• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosiding Seminar Inovasi Teknologi Pertanian 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prosiding Seminar Inovasi Teknologi Pertanian 2012"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN TERHADAP KEBERLANJUTAN KETERSEDIAAN PAKAN SAPI BALI DI BALI

I Made Rai Yasa dan I N Adijaya Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali

ABSTRAK

Keberlanjutan pengembangan ternak pada suatu wilayah ditentukan oleh ketersediaan pakan, yang terkait dengan tata guna lahan. Pada saat ini sektor pertanian di Bali terkendala oleh beberapa factor antara lain tingginya alih fungsi lahan.Terkait dengan permasalahan tersebut, dilakukan penelitian untuk mengetahui dampak alih fungsi lahan terhadap keberlanjutan ketersediaan pakan sapi Bali di Bali. Karena permasalahan pakan merupakan permasalahan kompleks dan dinamis, maka model disusun dengan pendekatan sistem dinamik. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli sampai Nopember 2011, menggunakan software Powersim Constructor versi 2.5d. Hasil penelitian menunjukkan, apabila tidak dilakukan perubahan kebijakan, luas sawah berpotensi menyusut dari 80.997 ha menjadi 63.641 ha pada tahun 2034, hutan menyusut dari 123.120 ha menjadi 120.077, perkebunan dari 122.780 menjadi 102.049 ha, namun luas lahan kering meningkat dari 197.006 ha menjadi 240.970 ha dan lahan lainnya meningkat dari 39.763 ha menjadi 45.880 ha. Sebagai dampaknya persentase kecukupan pakan sapi di Bali sampai tahun 2034 akan menurun dari 108% (tahun 2009) menjadi 77%, dan kecukupan pakan 100% (produksi sama dengan konsumsi) terjadi pada tahun 2014, yakni pada saat populasi sapi mencapai 777.859 ekor (betina muda 94.042 ekor, godel betina 105.316 ekor, godel jantan 113.439 ekor, induk 242.366 ekor, jagiran 103.300 ekor dan jantan muda 119.397 ekor).Melalui optimalisasi pemanfatan limbah Apabila tidak dilakukan perubahan kebijakan, persentase kecukupan pakan sapi di Bali pada tahun 2034 akan menjadi 77%.Untuk menutupi kekurangan pakan tersebut, dapat dilakukan dengan mengoptimalkan pemanfaatan limbah kakao hingga 80%, limbah kopi hingga 60%, dan jerami padi hingga 60% dari potensi yang tersedia.

Kata kunci: alih fungsi lahan, ketersediaan pakan, sapi Bali, sistem dinamik

PENDAHULUAN

Bali merupakan salah satu pemasok sapi potong untuk pasar Jakarta. Berdasarkan Peraturan Gubernur Bali No. 41 tahun 2006, yang diberlakukan sampai tahun 2008, jumlah sapi Bali yang diizinkan untuk diantarpulaukan sebanyak 75.000 ekor/tahun. Selanjutnya mulai tahun 2009, dengan alasan keseimbangan populasi, izin pengeluaran sapi Bali diturunkan menjadi 55.000 ekor (Bisnis bali.com 2009), padahal menurut Gubernur Bali Made Mangku Pastika, permintaan sapi Bali untuk pasar Jakarta rata-rata 200.000 ekor per tahun (Kompas.com 2009).

Pada saat ini usaha peningkatkan populasi sapi di Bali, terkendala oleh beberapa factor antara lain tingginya alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian. Lahan pertanian khususnya sawah, dari tahun 1995 hingga 2008 menyusut rata-rata 0,7 % atau seluas 639 Ha (BPS Bali 1995; BPS Bali 2009) untuk sector industry khususnya pariwisata, pemukiman dan jasa (Tisna, 2002). Selain sawah, luas hutan, perkebunan dan lahan kering juga mengalami perubahan.

