal ini
mengindikasikan bahwa Indonesia rentan terhadap perubahan kondisi
global yang dapat berpengaruh pada ketahanan energi nasional sebagai
Sumber : Kementerian ESDM, diolah oleh DEN, 2013
Gambar 1.5. Sumber Daya Minyak dan Gas Bumi
Cadangan gas bumi nasional tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Total cadangan gas bumi pada tahun 2012 sebesar 150,39 TSCF,
dimana cadangan terbukti berkisar 101,54 TSCF, sedangkan cadangan
potensial berkisar 48,85 TSCF. Dibandingkan dengan tahun
sebelumnya, cadangan gas bumi nasional mengalami penurunan
berkisar 0,2% akibat dari laju produksi pertahun yang tidak dapat
diimbangi oleh penemuan cadangan baru. Total cadangan gas bumi
pada tahun 2012 berkisar 150,7 TSCF, artinya terjadi penurunan sekitar
0,2% atau sebesar 0,31 TSCF pada tahun 2013.
b. Batubara
Cadangan batubara Indonesia sampai dengan 2013 mencapai sebesar
31,36miliar ton, sedangkan sumber daya batubara mencapai
120,53miliar ton dengan rincian sumberdaya terukur sebesar 39,45
miliar ton, terindikasi sebesar 29,44 miliar ton, tereka sebesar 32,08
miliar ton dan hipotetik sebesar 19,56 miliar ton. Jika melihat tingkat
produksi batubara yang mencapai 449 juta ton, dan apabila diasumsikan
bahwa tidak ada peningkatan cadangan terbukti, maka produksi
batubara diperkirakan dapat bertahan dalam jangka waktu 70 tahun
mendatang.
CADANGAN MINYAK BUMI (MMSTB)
TERBUKTI (Proven) = 3.692,49 POTENTIAL (Potential) = 3.857,31 TOTAL = 7.549,81
CADANGAN GAS BUMI (TSCF) TERBUKTI (Proven) = 101,54 POTENTIAL (Potential) = 48,85 TOTAL = 150,39
CADANGAN MINYAK BUMI (MMSTB) CADANGAN GAS BUMI (TSCF) 8.06
Comment [L1]: Angka baru dari Handbook yg sudah dipublish
Comment [L2]: Angka baru dari Handbook yg sudah dipublish
Comment [L3]: Ini kalau dijumlahin =120.53.
Comment [L4]: Angka baru dari Handbook yg sudah dipublish
Comment [L5]: Pembagian 31360
Pemerintah perlu mendorong peningkatan eksplorasi dan teknologi
untuk meningkatkan status sumberdaya menjadi cadangan melalui
pemberian insentif serta menciptakan regulasi yang dapat mengatasi
hambatan dalam investasi di bidang eksplorasi batubara. Dikhawatirkan,
jika permasalahan ini tidak diselesaikan, maka Indonesia akan berbalik
menjadi importir batubara mengingat kebutuhan dalam negeri yang
semakin meningkat.
Secara global, cadangan batubara Indonesia hanya sebesar 0,8% dari
total cadangan batubara dunia (BP Statistical Review). Namun Indonesia
merupakan pengekspor batubara terbesar, dimana hampir 79,5%
produksi batubara untuk keperluan ekspor.
Sumber : Kementerian ESDM, diolah oleh DEN, 2013
Gambar 1.6. Sumber Daya Batubara
ENERGI BARU TERBARUKAN
Total potensi panas bumi Indonesia mencapai 28.910 MW yang terdiri atas
cadangan dan sumber daya yang tersebar di 312 lokasi (93 di Sumatera, 71
di Jawa, 12 di Kalimantan, 70 di Sulawesi, 33 di Bali dan Nusa Tenggara, 33
Potensi tenaga hidro di Indonesia yang tersedia saat ini mencapai 75.000
MW yang tersebar di seluruh wilayah kepulauan Indonesia. Sampai dengan
saat ini, kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga air(termasuk
PLT-Minihidro dan PLT-Mikro Hidro) mencapai 7.573 MW. Hampir seluruh
waduk di Indonesia merupakan bagian dari pembangkit listrik tenaga air
yang berumur relatif tua, dimana terbatasnya anggaran perawatan,
kurangnya kepedulian dari Pemerintah, dan masyarakat menyebabkan
terjadinya sedimentasi waduk yang dapat mengurangi produksi listrik
mencapai 30% dari produksi normalnya.