Menurut Yusdja dan Ilham (2006), program pengembangan ternak pada suatu wilayah, keberlanjutannya ditentukan oleh ketersediaan pakan. Di sisi lain, produksi pakan ditentukan antara lain oleh tata guna lahan luas tanam, baik itu tanaman pangan maupun perkebunan. Pada saat ini usaha peningkatkan populasi sapi di Bali, terkendala oleh beberapa factor antara lain tingginya alih fungsi lahan, baik dari pertanian ke non pertanian maupun keperuntukan lainnya. Karena permasalahan kecukupan pakan merupakan permasalahan yang kompleks dan dinamis, yakni untuk produksi terkait dengan perubahan tataguna lahandan jenis tanaman serta kebutuhan pakan terkait dengan populasi ternak, maka model disusun dengan pendekatan sistem dinamis. Melalui metode ini diharapkan dapat dibangun model penyediaan pakan yang berkelanjutan sejalan dengan Heitschmidt

(2)

BAHAN DAN METODA

Penelitian dilaksanakan di Bali dari bulan Juli sampai Nopember 2011. Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sistem, dengan Software untuk melakukan simulasi model adalah Powersim Constructor versi 2.5d. Parameter yang dianalisis adalah parameter produksi dan kebutuhan pakan aktual sebagai dasar untuk menyusun skenario kebijakan. Untuk mempermudah penyusunan model, model dibagi ke dalam dua sub model, yaitu sub model produksi dan sub model kebutuhan pakan. Sub model produksi pakan disusun untuk menganalisis komponen-komponen yang terkait dengan sub sistem produksi pakan, demikian juga untuk sub model konsumsi.Simulasi data untuk model ini disusun dengan jangka waktu 25 tahun (jangka panjang).

Tingkat validitas model, baikterhadap sub model produksi maupun konsumsi pakan, dianalisis dengan metode Mean Absolut Percentage Error (MAPE) sesuai dengan Hauke et al. (2001). Data-data yang divalidasi adalah data populasi ternak, tataguna lahan, data luas tanam komoditas pertanian dan perkebunan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis sistem, teridentifikasi model usahatani ternak sapi di Bali adalah model integrasi antara tanaman dengan ternak. Sub model produksi pakan terkait dengan tata guna lahan dan luas tanam, sedangkan untuk sub model kebutuhan pakan terkait dengan dinamika populasi sapi Bali (induk, godel, jagiran, jantan muda dan betina muda) yang bersifat dinamis (Gambar 1).

Gambar 1. Diagram causal loop model produksi dan kebutuhan pakan sapi Bali di Bali.

Populasi

Pakan limbah Pakan bukan limbah

(3)

Sub Model Dinamika Tata Guna Lahan dan Produksi Pakan

Sub model ini disusun untuk menganalisis dampak perubahan tataguna lahan terhadap dinamika produksi pakan dalam jangka panjang di Bali. Data-data dan asumsi yang digunakan adalah: a. Data tataguna lahan dan luas tanam(tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan) dari tahun

2005 sampai 2009, mengacu pada Bali Dalam Angka 2010 (BPS Bali 2010). b. Data produksi pakan seperti:

a) Jerami jagung menggunakan data primer, yakni 4,67 ton/hadan 6,75 ton/ ha; dengan kandungan bahan kering (BK) mengacu pada Hartadi et all., (1997), yakni 86%.Pemanfaatan jerami jagung pada saat ini sekitar 80%.

b) Jerami padi varietas Ciherang yakni 17,92 ton/hadengan BK 40% (Hartadiet al. 1997), namunbaru termanfaatkan sekitar 50% dari potensi yang ada.

c) Jerami kacang hijau, mengacu pada Purnomo et all,. (1992) dalam Santoso et al.(2004), yakni 0,90 ton/ha.

d) Jerami kacang tanah mengacu pada Yasa dan Adijaya (2004), yakni 4,61 ton/ha BK.

e) Jerami singkong, mengacu padaMuller (1974) dalam Sariubang et all., (2000) yakni 0,9-1,0 ton/ha BK.

f) Limbah mete mengacu pada Guntoro et all., (2002), yakni 19,19 ton/ha dengan BK 17,5%. g) Potensi limbah kopi adalah 42% dari produksi kopi kering/ha (Guntoroet all., 2004). Produksi

kopi di Bali rata-rata 557kg/ha/tahun (Disbun Bali, 2010), dengan demikian potensi limbahnya mencapai 450 kg/ha/tahun; namun pemanfaatannya hanya sekitar 0,1%. Untuk scenario peningkatan produksi pakan, pemanfaatan pakan dari limbah kopi ditargetkan mencapai 50% tahun 2015.

h) Untuk kakao, Suharyanto, et all., (2006) melaporkan bahwa tanaman kakao produktif rata-rata menghasilkan jumlah buah sebanyak 22 buah dengan bobot rata-rata 517,1 gram/buahatau11,38 kg/pohon/tahun. Menurut Guntoro et all., (2008), buah kakao terdiri dari cangkang rata-rata 72,9% dari berat total buah kakao basah. Melalui proses pengeringan diperoleh bahan kering rata-rata 34%. Dengan produksi limbah basah 8,3 kg/pohon/tahun diperoleh sekitar 2,8 kg tepung limbah kakao kering/tahun. Potensi tersebut baru termanfaatkan sebanyak 10% oleh petani di lapangan dalam bentuk segar. Pada Skenario peningkatan produksi pakan, pemanfaatannya dinaikkan menjadi 80% pada tahun 2015.

i) Potensi hijauan per tahun dari masing-masing lahan seperti: 1) sawah yakni dengan perhitungan 5% dari luas lahan dikalikan dengan 3,75 ton, 2) hutan yakni 5% dari luas lahan dikalikan dengan 3,75 ton, 3)tanah kering yakni 5% dari luas lahan dikalikan dengan 3,75 ton, 4) perkebunan yakni 5% dari luas lahan dikalikan dengan 3,75 ton ), dan 5) lahanlainnya 1% dikalikan 3,75 ton/tahun, mengacu pada Atmaja (2006). Rumput lapangan mengacu pada Bamualim (2010), berkisar3-6 ton/ha (daerah semi arid).

j) Data luas dan potensi produksi pakan dari rumput yang dibudidayakan, mengacu pada laporan Dinas Peternakan Provinsi Bali (2010) dengan potensi produksi 20 ton bahan kering/ha/tahun (Atmaja, 2006).

Dinamika Tataguna Lahan

Hasil analisis menunjukkan, sebagai dampak dari pelaksanaan pembangunan pada berbagai sektor, perubahan tataguna lahan sepertinya tidak dapat dihindarkan. Luas hutan, luas lahan perkebunan dan sawah berpotensi terus menyusut menjadi tanah kering (tegalan, lahan tadah hujan, permukiman lahan yang belum dimanfaatkan) dan lahan lainnya (jalan, sarana penunjang umum dan lain-lain) seperti terlihat pada Gambar 2. Luas lahan kering berpotensi meningkat dari 197.006 ha (tahun 2009) menjadi 240.970 hektar (tahun 2034) demikian juga untuk lahan lainnya meningkat dari 39.763hektar menjadi 45.880 hektar; sedangkan pada periode yang sama hutan menyusut dari 122.780 hektar menjadi 120.077 hektar, perkebunan menyusut dari 123.120 menjadi 102.049 hektar dan luas sawah dari 80.997 hektar menjadi 63.641 hektar.

(4)

Gambar 2 Dinamika tataguna lahan di Provinsi Bali2009-2034.

Potensi Produksi Pakan Hijauan

Sebagai dampak dari perubahan tata guna lahan (Gambar 2), potensi produksi pakan hijauan diBali secara keseluruhan sedikit meningkat yaitu dari 61.451 ton/tahun menjadi 61.654 ton/tahun. Potensi peningkatan pakan terjadi karena meningkatnya luas lahan kering dan dari lahan lainnya; sedangkan potensi penurunan produksi pakan hijauan berasal dari hutan, sawah dan lahan perkebunan (Gambar 3).

Tanah

Kebun HMT binaan Dinas Peternakan

(5)

Gambar 3 Potensi produksi pakanhijauan di Provinsi Bali 2009-2034.

Potensi Produksi Pakan Dari Limbah Tanaman Pangan dan Perkebunan

Salah satu alternatif untuk penyediaan pakan yang murah dan kompetitif adalah melalui pemanfaatan limbah, seperti limbah pertanian (Mastika 1991). Pemanfaatan limbah untuk pakan tidak terlalu bermasalah bagi sapi Bali, karena daya adaptasinya yang tinggi terhadap lingkungan. Sapi Bali memiliki daya cerna pakan yang baik, yaitu mampu memanfaatkan pakan yang kurang baik, sehingga memiliki sebutan sebagai hewan perintis karena dapat dikembangkan di daerah kering yang sebelumnya tidak terdapat sapi (Martojo 1990). Menurut Noorginayuwati dan Jumberi (1995) dengan mengkombinasikan komoditas tanaman pangan, tanaman tahunan dan ternak akan menjamin produktivitas, pendapatan dan keberlanjutan usahatani.