Potensi biomassa mencapai 32.654 MW, dengan kapasitas terpasang 1.716
MW yang berasal dari tanaman pangan, perkebunan dan hewan yang
potensial untuk dikembangkan. Sedangkan untuk energi terbarukan lainnya
seperti energi surya, energi angin, energi laut dan uranium memiliki potensi
untuk di kembangkan di masa mendatang. Sumberdaya energi surya
sebesar 4,80 KWh/M2/day, sedangkan energi angin sebesar 3-6 m/s, energi
laut sebesar 49 GW dan potensi listrik dari uranium sebesar 3.000 MW,
terlihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Sumber Daya Energi Baru Terbarukan
Sumber : Kementerian ESDM, diolah kembali oleh DEN, 2013
*) Sebagai pusat penelitian, non-energi(Pilot Project)
**) Hanya di Kalan –Kalimantan Barat
***) Sumber: Dewan Energi Nasional
****) Prototype BPPT
PERMASALAHAN
Kondisi pengelolaan energi Indonesia masih belum menunjukkan peningkatan
tantangan yang dihadapi sektor energi saat ini diantaranya adalah
ketergantungan pada energi fosil yang masih cukup tinggi, harga energi yang
belum terjangkau, penggunaan energi yang belum efisien dan keterbatasan
infrastruktur.
a. Ketergantungan Pada Energi Fosil Yang Masih Cukup Tinggi
Ketergantungan yang besar terhadap minyak bumi, disebabkan masih
adanya kebijakan pemerintah tentang subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM)
yang menjadikan harga BBM menjadi murah, sehingga masyarakat pengguna
energi sulit untuk beralih kepada jenis bahan bakar lainnya. Kondisi ini akan
berdampak pada impor minyak bumi dan BBM yang semakin tinggi,dimana
permasalahan lain akan timbul dikarenakan kompetisi dan kesulitan untuk
mendapatkannya. Penggunaan BBM juga dapat berdampak kepada
ketahanan energi dan perubahan iklim.
b. Harga Energi Yang Belum Mencapai Harga Keekonomian
Pemberian subsidi dimaksudkan untuk membantu masyarakat agar dapat
mengkonsumsi energi yang diperlukan guna mendukung kegiatan
sosial-ekonomi mereka. Pertumbuhan persosial-ekonomian nasional masih sangat
tergantung kepada bahan bakar fosil. Kondisi ini sangat didukung dengan
adanya pemberian subsidi harga BBM. Di lain sisi ketergantungan pada
energi fosil ini juga akan berdampak pada inflasi, yang disebabkan oleh
ketidakstabilan harga minyak bumi.
Harga energi yang sesuai dengan keekonomian akan meningkatkan
kesadaran masyarakat terhadap nilai energi, yang akan mendorong
penghematan di dalam pemanfaatannya.
c. Penggunaan Energi Yang Belum Efisien
Sejalan dengan meningkatnya laju pembangunan dan pola kualitas hidup
masyarakat, konsumsi energi di Indonesia terus mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun. Peningkatan terjadi hampir di semua sektor yang mencakup
sektor industri, transportasi, komersial dan rumah tangga. Selama ini
konsumsi energi final Indonesia masih didominasi oleh BBM.
Selama kurun waktu 10 tahun kebelakang terjadi in-efisiensi dalam
energi menjadi energi final, serta terjadi nya rugi-rugi (losses) selama proses
transmisi dan distribusi energi,khususnya energi listrik.
d. Infrastruktur Energi Yang Terbatas
Saat ini Infrastruktur energi masih sangat terbatas, yang menyebabkan
proses penyediaan dan pendistribusian energi menjadi terhambat.
Keterbatasan infrastruktur ini dapat mengakibatkan pasar dalam negeri
menjadi kurang menarik bagi investasi di berbagai sektor, yang dapat
berakibat pada pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah menjadi
terhambat. Diharapkan kedepan nya prioritas pembangunan infrastruktur
BAB II
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGI
2.1. Visi dan Misi
Dalam melaksanakan tugas Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional
mendukung Visi, Misi dan Program Pemerintah yang dituangkan dalam bentuk
program operasional, sasaran kebijakan dan strategi. Adapun Visi Presiden
dan Wakil Presidenadalah :“Terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong royong”, dengan Misi Presiden dan Wakil Presiden, adalah:
1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,
menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumberdaya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan dan demokratis
berlandaskan negara hukum
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jatidiri sebagai
negara maritim
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan
sejahtera
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
Dalam upaya menterjemahkan Visi dan Misi tersebut, disusun Nawacita atau 9
1. Menghindarkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman pada seluruh warga negara.
2. Membuat Pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola
Pemerintah yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah
dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan
hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik
8. Melakukan revolusi karakter domestik
9. Memperteguh ke-bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
Dari Nawacita tersebut yang berkaitan langsung dengan sektor energi adalah
agenda prioritas ke-7 yaitu “mewujudkan kemandirian ekonomi dengan
menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik”, yang terdiri dari:
Membangun kedaulatan pangan
Mewujudkan kedaulatan energi
Mewujudkan kedaulatan keuangan
Mendirikan Bank Petani/Nelayan dan UMKM termasuk gudang dengan
fasilitas pengolahan paska panen di tiap sentra produksi tani/nelayan.
Mewujudkan penguatan teknologi melalui kebijakan penciptaan sistem
inovasi nasional
Untuk mewujudkan Visi dan Misi Presiden terkait sektor energi khususnya,
Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional ESDM secara operasional dalam
bentuk konkrit yang tercermin dalam tujuan, sasaran, kebijakan dan strategi.
Tujuan yang ingin diwujudkan oleh Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional
selama periode 5 (lima) tahun adalah :
1. Terwujudnya perumusan kebijakan di bidang energi yang bersifat lintas
sektor, penyusunan perencanaan energi, penyelenggaraan hubungan
kemasyarakatan dan persidangan Dewan Energi Nasional.
2. Terwujudnya perumusan identifikasi dan penetapan langkah-langkah
penanggulangan kondisi krisis dan darurat energi serta pengawasan
pelaksanaan kebijakan di bidang energi yang bersifat lintas sektor.
3. Terwujudnya pengelolaan administrasi umum untuk mendukung
pelaksanaan tugas Dewan Energi Nasional.
Adapun sasaran strategis dan indikator kinerja sebagaimana pada tabel
berikut:
Tabel 1.2. Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja
Sebagaimana diketahui bahwa Tujuan adalah merupakan suatu kondisi
yang ingin diwujudkan dalam kurun waktu 5 tahun kedepan sesuai dengan
masing-masing tujuan memiliki sasaran dan indikator kinerja yang harus
dicapai melalui strategi yang tepat serta juga harus dapat menjawab
tantangan permasalahan.
TUJUAN 1 - Terwujudnya perumusan kebijakan di bidang energi yang bersifat lintas sektor, penyusunan perencanaan energi, penyelenggaraan hubungan kemasyarakatan dan persidangan Dewan Energi Nasional
Tujuan ini merupakan pelaksanaan tugas Dewan Energi Nasional dalam
penyiapan rumusan kebijakan energi nasional dan penetapan Rencana
Umum Energi Nasional (RUEN). Sebagaimana diketahui bahwa Kebijakan
Energi Nasional telah ditetapkan pada tanggal 17 Oktober 2014 melalui
Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014. Akan tetapi tugas dari
Dewan Energi Nasional tidak hanya selesai dengan telah diselesaikannya
Kebijakan Energi Nasional (KEN), karena harus ditindaklanjuti dengan
menyelesaikan beberapa penyiapan rumusan kebijakan energi
sebagaimana yang diamanatkan didalam KEN. Sedangkan tugas ke-dua
DEN adalah menetapkan Rencana Umum Energi Nasional, dimana terkait
dengan tugas ke-dua ini, Setjen DEN melaksanakan tugas penyiapan
bahan perencanaan energi lintas sektor sebagai bahan masukan dalam
proses penetapan dan review RUEN. Disamping itu juga sebagaiman
fungsi dari Setjen DEN juga melakukan pendampingan dalam penyusunan
Rencana Umum Energi Daerah (RUED).