Potensi produksi pakan dari limbah tanaman pangan juga dinamis sesuai dengan luas tanamnya. Potensi peningkatan produksi limbah berasal dari tanaman jagung, padi, kedelai dan kacang hijau, sedangkan yang berpotensi menurun adalah dari kacang tanah dan ubi jalar (Gambar 4).

Lahan

Lahan sawah Kebun HMT rakyat

Lain_lain,

(6)

Gambar 4 Potensi produksi pakandari limbah pertanian di Provinsi Bali 2009-2034.

Hampir sama dengan limbah pertanian, potensi produksi limbah dari tanaman perkebunan juga dinamis. Potensi produksi limbah mete dan kakao meningkat, sedangkan limbah kopi (Robusta dan Arabika) menurun (Gambar 5). Meskipun potensi limbah perkebunan ini sangat banyak, namun belum dimanfaatkan secara optimal; padahal menurut Guntoro (2008), fermentasi limbah kakao menggunakan Aspergillus nigerdapat meningkatnya kandungan protein kasar dari limbah kakao dari 7,17% pada kakao mentah (sebelum difermentasi) menjadi 16,46% dan menurunkan kandungan serat kasarnya (CF) yaitu dari 22,42% menjadi 14,15%. Demikian juga untuk limbah kulit kopi, dengan fermentasi menggunaka Aspergillus niger, kandungan protein kasar dapat ditingkatkan dari dari 5,81 % menjadi 12,43 % serta menurunkan kandungan serat kasar dari 24,20 % menjadi 17,14 %.

(7)

Gambar 5. Potensi produksi pakandari limbah perkebunan di Provinsi Bali 2009-2034.

Sub Model Kebutuhan dan Kecukupan Pakan

Sub model ini disusun untuk menganalisis potensi peningkatan maupun penurun konsumsi pakan sapi di Bali sebagai dampak dari peningkatan maupun penurunan populasi sapi. Untuk sub sistem ini, data-data dan asumsi yang digunakan adalah :

a. Data populasi sapi Bali tahun 2000-1009 mengacu pada Laporan Cacah Jiwa Ternak di Provinsi Bali dari tahun 2002-2009, yang membagi sapi Bali ke dalam enam kelompok yaitu: 1) Jagiran (sapi Bali jantan berumur 2,5 tahun keatas dan telah dapat digunakan sebagai pejantan), dengan bobot badan rata-rata 335 kg (Pastika dan Darmadja 1976 dalam Sumbung et all., 1978); 2) Jantan muda (sapi Bali jantan berumur antara 1,5-2,5 tahun, belum memiliki gigi seri permanen); dengan bobot rata-rata 261kg (data primer); 3) Godel jantan (anak sapi Bali jantan berumur kurang 1,5 tahun; dengan bobot rata-rata 87,60 kg) (Pastika dan Darmadja 1976 dalam Sumbung

et al. 1978); 4) Induk (sapi Bali betina yang telah bunting atau sudah pernah beranak; dengan bobot rata-rata259 kg) (data primer); 5) Betina muda (sapi Bali betina berumur 1,5-2,5 tahun, belum memiliki gigi seri permanen dan belum pernah bunting; dengan bobot badan rata-rata 187 kg) (data primer); dan 6) Godel betina (anak sapi Bali betina yang berumur kurang dari 1,5 tahun; dengan bobot rata-rata 77,90 kg (Pastika dan Darmadja 1976 dalam Sumbung et all.,1978).

b. Standar kebutuhan pakan mengacu pada Nutrient Research Council (NRC) (1984), yakni ternak sapi paling tidak mengkonsumsi 2,5% pakan dalam bentuk bahan kering (BK) dari bobot badannya.