Sesuai dengan Pasal 19 ayat 1 dan 2, Peraturan Presiden Nomor 26
Tahun 2008 tentang Pembentukan Dewan Energi Nasional dan Tata Cara
Penyaringan Calon Anggota DEN, bahwa DEN melakukan persidangan
secara berkala, baik pelaksanaan Sidang Anggota maupun Sidang
Paripurna. Pelaksanaan Sidang Anggota dilaksanakan minimal 2 bulan
sekali atau sewaktu-waktu jika diperlukan. Sedangkan Sidang Paripurna
dilaksanakan minimal 2 kali dalam setahun. Untuk menyiapkan dan
memperlancar pelaksanaan tugas persidangan DEN diperlukan strategi
Untuk mencapai Tujuan 1, Setjen DEN menetapkan sasaran strategis
sebagai berikut :
1. Menyiapkan bahan untuk perumusan kebijakan energi lintas sektor
sesuai Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi
2. Menyiapkan bahan penetapan dan review Rencana Umum Energi
Nasional (RUEN)
3. Menyusun Outlook Energi Indonesia
4. Meningkatkan layanan humas dan persidangan DEN
TUJUAN 2 - Terwujudnya perumusan identifikasi dan penetapan langkah-langkah penanggulangan kondisi krisis dan darurat energi serta pengawasan pelaksanaan kebijakan di bidang energi yang bersifat lintas sektor.
Tujuan ini merupakan pelaksanaan tugas DEN yang ke-3 yaitu
menetapkan langkah-langkah penanggulangan kondisi krisis dan darurat
energi, dan tugas ke-4 : mengawasi pelaksanaan kebijakan di bidang
energi yang bersifat lintas sektor.
Dengan telah diselesaikannya Kebijakan Energi Nasional, maka tugas
pengawasan kebijakan energi akan semakin besar. Khususnya dalam
mengawasi substansi yang terkandung di dalam KEN. Hal ini akan
bertambah lagi dengan telah ditetapkannya RUEN yang merupakan
penjabaran dari KEN.
Adapun pokok-pokok dalam penetapan langkah-langkah kondisi krisis dan
darurat energi adalah sebagai berikut :
a. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral akan diberi kewenangan
untuk menetapkan kriteria teknis operasional kondisi krisis dan darurat
energi, untuk jenis energi yang dikonsumsi oleh publik secara nasional
yaitu Bahan Bakar Minyak, Tenaga Listrik, LPG dan Gas Bumi.
b. Kriteria kondisi krisis dan darurat energi yang berdampak skala
nasional mengikuti ketentuan dalam Pasal 6 ayat (3) Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2007 yaitu terganggunya fungsi pemerintahan,
penetapannya dilakukan oleh Dewan Energi Nasional dimana Presiden
sebagai Ketua.
c. Pemerintah wajib melakukan tindakan penanggulangan kondisi krisis
dan darurat energi sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 6 ayat (3)
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007.
d. Pemerintah Daerah diminta untuk mengalokasikan anggaran tersendiri
yang menjadi kewajibannya apabila terjadikondisi krisis dan darurat
energi, untuk antara lain melakukan tindakan koordinasi, perbaikan
sarana dan prasarana sebatas yang menjadi tanggungjawabnya.
e. Badan usaha energi diwajibkan menyediakan anggaran tersendiri
untuk penyediaan energi dalam rangka menanggulangi kondisi krisis
dan darurat energi di wilayah usahanya.
Untuk lebih jelasnya mengenai mekanisme penetapan kondisi krisis energi
dapat dilihat pada gambar 4.1 pada di bawah ini :
Disamping 4 tugas utama DEN, terdapat satu tugas lainnya sebagaimana
ketentuan pasal 5 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang energi,
yaitu pengaturan mengenai cadangan penyangga.
Untuk mencapai tujuan 2, Sasaran strategis yang ditetapkan adalah
sebagai berikut :
1. Menyiapkan rumusan langkah-langkah penanggulangan kondisi krisis
dan darurat energi.
2. Melaksanakan Pengawasan dan menyiapkan rekomendasi hasil
pengawasan pelaksanaan kebijakan di bidang energi.
3. Menyelesaikan rumusan kebijakan cadangan penyangga energi
nasional
TUJUAN 3 - Terwujudnya pengelolaan administrasi umum untuk mendukung pelaksanaan tugas Dewan Energi Nasional.
Untuk memperlancar pelaksanaan tugas Setjen Dewan Energi Nasional
yang berhubungan dengan tugas dan fungsi pelaksanaan tugas DEN,
perlu untuk dilakukan pengelolaan administrasi umum, diantaranya adalah
penerapan manajemen berbasis kinerja, sumber daya manusia,
pengelolaan sistem informasi, peningkatan kapasitas SDM, penyusunan
rancangan peraturan perundang-undangan, serta kerja sama di bidang
energi.
Adapun sasaran strategis untuk mencapai Tujuan 3 adalah Meningkatkan
kualitas pengelolaan administrasi umum, dan kapasitas sumber daya
manusia, kerjasama di bidang energi serta mewujudkan pengelolaan
BAB III
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI
DAN KELEMBAGAAN
3.1. Arah Kebijakan
Arah kebijakan Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional adalah :
a. Mengintensifkan pelaksanaan sosialisasi Kebijakan Energi Nasional;
b. Penetapan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN);
c. Pengawasan pelaksanaan kebijakan di bidang energi yang bersifat lintas
sektoral;
d. Identifikasi pada daerah yang berpotensi mengalami krisis energi;
e. Penyusunan ketentuan mengenai jenis, jumlah, waktu, dan lokasi cadangan
penyangga energi;
f. Pelaksanaan Sidang Anggota DEN dan Sidang Paripurna DEN dapat
dilaksanakan dengan ketentuan yang ada.
g. Penguatan kelembagaan Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional
dalam mendukung kelancaran pelaksanaan tugas Dewan Energi Nasional,
3.2. Strategi
Strategi yang dilakukan dalam mewujudkan arah kebijakan yang diambil adalah
sebagai berikut :
a. Program Sosialisasi KEN dilakukan melalui media massa, dialog dengan
stakeholders yang dilakukan dengan bekerjasama berbagai Perguruan
Tinggi, Instansi Pemerintah Pusat/ Daerah, Organisasi Masyarakat serta
Lembaga Swadaya Masyarakat.
b. Dalam proses Penetapan RUEN, dilakukan penyelarasan dengan substansi
Kebijakan Energi Nasional dan, menjaring pendapat dari berbagai unsur
yang terkait agar semua kepentingan dapat diakomodasikan dalam RUEN.
c. Pengawasan pelaksanaan kebijakan di bidang energi yang bersifat lintas
sektoral dilakukan dengan berpedoman pada target – target yang tercantum
d. Identifikasi pada daerah yang berpotensi mengalami krisis energi dilakukan
dengan memetakan permasalahan – permasalahan di bidang keenergian di
berbagai daerah.
e. Penyusunan ketentuan mengenai jenis, jumlah, waktu, dan lokasi cadangan
penyangga energi dilakukan dengan melibatkan stakeholders terkait.
f. Pelaksanaan Sidang Anggota DEN dan Sidang Paripurna DEN dilakukan
dengan penyiapan bahan materi sidang dan berkoordinasi dengan instansi
terkait.
g. Penguatan kelembagaan Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional
dilakukan dengan, dilakukan reorganisasi Sekretariat Jenderal DEN,
rekruitmen SDM yang berkualitas serta penyediaan sarana dan prasarana
yang memadai.
3.3. Kerangka Regulasi
Untuk mendukung kebijakan dan strategi Sekretariat Jenderal DEN, perlu
didukung oleh peraturan perundang-undangan baik berupa Undang-undang,
Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, dan Peraturan Dewan Energi
Nasional. Beberapa peraturan-perundangan yang direncanakan untuk
diselesaikan pada periode 5 tahun kedepan, antara lain:
1. Pengaturan mengenai Rencana Umum Energi Nasional, sebagai
penjabaran dari Kebijakan Energi Nasional
2. Pengaturan mengenai perubahan organisasi Sekretariat Jenderal DEN,
yang saat ini dirasa sudah sangat mendesak, mengingat tugas dan fungsi
pengaturan pengelolaan energi nasional
3. Pengaturan mengenai Pedoman Penetapan langkah-langkah
penanggulangan krisis dan darurat energi
4. Pengaturan tentang tata cara/pedoman pengawasan pelaksanaan
kebijakan energi yang bersifat lintas sektor
5. Pengaturan pengelolaan energi lainnya sebagaimana yang tertuang di
dalam Kebijakan Energi Nasional.
3.4. Kerangka Kelembagaan
KONDISI SAAT INI
Setjen DEN merupakan unsur pembantu DEN, yang secara fungsional berada
di bawah dan bertanggung jawab kepada DEN dan secara administratif
bertanggung jawab kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Menteri
ESDM). Setjen DEN dipimpin oleh seorang Sekretaris Jenderal (selanjutnya
disebut Sekjen). Tugas Setjen DEN adalah memberikan dukungan teknis dan
administratif kepada DEN serta fasilitasi kegiatan Kelompok Kerja. Berikut
adalah struktur organisasi Setjen DEN saat ini :
Dalam melaksanakan tugasnya, Sekjen, Kepala Biro, Kepala Bagian dan
Kepala Subbagian serta pejabat lainnya, saling menerapkan prinsip koordinasi,
integrasi dan sinkronisasi baik di lingkungan Setjen DEN maupun dengan
instansi lain sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing. Setiap pimpinan
mengkoordinasikan bawahannya masing-masing serta arahan bagi
pelaksanaan tugas bawahannya.
Namun demikian, masih terdapat satuan organisasi yang ruang lingkupnya
tidak dipisahkan antara yang sifatnya administratif (supporting) maupun teknis
(core). Hal ini disebabkan adanya keterbatasan lingkup tugas sehingga ada
satuan organisasi yang belum dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara
optimal. Mengingat lingkup tugas dan fungsi Setjen DEN dalam memberikan
dukungan teknis dan administratif kepada DEN, maka perlu melakukan
pemetaan pola struktur organisasi agar terdefinisi dengan baik. Pemetaan serta
penyusunan pola struktur yang belum terdefinisi dengan baik membawa
konsekuensi terhadap fungsi yang ada, terutama yang masuk dalam kategori
tugas dukungan teknis terbatas hanya pada kegiatan fasilitasi, namun dalam
pelaksanaannya dituntut untuk menyiapkan bahan-bahan yang telah diolah
untuk pengambilan keputusan DEN. Sebagai contoh, pada Biro Fasilitasi
Kebijakan Energi dan Persidangan, melaksanakan tugas administrasi dan
tugas teknis keenergian yang dilaksanakan dalam 1 (satu) Biro, yaitu tugas
teknis terkait perumusan kebijakan energi dan perencanaan energi nasional
juga melakukan tugas adminstrasi dalam rangka koordinasi pelaksanaan
persidangan, kehumasan, keprotokolan dan dokumentasi.
Selain itu masih adanya tumpang tindih tugas dan fungsi dari unit kerja, yang
pada akhirnya dapat berpotensi sebagai sumber masalah dikemudian hari
(misalnya terkait tugas dan fungsi perencanaan serta monitoring evaluasi yang
dilakukan oleh satu biro yang sama). Hal ini juga berkaitan dengan peran
pengawasan serta tanggung jawab dari tiap unit kerja dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya. Dengan pemetaan serta terdefinisinya penyusunan pola
struktur organisasi Setjen DEN dengan baik, diharapkan masalah-masalah
terkait hal tersebut dapat teratasi serta koordinasi dari setiap unit kerja dapat
dilaksanakan dengan baik.
KONDISI YANG DIHARAPKAN
Sekretariat Jenderal DEN diharapkan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun
kedepan dapat mempunyai peran dan posisi bukan hanya sebagai supporting
unitsaja, namun dapat juga berperan sebagai “think tank”serta berperan dalam
ini akan membawa konsekuensi, bahwa struktur organisasi yang ada sekarang
harus disesuaikan, mengingat struktur organisasi saat ini belum memadai untuk
menjalankan peran tersebut.
Dalam rangka mendukung kegiatan fasilitasi terhadap pelaksanaan tugas DEN
sekaligus menjalankan perannya sebagai lembaga think tank, diperlukan
adanya penambahan sejumlah fungsi penting dalam organisasi seperti data
dan informasi, pusat kajian, cadangan penyangga energi serta kerja sama. Hal
ini sangat penting, mengingat posisi strategis dari Setjen DEN dalam
membantu tugas DEN yang bersifat lintas sektoral. Dengan kata lain,
dibutuhkan unit atau satuan organisasi yang secara eksplisit bertanggung
jawab terhadap fungsi sebagaimana tersebut di atas.
Khusus untuk kerja sama terdapat 2 (dua) aspek penting yaitu :
a. pemberian dukungan teknis dan administrasi serta analisis dalam
penyelenggaraan hubungan dengan lembaga negara, lembaga daerah,
lembaga non struktural, lembaga swadaya masyarakat, dan organisasi
kemasyarakatan;
b. penyelenggaraan koordinasi pelaksanaan kerja sama di bidang energi
antara pemerintah Indonesia dengan pihak luar negeri.
Selain itu, penyelenggaraan dalam rangka kerja sama juga sudah
dilaksanakan, hal ini dapat tergambar dari beberapa aktivitas kerja sama yang
dilakukan terkait dengan pelaksanaan dari Keputusan Menteri ESDM Nomor
2522 K/05/MEM/2015 tentang Unit Koordinator (Focal Point) Penanganan
Forum Dialog/Kerja Sama Luar Negeri di Lingkungan KESDM, dimana Setjen
DEN merupakan unit koordinator forum dialog/kerja sama sebagai berikut:
1. Asia Cooperation Dialogue (ACD) Energy Forum;
2. Regional Energy Policy and Planning Sub Sector Network (REPP-SSN);
3. ASEAN + 3 Energy Policy Governing Group (EPGG);
4. Energy Charter (EC);
5. World Summit on Sustainable Development (WSSD/CSD); dan
6. Indonesia-Swedia
Dengan penambahan sejumlah fungsi tersebut di atas, diharapkan Setjen DEN
dapat menjalankan perannya bukan hanya sebagai supporting unit, melainkan
BAB IV
TARGET KINERJA DAN PENDANAAN
Untuk mencapai tujuan dan sasaran kinerja Setjen DEN maka dibutuhkan
target kinerja yang sudah ditetapkan khususnya untuk 5 tahun kedepan. Target
Kinerja ini merupakan Indikator Kinerja Utama (IKU) Setjen DEN yang akan
harus dicapai. Pada renstra ini target kinerja telah ditetapkan sesuai dengan
perecanaan dan perkiraan yang telah dibuat selama tahun 2015-2019,
sehingga kemungkinan besar akan terdapat perubahan perencanaan pada
tahun berjalan seiring dengan penetapan APBN dan APBN-P.
4.1. Target Kinerja
Target kinerja merupakan Indikator Kinerja Utama (IKU) yang harus dicapai
oleh Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional. Pada dokumen Renstra ini,
target kinerja telah ditetapkan berdasarkan perencanaan dan perkiraan yang
dibuat pada periode tahun 2014/2015, sehingga tidak menutup kemungkinan
dalam pelaksanaannya terdapat perubahan sesuai dengan penetapan APBN
tahun berjalan, Rencana Umum Energi Nasional serta dokumen perencanaan
lainnya.