Hasil analisis menunjukkan, kebutuhan pakan untuk seluruh sapi dari tahun 2009 sampai tahun 2034 berpotensi meningkat dari 1,3 juta ton/tahun menjadi 2,7 juta ton/tahun; namun produksi pakan hanya meningkat dari 1,4 juta ton/tahun menjadi 2,1 juta ton/tahun. Kondisi ini menyebabkan kecukupan pakan menurundari 108% menjadi 77% (Gambar 6). Kecukupan pakan 100% (produksi dan kunsumsi pakan seimbang) terjadi pada tahun 2014. Pada saat itu populasi sapi sebanyak 777.859 ekor, dengan rincian: betina muda sebanyak 94.042 ekor, godel betina 105.316 ekor, godel jantan 113.439 ekor, induk sebanyak 242.366 ekor, jagiran 103.300 ekor dan jantan muda sebanyak 119.397 ekor.Untuk menutupi kekurangan pakan tersebut, dapat diupayakan melalui optimalisasi pemanfaatan limbah perkebunan seperti limbah kakao hingga mencapai 80%, dan limbah kopi (arabika dan robusta) hingga mencapai 60%, pemanfaatan jerami padi hingga mencapai 60%. Jika upaya tersebut terlaksana, berpotensi dapat memenuhi peningkatan kebutuhan pakan sapi sampai tahun 2034 (Gambar 7). Apabila potensi limbah perkebunan dan pertanian khususnya jerami padi dioptimalkan pemanfaatannya mulai tahun 2015, maka persentase kecukupan pakan di Bali dalam jangka panjang berpotensi berkelanjutan, namun harus melalui optimalisasi pola pertanian terintegrasi (optimalisasi pemanfaatan limbah perkebunan seperti kopi dan kakao.

(8)

a. Dinamika produksi dan kebutuhan pakan b. Dinamika kecukupan pakan (%)

Gambar 6. Potensi produksi dan kecukupan pakan sapi pada kondisi aktual di Bali tahun 2009-2034.

a. Dinamika produksi dan kebutuhan pakan b. Dinamika kecukupan pakan

Gambar 6. Potensi produksi dan kecukupan pakan sapi melaui optimalisasi pemanfaatan

limbah perkebunan dan tanaman pangan tahun 2009-2034. Produksi

Produksi pakan aktual Kebutuhan pakan

(9)

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Apabila tidak dilakukan perubahan kebijakan, akan terjadi penyusutan luas sawah dari 80.997 ha (tahun 2009) menjadi 63.641 ha pada tahun 2034, hutan menyusut dari 123.120 ha menjadi 120.077, perkebunan dari 122.780 menjadi 102.049 ha serta terjadi peningkatan lahan kering dari 197.006 ha menjadi 240.970 dan lahan untuk peruntukan lainnya meningkat dari 39.763 ha menjadi 45.880 ha.

2. Kecukupan pakan 100% (produksi dan kunsumsi pakan seimbang) terjadi pada tahun 2014. Pada saat itu populasi sapi sebanyak 777.859 ekor, dengan rincian: betina muda sebanyak 94.042 ekor, godel betina 105.316 ekor, godel jantan 113.439 ekor, induk sebanyak 242.366 ekor, jagiran 103.300 ekor dan jantan muda sebanyak 119.397 ekor.

(10)

DAFTAR PUSTAKA http://www.disbunbali.info/statistik_perkebunan.php. Dinas Perkebunan Provinsi Bali. Denpasar. (Rabu, 2 Nopember 2011).

Dinas Peternakan Provinsi Bali. 2002. Laporan Cacah Jiwa Ternak di Provinsi Bali Tahun 2002. Dinas Peternakan Provinsi Bali. Denpasar.

Dinas Peternakan Provinsi Bali. 2010. Laporan Cacah Jiwa Ternak di Provinsi Bali Tahun 2010. DinasPeternakan Provinsi Bali. Denpasar.

NRC. 1984. Nutrient Requerements of Beef Cattle. 6threv.ed. Nutrient Research Council (NRC). Washington, D.C National Academy Press.

Abdurahman A, B.R. Prawiradiputra, T. Prasetyo, H.M. Toha dan H. Nataatmaja. 1993. Laporan Akhir UACP-FSR. P3HTA. Badan Penelitian dan Pemgembangan Pertanian. Jakarta.

Arsana D. I G K. 2004. Pengkajian Pembuatan Benih Dasar Jagung dan Kacang Tanah. Prosd. Semnas Optimalisasi Pemanfaatan Sumberdaya Lokal Untuk Mendukung Pembangunan Pertanian. Denpasar, 6 Oktober 2004. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor. ;171-175

Atmaja I K G. 2006. Potensi dan Dinamika Populasi Sapi Bali di Bali. Dinas Peternakan Provinsi Bali. Denpasar.