Tabel 1.3 Target Kinerja 2015-2019
PROGRAM SASARAN
INDIKATOR KINERJA
UTAMA (IKU) / TARGET
INDIKATOR KINERJA
KEGIATAN (IKK) 2015 2016 2017 2018 2019
1 2 3 4 5 6 7 8
PROGRAM DUKUNG MANAJEMEN DAN
PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS
Terwujudnya fasilitasi perumusan kebijakan energi lintas sektor, bahan penetapan
1 Presentase (%) kelancaran kegiatan fasilitasi perumusan dan implementasi kebijakan energi nasional
PROGRAM SASARAN lintas sektor dan daerah dalam rangka perumusan kebijakan energi
1 1 1 1 1
b. Pembahasan isu-isu energi, evaluasi kebijakan energi lintas sektor
1 1 1 1 1
c. Melaksanakan kajian kebijakan energi lintas sektor
4 3 4 4 4
d. Penyelenggaraan dialog energi
1 1 1 1 1
e. Melaksanakan dan memfasilitasi energi nasional
1 1 1 1 1 pengguna energi
PROGRAM SASARAN
d. Menyusun kajian terkait dan raker dengan DPR
1 1 1 1 1
b. Menyiapkan dokumentasi pelaksanaan dan hasil sidang serta kegiatan DEN lainnya
1 1 1 1 1
c. Menyelenggaraka n kegiatan yang terkait dengan kebijakan energi
1 1 1 1 1
4 Persentase (%) publikasi isu keenergian
PROGRAM SASARAN n kegiatan yang terkait dengan lintas sektor
4 4 4 4 4
c. Menyiapkan publikasi kegiatan DEN serta hasil dari tugas dan fungsi DEN dalam berbagai bentuk (buku/ majalah/ jurnal/ leaflet/ digital file)
1 2 2 2 2 kondisi krisis dan darurat energi kondisi krisis dan darurat energi
100% 100% 100% 100% 100%
b. Pengembangan Pemetaan Penanggulangan Krisis Energi
1 1 1 1 1 Energi Nasional
PROGRAM SASARAN kondisi krisis dan darurat energi
PROGRAM SASARAN
Barang dan Jasa 156 Unit/ 400M2
1 1 1 1
4.2. Pendanaan
Untuk mencapai tujuan dan sasaran Sekretariat Jenderal DEN, didukung oleh
dan kegiatan yang ada di lingkungan Sekretariat Jenderal DEN. Adapun rencana
pendanaan program adalah sebagaimana pada tabel 1.4
Tabel 1.4 Kebutuhan Anggaran 2015-2019
PROGRAM SASARAN
INDIKATOR KINERJA sektor dan daerah dalam rangka perumusan kebijakan energi
599 574 660 759 873 Energi Nasional
695 601 691 794 914 energi nasional
PROGRAM SASARAN energi daerah dan sektor pengguna Negeri dan Luar Negeri dan raker dengan DPR hasil sidang serta kegiatan DEN lainnya
PROGRAM SASARAN n kegiatan yang terkait dengan kebijakan energi
9.431 855 984 1.131 1.301 n kegiatan yang terkait dengan lintas sektor
1.862 3.279 3.770 4.336 4.986
c .
Menyiapkan publikasi kegiatan DEN serta hasil dari tugas dan fungsi DEN dalam berbagai bentuk kondisi krisis dan darurat energi kondisi krisis dan darurat energi
5.933 3.375 3.881 4.463 5.133 Krisis dan Darurat Energi
PROGRAM SASARAN Krisis Energi
1.249 650 748 860 989
c .
Kajian
Penanggulangan Krisis dan Darurat Energi Ketahanan Energi Nasional kondisi krisis dan darurat energi
1,203 1,825 2,099 2,414 2,776
a .
Identifikasi Daerah Berpotensi Krisis energi yang bersifat lintas sektoral Energi Fosil yang Bersifat Lintas Sektoral
PROGRAM SASARAN Barang dan Jasa
BAB V
PENUTUP
Rencana Strategis Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional disusun
berdasarkan Rencana Strategis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
2015 - 2019 dan berpedoman dari hasil pembahasan bersama dilingkungan
Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional serta memperhatikan potensi dan
permasalahan Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional yang kemudian
dituangkan kedalam Rencana Strategis Sekretariat Jenderal Dewan Energi
Nasional yang didalamnya memuat Visi, Misi, Kebijakan dan Strategi serta
Program dan Kegiatan. Selanjutnya diharapkan Rencana Strategis Sekretariat
Jenderal Dewan Energi Nasional ini dapat digunakan sebagai acuan dan
pedoman dalam penyusunan rencana kerja/program Sekretariat Jenderal
DewanEnergi Nasional Tahun 2015 - 2019.