Atman. 2007. Teknologi Budidaya Kacang Hijau (Vignaradiatal.) di Lahan Sawah. Jurnal Ilmiah Tambua, Vol. VI (1): 89-95

Bisnisbali. com. 2009. Tetap Mengacu Pada Keseimbangan Populasi Soal Penentuan Kuota Sapi Antar Pulau (Bisnis Bali). http://www.bisnisbali.com/2009/12/19. (Minggu, 10 Januari 2010) Guntoro S, I M R Yasa dan I A Parwati. 2002. Laporan Hasil Pengkajian Pengolahan Limbah

Perkebunan (kakao dan Kopi) untuk Pakan Ternak dan Pupuk Organik. Balai PengkajianTeknologi Pertanian Bali. Denpasar.

Guntoro S. 2008. Membuat Pakan Ternak Dari Limbah Perkebunan. Penerbit Agromedia. Jakarta. Hartadi H, S. Reksohadiprodjo dan A.D. Tillman. 1997. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia.

Cetakan keempat. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.

Hauke J E, D E Wicharn and A Y Reitch. 2001. Business Forecasting. Practise – Halln Inc. New Jersey.

Heitschmidt R K, R E Short and E EGrings. 1996. Ecosystem, sustainability and animal agriculture. J. Anim. Sci. 74 : 1395-1405.

Kompas.com. 2009. Warga Jakarta Doyan Sapi Bali. http://regional.kompas.com/read/ 2009/12/12/17360312/warga.jakarta.doyan.sapi.bali (Minggu, 10 Januari, 2010).

Mastika IM. 1991. Potensi Limbah Pertanian dan Industry Pertanian Serta Pemanfaatannya Untuk Makanan Ternak. Pidato Ilmiah Pengukuhan Guru Besar Ilmu Makanan Ternak pada Fakultas Peternakan Universitas Udayana. Denpasar.

Sumbung F.P., J.T. Batosamma, B.R. Ronda dan S. Garantjang. 1978. Performans Reproduksi Sapi Bali. Prosd. Seminar Ruminansia, Bogor 24-25 Juli 1978. Direktorat Djedral Peternakan dan Fakultas Peternakan., IPB. Bogor. ;76-78.

Tisna 2002. Pendayagunaan Tanah Dalam Rangka Pembangunan Wilayah Propinsi Bali. Makalah Seminar Nasional. ”Optimalisasi Pemanfaatan Sumber Daya Tanah dan Air yang Tersedia untuk Keberlanjutan Pembangunan, Khususnya di Sektor Pertanian” Denpasar, 6 April 2002. Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Denpasar.

(11)

Yusdja Y dan N Ilham. 2006. Arah Kebijakan Pembangunan Peternakan Rakyat. JAKP 2 (2): 183-203.

Suharyanto, Rubiyo, D.A. Elisabeth, J. Rinaldy danTrisnawati. 2006. LaporanAkhir SUT Kakao. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali. Denpasar.

HASIL DISKUSI

Tanya : Bagaimana struktur lahannya apakah sudah dibagi?

Gambar

Gambar 1. Diagram causal loop model produksi dan kebutuhan pakan sapi Bali di Bali.
Gambar 2 Dinamika tataguna lahan di Provinsi Bali2009-2034.
Gambar 3 Potensi produksi pakanhijauan di Provinsi Bali 2009-2034.
Gambar 4 Potensi produksi pakandari limbah pertanian di Provinsi Bali 2009-2034.
+3

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Nama Paket Pengadaan Kegiatan

Demikian pengumuman dari kami harap

Pengguna Anggaran (PA) Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Ende mengumumkan Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa untuk Pelaksanaan Kegiatan Tahun Anggaran 2013,

• Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan. kekuasaannya

Berdasarkan hasil Evaluasi Dokumen Penawaran dan Evaluasi Kualifikasi Pemilihan Langsung, dengan ini kami mengundang Perusahaan Saudara untuk melakukan Pembuktian

pembayaran kepada Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kepada kas umum, seolah-olah Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kas umum tersebut

• Bagi Pegawai Negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan